Tentang Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Islam yang merupakan agama yang sempurna, dan telah mengatur segala aspek kehidupan manusia di
muka bumi ini, sampai kepada hal yang kecil sekalipun. Setiap muslim memiliki dua pedoman hidup,
yaitu al-Qur’an dan hadist, yang keduanya memeuat segala hal yang dibutuhkan manusia dalam
melawati ujian hidup di muka bumi ini. Salah satu hal yang dibahas dalam al-Qur’an dan hadist adalah
masalah kesehatan, yang merupakan investasi terbesar dan terpenting dalam kehidupan ini.

Manusia diciptakan di dunia ini untuk menjadi khalifah dan beribadah kepada Allah S.W.T. Namun,
kedua fungsi tersebut tidak akan bisa terlaksana dengan baik, tanpa adanya kesehatan yang dimiliki oleh
setiap manusia. Melihat pentingnya kesehatan tersebut, islam memiliki pandangan (perspektif)
tersendiri tentang kesehatan. Pandangan-pandangan ini tertuang dalam dua pedoman hidup manusia,
yaitu al-Qur’an dan hadist.

Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelakan tentang pengertian hadist dan hal-hal yang berkaitan
dengannya. Makalah ini juga berisi tentang hadist-hadist yang berisi tentang beberapa perintah, anjuran
dan larangan yang semuanya berkaitan dengan kesehatan, baik kesehatan jasmani ataupun kesehatan
roahani. Dengan makalah ini diharapkan kita lebih memahami dan mengetahui betapa pentingnya arti
kesehatan dalam pandanagan islam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadist

Menurut Abu al-Baqa, hadist secara etimologi adalah kata benda (isim) dari kata at-Tahdist yang
kemudian diartikan sebagai al-Ikhbar (pemberitaan), kemudian hadist diartikan sebagai perkataan,
pebuatan, dan persetujuan yang disandarkan kepada Nabin Muhammad SAW. Menurut ahli hadist
(Muhaddisin, hadist secara terminologi diartikan sebagai sesuatu yang disandarkan kepada Nabi baik
berupa perkataan, perbuatan, atau persetujuan, dan sifat-sifatnya baik sifat fisik (khalqiyah) dan sifat
perangai (khuluqiyah), baik yang berkaitan dengan hukum atau tidak. (2,3)

Hadist merupakan sumber agama kedua setelah al-Qur’an, hadist terdiri dari ribuan riwayat kata dan
perbuatan Nabi Muhammad, sebagaimana yang diriwayatkan oleh generasi-generasi muslim yang
berawal dengan dengan melalui tangan pertama yang melaporkan diri di antara sahabat Nabi, generasi
pertama muslim. Tiap-tiap riwayat memiliki sebuah mata rantai (isnad) periwayatan, masing-masing
individu dicantumkan dengan nama, semua jalan kembali kepada saksi pertama; dan sebuah tubuh teks
(matan) yang berupa kata-kata pendek hingga beberapa halaman panjangnya. Dan hadist berisi tentang
masalah-masalah sosial yang dilakukan oleh Rasulullah dan dijadikan sebagai sumber hukum. (6,7)

B. Sinonim Kata Hadist

Hadist yang merupakan sumner hukum kedua setelah al-Qur’an memiliki beberapa sinonim kata,
diantaranya sunnah, khabar, dan atsar. Menurut sebagian ulama, hadist juga disebut sunnah. Hanya
sebagian ulama saja, seperti Abd al-Rahman al-Mahdi (135-196 H), yang membedakan keduanya.
Sunnah berlaku terhadap sesuatu yang dilakukan Nabi sebelum atau pada masa kerasulannya,
sedangkan hadist diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan nabi pada masa kerasulannya saja. Di
samping itu, khabar dan atsar juga bersinonim dengan hadist. Hanya ulama khurasan yang
membedakannya, yakni kalau atsar itu hadist mauquf (Hdist Yng disandarkan kepada Rasulullah),
sedanglan khabar adalah hadist marfu’ (hadist yang disandarkan kepada para sahabat). (1,2,3)

1. Sunnah

Sunah menurut bahasa adalah (as-sirah) artinya perjalanan atau sejarah, baik atau buruk masih bersifat
umum. Menurut ulama, hadist adalah penyandaran sesuatu kepada Nabi walaupun baharu sekali
dikerjakan atau bahkan masih berupa azam (hadist wahmi). Sedangkan yang dimaksud dengan sunnah
adalah kebiasaan yang telah dilakukan Rasulullah secara berulang kali. Dan menurut ahli Ushul
(usuliyyun), hadist identik dengan perkataan Rasulullah, sedangkan sunnah lebih pada tindakan dan
kebiasaan yang telah menjadi tradisi. (2,3)

