Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK

DENGAN EFUSI PLEURA DIRUANG MEDANG


RSUD SEKAYU PALEMBANG

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
1. DONA NOVIA RIZKI (PO.71.20.1.19.019)
2. FENNI OCTA LABINA (PO.71.20.1.19.035)
3. HERAWATI (PO.71.20.1.19.039)
4. RICO PUTRA (PO.71.20.1.19.079)
5. TIARA PUSPITA (PO.71.20.1.19.089)

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI DIII KEPERAWATAN PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
Kata Pengantar
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................5

1.4 Manfaat..............................................................................................6

BAB II KONSEP DASAR

2.2 Anatomi dan fisiologi............................................................................9

2.3 Etiologi...................................................................................................17

2.4 Patofisiologi...........................................................................................18

2.5 Manifestasi klinik...................................................................................19

2.6 Penatalaksanaan.....................................................................................19

2.7 Komplikasi.............................................................................................20

2.8 Pengkajian fokus....................................................................................20

2.9 Pathways keperawatan...........................................................................24

2.10 Diagnosa Keperawatan........................................................................25

2.11 Intervensi dan Rasional........................................................................25

3.1.3 Pemeriksaan Fisik...............................................................................36

BAB III TINJAWAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN................................................................................................. 30

3.2. ANALISIS DATA............................................................................................ 43

ii
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN.......................................................................... 45

3.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN............................................................ 47

3.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI................................................................... 53

3.6 CATATAN PERKEMBANGAN......................................................................... 55

BAB IV PEMBAHASAN................................................................................. 58

BABV PENUTUP

4.1 KESIMPILAN................................................................................................ 63

4.2 SARAN......................................................................................................... 64

DAFTAR FUSTAKA....................................................................................... 65

Sejarah RSUD Sekayu Musi Banyuasin

RSUD Sekayu dibangun pada zaman Belanda yaitu tepatnya pada tahun 1937
yang berlokasi di Jalan dr. Slamet Imam Santoso Sekayu. Kegiatan pelayanan
kesehatan di rumah sakit pada waktu itu terfokus pada rawat jalan dan rawat inap
dengan kapasitas 10 tempat tidur. Dokter pertama yang bertugas di RSUD Sekayu
adalah dr. Slamet Imam Santoso. Pada tahun 1996 Pemerintah Daerah
merencanakan realokasi/pemindahan gedung RSUD Sekayu ke lokasi baru yang
terletak di jalan Kolonel Wahid Udin Lingkungan I Kayuara sekarang sudah
berganti nama menjadi Jl. Bupati Oesman Bakar Lingkungan I Kayuara.

Pada tanggal 6 Mei 1997 dilakukan pembanguan fisik tahap I dan II.
Pembangunan gedung secara resmi ditandai dengan peletakan batu pertama
pembangunan gedung RSUD Sekayu dilakukan oleh Dirjen Pelayanan Medik
Departemen Kesehatan RI yang pada saat itu dijabat oleh dr. Suyoga,MPH,. Pada
tanggal 10 Februari 2000 ditetapkan menjadi kelas Type C dengan Surat
Keputusan Bupati MUBA Nomor:058/SK/IV/2000, dengan 60 TT, 4 dokter
spesialis (Anak, Kebidanan dan Kandungan, Penyakit Dalam dan Bedah). Pada
tahun 2019-2020 RSUD Sekayu mengalami peningkatan pada akreditasi, menjadi
Rumah Sakit yang memiliki akreditasi tingkat PARIPURNA. Sekarang menuju
rumah sakit Kelas B.

iii
Visi & Misi RSUD Sekayu Musi Banyuasin

Visi RSUD Sekayu, Yaitu mewujudkan Rumah Sakit Umum Daerah


Sekayu Musi Banyuasin Sebagai Rumah Sakit Kelas Dunia, Dalam rangka
mendukung perwujudan MUBA Maju Berjaya 2022.

Misi RSUD Sekayu

1. Melakukan penataan SDM melalui peningkatan Hard Competency and


Soft Competency (The Right Man In The Right Place At The Right Time)
2. Terwujudnya akreditasi PARIPURNA dan Rumah Sakit Kelas B
3. Terwujudnya RSUD Sekayu sebagai Rujukan regional bertaraf
internasional, Melalui unggulan pelayanan center off excellence medical
check up tahun 2009, Center off excellence integrated heart care tahun
2019, Center of excellence minimal infasif surgery tahun 2019, Center of
excellence hemodialisa tahun 2019, Center of excellence Chemo therapy
tahun 2019

4. Terwujudnya RSUD Sekayu berstandar akreditasi Joint Comission


International.

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Efusi pleura merupakan akumulasi cairan abnormal pada rongga
pleura yang disebabkan oleh produksi berlebihan cairan ataupun
berkurangnya absorpsi. Efusi pleura merupakan manifestasi penyakit pada
pleura yang paling sering dengan etiologi yang bermacam-macam mulai dari
kardiopulmoner, inflamasi, hingga keganasan yang harus segera dievaluasi
dan diterapi.
Infeksi pleura (baik efusi parapneumonik maupun empyema) telah ada
sejak dulu, dilaporkan dalam teks-teks medis Yunani Kuno. Diperkirakan 4
juta orang terkena pneumonia setiap tahunnya, dengan hampir separuhnya
terkena efusi parapneumonik. Infeksi pleura merupakan komplikasi
pneumonia, dilaporkan menyerang 65 ribu pasien per tahunnya di AS dan
Inggris (Rosenstengel dan Lee, 2012) dengan perkiraan total belanja
kesehatan mencapai USD $320 juta. Infeksi pleura meningkatkan morbiditas
dan mortalitas infeksi paru, dengan angka mortalitas pada orang dewasa
mencapai 20% (Rosenstengel dan Lee, 2012).
Insidensinya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang
dalam 1 juta populasi tiap tahun. Di Amerika, dijumpai 1,5 juta kasus efusi
pleura setiap tahunnya (Sahn, 2008). Sementara perkiraan prevalensinya di
negara-negara maju lainnya mencapai 320 kasus per 100.000 orang (Sahn,
2006). Sedangkan di Indonesia sendiri, catatan medik Rumah Sakit Dokter
Kariadi Semarang, menunjukkan prevalensi penderita efusi pleura semakin
bertambah setiap tahunnya yaitu terdapat 133 penderita pada tahun 2001
(Ariyanti, 2003). Di tahun 2011, Tobing dan Widirahardjo mendapati kasus
efusi pleura dalam setahun di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
berjumlah 136 di mana laki-laki lebih banyak dari perempuan (65,4% vs
34,6%), sedangkan etiologi tersering adalah tuberkulosis (44,2%) diikuti
tumor paru (29,4%) (Tobing dan Widirahardjo, 2013). Ada lebih dari 55
penyebab efusi pleura yang telah dicatat. Sedangkan insidensi berdasarkan

1
penyebabnya sendiri bervariasi bergantung dari area demografik
sertageografisnya.
Efusi pleura digolongkan dalam tipe transudat dan eksudat,
berdasarkan mekanisme terbentuknya cairan dan biokimiawi cairan pleura.
Transudat timbul karena akibat ketidakseimbangan antara tekanan onkotik
dan tekanan hidrostatik, sementara eksudat timbul akibat peradangan pleura
atau berkurangnya drainase limfatik. Pada beberapa kasus, cairan pleura
yang dihasilkan dapat saja menunjukkan kombinasi sifat transudat dan
eksudat(Rubins, 2011).
Langkah awal dalam mencari penyebab efusi adalah dengan
menentukan apakah cairan itu transudat atau eksudat (Yetkinet al, 2006).
Jika ternyata hasilnya adalah transudat, maka kemungkinan penyebabnya
relatif lebih sedikit, oleh karenanya tidak perlu dilakukan prosedur
diagnostik yang lebih jauh lagi terhadap cairan pleura tersebut. Namun jika
hasilnya adalah eksudat, ada banyak kemungkinan penyebab yang
mendasarinya sehingga pemeriksaan diagnostik selanjutnya perlu dilakukan
(Yataco dan Dweik, 2005)
Kriteria yang paling umum diterima untuk membedakan eksudat dan
transudat adalah dengan pengukuran kadar total protein dan Laktat
Dehidrogenase (LDH) di dalam serum dan di cairan pleura. Kriteria ini
disusun oleh Light et al di tahun 1972, dengan sensitivitas 99% dan
spesifisitas 98%. Kriteria ini menetapkan bahwa cairan efusi pleura exudatif
setidaknya memiliki satu dari 3 hal berikut, yakni rasio protein pada cairan
pleura dibanding serum >0,5, rasio LDH cairan pleura dibanding serum >
0,6 dan kadar LDH cairan pleura > 2/3 batas atas LDH serum normal (Light,
et al, 1972).
Setelah menetapkan efusi pleura exudatif, barulah kita lanjutkan
dengan mencari tahu penyakit tersering yang menjadi penyebabnya, antara
lainpneumonia(efusi pleura parapneumonik = EPP), tuberkulosis (TB),
keganasan dan tromboemboli paru (Porcell dan Light, 2013). Untuk
menentukan penyebab efusi pleura exudatif, beberapa studi sebelumnya
telah mengajukan parameter seperti pH, kadar amilase, kadar

