DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
1. DONA NOVIA RIZKI (PO.71.20.1.19.019)
2. FENNI OCTA LABINA (PO.71.20.1.19.035)
3. HERAWATI (PO.71.20.1.19.039)
4. RICO PUTRA (PO.71.20.1.19.079)
5. TIARA PUSPITA (PO.71.20.1.19.089)
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.4 Manfaat..............................................................................................6
2.3 Etiologi...................................................................................................17
2.4 Patofisiologi...........................................................................................18
2.6 Penatalaksanaan.....................................................................................19
2.7 Komplikasi.............................................................................................20
3.1 PENGKAJIAN................................................................................................. 30
ii
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN.......................................................................... 45
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................. 58
BABV PENUTUP
4.1 KESIMPILAN................................................................................................ 63
4.2 SARAN......................................................................................................... 64
DAFTAR FUSTAKA....................................................................................... 65
RSUD Sekayu dibangun pada zaman Belanda yaitu tepatnya pada tahun 1937
yang berlokasi di Jalan dr. Slamet Imam Santoso Sekayu. Kegiatan pelayanan
kesehatan di rumah sakit pada waktu itu terfokus pada rawat jalan dan rawat inap
dengan kapasitas 10 tempat tidur. Dokter pertama yang bertugas di RSUD Sekayu
adalah dr. Slamet Imam Santoso. Pada tahun 1996 Pemerintah Daerah
merencanakan realokasi/pemindahan gedung RSUD Sekayu ke lokasi baru yang
terletak di jalan Kolonel Wahid Udin Lingkungan I Kayuara sekarang sudah
berganti nama menjadi Jl. Bupati Oesman Bakar Lingkungan I Kayuara.
Pada tanggal 6 Mei 1997 dilakukan pembanguan fisik tahap I dan II.
Pembangunan gedung secara resmi ditandai dengan peletakan batu pertama
pembangunan gedung RSUD Sekayu dilakukan oleh Dirjen Pelayanan Medik
Departemen Kesehatan RI yang pada saat itu dijabat oleh dr. Suyoga,MPH,. Pada
tanggal 10 Februari 2000 ditetapkan menjadi kelas Type C dengan Surat
Keputusan Bupati MUBA Nomor:058/SK/IV/2000, dengan 60 TT, 4 dokter
spesialis (Anak, Kebidanan dan Kandungan, Penyakit Dalam dan Bedah). Pada
tahun 2019-2020 RSUD Sekayu mengalami peningkatan pada akreditasi, menjadi
Rumah Sakit yang memiliki akreditasi tingkat PARIPURNA. Sekarang menuju
rumah sakit Kelas B.
iii
Visi & Misi RSUD Sekayu Musi Banyuasin
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
penyebabnya sendiri bervariasi bergantung dari area demografik
sertageografisnya.
Efusi pleura digolongkan dalam tipe transudat dan eksudat,
berdasarkan mekanisme terbentuknya cairan dan biokimiawi cairan pleura.
Transudat timbul karena akibat ketidakseimbangan antara tekanan onkotik
dan tekanan hidrostatik, sementara eksudat timbul akibat peradangan pleura
atau berkurangnya drainase limfatik. Pada beberapa kasus, cairan pleura
yang dihasilkan dapat saja menunjukkan kombinasi sifat transudat dan
eksudat(Rubins, 2011).
Langkah awal dalam mencari penyebab efusi adalah dengan
menentukan apakah cairan itu transudat atau eksudat (Yetkinet al, 2006).
Jika ternyata hasilnya adalah transudat, maka kemungkinan penyebabnya
relatif lebih sedikit, oleh karenanya tidak perlu dilakukan prosedur
diagnostik yang lebih jauh lagi terhadap cairan pleura tersebut. Namun jika
hasilnya adalah eksudat, ada banyak kemungkinan penyebab yang
mendasarinya sehingga pemeriksaan diagnostik selanjutnya perlu dilakukan
(Yataco dan Dweik, 2005)
Kriteria yang paling umum diterima untuk membedakan eksudat dan
transudat adalah dengan pengukuran kadar total protein dan Laktat
Dehidrogenase (LDH) di dalam serum dan di cairan pleura. Kriteria ini
disusun oleh Light et al di tahun 1972, dengan sensitivitas 99% dan
spesifisitas 98%. Kriteria ini menetapkan bahwa cairan efusi pleura exudatif
setidaknya memiliki satu dari 3 hal berikut, yakni rasio protein pada cairan
pleura dibanding serum >0,5, rasio LDH cairan pleura dibanding serum >
0,6 dan kadar LDH cairan pleura > 2/3 batas atas LDH serum normal (Light,
et al, 1972).
Setelah menetapkan efusi pleura exudatif, barulah kita lanjutkan
dengan mencari tahu penyakit tersering yang menjadi penyebabnya, antara
lainpneumonia(efusi pleura parapneumonik = EPP), tuberkulosis (TB),
keganasan dan tromboemboli paru (Porcell dan Light, 2013). Untuk
menentukan penyebab efusi pleura exudatif, beberapa studi sebelumnya
telah mengajukan parameter seperti pH, kadar amilase, kadar
2
rheumatoidfactor, adenosindeaminase (ADA) dan analisa lipid. Sayangnya,
tidaklah murah untuk memasukan tes-tes ini ke dalam pemeriksaan rutin
efusipleura.
Bilamana dicurigai ada infeksi, yang perlu diperiksa adalah pH,
glukosa LDH dan kultur mikrobiologi dari cairan pleura. Selain itu sitologi
pleura dan BTA pleura. Juga ada beberapa biomarker baru yang diteliti
untuk mendiagnosis efusi pleura karena infeksi seperti tumor necrosisfactor-
alpha (TNF-α), myeloperoxidase, C-reactive protein (CRP) dan
procalcitonin (PCT). Namun, tak satu pun dari parameter tersebut yang lebih
unggul dari parameter klasik pH pleura <7.20, atau glukosa pleura <60 mg /
dL (Porcel, et al,2009).
