Pemuda Yang Mendapatkan Naungan Allah

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 5

Pemuda yang Mendapatkan Naungan Allah

Abdullah Taslim, Lc., MA. 6 May 2011 0 Comments

Masa muda merupakan masa sempurnanya pertumbuhan fisik dan kekuatan seorang manusia. Maka ini
merupakan nikmat besar dari Allah Ta’ala yang seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-sebaiknya untuk amal
kebaikan guna meraih ridha Allah Ta’ala. Dan sebagimana nikmat-nikmat besar lainnya dalam diri manusia,
nikmat inipun nantinya akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫ َي ْو َم َيقُو ُم ال َّناسُ ل َِربِّ ْال َعا َلم‬.‫ لِ َي ْو ٍم عَظِ ٍيم‬.‫ون‬


{‫ِين‬ َ ‫ُوث‬ َ ‫ظنُّ أُو َلئ‬
ُ ‫ِك أَ َّن ُه ْم َم ْبع‬ ُ ‫}أَال َي‬
“Tidakkah mereka itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang
besar (dasyat), (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam (Allah Ta’ala)” (QS
al-Muthaffifiin: 4-6).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan bergesar kaki seorang manusia dari sisi
Allah, pada hari kiamat (nanti), sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang lima
(perkara): tentang umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya digunakan untuk apa, hartanya
dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakan, serta bagaimana di mengamalkan ilmunya”[1].

Akan tetapi bersamaan dengan itu, masa muda adalah masa yang penuh dengan godaan untuk
memperturutkan hawa nafsu. Seorang pemuda yang sedang dalam masa pertumbuhan fisik maupun
mental, banyak mengalami gejolak dalam pikiran maupun jiwanya, yang ini sering menyebabkan dia
mengalami keguncangan dalam hidup dan berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari
berbagai masalah tersebut[2].

Dalam kondisi seperti ini, tentu peluang untuk terjerumus ke dalam keburukan dan kesesatan yang
dibisikkan oleh setan sangat besar sekali, apalagi Iblis yang telah bersumpah di hadapan Allah U
bahwa dia akan menyesatkan manusia dari jalan-Nya dengan semua cara yang mampu dilakukannya,
tentu dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

Allah Ta’ala berfirman,

{‫ِيه ْم َو ِمنْ َخ ْلف ِِه ْم َو َعنْ أَ ْي َمان ِِه ْم‬


ِ ‫ْن أَ ْيد‬
ِ ‫ ُث َّم آل ِت َي َّن ُه ْم ِمنْ َبي‬.‫ك ْالمُسْ َتقِي َم‬ َ ‫َقا َل َف ِب َما أَ ْغ َو ْي َتنِي أل ْقعُدَنَّ َل ُه ْم صِ َرا َط‬
َ ‫}و َعنْ َش َما ِئل ِِه ْم َوال َت ِج ُد أَ ْك َث َر ُه ْم َشاك ِِر‬
‫ين‬ َ

“Iblis berkata: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalangi-
halangi) manusia dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan
dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan
mereka bersyukur (taat)” (QS al-A’raaf: 16-17).

Di sinilah terlihat peran besar agama Islam sebagai petunjuk yang diturunkan oleh Allah Ta’ala kepada
umat manusia untuk kebaikan dan kemaslahatan hidup mereka di dunia dan akhirat.

Agama Islam sangat memberikan perhatian besar kepada upaya perbaikan mental para pemuda.
Karena generasi muda hari ini adalah para pemeran utama di masa mendatang, dan mereka adalah
pondasi yang menopang masa depan umat ini.

Oleh karena itulah, banyak ayat al-Qur’an dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
menghasung kita untuk membina dan mengarahkan para pemuda kepada kebaikan. Karena jika
mereka baik maka umat ini akan memiliki masa depan yang cerah, dan generasi tua akan digantikan
dengan generasi muda yang shaleh, insya Allah[3].

Pemuda yang dijanjikan akan mendapatkan naungan Allah Ta’ala

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

«ِ‫» َسب َْع ٌة يُظِ لُّ ُه ُم هَّللا ُ فِى ظِ لِّ ِه َي ْو َم الَ ظِ َّل إِالَّ ظِ لُّ ُه … َو َشابٌّ َن َشأ َ فِى عِ َبا َد ِة َر ِّبه‬
“Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari
yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya: …Dan seorang pemuda yang tumbuh
dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah …”[4].