2
rheumatoidfactor, adenosindeaminase (ADA) dan analisa lipid. Sayangnya,
tidaklah murah untuk memasukan tes-tes ini ke dalam pemeriksaan rutin
efusipleura.
Bilamana dicurigai ada infeksi, yang perlu diperiksa adalah pH,
glukosa LDH dan kultur mikrobiologi dari cairan pleura. Selain itu sitologi
pleura dan BTA pleura. Juga ada beberapa biomarker baru yang diteliti
untuk mendiagnosis efusi pleura karena infeksi seperti tumor necrosisfactor-
alpha (TNF-α), myeloperoxidase, C-reactive protein (CRP) dan
procalcitonin (PCT). Namun, tak satu pun dari parameter tersebut yang lebih
unggul dari parameter klasik pH pleura <7.20, atau glukosa pleura <60 mg /
dL (Porcel, et al,2009).
Semakin dini kita menegakkan diagnosis PPE, semakin baik pula
outcomepenyakitnya. Namun, tidak semua RS memiliki fasilitas
mikrobiologi untuk mengerjakan baku emas dari kausa EPP, sementara
kondisi pasienmenuntut untuk segera diberikan terapi empirik. Hal ini
menjadi tantangan besar bagi penyedia layanan kesehatan di perifer. Itulah
sebabnya, peneliti ingin mengukur sensitivitas dan spesifisitas kadar glukosa
cairan pleura dalam memprediksi EPP. Bila terbukti akurasinya tinggi, para
penyedia layanan kesehatan di perifer dapat mempertimbangkan tes ini
sebagai tes diagnostik sehingga terapi empirik bagi kausa efusi pleura dapat
segeradiberikan.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang penyakit efusi pelura di
Rumah Sakit Palembang Bari maka, kami melakukan pengkajian lebih
mendetail dan melakukan asuhan keperawatan dengan membuat rumusan
masalah "Bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis efusi pleura di Ruang PDL Perempuan Rumah
Sakit Palembang Bari.

3
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan diagnosa medis efusi pleura di Ruang PDL Perempuan
Rumah Sakit Palembang Bari.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengkaji pasien dengan diagnosa medis efusi pleura.
2. Menegakan diagnosa keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis efusi pleura.
3. Melakukan perencanaan pada pasien dengan diagnosa medis efusi
pleura.
4. Melakukan implementasi pada pasien dengan diagnosa medis efusi
pleura.
5. Mengevaluasi hasil implementasi pada pasien dengan diagnosa
medis efusi pleura.
6. Mendokumentasikan segala tindakan yang dilakukan pada pasien
dengan diagnosa medis efusi pleura.
1.4 Manfaat
1.4.1 Penulis
Menjadi salah satu referensi rujukan bagi penulis selanjutnya yang akan
melakukan studi dengan kasus efusi pleura.

1.4.2 Bidang Akademis


Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dalam hal asuhan keperawatan
pada pasien efusi pleura terkhusus untuk mahasiswa DIII Keperawatan
Palembang Poltekkes Kemenkes Palembang.

1.4.3 Masyarakat Umum di Rumah Sakit


Pengetahuan serta masukan bagi masyarakat awam tentang pelayanan di
rumah sakit pada pasien efusi pleura.

4
BAB II

KONSEP DASAR

2.1 Pengertian

Efusi Pleura berasal dari dua kata, yaitu effusion yang berarti
ekstravasasi ciran kedalam jaringan atau rongga tubuh, sedangkan pleura
yang berarti membrane tipis yang terdiri dari lapisan yaitu plaura viseralis
dan pleura parietalis. Sehingga dapat disimpuan efusi pleura merupakan
ekstravasasi cairan yang terjadi diantara lapisan viseralis dan parietalis.
Efusi pleura dapat berupa cairan jernih, transudat, eksudat dan darah
( Diane, 2000)
Efusi Pleura adalah pengumpulan cairan dalam rongga pleura
yang daintara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer
jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap
penyakit lain ( Suzzane, 2002)
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam runggga pleura
yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses terjadinya
penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakir
sekunder terhadap penyakit lain. (Huda dan Kusuma (2016: 185))
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleura,
proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder
akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin
merupakan transundat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus.
(Wijayaningsih (2013: 31))
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan
cairan dalam pleura berupa transundat atau eksudat yang diakibatkan
terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan
pleura viseralis. (Muttaqin (2012: 126))
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan di rongga pleura, biasanya
merupakan dampak sekunder dari penyakit lain (misalnya pneumonia,
infeksi pulmonal, sindrom nefrotik, penyakit jaringan ikat, tumor

5
neoplastic, gagal jantung komprehensif). (Brunner & Suddarth (2015:
454))
Jadi dapat disimpulkan efusi pleura merupakan suatu keadaan yang
ditandai dengan adanya penumpukan cairan pada rongga pleura yang
berada dipermukaan pleura visceral dan pleura parietal, efusi pleura adalah
penyakit primer yang jarang terjadi akan tetapi terhadap penyakit lain efusi
pleura merupakan penyakit sekunder, selain berisi cairan dalam efusi
pleura juga terdapat penumpukan pus dan darah. (Saferi & Mariza, 2013)

KlasifikasiEfusiPleura:
a) Efusi Pleura Transudat
Pada efusi jenis transudat ini keseimbangan kekuatan
menyebabkan pengeluaran cairan dari pembuluh darah. Mekanisme
terbentuknya transudat karena peningkatan tekanan hidrostatik(CHF),
penurunan onkotik (hipoalbumin) dan tekanan negatif intra pleura yang
meningkat (atelektasisakut)
Ciri-ciri cairan:
i) Serosa jernih
ii) Beratjenis rendah(dibawah1,012)
iii)Terdapat limfosit dan mesofel tetapi tidak ada neutrofil
iv)Protein <3 %
Penimbunan cairan transudat dalam rongga pleura dikenal dengan
hydrothorax, penyebabnya:
a. Payah jantung
b. Penyakit ginjal (SN)
c. Penyakit hati (SH)
d. Hipoalbuminemia (malnutrisi, malabsorbsi)
b) Efusi pleura eksudat
Eksudat ini terbentuk sebagai akibat penyakit dari pleura itu sendiri
yang berkaitan dengan peningkatan permeabilitas kapiler (missal
pneumonia) atau drainase limfatik yang berkurang (misal obstruksi aliran
limfa karena karsinoma) Ciri cairan eksudat:

6
i) Berat jenis > 1,015 %
ii) Kadar protein > 3 % atau > 30 g/dl
iii)Ratio protein pleura berbanding LDH serum. 0,6
iv)LDH cairan pleura lebih besar dari pada 2/3 batas atas LDH serum
normal
v) Warna cairan keruh

Penyebab dari efusi eksudat ini adalah


a. kanker : karsinoma bronkogenik, mesotelioma atau penyakit
metastatic keparu atau permukaan pleura
b. Infarkparu
c. Pneumoni
d. Pleuritisvirus

2.2 Anatomi dan fisiologi


1. Anatomi

Sumber:(Syaifudin,1997)

Paru-paru merupakan organ elastic berbentuk kerucut yang terletak


dalam rongga torak satau dada kedua paru-paru saling terpisah oleh media
stium sentral yang mengandung jantung dan pembuluh-pembuluh darah
besar. Setiap paru-paru mempunyai apeks dan basis. Arteria pulmonalis dan

7
darah arteria bronkhialis, bronkus, saraf dan pembuluh limfe masuk pada
setiap paru-paru kiri dan dibagi menjadi tiga lobus oleh fisura
interloaris.Paru-paru dibagi menjadi dua lobus, kemudian lobus tersebut
dibagi lagimen jadi segmen-segmen sesuai dengan segmen bronchus paru-
paru kanan dibagi menjadi 10 segmen sedangkan paru-paru kiri dibagi
menjadi 9.

