OLEH :
KELOMPOK VI
1. ADITYA PRATAMA KADIR
2. BASILICA CLARA BAHARU
3. FATRA LAPAGULU
4. MEYLINDA NOHO
5. NINGSI SULEMAN
6. SITI FADLINA BARMAWI
7. SRI RAHMAWATY LALU
8. UYON LALODA
masyarakat di era globalisasi saat ini. Masyarakat yang semakin kritis dan terdidik
ditawarkan suatu pihak kepada pihak lainnya. Pelayanan tidak berwujud dan tanpa
sehingga semakin berkualitas suatu produk atau jasa maka akan semakin
menghasilkan suatu pemenuhan yang melebihi dari harapan yang dimiliki oleh
pelanggan (pengguna jasa kesehatan) maka akan semakin tinggi pula kepuasan
sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan Nasional.
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu yang baik. Sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran maka system nilai pun
2
Rumah sakit merupakan sarana penyedia layanan kesehatan untuk
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.129 Tahun 2008, Rumah sakit dituntut
meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit harus juga disertai upaya untuk
2013). Perawat merupakan salah satu profesi yang mempunyai tugas mulia demi
dan membantu kesembuhan pasien. Tanpa panggilan jiwa perawat akan sulit
melaksanakan tugasnya dengan baik. Pekerjaan yang berat dan melelahkan ini
selalu mereka kerjakan sebagai bentuk rasa profesionalisme mereka serta rasa
tanggung jawab mereka terhadap profesi dan pasien. Perawat yang menjadi
bagian dari sistem rumah sakit mempunyai peranan penting dalam menentukan
kualitas sebuah rumah sakit. Sebuah rumah sakit tidak akan berkembang dan
berjalan dengan baik apabila didalamnya tidak terdapat para perawat yang
3
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan diperlukan adanya
manajemen yang tepat dalam hal ketenagaan (Man), sarana prasarana (Material)
(Nursalam, 2015).
asuhan keperawatan yang diberikan pada klien yaitu meliputi pelayanan bio-
pasien selama di rumah sakit. Peranan perawat sangat penting karena sebagai
ujung tombak baik tidak mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien.
Perawat merupakan salah satu profesi di rumah sakit dengan dominan dan paling
perawat tidak hanya mengelola orang tetapi sebuah proses secara keseluruhan
4
yang memungkinkan orang dapat menyelesaikan tugasnya dalam memberikan
praktek profesi manajemen keperawatan di Ruang IRD, RSUD dr. Hasri Ainun
1.2. Tujuan
menjadi “Change Agent” pada unit pelayanan kesehatan secara nyata dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Ruang IGD, RSUD dr. Hasri Ainun
5
1.2.2. Tujuan Khusus
M2: Material, M3: Methode, M4: Money, M5: Marketing) nyata di tempat
praktik.
masalah yang disepakati kepala ruangan dan para perawat ruangan serta
pembimbing.
1.3. Manfaat
ditemukan di lahan praktek sesuai dengan ilmu yang didapatkan selama proses
6
akademik dengan teknik pemecahan masalah pada konsep manajemen
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Yura, 2015). Masing-
yaitu:
menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan
8
d. Controling (pengawasan, monitoring) adalah proses untuk mengamati secara
orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang
sumber- sumber dalam mencapai tujuan (melalui kerja orang lain) yang
sumber daya manusia, fisik, dan teknologi. Semua perawat yang terlibat dalam
kepada pasien, diperlukan suatu standar yang akan digunakan baik sebagai target
9
a. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan.
perubahan.
efektif.
10
keperawatan. Dalam konteks ini, seorang pimpinan harus mampu
tujuan. Terdapat 4 buah struktur organisasi, yaitu unit, departemen, top atau
komando, hubungan staf dan lini, tanggung jawab dan kewenangan yang
11
f. Pengendalian merupakan elemen menegemen keperawatan.
kesalahan yang berakibat negative terhadap klien dan pihak yang terkait
keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa
tertentu untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu ruangan.
Model ini digambarkan sebagai Keperawatan yang berorientasi pada tugas dimana
12
fungsi Keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staf. Setiap staf
perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi Keperawatan pada semua pasien
Keperawatan yang paling tua yang dilaksanakan oleh perawat dan berkembang
Kelebihan :
f. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang
Kelemahan :
13
a. Pelayanan Keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan
keterampilan saja.
dan kolaboratif (Potter & Patricia, 2015). Model tim didasarkan pada keyakinan
meningkat.
Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim apakah
berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang berperan sebagai ketua tim
bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan semua pasien yang
ada di dalam timnya dan merencanakan perawatan klien. Tugas ketua tim
14
a. Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi
kelompok pasien.
laporan untuk dan dari pemimpin tim, pertemuan tim untuk mendiskusikan
Kelebihan :
c. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar.
secara efektif.
jawabkan.
g. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas.
15
Kelemahan:
anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai
c. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
keperawatan.
kepemimpinan.
16
h. Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya.
Keperawatan.
ruangan.
melalui konferens.
keperawatan.
h. Menyelenggarakan konferensi.
asuhan keperawatan.
17
j. Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggung-jawab
timnya.
b. Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan Keperawatan yang telah diberikan
asuhan keperawatan.
f. Memberikan laporan
biasanya mempunyai 4-6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama
keperawatan dan juga akan mem-buat rencana pulang klien jika diperlukan.
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk 14
18
kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana.Metode primer ini
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan
Kelebihan:
h. Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi
19
j. Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.
Kelemahan:
d. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama.
20
b. Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer.
masyarakat.
terhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu
21
2.3. Pembagian Tugas dalam Tahapan Proses Keperawatan
23
4 Evaluasi 1. Mengevaluasi kinerja 1. Mengevaluasi 1. Mengevaluasi
katim. ASKEP. ASKEP Memberikan
2. Memberikan umpan 2. Memberikan umpan umpan balik pada
balik pada kinerja balik pada pelaksanaan
Katim. pelaksanan. ASKEP.
3. Mengatasi masalah di 3. Memperhatikan 2. Memperhatikan
ruang rawat dan aspek legal dan etik. aspek legal dan etik.
menetapkan tindak 4. Melakukan 3. Melakukan
lanjut. pelaporan dan pelaporan dan
4. Memperhatikan aspek pendokumetasian pendokumentasian.
legal dan etik
keperawatan.
5. Melakukan pelaporan
dan
pendokumentasian
24
2.4. JOB Description
1. Perencanaan
terhadap pasien.
keperawatan.
25
2. Pengorganisasian.
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.
ketua tim.
pasien.
3. Pengarahan.
baik.
sikap.
26
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
melaksanakan tugasnya.
4. Pengawasan.
a) Melalui komunikasi.
kepada pasien.
b) Melalui Supervisi.
pelaksanaan tugas.
1. Membuat perencanaan.
27
3. Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien.
5. Menyelenggarakan konfrensi.
jawabnya.
3. Memberikan laporan.
1. Definisi
(penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan.
