Anda di halaman 1dari 102

LAPORAN PENDAHULUAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANGAN IRD RSUD DR. HJ. HASRI AINUN HABIBIE


PROVINSI GORONTALO

OLEH :
KELOMPOK VI
1. ADITYA PRATAMA KADIR
2. BASILICA CLARA BAHARU
3. FATRA LAPAGULU
4. MEYLINDA NOHO
5. NINGSI SULEMAN
6. SITI FADLINA BARMAWI
7. SRI RAHMAWATY LALU
8. UYON LALODA

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2021
1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan bermutu merupakan salah satu wujud dari tuntutan

masyarakat di era globalisasi saat ini. Masyarakat yang semakin kritis dan terdidik

kian menguatkan agar pelayanan kesehatan lebih responsif atas kebutuhan

masyarakat, menerapkan manajemen yang transparan, partisipatif dan akuntabel

(Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2011 dalam Komapo, 2013).

Konsep pelayanan kesehatan merupakan suatu kegiatan ataupun manfaat yang

ditawarkan suatu pihak kepada pihak lainnya. Pelayanan tidak berwujud dan tanpa

menghasilkan kepemilikan akan sesuatu, namun pelayanan memiliki konsep,

sehingga semakin berkualitas suatu produk atau jasa maka akan semakin

menghasilkan suatu pemenuhan yang melebihi dari harapan yang dimiliki oleh

pelanggan (pengguna jasa kesehatan) maka akan semakin tinggi pula kepuasan

yang dimiliki pengguna jasa kesehatan tersebut (Ivan Ridwan, 2015).

Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup

sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan Nasional.

Untuk itu perlu ditingkatkan upaya untuk memperluas dan mendekatkan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu yang baik. Sejalan dengan

meningkatnya pendidikan, perubahan sosial budaya masyarakat dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran maka system nilai pun

berubah. Masyarakat semakin menuntut pelayanan yang bermutu dan kadang-

kadang canggih (DEPKES RI, 2012).

2
Rumah sakit merupakan sarana penyedia layanan kesehatan untuk

masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna memiliki peran yang sangat strategis untuk

mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (DEPKES RI, 2012).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.129 Tahun 2008, Rumah sakit dituntut

untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang

ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat

Meningkatnya tuntutan masyarakat di sarana kesehatan terutama di rumah

sakit secara berkesinambungan membuat rumah sakit harus melakukan upaya

peningkatan mutu pemberian pelayanan kesehatan. Salah satu mutu pelayanan

keperawatan di rumah sakit (DEPKES RI, 2012). Setiap upaya untuk

meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit harus juga disertai upaya untuk

meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan (Mulyono, Hamzah, & Abdullah,

2013). Perawat merupakan salah satu profesi yang mempunyai tugas mulia demi

rasa kemanusiaan dalam bidang kesehatan, mereka bertanggung jawab melindungi

dan membantu kesembuhan pasien. Tanpa panggilan jiwa perawat akan sulit

melaksanakan tugasnya dengan baik. Pekerjaan yang berat dan melelahkan ini

selalu mereka kerjakan sebagai bentuk rasa profesionalisme mereka serta rasa

tanggung jawab mereka terhadap profesi dan pasien. Perawat yang menjadi

bagian dari sistem rumah sakit mempunyai peranan penting dalam menentukan

kualitas sebuah rumah sakit. Sebuah rumah sakit tidak akan berkembang dan

berjalan dengan baik apabila didalamnya tidak terdapat para perawat yang

professional dan handal. (Dyah, 2019).

3
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan diperlukan adanya

manajemen yang tepat dalam hal ketenagaan (Man), sarana prasarana (Material)

Metode pelaksanaan asuhan (Methode), keuangan (Money) hingga mutu

pelayanan (Marketing). Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis

dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan Organisasi. Dalam Organisasi

keperawatan, pelaksanaan manajemen dikenal sebagai manajemen keperawatan.

Manajemen tersebut mencakup kegiatan planning, organizing, actuating,

controlling terhadap staf sarana dan prasarana dalam mencapai organisasi

(Nursalam, 2015).

Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai

metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan

keduanya dapat saling mendukung. Adanya manajemen keperawatan dapat

membantu kualitas terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan. Pelayanan

asuhan keperawatan yang diberikan pada klien yaitu meliputi pelayanan bio-

psiko-sosial-spiritual yang meliputi segala aspek kehidupan dari klien tersebut

baik dar kesehatan fisik/jasmaninya, pikirannya, interaksi sosialnya maupun

keagamaannya (Rosyidi, 2013).

Manajemen keperawatan dilakukan dengan maksud untuk mempermudah

asuhan keperawatan sehingga dapat meningkatkan kepuasan kerja dan kepuasan

pasien selama di rumah sakit. Peranan perawat sangat penting karena sebagai

ujung tombak baik tidak mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien.

Perawat merupakan salah satu profesi di rumah sakit dengan dominan dan paling

lama kontak atau berinteraksi dengan pasien. Sebagai perawat profesional,

perawat tidak hanya mengelola orang tetapi sebuah proses secara keseluruhan

4
yang memungkinkan orang dapat menyelesaikan tugasnya dalam memberikan

asuhan keperawatan serta meningkatkan keadaan kesehatan pasien menuju kearah

kesembuhan (Nursalam, 2014).

Pelayanan keperawatan secara profesional perlu mendapatkan perhatian

dalam pengembangan dunia keperawatan. Salah satu strategi untuk

mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah

melakukan manajemen keperawatan dengan harapan adanya faktor kelola yang

optimal sehingga mampu meningkatkan keefektifan pembagian pelayanan

keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan

keperawatan yang diberikan.

Berdasarkan berbagai pemikiran tersebut maka mahasiswa melaksanakan

praktek profesi manajemen keperawatan di Ruang IRD, RSUD dr. Hasri Ainun

Habibie, Provinsi Gorontalo sehingga dapat memberikan pengalaman pengelolaan

pada salah satu unit pelayanan kesehatan, sekaligus berkontribusi meningkatkan

kualitas pelayanan di rumah sakit.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan praktek profesi manajemen keperawatan,

mahasiswa mampu menerapkan konsep dan prinsip manajemen keperawatan dan

menjadi “Change Agent” pada unit pelayanan kesehatan secara nyata dan

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Ruang IGD, RSUD dr. Hasri Ainun

Habibie, Provinsi Gorontalo.

5
1.2.2. Tujuan Khusus

Setelah menyelesaikan praktek profesi keperawatan Manajemen

Keperawatan mahasiswa mampu :

a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang terkait

dengan manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi (M1: Man,

M2: Material, M3: Methode, M4: Money, M5: Marketing) nyata di tempat

praktik.

b. Menetapkan prioritas manajemen keperawatan bersama kepala ruangan

serta perawat ruangan di tempat mahasiswa praktek.

c. Menetapkan prioritas dan alternatif penyelesaian masalah yang disepakati

bersama kepala ruangan dan para perawat ruangan serta pembimbing.

d. Melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah berdasarkan kebutuhan

masalah yang disepakati kepala ruangan dan para perawat ruangan serta

pembimbing.

e. Mengevaluasi proses pelaksanaan kegiatan mulai dari aspek masukan

(input), aspek proses sampai dengan proses hasil (output).

1.3. Manfaat

1.3.1. Bagi Mahasiswa Keperawatan

Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan

fungsi-fungsi manajemen keperawatan secara nyata dilahan praktek maupun

tempat bekerja nanti.

1.3.2. Bagi Ruangan/Rumah sakit

Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan sesuai dengan masalah yang

ditemukan di lahan praktek sesuai dengan ilmu yang didapatkan selama proses
6
akademik dengan teknik pemecahan masalah pada konsep manajemen

keperawatan sehingga meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.

1.3.3. Bagi Pendidikan

Dapat menjadi referensi sebagai evaluasi untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran manajemen keperawatan bagi mahasiswa yang akan menjalankan

praktek profesi manajemen keperawatan pada program berikutnya.

7
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Manajemen Keperawatan


Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam

menjalankan suatu kegiatan diorganisasi. Didalam manajemen tersebut mencakup

kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) terhadap staf,

sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Yura, 2015). Masing-

masing pakar mengidentifikasi fungsi-fungsi manajemen yang berbeda-beda.

Keperawatan lebih sering mengadopsi fungsi manajemen menurut Tappen (2014),

yaitu:

a. Planning (perencanaan) sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan

tujuan organisasi, sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian

kegiatan untuk mencapainya. Melalui perencanaan akan dapat ditetapkan

tugas-tugas staf. Dengan tugas-tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai

pedoman untuk melakukan supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber

daya yang dibutuhkan oleh staf dalam menjalankantugas-tugasnya.

b. Organizing (pengorganisasian), adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk

menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan

memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.

c. Actuating (directing, commanding, coordinating) atau penggerakan adalah

proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja

secara optimal dan melakukan tugas–tugasnya sesuai dengan ketrampilan

yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yangtersedia.

8
d. Controling (pengawasan, monitoring) adalah proses untuk mengamati secara

terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan

mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yangterjadi.

Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui

orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang

berubah. Manajemen juga merupakan proses pengumpulan dan mengorganisasi

sumber- sumber dalam mencapai tujuan (melalui kerja orang lain) yang

mencerminkan dinamika suatu organisasi. Tujuan ditetapkan berdasarkan misi,

filosofi dan tujuan organisasi. Proses manajemen meliputi kegiatan mencapai

tujuan organisasi melalui perencanaan organisasi, pengarahan dan pengendalian

sumber daya manusia, fisik, dan teknologi. Semua perawat yang terlibat dalam

manajemen keperawatan dianggap perlu memahami misi, Filosofi dan tujuan

pelayanan keperawatan serta kerangka konsep kerjanya (Adikoesoemo, 2014).

Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional untuk

merencanakan, mengatur dan menggerakkan karyawan dalam memberikan

pelayanan keperawatan sebaik-baiknya pada pasien melalui manajemen asuhan

keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan sebaik-baiknya

kepada pasien, diperlukan suatu standar yang akan digunakan baik sebagai target

maupun alat pengontrol pelayanan tersebut (Carpenito, 2014).

2.2. Prinsip Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan dapat dilaksanakan secara benar. Oleh karena itu,

perlu diperhatikan beberapa prinsip dasar berikut (Nursalam, 2016) :

9
a. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan.

Perencanaan merupakan hal yang utama dalam serangkaian fungsi dan

aktivitas manajemen. Tahap perencanaan dan proses manajemen tidak hanya

terdiri dari penentuan kebutuhan keperawatan pada berbagai kondisi klien,

tetapi juga terdiri atas pembuatan tujuan, mengalokasikan anggaran,

identifikasi kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur organisasi yang

diinginkan. Perencanaan merupakan pemikiran atau konsep-konsep tindakan

yang umumnya tertulis dan merupakan fungsi penting di dalam mengurangi

resiko dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan efek–efek dan

perubahan.

Selama proses perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan

keperawatan adalah menganalisis dan mengkaji sistem, mengatur strategi

organisasi dan menentukan tujuan jangka panjang dan pendek, mengkaji

sumber daya organisasi, mengidentifikasi kemampuan yang ada, dan aktivitas

spesifik serta prioritasnya. Perencanaan dalam manajemen mendorong

seorang pemimpin keperawatan untuk menganalisis aktivitas dan struktur

yang dibutuhkan dalam organisasinya.

b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang

efektif.

Manajer keperawatan menghargai waktu akan mampu menyusun

perencanaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan kegiatan sesuai

dengan waktu yang telah di tetapkan. Keberhasilan seorang pemimpin

keperawatan bergantung pada penggunaan waktu yang efektif. Dalam

keperawatan, manajemen sangat dipengaruhi oleh kemampuan pimpinan

10
keperawatan. Dalam konteks ini, seorang pimpinan harus mampu

memanfaatkan waktu yang tersedia secara efektif. Hal demikian dibutuhkan

untuk dapat mencapai produktifitas yang tinggi dalam tatanan organisasinya.

c. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan.

Berbagai situasi dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan

kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan akan berpengaruh

terhadap proses atau jalannya aktivitas yang akan dilakukan. Proses

pengambilan keputusan akan sangat mempengaruhi oleh kemampuan

komunikasi dan para manajer.

d. Manajemen keperawatan harus terorganisasi.

Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi mencapai

tujuan. Terdapat 4 buah struktur organisasi, yaitu unit, departemen, top atau

tingkat eksekutif dan tingkat operasional. Prinsip pengorganisasian mencakup

hal–hal pembagian tugas (the devision of work), koordinasi, kesatuan

komando, hubungan staf dan lini, tanggung jawab dan kewenangan yang

sesuai adanya rentang pengawasan. Dalam keperawatan, pengorganisasian

dapat dilaksanakan dengan cara fungsional dan penugasan, alokasi pasien

perawatan grup/tim keperawatan dan pelayanan keperawatan utama.

e. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.

Komunikasi merupakan bagian penting dan efektivitas menejemen.

Komunikasi yang dapat dilakukan secara efektif mampu mengurangi

kesalahpahaman, dan akan memberikan perasaan, pandangan arah dan

pengertian diantara pegawai dalam suatu tatanan organisasi.

11
f. Pengendalian merupakan elemen menegemen keperawatan.

Pengendalian dalam menegemen dilakukan untuk mengarahkan kegiatan

menegemen sesuai dengan dengan yang direncanakan. Selain itu,

pengendalian dilaksanakan pada kegiatan yang dilakukan tidak banyak terjadi

kesalahan yang berakibat negative terhadap klien dan pihak yang terkait

dengan manageman. Pengendalian meliputi penilaian tentang pelaksanaan

trencana yang telah dibuat, pemberian instruksi, menetapkan prinsip-prinsip

melalui penetapan standar, dan membandingkan penampilan dengan standar

serta memperbaiki kekurangan.

2.3. Metode Praktek Asuhan Keperawatan

2.3.1. Pengertian Metode Praktek Asuhan Keperawatan

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem

(struktur, proses dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat profesional

mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang

pemberian asuhan tersebut (Hamid, 2015).

2.3.2. Jenis-jenis Metode Praktek Asuhan Keperawatan

Menurut Kron. T & Gray (2014), ada 4 metode pemberian asuhan

keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa

depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu:

2.3.2.1. Metode Fungsional

Model pemberian asuhan Keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian

tugas dan prosedur Keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas

tertentu untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu ruangan.

Model ini digambarkan sebagai Keperawatan yang berorientasi pada tugas dimana
12
fungsi Keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staf. Setiap staf

perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi Keperawatan pada semua pasien

dibangsal.(Kron & Gray, 2014).

Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat

senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana

pada tindakan Keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada model ini

berdasarkan kriteria efisiensi, tugas didistribusikan berdasarkan tingkat

kemampuan masing-masing perawat dan dipilih perawat yang paling murah.

Kepala ruangan terlebih dahulu mengidentifikasikan tingkat kesulitan tindakan,

selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan

tindakan yang dimaksud. Model fungsional ini merupakan metode praktek

Keperawatan yang paling tua yang dilaksanakan oleh perawat dan berkembang

pada saat perang dunia kedua (Kron & Gray, 2014).

Kelebihan :

a. Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat

dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik.

b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga

c. Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja

d. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja.

e. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang

berpengalaman untuk tugas sederhana.

f. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang

melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.

Kelemahan :

13
a. Pelayanan Keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan

dalam penerapan proses keperawatan

b. Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas pekerjaan.

c. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan

keterampilan saja.

d. Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.

e. Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat

f. Hubungan perawat dan klien sulit terbentuk.

2.3.2.2 Metode Tim

Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan

dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan

dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif

dan kolaboratif (Potter & Patricia, 2015). Model tim didasarkan pada keyakinan

bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan

memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung

jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan

meningkat.

Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim apakah

berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang berperan sebagai ketua tim

bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan semua pasien yang

ada di dalam timnya dan merencanakan perawatan klien. Tugas ketua tim

meliputi: mengkaji anggota tim, memberi arahan perawatan untuk klien,

melakukan pendidikan kesehatan, mengkoordinasikan aktivitas klien. Menurut

Tappen (2012), ada beberapa elemen penting yang harus diperhatikan :

14
a. Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi

anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya.

b. Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau

partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim.

c. Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada

kelompok pasien.

d. Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses.

Komunikasi meliputi: penulisan perawatan klien, rencana perawatan klien,

laporan untuk dan dari pemimpin tim, pertemuan tim untuk mendiskusikan

kasus pasien dan umpan balik informal di antara anggota tim.

Kelebihan :

a. Dapat memfasilitasi pelayanan Keperawatan secara komprehensif.

b. Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.

c. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar.

d. Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.

e. Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda

secara efektif.

f. Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat

menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara

keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai

kontribusi terhadap hasil asuhan Keperawatan yang diberikan akan

menghasilkan kualitas asuhan Keperawatan yang dapat dipertanggung-

jawabkan.

g. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas.