Proses patologis seperti atelektesis dan pneumonia biasanya hanya


terbatas pada satu lobus dan segmen saja. Pleura ada dua macam : pleura
parietal yang melapisi rongga torak sedangkan pleura viseralis yang
menutup setiap paru-paru. Diantara pleura parietal dan viseralis terdapat
cairan pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan
tersebut bergesekan satu sama lain selama respirasi, dan mencegah
pemisahan thorak dan paru-paru. Sifat ini analog dengan dua slide dari gelas
yang saling diletakkan dengan air, kedua slide tersebut dapat bergeser satu
sama lain, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan dengan mudah begitu saja
hal yang sama juga terdapat pada cairan pleura yang terdapat antara paru-
paru dan toraks. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan
atmosfir, sehingga mencegah kolaps paru-paru. Ketika paru terserang
penyakit. Pleura mengalami peradangan atau udara atau cairan dapat masuk
kedalam rongga pleura, menyebabkan paru-paru tertekan atau kolaps
diafragma merupakan otot berbentuk lengkungan yang membentuk dasar
rongga toraks dan memisahkan rongga tersebut dari rongga abdomen.
(Syaifudin,1997)

2. Fisiologi
a. Definisi Pernafasan
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari
luar yang mengandung O2 kedalam tubuh serta menghembuskan udara
yang banyak mengadung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari
oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi, jadi dalam paru-paru terjadi
pertukaran zat antara O2 ditarik masuk kedalam darah dan CO2 akan

8
dikeluarkan dari darah secara osmosis seterusnya CO2 akan dikeluarkan
melalui traktus respiratorius (jalan pernafasan) dan masuk kedalam tubuh
melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian masuk keserambi kiri
jantung (atrium sinistra) keaorta keseluruh tubuh (jaringan-jaringan dan
sel-sel) disini terjadi oksidasi (pertukaran) sebagai ampas (sisa) dari
pembakaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan melalui peredaran darah
vena masuk ke jantung (serambi kanan atau atrium dekstra) →ke otak
kanan (ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis
kejaringan-jaringan paru akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel
dan alveoli. Proses pengeluaran sisa dari metabolisme lainnya akan
dikeluarkan melalui traktus urogenetalis dan kulit
1) Fungsi pernafasan
(1) Mengambil O2 (oksigen) yang kemudian dibawa oleh darah
keseluruh tubuh (sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran.
(2) Mengeluarkan CO2 (karbondioksida) yang terjadi sebagai sisa dari
pembakaran, kemudian dibawa oleh darah keparu-paru untuk dibuang
karena tidak berguna lagi oleh tubuh.
(3) Menghangatkan dan melembabkan udara

2) Proses terjadinya pernafasan Dibagi dalam dua yaitu:


• Inspirasi (menariknafas)
• Ekspirasi (menghembuskan nafas)
Bernafas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara
bergantian, teratur, berirama dan terus menerus bernafas merupakan gerak
reflek yang terjadi pada otot-otot pernafasan.
Reflek bernafas ini diatur oleh pusat pernafasan yang terletak
didalam sumsum penyambung (medulla oblongata) oleh karena seseorang
dapat menahan, memperlambat atau mempercepat nafasnya, ini berarti
reflek bernafas ini juga dibawah pengaruh korteks serebri. Pusat
pernafasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO 2 dalam darah dan
kekurangan dalam darah.
Inspirasi terjadi jika muskulus diafragma telah dapat rangsangan

9
dari nervus frenikus lalu mengkerut datar. Muskulus interkostalis yang
letaknya miring, setelah dapat rangsangan kemudian mengkerut dan tulang
iga (kusta) menjadi datar dengan demikian jarak antara sternum (tulang
dada) dan vertebra semakin luas dan lebar.
Rongga dada membesar maka pleura akan berbalik, dengan
demikian akan menarik paru-paru maka tekanan didalamnya berkurang
dan masuklah udara dari luar. Ekspirasi, pada suatu saat otot akan kendor
lagi (diafragma akan menjadi cekung, muskulus interkostalis) dan dengan
demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara di dalam keluar.
Jadi proses pernafasan ini terjadi karena adanya, tekanan antar rongga
pleura dan paru-paru.

3) Pernafasan jaringan (Pernafasan interna)


Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung oksigen dari
seluruh tubuh masuk kedalam jaringan akhirnya mencapai kapiler, darah
mengeluarkan oksigen kedalam jaringan, mengambil karbondioksida
untuk dibawa keparu-paru terjadi pernafasan eksterna.

4) Daya muat paru-paru


Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4500 ml – 5000 ml (4,5
- 5 liter) udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi)
hanya 10 %, ± 500 ml disebut juga udara pasang surut (pidal air) yaitu
yang dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa.

5) Pengendalian pernafasan
Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh dua factor
utama kimiawi dan pengendalian saraf. Adanya factor tertentu merangsang
pusat pernafasan yang terletak didalam medulla oblongata kalau
dirangsang mengeluarkan impuls yang disalurkan melalui saraf spinal.
Otot pernafasan (otot diafragma atau interkostalis) pengendalian
oleh saraf pusat otomatik dalam medulla oblongata mengeluarkan impuls
eferen keotot pernafasan melalui radik saraf servikalis diantarkan

10
kediafragma oleh saraf prenikus. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik
pada otot diafragma dan inter costalis yang kecepatanya kira-kira15 kali
setiap menit.
Pengendalian secara kimia, pengendalian dan pengaturan secara
kimia meliputi frekuensi kecepatan dan dalamnya gerakan pernafasan,
pusat pernafasan dalam sumsum sangat peka, sehingga kadar alkali harus
tetap dipertahankan, karbondioksida adalah produksi asam dari
metabolisme dan bahan kimia yang asam merangsang pusat pernafasan
untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot pernafasan.

6) Kecepatan pernafasan
Pada wanita lebih tinggi dari pada pria, pernafasan secara normal
maka ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat,pada bayi
adakalanya terbalik, inspirasi istirahat ekspirasi disebut juga pernafasan
terbalik.
Kecepatan setiap menit
Bayi baru lahir : 30– 40 x/menit
12 bulan : 30 x/menit
2 - 5 tahun : 24 x/ menit
Orang dewasa :10–20x/menit

7) Kebutuhan tubuh terhadap oksigen


Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan, manusia
sangat membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan
oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak
dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian, kalau penyediaan
oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis
misalnya orang bekerja pada ruangan yang sempit, tertutup, ruang kapal,
kapal uap dan lain-lain, bila oksigen tidak mencukupi maka warna darah
merahnya hilang berganti kebiru-biruan misalnya yang terjadi pada bibir,
telinga, lengan dan kaki disebut sianosis.

11
2.3 Etiologi
Etiologi (Davey,2002) dari efusi pleura ini adalah
1. Efusi pleura transudat
a. Gagal jantung
b. Sindroma nifrotik
c. Hipoalbuminemia
d. Sirosis hepatis
2. Efusi pleura eksudat
a. Pneumonia bakterialis
b. Karsinoma
c. Infark paru
d. Pleuritis
Etiologi secara umum (Mansjoer, 2001)
a) Neoplasma seperti bronkogenik dan metastatik
b) Kardiovaskuler seperti CHF, embolus pulmonas, dan perikarditis
c) Penyakit pada abdomen seperti pankreatitis, asites, abses, sindrom
ameigs
d) Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, mikrobakterial
dan parasit
e) Trauma
f) Lain-lain seperti SLE, rheumatoidarthritis, sindrom anefrotik atau
anemia

2.4 Patofisiologi
Dalam keadaan normal hanya terdapa 10-20 ml cairan di dalam
rongga pleura. Jumlah cairan di dalam rongga pleura tetap, karena adanya
tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cm H2O. Akumulasi cairan
pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotic kolod menurun misalnya pada
penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat
ada proses peradangan atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis
akibat kegagalan jantung dan tekanan negative intra pleura apabila terjadi
atelektatis paru (Alsagaf H, Mukti, 1998)

12
Efusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan
bebas dalam kavum pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain : (1)
penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura, (2) gagal jantung yang
menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat
tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam
rongga pleura, (3) sangat menurunnya tekanan osmotic kolora plasma, jadi
juga memungkinkan transudasi cairan yang berlebihan (4) infeksi atau
setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari rongga
pleura, yang memecahkan membrane kapiler dan memungkinkan
pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat
(Guyton dan Hall, Egc,1999, 623-624)

2.5 Manifestasi klinik


Manifestasi kinik yang muncul (Tierney, 2002 dan Tucker,1998) adalah
1. Sesak nafas
2. Nyeri dada
3. Kesulitan bernafas
4. Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi
5. Keletihan
6. Batuk

2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada efusi pleura ini adalah (Mansjoer,2001)
1. Thorak osentasis
Draina secairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti
nyeri, dispnea dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,5 liter perlu
dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika
jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya
baru dapat dilakukan1 jam kemudian.
2. Pemberian anti biotic jika ada infeksi.
3. Pleurodesis

13
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat
(tetrasiklin, kalk dan bieomisin) melalui selangin terkostalis untuk
melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan terakumulasi
kembali.
4. Tirah baring
Tirah baring ini bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena
peningkatan aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga
dyspnea akan semakin meningkat pula.
5. Biopsipleura, untuk mengetahui adanya keganasan.