28
2. Tujuan Operan
Tujuan Khusus:
3. Manfaat Operan
Bagi perawat:
berkesinambungan.
Bagi Pasien: Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada
4. Prosedur Operan
29
2) Prinsip operan, terutama pada semua pasien baru masuk & pasien
30
9) Lama operan untuk tiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
1) Diskusi
itu dan perawat pelaksana yang jaga berikutnya diketahui oleh kepala
ruangan.
1. Definisi
2. Tujuan Ronde
berpikir kritis.
Tujuan Khusus:
31
e. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
dan benar
4. Kriteria Pasien
32
b. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan
6. Tahapan Ronde
Pra Ronde:
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah
yang langka).
d. Membuat proposal
Ronde:
didiskusikan.
dilakukan.
Pasca Ronde:
33
a. Evaluasi, revisi dan perbaikan.
keperawatan selanjutnya.
2.6.1 Definisi
approach) sebagai pilar praktik professional pertama. Oleh sebab itu proses
memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat
(Nursalam, 2015). Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
mengarahkan, serta mengawasi sumber-sumber yang ada baik SDM, alat, maupun
34
1. Perencanaan (Planning)
dan tahunan.
a. Visi
b. Misi
mencapai visi yang telah ditetapkan, adapun misi RSUD dr. Hasri
kelayanan unggulan.
yang sehat.
c. Filosofi
35
d. Kebijakan
1) Rencana Harian
1. Asuhan keperawatan.
36
4. Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang
terstruktur/insidental.
ketergantungan pasien.
malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam satu tim
conference.
37
Kegiatan tersebut meliputi antara lain :
2) Rencana Bulanan
sebagai berikut :
kelompok keluarga
38
3. Membuat jadwal yang memimpin rapat bulanan perawat
sebagai berikut :
3) Rencana tahunan
berikut :
pelayanan.
39
b) Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-
masing tim.
mengikuti pelatihan.
2. Pengorganisasian (organizing)
kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Setiap tim bertanggung
a. Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 - 3 tim dan tiap tim
40
b. Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua Tim mengatur jadwal dinas
e. Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam, dan shift
pagi apabila karena sesuatu hal kepala ruangan sedang tidak bertugas.
untuk itu yang dipilih adalah perawat yang paling kompeten dari perawat
yang ada. sebagai pengganti kepala ruangan adalah ketua tim, sedangkan
jika ketua tim berhalangan, tugasnya digantikan oleh anggota tim (perawat
pasien baik yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh perawat pelaksana
anggota timnya.
h. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dilakukan oleh ketua tim. bila ketua
tim karena suatu hal tidak sedang bertugas maka tanggung jawabnya
dalam tim.
41
3. Pengerahan (Directing)
perencanaan dalam bentuk tindakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
berikut:
e) Manajemen konflik.
f) Supervisi.
g) Pendelegasian.
Motivasi adalah suatu sugesti atau dorongan yang muncul karena diberikan
oleh seseorang kepada orang lain atau dari diri sendiri, dorongan tersebut
bermaksud agar orang tersebut menjadi orang yang lebih baik dari yang
sebelumnya. Motivasi juga bisa diartikan sebagai sebuah alasan yang mendasari
Houston, 2013);
42
1) Memberikan harapan yang jelas kepada staf dan mengkomunikasikan
tujuan organisasi.
dikerjakan.
diri.
dan tindakan.
mungkin.
12) Menciptakan hubungan saling percaya dan saling tolong menolong dengan
kerjanya.
43
Di ruang MPABC, penciptaan iklim motivasi diterapkan dengan cara sebagai
berikut:
dinas. Setelah selesai operan semua staf berkumpul untuk melakukan ritual
mendorong spiritual.
evaluasi diri.
44
4. Pengendalian (Controlling)
terjadi sesuai rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, dan
kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi. Pengendalian harus
dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada sehingga apabila muncul isu dapat
a. Indikator Umum
adalah 70- 80 %.
- Jumlah hari perawatan adalah total pasien dalam satu hari dikali
- Jumlah hari per satuan waktu. Pada jumlah hari jika dihitung per satu
Secara AvLOS yang ideal antara 6-9 hari. Dalam pengukuran AvLOS
dilakukan oleh kepala ruangan dan dibuat setiap bulan dengan rumus
dibawah ini.
- Jumlah pasien keluar (hidup atau mati) adalah jumlah pasien yang
3) Penghitungan lama tempat tidur tidak terisi (Turn Over Interval/ TOI)
TOI adalah rata- rata jumlah hari tempat tidur tidak ditempati dari saat
diisi hingga saat terisi berikutnya, indikator ini dapat memberikan gambaran
hanya dalam waktu 1-3 hari. Dalam pengkuran TOI dilakukan oleh kepala
46
- Jumlah pasien keluar adalah jumlah pasien yang memutasikan
g) Perawatan diri.
5) Kondisi pasien :
47
BAB III
ANALISA SITUASI
Gorontalo adalah salah satu SKPD dalam struktur organisasi tata kerja
Gorontalo maka pada tahun 2016 RSUD dr. Hasri Ainun Habibie berubah
status menjadi UPTD Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dan awal tahun
2020 dr Hasri ainun Habibie telah ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum
(BLU).
Hasri ainun Habibie di pimpin oleh seorang direktur yaitu “dr. Hj. Rosina
Kiu”. Pada tahun 2018 direktur dr. Hasri ainun Habibie digantikan oleh “dr.
Yana Yanti Suleman, SH” dan sekarang dipimpin oleh dr. Fitriyanto Rajak.
48
Ruangan IRD merupakan salah satu ruangan yang berada di RSUD dr. Hasri
Ainun Habibie. Ruangan IRD merupakan bangunan yang ditempati pada tahun
2013. Terdiri dari ruangan kepala, ruang administrasi, nurse station, ruangan alat
kesehatan, ruang perawat, ruang dokter, ruang tindakan, IRDO, IRDA, ruang
isolasi dan ruang perawatan yang memiliki kapasitas dengan jumlah total 22
tempat tidur.
Profesi Ners. Ruangan IRD menggunakan Metode Tim dan dalam pelaksanaannya
49
3.2 M1 Ketenagaan
1. Ketenagaan
Ruang UGD RSUD dr.H Hasri Ainun Habibie dipimpin oleh kepala ruangan,
dimana ruangan ini memiliki 17 perawat yang terdiri dari tenaga profesi Ners
sebanyak 5 orang, tenaga DIII Keperawatan sebanyak 6 orang dan DIV sebanyak
6 orang yang terbagi menjadi 4 tim, masing-masing tim dipimpin oleh ketua tim
yang beranggotakan 5 orang dalam setiap tim. Selain itu ruang UGD memiliki
pegawai administrasi 1 orang serta tim evakuasi 4 orang.
