Anda di halaman 1dari 2

NIKMAT ALLAH YANG MANAKAH YANG KALIAN DUSTAKAN -DAKWAH ISLAMIYAH

Allah subhanahu wata’ala menyatakan dalam Al Qur’an:

َ ‫وآَ َتا ُك ْم مِنْ ُك ِّل َما َسأ َ ْل ُتمُوهُ َوإِنْ َت ُعدُّوا نِعْ َم َة هَّللا ِ اَل ُتحْ صُو َها إِنَّ اإْل ِ ْن َس‬.َ
‫ان لَ َظلُو ٌم َك َّفا ٌر‬

“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan
kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya.
Sesungguhnya manusia itu, sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Ibrahim:
34)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari hadits Abu Barzah Al-Aslami radhiyallahu ‘anhu
yang diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi dan beliau berkata bahwa hadits ini derajatnya
Hasan Shahih. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ْ‫ عن عُمْ ِر ِه فِي َما أَ ْف َناهُ َو َعنْ عِ ْل ِم ِه فِي َما َف َع َل َو َعنْ َمالِ ِه مِنْ أَي َْن ا ْك َت َس َب ُه َوفِي َما أَ ْن َف َق ُه َو َعن‬: ‫الَ َت ُزو ُل َقدَ َما َع ْب ٍد َي ْو َم ْالقِ َيا َم ِة َح َّتى يُسْ أ َ َل َعنْ أربع‬
ُ‫ ِجسْ ِم ِه فِي َما أَ ْبالَه‬.

“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti sampai ditanya tentang
empat perkara: (1) tentang umurnya untuk apa dia gunakan, (2) tentang ilmunya, sejauh mana
dia amalkan ilmunya tersebut, (3) tentang hartanya, dari mana harta tersebut didapatkan dan
untuk apa harta tersebut dibelanjakan, dan (4) tentang tubuhnya, untuk apa dia gunakan.” (HR.
At-Tirmidzi)

Hadits ini menjelaskan tentang apa yang akan terjadi pada hari kiamat, masing-masing kita
akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah subhanahu wata’ala. Tidak ada orang tua
di sisi kita, semuanya bertanggungjawab dengan dirinya sendiri, tidak ada yang
menggantungkan kepada orang tuanya, walaupun dahulu orang tuanya mungkin orang yang
besar dan mempunyai kedudukan. Ketika hari kiamat, itu semua akan sirna, semua berdiri
dengan dirinya sendiri, mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuatnya ketika di dunia.

Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti sampai ia ditanya
tentang 4 perkara:
Pertama, ditanya tentang umurnya, kesempatan dia hidup di dunia ini, untuk apa ia gunakan.
Apakah dengan usia atau kesempatan itu dia gunakan untuk berfoya-foya, ataukah dia tidak
merasa bahwasanya dia akan dikembalikan oleh Allah subhanahu wata’ala di hari kiamat nanti.
Coba kita bayangkan wahai saudaraku, di kala kita hidup di dunia ini tidak sadar dan lalai
bahwa kita akan dikembalikan oleh Allah subhanahu wata’ala, kemudian nyawa kita dicabut
dalam keadaan kita belum bertaubat kepada-Nya, maka apa yang terjadi kemudian.

Kedua, tentang ilmunya, sejauh mana dia amalkan ilmu tersebut. Kita menuntut ilmu ini tidak
dibiarkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Ilmu itu bukan sebatas sebagai wacana dalam diri
kita, Allah subhanahu wata’ala akan meminta pertanggungjawaban kita. Apa yang kita ilmui
harus kita amalkan, karena itulah hakikat ilmu wahai saudaraku.

Ketiga, tentang hartanya, dari mana ia dapatkan harta tersebut dan untuk apa harta tersebut
dibelanjakan. Apakah harta tersebut dia peroleh dari jalan yang halal, ataukah harta tersebut
diperoleh dari hal-hal yang haram. Apakah keluarganya diberi makan dari sesuatu yang haram,
maka ketika itu Allah subhanahu wata’ala akan meminta pertanggungjawaban kepada dia. Dan
kemudian juga ditanya untuk apa harta tersebut dibelanjakan. Terkadang kita tidak merasa
bahwasanya harta ini, kita belanjakan untuk hal-hal yang akan menjauhkan seseorang dari
perintah-perintah Allah subhanahu wata’ala. Sebagai kepala rumah tangga di harus lebih
berhati-hati jangan sampai harta ini dibelanjakan untuk sesuatu yang dapat melalaikan
keluarganya dari mengingat Allah subhanahu wata’ala. Terkadang kita tidak sadar, ternyata kita
menyediakan fasilitas-fasilitas kepada mereka untuk menjauh dari Allah subhanahu wata’ala.

Keempat, tentang tubuhnya, untuk apa dia gunakan atau habiskan di dunia ini. Apakah tubuh
tersebut dia gunakan untuk bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala. Dia lahir dalam
keadaan tidak memiliki apa-apa, kemudian Allah subhanahu wata’ala karuniakan kepadanya
penglihatan dan pendengaran. Dengan itu apakah dia bisa mengemban amanah dari Allah
subhanahu wata’ala tersebut, yaitu menjaga pendengarannya, penglihatan, dan hatinya dari
hal-hal yang dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala.Wallahu a’lam

Iklan

Anda mungkin juga menyukai