2.7 Komplikasi
1. Infeksi
2. Fibrosis paru (Mansjoer,2001)

2.8 Pengkajian fokus


1) Biodata
Umur, alamat, pekerjaan
2) Riwayat kesehatan
Keluhan utama Nyeri dada, sesak nafas, takipneu, hipoksemia
a. Riwayat penyakit sekarang
Terkait dengan kapan terjadinya keluhan, gejala dan pengobatan
yang sudah di lakukan.
b. Riwayat penyakit dahulu
1) Menderita CHF, penyakit ginjal, penyakit hati dan
malabsorbsi
2) Menderita penyakit pada paru akibat bakteri ataupun virus
3) Menderita Capada paru ataupun pernah menderita Cadi
daerah lain
c. Riwayat penyakit keluarga
1) Keluarga ada yang Caparu
2) Ada yang menderita TBC
3) Pneumonia

14
3) Pola fungsional Gordon yang terkait
a) Pola nutrisi dan metabolik
Karena ada penimbunan cairan dalam rongga pleura terjadi penekanan
lambung maka akan menimbulkan rasa penuh pada lambung sehingga
terjadi nausea (mual dan muntah).
b) Pola persepsi sensori dan kognitif
Akibat dari efusi pleura adalah penekanan pada paru oleh cairan sehingga
menimbulkan rasa nyeri
c) Pola aktivitas dan latihan
Karena terjadi penurunan fungsi alveoli maka pertukaran O2 dan CO2
terganggu sehingga suplay O2 menurun yang menyebabkan hipoksia dan
pasien akan kelelahan dan terjadi gangguan aktivitas
d) Istirahat dan tidur
Karena sesak nafas dan nyeri dada maka dapat mempengaruhi istirahat
tidur.

4) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : Pasien tampak sesak nafas
b) Tingkat kesadaran : Compos mentis
c) TTV
a) RR : Takhipneu
b) N : Takhikardia
c) S : Jika ada infeksi bisa hipertermia
d) TD : Bisa hipotensia
d) Kepala : Mesochepal
e) Mata : Conjungtiva anemis
f) Hidung :Sesak nafas, cuping hidung
g) Dada :Gerakan pernafasan berkurang
h) Pulmo (paru-paru)
Inspeks :Terlihat ekspansi dada simetris, tampak
sesak nafas tampak penggunaan otot

15
bantu nafas
Palpasi : Vokal Fremitus menurun
Perkusi : Pekak (skonidulnes), redup
Auskultas :Bunyi nafas menghilang
atau tidak terdengar diatas bagian yang
terkena
5) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan torak sinar
Terlihat :- Sudut kosto frenik tumpul
- Obstruksi diafragma sebagian
“putih” komplet (opaqul densitas)
pada area yang sakit.
b. Torasentesis
Mengambil cairan efusi dan untuk melihat jenis cairannya serta
adakah bakteri dalam cairan
c. Biopsi pleura
Jika penyebab efusi adalah Ca untuk menunjukkan adanya
keganasan
d. GDA
Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi
gangguan mekanik pernafasan dan kemampuan
mengkompensasi PaCO2 kadang-kadang meningkat PaO2
mungkin normal atau menurun, saturasi O2 biasanya menurun.

16
2.9 Pathways keperawatan

EFUSI PLEURA

Pengumpulan cairan dalam romgga paru

Ekspansi paru menurun

Normal cairan 10-20 ml Pertukaran O2 dialveoli menurun Bersihan jalan nafas tidak
efektif
Sebagai pelicin gesekan kedua pleura Dyspnea
Pada waktu bernafas
Pola nafas tidak efektif
Akumulasi
sputum
Serosa jernih
Batuk
Mengalir ke
tenggorokan
Darah Nanah Cairan seperti Iritasi membran
Susu dalam saluran pernafasan Sputum

Penurunan suplai O2 Nyeri dada Bau sputum tinggal


Dimulut Reaksi paru Adanya
tumor paru
terhadap iritan
Kelemahan / kelelahan Gg. Rasa nyaman nyeri Mual
Sputum merah muda
Muntah
Intoleransi aktivitas

17
Tidak nafsu makan
Anoreksia

Nutrisi < kebutuhan


(Sumber : Brunner &
Suddarth, 2001)

18
19
2.10 Diagnosa Keperawatan
a. nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan
paru.
b. Pola Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan oksigen
pada
c. alveoli
d. Nyeri berhubungan dengan penekanan rongga pleura oleh
penimbunan cairan yang berlebih
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi O2
kejaringan
f. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake tidak adekuat, anoreksia, mual muntah

2.11 Intervensi dan Rasional


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan paru.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif
KH: Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal, pada
pemeriksaan sinar x dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, bunyi
nafas terdengar jelas.
Intervensi:
a. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap
perubahan yang terjadi
Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan,
kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pasien.
b. Pertahankan posisi yang nyaman dengan kepala ditinggikan
Rasional : Meningkatkan inspirasi maksimum
c. Anjurkan pasien untuk tidak banyak aktivitas
Rasional : Aktivitas yang meningkat akan meningkatkan kebutuhan O2
d. Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon
pasien.
Rasional : Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya
Penurunan fungsi paru.

e. Lakukan auskultasi suara napas tiap 2-4 jam.


Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada
bagian paru-paru.
f. Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.
Rasional: Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam.
g. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2.
Rasional : Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan
mencegah terjadinya sianosis akibat hiponia.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan oksigen pada
alveoli
Tujuan : tidak ada gangguan pertukaran gas
KH
PO2 : 85- 100 mmHg.
PCO2 : 35- 45 mmHg
Tidak ada dyspnea
Tidak takipneu
Intervensi:
a. Observasi pernafasan
Rasional :Peningkatan pernafasan mengarah pada peningkatan
kebutuhan oksigen
b. Posisikan kepala pasien lebih tinggi
Rasional :Membantu pengembangan ekspansi paru
c. Anjurkan pasien untuk tidal (banyak aktivitas)
Rasional :Peningkatan aktivitas akan meningkat kebutuhan O2
d. Kolaborasi pemeriksaan GDA
Rasional :Untuk mengetahui seberapa berat gangguan

21
dalam pertukaran gas
3. Nyeri berhubungan dengan penekanan pada rongga pleura oleh penimbunan
cairan yang berlebih
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang atau hilang
KH :Ekspresi wajah rileks, keluhan nyeri berkurang atau hilang,
TTVnormal
Intervensi:
a. Kaji perkembangan nyeri
Rasional: Untuk mengetahui terjadinya komplikasi
b. Ajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam
Rasional : Untuk meringankan nyeri
c. Beri posisi yang nyaman
Rasional :Untuk memberikan rasa nyaman
d. Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional: Untuk meringankan nyeri
e. Kolaborasi pemberian analgesik
Rasional: Untuk meringankan nyeri
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi O2 kejaringan.
Tujuan: Pasien toleran terhadap aktivitas
KH : Pasien tidak tampak kelelahan, mampu beraktivitas, tidak ada
dyspnea saat aktivitas
Intervensi:
a. Observasi pernafasan pasien
Rasional : Peningkatan pernafasan mengarah pada peningkatan kebutuhan
oksigen
b. Posisikan pasien pada semi fowler
Rasiona :Meningkatkan pengembangan paru
c. Anjurkan pasien untuk banyak tirah baring
Rasional: Untuk mengurangi sesak nafas
d. Kolaborasi pemberian oksigen nasal atau

22
masker
Rasional: Memenuhi kebutuhan oksigen paru dan jaringan
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual muntah, intake tidak adekuat
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
KH :Nafsu makan meningkat, porsihabis, BB tidak turun drastis
Intervensi:
a. Observasi nafsu makan pasien
Rasional :Porsi makan yang tidak habis menunjukkan nafsu makan belum
baik
b. Beri makan pasien sedikit tapi sering
Rasional: Meningkatkan masukan secara perlahan
c. Beritahu pasien pentingnya nutrisi
Rasional: Pasien dapat memahami dan mau meningkatkan masukan
nutrisi
d. Lakukan oral hygiene setiap hari.
Rasional: Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu
makan.
e. Sajikan makanan semenarik mungkin.
Rasional : Penyajian makanan yang menarik dapat meningkatkan nafsu
makan.
f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet TKTP.
Rasional: Diet TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolism dan
pembentukan antibody karena diet TKTP menyediakan kalori dan
semua asam amino esensial.

23
.