Hadits yang agung ini menunjukkan betapa besarnya perhatian Islam terhadap hal-hal yang
mendatangkan kebaikan bagi seorang pemuda muslim sekaligus menjelaskan keutamaan besar bagi
seorang pemuda yang memiliki sifat yang disebutkan dalam hadits ini.

Syaikh Salim al-Hilali berkata: “(Hadits ini menunjukkan) keutamaan pemuda yang tumbuh dalam
dalam ketaatan kepada Allah, sehingga dia selalu menjauhi perbuatan maksiat dan keburukan”[5].

Imam Abul ‘Ula al-Mubarakfuri berkata: “(Dalam hadits ini) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengkhusukan (penyebutan) “seorang pemuda” karena (usia) muda adalah (masa yang) berpotensi
besar untuk didominasi oleh nafsu syahwat, disebabkan kuatnya pendorong untuk mengikuti hawa
nafsu pada diri seorang pemuda, maka dalam kondisi seperti ini untuk berkomitmen dalam ibadah
(ketaatan) kepada Allah (tentu) lebih sulit dan ini menunjukkan kuatnya (nilai) ketakwaan (dalam diri
orang tersebut)”[6].
Dalam hadits lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ْ ‫»إِنَّ هَّللا َ َع َّز َو َج َّل َل َيعْ َجبُ م َِن ال َّشابِّ لَ ْي َس‬


َ ‫ت لَ ُه‬
«ٌ‫صب َْوة‬

“Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memliki
shabwah”[7].

Artinya: pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya, dengan dia membiasakan dirinya
melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan[8].

Inilah sosok pemuda muslim yang dicintai oleh Allah Ta’ala dan pandai mensyukuri nikmat besar yang
Allah Ta’ala anugrahkan kepadanya, serta mampu berjuang menundukkan hawa nafsunya pada saat-
saat tarikan nafsu sedang kuat-kuatnya menjerat seorang manusia. Ini tentu merupakan hal yang
sangat sulit dan berat, maka wajar jika kemudian Allah Ta’ala memberikan balasan pahala dan
keutamaan besar baginya.

Bimbingan Islam untuk meluruskan akhlak para pemuda

Syaikh Muhammad bin Shaleh al-‘Utsaimin berkata, “Sesungguhnya sebab-sebab (yang mendukung
terjadinya) penyimpangan dan (banyak) masalah (di kalangan) para pemuda sangat banyak dan
bermacam-macam, karena manusia di masa remaja akan mengalami pertumbuhan besar pada fisik,
pikiran dan akalnya. Karena masa remaja adalah masa pertumbuhan, sehingga timbullah perubahan
yang sangat cepat (pada dirinya). Oleh karena itulah, dalam masa ini sangat dibutuhkan tersedianya
sarana-sarana untuk membatasi diri, mengekang nafsu dan pengarahan yang bijaksana untuk
menuntun ke jalan yang lurus”[9].

Kemudian syaikh al-‘Utsaimin menjelaskan sebab-sebab yang harus ditempuh untuk memperbaiki
ahklak para pemuda berdasarkan petunjuk agama Islam[10], di antaranya adalah:

1. Memanfaatkan waktu luang secara maksimal

Waktu luang bisa menjadi penyakit yang membinasakan pikiran, akal dan potensi fisik manusia,
karena diri manusia harus beraktifitas dan berbuat. Jika diri manusia tidak beraktifitas maka pikirannya
akan beku, akalnya akan buntu dan aktifitas dirinya akan lemah, sehingga hatinya akan dikuasai
bisikan-bisikan pemikiran buruk, yang terkadang akan melahirkan keinginan-keinginan buruk…

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ ‫ الصِّحَّ ُة َو ْال َف َر‬:‫اس‬


«‫اغ‬ ِ ‫ِيه َما َكثِي ٌر م َِن ال َّن‬
ِ ‫ان َم ْغبُونٌ ف‬
ِ ‫»نِعْ َم َت‬
“Ada dua nikmat (dari Allah Ta’ala) yang kurang diperhatikan oleh banyak manusia (yaitu) kesehatan
dan waktu luang”[11].