Semakin dini kita menegakkan diagnosis PPE, semakin baik pula
outcomepenyakitnya. Namun, tidak semua RS memiliki fasilitas
mikrobiologi untuk mengerjakan baku emas dari kausa EPP, sementara
kondisi pasienmenuntut untuk segera diberikan terapi empirik. Hal ini
menjadi tantangan besar bagi penyedia layanan kesehatan di perifer. Itulah
sebabnya, peneliti ingin mengukur sensitivitas dan spesifisitas kadar glukosa
cairan pleura dalam memprediksi EPP. Bila terbukti akurasinya tinggi, para
penyedia layanan kesehatan di perifer dapat mempertimbangkan tes ini
sebagai tes diagnostik sehingga terapi empirik bagi kausa efusi pleura dapat
segeradiberikan.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang penyakit efusi pelura di
Rumah Sakit Palembang Bari maka, kami melakukan pengkajian lebih
mendetail dan melakukan asuhan keperawatan dengan membuat rumusan
masalah "Bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis efusi pleura di Ruang PDL Perempuan Rumah
Sakit Palembang Bari.
3
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan diagnosa medis efusi pleura di Ruang PDL Perempuan
Rumah Sakit Palembang Bari.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengkaji pasien dengan diagnosa medis efusi pleura.
2. Menegakan diagnosa keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis efusi pleura.
3. Melakukan perencanaan pada pasien dengan diagnosa medis efusi
pleura.
4. Melakukan implementasi pada pasien dengan diagnosa medis efusi
pleura.
5. Mengevaluasi hasil implementasi pada pasien dengan diagnosa
medis efusi pleura.
6. Mendokumentasikan segala tindakan yang dilakukan pada pasien
dengan diagnosa medis efusi pleura.
1.4 Manfaat
1.4.1 Penulis
Menjadi salah satu referensi rujukan bagi penulis selanjutnya yang akan
melakukan studi dengan kasus efusi pleura.
4
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Pengertian
Efusi Pleura berasal dari dua kata, yaitu effusion yang berarti
ekstravasasi ciran kedalam jaringan atau rongga tubuh, sedangkan pleura
yang berarti membrane tipis yang terdiri dari lapisan yaitu plaura viseralis
dan pleura parietalis. Sehingga dapat disimpuan efusi pleura merupakan
ekstravasasi cairan yang terjadi diantara lapisan viseralis dan parietalis.
Efusi pleura dapat berupa cairan jernih, transudat, eksudat dan darah
( Diane, 2000)
Efusi Pleura adalah pengumpulan cairan dalam rongga pleura
yang daintara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer
jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap
penyakit lain ( Suzzane, 2002)
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam runggga pleura
yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses terjadinya
penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakir
sekunder terhadap penyakit lain. (Huda dan Kusuma (2016: 185))
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleura,
proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder
akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin
merupakan transundat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus.
(Wijayaningsih (2013: 31))
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan
cairan dalam pleura berupa transundat atau eksudat yang diakibatkan
terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan
pleura viseralis. (Muttaqin (2012: 126))
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan di rongga pleura, biasanya
merupakan dampak sekunder dari penyakit lain (misalnya pneumonia,
infeksi pulmonal, sindrom nefrotik, penyakit jaringan ikat, tumor
5
neoplastic, gagal jantung komprehensif). (Brunner & Suddarth (2015:
454))
Jadi dapat disimpulkan efusi pleura merupakan suatu keadaan yang
ditandai dengan adanya penumpukan cairan pada rongga pleura yang
berada dipermukaan pleura visceral dan pleura parietal, efusi pleura adalah
penyakit primer yang jarang terjadi akan tetapi terhadap penyakit lain efusi
pleura merupakan penyakit sekunder, selain berisi cairan dalam efusi
pleura juga terdapat penumpukan pus dan darah. (Saferi & Mariza, 2013)
KlasifikasiEfusiPleura:
a) Efusi Pleura Transudat
Pada efusi jenis transudat ini keseimbangan kekuatan
menyebabkan pengeluaran cairan dari pembuluh darah. Mekanisme
terbentuknya transudat karena peningkatan tekanan hidrostatik(CHF),
penurunan onkotik (hipoalbumin) dan tekanan negatif intra pleura yang
meningkat (atelektasisakut)
Ciri-ciri cairan:
i) Serosa jernih
ii) Beratjenis rendah(dibawah1,012)
iii)Terdapat limfosit dan mesofel tetapi tidak ada neutrofil
iv)Protein <3 %
Penimbunan cairan transudat dalam rongga pleura dikenal dengan
hydrothorax, penyebabnya:
a. Payah jantung
b. Penyakit ginjal (SN)
c. Penyakit hati (SH)
d. Hipoalbuminemia (malnutrisi, malabsorbsi)
b) Efusi pleura eksudat
Eksudat ini terbentuk sebagai akibat penyakit dari pleura itu sendiri
yang berkaitan dengan peningkatan permeabilitas kapiler (missal
pneumonia) atau drainase limfatik yang berkurang (misal obstruksi aliran
limfa karena karsinoma) Ciri cairan eksudat:
6
i) Berat jenis > 1,015 %
ii) Kadar protein > 3 % atau > 30 g/dl
iii)Ratio protein pleura berbanding LDH serum. 0,6
iv)LDH cairan pleura lebih besar dari pada 2/3 batas atas LDH serum
normal
v) Warna cairan keruh
Sumber:(Syaifudin,1997)
7
darah arteria bronkhialis, bronkus, saraf dan pembuluh limfe masuk pada
setiap paru-paru kiri dan dibagi menjadi tiga lobus oleh fisura
interloaris.Paru-paru dibagi menjadi dua lobus, kemudian lobus tersebut
dibagi lagimen jadi segmen-segmen sesuai dengan segmen bronchus paru-
paru kanan dibagi menjadi 10 segmen sedangkan paru-paru kiri dibagi
menjadi 9.
2. Fisiologi
a. Definisi Pernafasan
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari
luar yang mengandung O2 kedalam tubuh serta menghembuskan udara
yang banyak mengadung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari
oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi, jadi dalam paru-paru terjadi
pertukaran zat antara O2 ditarik masuk kedalam darah dan CO2 akan
8
dikeluarkan dari darah secara osmosis seterusnya CO2 akan dikeluarkan
melalui traktus respiratorius (jalan pernafasan) dan masuk kedalam tubuh
melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian masuk keserambi kiri
jantung (atrium sinistra) keaorta keseluruh tubuh (jaringan-jaringan dan
sel-sel) disini terjadi oksidasi (pertukaran) sebagai ampas (sisa) dari
pembakaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan melalui peredaran darah
vena masuk ke jantung (serambi kanan atau atrium dekstra) →ke otak
kanan (ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis
kejaringan-jaringan paru akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel
dan alveoli. Proses pengeluaran sisa dari metabolisme lainnya akan
dikeluarkan melalui traktus urogenetalis dan kulit
1) Fungsi pernafasan
(1) Mengambil O2 (oksigen) yang kemudian dibawa oleh darah
keseluruh tubuh (sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran.