15
Kelemahan:

a. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi

anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai

perawat pemimpin maupun perawat klinik.

b. Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi bila konsepnya tidak

diimplementasikan dengan total.

c. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim

ditiadakan, sehingga komunikasi antar anggota tim terganggu.

d. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung

staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu.

e. Akuntabilitas dari tim menjadi kabur.

f. Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena

membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.

Tanggung Jawab Kepala Ruang :

a. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar Asuhan

keperawatan.

b. Mengorganisir pembagian tim dan pasien.

c. Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan

kepemimpinan.

d. Menjadi narasumber bagi ketua tim.

e. Mengorientasikan tenaga Keperawatan yang baru tentang metode/ model

tim dalam pemberian asuhan keperawatan.

f. Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya.

g. Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangan nya.

16
h. Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya.

i. Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya,

kemudian menindak lanjutinya.

j. Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset

Keperawatan.

k. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.

Tanggung Jawab Ketua Tim :

a. Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala

ruangan.

b. Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang

didelegasikan oleh kepala ruangan.

c. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan

Keperawatan bersama-sama anggota timnya.

d. Mengkoordinasikan rencana Keperawatan dengan tindakan medik.

e. Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan

melalui konferens.

f. Mengevaluasi Asuhan Keperawatan baik proses ataupun hasil yang

diharapkan serta mendokumentasikannya.

g. Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan.

h. Menyelenggarakan konferensi.

i. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan.

17
j. Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggung-jawab

timnya.

k. Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan.

Tanggung Jawab Anggota Tim :

a. Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan.

b. Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan Keperawatan yang telah diberikan

berdasarkan respon klien.

c. Berpartisipasi dalam setiap memberikan masukan untuk meningkatkan

asuhan keperawatan.

d. Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim.

e. Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.

f. Memberikan laporan

2.3.2.2. Metode Primer

Menurut Gillies (2014) perawat yang menggunakan metode keperawatan

primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary

nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan

bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer

biasanya mempunyai 4-6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama

klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk

mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan

keperawatan dan juga akan mem-buat rencana pulang klien jika diperlukan.

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh

selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk 14

sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada

18
kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana.Metode primer ini

ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan

perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi

keperawatan selama pasien dirawat.

Kelebihan:

a. Perawat primer mendapat akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan

memungkinkan untuk pengembangan diri.

b. Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan

motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat.

c. Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat primer

dalam memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.

d. Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer

operasional dan administrasi.

e. Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberikan asuhan keperawatan

secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat primer adalah

memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan ilmu pengetahuan.

f. Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang

kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi dapat

diperoleh dari satu perawat yang benar-benar mengetahui keadaan kliennya.

g. Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.

h. Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi

dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien.

i. Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena

terpenuhi kebutuhannya secara individu.

19
j. Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.

k. Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan perawat

yang mengetahui semua tentang kliennya.

l. Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.

m. Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.

n. Metode ini mendukung pelayanan profesional.

o. Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan

tetapi harus berkualitas tinggi.

Kelemahan:

a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.

b. Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki

akuntabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan asuhan

keperawatan untuk klien.

c. Akuntabilitas yang total dapat membuat jenuh.

d. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang

sama.

e. Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.

Ketenagaan Metode Primer:

a. Setiap perawat primer adalah perawat “bedside”.

b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer.

c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal. Perawat primer dibantu oleh

perawat professional lain maupun nonprofessional sebagai perawat.

Tanggung Jawab Kepala Ruang dalam Metode Primer :

a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer.

20
b. Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer.

c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten.

d. Orientasi dan merencanakan karyawan baru.

e. Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff

Tanggung Jawab Perawat Primer:

a. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif

b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan.

c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas.

d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh

disiplin lain maupun perawat lain.

e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.

f. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.

g. Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga sosial di

masyarakat.

h. Membuat jadwal perjanjian klinis.

i. Mengadakan kunjungan rumah

2.3.2.3. Metode Kasus

Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab

terhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu

pasien dengan pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu. Metode

penugasan kasus biasa diterapkan untuk perawatan khusus seperti isolasi,

intensive care, perawat kesehatan komunitas. Kelebihan ialah perawat lebih

memahami kasus per kasus. Sedangkan kekurangan ialah belum dapatnya

diidentifikasi perawat penanggung jawab (Nursalam, 2015).

21
2.3. Pembagian Tugas dalam Tahapan Proses Keperawatan

Table 2.1 Pembagian Tugas dalam Tahapan Proses Keperawatan


No Tahapan Peran Kepala Peran Ketua tim/PP Peran Perawat
Proses ruangan/karu Pelaksana
Keperawatan
1 Pengkajian Mengidentifikasi Mengidentifikasi -
masalah terkait fungsi- masalah terkait fungsi-
fungsi manajemen fungsi manajemen
2 Perencanaan 1. Menunjuk Katim 1. Bersama Karu 1. Bersama Katim
2. Mengikuti serah mengadakan serah mengikuti operan
terima klien. terima tugas. dinas.
3. Mengidentifikasi 2. Bersama Karu 2. Melaksanakan
tingkat melakukan pembagian tugas
ketergantungan. pembagian tugas. yang diberikan
4. Mengidentifikasi 3. Menyusun asuhan katim.
jumlah perawat yang Keperawatan. 3. Melaksanakan
dibutuhkan 4. Mengidentifikasi rencana asuhan
berdasarkan aktivitas kesiapan keperluan keperawatan.
dan kebutuhan klien. untuk melaksanakan 4. Menyiapkan
5. Merencanakan strategi asuhan keperawatan. keperluan untuk
pelaksanaan 5. Melakukan ronde melaksanakan
keperawatan. Keperawatan asuhan
6. Merencanakan logistik bersama Karu keperawatan.
ruang/fasilitas 6. Mengorientasikan
5. Mengikuti ronde
ruangan. klien baru pada
keperawatan
7. Melakukan lingkungan.
bersama Katim dan
pendokumentasian 7. Melakukan pelaporan
Karu
dan pendokumentasin
rencana keperawatan
dan lembar kerja.
3 Implementasi 1.Merumuskan sistem 1. Menjelaskan tujuan 1.Melaksanakan
fungsi penugasan. pengorganisasian tugas sesuai sistem
pengorganisasi 2.Menjelaskan rincian tim keperawatan. penugasan yang
an tugas Katim. 2. Membagi pekerjaan diberikan Katim.
3.Menjelaskan sesuai tingkat 2.Melaksanakan
tentang kendali di ketergantungan asuhan keperawatan
ruang rawat. pasien. sesuai rencana
4.Mengatur dan 3. Membuat rincian keperawatan.
mengendalikan tugas anggota tim 3.Melaksanakan
tenaga keperawatan dalam pemberian tugas yang
di ruang rawat. ASKEP. didelegasikan oleh
5.Mengatur dan 4. Mampu Katim dan
22
mengendalikan mengkoordinasi mempertanggung
logistik ruangan/ pekerjaan yang baru jawabkannya.
fasilitas. dilakukan 4.Melakukan
6.Mengatur dan bersama tim pelaporan dan
mengendalikan kesehatan lain. pendokumentasian
situasi lahan 5. Mengatur waktu tindakan
praktik. istirahat untuk keperawatan.
7.Mendelegasikan anggota tim.
tugas kepada Katim. 6. Mendelegasikan
8.Melakukan pelaksanaan proses
pelaporan dan asuhan
pendokumentasian. Keperawatan pada
anggota tim.
7. Melakukan
pelaporan dan
pendokumentasian.
Fungsi 1. Memberikan 1. Melakukan Menerima bimbingan
pengarahan pengarahan kepada pengarahan kepada pengarahan &
Katim. anggota tim . memberikan umpan
2. Memberikan motivasi 2. Memberikan balik kepada Katim.
dalam meningkatkan bimbingan pada
pengetahuan, anggota tim
keterampilan, dan 3. Memberikan
sikap anggota tim. informasi yang
3. Memberikan pujian berhubungan dengan
pada anggota tim yang askep
melaksanakan tugas 4. Mengawasi proses
dengan baik. pemberian askep
4. Membimbing 5. Melibatkan anggota
bawahan. tim dari awal s/d
5. Meningkatkan akhir kegiatan
kolaborasi dengan 6. Memberikan pujian,
anggota tim. motivasi pada
6. Melakukan supervisi anggota tim
keperawatan 7. Melakukan pelaporan
dan
pendokumentasian

23
4 Evaluasi 1. Mengevaluasi kinerja 1. Mengevaluasi 1. Mengevaluasi
katim. ASKEP. ASKEP Memberikan
2. Memberikan umpan 2. Memberikan umpan umpan balik pada
balik pada kinerja balik pada pelaksanaan
Katim. pelaksanan. ASKEP.
3. Mengatasi masalah di 3. Memperhatikan 2. Memperhatikan
ruang rawat dan aspek legal dan etik. aspek legal dan etik.
menetapkan tindak 4. Melakukan 3. Melakukan
lanjut. pelaporan dan pelaporan dan
4. Memperhatikan aspek pendokumetasian pendokumentasian.
legal dan etik
keperawatan.
5. Melakukan pelaporan
dan
pendokumentasian

24
2.4. JOB Description

2.4.1. Kepala Ruangan

1. Perencanaan

a) Menunjukkan ketua TIM akan bertugas di ruangan masing-masing.

b) Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya.

c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi dan

persiapan pulang, bersama ketua TIM.

d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan

aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua TIM, mengatur

penugasan atau penjadwalan.

e) Merencanakan strategi pelaksanaan perawatan.

f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,

tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan

mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan

terhadap pasien.

g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.

h) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.

i) Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan

keperawatan.

j) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.

k) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk.

l) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.

m) Membantu membimbing peserta didik keperawatan.

n) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan Rumah Sakit.

25
2. Pengorganisasian.

a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.

b) Merumuskan tujuan metode penugasan.

c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.

d) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 3 ketua tim,

dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.

e) Mengatur dan mengendalikan tenaga Keperawatan, membuat proses

dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari,dll.

f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.

g) Mengatur dan mengendalikan dituasi tempat praktek.

h) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak ada di tempat kepada

ketua tim.

i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi

pasien.

j) Mengatur penugasan jadwal post dan pakarnya.

k) Identifikasi masalah dan penanganannya.

3. Pengarahan.

a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.

b) memberi pujian kepada anggota tim yang melakukan tugas dengan

baik.

c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan

sikap.

d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan

dengan ASKEP pasien.

26
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.

f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam

melaksanakan tugasnya.

g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.

4. Pengawasan.

a) Melalui komunikasi.

Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua TIM

maupun pelaksanaan mengenai asuhan Keperawatan yang diberikan

kepada pasien.

b) Melalui Supervisi.

1) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati

sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan

memperbaiki atau mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada

saat itu juga.

2) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua

tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan

yang dibuat selama dan sesudah proses kebidanan dilaksanakan

(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang

pelaksanaan tugas.

3) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan

rencana Keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.

2.4.2. Ketua Tim

1. Membuat perencanaan.

2. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi.

27
3. Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat

kebutuhan pasien.

4. Mengembangkan kemampuan anggota.

5. Menyelenggarakan konfrensi.

2.4.3. Anggota Tim/ Perawat Pelaksana

1. Memberikan asuhan Keperawatan pada pasien dibawah tanggung

jawabnya.

2. Kerjasama dengan ketua TIM dan antar TIM.

3. Memberikan laporan.

2.5 Indikator Pelayanan Manajerial

Indikator pelayanan manajerial berdasarkan Kepmenkes Nomor 836 tahun

2005 dan Modul pelatihan SP2KP):

2.5.1. Timbang terima / operan

1. Definisi

Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan

menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien.

Operan pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan

secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri bidan.Tindakan

kolaboratif yang sudah dan yang belum dilakukan serta perkembangan

pasien saat itu (Nursalam, 2014).

Operan dilakukan oleh perawat primer kepada perawat primer

(penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan.

28
2. Tujuan Operan

Tujuan Umum : Mengkomunikasikan keadaan pasien dan

menyampaikan informasi yang penting.

Tujuan Khusus:

a. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)

b. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan

Kebidanan kepada pasien

c. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh

bidan dinas berikutnya

d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya

3. Manfaat Operan

Bagi perawat:

a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.

b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.

c. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan terhadap pasien yang

berkesinambungan.

d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna

Bagi Pasien: Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada

yang belum terungkap.

4. Prosedur Operan

a. Tahap Persiapan : (Waktu: 5 menit, Tempat: Nurse station, Pelaksana

yaitu Perawat Primer dan Perawat Assosiet).

1) Operan dilaksanakan setiap pergantian shift

29
2) Prinsip operan, terutama pada semua pasien baru masuk & pasien

yang memiliki permasalahan yang belum/dapat teratasi serta yg

membutuhkan observasi lebih lanjut.

3) Hal yg perlu disampaikan oleh perawat dalam operan yaitu: jumlah

pasien, keluhan, identitas pasien & diagnosis medis, masalah

keperawatan yang masih muncul, intervensi keperawatan yang sudah

dan belum dilaksanakan (secara umum), intervensi kolaborasi,

rencana umum & persiapan operasi, pemeriksaan penunjang, dll.

b. Tahap Pelaksanaan : (Waktu: 20 menit, Tempat: nurse station,

Pelaksana: KARU, Perawat Primer dan Perawat Assosiet)

1) Kedua kelompok dinas sudah siap (shif jaga)

2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan

3) Kepala ruangan membuka acara operan

4) Perawat yang melakukan operan dapat melakukan klarifikasi, tanya

jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah dioperkan

dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas

5) Kepala ruangan menanyakan kebutuhan dasar pasien

6) Penyampaian yang jelas, singkat dan padat

7) Perawat yang melaksanakan operan mengkaji secara penuh terhadap

masalah keperawatan, kebutuhan dan tindakan yang telah/belum

dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya selama masa perawatan

8) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang

matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserah

terimakan kepada petugas berikutnya

30
9) Lama operan untuk tiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada

kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit

c. Post Operan : (Waktu: 5 menit, Tempat: Nurse station, Pelaksana:

KARU, Perawat Primer dan Perawat Assosiet)

1) Diskusi

2) Pelaporan untuk operan dituliskan secara langsung pada format

overan yang ditandatangani oleh perawat pelaksana yang jaga saat

itu dan perawat pelaksana yang jaga berikutnya diketahui oleh kepala

ruangan.

3) Ditutup oleh KARU

2.5.2. Ronde Keperawatan

1. Definisi

Ronde merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah

keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh bidan selain melibatkan pasien

untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan (Nursalam, 2015).

2. Tujuan Ronde

Tujuan Umum: Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan

berpikir kritis.

Tujuan Khusus:

a. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis.

b. Meningkatkan kemampuan validisi data pasien.

c. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.

d. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang

berorientasi pada masalah pasien.

31
e. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.

f. Meningkatkan kemampuan justifikasi dan menilai hasil kerja

3. Manfaat Ronde Keperawatan

a. Masalah pasien dapat teratasi.

b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.

c. Terciptanya komunitas keperawatan yang professional.

d. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.

e. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat

dan benar

4. Kriteria Pasien

a. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah

dilakukan tindakan keperawatan.

b. Pasien dengan kasus baru dan langka

5. Peran Masing-masing Anggota Tim

Peran perawat primer dan perawat pelaksana:

a. Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien

b. Menjelaskan diagnosis keperawatan

c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan

d. Menjelaskan hasil yang didapat

e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil

f. Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji

Peran perawat konselor:

a. Memberikan justifikasi & reinforcement

32
b. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta

rasional tindakan

c. Mengarahkan dan koreksi

d. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari

6. Tahapan Ronde

Pra Ronde:

a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah

yang langka).

b. Menentukan tim ronde.

c. Mencari sumber atau literature.

d. Membuat proposal

e. Mempersiapkan pasien: informed consent dan pengkajian.

f. Diskusi tentang diagnosis keperawatan, data yang mendukung, asuhan

keperawatan yang dilakukan dan hambatan selama perawatan.

Ronde:

a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada

masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan

dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu

didiskusikan.

b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.

c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala

ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan

dilakukan.

Pasca Ronde:

33
a. Evaluasi, revisi dan perbaikan.

b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi

keperawatan selanjutnya.

2.6 Konsep MPABC

2.6.1 Definisi

Sistem MPABC menetapkan pendekatan manajemen (management

approach) sebagai pilar praktik professional pertama. Oleh sebab itu proses

manajemen harus di laksanakan dengan disiplin demi menjmin pelyanan yang di

berikan kepada pasien dan / atua keluarga.

Manajer keperawatan dituntut untuk merecanakan, mengorganisasi,

memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat

memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefesien mungkin bagi

individu, keluarga dan masyarakat.

2.6.2 Manajemen Keperawatan Di Ruang Interna

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf

keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional

(Nursalam, 2015). Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus

dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi,

mengarahkan, serta mengawasi sumber-sumber yang ada baik SDM, alat, maupun

dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik

kepada pasien, keluarga dan masyarakat.