24
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan pada Pasien Efusi Pleura


3.1.1 Identitas Pasien dan Keluarga
a. Identitas Pasien
a) Nama : An T
b) Tanggal lahir : 05 MEI 2016 (5 tahun)
c) Alamat : JL. Griya Randik
d) pendidikan : Belum Sekolah
e) Suku : Indonesia
f) Agama : Islam
g) No medrek : 201290

b. Identitas Keluarga
i) Nama : Tn. H
j) Umur : 28 tahun
k) Alamat : JL. Griya Randik
l) pendidikan : SMA
m) Suku : Indonesia
n) Agama : Islam
o) Hubungan pasien : Anak
p) Pekerjaan : Tani
c. Informasi Pengkajian
a) Tanggal pengkajian : 24 Juli 2021 jam 09.20 WIB
b) Ruang : Medang, Ruang 3

25
3.1.2 Riwayat Kesehatan
(1)Riwayat Kesehatan Sekarang
e) Keluhan utama masuk Rumah Sakit
Pasien datang ke RSUD Sekayu, ayah pasien mengatakan anaknya
sesak napas. Ayah pasien mengatakan anaknya sesak dan yang
dirasakan hilang timbul, sesak berat dirasakan saat beraktivitas dan
sesak terasa ringan saat dalam keadaan rileks dan memoposisikan
setengah duduk dan miring sebelah kanan, Ayah pasien mengatakan
pasien sesak mengakibatkan pasien mual dan tidak nafsu makan.dan
pinggang pasien terasa nyeri skala nyeri 3
P: nyeri pinggang saat beraktifitas berat
Q: nyeri seperti tertusuk- tusuk.
R: Di pinggang
S: Skala Nyeri 3
T: waktu 4 jam
f) Alasan masuk Rumah Sakit
Ayah pasien mengeluh anaknya sesak nafas. Sesak dirasakan terasa
berat jika pasien melakukan aktivitas, sesak berkurang jika klien pada
posisi setengah duduk, sesak dirasakan biasa saja di daerah dada dan
pinggang terasa nyeri saat beraktivitas berat.

(2)Riwayat Kesehatan Dahulu


Menurut pengakuan pasien, sebelumnya pasien belum pernah
mengalami penyakit yang sama tetapi klien pernah mengalami
penyakit jantung. pasien mengatakan selain penyakit jantung dan
penyakit yang sekarang dideritannya pasien tidak mempunyai
riwayat penyakit Hepatitis dan penyakit turunan seperti asma.

(3)Riwayat Kesehatan Keluarga

26
4

Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Laki-laki yang meninggal
= Perempuan yang meninggal
= Pasien
= Tinggal satu rumah

(4)Data psikologis
e) Status emosi
pasien tampak tenang
f) Konsep diri
1) Gambaran diri
pasien mengatakan bahwa semua anggota tubuhnya merupakan
ciptaan Tuhan YME dan klien mensyukuri apa adanya. walaupun
dalam keadaan seperti sekarang ini pasien merasa cukup senang
walaupun terdapat luka bekas operasi ditubuhnya asal pasien
sembuh

2) Identitas diri

27
pasien adalah seorang ibu rumah tangga dengan satu orang suami
dan 3 orang anak
3) Harga diri
pasien merasa suami, anak dan keluarganya menghargai klien dan
tetap memberi perhatian dan dukungan moral saat klien berada di
Rumah Sakit.
4) Peran diri
pasien mengatakan dengan pasien berada di Rumah Sakit
perannya sebagai ibu rumah tangga yang merawat anak-anaknya
digantikan oleh suami pasien
5) Ideal diri
pasien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan tidak
kambuh lagi sehingga pasien dapat kembali kerumah dan
mengurus suami dan anak-anaknya.

(5) Data social


Hubungan pasien dan keluarga terjalin dengan baik begitu juga dengan
saudara-saudaranya, terbukti dengan banyaknya yang menjenguk dan
banyak yang menunggu bergantian. Hubungan pasien dengan petugas
kesehatan di Rumah Sakit sangat kooperatif. pasien selalu mengikuti
semua program perawatan dan pengobatan yang di berikan kepadanya.
pasien mengatakan bahwa dirinya ikut aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan sedangkan selama di Rumah Sakit kebutuhan klien
selalu dipenuhi oleh perawat dan keluarga.
(6) Data spiritual
pasien adalah seorang muslim, selama sakit pasien melakukan
ibadahnya hanya ditempat tidur, pasien meyakini bahwa sakitnya
merupakan cobaan dari Allah SWT.

28
(7) Riwayat ADL
No Aktivitas Dirumah Di Rumah Sakit
1 Nutrisi
Makan
- frekuensi 3 x sehari 2 x sehari
- komposisi Nasi, lauk pauk, sayur Bubur, lauk pauk,
- porsi 1 porsi habis sayur
Minum ½ porsi
- frekuensi 7-8 gelas sehari 6 gelas sehari
- jenis Air putih dan teh manis Air putih
2 Eliminasi
BAB
- frekuensi 1 x sehari 1 x sehari
- konsistensi Lembek, kekuningan, Lembek,
bau khas kekuningan, bau
BAK khas
- frekuensi 5-6 x sehari 5 x sehari
- warna Kuning jernih Kuning jernih
3 Personal hygiene
Mandi 2 x sehari 1 x sehari di lap
oleh perawat atau
Keramas 3 x seminggu keluarga
Gosok gigi 2 x sehari 1 minggu sekali
2 x sehari dibantu
oleh perawat atau
keluarga
4 Istirahat dan tidur
Tidur siang Jarang tidur siang 1-2 jam sehari
Tidur malam 6-7 jam sehari 6 jam sehari
5 Aktivitas Klien dapat melakukan Klien tampak lemah
aktivitas sehari-hari dan aktivitas nya di

29
tanpa dibantu bantu oleh keluarga
dan perawat

3.1.3 Pemeriksaan Fisik


a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : CM
- TTV
TD : 120/70x/mnt N : 110 BB : 40
RR : 28x/menit T : 36.6 TB : 120 BMI : 24.5 (gemuk)
c) Emosi : stabil
d) Ekspresi : tenang

3.1.4 Pemeriksaan Head to Toe


1. Kulit
Terlihat bersih, kemerahan seperti kringet buntet di daerah kaki kiri, teraba
lengket.
2. Kepala
a) Bentuk
Bentuk kepala mesochepal
b) Rambut
Rambut pendek , warna hitam, pertumbuhan rambut rata.
c) Mata
Mata kanan dan kiri simetris fungsi penglihatan baik, mata terlihat
sembab, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
d) Telinga
Bentuk telinga simetris antara kanan dan kiri, bersih tidak ada cairan yang
keluar, tidak ada gangguan pendengaran.
e) Hidung
Hidung simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, lubang hidung 2.
Tidak ada secret yang keluar.

30
f) Mulut dan tenggorokan
Mukosa bibir lembab berwarna pink, tidak kesulitan menelan
3. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid. Tidak ada luka, tidak ada bekas luka.
4. Tengkuk
Tidak ada kaku kuduk dan tidak ada luka.
5. Dada kanan dan kiri
a) Inspeksi
Pergerakan dada simetris, tidak ada luka.
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa.
c) Perkusi
Terdengar bunyi sonor, kiri hipersonor
d) Auskultasi
Terdengar bunyi vesikuler, bunyi jantung teratur, tidak ada suara
tambahan seperti mengi.
6. Payudara
a) Inspeksi
Bentuk simetris, tidak ada benjolan abnormal.
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
7. Punggung
Tidak ada gangguan pada punggung seperti lordosi, skeliosis
8. Abdomen
a) Inspeksi
Simetris, tidak ada bekas luka, bentuk simetris.

b) Auskultasi
Ada suara peristaltik usus. Perkusi Terdengar suara tympani.
c) Palpasi

31
nyeri tekan, tidak teraba massa.
9. Anus dan Rectum
Tidak ada haemoroid dan tidak ada massa atau tumor.
10. Ekterimitas
a) Atas Anggota gerak lengkap, tidak terdapat luka, gerakan simetris,
kekuatan otot penuh 5, kuku tangan kanan pendek dan hitam, akral
hangat, pada tangan kanan terpasang infus RL 8500 cc/24 jam mikro.
b) Bawah Anggota gerak lengkap, tidak ada edema kekuatan otot penuh 5,
kuku pendek, tidak terdapat luka.
11. Sistem pernafasan
Bentuk hidung simetris, PCH(-), sianosis (-), kokoh, jln nafas paten, tidak ada
nyeri pada palpasi sinus, mukosa(-), vibrosa (+), polip(-), septum nasalis
ditengah, bibir (-)sianosis, mukosa bersih, tidak ada pembesaran tonsil, uvula
bergerak bebas, lehar simetris, tidak ada penggunaan muskulus
sternokleidomastoid, trachea berada ditengah, tidak ada peningkatan vena
jugularis, bentuk dada simetris, pada perkusi bunyi sonor diatas paru sebelah
kanan, respirasi 28x/menit.
12. Sistem cardiovaskuler
Konjungtiva tidak anemis (berwarna merah muda), bibir (-) sianosis, JVP
tidak meningkat, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 114x/menit, bunyi
jantung S1 dan S2 murni regular, tidak terdapat clubbing finger, cafilari refill
time 3 detik, sianosis perifer (-).
13. Sistem pencernaan
Bentuk bibir simetris, mukosa merah muda, lidah berwarna kemerah-merahan,
jumlah gigi 31 buah ada caries pada molar bawah kiri, lidah dapat bergerak
kesegala arah, refleks menelan baik, bising usus 12x/menit, tidak terdapat
nyeri tekan, berat badan sebelum sakit 55 kg dan setelah sakit 53 kg dengan
tinggi badan 157 cm.
14. Sistem perkemihan