(2) Mengeluarkan CO2 (karbondioksida) yang terjadi sebagai sisa dari
pembakaran, kemudian dibawa oleh darah keparu-paru untuk dibuang
karena tidak berguna lagi oleh tubuh.
(3) Menghangatkan dan melembabkan udara
9
dari nervus frenikus lalu mengkerut datar. Muskulus interkostalis yang
letaknya miring, setelah dapat rangsangan kemudian mengkerut dan tulang
iga (kusta) menjadi datar dengan demikian jarak antara sternum (tulang
dada) dan vertebra semakin luas dan lebar.
Rongga dada membesar maka pleura akan berbalik, dengan
demikian akan menarik paru-paru maka tekanan didalamnya berkurang
dan masuklah udara dari luar. Ekspirasi, pada suatu saat otot akan kendor
lagi (diafragma akan menjadi cekung, muskulus interkostalis) dan dengan
demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara di dalam keluar.
Jadi proses pernafasan ini terjadi karena adanya, tekanan antar rongga
pleura dan paru-paru.
5) Pengendalian pernafasan
Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh dua factor
utama kimiawi dan pengendalian saraf. Adanya factor tertentu merangsang
pusat pernafasan yang terletak didalam medulla oblongata kalau
dirangsang mengeluarkan impuls yang disalurkan melalui saraf spinal.
Otot pernafasan (otot diafragma atau interkostalis) pengendalian
oleh saraf pusat otomatik dalam medulla oblongata mengeluarkan impuls
eferen keotot pernafasan melalui radik saraf servikalis diantarkan
10
kediafragma oleh saraf prenikus. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik
pada otot diafragma dan inter costalis yang kecepatanya kira-kira15 kali
setiap menit.
Pengendalian secara kimia, pengendalian dan pengaturan secara
kimia meliputi frekuensi kecepatan dan dalamnya gerakan pernafasan,
pusat pernafasan dalam sumsum sangat peka, sehingga kadar alkali harus
tetap dipertahankan, karbondioksida adalah produksi asam dari
metabolisme dan bahan kimia yang asam merangsang pusat pernafasan
untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot pernafasan.
6) Kecepatan pernafasan
Pada wanita lebih tinggi dari pada pria, pernafasan secara normal
maka ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat,pada bayi
adakalanya terbalik, inspirasi istirahat ekspirasi disebut juga pernafasan
terbalik.
Kecepatan setiap menit
Bayi baru lahir : 30– 40 x/menit
12 bulan : 30 x/menit
2 - 5 tahun : 24 x/ menit
Orang dewasa :10–20x/menit
11
2.3 Etiologi
Etiologi (Davey,2002) dari efusi pleura ini adalah
1. Efusi pleura transudat
a. Gagal jantung
b. Sindroma nifrotik
c. Hipoalbuminemia
d. Sirosis hepatis
2. Efusi pleura eksudat
a. Pneumonia bakterialis
b. Karsinoma
c. Infark paru
d. Pleuritis
Etiologi secara umum (Mansjoer, 2001)
a) Neoplasma seperti bronkogenik dan metastatik
b) Kardiovaskuler seperti CHF, embolus pulmonas, dan perikarditis
c) Penyakit pada abdomen seperti pankreatitis, asites, abses, sindrom
ameigs
d) Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, mikrobakterial
dan parasit
e) Trauma
f) Lain-lain seperti SLE, rheumatoidarthritis, sindrom anefrotik atau
anemia
2.4 Patofisiologi
Dalam keadaan normal hanya terdapa 10-20 ml cairan di dalam
rongga pleura. Jumlah cairan di dalam rongga pleura tetap, karena adanya
tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cm H2O. Akumulasi cairan
pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotic kolod menurun misalnya pada
penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat
ada proses peradangan atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis
akibat kegagalan jantung dan tekanan negative intra pleura apabila terjadi
atelektatis paru (Alsagaf H, Mukti, 1998)
12
Efusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan
bebas dalam kavum pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain : (1)
penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura, (2) gagal jantung yang
menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat
tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam
rongga pleura, (3) sangat menurunnya tekanan osmotic kolora plasma, jadi
juga memungkinkan transudasi cairan yang berlebihan (4) infeksi atau
setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari rongga
pleura, yang memecahkan membrane kapiler dan memungkinkan
pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat
(Guyton dan Hall, Egc,1999, 623-624)
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada efusi pleura ini adalah (Mansjoer,2001)
1. Thorak osentasis
Draina secairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti
nyeri, dispnea dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,5 liter perlu
dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika
jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya
baru dapat dilakukan1 jam kemudian.
2. Pemberian anti biotic jika ada infeksi.
3. Pleurodesis
13
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat
(tetrasiklin, kalk dan bieomisin) melalui selangin terkostalis untuk
melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan terakumulasi
kembali.
4. Tirah baring
Tirah baring ini bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena
peningkatan aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga
dyspnea akan semakin meningkat pula.
5. Biopsipleura, untuk mengetahui adanya keganasan.
2.7 Komplikasi
1. Infeksi
2. Fibrosis paru (Mansjoer,2001)
14
3) Pola fungsional Gordon yang terkait
a) Pola nutrisi dan metabolik
Karena ada penimbunan cairan dalam rongga pleura terjadi penekanan
lambung maka akan menimbulkan rasa penuh pada lambung sehingga
terjadi nausea (mual dan muntah).
b) Pola persepsi sensori dan kognitif
Akibat dari efusi pleura adalah penekanan pada paru oleh cairan sehingga
menimbulkan rasa nyeri
c) Pola aktivitas dan latihan
Karena terjadi penurunan fungsi alveoli maka pertukaran O2 dan CO2
terganggu sehingga suplay O2 menurun yang menyebabkan hipoksia dan
pasien akan kelelahan dan terjadi gangguan aktivitas
d) Istirahat dan tidur
Karena sesak nafas dan nyeri dada maka dapat mempengaruhi istirahat
tidur.
4) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : Pasien tampak sesak nafas
b) Tingkat kesadaran : Compos mentis
c) TTV
a) RR : Takhipneu
b) N : Takhikardia
c) S : Jika ada infeksi bisa hipertermia
d) TD : Bisa hipotensia
d) Kepala : Mesochepal
e) Mata : Conjungtiva anemis
f) Hidung :Sesak nafas, cuping hidung
g) Dada :Gerakan pernafasan berkurang
h) Pulmo (paru-paru)
Inspeks :Terlihat ekspansi dada simetris, tampak
sesak nafas tampak penggunaan otot
15
bantu nafas
Palpasi : Vokal Fremitus menurun
Perkusi : Pekak (skonidulnes), redup
Auskultas :Bunyi nafas menghilang
atau tidak terdengar diatas bagian yang
terkena
5) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan torak sinar
Terlihat :- Sudut kosto frenik tumpul
- Obstruksi diafragma sebagian
“putih” komplet (opaqul densitas)
pada area yang sakit.
b. Torasentesis
Mengambil cairan efusi dan untuk melihat jenis cairannya serta
adakah bakteri dalam cairan
c. Biopsi pleura
Jika penyebab efusi adalah Ca untuk menunjukkan adanya
keganasan
d. GDA
Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi
gangguan mekanik pernafasan dan kemampuan
mengkompensasi PaCO2 kadang-kadang meningkat PaO2
mungkin normal atau menurun, saturasi O2 biasanya menurun.
16
2.9 Pathways keperawatan
EFUSI PLEURA
Normal cairan 10-20 ml Pertukaran O2 dialveoli menurun Bersihan jalan nafas tidak
efektif
Sebagai pelicin gesekan kedua pleura Dyspnea
Pada waktu bernafas
Pola nafas tidak efektif
Akumulasi
sputum
Serosa jernih
Batuk
Mengalir ke
tenggorokan
Darah Nanah Cairan seperti Iritasi membran
Susu dalam saluran pernafasan Sputum
17
Tidak nafsu makan
Anoreksia
18
19
2.10 Diagnosa Keperawatan
a. nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan
paru.
b. Pola Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan oksigen
pada
c. alveoli
d. Nyeri berhubungan dengan penekanan rongga pleura oleh
penimbunan cairan yang berlebih
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi O2
kejaringan
f. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake tidak adekuat, anoreksia, mual muntah
21
dalam pertukaran gas
3. Nyeri berhubungan dengan penekanan pada rongga pleura oleh penimbunan
cairan yang berlebih
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang atau hilang
KH :Ekspresi wajah rileks, keluhan nyeri berkurang atau hilang,
TTVnormal
Intervensi:
a. Kaji perkembangan nyeri
Rasional: Untuk mengetahui terjadinya komplikasi
b. Ajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam
Rasional : Untuk meringankan nyeri
c. Beri posisi yang nyaman
Rasional :Untuk memberikan rasa nyaman
d. Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional: Untuk meringankan nyeri
e. Kolaborasi pemberian analgesik
Rasional: Untuk meringankan nyeri
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi O2 kejaringan.
Tujuan: Pasien toleran terhadap aktivitas
KH : Pasien tidak tampak kelelahan, mampu beraktivitas, tidak ada
dyspnea saat aktivitas
Intervensi:
a. Observasi pernafasan pasien
Rasional : Peningkatan pernafasan mengarah pada peningkatan kebutuhan
oksigen
b. Posisikan pasien pada semi fowler
Rasiona :Meningkatkan pengembangan paru
c. Anjurkan pasien untuk banyak tirah baring
Rasional: Untuk mengurangi sesak nafas
d. Kolaborasi pemberian oksigen nasal atau
22
masker
Rasional: Memenuhi kebutuhan oksigen paru dan jaringan
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual muntah, intake tidak adekuat
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
KH :Nafsu makan meningkat, porsihabis, BB tidak turun drastis
Intervensi:
a. Observasi nafsu makan pasien
Rasional :Porsi makan yang tidak habis menunjukkan nafsu makan belum
baik
b. Beri makan pasien sedikit tapi sering
Rasional: Meningkatkan masukan secara perlahan
c. Beritahu pasien pentingnya nutrisi
Rasional: Pasien dapat memahami dan mau meningkatkan masukan
nutrisi
d. Lakukan oral hygiene setiap hari.
Rasional: Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu
makan.
e. Sajikan makanan semenarik mungkin.
Rasional : Penyajian makanan yang menarik dapat meningkatkan nafsu
makan.
f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet TKTP.
Rasional: Diet TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolism dan
pembentukan antibody karena diet TKTP menyediakan kalori dan
semua asam amino esensial.
23
.
24
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
b. Identitas Keluarga
i) Nama : Tn. H
j) Umur : 28 tahun
k) Alamat : JL. Griya Randik
l) pendidikan : SMA
m) Suku : Indonesia
n) Agama : Islam
o) Hubungan pasien : Anak
p) Pekerjaan : Tani
c. Informasi Pengkajian
a) Tanggal pengkajian : 24 Juli 2021 jam 09.20 WIB
b) Ruang : Medang, Ruang 3
25
3.1.2 Riwayat Kesehatan
(1)Riwayat Kesehatan Sekarang
e) Keluhan utama masuk Rumah Sakit
Pasien datang ke RSUD Sekayu, ayah pasien mengatakan anaknya
sesak napas. Ayah pasien mengatakan anaknya sesak dan yang
dirasakan hilang timbul, sesak berat dirasakan saat beraktivitas dan
sesak terasa ringan saat dalam keadaan rileks dan memoposisikan
setengah duduk dan miring sebelah kanan, Ayah pasien mengatakan
pasien sesak mengakibatkan pasien mual dan tidak nafsu makan.dan
pinggang pasien terasa nyeri skala nyeri 3
P: nyeri pinggang saat beraktifitas berat
Q: nyeri seperti tertusuk- tusuk.
R: Di pinggang
S: Skala Nyeri 3
T: waktu 4 jam
f) Alasan masuk Rumah Sakit
Ayah pasien mengeluh anaknya sesak nafas. Sesak dirasakan terasa
berat jika pasien melakukan aktivitas, sesak berkurang jika klien pada
posisi setengah duduk, sesak dirasakan biasa saja di daerah dada dan
pinggang terasa nyeri saat beraktivitas berat.