Pendekatan MPABC manajemen diterapkan dalam bentuk fungsi

manajemen yang terdiri dari :

34
1. Perencanaan (Planning)

Kegiatan perencanaan yang dipakai meliputi perumusan visi, misi,

filosofi dan kebijakan.Sedangkanuntuk jenis perencanaan yang diterapkan

adalah perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan harian,

dan tahunan.

a. Visi

Visi adalah pernyataan singkat yang menyatakan alasan dan tujuan

organisasi tersebut dibentuk. Visi harus dirumuskan sebagai landasan

perencanaan organisasi. Visi RSUD dr.Hasri Ainun Habibie adalah

sebagai berikut :“Rumah Sakit Unggul di Provinsi Gorontalo”.

b. Misi

Misi adalah pernyataan yang menjalankan tujuan organisasi dalam

mencapai visi yang telah ditetapkan, adapun misi RSUD dr. Hasri

Ainun Habibie adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai standar,

terjangkau, adil dan merata.

2) Menciptakan dan meningkatkan mutu pelayanan menjadi

kelayanan unggulan.

3) Mewujudkan RSUD dr. Hasri Ainun Habibie sebagai entity bisnis

yang sehat.

c. Filosofi

Filosofi adalah seperangkat nilai yang mengakar dan menjadi

rujukan semua kegiatan dalam organisasi dan menjadi landasan serta

arahan seluruh rencana jangka panjang.

35
d. Kebijakan

Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan dalam

pengambilan keputusan. Kebijakan diruang yang menggunakan model

MAKP adalah: kepala ruangan dan staf keperawatan bertugas

berdasarkan surat keputusan (SK).

e. Rencana jangka pendek

Rencana jangka pendek yang diterapkan diruangan terdiri dari

rencana harian, bulanan, dan tahunan.

1) Rencana Harian

Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh

perawat sesuai dengan perannya masing-masing, yang dibuat pada

setiap shift. Isi kegiatan disesuaikan dengan peran dan fungsi

perawat.Rencana harian dibuat sebelum operan dilakukan dan

dilengkapi pada saat operan dan pre conference.

a) Perencana Harian Kepala Ruangan

1. Asuhan keperawatan.

2. Supervisi katim dan perawat pelaksana.

3. Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan

unit lain yang terkait.

Kegiatan tersebut meliputi :

1. Operan (Hand Over).

2. Pre Conference dan Post Conference.

3. Mengecek SDM dan sarana prasarana.

36
4. Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang

memerlukan perhatian khusus.

5. Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana.

6. Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat

terstruktur/insidental.

7. Mengecek kembali keadaan pasien, perawat, lingkungan

yang belum teratasi.

8. Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan

keperawatan untuk sore, malam, dan besok sesuai tingkat

ketergantungan pasien.

b) Rencana Harian Ketua Tim

1. Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim

yang menjadi tanggung jawabnya.

2. Melakukan supervisi perawat pelaksana.

3. Kolaborasi dengan dokteratau tim kesehatan lain.

4. Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.

c) Rencana Harian Perawat Pelaksana

Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan

keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift

dinasnya. Rencana harian perawat pelaksana shift sore dan

malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam satu tim

maka perawat tersebut berperan sebagai ketua tim dan

perawat pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre

conference.

37
Kegiatan tersebut meliputi antara lain :

1. Operan (Hand Over)

2. Pre Conference dan Post Conference

3. Melakukan intervensi keperawatan

4. Mendokumentasikan asuhan keperawatan

d) Penilaian Rencana Harian Perawat

Untuk menilai keberhasilan dari rencana harian,

observasi dilakukan dengan menggunakan instrumen jurnal

rencana harian. Setiap ketua tim memiliki instrumen dan

mengisi setiap hari. Pada akhir bulan, presentase pembuatan

rencanan harian masing-masing dapat dihitung.

2) Rencana Bulanan

Rencana bulanan merupakan rencana tindak lanjut yang

dibuat oleh kepala ruanagan dan ketua tim.

a) Rencana bulanan kepala ruangan

Setiap akhir bulan kepala ruangan (karu) melakukan

evaluasi hasil keempat pilar berdasarkan hasil evaluasi

tersebut.Karuakan membuat rencana tindak lanjut untu

meningkatkan kualitas hasil.

Kegiatan yang mencakup rencana bulanan karu adalah

sebagai berikut :

1. Membuat jadwal dinas

2. Membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan

kelompok keluarga

38
3. Membuat jadwal yang memimpin rapat bulanan perawat

4. Membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan

5. Membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua

tim dan perawat pelaksana.

6. Melakukan audit dokumentasi

7. Membuat laporan bulanan

b) Rencanan bulanan ketua tim

Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi

tentang keberhasilan kegiatan yang dilakukan oleh timnya.

Kegiatan yang mencakup rencana bulanan katim adalah

sebagai berikut :

1. Mempersentasikan kasus dalam case comference

2. Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga

3. Melakukan supervisi perawat pelaksana

3) Rencana tahunan

Setiap akhir tahun, kepala ruangan melakukan evaluasi hasil

kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana

tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup hal-hal

berikut :

a) Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja

MPABC baik proses kegiatan (kegiatan 4 pilar praktik

professional yang sudah dilakukan) maupun evaluasi mutu

pelayanan.

39
b) Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-

masing tim.

c) Penyegaran terkait materi MPABC khusus kegiatan

pencapaian rendah. Hal ini bertujuan mempertahankan

kinerja yang telah dicapai MPABC bahkan

meningkatkannya dimasa mendatang.

d) Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi

peningkatan jenjang karier perawat (Perawat Pelaksana

menjadi Katim, Katim menjadi Karu), rekomendasi untuk

melanjutkan pendidikan formal, membuat jadwal untuk

mengikuti pelatihan.

2. Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan,

penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari

pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang

bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian

kegiatan dan tenaga perawat di ruang MPABC menggunakan pendekatan

sistem penugasan modifikasi Keperawatan Tim-Primer. Secara vertikal ada

kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Setiap tim bertanggung

jawab terhadap sejumlah pasien.

Mekanisme pelaksanaan pengorganisasian di Ruang MPABC :

a. Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 - 3 tim dan tiap tim

diketuai masing-masing oleh seorang ketua tim yang terpilih.

40
b. Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua Tim mengatur jadwal dinas

(pagi, sore, malam).

c. Kepala ruangan membagi pasien untuk masing-masing tim.

d. Apabila suatu ketika satu tim kekurangan perawat pelaksana karena

kondisi tertentu, kepala ruangan dapat memindahkan perawat pelaksana

dari tim yang satu ke tim yang mengalami kekurangan anggota.

e. Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam, dan shift

pagi apabila karena sesuatu hal kepala ruangan sedang tidak bertugas.

untuk itu yang dipilih adalah perawat yang paling kompeten dari perawat

yang ada. sebagai pengganti kepala ruangan adalah ketua tim, sedangkan

jika ketua tim berhalangan, tugasnya digantikan oleh anggota tim (perawat

pelaksana) yang paling kompeten di antara anggota tim.

f. Ketua tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing pasien.

g. Ketua tim mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada

pasien baik yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh perawat pelaksana

anggota timnya.

h. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dilakukan oleh ketua tim. bila ketua

tim karena suatu hal tidak sedang bertugas maka tanggung jawabnya

didelegasikan kepada perawat pelaksana paling kompeten yang ada di

dalam tim.

i. Masing-masing tim memiliki buku komunikasi.

j. Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang

menjadi tanggung jawabnya.

41
3. Pengerahan (Directing)

Pengarahan adalah langkah ke empat dari fungsi manajemen, yaitu penerapan

perencanaan dalam bentuk tindakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan

adalah pengorganisasian dan pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada

akhirnya akan berakhir pada melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan

sebelumnya (Marqus & Houston, 1998).

Di ruang MPABC pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan sebagai

berikut:

a) Menciptakan budaya motivasi.

b) Komunikasi efektif pada operan antar – shift.

c) Komunikasi efektif pada pre conference.

d) Komunikasi efektif pada post conference.

e) Manajemen konflik.

f) Supervisi.

g) Pendelegasian.

a. Menciptakan Iklim motivasi

Motivasi adalah suatu sugesti atau dorongan yang muncul karena diberikan

oleh seseorang kepada orang lain atau dari diri sendiri, dorongan tersebut

bermaksud agar orang tersebut menjadi orang yang lebih baik dari yang

sebelumnya. Motivasi juga bisa diartikan sebagai sebuah alasan yang mendasari

sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.

Iklim motivasi dapat ditumbuhkan melalui kegiatan berikut (Marquis &

Houston, 2013);

42
1) Memberikan harapan yang jelas kepada staf dan mengkomunikasikan

harapan tersebut secara efektif.

2) Bersikap adil dan konsisten terhadap semua staf.

3) Membuat keputusan yang bijaksana.

4) Mengembangkan konsep kerja kelompok.

5) Mengintegrasikan kebutuhan dan keinginan staf dengan kebutuhan dan

tujuan organisasi.

6) Mengenali staf secara pribadi dan membiarkan staf mengetahui bahwa

pimpinan mengetahui keunikan dirinya.

7) Menghilangkan hambatan tradisional antara staf dan pekerjaan yang telah

dikerjakan.

8) Memberikan tantangan kerja sebagai kesempatan untuk mengembangkan

diri.

9) Melibatkan staf dalam pengambilan semua keputusan.

10) Memastikan bahwa staf mengetahui alasan di belakang semua keputusan

dan tindakan.

11) Memberikan kesempatan kepada staf untuk membuat penilaian sesering

mungkin.

12) Menciptakan hubungan saling percaya dan saling tolong menolong dengan

staf.Memberi kesempatan kepada staf untuk mengontrol lingkungan

kerjanya.

13) Menjadi role model bagi staf.

14) Memberikan reinforcement sesering mungkin.

43
Di ruang MPABC, penciptaan iklim motivasi diterapkan dengan cara sebagai

berikut:

a) Budaya pemberian reinforcement positif. Reinforcement positif adalah

upaya menguatkan perilaku positif dengan memberikan pujian yang tulus.

Masing-masing staf dibudayakan untuk saling memberikan pujian yang

tulus terhadap kinerja masing-masing staf.

b) Doa bersama sebelum memulai kegiatan yang dilakukan setiap pergantian

dinas. Setelah selesai operan semua staf berkumpul untuk melakukan ritual

berdoa bersama-sama dengan agama dan kepercayaan masing-masing.

Dengan berdoa diharapkan timbul self awareness (kesadaran diri) dan

mendorong spiritual.

c) Memanggil staf secara berkala untuk mengidentifikasi masalah setiap

personil secara mendalam dan membantu penyelesaiannya. Kepala ruangan

perlu berkomunikasi secara intensif dengan semua staf. Dengan demikian,

pendekatan terhadap staf disesuaikan dengan kepribadian masing-masing

staf yang bekerja di ruang MPABC.

d) Manajemen sumber daya manusia melalui penerapan pengembangan

jenjang karier dan kompetensi.

e) Sistem reward yang adil sesuai kinerja.

Aktivitas menciptakan iklim motivasi dievaluasi oleh kepala ruangan dan

ketua timsetiap 6 bulan sekali (persemester) dengan menggunakan instrumen

evaluasi diri.

44
4. Pengendalian (Controlling)

Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau kontrol (Fayol,2013)

mendefinisikan kontrol sebagai pemeriksaan mengenai apakah segala sesuatunya

terjadi sesuai rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, dan

prinsip-prinsip yang ditentukan, yang bertujuan menunjukan kekurangan dan

kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi. Pengendalian harus

dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada sehingga apabila muncul isu dapat

segera direspon dengan mendiskusikan bersama. Pada kegiatan pengendalian

diterapkan dalam bentuk kegiatan pengukuran ysng meliputi :

a. Indikator Umum

1) Jumlah tempat tidur terpakai (Bed Occupancy Rate/ BOR)

BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan

waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya

tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Standar nasional BOR

adalah 70- 80 %.

Jumlah hari perawatan


BOR = x 100%
Jumlah TT x jumlah hari per satuan waktu
Keterangan :

- Jumlah hari perawatan adalah total pasien dalam satu hari dikali

jumlah hari dalam satuan waktu

- Jumlah hari per satuan waktu. Pada jumlah hari jika dihitung per satu

bulan, jumlahnya 28 - 31 hari bergantung pada jumlah hari dalam

satu bulan tersebut.

2) Rata- rata lama rawat (Average Length Of Stay / AvLOS)


45
AvLOS adalah rata- rata lama hari seorang pasien dirawat. Indikator ini

selain memberikan gambaran mutu pelayanan jika diterapkan pada

diagnosis tertentu yang masih membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.

Secara AvLOS yang ideal antara 6-9 hari. Dalam pengukuran AvLOS

dilakukan oleh kepala ruangan dan dibuat setiap bulan dengan rumus

dibawah ini.

Jumlah hari perawatan pasien keluar


AvLOS = x 100%
Jumlah pasien keluar hidup + mati
Keterangan :

- Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan

pasien keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu

- Jumlah pasien keluar (hidup atau mati) adalah jumlah pasien yang

pulang atau meninggal dalam satu periode waktu.

3) Penghitungan lama tempat tidur tidak terisi (Turn Over Interval/ TOI)

TOI adalah rata- rata jumlah hari tempat tidur tidak ditempati dari saat

diisi hingga saat terisi berikutnya, indikator ini dapat memberikan gambaran

tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya, tempat tidur kosong

hanya dalam waktu 1-3 hari. Dalam pengkuran TOI dilakukan oleh kepala

rungan dan dibuat setiap bulan dengan rumus berikut.

(Jumlah TTx hari)- hari perawatan


TOI =
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Keterangan :

- Jumlah TT adalah jumlah total kapasitas tempat tidur yang dimiliki.

- Hari perawatan adalah jumlah total hari perawatan pasien keluar

hidup dan mati

46
- Jumlah pasien keluar adalah jumlah pasien yang memutasikan

keluar, baik Pulang mutasi, lari atau meninggal.

4) Indikator Mutu Rumah Sakit

a) Angka kejadian dekubitus.

b) Angka kejadian kesalahan pada pemberian obat oleh perawat.

c) Angka kejadian pasien jatuh.

d) Angka kejadian cedera akibat restrain.

e) Angka kejadian plebitis.

f) Angka kejadian infeksi paska operasi.

g) Perawatan diri.

5) Kondisi pasien :

a) Audit dokumentasi asuhan keperawatan.

b) Survei masalah baru.

c) Kepuasan pasien dan keluarga.

47
BAB III
ANALISA SITUASI

3.1 Gambaran Umum RSUD dr. Hasri Ainun Habibie

RSUD dr Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo diresmikan pada tahun

2013 oleh Gubernur Provinsi Gorontalo bapak RUSLI HABIBIE, beralamat di

Jalan Kusno Tongkodu Kelurahan Dutulanaa Kecamatan Limboto Kabupaten

Gorontalo. Adapun penamaan Rumah Sakit sesuai dengan Peraturan daerah

Provinsi Gorontalo No 8 Tahun 2003 Tentang Penamaan Rumah Sakit Umum

Daerah Provinsi Gorontalo.

Tipe RSUD dr Hasri Ainun Habibie ditetapkan Melalui SK Menteri

Kesehatan No : HK.02.03./I/3625/2014 dengan Tipe/Kelas D. Pada tahun 2019 dr

Hasri ainun Habibie telah memenuhi syarat dan ditetapkan menjadi

Tipe/Kelas C. Pada awal berdirinya, RSUD dr Hasri Ainun Habibie Provinsi

Gorontalo adalah salah satu SKPD dalam struktur organisasi tata kerja

Pemerintah Provinsi Gorontalo, namun setelah dalam perkembangannya dan

dengan adanya perubahan struktur organisasi tata kerja di lingkungan Provinsi

Gorontalo maka pada tahun 2016 RSUD dr. Hasri Ainun Habibie berubah

status menjadi UPTD Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dan awal tahun

2020 dr Hasri ainun Habibie telah ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum

(BLU).

Sejak diresmikannya pada tahun 2013 hingga tahun 2017 RSUD dr .

Hasri ainun Habibie di pimpin oleh seorang direktur yaitu “dr. Hj. Rosina

Kiu”. Pada tahun 2018 direktur dr. Hasri ainun Habibie digantikan oleh “dr.

Yana Yanti Suleman, SH” dan sekarang dipimpin oleh dr. Fitriyanto Rajak.

48
Ruangan IRD merupakan salah satu ruangan yang berada di RSUD dr. Hasri

Ainun Habibie. Ruangan IRD merupakan bangunan yang ditempati pada tahun

2013. Terdiri dari ruangan kepala, ruang administrasi, nurse station, ruangan alat

kesehatan, ruang perawat, ruang dokter, ruang tindakan, IRDO, IRDA, ruang

isolasi dan ruang perawatan yang memiliki kapasitas dengan jumlah total 22

tempat tidur.