2. Khabar
secara etimologi, khabar diartikan al-naba atau berita. Menurut Muhaddisin, khabar identik dengan
hadist, yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi, baik perkataan, perbuatan, persetujuan, dan
sifat. Namun, mayoritas ulama berpendapat bahwa hadist khusus berasal dari nabi, sedangkan khabar
bukan hanya datang dari Nabi, tetapi juga datang dari yang lainnya, termasuk umat-umat terdahulu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap hadist adalah khabar, tetapi tidak semua khabar
adalah hadist. (2,3)

3. Atsar

Atsar secara bahasa berarti peninggalan. Adalah sesuatu yang disandarkan kepada sahabat (mawquf’)
dan tabi’in (maqthu’) baik perkataan ataupun perbuatan. Menurut muhaddisin, atsar adalah sesuatu
yang disandarkan kepada Rasul (marfu’), para sahabat (mawquf), dan ulama salaf. Dan menurut ulama
Khurasan, atsar adalah berita bersifat mawquf, sedangkan khabar adalah berita marfu’. Dengan
demikian dapat disimpulakn bahwa atsar lebih umum daripada khabar, karena khabar merupakan berita
yang datang dari Nabi dan sahabat, sedangkan atsar merupakan berita yang datang dari Nabi, atau para
sahabat, atau yang lainnya. (2,3)

C. Perbedaan antara Hadist Nabawy, Hadist Qudsi, dan Al-Qur’an

Ulama berpendapat bahwa terdapat beberapa perbedaan antara al-Qur’an, hadist Qudsi, dan Hadist
Nabawi. Perbedaan yang mendasar antara ketiganya adalah:

1. Al-Qur’an, makna dan lafadznya berasal dari Allah.

2. Hadist Qudsi, maknanya dari Allah, tetapi lafadznya dari Rasul

3. Hadist Nabawi, makna dan lafadznya berasal dari nabi, tetapi apabila hal tersebut benar, maka
akan didiamkan oleh wahyu. Dan apabila mengandung kekeliruan, maka maka akan dibetulkan oleh
wahyu. (2,3)

D. Fungsi dan Kedudukan Hadist

Ada beberapa fungsi hadist yang telah disepakati oleh para ulama, dan semuanya dapat disimpulkan
dalam empat fungsi sebagai berikut.

1. Posisi hadist sebagai penguat keterangan al-Qur’an (ta’kid)

2. Sebagai penjelas al-Qur’an. Adapun penjelasan yang diberikan meliputi 3 hal, yaitu:

a. Memberikan penjelasan terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat global (tafsil al-mujmal), baik
yang bersangkutan dengan hukum maupun ibadah, dan biasa disebut dengan bayan tafsir.

b. Hadist mengkhususkan ayat-ayat yang umum (takhshis al-‘amm).

c. Hadist membatasi kemuthlakan al-Qur’an, atau yang biasa disebut dengan bayan taqyid.
3. Hadist mencabang dari pokok dalam al-Qur’an (tafri’ ‘ala al-ashl)

4. Menciptakan hukum syari’at yang masih belum dijelaskan oleh al-Qur’an, dan di sebut dengan
bayan tasyri’

Adapun kedudukan hadist sebagai dasar hukum agama berada di urutan kedua, setelah al-Qur’an. hal
ini dimaklumi krena beberapa alasan sebagai berikut.

1. Fungsi hadist yang merupakan penjelas dan tambahan terhadap al-Qur’an

2. Mayoritas sunnah relatif kebenarannya.

Dari dua lasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hadist merupakan sumber hukum kedua dalam
ajaran islam. (2,3)

E. Hadist-Hadist tentang Kesehatan

Hadist yang merupakan sumber hukum kedua dalam islam, setelah al-Qur’an telah banyak menjelaskan
tentang kesehatan baik tata cara pemiliharaannya, ataupun tata cara mengobati penyakit ketika
kesehatan itu hilang. Diantara hadist-hadist tentang kesehatan adalah sebagai berikut: (2,4)

1. Perintah untuk menjaga hati

Hati bukan sekedar segumpal darah yang tidak ada gunanya, tetapi hati adalah penggerak segala
kehidupan manusia. Apabila hati seseorang rusak atau terganggu oleh sesuatu, maka seluruh tubuh
akan menerima efeknya, seperti sabda Rasulullah SAW. yang berbunyi:

َ ‫َت َف َس َد ْال َج َس ُد ُكلُّ ُه أَاَل َوه‬


)‫ِي ْال َق ْلبُ (اللفظ اللبخاري‬ ْ ‫صلَ َح ْال َج َس ُد ُكلُّ ُه َوإِ َذا َف َسد‬ ً ْ‫أَاَل َوإِنَّ فِي ْال َج َس ِد مُض‬
َ ‫غَة إِ َذا‬
ْ ‫صلَ َح‬
َ ‫ت‬

Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh
tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati
(jantung). (HR al-Bukhari dan Muslim -redaksi lafazh dari al-Bukhari-)

2. Perintah untuk berobat

Setiap penyakit pasti ada obatnya, walaupun sebagian penyakit belum ditemukan obatnya. Dan
segala hal yang ada di dunia ini berasal dari Allah, termasuk penyakit. Oleh karena itu, agama
islam sangat menyuruh umatnya untuk terus berusaha untuk mendapakan obat terhadap
segala penyakit yang ia alami, dan yang terpenting adalah kehalalan obat tersebut, karena
islam sangat melarang umatnya untuk berobat dengan hal-hal yang dilarang oleh agama
selama masih ada obat yang lain dan tidak dalam keadaan darurat. Hal ini tercantum dalam
beberapa hadist nabi, diantaranya:

ِ ‫ َب َرأَ ِبإِ ْذ ِن‬،‫اب ال َّد َوا ُء ال َّدا َء‬


‫هللا َع َّز َو َج َّل‬ َ ‫ص‬َ َ‫ َفإِ َذا أ‬،ٌ‫دَواء‬
َ ‫عن جابر بن عبد هللا لِ ُك ِّل دَا ٍء‬
“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia
akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)
َ َّ‫ َفإِن‬،‫ َت َد َاو ْوا‬،ِ‫ َن َع ْم َيا عِ َبا َد هللا‬:‫ أَ َن َت َد َاوى؟ َف َقا َل‬،ِ‫ َيا َرس ُْو َل هللا‬:‫ َف َقا َل‬، ُ‫ت ْاألَعْ َراب‬
‫هللا‬ ِ ‫ َو َجا َء‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِّ‫ت عِ ْندَ ال َّن ِبي‬
ُ ‫ ُك ْن‬:‫عن اسامة‬
ْ َ ُ َ َ
‫ ال َه َر ُم‬:‫ َما ه َُو؟ قا َل‬:‫ قالوا‬.ٍ‫ض َع ل ُه شِ فا ًء َغي َْر َدا ٍء َوا ِحد‬ َ َّ
َ ‫ضعْ دَ ا ًء إِال َو‬ َ َّ
َ ‫َعز َو َج َّل ل ْم َي‬

Aku pernah berada di samping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu datanglah
serombongan Arab dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?”
Beliau menjawab: “Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala
tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu
penyakit.” Mereka bertanya: “Penyakit apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua.” (HR. Ahmad,
Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi, beliau berkata
bahwa hadits ini hasan shahih.

‫َاو ْوا ِب َح َر ٍام‬ َ ‫هللا أَ ْن َز َل ال َّدا َء َوال َّد َوا َء َو َج َع َل لِ ُك ِّل دَا ٍء دَ َوا ًء َف َتد‬
َ ‫َاو ْوا َوالَ َتد‬ َ َّ‫إِن‬
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula Allah menjadikan
bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan janganlah berobat dengan yang
haram.” (HR. Abu Dawud dari Abud Darda` radhiallahu ‘anhu)

3. Anjuran untuk makan dan minum secukupnya


ْ َ ْ ًّ َ ً َ ٌّ َ َ َ َ
‫ َيقُو ُل « ما مأل آد ِمى ِوعاء شرا ِمن بط ٍن‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫َعنْ ِم ْقدَ ِام ب ِْن َمعْ دِي َك ِر َب َقا َل َسمِعْ ُت َرسُو َل هَّللا‬
َ َ ٌ ُُ َ َ َ ٌ ُُ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َُْ َ ْ ُ ٌ َ ُ ُ َ َ ْ ْ َ
‫ِبحس ِب اب ِن آدم أكالت ي ِقمن صلبه ف ِإن كان ال محالة فثلث ِلطع ِام ِه وثلث ِلشر ِاب ِه‬
َ َ ٌ ُُ َ
ِ‫سه‬ ِ ‫وثلث ِلنف‬
Artinya:

Dari Miqdam bin Ma’dikariba berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda “tidak
ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah baginya memakan
beberapa suapan sekedar dapat menegakkan tulang punggungnya (memberikan tenaga), jika
tidak bisa demikian, maka hendaklah ia memenuhi sepertiga lambungnya untuk makanan,
sepertiga untuk minuman dan sepertiga untuk bernafas” (HR. At-Tirmidzi)

4. Larangan meniup makanan atau minuman


َ َ ْ ُ ْ َ َ َ َّ َ َُ ْ َ ََ َّ َّ َّ َ َّ َ ْ َ
‫اإلن ِاء أو ينفخ ِف ِيه‬
ِ ‫ نهى أن يتنفس ِفى‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫اس أن الن ِبى‬
ٍ ‫ع ِن اب ِن عب‬.
Artinya:

Dari Ibn ‘Abbas “Bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam Telah Melarang Bernafas Di
Dalam Bejana Atau Melarang Untuk Meniup Padanya.” (HR. At-Tarmidzi)
5. Perintah cuci tangan
َ ُ َ َ َ َْ َ َ َ َّ ‫َع ْن َأبى ُه َر ْي َر َة َأ َّن‬
‫است ْيقظ أ َح ُدك ْم ِم ْن ن ْو ِم ِه‬ ‫ قال « ِإذا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫الن ِب َّى‬ ِ
َ َ َ َ ً َ َ َ ْ َ ْ ‫َف َال َي ْغم‬
‫اإلن ِاء َح َّتى َيغ ِسل َها ثالثا ف ِإ َّن ُه ال َي ْد ِرى أ ْي َن َبات ْت َي ُد ُه‬ ‫ى‬
ِ ِ ‫ف‬ ُ ‫س َي َد‬
‫ه‬ ِ
Dari Abu Hurairah radhiya alläh ‘anh, sesungguhnya Nabi Muhammad shallallähu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Jika salah seorang diantara kalian bangun dari tidurnya, maka janganlah ia
membenamkan tangannya ke dalam bejana sehingga ia mencucinya tiga kali, karena ia tidak
tahu dimanakah tangannya waktu tidur itu berada.” (HR. Imam Muslim)

6. Perintah berkhitan

Khitan (circumcisis) adalah memotong kulup (praeputtium glnsdis). Dilakukan agar kepala
zakar (glans penis) terbuka selamanya. Khitan pada laki-laki maupun perempuan sudah
dikenal jauh sebelum abad Masehi mulai. Menurut Herodotus, selain mesir, juga Syiria dan
berbagai bangsa Asia melakukan kebiasaan tersebut. Secara medis, khitan sangat bermanfaat
bagi kesehatan, karena dengannya penis lebih mudah dibersihkan, dan statistik menunjukkan
bahwa orang yang dikhitan lebih jarang menderita kanker penis.

Di Amerika Serikat, penderita kanker penis mencapai 1-3% diantar tumor ganas pada pria,
sedangkan di daerah Israel, anak harus di khitan pada umur 2 minggu pertama, dan hasilnya
kanker penis jarang ditemukan. Hadist yang memerintahkan berkhitan diantaranya:

َ ْ َ ‫ْ ْ َ ُ َ ْ ٌ َ ْ َ ْ ٌ َ ْ ْ َ ْ َ ُ َ اْل ْ ْ َ ُ َ َ ْ ْ ُ أْل‬
‫ال ِفطرة خمس ( أو خمس ِمن ال ِفطر ِة ) ال ِختان وا ِ س ِتحداد وتق ِليم ا ظف ِار‬
َّ ُّ َ َ ْ ‫َ َ ْ ُ إْل‬
‫ونتف ا ِ ب ِط وقص الش ِار ِب‬
“Fithrah itu ada lima: khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kuku, mencabut bulu ketiak,
dan mencukur kumis”. [HR. Al-Bukhoriy (5889), Muslim (257), Abu Dawud (4198), dan An-
Nasa'iy (9)]

َ ‫أَ ْل ِق َع ْن‬
ْ ‫ك َشعْ َر ْال ُك ْف ِر َو‬
ْ‫اخ َت ِتن‬
“Buanglah darimu rambut kekufuran, dan berkhitanlah”. [HR. Abdur Razzaq (9835 & 19224),
Ahmad (15470), Abu Dawud (356), Al-Baihaqiy (781 & 17335), Ath-Thobroniy dalam Al-Kabir
(982). Hadits ini di-hasan-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (2977)]

7. Anjuran Mencukur Bulu Kemaluan


‫َ َ ْ ْ أْل َ َ َ َ ْ إْل ْ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ اَل‬ َّ ‫ص‬ ّ َ ْ َ َ َ َّ َ
‫ف ا ِ ب ِط وحل ِق العان ِة أن‬
ِ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ار‬
ِ ‫ظف‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ي‬
ِ ِ‫ل‬ ‫ق‬‫ت‬ ‫و‬ ‫ب‬ ‫ار‬
ِ ِ ‫الش‬ ِ ‫وقت لنا ِفي‬
‫ق‬
ً ََْ َ ْ َ َْ ْ ََ ْ َ َ َُْ
‫نترك أكثر ِمن أرب ِعين ليلة‬
“Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah menetapkan waktu bagi kami dalam mencukur kumis,
memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan mencukur bulu kemaluan, yaitu agar kami tak
membiarkannya lebih dari 40 malam”. [HR. Muslim (258), Abu Dawud (4200), At-Tirmidziy
(2759), An-Nasa'iy (14), dan Ibnu Majah (295)]

8. Anjuran memotong Kuku

Kebiasaan memanjangkan kuku banyak dilakukan oleh orang-orang kafir dan fasik serta
menyalahi sunnah Rasulullah.