Untuk mengatasi hal ini, hendaknya seorang pemuda berupaya (untuk mengisi waktu luangnya)
dengan kegiatan yang cocok (dan bermanfaat) untuknya, seperti membaca, menulis, berwiraswasta
atau kegiatan lainnya, untuk menghindari kekosongan aktifitas dirinya, dan menjadikannya sebagai
anggota masyarakat yang berbuat (kebaikan) untuk dirinya dan orang lain.
2. Memilih teman bergaul yang baik

Hal ini sangat mempengaruhi akal, pikiran dan tingkah laku para pemuda. Oleh karena itulah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ فلينظر أحدكم من يخالل‬،‫المرء على دين خليله‬

“Seorang manusia akan mengikuti agama teman dekatnya, maka hendaknya salah seorang darimu
melihat siapa yang dijadikan teman dekatnya”[12].

Dalam hadits lain, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan teman duduk
(bergaul) yang baik dan teman duduk (bergaul) yang buruk (adalah) seperti pembawa (penjual) minyak
wangi dan peniup al-kiir (tempat menempa besi), maka penjual minyak wangi bisa jadi dia memberimu
minyak wangi, atau kamu membeli (minyak wangi) darinya, atau (minimal) kamu akan mencium aroma
yang harum darinya. Sedangkan peniup al-kiir (tempat menempa besi) bisa jadi (apinya) akan
membakar pakaianmu atau (minimal) kamu akan mencium aroma yang tidak sedap darinya”[13].

Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan duduk dan bergaul dengan orang-orang yang baik
akhlak dan tingkah lakunya, karena pengaruh baik yang ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka,
sekaligus menunjukkan larangan bergaul dengan orang-orang yang buruk akhlaknya dan pelaku
maksiat karena pengaruh buruk yang ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka[14].

Oleh karena itu, hendaknya seorang pemuda berusaha mencari teman bergaul orang-orang yang baik
dan shaleh serta berakal, agar dia bisa mengambil manfaat dari kebaikan, keshalehan dan akalnya.
Maka hendaknya seorang pemuda menimbang keadaan orang-orang yang akan dijadikan teman
bergaulnya, dengan meneliti keadaan dan akhlak mereka.

3. Memilih sumber bacaan yang baik dan bermanfaat

Mengkonsumsi sumber-sumber bacaan yang merusak, baik berupa artikel, surat kabar, majalah dan
lain-lain, akan menyebabkan pendangkalan akidah dan agama seseorang, serta menjerumuskannya
ke dalam jurang kebinasaan, kekafiran dan keburukan akhlak. Khususnya jika pemuda tersebut tidak
memiliki latar belakang pendidikan agama yang kuat dan pola pikir yang benar untuk dapat
membedakan antara yang benar dan yang salah, serta yang bermanfaat dan membinasakan.

Untuk mengatasi masalah ini, hendaknya seorang pemuda menjauhi sumber-sumber bacaan tersebut,
dan beralih kepada sumber-sumber bacaan lain yang akan menumbuhkan dalam hatinya kecintaan
kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta menyuburkan keimanan dan amal
shaleh dalam dirinya. Dan hendaknya dia bersabar dalam melakukan semua itu, karena hawa
nafsunya akan menuntut dia dengan keras untuk kembali membaca bacaan-bacaan yang telah biasa
dikonsumsinya, dan menjadikannya bosan serta jenuh untuk membaca bacaan-bacaan lain yang
bermanfaat. Ibaratnya seperti orang yang berusaha melawan hawa nafsunya untuk melaksanakan
ketaatan kepada Allah, tapi nafsunya enggan dan selalu ingin melakukan perbuatan yang sia-sia dan
salah.

Sumber bacaan bermanfaat yang paling penting adalah al-Qur’an dan kitab-kitab tafsir yang berisi
riwayat-riwayat tafsir yang shahih dan penafsiran akal yang benar. Demikian juga hadits-hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama ahlus
sunnah berdasarkan dua sumber hukum Islam ini.

Penutup

Demikianlah, semoga tulisan ringkas ini bermanfaat dan menjadi motivasi bagi kaum muslimin,
terutama para pemuda, untuk mengusahakan kebaikan bagi dirinya dan membiasakan dirinya untuk
selalu menetapi amal shaleh dan ibadah kepada Allah Ta’ala, agar mereka termasuk ke dalam
golongan orang-orang yang mendapatkan keutamaan dan kemuliaan besar dari Allah Ta’ala,
sebagimana dalam hadits-hadits yang tersebut di atas.

‫ وآخر دعوانا أن الحمد هلل رب العالمين‬،‫وصلى هللا وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين‬

Kota Kendari, 13 Jumadal ula 1432 H

Anda mungkin juga menyukai