Tenaga keperawatan berjumlah 17 orang, dengan tingkat pendidikan akhir

yang berbeda-beda yaitu Diploma-III, Diploma-IV, Sarjana Keperawatan dan

Profesi Ners. Ruangan IRD menggunakan Metode Tim dan dalam pelaksanaannya

semua bertanggung jawab terhadap seluruh pasien di ruangan

49
3.2 M1 Ketenagaan
1. Ketenagaan
Ruang UGD RSUD dr.H Hasri Ainun Habibie dipimpin oleh kepala ruangan,
dimana ruangan ini memiliki 17 perawat yang terdiri dari tenaga profesi Ners
sebanyak 5 orang, tenaga DIII Keperawatan sebanyak 6 orang dan DIV sebanyak
6 orang yang terbagi menjadi 4 tim, masing-masing tim dipimpin oleh ketua tim
yang beranggotakan 5 orang dalam setiap tim. Selain itu ruang UGD memiliki
pegawai administrasi 1 orang serta tim evakuasi 4 orang.
Berdasarkan hasil observasi saat dilakukan pengkajian di dapatkan struktur
organisasi di ruangan masih struktur yang lama. Pengadaan struktur organisasi di
dalam ruangan penting hal ini dikarenakan dengan adanya struktur organisasi
dapat menjelaskan pembagian aktivitas kerja, serta dapat memperhatikan
hubungan fungsi dan aktivitas sampaiDIREKTUR
batas tertentu, selain itu struktur organisasi
dr. Yana Yanti Sulaeman, S.H
NIP. kewenangan,
menjelaskan hirarki dan susunan 19700101 200003
serta2 hubungan
010 pelaporan (Husein,
2013). Berdasarkan hal itu maka perlu adanya pengadaan struktur organisasi yang
baru di dalam ruangan dengan rencana penyusunan struktur organisasi adalah :

KABID PELAYANAN MEDIK KABID KEPERAWATAN


dr. Fitriyanto radjak Ns. Arifandy Palealu, S.Kep, M.Kep
NIP. 19830711 201412 2 001 NIP. 19810404 200501 1 016

DOKTER PENANGGUNGJAWAB
UGD
dr. Feby Iswandi Suwarno, Sp.B (FICS)

KEPALA RUANGAN UGD


Ns. Wulandari, S.Kep

KETUA TIM I KETUA TIM II KETUA TIM III KETUA TIM IV


Moh. Taufik Tomutu, A. Md
Alfian Hamza Kamili Zohra M, A.Md,Kep Sri Yunita, ST. Keb
Kep

50
Kualifikasi Ketenagakerjaan
Tabel 3.1 Daftar Tenaga Kerja di Ruang UGD
Lama Gol.
No Nama Jabatan Pendidikan Pelatihan
Kerja
Sri Wahyuningsih Dama
1. PA Ners

2. Veronita W. Aliwu PA DIV


3. Hendra Moge Leader DIV
4. Amelia Rahim PA DIV
5. Indriyani laode PA DIV
6. Satrina Hala PA DIII
7. Ade Rahmatia Pahrun PA Ners
8. Ida Sofiyana Leader Ners
9. Meyiti Yolanda Hamid PA DIII
10. Irma Lestari Husain PA DIV
Moh. Taufik Tomutu KATIM
11 DIII
IRDM
12 Nurain Hasan PA Ners
13 Fidya Ntobuo PA DIII
14 Wulandari KARU Ners
Alfian Hamza Kamali KATINM
15 DIV
IRDB
Moh. Fikran G. Katili KATIM
16 DIII
IRDM
Zohra Mustafa KATIM
17 DIII
IRDA

3.2.1 Karakteristik Tenaga di Ruangan UGD


1) Karakteristik ketenagaan berdasarkan spesifikasi pekerjaan
Tabel 3.1 Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Spesifikasi
Pekerjaan di Ruangan UGD
Spesifikasi
No Jumlah Persen
Pekerjaan
1 Perawat 17 46%
2 Dokter umum 15 40,5%
3 Administrasi 1 2,7%
51
4 Evakuasi 4 10,8%
Jumlah 37 100%
Sumber : Data Primer 2021
Berdasarkan tabel 3.1 diatas, ketenagaan berdasarkan spesifikasi
pekerjaan diruang UGD terdiri dari tenaga keperawatan 17 orang
perawat (46%), dokter umum 15 orang (40,5%), tenaga administrasi 1
orang (2,7%) serta evakuasi 4 orang (10,8%).
2) Karakteristik Ketenagaan Perawat berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 3.2 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Tingkat
Pendidikan di Ruang UGD
No Pendidikan Jumlah Persen
1 Ners 5 29,4 %
2 DIII- Keperawatan 6 35,2 %
3 DI IV-Keperawatan 6 35,2 %
Jumlah 17 100
Sumber : Data Primer 2021
Berdasarkan tabel 3.2 terlihat bahwa distribusi Tenaga
Keperawatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di ruang bedah terdiri
dari perawat Profesional (Ners) 5 orang (29,4%), perawat vokasi (DIII
- Keperawatan) 7 orang (35,2%), dan perawat (DIV - Keperawatan) 6
orang (35,2%). Hal ini berbanding terbalik dengan karakteristik
ketenagaan perawat yang dibutuhkan setiap ruangan berdasarkan
tingkat pendidikan (Nurssalam,2015) yang terdiri dari 55% tenaga
profesional (Ners) dan 45% tenaga non profesional (vokasi).
3) Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan masa kerja
Tabel 3.3 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Masa
Kerja di Ruangan Bedah

No Masa Kerja Jumlah Persen


1 <5 tahun 10 58,8%
2 5 tahun - 10 tahun 7 41.1%
3 >10 Tahun - -
Jumlah 17 100 %
Sumber : Data Primer 2021

52
Berdasarkan tabel 3.3 terlihat bahwa distribusi tenaga perawat
berdasarkan lama kerja di ruang UGD terdiri dari masa kerja <5 tahun
(%), 5 tahun-10 tahun (%) dan lebih dari 10 tahun (9%).
4) Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan pelatihan yang pernah
diikuti
Tabel 3.4 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Pelatihan
Yang Pernah Diikuti di Ruang UGD

No Pelatihan Jumlah Persen


1 ATCLS 5 25%

2 BTCLS 15 75%

Jumlah 20 100
Sumber : Data Primer 2021
Berdasarkan tabel 3.4 terlihat bahwa pelatihan yang pernah di ikuti
oleh tenaga perawat di ruang UGD yaitu seluruh perawat telah
mendapatkan pelatihan ATCLS 5 orang (25%) dan pelatihan BTCLS
15 orang (75%)
3.2.2 Analisis Kebutuhan Tenaga Keperawatan di Ruang UGD
Analisa kebutuhan tenaga perawat di Ruang UGD berdasarkan Rumus
Rasio, Gillies, Douglas, dan Depkes adalah sebagai berikut :
1) Berdasarkan Metode Rasio
RSUD dr. Hasri Aiunun Habibie ber- Tipe C dengan jumlah tempat tidur di
Ruang IGD sebanyak 19 buah yang terdiri dari ruang penerimaan 6 , ruang
tindakan 4, isolasi 6 dan OK mini 3 buah.
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :
TT : Tenaga Perawat (3 – 4) : 2
2 x19 = 12.66 = 13
3
2 x19 = 9.5
4
Jadi kebutuhan tenaga 9-13 orang
2) Berdasarkan rumus Douglas
Pada suatu pelayanan professional jumlah tenaga yang dibutuhkan tergantung
pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut Douglas

53
(1984 dalam Nursalam, 2015), klasifikasi dan derajat ketergantungan pasien
dibagi 3 kategori.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan didapatkan jumlah pasien
yang dirawat 11 pasien dengan rincian
0 pasien dengan perawatan minimal
0 pasien dengan perawatan parsial
11 pasien dengan perawatan total
Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Shift Jumlah Pagi Sore Malam
Pasien
Minimal 0 0 x 0,17 = 0 0 x 0,14 = 0 0 x 0,07 = 0
Parsial 0 0 x 0,27 = 0 0 x 0,15 = 0 0 x 0,10 = 0
Total 11 11 x 0,36 = 3,85 11 x 0,3 = 3,3 11 x 0,20 = 2,2
Jumlah 11 3,85 3,3 2,2

Total Tenaga Perawat


Jumlah perawat yang dibutuhkan setiap hari : 3,85+3,3+2.2= 9,35 atau 9
orang
Jumlah tenaga perawat lepas dinas per hari
86 x 3
=0,92(dibulatkan 1 orang)
279
Jadi, berdasarkan rumus Douglas jumlah perawat yang dibutuhkan
untuk bertugas per hari di ruang UGD berjumlah 9 orang + 1 orang lepas
dinas + 1 orang tenaga kepala ruangan = 11 orang
3) Berdasarkan rumus Gillies
a. Tentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan pasien
per hari, yaitu :
1. Perawatan langsung
1) Keperawatan Self Care 0 klien : 0 x 2 jam = 0 jam
2) Keperawatan Partial Care 0 klien : 0 x 3 jam = 15 jam
3) Keperawatan Total Care 11 klien : 11 x 3 jam = 0 jam
Jumlah = 33 jam
2. Perawatan tidak langsung
Rata-rata pasien per hari x 1 jam = 11 x 1 jam = 11 jam
3. Waktu penyuluhan
54
Rata-rata pasien per hari x 0.25 jam = 5 x 0.25 jam = 2,75 jam
Jadi, total jam secara keseluruhan adalah 46.75 jam
b. Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien
perhari adalah 46.75 jam / 11 pasien = 4.25 jam
c. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan tersebut
adalah langsung dengan menggunakan rumus Gilies di atas, sehingga
didapatkan hasil sebagai berikut :
A × B× C F
Rumus= = =H
(C – D) × E G
4,25 jam/klien/hari ×11orang /hari ×365 hari 17063 jam /hari
H= =
( 365 hari – 86 hari/tahun ) ×7 jam 1953 jam/tahun
= 8,73 orang
= 9 orang
Antisipasi cuti, sakit dan lain-lain ditambah 20%
= 4 x 20% = 0,8 = 1 orang
Jadi, jumlah tenaga dibutuhkan secara keseluruhan 9 + 1 = 10 orang
d. Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan perhari,
yaitu:
RMS = Rata-rata klien/hari x Rata-rata jam perawatan/hari
Jumlah jam kerja/hari
= 10 orang x 4,25 jam
7 jam
= 6,07 ( 6 orang )
e. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu dengan
ketentuan menurut Eastler yaitu:
1) Proporsi dinas pagi = 47 % x 6 org = 2,82 (3 orang)
2) Proporsi dinas sore = 36 % x 6 org = 2,16 (2 orang)
3) Proporsi dinas malam = 17 % x 6 org = 1,02 (1 orang)
f. Kombinasi menurut Abdellah dan Levice adalah :
1) Tenaga professional 55% = 6 orang x 55% = 3,30 (2 orang)
2) Tenaga non professional 45% = 6 orang x 45% = 2,70 (3 orang)
a. BOR (Bed Occupantio rate Room)

55
RSUD. dr. Hasri Ainun Habibie sebagai badan layanan umum menerima
dan memberikan pelayanan bagi peserta asuransi kesehatan seperti BPJS
dan jaminan asuransi lainya serta melayani pasien umum. Dari hasil
pengkajian pasien UGD di Ruang UGD dari bulan April-Juni 2021
didapatkan sebagai berikut :
1) Rekapitulasi kunjungan pasien di Ruang UGD
Tabel 3.5 Rekapitulasi kunjungan pasirn di Ruang UGD
Bulan Total
No Urain
April Mei Juni
1 Total di rawat 84 147 95 326
2 Jumlah hari rawat 21 37 24 82
3 Pasien keluar 77 136 87 300
3 Mati 4 3 3 10
2) Efisiensi pelayanan Ruang UGD
a. BOR Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian BOR di ruangan pada bulan April,
Mei dan Juni di RSUD dr. Hasri Aiunun Habibie Ruang UGD angka
penggunaan tempat tidur dengan rincian pada tabel berikut :
Tabel 3.6 Distribusi BOR Pasien Ruangan Ruang G3 Rehab Lt. 1
No Periode Jumlah Hari Jumlah Bed BOR
Rawat
1 April 21 19 3,68
2 Mei 37 19 6,28
3 Juni 24 19 4,21
Total 82 19 4,74

Berdasarkan hasil pengkajian di dapatkan jumlah pasien pada bulan


April yaitu sebanyak 84 pasien, pada bulan mei sebanyak 147 pasien dan
pada bulan Juni sebanyak 95 pasien. Adapun jumlah tempat tidur 19 TT.
Periode = 3 bulan sehingga :
Rumus yang digunakan untuk mengitung BOR :
Menghitung BOR dalam satu bulan :
Jumlah harirawat
BOR= ×100 %
JumlahTT ×Jmlh Hari /Periode
Pada Bulan April :

56
21
BOR= × 100 %
19 ×30(570)
¿ 3,68 %
Pada Bulan Mei :
37
BOR= × 100 %
19 ×31(589)
¿ 6,28 %
Pada Bulan Juni :
24
BOR= × 100 %
19 ×30(570)

¿ 4,21 %

Sehingga dapat di simpulkan untuk periode April-Juni 2021 :


82
BOR= × 100 %
19 × 91( 1729)
¿ 4,74 %
Sehingga dapat disimpulkan untuk 3 periode pada bulan April-Juni
2021 BOR yang didapatkan adalah 4,74 % dan menurut (Depkes, 2011)
ideal untuk BOR adalah 60-85%. Dengan kategori jika <60 % tempat
tidur belum dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya atau kurangnya
pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat, sedangkan
jika >85% kemungkinan terjadi infeksi nosokomial tinggi atau
menunjukkan tingkat pemanfaatkan tempat tidur yang tinggi, sehingga
dapat disimpulkan bahwa untuk BOR 3 bulan terakhir di ruang UGD
adalah 4,74% sehingga dikategorikan BOR kurang ideal.
b. ALOS (Average Length of Stay)
Alos menurut Hufman (1994) adalah “The Average hospitalization
stay of inpatient discharnged during the periode under consideratio”.
ALOS menurut Depkes RI (2015) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi,
juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan
pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih

57
lanjut, secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes RI
2005).
Jumlah lama rawat Rata−Rata
ALOS=
Jumlah pasien keluar hidup + Mati
Jumlah lama rawat di Ruang UGD sejak 3 bulan terakhir adalah :
1. April : 21 hari
2. Mei : 37 hari
3. Juni : 24 hari
Sedangkan jumlah pasien sejak 3 bulan terakhir adalah :
1. April : 84 pasien
2. Mei : 147 pasien
3. Juni : 95 pasien
Sehingga, hasil ALOS selama 3 bulan terakhir :
Pada Bulan November :
21
ALOS= =0,25 hari(hari perawatan)
77+ 4=81

Pada Bulan Desember :


37
ALOS= =0,26 hari(hari perawatan)
136+ 3=139
Pada Bulan Januari :
24
ALOS= =0,26 hari(hari perawatan)
87 +3=90
Berdasarkan hasil perhitungan ALOS selama 3 bulan terakhir, diperoleh
rata-rata lamanya pasien dirawat di ruang UGD adalah selama 1 hari
yang artinya pasien yang masuk UGD maksimum selama 6 jam
c. TOI (Turn Over Interval)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana
tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat
tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :
(Jumlah tempat tidur x periode) – Hari perawatan
TOI=
Jumlah pasien keluar hidup + Mati
58
( 19 X 91 )−82 1647
TOI = TOI=
300+10=310 310
TOI=5,31
Jadi tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur dalam 3 bulan terakhir di
ruangan UGD adalah 5 hari
d. BTO (Bed Turn Over)
BTO menurut depkes (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat
tidur pada satu periode, beberapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan
waktu tertentu, idealnya dalam 1 tahun 1 tempat tidur rata-rata dipakai >30
kali.
Jumlah pasien keluar hidup + Mati
BTO=
Jumlah tempat tidur
Sedangkan jumlah pasien sejak 3 bulan terakhir adalah :
a. April : 84 pasien
b. Mei : 147 pasien
c. Juni : 95 pasien
Jumlah tempat tidur : 19 TT
Sehingga hasil BTO 3 bulan terakhir adalah:
a. April
81
BTO= =4,26=4 kali
19
b. Mei
139
BTO= =7,31=7 kali
19
c. Juni
90
BTO= =5 kali
19
Berdasarkan hasil perhitungan BTO selama 3 bulan terakhir, diperoleh
rata-rata frekuensi pemakaian tempat tidur di ruang UGD adalah 5 kali
perputaran dalam 1 bulan. Sehingga 5 x 12 bulan yaitu 60 x perputaran
tempat tidur dalam 1 tahun (12 bulan). Sehingga masuk dalam kategori
ideal.
3.2.3 Hasil wawancara dan Observasi

59
Berdasarkan observasi dan wawancara, didaptkan bahwa tenaga perawat di
ruangan UGD sudah mencukupi. Hal ini sesuai dengan perhitungan tenaga
menggunakan metode rasio, bahwa seharusnya jumlah tenaga yang
dibuthkan yaitu 7-9 perawat sedangkan jumlah perawat dalam ruangan
sejumlah 17 perawat termasuk kepala ruangan. Sehingga tidak perlu
adanya pedambahan tenaga perawat. Hal ini didukung pengkajian
menggunakan kuesioner dari 17 perawat yang ada didaptkan semua
perawat (100%) mengatakan puas terkait ketenaagaan di ruang UGD
seperti mekanisme pembagian tugas (100%).