‫َمنْ َت َشبَّه َِب َق ْوم ٍ َفه َُو ِم ْن ُه ْم‬


“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum tersebut” (HR. Abu
Dawud (4031), Ahmad (5114), Ath-Thobroniy dalam Al-Ausath (8327), Ibnu Manshur dalam As-
Sunan (2370). Di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (4347)

9. Anjuran mencabut Bulu Ketiak

Nabi sangat menjaga kebersihan badan terutama dari bau yang menyebabkan terganggunya
orang lain, salah satu sumber bau badan adalah ketiak, mencabut bulu ketiak merupakan
upaya untuk menjaga tubuh senantiasa bersih.

ُ‫َمنْ أَ َك َل مِنْ َه ِذ ِه ال َّش َج َر ِة ْال ُم ْن ِت َن ِة َفاَل َي ْق َربَنَّ َمسْ ِج َد َنا َفإِنَّ ْال َماَل ِئ َك َة َتأ َ َّذى ِممَّا َي َتأ َ َّذى ِم ْن ُه اإْل ِ ْنس‬

“Barang siapa yang memakan pohon (tanaman) yang busuk ini, maka janganlah ia mendekati
masjid kami, karena malaikat terganggu oleh sesuatu yang mengganggu manusia”. [HR.
Muslim dalam Kitab Al-Masajid (1252)]

10. Anjuran mencukur Kumis

‫ب َو ْأعْ فُ ْوا اللِّ َحى‬ ُ


ِ ‫أحْ فُ ْوا ال َّش َو‬
َ ‫ار‬

“Potonglah (tepi) kumis, dan biarkanlah (panjangkan) jenggot”. [HR. Al-Bukhoriy (5553), dan
Muslim (259)]

11. Larangan buang air di tempat yang tergenang

َّ ‫ َأ َّن ُه َن َهى َعن ْال َب ْو ِل ِفى امْل َ ِاء‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫الل ِه‬
‫الر ِاك ِد‬
َّ
‫ول‬ ُ َ ْ َ َ ْ َ
ِ ِ ‫عن ج ِاب ٍر عن رس‬
Artinya:
Dari Jubair ra dari Nabi SAW, sesungguhnya Nabi melarang kencing di air yang tidak mengalir.
(HR an-Nasa’i).

12. Anjuran berolahraga

َ : ‫ « إِنَّ هَّللا َ َع َّز َو َج َّل ي ُْد ِخ ُل ِبال َّسه ِْم ْال َوا ِح ِد َثالَ َث َة َن َف ٍر ْال َج َّن َة‬: ‫ َيقُو ُل‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ت َرسُو َل هَّللا‬
‫صا ِن َع ُه‬ ُ ْ‫ْن َعام ٍِر َقا َل َسمِع‬ ِ ‫َعنْ ُع ْق َب َة ب‬
ْ َ ٌ َ َ َّ
‫ تأدِيبُ الرَّ ج ُِل‬: ‫ْس م َِن الله ِْو إِال ثالث‬ َّ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
َ ‫ِى ِب ِه َو ُمن ِبل ُه َوارْ مُوا َوارْ كبُوا َوأنْ ترْ مُوا أ َحبُّ إِلىَّ مِنْ أنْ ترْ كبُوا لي‬ َ ْ َ ْ
َ ‫صن َع ِت ِه الخي َْر َوالرَّ ام‬ ْ َ ‫َيحْ َتسِ بُ فِى‬
‫ « َك َف َر َها‬: ‫ أَ ْو َقا َل‬.» ‫ك الرَّ مْ َى َبعْ دَ َما َعلِ َم ُه َر ْغ َب ًة َع ْن ُه َفإِ َّن َها نِعْ َم ٌة َت َر َك َها‬ َ ‫» َف َر َس ُه َو ُمالَ َع َب ُت ُه أَهْ لَ ُه َو َر ْم ُي ُه ِب َق ْوسِ ِه َو َن ْبلِ ِه َو َمنْ َت َر‬.