32
Tidak terlihat pembesaran pada kandung kemih, ginjal tidak teraba, tidak ada
nyeri tekan pada ginjal dan kandung kemih, pada genetalia terpasang kateter
15. Sistem musculoskeletal
Bentuk ekstremitas atas dan bawah simetris, pergerakan ekstremitas atas dan
bawah simetris, tidak ada atropi otot, tidak mengalami nyeri pada persendian,
kekuatan otot
16. Sistem integumen
Warna rambut hitam panjang, distribusi merata, kulit kepala kotor, tidak
terdapat lesi dan nyeri tekan pada kepala, tekstur kulit lembut, turgor kulit
baik, suhu axila 39ºC, terdapat luka operasi pemasangan WSD di dada kanan,
kuku tangan dan kuku kaki tampak pendek dan bersih.
17. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan pasien tidak mempunyai riwayat
penyakit Diabetes Melitus
18. Sistem persarafan
1. Kesadaran
Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis(CM), nilai GCS 15
(E4M6V5), pasien dapat berorientasi terhadap orang, waktu dan tempat.
2. Tes fungsi cerebral
pasien dapat mengingat reason memori, inmediet memori dan long
memori, klien dapat mengulang angka-angka yang disebutkan oleh perawat
dan dapat menjumlahkan angka-angka yang disebutkan.
3. Tes fungsi nervus cranial
a) Nervous I (olfaktorius)
pasien mampu membedakan bau kopi dan minyak kayu putih

b) Nervous II (optikus)

33
pasien dapat membaca dengan jelas dalam jarak 30 cm, lapang
pandang dapat melahat gerakan dari arah lateral ke medial pada sudut
60º
c) Nervous III, IV, VI (okulomotorik, trochealis, abdusen)
Fungsi koordinasi gerakan bola mata dapat menggerakan kesegala
arah, refleks cahaya pupil kanan dan kiri berdilatasi ketika dikenai
cahaya, pupil bulat isokor.
d) Nervous V (trigeminus)
Pada saat mata klien ditutup
1) sensorik : pasien dapat merasakan pilinan kapas yang diusap
kearah frontal, maxilaris dan mandibula
2) motorik : pasien dapat mengunyah dengan baik
e) Nervous VII (vasialis)
1) sensorik : pasien dapat membedakan rasa manis, asin dan asam
pada 2/3 anterior lidah
2) motorik : pasien dapat tersenyum dan mengerutkan dahi
f) Nervous VIII (auditorius/acusticus)
pasien dapat mendengar detik jam dalam jarak 2 cm, jari klien dapat
mengikuti gerak telunjuk perawat.
g) Nervous IX dan X (glossofaringeus dan vagus)
pasien dapat merasakan rasa pahit pada 1/3 posterior lidah, pergerakan
uvula bebas dan klien dapat menelan tanpa hambatan
h) Nervous XI (assesorius)
Leher pasien dapat melawan tahanan perawat dilehernya
i) Nervous XII (hypoglossus)
pasien dapat menggerakan lidah ke segala arah
4. Sensorik
pasien dapat merasakan sensasi halus dan kasar pada pipi, ekstremitas atas
dan bawah.
5. Motorik

34
a. massa otot : tidak terdapat perubahan bentuk otot
b. tonus otot : terdapat tahanan pasif pada kedua sendi
6. Refleks
Refleks biceps (++/++), triceps (++/++), brachioradialis (++/++), achiless
(++/++), babinsky (--/--), refleks abdominalis (-).
3.1.5 Pengkajian Risiko jatuh
No Risiko Nilai Skor
1 Riwayat jatuh yang baru atau dalam bulan Tidak 0 0
terakhir Ya 25
2 Diagnosis Medis-Sekunder >1 Tidak 0 0
Ya 15
3 Alat bantu jalan : 0
• Bed rest/ dibantu perawat 0
• Penopang, tongkat/walker 15
• Furnitur 30
4 Memakai terapi heparin lock/IV Tidak 0 0
Ya 20
5 Cara berjalan/berpindah 0
• Normal/bed rest/imobilisasi 0
• Lemah 10
• Terganggu 20
6 Status Mental 0
• Orientasi sesuai kemampuan diri 0
•Lupa keterbatasan diri 15
Total skor 0
Pasien tidak berisiko (0-24)/ risiko rendah-sedang (25-
45)/risiko tinggi (<45) Hasil : klien tidak beresiko jatuh

3.1.6 Data penunjang


a. Hasil laboratorium
Hasil Normal Satuan
Haemoglobin 10.4 12-16 gr%
(Hb)

35
Leukosit 3,81 3,8-10 rb/mm³
Hematokrit (Ht) 33 35-47 %
Trombosit 505.000 150-440 rb/mm³
Ureum 26 15-50 mg/dl
Kreatinin 0,50 0,5-0,9 mg/dl
Kalium 2,9 3,6-5,5 m eq/l
b. Therapy
O² Nasal kanul 41 pm
IUFD Tutofusin : Bfluid 1:2
Inj.leftriaxone 1x2
Inj zistic 1x500mg
Inj babaxa 1x1
Inj nanitidine 2x1
n.asetyl 2x200mg
clionelic infur

3.1.7 ANALISA DATA

No Data Senjang Masalah Penyebab


1 DS : Pola nafas tidak Hambatan upaya
- Ayah Pasien mengatakan efektif nafas
pasien sesak nafas dan
batuk.

36
- Ayah Pasien mengatakan
saat beraktivitas pasien
mudah sesak.
DO :
- Pasien tampak
menggunakan alat bantu
pernapasan.
- Respirasi 28x/menit.
- TD : 120/70 Mmhg.
- S : 36,6 C
- N : 110x/menit
- Terpasang oksigen 2 liter
2 DS : Intoleransi aktivitas Kelemahan
- Ayah Pasien mengatakan
saat beraktivitas pasien
mudah sesak.
DO :
- Pasien tampak lemah.
- Pasien saat beraktivitas
dibantu oleh keluarga.
3 DS : Nyeri akut Agen pencedera
- Ayah Pasien mengatakan fisiologis
pasien nyeri didaerah
pinggang.
- Nyeri seperti di tusuk-
tusuk.
DO :
P: nyeri pinggang saat
beraktifitas berat
Q: nyeri seperti tertusuk-

37
tusuk.
R: Di pinggang
S: Skala Nyeri 3
T: waktu 4 jam

3.1.8 DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN MASALAH

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal paraf


ditemukan dipecahkan
1 Pola nafas tidak efektif 24 Juli 2021 Perawat
berhubungan dengan
hambatan upaya nafas
2 Intoleransi aktivitas 24 Juli 2021 Perawat
berhubungan dengan
kelemahan
3 Nyeri akut berhubungan 24 Juli 2021 Perawat
dengan agen pencedera
fisiologis

3.1.9 PERENCANAAN
Perencanaan
Diagnosa
No Tujuan & Intervensi Rasional
Keperawatan
Kriteria Hasil
1 Pola nafas Setelah Manajemen Jalan
tidak efektif dilakukan Nafas (SIKI,

38
berhubungan tindakan I.01011).
dengan keperawatan Observasi :
hambatan selama 24 jam 1. Monitor pola 1. Mengetahui
upaya nafas diharapkan nafas tanda dan gejala
pola nafas (frekuensi, awal pola nafas
dapat kembali kedalaman, tidak efektif
dengan efektif usaha nafas).
dengan kriteria
hasil : 2. Monitor bunyi 2. Mengetahui
1. Dyspnea nafas tambahan adanya sumbatan
menurun (mis, gurgling, pada jalan nafas dan
menunjuk mengi, perkembangan
kan pola wheezing, status kesehatan
nafas ronkhi kering). pasien
normal
(efektif 3. Monitor 3. Mengetahui
RR : sputum (jumlah, produksi sputum
24x/menit). warna, aroma). yang dihasilkan
2. Penggunaa dan untuk
n otot nafas menegakkan
menurun. erapeutik : diagnosa
3. Frekuensi 4. Posisikan semi 4. Memberikan
nafas fowler atau posisi yang
membaik. fowler. nyaman untuk
pasien,
mengurangi
sesak nafas
5. Berikan 5. Membantu
minum hangat. mengencerkan
produksi sputum