3.2 M2 (Material) Bangunan, Sarana, dan Prasarana


3.3.1 Penataan Gedung/Lokasi Rawat Inap

Lokasi penerapan proses profesi manajemen keperawatan yang digunakan

dalam kegiatan profesi keperawatan mahasiswa profesi Ners UNG di gedung IGD

sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan tabah kosong

b. Sebelah timur, berbatasan dengan tanah kosong

c. Sebelah selatan, berbatasan dengan nifas

d. Sebelah barat, berbatasan dengan poli

Tabel 3.7 Hasil Pengkajian Penataan Ruangan


No Hasil Pengkajian Standar Rawat Inap KET
1. Bangunan ruangan IGD terletak Bangunan ruang IGD harus terletak Sesuai
pada pintu masuk, aman dan pada tempat yang aman, nyaman dan
nyaman serta memiliki kemudahan memiliki kemudahan aksebilitas dari
aksebilitas dari sarana penunjang sarana penunjang.
2. Lantai berbahan keramik, mudah Lantai harus kuat dan tidak berongga Sesuai
dibersihkan, kuat dan tidak mudah dibersihkan bahan tidak
berongga mudah terbakar
3. Pertemuan dinding dengan lantai Pertemuan dinding dengan lantai Tidak Sesuai
tidak berbentuk lengkung disarankan berbentuk lengkung agar
memudahkan pembersihan dan tidak
menjadi tempat sarang debu dan
kotoran

60
4. Sinar matahari tidak masuk Sinar matahari pagi sedapat mungkin Tidak Sesuai
ruangan. masuk ruangan
5. IGD mempunyai ruang isolasi Ruang IGD harus mempunyai ruang Sesuai
sebanyak 1 ruangan isolasi
6. Ruang IGD tidak memiliki ruang Tipe ruang rawat inap adalah super Tidak Sesuai
super vip dan vip. vip, vip, kelas 1 (2 tempat tidur),
kelas 2 (4 tempat tidur), dan kelas 3
(6 tempat tidur).
7. Pasien yang menderita penyakit Khusus untuk pasien-pasien tertentu Sesuai
menular dipisahkan diruangan harus dipisahkan seperti pasien
isolasi menderita penyakit menular, pasien
dengan pengobatan menimbulkan
bau (seperti penyakit tumor,
ganggreng, diabetes dan sebagainya),
pasien yang gadu gelisah.
8. Meja perawat dekat dengan bed Meja perawat harus terletak dekat Sesuai
pasien dengan semua bed pasien agar
perawat dapat mengawasi pasien
secara efektif maksimum melayani 9
tempat tidur.
9. Alur petugas dan pengujung tidak Alur petugas dan pengunjung dipisah Tidak Sesuai
dipisah
10. Antar tempat tidur tidak dibatasi Antar tempat tidur harus dibatasi Tidak Sesuai
oleh Sampiran oleh tirai dengan rel harus menempel
di plafond an sebaiknya bahan tirai
non porosif.
11. Jarak antar tempat tidur sangat Jarak antar tempat tidur 2,4 m, atau Tidak Sesuai
dekat 80cm antar tepi tempat tidur minimal 1,5
m.
12. Setiap tempat tidur memiliki stop Setiap tempat tidur disediakan Sesuai
kontak, tetapi tidak digunakan minimal 2 stop kontak dan tidak
untuk arus tegangan tinggi. boleh ada percabangan atau
sambungan langsung tanpa
pengamanan arus.
13. Ventilasi disetiap ruangan tidak Ruangan harus dijamin terjadinya Tidak Sesuai
dapat dibuka sehingga pertukaran pertukaran udara
udara kurang bagus
14. Jendela disetiap ruangan tidak Bed pasien harus memiliki bukaan Tidak Sesuai
dapat dibuka jendela yang aman untuk kebutuhan
pencahayaan dan ventilasi alami
15. Ruang IGD tidak memiliki nurse Ruang perawatan harus menyediakan Tidak Sesuai
call nurse call untuk masing-masing
tempat tidur yang terhubung ke nurse
61
station
16. Disetiap ruang perawatan tidak Disetiap ruang perawatan harus Tidak Sesuai
terdapat 1 kamar mandi disediakan kamar mandi
17. Ruang perawatan tersedia outlet Ruang perawatan harus disediakan Sesuai
oksigen outlet oksigen
Sumber: Depkes (2007)

3.3.2 Denah Ruang Rawat Inap/Interna

H1 H2 A5

H3

Nurse Station
A1 A2 A3

Pintu
masuk

62
Ruang Penerimaan A4
Pasien

Ket :

- Ruangan A1, A2, adalah ruangan OK MINI dan Ruang Tindakan

- Ruangan A3, A4, A5 adalah ruangan Ruang Irdo, Ruang IRDA dan Ruang

Isolasi,

- Ruangan H1, H2, adalah ruangan Perawat dan Ruang Dokter

- Ruangan H3 adalah ruang Kepala Ruangan dan Administrasi

3.3.3 Hasil observasi secara umum:

Berdasarkan hasil observasi terhadap situasi lingkungan gedung IGD

dapat disampaikan bahwa:

1. Pencahayaan : Pencahayaan di ruangan pasien terang, terdapat lampu

yang cukup akan tetapi banyak lampu yang tidak berfungsi. Pada ruangan

penerimaan terdapat 26 buah lampu, yang berfungsi 24 buah lampu,

sisanya 2 buah lampu tidak berfungsi, selain itu ruangan Irdo tidak

terdapat jendela.. terdapat 3 buah lampu, yang berfungsi 3 buah lampu,

dan semua lampu berfungsi, selain itu ruangan kelas Irda terdapat 1

jendela dan tidak bisa di buka jendelanya, terdapat 5 buah lampu yang

berfungsi ada 3 buah lampu yang berfungsi dan 2 buah lampu tidak

berfungsi. . Ruangan kelas Irdb 1 tidak terdapat jendela, terdapat 5 buah

63
lampu yang berfungsi 3 buah lampu, dan 2 buah lampu tidak berfungsi,

selain itu ruangan OK mini tidak mempunyai jendela terdapat 8 lampu

yang berfungsi 4 dan tidak berfungsi 4 . Isolasi terdapat 4 buah lampu,

yang berfungsi 3 buah lampu dan 1 buah lampu tidak berfungsi, selain itu

ruangan isolasi memiliki 1 jendela tetapi tidak bisa dibuka.

2. Ventilasi : disetiap ruangan IGD terdapat ventilasi Lantai dan atap: lantai

keramik, bersih, dan kering. bagian atap gedung IGD khusunya pada

ruangan ok mini atap sudah berwarna hitam

3. Dinding: tampak bersih dan tidak terkelupas

4. Sarana air bersih: di ruangan penerimaan terdapat 2 wastafel 1 berfungsi

dan 1 tidak berfungsi di ruangan irdo terdapat 1 wastafel, diruangan

tindakan terdapat 1 wastafel, diruangan ok mini terdapat 1 wastafel

diruangan irda tidak terdapat wastafel. Setiap ruangan terdapat petunjuk

6 langkah cuci tangan

5. Pembuangan air limbah: lancar.

6. Tempat sampah medis dan non medis terpisah.

7. Tidak terdapat wastafel diluar toilet untuk tenaga kesehatan.

8. Setiap ruang rawat terdapat colokan dan bias di gunakan

9. Gedung IGD memiliki 9 ruangan, dengan kapasitas tempat tidur

berjumlah 22 buah tempat tidur.

1). Observasi:

Berdasarkan hasil observasi ruang IGD memiliki 22 buah tempat tidur

dengan klasifikasi : ruangan Penerimaan 6 buah tempat tidur, ruangan irdo

terdapat 3 buah tempat tidur, ruangan tindakan 4 buah tempat tidur dan isolasi

64
terdapat 6 buah tempat tidur ruangan ok mini terdapat 3 buah tempat tidur,

serta fasilitas lainnya yang sudah sesuai dengan standar. Akan tetapi,

berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa dalam penataan ruangan masih

banyak yang belum sesuai standar, Seperti dalam segi pencahayaan dan

ventilasi,

2). Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa fasilitas sarana dan

prasarana yang ada di ruangan IGD belum lengkap seperti alat-alat kesehatan

yang masih kurang dan prasarana.

3). Hasil Kuesioner

Berdasarkan hasil pengkajian kuesioner didapatkan 58,9% perawat

mengatakan untuk tata letak rungan tidak sesuai dengan standar dan 41,1%

mengatakan ya dan untuk fasilitas rungan untuk perawatan pasien sesuai

dengan standar yang berlaku, perwat mengatakan 88,2% tidak dan 11,8

menjawab ya sedangkan untuk peralat kesehatan dirungan 94,11% perawat

mengatakan tidak memadai dan 5,9% menjawab ya.

3.3.4 Fasilitas dan peralatan bahan

Berikut daftar fasilitas kesehatan untuk pasien yang ada diruangan IGD,

berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 27 JULI 2021 diruang

IGD, RSUD Hasri Ainun Habibie.

a. Fasilitas

1. Fasilitas untuk tenaga kesehatan

Tabel 3.8 Fasilitas untuk tenaga kesehatan di ruang IGD


No Nama ruangan Fasilitas Keterangan
1. Ruangan dokter Terdapat 1 kursi, 1 meja Ruang dokter berhadapan
dokter, 1 lemari, 1 AC, 1 WC
65
dan tempat tidur 2 buah dengan ruang perawat
2. Ruang Kepala 1 meja, 1 kursi,1 set computer, Ruang administrasi
Ruangan dan dan 1 printer digabung dengan ruang
Ruang administrasi kepala ruangan yang
berada dibelakang nurse
station
3. Nurse station Terdapat 6 meja, 10 kursi, 3 Ruangan nurse station
troli (1 troli cairan, 1 troli berada disamping pintu
EKG, 1 troli untuk infus set, 1 masuk yang berhadapan
troli obat, 1 troli emergency, langsung dengan ruangan
dan 1 troli documentasi), untuk pasien.
pencegahan covid terdapat
pembatas/ pelindung disetiap
meja.
5. Ruang perawat Terdapat 1 kamar tidur, 1 Ruang perawat berada
loker, 1 toilet, dan 1 AC, 1 didepan ruang dokter
buah sofa, 2 buah kasur
Sumber: Depkes (2007)
Berdasarkan observasi dan wawancara ruang IGD fasilitas untuk tenaga

kesehatan belum sesuai standar rawat inap yang berlaku, sesuai pedoman teknis

kemenkes 2007, dimana fasilitas untuk tenaga kesehatan harus memiliki ruang

kepala ruangan,administrasi, ruang dokter, ruang perawat.

2. Fasilitas untuk pasien

Tabel 3.9 Pengkajian Fasilitas Pasien


No Nama Barang Jumlah Ideal Usulan
1. Tempat tidur 22 buah Ruang penerimaan 6 -
tempat tidur,
ruangan irdo 3
tempat tidur,
ruangan tindakan 4
tempat tidur dan
isolasi terdapat 6
tempat tidur dan
ruangan ok mini
terdapat 3 tempat
tidur
3. AC 9 buah 1 buah/ kamar -
4. Kursi roda 2 buah 1 buah/ bangsal

66
5. Jam dinding 1 buah - -
6. Kamar mandi 1/kamar 1 / kamar -
7. Wastafel 5 buah) 1 tidak 1/ ruangan Perlu
berfungsi) diadakan
8. Tempat sampah pasien - 1/ kamar Perlu
diadakan
9. Jendela 12 jendela 1-2/ kamar -
( tidak bisa
dibuka)
10. Standar infus 1 buah/bed 1 set/ bed -
Sumber: Kemenkes (2020)
1). Observasi

Berdasarkan hasil observasi ruang IGD terdapat beberapa fasilitas pasien

yang masih kurang seperti wastafel, dan tempat sampah yang sangat penting

perannya, terutama di saat pandemi.

2). Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa Fasilitas Pasien masih

banyak yang kurang, dan belum sesuai dengan standar pelayanan.

3). Kuesioner

Berdasarkan hasil pengkajian kuesioner didapatkan 58,9% perawat

mengatakan untuk tata letak rungan tidak sesuai dengan standar dan 41,1%

mengatakan ya dan untuk fasilitas rungan untuk perawatan pasien sesuai

dengan standar yang berlaku, perwat mengatakan 88,2% tidak dan 11,8

menjawab ya sedangkan untuk peralat kesehatan dirungan 94,11%

perawat mengatakan tidak memadai dan 5,9% menjawab ya.

b. Peralatan dan bahan

1. Peralatan/bahan habis pakai untuk pasien

67
Tabel 3.10 Pengkajian Peralatan habis pakai
N Nama Barang Keterangan Ideal Usulan
o
1 Handscoon Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
2 Masker Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
3 Nursing cap Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
4 Disposible Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
5 Kapas alcohol Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
6 Kasa steril Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
7 Kasa rol Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
8 Obat oral Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
9 Elastisitas perban Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
10 Kanul O2 Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
11 Selang kateter Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
12 Selang infus Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
13 NGT Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
14 Urine bag Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
15 Ivcath Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
16 Handrub - Ada/ ruangan Perlu
ditambahkan
17 Cairan infus koloid Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
18 Cairan infus Kristaloid Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan

68
19 Cairan dextrose Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
20 Alkohol 70% Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
21 Iodine Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
22 Epinephrine Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
23 Dobutamin Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
24 Lidocaine Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
25 Potasium Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
26 Chlroida Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
27 Asam tranexamat Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
28 Atracurium Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
29 Epedrhin Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
30 Dopamin Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
31 Amiodaron Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
32 Adrenalin Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
33 Dexametason Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
34 Naloxon Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
35 Paracetamol Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
36 Levofloxacin Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
37 Metronidazole Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan

69
38 Ciprofloxacin Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
39 Cefobactam Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
40 Azidhromycin Dihidrate Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
41 Atropin sulfat Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
Sumber: Kemenkes (2020)
1). Observasi

Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa persediaan Bahan Habis

Pakai (BHP) selalu tersedia sesuai dengan kebutuhan, dan persediaan yang

perlu ditambahkan yaitu handrub. Hal ini perlu diadakan karena menurut

persyaratan umum ruang IGD berdasarkan peraturan KEMENKES (2020),

bahan habis pakai untuk pasien yang disebutkan diatas perlu diadakan untuk

memenuhi standar perawatan rawat inap.Selain itu, bahan tersebut dibutuhkan

untuk pencegahan virus di masa pandemi covid.

2). Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa untuk persediaan Bahan

Habis Pakai (BHP) selalu tersedia sesuai dengan kebutuhan.

3). Kuesioner

Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan bahwa 100% perawat menyatakan

persediaan Bahan Habis Pakai (BHP) selalu tersedia sesuai kebutuhan

2. Peratalatan/alat kesehatan untuk tenaga kesehatan

Tabel 3.11 Pengkajian peratalatan/alat kesehatan untuk tenaga kesehatan


No Nama Barang Jumlah Ideal Usulan

70
1. Stetoskop 4 buah 1:6 TT sesuai -
ruangan
2. Emergency kit dan set 2 buah 1/ bangsal -
resusitasi: set BHP
Emergency
3. Speculum hidung - 1/ ruangan Perlu
diadakan
4. Oksigen set + flow meter 1 buah 1 set/ ruangan -
5. Reflex hummer - 1 buah/ruangan -
6. Tempat sampah infeksius 1 buah 1 buah/ ruanagan -
7. Tempat sampah non 1 buah 1 buah / ruangan -
infeksius
8. Papan tulis 2 buah 1 buah/ ruangan -
9. Lemari kaca 3 buah 1 buah/ ruangan -
10. Lemari besi 1 Buah 1 buah/ ruangan -
12. Tensimeter roda 3 buah (1 2 buah / ruangan -
buah tidak
berfungsi)
13. Minor sugery set 1 set 1 set/ ruangan -
14. Defibrilator 1 buah 1 set/ ruangan -
15. examination lamp 2 buah 1/ ruangan -
16. Film viewer 1 buah 1 / ruangan -
17. Infuse pump 1 buah 1 set/ ruangan -
18. Lampu periksa - 1 buah/ kamar Perlu
diadakan
19. Nebulizer 1 buah 1 set/ bangsal -
20. Pen light - 1/ ruangan Perlu
ditambahkan
21. Oxymeter 1 buah 2-4/ bangsal -
22. Suction pump 3 buah 1 set/ ruangan -
23. Syringe pump 1 buah 1 set/ kamar -
24. Bed pasien elektrik - Sesuai kebutuhan -
26. Bed pasien manual 22 buah Sesuai kebutuhan -
27. Termometer digital 1 buah 2 buah/bangsal -
28. Timbangan pasien 1 buah 1 buah/ ruangan -

71
30. Monitor pasien 1 buah 1 buah/bangsal -
31. Pengukur tinggi badan - 1/ bangsal Perlu
diadakan
32. EKG 2 buah 1/ sesuai -
kebutuhan/
bangsal
Sumber: Kemenkes (2020)
1). Observasi

Berdasarkan hasil observasi peralatan kesehatan diruangan belum lengkap,

untuk perawatan pasien. Dan jumlah alat yang tersedia sudah sesuai dengan

rasio pasien. Alat yang kurang tersebut perlu diadakan karena sesuai standar

menurut KEMENKES (2020), bahwa peralatan yang dimaksud harus ada

minimal 1 buah/ruangan.

2). Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa jumlah alat yang tersedia

sudah sesuai dengan rasio pasien dan semua perawat mengerti cara

menggunakan alat-alat perawatan.

3). Kuesioner

Berdasarkan hasil kuesioner, didapatkan bahwa sebanyak 88,2% perawat

menyatakan bahwa peralatan kesehatan belum lengkap dan sebanyak 70,6%

mengatakan jumlah alat yang tersedia sudah sesuai rasio pasien dan sebanyak

100% perawat yang mengerti cara menggunakan alat-alat perawatan.

3. Alat dokumentasi untuk tenaga kesehatan

Tabel 3.12 Pengkajian alat dokumentasi untuk tenaga kesehatan


No Nama Barang Keterangan Usulan
1. Buku SOP Ada 1 buah -
2. Buku SAK Ada buku SDKI, SLKI, -

72
SIKI
3. Buku perencanaan pulang Ada 1 buah -
Sumber: Kemenkes (2020)
1. Observasi dan wawancara

Berdasarkan hasil observasi bahwa alat dokumentasi di dalam ruangan

rawat inap sudah memadai dan sudah sesuai dengan standar dari

KEMENKES (2020).

2. Kuesioner

Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan sebanyak 100% perawat

mengatakan bahwa data penunjang administrasi sudah memadai

Adapun Masalah pada M2:

1. Penataan gedung dalam ruang IGD belum sesuai standar. Seperti,

sampiran, ventilasi dan jendela.

2. Belum tersedianya denah ruangan.

3. Alat kesehatan yang masih kurang. Seperti, Speculum hidung, Pen light,

pengukur tinggi badan, dll.

4. Fasilitas untuk pasien masih kurang seperti, wastafel, tempat sampah, jam

dinding dan handrub.

3.3 M3 Metode Asuhan Keperawatan

Tabel 3.3.1 Metode Asuhan Keperawatan Yang Digunakan Di Ruangan


Pertanyaan Jawaban
Total
(%)

73
Ya Presentase Tidak Presentase

apakah model asuhan keperawatan yang 17 100% 0 0%


digunakan perawat di ruangan saat ini
Apakah anda mengerti/memahami dengan 17 100 % 0 0%
model asuhan keperawatan yang
digunakan saat ini 100%
Apakah model tersebut cocok digunakan 17 100 % 0 0%
diruangan anda
Apakah model yang digunakan sesuai 17 100 % 0 0%
dengan visi dan misi ruangan
Berdasarkan tabel 3.1 menunjukkan bahwa 17 perawat (100%) mengetahui dan
memahami tentang model asuhan keperawatan yang digunakan di ruangan saat
ini. Sebanyak 17 perawat (100%) mengatakan model asuhan keperawatan cocok
digunakan diruangan saat ini. Berdasarkan hasil wawancara model asuhan
keperawatan yang digunakan diruangan IRD saat ini adalah model tim. Metode
tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang
perawat professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif (Potter & Patricia, 2015).

a. M3-1 MAKP
Tabel 3.3.2 Efetivitas Dan Efisiensi Model Asuhan Keperawatan
Jawaban
Pertanyaan Total
(%)
Ya Presentase Tidak Presentase

Berapakah rerata hari rawat pasien 17 100% 0 0%


Apakah dengan menggunakan model saat ini 16 94,1% 1 5,9%
menjadikan semakin pendek lama rawat inap
bagi pasien
Apakah terjadi peningkatan kepercayaan pasien 17 100% 0 0%
terhadap ruangan
100%
Apakah model yang digunakan saat ini tidak 2 11,8% 15 88,2%
menyulitkan dan memberikan beban berat kerja
bagi anda
Apakah model saat ini tidak memberatkan dalam 1 5,9% 16 94,1%
pembiayaan
Apakah model yang digunakan mendapat banyak 1 5,9% 16 94,1%
kritikan dari pasien pada ruangan

Berdasarkan tabel 3.2 menunjukkan bahwa 17 perawat (100%) mengetahui rerata


hari rawat pasien. Sebanyak 16 perawat (94,1%) mengatakan model asuhan

74
keperawatan yang digunakan saat ini menjadikan lama hari perawatan semakin
pendek, sedangkan 1 perawat (5,9%) mengatakan model asuhan keperawatan
yang digunakan saat ini tidak menjadikan hari perawatan semakin pendek.
Sebanyak 17 perawat (100%) mengatakan terjadi peningkatan kepercayaan pasien
terhadap ruangan. Sebanyak 2 perawat (11,8%) mengatakan model asuhan
keperawatan yang digunakan saat ini menyulitkan dan memberikan beban kerja
sedangkan 15 perawat (88,2%) mengatakan model asuhan keperawatan yang
digunakan saat ini tidak menyulitkan dan tidak memberikan beban kerja yang
berat. Sebanyak 1 perawat (5,9%) mengatakan model asuhan keperawatan yang
digunakan saat ini memberatkan pembiayaan sedangkan 16 perawat (94,1%)
mengatakan model yang digunakan saat ini tidak memberatkan dalam
pembiayaan. Sebanyak 1 perawat (5,9%) mengatakan model asuhan keperawatan
yang digunakan saat ini mendapat banyak kritikan dari pasien, sedangkan
sebanyak 16 perawat (94,1%) mengatakan model asuhan keperawatan yang
digunakan saat ini tidak mendapat banyak kritikan dari pasien.

Tabel 3.3.3 Pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan


Jawaban
Pertanyaan Total
(%)
Ya Presentase Tidak Presentase

Apakah telah terlaksana 17 100 % 0 0%


komunikasi yang adekuat
antara perawat dan tim
kesehatan lain
Apakah kontinuitas rencana 17 100 % 0 0% 100
keperawatan terlaksana
Apakah perawat 17 100 % 0 0%
menjalankan kegiatan sesuai
tupoksi
Berdasarkan tabel 3.3 menunjukkan bahwa 17 perawat (100%) mengatakan telah
terlaksana komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lain. 17
perawat (100%) mengatakan kontinuitas rencana keperawatan terlaksana. 17
perawat (100%) mengatakan menjalankan kegiatan sesuai tupoksi masing-masing.

Tabel 3.3.4 Tanggung Jawab dan Pembagian Tugas


Jawaban
Pertanyaan Total
75
(%)
Ya Presentase Tidak Presentase

Jelaskan tugas anda sesuai 17 100% 0 0%


dengan model asuhan
keperawatan yang saat ini
digunakan ruangan
Apakah Job Description untuk 17 100 % 0 0% 100
anda selama ini sudah jelas
Apakah anda mengenal atau 17 100 % 0 0%
mengetahui kondisi pasien dan
dapat menilai tingkat
kebutuhan
Berdasarkan tabel 3.4 menunjukkan bahwa 17 perawat (100%) mengatakan
tugasnya sudah sesuai dengan model asuhan keperawatan yang saat ini digunakan
diruangan. 17 perawat (100%) mengatakan job descriptionnya selama ini sudah
jelas. 17 perawat (100%) mengatakan mengenal dan mengetahui kondisi pasien
dan dapat menilai tingkat kebutuhan.

b. M3-2 Timbang Terima


Tabel 3.3.5 Operan Shift dan Timbang Terima
Jawaban
Pertanyaan Total
(%)
Ya Presentase Tidak Presentase

Berapa kali timbang terima 17 100% 0 0%


dilakukan diruangan anda
Apakah timbang terima telah 10 58,8% 7 41,2%
dilaksanakan tepat waktu
Apakah timbang terima dihadiri 17 100 % 0 0%
oleh semua perawat yang
berkepentingan
Siapa yang memimpin kegiatan 17 100 % 0 0%
timbang terima
Adakah yang harus dipersiapkan 17 100% 0 0%
dalam pelaksanakan timbang
terima
Apa saja yang harus disampaikan 17 100% 0 0%
dalam pelaporan timbang terima
100
Apakah ada buku khusus untuk 16 94,1% 1 5,9%
mencatat hasil laporan timbang
terima
Apakah ada kesulitan dalam 7 41,2% 10 58,8%
mendokumentasikan laporan
timbang terima
Apakah ada interaksi dengan 17 100% 0 0%
pasien saat timbang terima

76
berlangsung
Bagaimana teknik pelaporan 17 100% 0 0%
timbang terima ketika berada di
depan pasien
Berapa lama waktu yang 17 100% 0 0%
dibutuuhkan untuk mengunjungi
masing-masing pasien
Apakah anda (shift pengganti) 17 100% 0 0%
dievaluasi kesiapannya oleh
kepala ruangan
Berdasarkan tabel 3.6 menunjukkan bahwa 17 perawat (100%) melakukan
timbang terima diruangan sebanyak 3 kali. 10 perawat (58,8%) mengatakan
timbang terima dilaksanakan tepat waktu, sedangkan 7 perawat (41,2%)
mengatakan timbang terima tidak dilaksanakan tepat waktu. 17 perawat (100%)
mengatakan timbang terima dihadiri oleh semua perawat yang berkepentingan dan
dipimpin oleh kepala ruangan atau ketua tim. 17 perawat (100%) mengatakan
untuk melakukan timbang terima mempersiapkan status pasien dan melaporkan
perkembangan pasien. 7 perawat (41,2%) mengatakan ada kesulitan dalam
mendokumentasikan laporan timbang terima, sedangkan 10 perawat (58,8%)
mengatakan tidak ada kesulitan dalam mendokumentasikan laporan timbang
terima. 17 perawat (100%) mengatakan ada interaksi dengan pasien pada saat
melakukan timbang terima.

c. M3-3 Ronde Keperawatan


Tabel 3.3.6 Ronde Keperawatan
Jawaban Total
Pertanyaan
Ya Presentase Tidak Presentase (%)
Apakah ruangan ini mendukung
adanya kegiatan ronde 7 41,2% 10 58,8%
keperawatan
Apakah sebagian besar perawat
diruang IRD mengerti adanya 3 17,6% 14 82,4%
ronde keperawatan
Apakah pelaksanaan ronde
keperawatan di ruangan telah 0 0% 17 100%
optimal
Berapa kali ronde keperawatan 100%
0 0% 17 100%
dilaksanakan dalam 1 bulan
Apakah keluarga pasien mengerti
tentang adanya ronde 0 0% 17 100%
keperawatan
Apakah tim dalam pelaksanan 0 0% 17 100%
kegiatan ronde keperawatan telah
77
dibentuk
Apkah tim yang dibentuk telah
mampu melaksanakan kegiatan 0 0% 17 100%
ronde dengan optimal
Berdasarkan tabel 3.6 menunjukkan bahwa 7 perawat (41,2%) mengatakan bahwa
ruangan IRD mendukung adanya kegiatan ronde keperawatan, sedangkan 10
perawat (58,8%) mengatakan bahwa ruangan IRD tidak mendukung adanya
kegiatan ronde keperawatan. 3 perawat (17,6) mengatakan mengerti tentang
adanya ronde keperawatan, sedangkan 14 perawat mengatakan tidak mengerti
tentang adanya ronde keperawatan. 17 perawat (100%) mengatakan pelaksaan
ronde diruangan belum optimal. 17 perawat (100%) mengatakan belum pernah
dilakukan ronde keperawatan di ruangan IRD dan belum dibentuk tim ronde.

d. M3-4 Sentralisasi Obat


Tabel 3.3.7 Pengadaan Sentralisasi Obat
Jawaban
Pertanyaan Presentas Total (%)
Ya Tidak Presentase
e
Apakah yang anda ketahui
17 100% 0 0%
tentang sentralisasi obat
Apakah diruangan anda ini
0 0% 17 100%
terdapat sentralisasi obat
Apakah sentralisasi obat
yang ada sudah dilaksanakan 0 0% 17 100%
100%
secara optimal
Apakah diruangan ini perlu
17 100% 0 0%
diadakan sentralisasi obat
Apakah selama ini anda
pernah diberi wewenang 0 0% 17 100%
dalam urusan sentralisasi
Berdasarkan tabel 3.7 menunjukkan bahwa 17 perawat (100%) mengetahui
tentang sentralisasi obat. 17 perawat (100%) mengatakan diruangan belum
terdapat sentralisasi obat. 17 perawat (100%) mengatakan sentralisasi obat
diruangan belum optimal. 17 perawat (100%) mengatakan perlu diadakan
sentralisasi obat diruangan IRD.

Tabel 3.3.8 Alur Penerimaan Obat


78
Pertanyaan Jawaban Total
(%)
Ya Presentase Tidak Presentase
Apakah selama ini ada format 0 0% 17 100%
persetujuan sentralisasi obat dari 100%
pasien/keluarga pasien?
Bagaimana proses penerimaan 17 100% 0 0%
obat dari pasien/keluarga
Berdasarkan tabel 3.8 menunjukkan bahwa 17 perawat (100%) mengatakan
selama ini belum ada format persetujuan sentralisasi obat dari pasien/keluarga
pasien. 17 perawat (100%) mengatakan ada proses penerimaan obat dari
pasien/keluarga pasien, di ruang IGD perawat yang menerima obat.

Tabel 3.3.9 Cara Penyimpanan Obat


Pertanyaan Jawaban Total
(%)
Ya Presentase Tidak Presentase
Apakah diruangan khusus untuk 0 0% 17 100% 100%
sentralisasi obat
Bagaimana kelengkapan sarana 0 0% 17 100%
dan prasarana pendukung
sentralisasi obat
Apakah selama ini anda 17 100% 0 0%
memisahkan kepemilikan antar
obat-obat pasien
Apakah selama ini anda 17 100% 0 0%
memberi etiket dan alamat pada
obat-obat pasien
berdasarkan tabel 3.9 menunjukkan bahwa 17 perawat (100%) mengatakan tidak
ada ruangan khusus untuk sentralisasi obat. 17 perawat (100%) mengatakan
kelengkapan sarana dan prasarana pendukung sentralisasi obat belum memadai.
17 perawat (100%) mengatakan memisahkan kepemilikkan antar obat-obat pasien.
17 perawat (100%) mengatakan memberik etiket atau label pada obat-obat pasien.

Tabel 3.3.10 Cara Penyiapan Obat


Pertanyaan Jawaban Total
(%)
Ya Presentase Tidak Presentase
apakah selama ini sebelum 17 100% 0 0%
memberikan obat kepada pasien 100%
perawat selalu
menginformasikan jumlah
kepemilikan obat yang telah
digunakan

79
apakah ada format tiap jenis obat 0 0% 17 100%
sebelum perawat memberikan
obat ke pasien
berdasarkan tabel 3.10 menunjukkan bahwa 17 perawat (100%) mengatakan
sebelum memberikan obat kepada pasien selalu menginformasikan jumlah
kepemilikan obat yang telah digunakan. 17 perawat (100%) mengatakan tidak ada
format tiap jenis obat sebelum perawata memberikan obat ke pasien.

e. M3-5 Supervisi
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan
kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas
kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Nursalam, 2014).
Supervisi merupakan hal yang penting dilakukan untuk memastikan pelayanan
dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang ditetapkan. Supervisi
tidak diartikan sebagai pemeriksaan dan mencari kesalahan, tetapi lebih pada
pengawasan partisipatif yaitu perawat yang mengawasi pelaksanaan kegiatan
memberikan penghargaan pada pencapaian atau keberhasilan dan memberi jalan
keluar pada hal-hal yang belum terpenuhi. Untuk menjadi supervisor yang baik
diperlukan kompetensi yang harus dimiliki dalam melaksanakan supervisi.