Artinya:

Dari ‘Uqbah bin ‘Amr berkata: “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda ‘Sesungguhnya
Allah SWT akan memasukan tiga kelompok ke dalam Sorga karena sebab panah satu, yaitu
pembuat panah yang mengharapkan kebaikan dari panah buatannya, pemanah dan pelontar
anak panah, maka memanahlah dan naikilah (kuda) kalian semuanya, adapaun memanah lebih
aku sukai dari pada naik kuda. Bukanlah suatu lahw kecuali pada tiga hal; Seorang yang
mengajari kudanya, permainannya terhadap istrinya dan permainan busur dan anak panahnya,
barang siapa meninggalkan olahraga panah setelah mempelajarinya karena benci maka
(ketahuilah) bahwa sesungguhnya ia adalah suatu nikmat yang telah dia tinggalkan’ atau Nabi
berkata ‘yang telah ia kufuri.’ (HR. Abu Daud)

13. Pengobatan Nabi (thibb an-nabawi)


ََ َ ّ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ ّ َّ َ
‫الش َف ُاء ِفي ثالث ٍة ِفي‬
ِ ( َ
‫ال‬ ‫ق‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫ه‬
ِ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫هللا‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ ع ِن الن ِب ِي ص‬: ‫اس‬ َّ َ ْ َ
ٍ ‫ع ِن اب ِن عب‬
ّ َ ْ َ ْ َّ ُ َ ْ َ َ َ َ َ َّ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ
) ‫شرط ِة ِمحج ٍم أو شرب ِة عس ٍٍِ{ِل أو كي ِة ِبن ٍار وأنا أنهى أم ِتي ع ِن الك ِي‬
Artinya:

Dari Ibnu ‘Abbas, dari Nabi Muhammad SAW bersabda: “Obat terdapat dalam tiga hal, yaitu
pada ketentuannya tukang bekam, minuman madu, atau besi yang dipanaskan, akan tetapi aku
melarang umatku berobat menggunakan besi yang dipanaskan” (HR. Al-Bukhari)

ٍ ‫يق َف َقدِمْ َنا ْال َمدِي َن َة َوه َُو َم ِريضٌ َف َعا َدهُ ابْنُ أَ ِبي َعت‬
‫ِيق َف َقا َل لَ َنا َعلَ ْي ُك ْم ِب َه ِذ ِه ْال ُح َب ْي َب ِة الس َّْو َدا ِء‬ ِ ‫الط ِر‬ َّ ‫ض فِي‬ َ ‫َخ َرجْ َنا َو َم َع َنا غَالِبُ بْنُ أَب َْج َر َف َم ِر‬
‫ت‬ َ
ْ ‫ب َفإِنَّ َعا ِئ َش َة َح َّد َث ْتنِي أ َّن َها َسم َِع‬ ِ ‫ب َوفِي َه َذا ْال َجا ِن‬
ِ ‫ت فِي َه َذا ْال َجا ِن‬ ٍ ‫ت َز ْي‬ ِ ‫َف ُخ ُذوا ِم ْن َها َخمْسً ا أَ ْو َسبْعًا َفاسْ َحقُو َها ُث َّم ا ْقطرُو َها فِي أ ْنفِ ِه ِب َق َط َرا‬
َ ُ
ُ ‫ت َو َما السَّا ُم َقا َل ْال َم ْو‬ ُ ‫َّام قُ ْل‬ ْ ‫ال َّن ِبيَّ َ هَّللا‬
‫ت‬ ِ ‫صلَّى ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َيقُو ُل إِنَّ َه ِذ ِه ال َح َّب َة الس َّْودَ ا َء شِ َفا ٌء مِنْ ُك ِّل َدا ٍء إِاَّل مِنْ الس‬
Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami
'Ubaidullah telah menceritakan kepada kami Isra`il dari Manshur dari Khalid bin Sa'd dia
berkata; Kami pernah bepergian yang di antaranya terdapat Ghalib bin Abjar, di tengah jalan ia
jatuh sakit, ketika sampai di Madinah ia masih menderita sakit, lalu Ibnu Abu 'Atiq
menjenguknya dan berkata kepada kami; Hendaknya kalian memberinya habbatus sauda'
(jintan hitam), ambillah lima atau tujuh biji, lalu tumbuklah hingga halus, setelah itu teteskanlah
di hidungnya di sertai dengan tetesan minyak sebelah sini dan sebelah sini, karena
sesungguhnya Aisyah pernah menceritakan kepadaku bahwa dia mendengar Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya habbatus sauda' ini adalah obat dari segala macam
penyakit kecuali saam. Aku bertanya; Apakah saam itu? beliau menjawab: Kematian.. (HR. al-
Bukhari dan Muslim)

َّ ‫ ْائ َتد ُموا ب‬: ‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫الله‬ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ ُ ْ َ


‫الز ْي ِ{ت َو َّاد ِه ُنوا ِب ِه‬ ِ ِ ِ ‫عن عمر قال قال رسول‬
َ َ ْ َ
‫ف ِإ َّن ُه َيخ ُر ُج ِم ْن ش َج َر ٍة ُم َب َارك ٍة‬
Artinya:

Dari ‘Umar, beliau berkata bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: “Berobatlah dengan
minyak zaitun dan minyakilah dengannya, karena ia berasal dari pohon yang penuh barakah”