Berdasarkan hasil observasi saat dilakukan pengkajian di dapatkan struktur
organisasi di ruangan masih struktur yang lama. Pengadaan struktur organisasi di
dalam ruangan penting hal ini dikarenakan dengan adanya struktur organisasi
dapat menjelaskan pembagian aktivitas kerja, serta dapat memperhatikan
hubungan fungsi dan aktivitas sampaiDIREKTUR
batas tertentu, selain itu struktur organisasi
dr. Yana Yanti Sulaeman, S.H
NIP. kewenangan,
menjelaskan hirarki dan susunan 19700101 200003
serta2 hubungan
010 pelaporan (Husein,
2013). Berdasarkan hal itu maka perlu adanya pengadaan struktur organisasi yang
baru di dalam ruangan dengan rencana penyusunan struktur organisasi adalah :
DOKTER PENANGGUNGJAWAB
UGD
dr. Feby Iswandi Suwarno, Sp.B (FICS)
50
Kualifikasi Ketenagakerjaan
Tabel 3.1 Daftar Tenaga Kerja di Ruang UGD
Lama Gol.
No Nama Jabatan Pendidikan Pelatihan
Kerja
Sri Wahyuningsih Dama
1. PA Ners
52
Berdasarkan tabel 3.3 terlihat bahwa distribusi tenaga perawat
berdasarkan lama kerja di ruang UGD terdiri dari masa kerja <5 tahun
(%), 5 tahun-10 tahun (%) dan lebih dari 10 tahun (9%).
4) Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan pelatihan yang pernah
diikuti
Tabel 3.4 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Pelatihan
Yang Pernah Diikuti di Ruang UGD
2 BTCLS 15 75%
Jumlah 20 100
Sumber : Data Primer 2021
Berdasarkan tabel 3.4 terlihat bahwa pelatihan yang pernah di ikuti
oleh tenaga perawat di ruang UGD yaitu seluruh perawat telah
mendapatkan pelatihan ATCLS 5 orang (25%) dan pelatihan BTCLS
15 orang (75%)
3.2.2 Analisis Kebutuhan Tenaga Keperawatan di Ruang UGD
Analisa kebutuhan tenaga perawat di Ruang UGD berdasarkan Rumus
Rasio, Gillies, Douglas, dan Depkes adalah sebagai berikut :
1) Berdasarkan Metode Rasio
RSUD dr. Hasri Aiunun Habibie ber- Tipe C dengan jumlah tempat tidur di
Ruang IGD sebanyak 19 buah yang terdiri dari ruang penerimaan 6 , ruang
tindakan 4, isolasi 6 dan OK mini 3 buah.
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :
TT : Tenaga Perawat (3 – 4) : 2
2 x19 = 12.66 = 13
3
2 x19 = 9.5
4
Jadi kebutuhan tenaga 9-13 orang
2) Berdasarkan rumus Douglas
Pada suatu pelayanan professional jumlah tenaga yang dibutuhkan tergantung
pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut Douglas
53
(1984 dalam Nursalam, 2015), klasifikasi dan derajat ketergantungan pasien
dibagi 3 kategori.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan didapatkan jumlah pasien
yang dirawat 11 pasien dengan rincian
0 pasien dengan perawatan minimal
0 pasien dengan perawatan parsial
11 pasien dengan perawatan total
Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Shift Jumlah Pagi Sore Malam
Pasien
Minimal 0 0 x 0,17 = 0 0 x 0,14 = 0 0 x 0,07 = 0
Parsial 0 0 x 0,27 = 0 0 x 0,15 = 0 0 x 0,10 = 0
Total 11 11 x 0,36 = 3,85 11 x 0,3 = 3,3 11 x 0,20 = 2,2
Jumlah 11 3,85 3,3 2,2
55
RSUD. dr. Hasri Ainun Habibie sebagai badan layanan umum menerima
dan memberikan pelayanan bagi peserta asuransi kesehatan seperti BPJS
dan jaminan asuransi lainya serta melayani pasien umum. Dari hasil
pengkajian pasien UGD di Ruang UGD dari bulan April-Juni 2021
didapatkan sebagai berikut :
1) Rekapitulasi kunjungan pasien di Ruang UGD
Tabel 3.5 Rekapitulasi kunjungan pasirn di Ruang UGD
Bulan Total
No Urain
April Mei Juni
1 Total di rawat 84 147 95 326
2 Jumlah hari rawat 21 37 24 82
3 Pasien keluar 77 136 87 300
3 Mati 4 3 3 10
2) Efisiensi pelayanan Ruang UGD
a. BOR Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian BOR di ruangan pada bulan April,
Mei dan Juni di RSUD dr. Hasri Aiunun Habibie Ruang UGD angka
penggunaan tempat tidur dengan rincian pada tabel berikut :
Tabel 3.6 Distribusi BOR Pasien Ruangan Ruang G3 Rehab Lt. 1
No Periode Jumlah Hari Jumlah Bed BOR
Rawat
1 April 21 19 3,68
2 Mei 37 19 6,28
3 Juni 24 19 4,21
Total 82 19 4,74
56
21
BOR= × 100 %
19 ×30(570)
¿ 3,68 %
Pada Bulan Mei :
37
BOR= × 100 %
19 ×31(589)
¿ 6,28 %
Pada Bulan Juni :
24
BOR= × 100 %
19 ×30(570)
¿ 4,21 %
57
lanjut, secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes RI
2005).
Jumlah lama rawat Rata−Rata
ALOS=
Jumlah pasien keluar hidup + Mati
Jumlah lama rawat di Ruang UGD sejak 3 bulan terakhir adalah :
1. April : 21 hari
2. Mei : 37 hari
3. Juni : 24 hari
Sedangkan jumlah pasien sejak 3 bulan terakhir adalah :
1. April : 84 pasien
2. Mei : 147 pasien
3. Juni : 95 pasien
Sehingga, hasil ALOS selama 3 bulan terakhir :
Pada Bulan November :
21
ALOS= =0,25 hari(hari perawatan)
77+ 4=81
59
Berdasarkan observasi dan wawancara, didaptkan bahwa tenaga perawat di
ruangan UGD sudah mencukupi. Hal ini sesuai dengan perhitungan tenaga
menggunakan metode rasio, bahwa seharusnya jumlah tenaga yang
dibuthkan yaitu 7-9 perawat sedangkan jumlah perawat dalam ruangan
sejumlah 17 perawat termasuk kepala ruangan. Sehingga tidak perlu
adanya pedambahan tenaga perawat. Hal ini didukung pengkajian
menggunakan kuesioner dari 17 perawat yang ada didaptkan semua
perawat (100%) mengatakan puas terkait ketenaagaan di ruang UGD
seperti mekanisme pembagian tugas (100%).
dalam kegiatan profesi keperawatan mahasiswa profesi Ners UNG di gedung IGD
sebagai berikut :
60
4. Sinar matahari tidak masuk Sinar matahari pagi sedapat mungkin Tidak Sesuai
ruangan. masuk ruangan
5. IGD mempunyai ruang isolasi Ruang IGD harus mempunyai ruang Sesuai
sebanyak 1 ruangan isolasi
6. Ruang IGD tidak memiliki ruang Tipe ruang rawat inap adalah super Tidak Sesuai
super vip dan vip. vip, vip, kelas 1 (2 tempat tidur),
kelas 2 (4 tempat tidur), dan kelas 3
(6 tempat tidur).