3.3.11 Tabel Pengetahuan Perawat Terkait Pelaksanaan Supervisi Di


Ruangan
Total
Jawaban
(%)
Pertanyaan
Ya Presentase Tidak Presentase

Apakah anda mengerti tentang supervisi 17 100% 0 0% 100


Apakah supervise telah dilakukan
17 100% 0 0% 100
diruangan
Berapa kali supervise dilakukan 17 100% 0 0% 100
Siapakah yang melakukan supervise 17 100% 0 0% 100
Bagaimana alur supervise yang ada 17 100% 0 0% 100
diruangan

Adakah format untuk supervise setiap 14 82, % 3 17,7% 100


tindakan

80
Apakah format untuk supervise sudah 11 64,8% 6 35,2% 100
sesuai standar keperawatan
Apakah alat (instrument) untuk supervise 13 76,5% 4 23,5% 100
secara lengkap
Apakah hasil dari supervise Sdisampaikan 17 100% 0 0% 100
kepada perawat
Apakah selalu ada feed back dari 17 100% 0 0% 100
supervisor untuk setiap tindakan
Apakah anda puas dengan hasil dari feed 14 82, % 3 17,7% 100
back tersebut
Apakah ada follow up untuk setiap hasil 13 76,5% 4 23,5%
dari supervise
Apakah anda menginginkan perubahan 17 100% 0 0%
untuk setiap tindakan sesuai dengan hasil
perbaikan dari supervise
Apakah anda pernah mendapatkan 3 17,7% 14 82, %
pelatatihan dan sosialisasi tentang
supervise

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa:


 Sebanyak 100% perawat mengatakan mengerti tentang supervisi dan 0% tidak.
 Semua perawat (100%) mengatakan supervisi telah dilakukan katim ke karu
4x/bulan dan katim ke lider 2 kali 1 minggu jika banyak pasien
 100% mengatakan supervisi sudah dilakukan diruangan IGD
 100% mengatakan supervisi sudah dilakukan oleh katim ke karu dan katim ke
lider
 100% perawat mengetahui alur supervise
 82% perawat mengatakan ada format untuk supervisi setiap tindakan, dan 17,7%
mengatakan tidak
 64,8% perawat mengatakan supervisi sudah sesuai standar keperawatan, dan
35,2% mengatakan tidak.
 76,5% mengatakan alat instrument untuk supervise sudah tersedia secara
lengkap dan 23,5% mengatakan tidak
 100% hasil supervisi disampaikan kepada perawat

81
 Semua perawat (100%) mengatakan ada umpan balik dari supervisor untuk
setiap tindakan.
 82% perawat mengatakan puas dari hasil dari umpan balik dan 17,7%
mengatakan tidak
 76,5% perawat ada follow up untuk setiap hasil dari supervise dan 23,5 %
mengatakan tidak
 Semua perawat (100%) menginginkan perubahan untuk setiap tindakan dengan
hasil perbaikan dari supervisi
 Dari semua perawat ada 17,7% perawat yang pernah mendapatkan sosialisai dan
pelatihan tentang supervisi dan 82% mengatakan belum pernah mendapatkan
sosialisai dan pelatihan tentang supervisi.
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 27 Juli 2021, didapatkan
bahwa perawat mengerti tentang supervisi dan mempunyai format untuk supervisi
dan juga kegiatan supervisi sudah diterapkan di Ruangan IGD yaitu dari kepala
ruangan ke katim dari katim ke PA. Berdasarkan data wawancara dari kepala
ruagan dan 3 responden mengatakan bahwa pelaksanaan supervisi sudah
terjadwal. Supervisi dilakukan oleh kepala ruangan ke katim 1x/bulan, katim ke
perawat pelaksana supervisi dilakukan 1 minggu 2 kali jika banyak pasien
Berdasarkan data di atas, tidak terdapat masalah pada M3-5 supervisi.

f. M3-6 Penerimaan Pasien Baru


Tabel 3.3.12 Penerimaan Pasien Baru
Jawaban
Total
Pertanyaan
(%)
Ya Presentase Tidak Presentase

Apakah yang anda berikan saat 17 100% 0 0% 100


melakukan penerimaan pasien baru
Apakah anda mengerti tentang 17 100% 0 0% 100
Discharge Planning
Apakah sudah ada pembagian tugas 14 82, % 3% 17,7% 100
tentang PPB
Apakah sudah ada pemberian 3 17,7% 14 82, % 100
brosur / leaflet saat melakukan PPB

82
Bagamaina teknik yang digunakan 17 100% 0 0% 100
saat PPB pada pasien
Apakah setiap selesai melakukan 17 100% 0 0% 100
PPB , anda melakukan
pendokumentasian

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa :


 Dari semua perawat 100% mengatakan bersedia melakukan PBB
(penerimaan pasien baru)
 Dari semua perawat (100%) mengatakan mengerti tentang Discharge
Planning
 82% perawat mengatakan ada pembagian tugas tentang penerimaan pasien
baru dan ada 17,7% mengatakan tidak ada pembagian tugas tentang
penerimaan pasien baru
 17,7% perawat mengatakan sudah ada pemberian brosur saat melakukan
penerimaan pasien baru dan ada 82% perawat mengatakan belum ada
pemberian brosur saat melakukan penerimaan pasien baru
 Semua perawat 100% mengatakan teknik yang digunakan saat pemberian
PPB pada pasien yaitu secara lisan dan tertulis
 Semua perawat 100% mengatakan selesai melakukan penerimaan pasien
baru ada pendokumentasian.
Berdasarkan hasil observasi di dapatkan untuk tahap penerimaan pasien
baru perawat menunjukan bed yang akan digunakan pasien, dan perawat bersama
kariyawan lain memindahkan pasien ke tempat tidur (apabila pasien datang
dengan brangkar atau kursi roda) diberikan posisi yang nyaman, melakukan
anamnesa dan pengkajian keperawatan, serta perawat menyerahkan lembar
informed pelaksanaan tindakan keperawatan. Penjelasan mengenai penerimaan
pasien baru dijelaskan seperti struktur dibawah sbb:

83
ALUR PASIEN MASUK
Ruang Inap Bedah RSUD dr. Hj. Hasri Ainun Habibie

Pasien masuk melalui : UGD/Ruangan


sebelumnya

Perawat UGD/ Ruangan sebelumnya menghubungi


ruangan yang akan ditempati

Perawat ruangan mengundang keluarga pasien


untuk :
Penyampaian tata tertib RS
Penyampaikan fasilitas ruangan dan cara
penggunaannya

Administrasi Pekarya
Mengisi registrasi Layanan Umum
Pengurusan jaminan perawat Pasien masuk Layanan Operasional
(selambat-lambatnya 3x24 jam)

Diterima oleh Katim/Leader/Penanggung Jawab shift (pada


pagi, sore, dan malam hari)
Orientasi pasien
Pengkajian
Mentukan diagnosa keperawatan
Buat rencana perawatan

Perawat Associate
Implementasi sesuai rencana yang dibuat oleh ketua tim
/leader/penanggung jawab shift
84
Perawat sudah melakukan penerimaan pasien baru sesuai dengan alur
penerimaan pasien baru dari rumah sakit, sehingga tidak terdapat masalah pada
M3-6 penerimaan pasien baru

g. M3-7 : Discharge Planning


Tabel 3.3.13 Discharge Planing
Jawaban
Total
Pertanyaan
Ya Presentase Tidak Presentase (%)

Apakah yang anda berikana saat 17 100% 0 0% 100


melakukan Discharge Planing
Apakah anda melakukan Discharge 17 100% 0 0% 100
Planing
Kapan anda melakukan Discharge Planing 17 100% 0 0% 100
Apakah sudah ada pembagian tugas 17 100% 0% 100
tentang Discharge Planing
Bagaimana operasional pemberian tugas 17 100% 0 0% 100
Discharge Planing oleh kepala ruangan
Apakah sudah ada pemberian 2 11,7% 15 88,3% 100
brosur/leaftet saat melakukan Discharge
Planing
Bagaimana teknik yang digunakan saat 17 100% 0 0%
pemberian Discharge Planing pada pasien
Bahasa apa yang digunakan saat 17 100% 0 0%
melakukan Discharge Planing
Apakah bahasa yang anda gunakan dalam 17 100% 0 0%
melakukan Discharge Planing mengalami
kesulitan untuk di pahami pasien
Apakah setiap selesai melakukan 17 100% 0 0%
Discharge Planing, anda melakukan
pendokumentasian dari Discharge Planing
yang telah anda lakukan

85
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil semua perawat (100%) bersedia
melakukan perencanaan pulang, 100% perawat mengatakan sudah ada
pembagian tugas tentang perencanaan pulang, 88,3% perawat mengatakan tidak
memberikan brosur atau leaflet saat melakukan perencanaan pulang, 100%
perawat menggunakan bahasa Indonesia saat melakukan perencanaan pulang,
100 % perawat mengatakan bahasa yang digunakan dalam melakukan
perencanaan pulang tidak mengalami kesulitan untuk dipahami pasien. 100%
perawat melakukan pendokumentasian perencanaan pulang.
Dari hasil wawancara dilakukan pada tanggal 27 Juli 2021 didapatkan
bahwa Discharge Planning di Ruangan IGD dari 17 responden bahwa
Discharge Planning sudah dilakukan dengan lisan ataupun tulisan. Setelah
mendapatkan tindakan pertama di IGD pasien di rujuk ke ruangan seusai
penyakit pasien. Sehingga tidak terdapat masalah pada discharge planning.

h. M3-8 : Dokumentasi Keperawatan


Tabel 3.3.14 Dokumentasi Keperawatan
Total
Jawaban
(%)
Pernyataan
Tida
Ya Presentase Presentase
k
Model dokumentasi keperawatan apa
17 100% 0 0% 100
digunakan diruangan saat ini
Apakah sudah ada format
pendokumentasian yang baku 17 100% 0 0% 100
diruangan ini
Apakah anda sudah mengerti cara
pengisian format dokumentasi 17 100% 0 0% 100
tersebut dengan benar dan tepat
Apakah menurut anda format yang
digunakan ini bias membantu
17 100% 0 0% 100
(memudahkan) perawat dalam
melakukan pengkajian pada pasien
Apakah anda sudah melakukan
pendokumentasian dengan tepat
15 88,2% 2 11,8% 100
waktu (segera setelah melakukan
tindakan)
Apakah menurut anda model
dokumentasi yang digunakan ini 14 82% 3 17,7% 100
menambah beban kerja perawat

86
Apakah menurut anda model
dokumentasi yang digunakan ini
13 76,5% 4 23,5% 100
menyita banyak waktu perawat

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa saat pendokumentasian di


Ruangan IGD sudah mempunyai format pendokumentasian yang baku.
Responden juga sudah mengerti cara pengisian format dokumentasi dengan benar
dan dapat membantu perawat dalam melakukan pengkajian pada pasien. Sebanyak
100% perawat mengatakan pendokumentasian dilaksanakan tepat waktu.
Sebanyak 82% responden mengatakan bahwa model dokumentasi yang digunakan
dapat menambah beban kerja dan 17,7% tidak mengatakan menambah beban
kerja. 76,5% perawat mengatakan model dokumentasi yang digunakan menyita
banyak waktu perawat dan 23,5% mengatakan tidak.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dari tanggal 27-28 Juli 2021
yang didapatkan Pendokumentasian yang berada di ruangan IGD adalah system
dokumentasi CPPT (Catata Perkembangan Pasien Teritegritasi) dengan model
pendokumentasian menggunakan format CPPT (Catata Perkembangan Pasien
Teritegritasi) Ruangan menggunakan SDKI, SLKI dan SIKI dalam hal
pengangkatan diagnosa keperawatan, tujuan yang diharapkan serta rencana
tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
Hasil observasi diperoleh model pendokumentasian perawat di ruangan
dilakukan setelah perawat ruangan melakukan hand over/timbang terima, hasil
perkembangan pasien pada shift pagi dicatat oleh perawat shift sore dan
begitupula untuk perkembangan pasien pada shift sore didokumentasikan oleh
perawat shift malam.
Pengkajian keperawatan juga dilakukan secara sistem head to toe. Catatan
keperawatan berisikan pengkajian fisik, catatan mandiri perawat, catatan
perkembangan, hasil TTV. Dokumentasi keperawatan di Ruang IGD dilaksanakan
segera setelah pasien masuk di ruangan.

Tabel 3.3.15 Uraian lembar dokumentasi di Ruang IGD RSUD dr. Hj. Hasri
Ainun Habibie
Lembar Dokumentasi

87
1. Bukti pelayanan rawat inap
2. Ringkasan riwayat kunjungan
3. Ringkasan masuk dan keluar
4. Pengkajian keperawatan
5. Pengkajian awal rawat inap oleh dokter
6. Resume medis
7. Lembar konsultasi
8. Tindakan keperawatan
9. Check list discharge planning
10. Resume keperawatan
11. Catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT)
12. Kardeks dan grafik
13. Lembar hasil lab
14. Lembar temple hasil pemeriksaan penunjang
15. Formulir persetujuan pemberian informasi darah dan produk darah
16. Daftar keselamatan tranfusi
17. Lembar observasi pemberian tranfusi darah
18. Lembar tranfusi internal
19. Daftar tilik keselamatan operasi
20. Formulir pendaftaran pembedahan
21. Lembar laporan operasi
22. Persetujuan tindakan medis
23. Pengkajian pra operasi oleh dokter/perawat
24. Pemberian informasi
25. Evaluasi pra anasthesi
26. Pemberian pendidikan kesehatan pasien
27. Lembar persetujuan umum

Dari data di atas menyatakan bahwa tidak terdapat masalah pada


pendokumentasian di ruang IGD RSUD dr. Hj. Hasri Ainun Habibie.

3.4 M4 Money
88
Perencanaan anggaran tahunan dan RAB Rumah Sakit dr. Hasri Ainun
Habibie direncanakan oleh bidang keperawatan bersama tim perencana RS.
Setiap ruangan (termasuk ruangan UGD) memasukan rencana kerja tahunan dan
bulanan yang kemudian rencana kerja ini yang akan dimasukan dalam anggaran
yang akan di rencanakan dan di susun. Penyusunana anggaran tahunan dan RAB
ini mengikuti aturan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dan pemerintah
pusat.

Berdasarkan wawancara kepada kepala ruangan bahwa dalam


perencaanaan anggaran tahunan dan RAB kepala ruangan tidak ikut serta dalam
perencanaan. Setiap kepala ruangan hanya memasukan telaah kebutuhan ruangan
kepada direktur, kemudian direktur akan melakukan disposisi untuk pemenuhan
tersebut.

Manajemen pembayaran seperti pembayaran gaji pegawai dan tunjangan


perawat untuk PNS melalui mekanisme yang sudah berjalan seperti PNS/ASN
pada umumnya. Untuk PTK/kontrak sistem penggajian dihitung perhari dan
dibayarkan pada bulan setelah kerja. Sedangkan untuk pembayaran belanja rutin
seperti listrik, telpon, dan air dianggarakan dibagian umum RS.

Sumber dana RS dari APBD Provinsi Gorontalo dan pembiyaan pasien


menggunakan BPJS, umun, dan jasa asuransi lainya. Adapun rincian pembiyaan
diruangan UGD bagi pasien itu sendiri sebagai berikut :

1. Pemeriksaan : Rp. 50.000


2. Tindakan : Rp. 60.000
3. Konsul Saat di Ugd : Rp. 75.000
4. Lewat Telepon : Rp. 30.000
5. EKG : Rp. 75.000
6. O2 : Rp. 15.000/Jam
7. Askep : Rp. 20.000

Adapun insentif yang diberikan untuk kesejahteraan pegawai ruangan


berupa jasa pelayanan berdasarkan tingkat ketergantugan pasien, tindakan medic

89
non operatif. Jasa pelayanan dan tindakan medic diperoleh dari pembiayaan
pasien di ruangan yang di atur oleh bidang keuangan dan akan diberikan kembali
kepada pegawai ruangan berdasarkan poin.

3.5 M-5 (Mutu)

Keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak,

paling depan dan terdekat dengan penderitaan, kesakitan, serta kesengsaraan yang

dialami pasien dan keluarganya (Nursalam, 2015). Mengingat pentingnya kualitas

mutu pelayanan keperawatan, Rumah Sakit dr. Hj. Hasri Ainun Habibie Provinsi

Gorontalo sebagai penyedia layanan jasa kesehatan, selalu berupaya untuk

melakukan peningkatan kualitas mutu pelayanan, sebagai acuan untuk kualitas

pelayanan jasa kesehatan. Indikator penilaian kualitas mutu pelayanan perlu untuk

dilakukan pemantauan dan pengendalian untuk memastikan kepuasan pasien dan

kualitas mutu layanan.