39
6. Berikan 6. Memberikan
oksigen jika tambahan
perlu. oksigen dan
mengurangi
perburukan
Edukasi : keadaan
7. Anjurkan 7. -Mencukupi
asupan cairan jumlah
2000 ml/hari kebutuhan cairan
jika tidak ada klien untuk
kontra indikasi. mencegah
dehidrasi

8. Ajarkan teknik 8. Memudahkan


batuk efektif. pasien untuk dapat
mengeluarkan
Kolaborasi : sputum
9. Kolaborasi 9. Mengencerkan
pemberian sputum sehingga
bronkodilator, melancarkan saluran
ekspctorans, pernafasan
mukolitik, jika
perlu.
10. Pemantau 10. -Mengetahui
an Respirasi tanda dan gejala
(SIKI, 01014) awal pola nafas
Observasi : tidak efektif
11. Monitor 11. -Mengetahui
frekuensi , tanda dan gejala
irama, awal pola nafas

40
kedalaman dan tidak efektif dan
upaya nafas tanda perburukan
penyakit
12. -Monitor 12. -Membantu
pola nafas untuk
(seperti mengeluarkan
bradipneu, produksi sputum
takipneu,
hiperventilasi,
kusmaul,
cheyne-stokes,
biot, ataksik)

Edukasi :
13. jelaskan 13.Mengetahui
tujuan dan hasil keadaan pasien
pemantauan Untuk
menegakkan
diagnosa dan
mengetahui
perburukan dan
perkembangan
kondisi pasien

2 Intoleransi Setelah di 1.Kaji 1.Menetapkan


aktivitas lakukan kemampuan kemampuan atau
berhubungan tindakan klien dalam kebutuhan pasien
dengan keperawatan beraktivitas dan memudahkan
kelemahan 24 jam di pilihan intervensi

41
harapkan klien
dapat 2. Kaji respon 2. Mengetahui
melakukan pasien terhadap perkembangan
aktivitas aktivitas keadaan umum
bertahap klien
secara mandiri,
dengan kriteria 3. Ajarkan tehnik 3. Dapat
hasil : penghematan mengurangi
- Klien tidak energi penggunaan energi
mengalami dan membantu
kelemahan keseimbangan
- Klien dapat antara suplai antara
melaksanakan suplai dan
ADL dengan kebutuhan O2.
mandiri 4.Berikan 4. Kemajuan
dorongan untuk aktivitas bertahap
melakukan mencegah
aktivitas penurunan kerja
bertahap jika jantung tiba
dapat
ditoleransi dan
berikan bantuan
sesuai
kebutuhan.
3 Nyeri akut Tujuan : 1Ajarkan klien 1. Teknik relaksasi
berhubungan Setelah untuk melakukan dapatmenurunkan
dengan agen dilakukan teknik rileksasi. rasa nyeri
pencedera tindakan
fisiologis keperawatan 2. Kaji skala nyeri 2. Skala nyeri dapat
1x24 jam klien(0-10) menunjukan

42
diharapkan kualitas nyeri yang
nyeri pada dapat di rasakan
klien klien.
berkurang atau 3.Perhatikan 3. Klien mungkin
hilang dengan. isyarat verbal dan tidak secara verbal
Kriteria hasil: non verbal melaporkan nyeri
Pasien seperti: meringis, dan ketidak
mengetahui kaku, gerakan nyamanan secara
penyebab melindungi langsung
nyerinya.
- Pasien 4.Kaji tanda – 4.Pada klien
mengatakan tanda vital dengan gangguan
Nyeri sedikit (tekanan darah, nyeri menyebabkan
berkurang. respirasi, Nadi, gelisah serta
- Pasien Suhu) tekanan darah dan
mampu nadi meningkat
mendemonstra 5.Kolaborasi 5. Pemberian
sikan ulang pemberian analgesic dapat
teknik analgesik sesuai mengurangi nyeri.
relaksasi dan dengan advice
distraksi . dokter
- Pasien rileks
- Skala nyeri
berkurang 1-3
- waktu 2 jam

3.1.10 IMPLEMENTASI
no TGL/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI

43
JAM
1 Pola nafas 1. Melakukan Berdasarkan data yang
tidak efektif monitoring pola diperoleh dari
berhubungan nafas, yaitu : pembimbing 3
dengan mengukur S:
hambatan frekuensi, - Pasien mengatakan
upaya nafas kedalaman dan badan terasa lebih
usaha nafas pasien segar dan sesak
2. Melakukan berkurang
pemeriksaan fisik O:
terhadap pasien - Keadaan umum
melalui inspeksi, cukup
palpasi, perkusi - Kesadaran
dan auskultasi composmentis
3. Melakukan - GCS E4 V5 M6
monitoring sputum - Pasien masih tampak
pasien, melakukan sesak
anamnese kepada - Terpasang O2 nasal
pasien tentang 2 lpm
jumlah, warna dan - ADL pasien masih
bau dari sputum dibantu
pasien A : Masalah pola
nafas tidak efektif
belum teratasi
P: Lanjutkan
intervensi
- Manajemen jalan
nafas
- Pemantauan respirasi

44
2 Intoleransi Mengkaji S:
aktivitas kemampuan klien - Klien mengatakan
berhubungan dalam beraktivitas belum bisa
dengan Hasil : Aktivitas beraktivitas
kelemahan klien dibantu oleh - Klien mengatakan
perawat dan masih lemas
keluarga O : Klien masih
2. Mengkaji respon nampak lemah
pasien terhadap A : Masalah belum
aktivitas teratasi
Hasil : P : Intervensi
Klien mengatakan dilanjutkan
mudah lelah
apabila melakukan
aktivitas
3. Mengajarkan
tehnik
penghematan
energi
Hasil : Klien
memahami bahwa
untuk menghemat
energi maka
aktivitas klien
dibantu oleh
keluarga dan
perawat
4. Memberikan
dorongan kepada
klien untuk

45
melakukan
aktivitas secara
bertahap
Hasil : Klien masih
belum mampu
melakukan
aktivitas secara
mandiri
3 Nyeri akut Membina S Klien mengatakan
berhubungan hubungan saling nyeri pada pinggang
dengan agen percaya dengan O Klien tampak
pencedera pasien. meringis
fisiologis -Mengkaji nyeri A Masalah belum
secara teratasi
komprehensif. P : Intervensi
P: nyeri pinggang dilanjutkan
Q: nyeri seperti
tertusuk- tusuk.
R: Di pinggang
S: Skala 3
T: Saat beraktifitas
berat.
-Menganjurkan
mengurangi
aktivitas sebelum
tidur.
-Menganjurkan
klien untuk tidur
lebih awal.
-Anjurkan keluarga

46
untuk memberikan
tempat yang
nyaman bagi
pasien.

3.1.11 CATATAN PERKEMBANGAN


Tanggal DP CATATAN PERKEMBANGAN Nama dan
Paraf
13-06- 1 S : Ayah Pasien mengatakan badan pasien Perawat
2021 terasa lebih segar dan sesak berkurang
O:
- Keadaan umum cukup
- Kesadaran composmentis
- GCS E4 V5 M6
- Pasien masih tampak sesak
- Terpasang O2 nasal 2 lpm
- ADL pasien masih dibantu
- Tanda – tanda vital :
- Respirasi 28x/menit.
- TD : 120/70 Mmhg.
- S : 36,6 C
- N : 110x/menit
A : Masalah pola nafas tidak efektif belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Manajemen jalan nafas
- Pemantauan respirasi
13-06- 2 S: Perawat
2021 - Ayah pasien mengatakan pasien belum
bisa beraktivitas

47
- Ayah pasien mengatakan pasien
masih lemas
O : Klien masih nampak lemah
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
13-06- 3 S : Ayah pasien mengatakan pasien nyeri Perawat
2021 pada pinggang
O Klien tampak meringis
A Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

` 4.1.1 Identitas Pasien

Berdasarkan studi literatur ini di dapatkan hasil identitas pasien


sebagai berikut:

No Karakteristik An T
1 Umur 5 Tahun
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Agama Islam
4 Pendidikan Belum sekolah
5 Alamat Jl.Griya Randik
6 Suku Indonesia
7 No Medrek 201290
8 Diagnose Medik Efusi Pleura

Berdasarkan tabel identitas pasien diatas yang digunakan dalam studi


kasus ini adalah seorang An T berusia 5 tahun, berjenis kelamin perempuan,

48
beragama islam, , pasien bertempat tinggal di Jl. Griya Randik pasien dirawat
di RSUD Sekayu dengan no medrek 201290, dan pasien di diagnosa medis
efusi pleura.