26
4
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Laki-laki yang meninggal
= Perempuan yang meninggal
= Pasien
= Tinggal satu rumah
(4)Data psikologis
e) Status emosi
pasien tampak tenang
f) Konsep diri
1) Gambaran diri
pasien mengatakan bahwa semua anggota tubuhnya merupakan
ciptaan Tuhan YME dan klien mensyukuri apa adanya. walaupun
dalam keadaan seperti sekarang ini pasien merasa cukup senang
walaupun terdapat luka bekas operasi ditubuhnya asal pasien
sembuh
2) Identitas diri
27
pasien adalah seorang ibu rumah tangga dengan satu orang suami
dan 3 orang anak
3) Harga diri
pasien merasa suami, anak dan keluarganya menghargai klien dan
tetap memberi perhatian dan dukungan moral saat klien berada di
Rumah Sakit.
4) Peran diri
pasien mengatakan dengan pasien berada di Rumah Sakit
perannya sebagai ibu rumah tangga yang merawat anak-anaknya
digantikan oleh suami pasien
5) Ideal diri
pasien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan tidak
kambuh lagi sehingga pasien dapat kembali kerumah dan
mengurus suami dan anak-anaknya.
28
(7) Riwayat ADL
No Aktivitas Dirumah Di Rumah Sakit
1 Nutrisi
Makan
- frekuensi 3 x sehari 2 x sehari
- komposisi Nasi, lauk pauk, sayur Bubur, lauk pauk,
- porsi 1 porsi habis sayur
Minum ½ porsi
- frekuensi 7-8 gelas sehari 6 gelas sehari
- jenis Air putih dan teh manis Air putih
2 Eliminasi
BAB
- frekuensi 1 x sehari 1 x sehari
- konsistensi Lembek, kekuningan, Lembek,
bau khas kekuningan, bau
BAK khas
- frekuensi 5-6 x sehari 5 x sehari
- warna Kuning jernih Kuning jernih
3 Personal hygiene
Mandi 2 x sehari 1 x sehari di lap
oleh perawat atau
Keramas 3 x seminggu keluarga
Gosok gigi 2 x sehari 1 minggu sekali
2 x sehari dibantu
oleh perawat atau
keluarga
4 Istirahat dan tidur
Tidur siang Jarang tidur siang 1-2 jam sehari
Tidur malam 6-7 jam sehari 6 jam sehari
5 Aktivitas Klien dapat melakukan Klien tampak lemah
aktivitas sehari-hari dan aktivitas nya di
29
tanpa dibantu bantu oleh keluarga
dan perawat
30
f) Mulut dan tenggorokan
Mukosa bibir lembab berwarna pink, tidak kesulitan menelan
3. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid. Tidak ada luka, tidak ada bekas luka.
4. Tengkuk
Tidak ada kaku kuduk dan tidak ada luka.
5. Dada kanan dan kiri
a) Inspeksi
Pergerakan dada simetris, tidak ada luka.
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa.
c) Perkusi
Terdengar bunyi sonor, kiri hipersonor
d) Auskultasi
Terdengar bunyi vesikuler, bunyi jantung teratur, tidak ada suara
tambahan seperti mengi.
6. Payudara
a) Inspeksi
Bentuk simetris, tidak ada benjolan abnormal.
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
7. Punggung
Tidak ada gangguan pada punggung seperti lordosi, skeliosis
8. Abdomen
a) Inspeksi
Simetris, tidak ada bekas luka, bentuk simetris.
b) Auskultasi
Ada suara peristaltik usus. Perkusi Terdengar suara tympani.
c) Palpasi
31
nyeri tekan, tidak teraba massa.
9. Anus dan Rectum
Tidak ada haemoroid dan tidak ada massa atau tumor.
10. Ekterimitas
a) Atas Anggota gerak lengkap, tidak terdapat luka, gerakan simetris,
kekuatan otot penuh 5, kuku tangan kanan pendek dan hitam, akral
hangat, pada tangan kanan terpasang infus RL 8500 cc/24 jam mikro.
b) Bawah Anggota gerak lengkap, tidak ada edema kekuatan otot penuh 5,
kuku pendek, tidak terdapat luka.
11. Sistem pernafasan
Bentuk hidung simetris, PCH(-), sianosis (-), kokoh, jln nafas paten, tidak ada
nyeri pada palpasi sinus, mukosa(-), vibrosa (+), polip(-), septum nasalis
ditengah, bibir (-)sianosis, mukosa bersih, tidak ada pembesaran tonsil, uvula
bergerak bebas, lehar simetris, tidak ada penggunaan muskulus
sternokleidomastoid, trachea berada ditengah, tidak ada peningkatan vena
jugularis, bentuk dada simetris, pada perkusi bunyi sonor diatas paru sebelah
kanan, respirasi 28x/menit.
12. Sistem cardiovaskuler
Konjungtiva tidak anemis (berwarna merah muda), bibir (-) sianosis, JVP
tidak meningkat, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 114x/menit, bunyi
jantung S1 dan S2 murni regular, tidak terdapat clubbing finger, cafilari refill
time 3 detik, sianosis perifer (-).
13. Sistem pencernaan
Bentuk bibir simetris, mukosa merah muda, lidah berwarna kemerah-merahan,
jumlah gigi 31 buah ada caries pada molar bawah kiri, lidah dapat bergerak
kesegala arah, refleks menelan baik, bising usus 12x/menit, tidak terdapat
nyeri tekan, berat badan sebelum sakit 55 kg dan setelah sakit 53 kg dengan
tinggi badan 157 cm.
14. Sistem perkemihan
32
Tidak terlihat pembesaran pada kandung kemih, ginjal tidak teraba, tidak ada
nyeri tekan pada ginjal dan kandung kemih, pada genetalia terpasang kateter
15. Sistem musculoskeletal
Bentuk ekstremitas atas dan bawah simetris, pergerakan ekstremitas atas dan
bawah simetris, tidak ada atropi otot, tidak mengalami nyeri pada persendian,
kekuatan otot
16. Sistem integumen
Warna rambut hitam panjang, distribusi merata, kulit kepala kotor, tidak
terdapat lesi dan nyeri tekan pada kepala, tekstur kulit lembut, turgor kulit
baik, suhu axila 39ºC, terdapat luka operasi pemasangan WSD di dada kanan,
kuku tangan dan kuku kaki tampak pendek dan bersih.
17. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan pasien tidak mempunyai riwayat
penyakit Diabetes Melitus
18. Sistem persarafan
1. Kesadaran
Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis(CM), nilai GCS 15
(E4M6V5), pasien dapat berorientasi terhadap orang, waktu dan tempat.