7. Pasien yang menderita penyakit Khusus untuk pasien-pasien tertentu Sesuai
menular dipisahkan diruangan harus dipisahkan seperti pasien
isolasi menderita penyakit menular, pasien
dengan pengobatan menimbulkan
bau (seperti penyakit tumor,
ganggreng, diabetes dan sebagainya),
pasien yang gadu gelisah.
8. Meja perawat dekat dengan bed Meja perawat harus terletak dekat Sesuai
pasien dengan semua bed pasien agar
perawat dapat mengawasi pasien
secara efektif maksimum melayani 9
tempat tidur.
9. Alur petugas dan pengujung tidak Alur petugas dan pengunjung dipisah Tidak Sesuai
dipisah
10. Antar tempat tidur tidak dibatasi Antar tempat tidur harus dibatasi Tidak Sesuai
oleh Sampiran oleh tirai dengan rel harus menempel
di plafond an sebaiknya bahan tirai
non porosif.
11. Jarak antar tempat tidur sangat Jarak antar tempat tidur 2,4 m, atau Tidak Sesuai
dekat 80cm antar tepi tempat tidur minimal 1,5
m.
12. Setiap tempat tidur memiliki stop Setiap tempat tidur disediakan Sesuai
kontak, tetapi tidak digunakan minimal 2 stop kontak dan tidak
untuk arus tegangan tinggi. boleh ada percabangan atau
sambungan langsung tanpa
pengamanan arus.
13. Ventilasi disetiap ruangan tidak Ruangan harus dijamin terjadinya Tidak Sesuai
dapat dibuka sehingga pertukaran pertukaran udara
udara kurang bagus
14. Jendela disetiap ruangan tidak Bed pasien harus memiliki bukaan Tidak Sesuai
dapat dibuka jendela yang aman untuk kebutuhan
pencahayaan dan ventilasi alami
15. Ruang IGD tidak memiliki nurse Ruang perawatan harus menyediakan Tidak Sesuai
call nurse call untuk masing-masing
tempat tidur yang terhubung ke nurse
61
station
16. Disetiap ruang perawatan tidak Disetiap ruang perawatan harus Tidak Sesuai
terdapat 1 kamar mandi disediakan kamar mandi
17. Ruang perawatan tersedia outlet Ruang perawatan harus disediakan Sesuai
oksigen outlet oksigen
Sumber: Depkes (2007)
H1 H2 A5
H3
Nurse Station
A1 A2 A3
Pintu
masuk
62
Ruang Penerimaan A4
Pasien
Ket :
- Ruangan A3, A4, A5 adalah ruangan Ruang Irdo, Ruang IRDA dan Ruang
Isolasi,
yang cukup akan tetapi banyak lampu yang tidak berfungsi. Pada ruangan
sisanya 2 buah lampu tidak berfungsi, selain itu ruangan Irdo tidak
dan semua lampu berfungsi, selain itu ruangan kelas Irda terdapat 1
jendela dan tidak bisa di buka jendelanya, terdapat 5 buah lampu yang
berfungsi ada 3 buah lampu yang berfungsi dan 2 buah lampu tidak
63
lampu yang berfungsi 3 buah lampu, dan 2 buah lampu tidak berfungsi,
yang berfungsi 3 buah lampu dan 1 buah lampu tidak berfungsi, selain itu
2. Ventilasi : disetiap ruangan IGD terdapat ventilasi Lantai dan atap: lantai
keramik, bersih, dan kering. bagian atap gedung IGD khusunya pada
1). Observasi:
terdapat 3 buah tempat tidur, ruangan tindakan 4 buah tempat tidur dan isolasi
64
terdapat 6 buah tempat tidur ruangan ok mini terdapat 3 buah tempat tidur,
serta fasilitas lainnya yang sudah sesuai dengan standar. Akan tetapi,
banyak yang belum sesuai standar, Seperti dalam segi pencahayaan dan
ventilasi,
prasarana yang ada di ruangan IGD belum lengkap seperti alat-alat kesehatan
mengatakan untuk tata letak rungan tidak sesuai dengan standar dan 41,1%
dengan standar yang berlaku, perwat mengatakan 88,2% tidak dan 11,8
Berikut daftar fasilitas kesehatan untuk pasien yang ada diruangan IGD,
berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 27 JULI 2021 diruang
a. Fasilitas
kesehatan belum sesuai standar rawat inap yang berlaku, sesuai pedoman teknis
kemenkes 2007, dimana fasilitas untuk tenaga kesehatan harus memiliki ruang
66
5. Jam dinding 1 buah - -
6. Kamar mandi 1/kamar 1 / kamar -
7. Wastafel 5 buah) 1 tidak 1/ ruangan Perlu
berfungsi) diadakan
8. Tempat sampah pasien - 1/ kamar Perlu
diadakan
9. Jendela 12 jendela 1-2/ kamar -
( tidak bisa
dibuka)
10. Standar infus 1 buah/bed 1 set/ bed -
Sumber: Kemenkes (2020)
1). Observasi
yang masih kurang seperti wastafel, dan tempat sampah yang sangat penting
2). Wawancara
3). Kuesioner
mengatakan untuk tata letak rungan tidak sesuai dengan standar dan 41,1%
dengan standar yang berlaku, perwat mengatakan 88,2% tidak dan 11,8
67
Tabel 3.10 Pengkajian Peralatan habis pakai
N Nama Barang Keterangan Ideal Usulan
o
1 Handscoon Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
2 Masker Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
3 Nursing cap Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
4 Disposible Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
5 Kapas alcohol Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
6 Kasa steril Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
7 Kasa rol Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
8 Obat oral Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
9 Elastisitas perban Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
10 Kanul O2 Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
11 Selang kateter Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
12 Selang infus Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
13 NGT Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
14 Urine bag Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
15 Ivcath Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
16 Handrub - Ada/ ruangan Perlu
ditambahkan
17 Cairan infus koloid Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
18 Cairan infus Kristaloid Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
68
19 Cairan dextrose Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
20 Alkohol 70% Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
21 Iodine Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
22 Epinephrine Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
23 Dobutamin Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
24 Lidocaine Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
25 Potasium Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
26 Chlroida Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
27 Asam tranexamat Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
28 Atracurium Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
29 Epedrhin Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
30 Dopamin Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
31 Amiodaron Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
32 Adrenalin Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
33 Dexametason Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