‫الثا ِن َي َة َف َقا َل اسْ قِ ِه َع َساًل ُث َّم أَ َتا ُه‬


َّ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َف َقا َل أَخِي َي ْش َتكِي َب ْط َن ُه َف َقا َل اسْ قِ ِه َع َساًل ُث َّم أَ َتى‬ َ َّ‫ أَنَّ َر ُجاًل أَ َتى ال َّن ِبي‬: ‫عن أبي سعيد‬
َ‫ك اسْ قِ ِه َع َساًل َف َس َقاهُ َف َب َرأ‬ َ ‫ب َب ْطنُ أَخِي‬ َ ‫صدَقَ هَّللا ُ َو َك َذ‬َ ‫ت َف َقا َل‬ ُ ‫الثالِ َث َة َف َقا َل اسْ قِ ِه َع َساًل ُث َّم أَ َتاهُ َف َقا َل َق ْد َف َع ْل‬
َّ

Artinya:

Dari Abi Sa’id: “Ada seseorang menghadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata:
‘Saudaraku mengeluhkan sakit pada perutnya.’ Nabi berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Kemudian
orang itu datang untuk kedua kalinya, Nabi berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Orang itu datang lagi
pada kali yang ketiga, Nabi tetap berkata: ‘Minumkan ia madu.’Setelah itu, orang itu datang lagi
dan menyatakan: ‘Aku telah melakukannya (namun belum sembuh juga malah bertambah
mencret).’ Nabi bersabda: ‘Allah Mahabenar dan perut saudaramu itu dusta. Minumkan lagi
madu.’ Orang itu meminumkannya lagi, maka saudaranya pun sembuh.” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim –redaksi dari al-Bukhari-)
َ
‫الح َّمى ِم ْن ف ْي ِح‬ َ ‫هللا َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َق‬
ُ ( ‫ال‬ ُ ‫ص َّلى‬ ُ ‫َع ْن َعائ َش َة َرض َي‬
َّ ‫ َعن‬: ‫هللا َع ْن َها‬
َ ‫النب ّي‬
ِ
ِ ِ ِ ِ
َ ‫مْل‬ ََ
‫َج َه َّن َم فا ْب ِر ُد ْو َها{ ِبا ِاء‬
Diceritakan dari ‘Aisyah r.a. bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: Panas demam itu
berasal dari didihan api neraka jahanam, karena itu dinginkanlah panasnya dengan air. (HR. al-
Bukhari dan Muslim)
َّ َ ُ َّ َ ُّ َّ َ َ َ ْ َ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ َّ َ ْ َ
‫هللا َعل ْي ِه َو َسل َم‬ ‫ص لى‬ ‫احتجم الن ِبى‬: ‫اس ر ِضي هللا عنهما قال‬ ٍ ‫ع ِن ب ِن عب‬
ْ ُ ْ َ ً َ َ َ َ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ َ َّ َ ْ َ ْ َ َ
‫وأعطى الحجام أجره ولو ع ِلم كر ِاهية لم يع ِطه‬
Dari Ibnu Abbas, beliau berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbekam dan memberikan
upah kepada tukang bekam. Seandainya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui bahwa
hal tersebut terlarang, tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan memberi upah
kepadanya.” (Hr. Bukhari, no. 2159)

14. Larangan berobat dengan hal yang kotor atau haram

َ ْ َ َّ ْ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ
‫يث‬
ِ ‫عن أ ِبي هريرة قال نهى رسول الل ِه صلى الله علي ِه وسلم عن الدو ِاء الخ ِب‬
Artinya:

Dari Abu Hurairah, beliau berkata: Rasulullah saw. melarang berobat menggunakan sesuatu
yang kotor/najis. (HR. Abu Daud Turmudzi, Ahmad bin Hambal, dan Ibn Majah)

ْ ‫الل ُه َع َل ْيه َو َس َّل َم َع ْن ْال َخ ْمر َف َن َه ُاه َأ ْو َكر َه َأ ْن َي‬


َ ‫ص َن َع َها َف َق‬
‫ال ِإ َّن َما‬
َّ َّ َ َّ َّ َ َ َ
‫سأل الن ِبي صلى‬
ِ ِ ِ
َ َ ‫ال إ َّن ُه َل ْي‬
‫س ِب َد َو ٍاء َول ِك َّن ُه َد ٌاء‬ ْ ‫َأ‬
َ ‫ص َن ُع َها ِل َّلد َو ِاء َف َق‬
ِ
“Dia pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai khamar, maka beliau
pun melarangnya atau benci membuatnya. Lalu dia berkata, “Saya membuatnya hanya untuk
obat.” Maka beliau bersabda, “Khamar itu bukanlah obat, akan tetapi dia adalah penyakit.” (HR.
Muslim no. 1984)