2. Tes fungsi cerebral
pasien dapat mengingat reason memori, inmediet memori dan long
memori, klien dapat mengulang angka-angka yang disebutkan oleh perawat
dan dapat menjumlahkan angka-angka yang disebutkan.
3. Tes fungsi nervus cranial
a) Nervous I (olfaktorius)
pasien mampu membedakan bau kopi dan minyak kayu putih
b) Nervous II (optikus)
33
pasien dapat membaca dengan jelas dalam jarak 30 cm, lapang
pandang dapat melahat gerakan dari arah lateral ke medial pada sudut
60º
c) Nervous III, IV, VI (okulomotorik, trochealis, abdusen)
Fungsi koordinasi gerakan bola mata dapat menggerakan kesegala
arah, refleks cahaya pupil kanan dan kiri berdilatasi ketika dikenai
cahaya, pupil bulat isokor.
d) Nervous V (trigeminus)
Pada saat mata klien ditutup
1) sensorik : pasien dapat merasakan pilinan kapas yang diusap
kearah frontal, maxilaris dan mandibula
2) motorik : pasien dapat mengunyah dengan baik
e) Nervous VII (vasialis)
1) sensorik : pasien dapat membedakan rasa manis, asin dan asam
pada 2/3 anterior lidah
2) motorik : pasien dapat tersenyum dan mengerutkan dahi
f) Nervous VIII (auditorius/acusticus)
pasien dapat mendengar detik jam dalam jarak 2 cm, jari klien dapat
mengikuti gerak telunjuk perawat.
g) Nervous IX dan X (glossofaringeus dan vagus)
pasien dapat merasakan rasa pahit pada 1/3 posterior lidah, pergerakan
uvula bebas dan klien dapat menelan tanpa hambatan
h) Nervous XI (assesorius)
Leher pasien dapat melawan tahanan perawat dilehernya
i) Nervous XII (hypoglossus)
pasien dapat menggerakan lidah ke segala arah
4. Sensorik
pasien dapat merasakan sensasi halus dan kasar pada pipi, ekstremitas atas
dan bawah.
5. Motorik
34
a. massa otot : tidak terdapat perubahan bentuk otot
b. tonus otot : terdapat tahanan pasif pada kedua sendi
6. Refleks
Refleks biceps (++/++), triceps (++/++), brachioradialis (++/++), achiless
(++/++), babinsky (--/--), refleks abdominalis (-).
3.1.5 Pengkajian Risiko jatuh
No Risiko Nilai Skor
1 Riwayat jatuh yang baru atau dalam bulan Tidak 0 0
terakhir Ya 25
2 Diagnosis Medis-Sekunder >1 Tidak 0 0
Ya 15
3 Alat bantu jalan : 0
• Bed rest/ dibantu perawat 0
• Penopang, tongkat/walker 15
• Furnitur 30
4 Memakai terapi heparin lock/IV Tidak 0 0
Ya 20
5 Cara berjalan/berpindah 0
• Normal/bed rest/imobilisasi 0
• Lemah 10
• Terganggu 20
6 Status Mental 0
• Orientasi sesuai kemampuan diri 0
•Lupa keterbatasan diri 15
Total skor 0
Pasien tidak berisiko (0-24)/ risiko rendah-sedang (25-
45)/risiko tinggi (<45) Hasil : klien tidak beresiko jatuh
35
Leukosit 3,81 3,8-10 rb/mm³
Hematokrit (Ht) 33 35-47 %
Trombosit 505.000 150-440 rb/mm³
Ureum 26 15-50 mg/dl
Kreatinin 0,50 0,5-0,9 mg/dl
Kalium 2,9 3,6-5,5 m eq/l
b. Therapy
O² Nasal kanul 41 pm
IUFD Tutofusin : Bfluid 1:2
Inj.leftriaxone 1x2
Inj zistic 1x500mg
Inj babaxa 1x1
Inj nanitidine 2x1
n.asetyl 2x200mg
clionelic infur
36
- Ayah Pasien mengatakan
saat beraktivitas pasien
mudah sesak.
DO :
- Pasien tampak
menggunakan alat bantu
pernapasan.
- Respirasi 28x/menit.
- TD : 120/70 Mmhg.
- S : 36,6 C
- N : 110x/menit
- Terpasang oksigen 2 liter
2 DS : Intoleransi aktivitas Kelemahan
- Ayah Pasien mengatakan
saat beraktivitas pasien
mudah sesak.
DO :
- Pasien tampak lemah.
- Pasien saat beraktivitas
dibantu oleh keluarga.
3 DS : Nyeri akut Agen pencedera
- Ayah Pasien mengatakan fisiologis
pasien nyeri didaerah
pinggang.
- Nyeri seperti di tusuk-
tusuk.
DO :
P: nyeri pinggang saat
beraktifitas berat
Q: nyeri seperti tertusuk-
37
tusuk.
R: Di pinggang
S: Skala Nyeri 3
T: waktu 4 jam
3.1.9 PERENCANAAN
Perencanaan
Diagnosa
No Tujuan & Intervensi Rasional
Keperawatan
Kriteria Hasil
1 Pola nafas Setelah Manajemen Jalan
tidak efektif dilakukan Nafas (SIKI,
38
berhubungan tindakan I.01011).
dengan keperawatan Observasi :
hambatan selama 24 jam 1. Monitor pola 1. Mengetahui
upaya nafas diharapkan nafas tanda dan gejala
pola nafas (frekuensi, awal pola nafas
dapat kembali kedalaman, tidak efektif
dengan efektif usaha nafas).