34 Naloxon Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
35 Paracetamol Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
36 Levofloxacin Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
37 Metronidazole Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
69
38 Ciprofloxacin Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
39 Cefobactam Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
40 Azidhromycin Dihidrate Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
41 Atropin sulfat Ada/Sesuai Ada/ ruangan -
kebutuhan
Sumber: Kemenkes (2020)
1). Observasi
Pakai (BHP) selalu tersedia sesuai dengan kebutuhan, dan persediaan yang
perlu ditambahkan yaitu handrub. Hal ini perlu diadakan karena menurut
bahan habis pakai untuk pasien yang disebutkan diatas perlu diadakan untuk
2). Wawancara
3). Kuesioner
70
1. Stetoskop 4 buah 1:6 TT sesuai -
ruangan
2. Emergency kit dan set 2 buah 1/ bangsal -
resusitasi: set BHP
Emergency
3. Speculum hidung - 1/ ruangan Perlu
diadakan
4. Oksigen set + flow meter 1 buah 1 set/ ruangan -
5. Reflex hummer - 1 buah/ruangan -
6. Tempat sampah infeksius 1 buah 1 buah/ ruanagan -
7. Tempat sampah non 1 buah 1 buah / ruangan -
infeksius
8. Papan tulis 2 buah 1 buah/ ruangan -
9. Lemari kaca 3 buah 1 buah/ ruangan -
10. Lemari besi 1 Buah 1 buah/ ruangan -
12. Tensimeter roda 3 buah (1 2 buah / ruangan -
buah tidak
berfungsi)
13. Minor sugery set 1 set 1 set/ ruangan -
14. Defibrilator 1 buah 1 set/ ruangan -
15. examination lamp 2 buah 1/ ruangan -
16. Film viewer 1 buah 1 / ruangan -
17. Infuse pump 1 buah 1 set/ ruangan -
18. Lampu periksa - 1 buah/ kamar Perlu
diadakan
19. Nebulizer 1 buah 1 set/ bangsal -
20. Pen light - 1/ ruangan Perlu
ditambahkan
21. Oxymeter 1 buah 2-4/ bangsal -
22. Suction pump 3 buah 1 set/ ruangan -
23. Syringe pump 1 buah 1 set/ kamar -
24. Bed pasien elektrik - Sesuai kebutuhan -
26. Bed pasien manual 22 buah Sesuai kebutuhan -
27. Termometer digital 1 buah 2 buah/bangsal -
28. Timbangan pasien 1 buah 1 buah/ ruangan -
71
30. Monitor pasien 1 buah 1 buah/bangsal -
31. Pengukur tinggi badan - 1/ bangsal Perlu
diadakan
32. EKG 2 buah 1/ sesuai -
kebutuhan/
bangsal
Sumber: Kemenkes (2020)
1). Observasi
untuk perawatan pasien. Dan jumlah alat yang tersedia sudah sesuai dengan
rasio pasien. Alat yang kurang tersebut perlu diadakan karena sesuai standar
minimal 1 buah/ruangan.
2). Wawancara
sudah sesuai dengan rasio pasien dan semua perawat mengerti cara
3). Kuesioner
mengatakan jumlah alat yang tersedia sudah sesuai rasio pasien dan sebanyak
72
SIKI
3. Buku perencanaan pulang Ada 1 buah -
Sumber: Kemenkes (2020)
1. Observasi dan wawancara
rawat inap sudah memadai dan sudah sesuai dengan standar dari
KEMENKES (2020).
2. Kuesioner
3. Alat kesehatan yang masih kurang. Seperti, Speculum hidung, Pen light,
4. Fasilitas untuk pasien masih kurang seperti, wastafel, tempat sampah, jam
73
Ya Presentase Tidak Presentase
a. M3-1 MAKP
Tabel 3.3.2 Efetivitas Dan Efisiensi Model Asuhan Keperawatan
Jawaban
Pertanyaan Total
(%)
Ya Presentase Tidak Presentase
74
keperawatan yang digunakan saat ini menjadikan lama hari perawatan semakin
pendek, sedangkan 1 perawat (5,9%) mengatakan model asuhan keperawatan
yang digunakan saat ini tidak menjadikan hari perawatan semakin pendek.
Sebanyak 17 perawat (100%) mengatakan terjadi peningkatan kepercayaan pasien
terhadap ruangan. Sebanyak 2 perawat (11,8%) mengatakan model asuhan
keperawatan yang digunakan saat ini menyulitkan dan memberikan beban kerja
sedangkan 15 perawat (88,2%) mengatakan model asuhan keperawatan yang
digunakan saat ini tidak menyulitkan dan tidak memberikan beban kerja yang
berat. Sebanyak 1 perawat (5,9%) mengatakan model asuhan keperawatan yang
digunakan saat ini memberatkan pembiayaan sedangkan 16 perawat (94,1%)
mengatakan model yang digunakan saat ini tidak memberatkan dalam
pembiayaan. Sebanyak 1 perawat (5,9%) mengatakan model asuhan keperawatan
yang digunakan saat ini mendapat banyak kritikan dari pasien, sedangkan
sebanyak 16 perawat (94,1%) mengatakan model asuhan keperawatan yang
digunakan saat ini tidak mendapat banyak kritikan dari pasien.
76
berlangsung
Bagaimana teknik pelaporan 17 100% 0 0%
timbang terima ketika berada di
depan pasien
Berapa lama waktu yang 17 100% 0 0%
dibutuuhkan untuk mengunjungi
masing-masing pasien
Apakah anda (shift pengganti) 17 100% 0 0%
dievaluasi kesiapannya oleh
kepala ruangan
Berdasarkan tabel 3.6 menunjukkan bahwa 17 perawat (100%) melakukan
timbang terima diruangan sebanyak 3 kali. 10 perawat (58,8%) mengatakan
timbang terima dilaksanakan tepat waktu, sedangkan 7 perawat (41,2%)
mengatakan timbang terima tidak dilaksanakan tepat waktu. 17 perawat (100%)
mengatakan timbang terima dihadiri oleh semua perawat yang berkepentingan dan
dipimpin oleh kepala ruangan atau ketua tim. 17 perawat (100%) mengatakan
untuk melakukan timbang terima mempersiapkan status pasien dan melaporkan
perkembangan pasien. 7 perawat (41,2%) mengatakan ada kesulitan dalam
mendokumentasikan laporan timbang terima, sedangkan 10 perawat (58,8%)
mengatakan tidak ada kesulitan dalam mendokumentasikan laporan timbang
terima. 17 perawat (100%) mengatakan ada interaksi dengan pasien pada saat
melakukan timbang terima.
79
apakah ada format tiap jenis obat 0 0% 17 100%
sebelum perawat memberikan
obat ke pasien
berdasarkan tabel 3.10 menunjukkan bahwa 17 perawat (100%) mengatakan
sebelum memberikan obat kepada pasien selalu menginformasikan jumlah
kepemilikan obat yang telah digunakan. 17 perawat (100%) mengatakan tidak ada
format tiap jenis obat sebelum perawata memberikan obat ke pasien.
e. M3-5 Supervisi
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan
kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas
kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Nursalam, 2014).
Supervisi merupakan hal yang penting dilakukan untuk memastikan pelayanan
dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang ditetapkan. Supervisi
tidak diartikan sebagai pemeriksaan dan mencari kesalahan, tetapi lebih pada
pengawasan partisipatif yaitu perawat yang mengawasi pelaksanaan kegiatan
memberikan penghargaan pada pencapaian atau keberhasilan dan memberi jalan
keluar pada hal-hal yang belum terpenuhi. Untuk menjadi supervisor yang baik
diperlukan kompetensi yang harus dimiliki dalam melaksanakan supervisi.
