Anda di halaman 1dari 6

8 FUNGSI KELUARGA

KELUARGA ADALAH UPAYA PERNIKAHAN DINI TERHENTI SELAMA SITUASI


PANDEMI

OLEH:
I GEDE ENGGA SUANDITA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


2021
Situasi pandemi sudah kita alami lebih dari satu tahun semenjak kasus pertama pada
bulan Maret tahun 2020, Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) terkonfirmasi di Indonesia.
Berbagai macam kebijakan dikeluarkan mulai dari lockdown, Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB), Work From Home (WFH) dan kebijakan yang serupa dengan istilah berbeda
demi memutus rantai penyebaran COVID-19. Begitupun dengan dunia pendidikan,
diterapkannya kebijakan belajar dari rumah, learn from home, belajar dalam jaringan (daring),
dan berbagai istilah dengan tujuan proses pembelajaran jarak jauh. Proses pembelajaran
menggunakan platform online untuk menunjang kegiatan belajar selama pandemi
berlangsung.
Kebijakan pembelajaran jarak jauh yang tentunya memiliki tujuan untuk menghindari
meningkatnya kasus positif COVID-19 justru berdampak psikologis negatif bagi para pelajar.
Pada intinya kegiatan belajar sangat membutuhkan aktivitas, karena dengan tidak adanya
aktivitas kegiatan belajar tidak akan berlangsung dengan baik. Pada proses aktivitas
pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek peserta didik, baik jasmani maupun rohani
sehingga perubahan perilakunya dapat berubah dengan cepat, tepat, mudah dan benar, baik
berkaitan dengan aspek kognitif afektif maupun psikomotor [ CITATION Nan10 \l 1033 ]. Pada
aktivitas kegiatan belajar daring pelajar sudah tidak lagi hanya bersifat pasif dengan
menunggu materi dari guru, hal ini dikarenakan peran seorang guru sebagai fasilitator
sepenuhnya. Bahwa pada pembelajaran berbasis daring, guru, dosen, tutor, instruktur menjadi
seorang fasilitator, pemandu, atau bahkan narasumber ahli, dan bukan lagi menjadi satu-
satunya penentu bagi pengalaman pembelajaran siswa [ CITATION Rob10 \l 1033 ]. Pada saat
menjadi seorang fasilitator, sudah pasti tugas serta peran dari seorang guru pun berubah.
Metode belajar daring rupanya menyisakan banyak kegelisahan di masyarakat. Sektor
pendidikan Indonesia termasuk di negara negara lainnya kini tengah mengalami persoalan
serius karena tidak semua pendidik dan siswa juga orang tua benar-benar siap dalam
menghadapi era New Normal dalam berjuang belajar dan mengajar di tengah-tengah pandemi
COVID-19. “Harus diakui bersama, ada banyak persoalan muncul di masyarakat terkait
pelaksanaan proses belajar mengajar secara daring di tengah pandemi COVID-19 ini,” ujar
penggiat literasi dan pendidikan Elly Tumiwa. H, S.ST.Par dalam keterangannya, Rabu
(29/07/2020). Masalah yang muncul terkait pembelajaran daringpun beragam, seperti
bagaimana cara memahami karakter psikologis siswa dan pendidiknya agar pola pengajaran
Learn From Home (BDR) yang diberikan dapat tepat guna. Bagaimana pula persiapan para
pendidik guna menyiasati kesulitan siswa belajar dari rumah yang notabene banyak
disturbing (gangguan) dengan segala permasalahannya. Tak kalah penting, kerap muncul
bagaimana pula seorang pendidik harus sigap dan kreatif dalam membuat sebuah virtual
classroom yang menarik agar siswa tetap terfokus dan tidak bosan pada layar kaca Personal
Computer atau Smartphone dalam 6-7 jam proses belajar seharian.
Pasalnya terdapat dua kasus pernikahan dini terjadi di Kabupaten Aceh Singkil. Salah
satunya bahkan masih duduk di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Bahkan
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menyebut hal itu terjadi dampak dari pelaksanaan
sekolah daring (online) yang dilakukan selama pandemi COVID-19. “Ternyata, penggunaan
teknologi tidak semuanya memberikan dampak positif. Pengaruh negatifnya lebih kuat
melekat kepada anak-anak pelajar,” ujar Najur. “Hal itu ditandai dengan meningkatnya
kenakalan remaja dan terjadinya dua kasus pernikahan dini itu," tambah Ketua PGRI Aceh
Singkil ini. Kasus serupa juga pernah terjadi dan sempat viral di media berita tentang pelajar
SMP dari Desa Aiq Berik, Kecamatan Batu Kliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah yang
memutuskan untuk menikah karena ia merasa bosan belajar online. “Saya bosan belajar
online. Makanya, putuskan menikah,” Begitu pengakuan EB gadis berusia lima belas tahun
yang duduk di kelas tiga SMP itu, seperti dikutip dari laman iNewsid. Hal tersebut berbanding
lurus dengan data, Dalam catatan Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama, terdapat
34.000 permohonan dispensasi yang diajukan pada Januari hingga Juni 2020. Sebanyak 97%
permohonan dikabulkan. Kendati usia pernikahan telah dibatasi minimal 19 tahun, namun
60% yang mengajukan adalah anak di bawah 18 tahun. Angka pernikahan dini di Indonesia
meningkat drastis selama pandemi COVID-19. Meski diatur dalam UU Nomor 16 Tahun
2019 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan bahwa
dispensasi pernikahan minimal berusia 19 tahun. Namun dalam pelaksanaannya masih ada
celah sehingga orang tua dapat mengajukan permohonan ke pengadilan dengan dalih
mendesak.
Mengingat tentang resiko pernikahan dini secara umum seperti dari segi fisik, mental,
kesehatan, kelangsungan rumah tangga, pendidikan, domestik, terhadap suami isteri, terhadap
anak-anakanya, dan juga terhadap masing-masing keluarga. Untuk itu upaya meminimalisir
dampak-dampak tersebut dan terhentinya trend pernikahan dini UU Nomor 16 Tahun 2019
Tentang Perubahan Atas UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan nomor 4 huruf (d)
disebutkan bahwa perkawinan di bawah umur harus dicegah. Pencegahan ini semata-mata
didasarkan agar kedua mempelai dapat memenuhi tujuan luhur dari perkawinan yang mereka
langsungkan[ CITATION Abd06 \l 1033 ] . Pencegahanan tersebut dapat dilaksanakan dengan
beberapa langkah, misalnya; melakukan sosialisasi tentang dampak pelaksanaan pernikahan
dini, menjelaskan pada masyarakat tentang hakikat pernikahan. Hasil ini dapat dicapai dengan
memaksimalkan lembaga pemerintah dan swadaya masyarakat.
Peran keluarga tentu tak kalah penting untuk mencegah terjadinya pernikahan dini
seperti memiliki pola komunikasi keluarga. Komunikasi keluarga memiliki tingkat
ketergantungan yang sangat tinggi dan sekaligus sangat kompleks [ CITATION Bre06 \l 1033 ].
Hal serupa pun menurut Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(DP3A) Kota Palu, Irmayanti Pettalolo, bahwa seluruh upaya dari pihak terkait, baik
pemerintah, maupun pihak pendidik di sekolah tidak bisa berhasil tanpa adanya peran dari
orang tua atau keluarga. “Jadi, yang paling penting kita lakukan saat ini guna mencegah
perkawinan usia dini adalah penguatan peran dan fungsi keluarga. Orang tua harus bisa
membagi waktu untuk mengetahui aktvitas anak khususnya remaja, bergaul dengan siapa,
kemana dan lain sebagainya,” jelas Irmayanti kepada Sulteng Raya, Selasa (24/7/2018).
Upaya pencegahan pernikahan dini dapat terhenti terutama dalam situasi pandemi
dengan dapat menerapkan fungsi-fungsi sebagai sebuah keluarga. Memasuki kehidupan
berkeluarga tentunya memerlukan persiapan yang matang dari setiap pasangan dalam
membangun keluarga yang harmonis. Dengan melaksanakan 8 fungsi keluarga yang terdapat
nilai-nilai moral yang harus diterapkan dalam keluarga seperti fungsi agama, sosial budaya,
cinta dan kasih sayang, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan
fungsi lingkungan. Dengan menerapkan fungsi-fungsi keluarga tersebut, niscaya pernikahan
dini dapat diminimalisir dan tentunya dapat terhenti dalam situasi apapun mengingat resiko
dari pernikahan dini itu sendiri yang seharusnya dapat tidak terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Hanafiah, N. (2010). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika.