dengan kriteria
hasil : 2. Monitor bunyi 2. Mengetahui
1. Dyspnea nafas tambahan adanya sumbatan
menurun (mis, gurgling, pada jalan nafas dan
menunjuk mengi, perkembangan
kan pola wheezing, status kesehatan
nafas ronkhi kering). pasien
normal
(efektif 3. Monitor 3. Mengetahui
RR : sputum (jumlah, produksi sputum
24x/menit). warna, aroma). yang dihasilkan
2. Penggunaa dan untuk
n otot nafas menegakkan
menurun. erapeutik : diagnosa
3. Frekuensi 4. Posisikan semi 4. Memberikan
nafas fowler atau posisi yang
membaik. fowler. nyaman untuk
pasien,
mengurangi
sesak nafas
5. Berikan 5. Membantu
minum hangat. mengencerkan
produksi sputum
39
6. Berikan 6. Memberikan
oksigen jika tambahan
perlu. oksigen dan
mengurangi
perburukan
Edukasi : keadaan
7. Anjurkan 7. -Mencukupi
asupan cairan jumlah
2000 ml/hari kebutuhan cairan
jika tidak ada klien untuk
kontra indikasi. mencegah
dehidrasi
40
kedalaman dan tidak efektif dan
upaya nafas tanda perburukan
penyakit
12. -Monitor 12. -Membantu
pola nafas untuk
(seperti mengeluarkan
bradipneu, produksi sputum
takipneu,
hiperventilasi,
kusmaul,
cheyne-stokes,
biot, ataksik)
Edukasi :
13. jelaskan 13.Mengetahui
tujuan dan hasil keadaan pasien
pemantauan Untuk
menegakkan
diagnosa dan
mengetahui
perburukan dan
perkembangan
kondisi pasien
41
harapkan klien
dapat 2. Kaji respon 2. Mengetahui
melakukan pasien terhadap perkembangan
aktivitas aktivitas keadaan umum
bertahap klien
secara mandiri,
dengan kriteria 3. Ajarkan tehnik 3. Dapat
hasil : penghematan mengurangi
- Klien tidak energi penggunaan energi
mengalami dan membantu
kelemahan keseimbangan
- Klien dapat antara suplai antara
melaksanakan suplai dan
ADL dengan kebutuhan O2.
mandiri 4.Berikan 4. Kemajuan
dorongan untuk aktivitas bertahap
melakukan mencegah
aktivitas penurunan kerja
bertahap jika jantung tiba
dapat
ditoleransi dan
berikan bantuan
sesuai
kebutuhan.
3 Nyeri akut Tujuan : 1Ajarkan klien 1. Teknik relaksasi
berhubungan Setelah untuk melakukan dapatmenurunkan
dengan agen dilakukan teknik rileksasi. rasa nyeri
pencedera tindakan
fisiologis keperawatan 2. Kaji skala nyeri 2. Skala nyeri dapat
1x24 jam klien(0-10) menunjukan
42
diharapkan kualitas nyeri yang
nyeri pada dapat di rasakan
klien klien.
berkurang atau 3.Perhatikan 3. Klien mungkin
hilang dengan. isyarat verbal dan tidak secara verbal
Kriteria hasil: non verbal melaporkan nyeri
Pasien seperti: meringis, dan ketidak
mengetahui kaku, gerakan nyamanan secara
penyebab melindungi langsung
nyerinya.
- Pasien 4.Kaji tanda – 4.Pada klien
mengatakan tanda vital dengan gangguan
Nyeri sedikit (tekanan darah, nyeri menyebabkan
berkurang. respirasi, Nadi, gelisah serta
- Pasien Suhu) tekanan darah dan
mampu nadi meningkat
mendemonstra 5.Kolaborasi 5. Pemberian
sikan ulang pemberian analgesic dapat
teknik analgesik sesuai mengurangi nyeri.
relaksasi dan dengan advice
distraksi . dokter
- Pasien rileks
- Skala nyeri
berkurang 1-3
- waktu 2 jam
3.1.10 IMPLEMENTASI
no TGL/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
43
JAM
1 Pola nafas 1. Melakukan Berdasarkan data yang
tidak efektif monitoring pola diperoleh dari
berhubungan nafas, yaitu : pembimbing 3
dengan mengukur S:
hambatan frekuensi, - Pasien mengatakan
upaya nafas kedalaman dan badan terasa lebih
usaha nafas pasien segar dan sesak
2. Melakukan berkurang
pemeriksaan fisik O:
terhadap pasien - Keadaan umum
melalui inspeksi, cukup
palpasi, perkusi - Kesadaran
dan auskultasi composmentis
3. Melakukan - GCS E4 V5 M6
monitoring sputum - Pasien masih tampak
pasien, melakukan sesak
anamnese kepada - Terpasang O2 nasal
pasien tentang 2 lpm
jumlah, warna dan - ADL pasien masih
bau dari sputum dibantu
pasien A : Masalah pola
nafas tidak efektif
belum teratasi
P: Lanjutkan
intervensi
- Manajemen jalan
nafas
- Pemantauan respirasi
44
2 Intoleransi Mengkaji S:
aktivitas kemampuan klien - Klien mengatakan
berhubungan dalam beraktivitas belum bisa
dengan Hasil : Aktivitas beraktivitas
kelemahan klien dibantu oleh - Klien mengatakan
perawat dan masih lemas
keluarga O : Klien masih
2. Mengkaji respon nampak lemah
pasien terhadap A : Masalah belum
aktivitas teratasi
Hasil : P : Intervensi
Klien mengatakan dilanjutkan
mudah lelah
apabila melakukan
aktivitas
3. Mengajarkan
tehnik
penghematan
energi
Hasil : Klien
memahami bahwa
untuk menghemat
energi maka
aktivitas klien
dibantu oleh
keluarga dan
perawat
4. Memberikan
dorongan kepada
klien untuk
45
melakukan
aktivitas secara
bertahap
Hasil : Klien masih
belum mampu
melakukan
aktivitas secara
mandiri
3 Nyeri akut Membina S Klien mengatakan
berhubungan hubungan saling nyeri pada pinggang
dengan agen percaya dengan O Klien tampak
pencedera pasien. meringis
fisiologis -Mengkaji nyeri A Masalah belum
secara teratasi
komprehensif. P : Intervensi
P: nyeri pinggang dilanjutkan
Q: nyeri seperti
tertusuk- tusuk.
R: Di pinggang
S: Skala 3
T: Saat beraktifitas
berat.
-Menganjurkan
mengurangi
aktivitas sebelum
tidur.
-Menganjurkan
klien untuk tidur
lebih awal.
-Anjurkan keluarga
46
untuk memberikan
tempat yang
nyaman bagi
pasien.
47
- Ayah pasien mengatakan pasien
masih lemas
O : Klien masih nampak lemah
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
13-06- 3 S : Ayah pasien mengatakan pasien nyeri Perawat
2021 pada pinggang
O Klien tampak meringis
A Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Karakteristik An T
1 Umur 5 Tahun
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Agama Islam
4 Pendidikan Belum sekolah
5 Alamat Jl.Griya Randik
6 Suku Indonesia
7 No Medrek 201290
8 Diagnose Medik Efusi Pleura
48
beragama islam, , pasien bertempat tinggal di Jl. Griya Randik pasien dirawat
di RSUD Sekayu dengan no medrek 201290, dan pasien di diagnosa medis
efusi pleura.