80
Apakah format untuk supervise sudah 11 64,8% 6 35,2% 100
sesuai standar keperawatan
Apakah alat (instrument) untuk supervise 13 76,5% 4 23,5% 100
secara lengkap
Apakah hasil dari supervise Sdisampaikan 17 100% 0 0% 100
kepada perawat
Apakah selalu ada feed back dari 17 100% 0 0% 100
supervisor untuk setiap tindakan
Apakah anda puas dengan hasil dari feed 14 82, % 3 17,7% 100
back tersebut
Apakah ada follow up untuk setiap hasil 13 76,5% 4 23,5%
dari supervise
Apakah anda menginginkan perubahan 17 100% 0 0%
untuk setiap tindakan sesuai dengan hasil
perbaikan dari supervise
Apakah anda pernah mendapatkan 3 17,7% 14 82, %
pelatatihan dan sosialisasi tentang
supervise
81
Semua perawat (100%) mengatakan ada umpan balik dari supervisor untuk
setiap tindakan.
82% perawat mengatakan puas dari hasil dari umpan balik dan 17,7%
mengatakan tidak
76,5% perawat ada follow up untuk setiap hasil dari supervise dan 23,5 %
mengatakan tidak
Semua perawat (100%) menginginkan perubahan untuk setiap tindakan dengan
hasil perbaikan dari supervisi
Dari semua perawat ada 17,7% perawat yang pernah mendapatkan sosialisai dan
pelatihan tentang supervisi dan 82% mengatakan belum pernah mendapatkan
sosialisai dan pelatihan tentang supervisi.
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 27 Juli 2021, didapatkan
bahwa perawat mengerti tentang supervisi dan mempunyai format untuk supervisi
dan juga kegiatan supervisi sudah diterapkan di Ruangan IGD yaitu dari kepala
ruangan ke katim dari katim ke PA. Berdasarkan data wawancara dari kepala
ruagan dan 3 responden mengatakan bahwa pelaksanaan supervisi sudah
terjadwal. Supervisi dilakukan oleh kepala ruangan ke katim 1x/bulan, katim ke
perawat pelaksana supervisi dilakukan 1 minggu 2 kali jika banyak pasien
Berdasarkan data di atas, tidak terdapat masalah pada M3-5 supervisi.
82
Bagamaina teknik yang digunakan 17 100% 0 0% 100
saat PPB pada pasien
Apakah setiap selesai melakukan 17 100% 0 0% 100
PPB , anda melakukan
pendokumentasian
83
ALUR PASIEN MASUK
Ruang Inap Bedah RSUD dr. Hj. Hasri Ainun Habibie
Administrasi Pekarya
Mengisi registrasi Layanan Umum
Pengurusan jaminan perawat Pasien masuk Layanan Operasional
(selambat-lambatnya 3x24 jam)
Perawat Associate
Implementasi sesuai rencana yang dibuat oleh ketua tim
/leader/penanggung jawab shift
84
Perawat sudah melakukan penerimaan pasien baru sesuai dengan alur
penerimaan pasien baru dari rumah sakit, sehingga tidak terdapat masalah pada
M3-6 penerimaan pasien baru
85
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil semua perawat (100%) bersedia
melakukan perencanaan pulang, 100% perawat mengatakan sudah ada
pembagian tugas tentang perencanaan pulang, 88,3% perawat mengatakan tidak
memberikan brosur atau leaflet saat melakukan perencanaan pulang, 100%
perawat menggunakan bahasa Indonesia saat melakukan perencanaan pulang,
100 % perawat mengatakan bahasa yang digunakan dalam melakukan
perencanaan pulang tidak mengalami kesulitan untuk dipahami pasien. 100%
perawat melakukan pendokumentasian perencanaan pulang.
Dari hasil wawancara dilakukan pada tanggal 27 Juli 2021 didapatkan
bahwa Discharge Planning di Ruangan IGD dari 17 responden bahwa
Discharge Planning sudah dilakukan dengan lisan ataupun tulisan. Setelah
mendapatkan tindakan pertama di IGD pasien di rujuk ke ruangan seusai
penyakit pasien. Sehingga tidak terdapat masalah pada discharge planning.
86
Apakah menurut anda model
dokumentasi yang digunakan ini
13 76,5% 4 23,5% 100
menyita banyak waktu perawat
Tabel 3.3.15 Uraian lembar dokumentasi di Ruang IGD RSUD dr. Hj. Hasri
Ainun Habibie
Lembar Dokumentasi
87
1. Bukti pelayanan rawat inap
2. Ringkasan riwayat kunjungan
3. Ringkasan masuk dan keluar
4. Pengkajian keperawatan
5. Pengkajian awal rawat inap oleh dokter
6. Resume medis
7. Lembar konsultasi
8. Tindakan keperawatan
9. Check list discharge planning
10. Resume keperawatan
11. Catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT)
12. Kardeks dan grafik
13. Lembar hasil lab
14. Lembar temple hasil pemeriksaan penunjang
15. Formulir persetujuan pemberian informasi darah dan produk darah
16. Daftar keselamatan tranfusi
17. Lembar observasi pemberian tranfusi darah
18. Lembar tranfusi internal
19. Daftar tilik keselamatan operasi
20. Formulir pendaftaran pembedahan
21. Lembar laporan operasi
22. Persetujuan tindakan medis
23. Pengkajian pra operasi oleh dokter/perawat
24. Pemberian informasi
25. Evaluasi pra anasthesi
26. Pemberian pendidikan kesehatan pasien
27. Lembar persetujuan umum
3.4 M4 Money
88
Perencanaan anggaran tahunan dan RAB Rumah Sakit dr. Hasri Ainun
Habibie direncanakan oleh bidang keperawatan bersama tim perencana RS.
Setiap ruangan (termasuk ruangan UGD) memasukan rencana kerja tahunan dan
bulanan yang kemudian rencana kerja ini yang akan dimasukan dalam anggaran
yang akan di rencanakan dan di susun. Penyusunana anggaran tahunan dan RAB
ini mengikuti aturan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dan pemerintah
pusat.
89
non operatif. Jasa pelayanan dan tindakan medic diperoleh dari pembiayaan
pasien di ruangan yang di atur oleh bidang keuangan dan akan diberikan kembali
kepada pegawai ruangan berdasarkan poin.
paling depan dan terdekat dengan penderitaan, kesakitan, serta kesengsaraan yang
mutu pelayanan keperawatan, Rumah Sakit dr. Hj. Hasri Ainun Habibie Provinsi
pelayanan jasa kesehatan. Indikator penilaian kualitas mutu pelayanan perlu untuk
wawancara dan observasi, terkait dengan struktur, Proses dan Outcome. Indikator
penilaian ini bisa menjadi acuan untuk keberhasilan pelayanan jasa kesehatan di
1. Patient safety
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variable untuk
mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak
terhadap pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil lembar observasi penerapan
International Patient Safety Goals yang dibagi dalam 6 sasaran didapatkan
bahwa:
a. Sasaran I: Ketepatan identifikasi pasien
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan di ruangan IGD Rsud Hasri
Ainun Habibi didapatkan dari 17 perawat mengatakan selalu mengidentifikasi
pasien menggunakan 2 identitas (gelang dan nomor MR), selalu
90
mengidentifikasi pasien sebelum pemberian obat, darah atau produk darah,
selalu mengidentifikasi sebelum pengambilan darah dan specimen lain untuk
pemeriksaan klinis, selalu mengidentifikasi pasien sebelum pemberian
pengobatan dan tindakan/prosedur, selalu melihat SOP untuk identifikasi yang
konsisten pada semua situasi dan lokasi.