Indikator penilaian mutu keperawatan dapat dilakukan berdasarkan hasil

wawancara dan observasi, terkait dengan struktur, Proses dan Outcome. Indikator

penilaian ini bisa menjadi acuan untuk keberhasilan pelayanan jasa kesehatan di

rumah sakit, adapun indikator penilaian :

1. Patient safety
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variable untuk
mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak
terhadap pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil lembar observasi penerapan
International Patient Safety Goals yang dibagi dalam 6 sasaran didapatkan
bahwa:
a. Sasaran I: Ketepatan identifikasi pasien
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan di ruangan IGD Rsud Hasri
Ainun Habibi didapatkan dari 17 perawat mengatakan selalu mengidentifikasi
pasien menggunakan 2 identitas (gelang dan nomor MR), selalu
90
mengidentifikasi pasien sebelum pemberian obat, darah atau produk darah,
selalu mengidentifikasi sebelum pengambilan darah dan specimen lain untuk
pemeriksaan klinis, selalu mengidentifikasi pasien sebelum pemberian
pengobatan dan tindakan/prosedur, selalu melihat SOP untuk identifikasi yang
konsisten pada semua situasi dan lokasi.
Berdasarkan hal tersebut ketepatan identifikasi pasien yang dilakukan
perawat belum optimal sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Nursalam
(2017) yang menyatakan bahwa ketepatan identifikasi pasien meliputi standar
berikut :
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor bed atau lokasi pasien
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan specimen lain untuk
pemeriksaan klinis (lihat juga).
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan atau
prosedur
5. Kebijakan dan prosedur mendukung praktik identifikasi yang konsisten
pada semua situasi dan lokasi.
b. Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan di ruangan IGD
didapatkan dari 18 perawat 5 diantaranya sering menggunakan perintah
lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan secara
lengkap oleh penerima perintah, dan13 diantaranya mengatakan selalu
menggunakan perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah. Dari 18
perawat 3 diantaranya mengatakan tidak pernah melakukan hasil
pemeriksaan secara lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah
dan hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi perintah.
10 lainnya mengatakan sering melakukan hasil pemeriksaan secara
lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah dan hasil pemeriksaan
dikonfirmasi oleh individu yang memberi perintah, dan 5 lainya
mengatakan selalu melakukan hasil pemeriksaan secara lengkap dibacakan

91
kembali oleh penerima perintah dan hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh
individu yang memberi perintah. Terkait penggunaan SOP dalam
verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan melalui telepon dari 18
perawat 7 diantaranya mengatakan sering, dan 11 lainya mengatakan
selalu.
Menurut (Nursalam, 2015) Peningkatan komunikasi yang efektif
dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut
2. Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
4. Kebijakan dan prosedur mendukung paraktik yang konsisten dalam
melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan melaui
telepon.
Pada ruangan IGD sudah terjalin komunikasi yang efektif antar
petugas medis. Komunikasi merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan keamanan pasien dan membuat pasien nyaman karena
perawat mengetahui keadaan pasien. Tujuan komunikasi antar petugas
medis harus tepat waktu, akurat, lengkap, tidak ambigu dan dipahami
penerima pesan, komunikasi efektif di rumah sakit. Ada dua jenis
komunikasi yang dapat dilakukan di RS yakni, SBAR dan TBaK. SBAR
(Situation, Background, Assesment dan Reccomendation) adalah
komunikasi lisan pada saat serah terima pasien dan pelaporan hasil kritis.
Sedangkan TBaK (Tulis, Baca dan Konfirmasi) adalah tehnik komunikasi
lisan menggunakan telpon dengan menulis, membaca ulang dan
melakukan konfirmasi pesan yang diterima oleh penerima pesan. Prosedur
tersebut penting untuk jejak medis pengobatan pasien selama dirawat di
RS sehingga tidak terjadi delay treatment.

92
C. Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
(High-alert medication)
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan di ruangan IGD
didapatkan dari 18 perawat 15 diantaranya mengatakan sering
memperhatikan SOP saat mengatur identifikasi, lokasi, pemberian label,
dan penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai dan 8 lainnya
mengatakan selalu memperhatikan SOP saat mengatur identifikasi, lokasi,
pemberian label, dan penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai. Dari
18 perawat 5 diantaranya mengatakan sering meletakkan Elektrolit
konsentrat di tempat aman dan 13 lainnya mengatakan selalu meletakkan
Elektrolit konsentrat di tempat aman. Terkait penyimpanan elektrolit
konsentrat di unit pelayanan pasien diberi label yang jelas dan disimpan
dengan cara yang membatasi akses dari 18 perawat 5 diantaranya
mengatakan kadang-kadang, 10 lainnya mengatakan sering dan 3 lainnya
mengatakan selalu.
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukan oleh Nursalam (2015)
Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High-alert
medication) yakni :
1. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengatur identifikasi,
lokasi, pemberian label, dan penyimpanan obat-obat yang perlu
diwaspadai
2. Kebijakan dan prosedur diimplementasikan
3. Elektrolit konsentrat tidak berada diunit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian
yang tidak sengaja di area tersebut, bila diperkenankan kebijakan.
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan diunit pelayanan pasien diberi label
yang jelas dan disimpan dengan cara membatasi akses ( restrict acces)
Petugas medis perlu waspada ketika menggunakan obat dengan high alert
karena obat tersebut berbahaya jika tidak tepat penggunaannya yang bisa
menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Penempatan obat kategori high
alert harus disimpan didalam kotak yang diberi tanda dan dalam

93
pemberiannya harus divalidasi oleh dua orang yang berbeda supaya tidak
salah.

d.. Sasaran IV : Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur ,tepat pasien operasi.
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan di ruangan IGD didapatkan
dari 18 perawat 10 diantaranya mengatakan sering mengembangkan suatu
pendekatan/SOP untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat
pasien operasi, dan 8 lainnya mengatakan selalu mengembangkan suatu
pendekatan/SOP untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat
pasien operasi. Terkait pemberian suatu tanda oleh perawat untuk
mengidentifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam proses
penandaan/pemberian tanda dari 18 perawat 7 diantaranya mengatakan
kadang-kadang,6 lainnya mengatakan sering, dan 5 lainnya mengatakan
selalu. Dari 18 perawat 5 diantaranya mengatakan sering menggunakan
lembar checklist untuk melakukan verifikasi pra operasi agar tepat lokasi,
tepat prosedur, dan tepat pasien. Dari 18 perawat 10 diantaranya
mengatakan sering menyediakan semua dokumen serta peralatan yang
diperlukan dengan benar dan tepat, dan 8 lainnya mengatakan selalu
menyediakan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan dengan
benar dan tepat. Terkait pendokumentasian dan penerapan prosedur
sebelum dimulainya operasi atau tindakan pembedahan dari 18 perawat 7
diantaranya mengatakan sering dan 11 lainnya mengatakan selalu.
Menurut (Nursalam, 2015) Kepastian Ketepatan Lokasi, tepat
prosedur, tepat pasien operasi yakni :
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikenal untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam proses penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu ceklis atau proses lain untuk melakukakn
verifikasi praoperasi tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien dan
semua dokumen serta peralatan yang perlukan tersedia, tepat/benar dan
fungsioanal.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat/mendokumentasikan
prosedur sign in (sebelum induksi), sebelum insisi/time-out tepat sebelum

94
dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan dan sign out (Sebelum
meninggalkan kamar operasi)
e. Sasaran V : Pengurangan Resiko Infeksi terkait pelayanan kesehatan
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan di ruangan IGD didapatkan
dari 18 perawat 15 diantaranya mengatakan sering menerapkan hand hygiene
terbaru yang sudah diterima secara umum (WHO Patient Safety) dan 3 lainnya
mengatakan selalu menerapkan hand hygiene terbaru yang sudah diterima
secara umum (WHO Patient Safety), terkait penerapan program hand hygiene
yang efektif dari 18 perawat 5 diantaranya mengatakan sering dan 13 lainnya
mengatakan selalu, Dan dari 18 perawat 6 diantaranya mengatakan sering
mengevaluasi terhadap SPO secara berkelanjutan untuk pengurangan resiko
infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan 12 lainnya mengatakan selalu
mengevaluasi terhadap SPO secara berkelanjutan untuk pengurangan resiko
infeksi terkait pelayanan kesehatan.
Menurut (Nursalam, 2015) pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan dapat dilakukan dengan :
1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene
terbaru yang baru baru ini diterbitkan dan sudah diterima secara umum
(antar lain dari WHO Patient Safety)
2. Rumah sakit menerapkan program Hand Hygiene yang efektif
3. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mendukung
pengurangan secara berkelanjutan resiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
f. Sasaran VI : Pengurangan resiko pasien jatuh
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan di ruangan IGD didapatkan
dari 18 perawat 9 diantaranya mengatakan sering mengidentifikasi resiko
jatuh pada saat pasien memasuki ruang perawatan dan 9 diantaranya
mengatakan selalu mengidentifikasi resiko jatuh pada saat pasien memasuki
ruang perawatan. Dari 18 perawat 6 diantaranya mengatakan kadang-kadang
menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang
pada hasil asesmennya dianggap beresiko, dan 4 diantaranya mengatakan
sering menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi risiko jatuh bagi

95
mereka yang pada hasil asesmennya dianggap beresiko, serta 8 lainnya
mengatakan selalu menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi risiko
jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmennya dianggap beresiko. Terkait
langkah-langkah dimonitor hasilnya oleh perawat, baik tentang keberhasilan
pengurangan cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak
sengaja dari 18 perawat 5 diantaranya mengatakan kadang-kadang, 8
diantaranya mengatakan sering dan 3 diantaranya mengatakan selalu. Dari 18
perawat 5 diantaranya mengatakan kadang-kadang melihat SOP tentang resiko
pasien jatuh, dan 5 diantaranya mengatakn sering melihat SOP tentang resiko
pasien jatuh, serta 8 lainnya mengatakan selalu melihat SOP tentang resiko
pasien jatuh.
Menurut (Nursalam, 2015) Pengurangan resiko pasien jatuh dapat
dilakukan dengan:
1. Rumah sakit menerapkan proses assessment awal resiko pasien jatuh dan
melakukan pengkajian ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil assessment dianggap beresiko
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya baik tentang keberhasil penurangan
cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak sengaja.
4. Kebijakan dan atau prosedur mendukung pengurangan berkelanjutan dari
resiko cedera pasien akibat jatuh di rumah sakit.
Ada 3 kriteria resiko rawat inap di sebuah rumah sakit :
1. Tidak beresiko
2. Resiko rendah
3. Resiko tinggi
Untuk mengurangi resiko jatuh rumah sakit biasanya melakukan
penilaian pasien sejak awal dengan menggunakan 2 jenis formulir humpty
dumpty (untuk pasien anak) dan formulir morse fall scale (untuk pasien
dewasa). Selain itu untuk menangani pasien dengan resiko jatuh tinggi
ruangan perawatan dapat menandai dengan warna gelang kuning,
memasang tanda yang ditempel di pintu masuk kamar dan ranjang,

96
memposisikan ranjang di posisi rendah, memasang hand rel, menjaga
penerangan, serta menggunakan alat bantu seperti tongkat.

a. Kesalahan Pemberian Obat

Pemberian obat kepada pasien merupakan salah satu tanggung jawab yang

diperantarai oleh perawat, kejadian kesalahan pemberian obat dapat dilihat

apakah perawat salah pasien, salah nama, salah waktu, salah cara, salah dosis,

salah obat, salah dokumentasi, atau dokumentasi pemberian obat tidak sesuai

dengan yang dilaksanakan.

Berdasarkan hasil wawancara tidak ada laporan terkait kesalahan dalam

pemberian obat. Dan berdasarkan hasil observasi, terpantau selama 2 hari

tanggal 27 Juli s/d 28 Juli 2021 tidak ditemukan adanya kejadian kesalahan

dalam pemberian obat, (0%). Biasanya untuk kejadian kesalahan dalam

pemberian obat, paling rentan terjadi adalah salah dalam waktu pemberian,

dimana, obat yang harus diberikan, tidak diberikan sesuai waktu yang telah

ditetapkan, oleh dokter, terjadi kurang beberapa menit atau lewat dari waktu

pemberian, dikarenakan ketersediaan obat diruangan, dan obat yang harus

ditebus dari luar apotik Rumah Sakit.

b. Angka Kejadian Dekubitus

Kejadian dekubitus merupakan masalah serius yang sering terjadi pada

pasien yang mengalai gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, cedera tulang

belakang/ degeneratif.adanya dekubitus yang tidak ditangani dengan baik

dapat mengakibatkan masa perawatan pasien menjadi panjang dan

peningkatan biaya rumah sakit. Oleh karena itu, perawat perlu memahami

97
secara komprehenShift tentang dekubitus agar dapat memberikan pencegahan

dan intervensi keperawatan yang tepat untuk pasien berisiko.

Berdasarkan hasil observasi di Ruang IGD Rumah Sakit dr. Hj. Hasri

Ainun Habibie Provinsi Gorontalo, didapatkan bahwa tidak ada kejadian

dekubitus selama tanggal 27 Juli s/d 28 Juli 2021.

c. Angka Kejadian Plebitis

Flebitis merupakan peradangan akut lapisan internal vena yang ditandai

dengan rasa sakit dan nyeri disepanjang vena, kemerahan, bengkak dan

hangat, serta dapat dirasakan disekitar daerah penusukan. Flebitis adalah

komplikasi yang sering dikaitkan dengan terapi intravena.

Berdasarkan hasil observasi Di Ruang IGD Rumah Sakit dr. Hj. Hasri

Ainun Habibie Provinsi Gorontalo sejak 27 Juli – 28 Juli 2021 didapatkan

bahwa tidak ada kejadian phlebitis.

d. Kepuasan

Survey kepuasan harus mempertimbangkan aspek apa saja yang dinilai

pasien. Kepuasan menjadi acuan yang penting dari pelayanan jasa kesehatan

Rumah Sakit. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada 10 pasien

yang dirawat di Ruangan IGD Rumah Sakit dr. Hj. Hasri Ainun Habibie

Provinsi Gorontalo sejak 27 Juli – 28 Juli 2021 secara umum mengatakan

pelayanan yang diberikan di ruangan IGD baik sehingga semua pasien

mengatakan puas dengan pelayanan yang diberikan seperti perawat cepat

tanggap, komunikasi antara pasien dan perawat itu baik.

e. Perawatan Diri

98
Kemampuan perawatan diri menjadi acuan untuk kualitas pelayanan

rumah sakit. Mandiri berarti pasien mampu melakukan aktivitas tanpa bantuan

dari siapapun. Keberadaan perawat dianggap penting untuk memampukan

pasien melakukan perawatan mandiri.

Terdapat beberapa aktivitas yang diperhatikan untuk melihat kemampuan

perawatan diri pasien seperti makan, BAK/BAB, mengenakan pakaian, pergi

ke toilet, berpindah dan mandi.

Dari hasil wawancara dan observasi di Ruang IGD Rumah Sakit dr. Hj.

Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo, terpantau bahwa sejak di observasi

tanggal 27 Juli – 28 Juli 2021 dari total 10 pasien yang dirawat semuanya

mandiri dalam melakukan aktivitas terutama kebutuhan BAK/BAB.

f. Kenyamanan

Indikator kenyamanan sangat penting untuk dilakukan pengendalian

mengingat pasien yang dirawat mengalami perubahan fungsi dan perubahn

peran terlebih di Ruangan Inap Bedah, dimana pasien sangat rentan

mengalami stres hospitalisasi.

Dari hasil wawancara dan observasi, di Ruang IGD Rumah Sakit dr. Hj.

Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo, didapatkan selama observasi yang

dilakukan sejak tanggal 27 Juli – 28 Juli 2021, didapatkan hasil bahwa dari

total 10 pasien yang dirawat mengatakan bahwa pasien merasa nyaman

dengan pelayanan yang ada dirumah sakit seperti lingkungan pasien yang

bersih dan nyaman.

g. Kecemasan

99
Kecemasan merupakan reaksi pertama yang muncul dirasakan oleh pasien

dan keluarganya disaat pasien harus dirawat mendadak atau tanpa terencana

begitu mulai masuk rumah sakit. Kecemasan akan terus menyertai pasien dan

keluarganya dalam setiap tindakan perawatan terhadap penyakit yang diderita

pasien.

Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subjektif individual,

mempunyai kekuatan tersendiri dan sulit untuk di observasi secara langsung.

Perawat dapat mengidentifikasi cemas lewat perubahan tingkah laku pasien.

Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan pada pasien sejak

tanggal 27 Juli – 28 Juli 2021 didapatkan bahwa hasil dari total 10 pasien

yang dirawat memiliki tingkat kecemasan yang cukup sama, dimana

kecemasan yang dirasakan seperti khawatir akan kondisi yang akan terjadi

slanjutnya.

h. Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini

terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Jadi pengetahuan ini diperoleh dari aktivitas panca indera yaitu penglihatan,

penciuman, peraba, dan indera perasa. Sebagian besar pengetahuan diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan/kognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Penilaian pengetahuan didasarkan pada, tahu tidaknya pasien atau keluarga

tentang kondisi ksesehatannya/ penyakit yang dideritanya, serta hal apa yang

bisa dan tidak dilakukan selama sakit dan penyebab dari sakit yang diderita,

100
dari hasil wawancara dan observasi pada perawat dan pasien selama 27 Juli –

28 Juli 2021 total 10 pasien

yang dirawat di Ruang IGD RS dr. Hj. Hasri Ainun Habibie didapatkan

bahwa semua pasien yang di rawat diruangan tersebut mengetahui tentang

penyakit yang diderita.

101
102

Anda mungkin juga menyukai