49
Berdasarkan hasil studi literatur ini bahwa infeksi dapat
mengakibatkan pembentukan cairan berlebih, sehingga terjadilah efusi pleura.
50
1) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspctorans,
mukolitik, jika perlu.
2) Pemantauan Respirasi
b. (SIKI, 01014)
Observasi :
1) Monitor frekuensi , irama, kedalaman dan upaya
nafas
2) Monitor pola nafas (seperti bradipneu, takipneu,
hiperventilasi, kusmaul, cheyne-stokes, biot,
ataksik)
Edukasi :
Jelaskan tujuan dan hasil pemantauan
2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Intervensi :
a. Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas
b. Kaji respon pasien terhadap aktivitas
c. Ajarkan tehnik penghematan energi
d. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas bertahap jika
dapat ditoleransi dan berikan bantuan sesuai kebutuhan.
51
4.1.5 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi keperawatan pada An T
sesuai dengan intervensi yang telah di buat sebelumnya :
Hari pertama di lakukan yaitu pada tanggal 13 Juni 2021 yatu : Diagnosa
Keperawatan 1 : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas. Implementasi :pada pukul 13:35 yang pertama melakukan monitoring pola
nafas, yaitu : mengukur frekuensi, kedalaman dan usaha nafas pasien, yang kedua
Melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi dan yang ketiga Melakukan monitoring sputum pasien, melakukan
anamnese kepada pasien tentang jumlah, warna dan bau dari sputum pasien.
Diagnosa Keperawatan 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Implementasi : pada pukul 14:00 yang pertama mengkaji kemampuan klien dalam
beraktivitas, yang kedua Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas, yang ketiga
mengajarkan teknik penghematan energy dan yang keempat memberikan dorongan
kepada klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap. Diagnosa Keperawatan 3 :
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis. Implementasi : pada
pukul 16:00 yang pertama melakukan membina hubungan saling percaya dengan
pasien, mengkaji nyeri secara komprehensif., yang kedua menganjurkan mengurangi
aktivitas sebelum tidur, yang ketiga menganjurkan klien untuk tidur lebih awal, dan
yang keempat anjurkan keluarga untuk memberikan tempat yang nyaman bagi pasien.
4.1.6 Evaluasi
Evaluasi keperawatan di lakukan setelah melakukan tindakan keperawatan.
Evaluasi tindakan keperawatan yang di lakukan pada diagnosa keperawatan
52
pertama : Pasien mengatakan badan terasa lebih segar dan sesak berkurang,
Terpasang O2 nasal 2 lpm, dan TTV : TD : 158/91 mmHg N : 78 x/mnt S : 36,6°C
RR : 28x/mnt SpO2 98%. Evaluasi keperawatan untuk diagnose keperawatan
kedua : Klien mengatakan belum bisa beraktivitas, dan klien mengatakan masih
lemas. Evaluasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan ketiga : Klien
mengatakan nyeri pada pinggang, dan klien tampak meringis.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien An.T dengan Efusi pleura
di Ruang Penyakit dalam Ruang 3 dengan pendekatan proses keperawatan, maka
penulis dapat menarik beberapa kesimpulan.
1) Tahap pengkajian
Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa penyebab Efusi pleura pada klien An.T
adalah karena penyakit Jantung. Pada riwayat kesehatan lalu klien pernah
mengalami penyakit jantung. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan klien
lemah, suhu tubuh panas dan sesak nafas.
2) Diagnosa keperawatan
Masalah keperawatan yang terjadi pada klien An.T berdasarkan hasil pengkajian
yaitu gangguan oksigenasi: ventilasi, gangguan rasa nyaman : nyeri, gangguan
mobilisasi fisik, gangguan keseimbangan suhu tubuh, resiko terjadinya infeksi
3) Perencanaan keperawatan
Pada tahap perencanaan penulis membagi menjadi 3 kategori yaitu
mengobservasi keadaan umum, tindakan keperawatan, pendidikan kesehatan
atau anjuran dan tindakan kolaborasi.perencanaan yang paling utama pada An.T
adalah memenuhi oksigenasi yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan, waktu dan
criteria yang ingin dicapai.
4) Implementasi keperawatan
53
Penulis melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah
ditetapkan, sebagian intervensi tersebut dapat dilaksanakan berkat dukungan dari
klien, keluarga dan perawat ruangan yang bertugas menangani kasus tersebut.
5) Evaluasi keperawatan
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan selama 1 hari masalah yang
dirumuskan sebagian masih belum teratasi.
1.2 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi Poltekkes Kemenkes Palembang jurusan D III Keperawatan dapat
memberikan wawasan dan bahan bacaan untuk mahasiswa D III Keperawatan.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit dapat meningkatkan dan mempertahankan
kualitas pemberian asuhan keperawatan yang berfokus kepada pasien.
3. Bagi Pasien Dan Keluarga
Dapat saling bekerjasama di dalam tgindakan asuhan keperawatan guna
untuk mengobtimalkan proses keperawatanb dan diharapkan pasien mampu
nmenerapakan implementasi yang telah dianjurtkan secara mandiri dan bisa
dibantu oleh keluarga.
54
DAFTAR FUSTAKA
Abu, Efeni. 2008. Gambaran Penderita Efusi Pleura di Bangsal Paru RS Dr. M.
Djamil Periode 2005-2007.
Alsagaff, Hood dan Mukty A. 2008. Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Surabaya:
Airlangga University Press. pp: 143-154
Antunes G, Neville E, Duffy J, and Ali N. 2003. BTS Guidelines for the management
of malignant pleural effusion. Thorax. 58 (Suppl II): ii29-ii38
Begg CB, Cramer LD, and Hoskin. 2003. An Referal Pattern for Patient with Breast
Cancer. National English Journal Medical. 349: 2117-2127
Simanjuntak, ES. 2014. Efusi pleura kanan yang disebabkan oleh carsinoma mammae
dextra metastase ke paru. Medula. Vol. 2
Sudoyo, Aru W. 2006. Kelainan Paru. Dalam: Halim Hadi. Dasar-dasar ilmu penyakit
dalam. Vol. 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
55