Berdasarkan hal tersebut ketepatan identifikasi pasien yang dilakukan
perawat belum optimal sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Nursalam
(2017) yang menyatakan bahwa ketepatan identifikasi pasien meliputi standar
berikut :
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor bed atau lokasi pasien
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan specimen lain untuk
pemeriksaan klinis (lihat juga).
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan atau
prosedur
5. Kebijakan dan prosedur mendukung praktik identifikasi yang konsisten
pada semua situasi dan lokasi.
b. Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan di ruangan IGD
didapatkan dari 18 perawat 5 diantaranya sering menggunakan perintah
lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan secara
lengkap oleh penerima perintah, dan13 diantaranya mengatakan selalu
menggunakan perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah. Dari 18
perawat 3 diantaranya mengatakan tidak pernah melakukan hasil
pemeriksaan secara lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah
dan hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi perintah.
10 lainnya mengatakan sering melakukan hasil pemeriksaan secara
lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah dan hasil pemeriksaan
dikonfirmasi oleh individu yang memberi perintah, dan 5 lainya
mengatakan selalu melakukan hasil pemeriksaan secara lengkap dibacakan
91
kembali oleh penerima perintah dan hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh
individu yang memberi perintah. Terkait penggunaan SOP dalam
verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan melalui telepon dari 18
perawat 7 diantaranya mengatakan sering, dan 11 lainya mengatakan
selalu.
Menurut (Nursalam, 2015) Peningkatan komunikasi yang efektif
dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut
2. Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
4. Kebijakan dan prosedur mendukung paraktik yang konsisten dalam
melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan melaui
telepon.
Pada ruangan IGD sudah terjalin komunikasi yang efektif antar
petugas medis. Komunikasi merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan keamanan pasien dan membuat pasien nyaman karena
perawat mengetahui keadaan pasien. Tujuan komunikasi antar petugas
medis harus tepat waktu, akurat, lengkap, tidak ambigu dan dipahami
penerima pesan, komunikasi efektif di rumah sakit. Ada dua jenis
komunikasi yang dapat dilakukan di RS yakni, SBAR dan TBaK. SBAR
(Situation, Background, Assesment dan Reccomendation) adalah
komunikasi lisan pada saat serah terima pasien dan pelaporan hasil kritis.
Sedangkan TBaK (Tulis, Baca dan Konfirmasi) adalah tehnik komunikasi
lisan menggunakan telpon dengan menulis, membaca ulang dan
melakukan konfirmasi pesan yang diterima oleh penerima pesan. Prosedur
tersebut penting untuk jejak medis pengobatan pasien selama dirawat di
RS sehingga tidak terjadi delay treatment.
92
C. Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
(High-alert medication)
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan di ruangan IGD
didapatkan dari 18 perawat 15 diantaranya mengatakan sering
memperhatikan SOP saat mengatur identifikasi, lokasi, pemberian label,
dan penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai dan 8 lainnya
mengatakan selalu memperhatikan SOP saat mengatur identifikasi, lokasi,
pemberian label, dan penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai. Dari
18 perawat 5 diantaranya mengatakan sering meletakkan Elektrolit
konsentrat di tempat aman dan 13 lainnya mengatakan selalu meletakkan
Elektrolit konsentrat di tempat aman. Terkait penyimpanan elektrolit
konsentrat di unit pelayanan pasien diberi label yang jelas dan disimpan
dengan cara yang membatasi akses dari 18 perawat 5 diantaranya
mengatakan kadang-kadang, 10 lainnya mengatakan sering dan 3 lainnya
mengatakan selalu.
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukan oleh Nursalam (2015)
Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High-alert
medication) yakni :
1. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengatur identifikasi,
lokasi, pemberian label, dan penyimpanan obat-obat yang perlu
diwaspadai
2. Kebijakan dan prosedur diimplementasikan
3. Elektrolit konsentrat tidak berada diunit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian
yang tidak sengaja di area tersebut, bila diperkenankan kebijakan.
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan diunit pelayanan pasien diberi label
yang jelas dan disimpan dengan cara membatasi akses ( restrict acces)
Petugas medis perlu waspada ketika menggunakan obat dengan high alert
karena obat tersebut berbahaya jika tidak tepat penggunaannya yang bisa
menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Penempatan obat kategori high
alert harus disimpan didalam kotak yang diberi tanda dan dalam
93
pemberiannya harus divalidasi oleh dua orang yang berbeda supaya tidak
salah.
d.. Sasaran IV : Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur ,tepat pasien operasi.
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan di ruangan IGD didapatkan
dari 18 perawat 10 diantaranya mengatakan sering mengembangkan suatu
pendekatan/SOP untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat
pasien operasi, dan 8 lainnya mengatakan selalu mengembangkan suatu
pendekatan/SOP untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat
pasien operasi. Terkait pemberian suatu tanda oleh perawat untuk
mengidentifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam proses
penandaan/pemberian tanda dari 18 perawat 7 diantaranya mengatakan
kadang-kadang,6 lainnya mengatakan sering, dan 5 lainnya mengatakan
selalu. Dari 18 perawat 5 diantaranya mengatakan sering menggunakan
lembar checklist untuk melakukan verifikasi pra operasi agar tepat lokasi,
tepat prosedur, dan tepat pasien. Dari 18 perawat 10 diantaranya
mengatakan sering menyediakan semua dokumen serta peralatan yang
diperlukan dengan benar dan tepat, dan 8 lainnya mengatakan selalu
menyediakan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan dengan
benar dan tepat. Terkait pendokumentasian dan penerapan prosedur
sebelum dimulainya operasi atau tindakan pembedahan dari 18 perawat 7
diantaranya mengatakan sering dan 11 lainnya mengatakan selalu.