Manan, A. (2006). Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Masson, R., & Rennie, F. (2010). E-learning Panduan Lengkap Memahami Dunia Digital
dan Internet. Yogyakarta: Pustaka Baca.

Ruben, B. D., & P, S. L. (2006). Communication And Human Behavior. USA: Pearson
Education.

Peraturan Perundang-undangan:

UU Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan

Internet:

007al (2020) Menikah Dini, Apakah Solusi Bosan Belajar Daring? Ampenan News.


Available online: https://www.ampenannews.com/2020/12/menikah-dini-apakah-
solusi-bosan-belajar-daring.html [Accessed 22 May 2021].

Fenomena Pernikahan Dini di Tengah Pandemi | GEOTIMES (2020). Fenomena Pernikahan


Dini di Tengah Pandemi | GEOTIMES. [online] GEOTIMES. Available at:
https://geotimes.id/opini/fenomena-pernikahan-dini-di-tengah-pandemi/ [Accessed 22
May 2021].

Fitria, L. (2021) Bisa Berbahaya, Ini Alasan Mengapa Pernikahan Dini Sebaiknya Dicegah.
KOMPAS.com. Available online:
https://www.kompas.com/parapuan/read/532559745/bisa-berbahaya-ini-alasan-
mengapa-pernikahan-dini-sebaiknya-dicegah [Accessed 22 May 2021].

Itjen Kemendikbud. (2021). Pandemi Memicu Pernikahan Dini. [online] Available at:


https://itjen.kemdikbud.go.id/public/post/detail/pandemi-memicu-pernikahan-dini
[Accessed 22 May 2021].
Pernikahan Dini di Tengah Situasi Pandemi, Bukti Ketidakpedulian Orang Tua | | maupa.co.
(2020) maupa.co. Available online: https://maupa.co/pernikahan-dini-di-tengah-
situasi-pandemi-bukti-ketidakpedulian-orang-tua/ [Accessed 22 May 2021].

Anda mungkin juga menyukai