Efusi pleura dapat menyerang semua usia, status ekonomi yakni


tempat tinggal sangat mempengaruhi penyakit ini terutama didahului
pneumonia, tuberculosis paru, sering di temukan pada daerarah dengan
penduduk yang padat dan sanitasi lingkungan yang kurang baik.

4.1.2 Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Efusi Pleura.

Berdasarkan hasil pengkajian dari pasien An T mengalami efusi


pleura. Pada saat pengkajian pasien mengalami sesak nafas. Sesak dirasakan
terasa berat jika klien melakukan aktivitas, sesak berkurang jika klien pada
posisi setengah duduk, sesak dirasakan biasa saja di daerah dada, dan pasien
juga merasa sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit klien telah merasakan
perut nyeri dan membesar.

4.1.3 Diagnosa Keperawatan

Untuk diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien efusi


pleura adalah:

1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya


nafas
2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

Menurut diagnose diatas diketahui bahwa pasien memilik diagnosa


keperawatan prioritas yaitu Pola napas tidak efektif berhubungan dengan
hambatan upaya nafas. Pada responden efusi pleura dapat terjadi pola nafas
tidak efektif yang di sebabkan karena adanya infeksi (TBC, pneumonia, dan
lain-lain), kemudian terjadinya pmbentukan cairan yang berlebihan.

49
Berdasarkan hasil studi literatur ini bahwa infeksi dapat
mengakibatkan pembentukan cairan berlebih, sehingga terjadilah efusi pleura.

4.1.4 Intervensi Keperawatan

Berdasarkan studi literatur ini di dapatkan hasil Intervensi keperawatan


sebagai berikut:

1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya


nafas.
Intervensi :
a. Manajemen Jalan Nafas (SIKI, I.01011).
Observasi :
1) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
nafas).
2) Monitor bunyi nafas tambahan (mis, gurgling,
mengi, wheezing, ronkhi kering).
3) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma).
Terapeutik :
1) Posisikan semi fowler atau fowler.
2) Berikan minum hangat.
3) Berikan oksigen jika perlu.
Edukasi :
1) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak ada
kontra indikasi.
2) Ajarkan teknik batuk efektif.
Kolaborasi :

50
1) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspctorans,
mukolitik, jika perlu.
2) Pemantauan Respirasi
b. (SIKI, 01014)
Observasi :
1) Monitor frekuensi , irama, kedalaman dan upaya
nafas
2) Monitor pola nafas (seperti bradipneu, takipneu,
hiperventilasi, kusmaul, cheyne-stokes, biot,
ataksik)
Edukasi :
Jelaskan tujuan dan hasil pemantauan
2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Intervensi :
a. Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas
b. Kaji respon pasien terhadap aktivitas
c. Ajarkan tehnik penghematan energi
d. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas bertahap jika
dapat ditoleransi dan berikan bantuan sesuai kebutuhan.

3 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis


Intervensi :
a. Ajarkan klien untuk melakukan teknik rileksasi.
b. Kaji skala nyeri klien(0-10)
c. Perhatikan isyarat verbal dan non verbal seperti: meringis,
kaku, gerakan melindungi
d. Kaji tanda –tanda vital (tekanan darah, respirasi, Nadi,
Suhu)
e. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai dengan advice
dokter

51
4.1.5 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi keperawatan pada An T
sesuai dengan intervensi yang telah di buat sebelumnya :
Hari pertama di lakukan yaitu pada tanggal 13 Juni 2021 yatu : Diagnosa
Keperawatan 1 : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas. Implementasi :pada pukul 13:35 yang pertama melakukan monitoring pola
nafas, yaitu : mengukur frekuensi, kedalaman dan usaha nafas pasien, yang kedua
Melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi dan yang ketiga Melakukan monitoring sputum pasien, melakukan
anamnese kepada pasien tentang jumlah, warna dan bau dari sputum pasien.
Diagnosa Keperawatan 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Implementasi : pada pukul 14:00 yang pertama mengkaji kemampuan klien dalam
beraktivitas, yang kedua Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas, yang ketiga
mengajarkan teknik penghematan energy dan yang keempat memberikan dorongan
kepada klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap. Diagnosa Keperawatan 3 :
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis. Implementasi : pada
pukul 16:00 yang pertama melakukan membina hubungan saling percaya dengan
pasien, mengkaji nyeri secara komprehensif., yang kedua menganjurkan mengurangi
aktivitas sebelum tidur, yang ketiga menganjurkan klien untuk tidur lebih awal, dan
yang keempat anjurkan keluarga untuk memberikan tempat yang nyaman bagi pasien.
4.1.6 Evaluasi
Evaluasi keperawatan di lakukan setelah melakukan tindakan keperawatan.
Evaluasi tindakan keperawatan yang di lakukan pada diagnosa keperawatan

52
pertama : Pasien mengatakan badan terasa lebih segar dan sesak berkurang,
Terpasang O2 nasal 2 lpm, dan TTV : TD : 158/91 mmHg N : 78 x/mnt S : 36,6°C
RR : 28x/mnt SpO2 98%. Evaluasi keperawatan untuk diagnose keperawatan
kedua : Klien mengatakan belum bisa beraktivitas, dan klien mengatakan masih
lemas. Evaluasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan ketiga : Klien
mengatakan nyeri pada pinggang, dan klien tampak meringis.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien An.T dengan Efusi pleura
di Ruang Penyakit dalam Ruang 3 dengan pendekatan proses keperawatan, maka
penulis dapat menarik beberapa kesimpulan.
1) Tahap pengkajian
Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa penyebab Efusi pleura pada klien An.T
adalah karena penyakit Jantung. Pada riwayat kesehatan lalu klien pernah
mengalami penyakit jantung. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan klien
lemah, suhu tubuh panas dan sesak nafas.
2) Diagnosa keperawatan
Masalah keperawatan yang terjadi pada klien An.T berdasarkan hasil pengkajian
yaitu gangguan oksigenasi: ventilasi, gangguan rasa nyaman : nyeri, gangguan
mobilisasi fisik, gangguan keseimbangan suhu tubuh, resiko terjadinya infeksi
3) Perencanaan keperawatan
Pada tahap perencanaan penulis membagi menjadi 3 kategori yaitu
mengobservasi keadaan umum, tindakan keperawatan, pendidikan kesehatan
atau anjuran dan tindakan kolaborasi.perencanaan yang paling utama pada An.T
adalah memenuhi oksigenasi yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan, waktu dan
criteria yang ingin dicapai.
4) Implementasi keperawatan

53
Penulis melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah
ditetapkan, sebagian intervensi tersebut dapat dilaksanakan berkat dukungan dari
klien, keluarga dan perawat ruangan yang bertugas menangani kasus tersebut.
5) Evaluasi keperawatan
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan selama 1 hari masalah yang
dirumuskan sebagian masih belum teratasi.

1.2 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi Poltekkes Kemenkes Palembang jurusan D III Keperawatan dapat
memberikan wawasan dan bahan bacaan untuk mahasiswa D III Keperawatan.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit dapat meningkatkan dan mempertahankan
kualitas pemberian asuhan keperawatan yang berfokus kepada pasien.
3. Bagi Pasien Dan Keluarga
Dapat saling bekerjasama di dalam tgindakan asuhan keperawatan guna
untuk mengobtimalkan proses keperawatanb dan diharapkan pasien mampu
nmenerapakan implementasi yang telah dianjurtkan secara mandiri dan bisa
dibantu oleh keluarga.

54
DAFTAR FUSTAKA

Abu, Efeni. 2008. Gambaran Penderita Efusi Pleura di Bangsal Paru RS Dr. M.
Djamil Periode 2005-2007.

Alsagaff, Hood dan Mukty A. 2008. Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Surabaya:
Airlangga University Press. pp: 143-154

Antunes G, Neville E, Duffy J, and Ali N. 2003. BTS Guidelines for the management
of malignant pleural effusion. Thorax. 58 (Suppl II): ii29-ii38

Begg CB, Cramer LD, and Hoskin. 2003. An Referal Pattern for Patient with Breast
Cancer. National English Journal Medical. 349: 2117-2127

Boylan AM and Broaddus V Courtney. 2010. Pleural disease. Breathing in America:


Disease, Progress, and Hope. 145-154

Simanjuntak, ES. 2014. Efusi pleura kanan yang disebabkan oleh carsinoma mammae
dextra metastase ke paru. Medula. Vol. 2

Sudoyo, Aru W. 2006. Kelainan Paru. Dalam: Halim Hadi. Dasar-dasar ilmu penyakit
dalam. Vol. 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

55

Anda mungkin juga menyukai