Menurut (Nursalam, 2015) Kepastian Ketepatan Lokasi, tepat
prosedur, tepat pasien operasi yakni :
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikenal untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam proses penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu ceklis atau proses lain untuk melakukakn
verifikasi praoperasi tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien dan
semua dokumen serta peralatan yang perlukan tersedia, tepat/benar dan
fungsioanal.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat/mendokumentasikan
prosedur sign in (sebelum induksi), sebelum insisi/time-out tepat sebelum
94
dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan dan sign out (Sebelum
meninggalkan kamar operasi)
e. Sasaran V : Pengurangan Resiko Infeksi terkait pelayanan kesehatan
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan di ruangan IGD didapatkan
dari 18 perawat 15 diantaranya mengatakan sering menerapkan hand hygiene
terbaru yang sudah diterima secara umum (WHO Patient Safety) dan 3 lainnya
mengatakan selalu menerapkan hand hygiene terbaru yang sudah diterima
secara umum (WHO Patient Safety), terkait penerapan program hand hygiene
yang efektif dari 18 perawat 5 diantaranya mengatakan sering dan 13 lainnya
mengatakan selalu, Dan dari 18 perawat 6 diantaranya mengatakan sering
mengevaluasi terhadap SPO secara berkelanjutan untuk pengurangan resiko
infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan 12 lainnya mengatakan selalu
mengevaluasi terhadap SPO secara berkelanjutan untuk pengurangan resiko
infeksi terkait pelayanan kesehatan.
Menurut (Nursalam, 2015) pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan dapat dilakukan dengan :
1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene
terbaru yang baru baru ini diterbitkan dan sudah diterima secara umum
(antar lain dari WHO Patient Safety)
2. Rumah sakit menerapkan program Hand Hygiene yang efektif
3. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mendukung
pengurangan secara berkelanjutan resiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
f. Sasaran VI : Pengurangan resiko pasien jatuh
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan di ruangan IGD didapatkan
dari 18 perawat 9 diantaranya mengatakan sering mengidentifikasi resiko
jatuh pada saat pasien memasuki ruang perawatan dan 9 diantaranya
mengatakan selalu mengidentifikasi resiko jatuh pada saat pasien memasuki
ruang perawatan. Dari 18 perawat 6 diantaranya mengatakan kadang-kadang
menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang
pada hasil asesmennya dianggap beresiko, dan 4 diantaranya mengatakan
sering menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi risiko jatuh bagi
95
mereka yang pada hasil asesmennya dianggap beresiko, serta 8 lainnya
mengatakan selalu menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi risiko
jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmennya dianggap beresiko. Terkait
langkah-langkah dimonitor hasilnya oleh perawat, baik tentang keberhasilan
pengurangan cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak
sengaja dari 18 perawat 5 diantaranya mengatakan kadang-kadang, 8
diantaranya mengatakan sering dan 3 diantaranya mengatakan selalu. Dari 18
perawat 5 diantaranya mengatakan kadang-kadang melihat SOP tentang resiko
pasien jatuh, dan 5 diantaranya mengatakn sering melihat SOP tentang resiko
pasien jatuh, serta 8 lainnya mengatakan selalu melihat SOP tentang resiko
pasien jatuh.
Menurut (Nursalam, 2015) Pengurangan resiko pasien jatuh dapat
dilakukan dengan:
1. Rumah sakit menerapkan proses assessment awal resiko pasien jatuh dan
melakukan pengkajian ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil assessment dianggap beresiko
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya baik tentang keberhasil penurangan
cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak sengaja.
4. Kebijakan dan atau prosedur mendukung pengurangan berkelanjutan dari
resiko cedera pasien akibat jatuh di rumah sakit.
Ada 3 kriteria resiko rawat inap di sebuah rumah sakit :
1. Tidak beresiko
2. Resiko rendah
3. Resiko tinggi
Untuk mengurangi resiko jatuh rumah sakit biasanya melakukan
penilaian pasien sejak awal dengan menggunakan 2 jenis formulir humpty
dumpty (untuk pasien anak) dan formulir morse fall scale (untuk pasien
dewasa). Selain itu untuk menangani pasien dengan resiko jatuh tinggi
ruangan perawatan dapat menandai dengan warna gelang kuning,
memasang tanda yang ditempel di pintu masuk kamar dan ranjang,
96
memposisikan ranjang di posisi rendah, memasang hand rel, menjaga
penerangan, serta menggunakan alat bantu seperti tongkat.
Pemberian obat kepada pasien merupakan salah satu tanggung jawab yang
apakah perawat salah pasien, salah nama, salah waktu, salah cara, salah dosis,
salah obat, salah dokumentasi, atau dokumentasi pemberian obat tidak sesuai
tanggal 27 Juli s/d 28 Juli 2021 tidak ditemukan adanya kejadian kesalahan
pemberian obat, paling rentan terjadi adalah salah dalam waktu pemberian,
dimana, obat yang harus diberikan, tidak diberikan sesuai waktu yang telah
ditetapkan, oleh dokter, terjadi kurang beberapa menit atau lewat dari waktu
pasien yang mengalai gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, cedera tulang
peningkatan biaya rumah sakit. Oleh karena itu, perawat perlu memahami
97
secara komprehenShift tentang dekubitus agar dapat memberikan pencegahan
Berdasarkan hasil observasi di Ruang IGD Rumah Sakit dr. Hj. Hasri
dengan rasa sakit dan nyeri disepanjang vena, kemerahan, bengkak dan
Berdasarkan hasil observasi Di Ruang IGD Rumah Sakit dr. Hj. Hasri
d. Kepuasan
pasien. Kepuasan menjadi acuan yang penting dari pelayanan jasa kesehatan
yang dirawat di Ruangan IGD Rumah Sakit dr. Hj. Hasri Ainun Habibie
e. Perawatan Diri
98
Kemampuan perawatan diri menjadi acuan untuk kualitas pelayanan
rumah sakit. Mandiri berarti pasien mampu melakukan aktivitas tanpa bantuan
Dari hasil wawancara dan observasi di Ruang IGD Rumah Sakit dr. Hj.
tanggal 27 Juli – 28 Juli 2021 dari total 10 pasien yang dirawat semuanya
f. Kenyamanan
Dari hasil wawancara dan observasi, di Ruang IGD Rumah Sakit dr. Hj.
dilakukan sejak tanggal 27 Juli – 28 Juli 2021, didapatkan hasil bahwa dari
dengan pelayanan yang ada dirumah sakit seperti lingkungan pasien yang
g. Kecemasan
99
Kecemasan merupakan reaksi pertama yang muncul dirasakan oleh pasien
dan keluarganya disaat pasien harus dirawat mendadak atau tanpa terencana
begitu mulai masuk rumah sakit. Kecemasan akan terus menyertai pasien dan
pasien.
tanggal 27 Juli – 28 Juli 2021 didapatkan bahwa hasil dari total 10 pasien
kecemasan yang dirasakan seperti khawatir akan kondisi yang akan terjadi
slanjutnya.
h. Pengetahuan
Jadi pengetahuan ini diperoleh dari aktivitas panca indera yaitu penglihatan,
tentang kondisi ksesehatannya/ penyakit yang dideritanya, serta hal apa yang
bisa dan tidak dilakukan selama sakit dan penyebab dari sakit yang diderita,
100
dari hasil wawancara dan observasi pada perawat dan pasien selama 27 Juli –
yang dirawat di Ruang IGD RS dr. Hj. Hasri Ainun Habibie didapatkan
101
102