15. Perintah untuk menjauhi penyakit

‫ إن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال ( ال عدوى ) قال أبو‬: ‫أن أبا هريرة قال‬
‫اَل‬
( ‫ عن النبي صلى هللا عليه و سلم قال‬: ‫سلمة بن عبد الرحمن سمعت أبا هريرة‬
ُ ‫َ مْل‬ ُ ‫مْل‬ ُ
) ‫ور ُدوا ا ْم ِرض َعلى ا ِص ّح‬
ِ ‫ت‬
Artinya:

Dari Abu Hurairah r.a dia berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “ la ‘adwa (tidak
ada penyakit menular). Abu Salah bin ‘Abdurrahman berkata: ‘Saya mendengar Abu Hurairah
berkata’: ‘Dari Nabi SAW bersabda: ”Janganlah kalian campur hewan sakit dengan yang masih
sehat.” (HR. Al-Bukhari)
َ َ ْ َُْ َ َْ َ َ َ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ ْ َ َّ ْ ُ ْ َ َ
ُ ‫الط‬
‫ض وأنتم ِبها فال‬ ‫ر‬
ٍ ِ ‫أ‬‫ب‬ ‫ع‬ ‫ق‬‫و‬ ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫إ‬ِ ‫و‬ ، ‫ا‬ ‫وه‬‫ل‬ ‫خ‬‫د‬‫ت‬ ‫ال‬‫ف‬ ‫ض‬
ٍ ‫ر‬ ‫أ‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫ون‬
ِ ِ ‫اع‬ ‫ِإذا س ِمعتم ِب‬
ْ َ
‫تخ ُر ُجوا ِم ْن َها‬
Artinya:

“Jika kalian mendengar ada wabah penyakit di suatu daerah maka kalian jangan memasuki
daerah tersebut, dan jika wabah tersebut mengenai suatu daerah dan kalian berada di
dalamnya maka janganlah kalian keluar dari daerah tersebut.” (HR. Al-Bukhari)

َ‫اس ا ْشفِ َوأَ ْنت‬ ِ ‫اس َربَّ ال َّن‬ َ ‫ضا أَ ْو أُت َِي ِب ِه َقا َل أَ ْذهِبْ ْال َب‬
ً ‫ان إِ َذا أَ َتى َم ِري‬ َ ِ ‫َعنْ َعا ِئ َش َة َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن َها أَنَّ َرسُو َل هَّللا‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َك‬
َ ُ‫ال َّشافِي اَل شِ َفا َء إِاَّل شِ َفاؤ‬
‫ك شِ َفا ًء اَل يُغَا ِد ُر َس َقمًا‬

Dari ‘Aisyah r.a. bahwa Rasulullah SAW ketika menjenguk orang sakit atau ada orang sakit
yang mendatangi beliau maka Nabi berdoa “Pergilah penyakit yang parah, Wahai Tuhan semua
manusia, Sembuhkanlah sungguh Engkaulah Dzat Yang Menyembuhkan, tidak ada
kesembuhan kecuali kesembuhan yang berasal dari-Mu yaitu kesembuhan yang tidak
meninggalkan sakit sedikitpun” (HR. Al-Bukhari)

16. Larangan meminta kesembuahan selain kepada Allah

َ ْ َ ُ َّ َ َ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ
‫ يتعوذ ِمن الج ِان‬: ‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫يد قال كان رسول الل ِه‬ ٍ ‫عن أ ِبى س ِع‬
َ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ ّ َ ُ ‫َ َّ َ َ َ مْل‬ َ ْ ْ َْ َ
.‫اسوا هما‬ ِ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ر‬ ‫ت‬‫و‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ه‬‫ب‬
ِِ ‫ذ‬ ‫خ‬‫أ‬ ‫ا‬‫ت‬ ‫ل‬ ‫ز‬ ‫ن‬ ‫ا‬‫م‬ ‫ل‬ ‫ف‬ ‫ان‬
ِ ِ‫ت‬ ‫ذ‬ ‫و‬‫ع‬ ‫ا‬ ‫ت‬
ِ ‫ل‬ ‫ز‬ ‫ن‬ ‫ى‬ ‫ت‬‫ح‬ ‫ان‬
ِ ‫وعي ِن ا ِإل‬
‫س‬ ‫ن‬
‫رواه الترمذى‬
Artinya:

Dari Abi Sa’id, dia berkata bahwa Rasulullah SAW senantiasa meminta perlindungan dari
beberapa Jin dan penyakit ‘ain manusia sampai turunlah surat al-mu’awidatani, ketika kedua
ayat itu telah turun maka nabi meminta perlindungan dengan kedua ayat tersebut dan
meninggalkan yang selainnya. (HR. At-Tirmidzi)

Anda mungkin juga menyukai