Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN HEPATITIS

NAMA : Muhammad Komaruzaman

NIM : 200512036

STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA

Jl. Kubah Putih No.7 RT 001/014 Kel, Jatibening Kec. Pondok Gede

Kota Bekasi
LAPORAN PENDAHULUAN
HEPATITIS

A. DEFINISI

 Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi
terhadap virus, obat atau alkohol (FKAUI, 2006).
 Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
klinis, biokimia serta seluler yang khas (Wening Sari, 2008).
 Hepatitis merupakan suatu peradangan hati yang dapat disebabkan
olehinfeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada
kanker hati (Corwn Elizabeth J, 2001).
 Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis
dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan
perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas. Hepatitis virus
yang sudah teridentifikasi secara pasti adalah hepatitis A, B, C, D dan
E. Hepatitis A dan E mempunyai cara penularan yang serupa (jalur
vekal-oral) sedangkan hepatitis B, C dan D mempunyai banyak
karakteristik yang sama (Smeltzer Suzanne C 2002).
B. ETIOLOGI
1.    Hepatitis A
Nama virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen virus RNA untai
tunggal dan disebabkan oleh virus RNA dari famili enterovirus serta dapat terjadi
pada usia anak-anak & dewasa muda. Cara penularan fekal-oral, makanan,
penularan melalui air, parenteral (jarang), seksual (mungkin) dan penularan
melalui darah. Masa inkubasi 15-45 hari, rata-rata 30 hari pada usia anak-anak
dan dewasa muda. Resiko penularan pada sanitasi buruk, daerah padat seperti
rumah sakit, pengguna obat, hubungan seksual dengan orang terinfeksi dan daerah
endemis. Tanda dan gejala dapat terjadi dengan atau tanpa gejala, sakit mirip flu.
Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 nm yang dapat
dideteksi didalam feses pada masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya kadar
antibodi IgM anti-HAV meningkat tajam, sehingga memudahkan untuk
mendiagnosis secara tepat adanya suatu inveksi HAV. Setelah masa akut antibodi
IgG anti-HAV menjadi dominan dan bertahan seterusnya hingga menunjukkan
bahwa penderita pernah mengalami infeksi HAV di masa lampau da memiliki
imunitas sedangkan keadaan karier tidak pernah ditemukan.
Manifestasi kliniknya banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa gejala.
Ketika gejalanya muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas dan
anoreksia yang terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak atau akibat
kegagalan sel hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang
abnormal. Gejala dispepsia dapat ditandai dengan rasa nyeri epigastium,mual,
nyeri ulu hati dan flatulensi. Semua gejala akan hilang setelah fase ikterus.

2.    Hepatitis B
Nama virusnya HBV/Hepatitis serum dengan agen virus DNA
berselubung ganda yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularannya
parenteral (fekal-oral) terutama melalui darah, kontak langsung, kontak seksual,
oral-oral dan perinatal. Masa inkubasinya 50-180 hari dengan rata-rata 60-90 hari.
Resiko penularan pada aktivitas homoseksual, pasangan seksual multipel,
pengguna obat melalui suntikan IV, hemodialisis kronis, pekerja layanan
kesehatan, tranfusi darah dan bayi lahir dengan ibu terinfeksi. Bisa terjadi tanpa
gejala akan tetapi bisa timbul atralgia dan ruam. Dapat juga mengalami penurunan
selera makan, dispepsia, nyeri abdomen, pegal-pegal menyeluruh, tidak enak
badan dan lemah. Apabila ikterus akan disertai dengan tinja berwarna cerah dan
urin berwarna gelap. Hati penderita akan terasa nyeri tekan dan membesar hingga
panjangnya mencapai 12-14 cm, limpa membesar dan kelenjar limfe servikal
posterior juga membesar.
Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel
HbcAg, HbsAg, HbeAg dan HbxAg. Virus ini mengadakan replikasi dalam hati
dan tetap berada dalam serum selama periode yang relatif lama sehingga
memungkinkan penularan virus tersebut.

3.    Hepatitis C
Nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan agen virus RNA
untai tunggal yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama melalui
darah hubungan seksual dan perinatal. Masa inkubasinya 15-160 hari dengan rata-
rata 50 hari. Resiko penularannya pada pengguna obat suntik, pasien hemodialisis,
pekerja layanan keehatan, hubungan seksual, resipien infeksi sebelum Juli 1992,
resipien faktor pembekuan sebelum tahun 1987 dan bayi yang lahir dari ibu
terinfeksi.
HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter 50-60 nm.
Pemeriksaan imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV banyak
menghasilkan negatif-palsu sehingga digunakan pemeriksaan rekombinan
suplemental (recombinant assay, RIBA).

4.    Hepatitis D
Nama virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta) dengan agen virus
RNA untai tunggal, dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama darah
tapi sebagian melalui hubungan seksual dan parenteral. Masa inkubasinya 30-60
hari, 21-140 hari rata-rata 40 hari yang terjadi pada semua usia. Resiko penularan
pada pengguna obat IV, penderita hemovilia dan resipien konsentrat faktor
pembekuan.
Hepatitis D terdapat pada beberapa kasus hepatitis B. Karena memerlukan
antigen permukaan hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya penderita hepatitis
B yang beresiko terkenahepatitis D. Antibodi anti-delta dengan adanya BBAg
pada pemeriksaan laboratorium memastikan diagnosis tersebut.  Gejala hepatitis
D serupa hepatitis B kecuali pasiennya lebih cenderung untuk menderita hepatitis
fulminan dan berlanjut menjadi hepatitis aktif yang kronis serta sirosis hati.

5.    Hepatitis E
Nama virusnya RNA HEV/agen penyebab utama untuk NANBH dengan
agen virus RNA untai tunggal tak berkapsul. Cara penularan fekal-oral dan melali
air, bisa terjadi pada dewasa muda hingga pertengahan. Masa inkubasinya 15-60
hari, rata-rata 40 hari. Resiko penularannya pada air minum terkontaminasi dan
wisatawan pada daerah endemis.
HEV merupakan suatu virus rantai tunggal yang kecil berdiameterkurang
lebih 32-34 nm dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis hepatitis non-A, non-B,
pemeriksaan serologis untuk HEV menggunakan pemeriksaan imun enzim yang
dikodekan khusus.

Hepatitis Toksik
Mendapat riwayat pajanan atau kontak dengan zat-zat kimia, obat atau
preparat lain yang bersifat hepatotoksik. Gejala yang dijumpai adalah anoreksia,
mual dan muntah. Pemulihan cepat apabila hepatotoksin dikenali dandihilangkan
secara dini atau kontak dengan penyebabnya terbatas. Terapi ditujukan pada
tindakan untuk memulihkan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit, penggantian darah, memberikan rasa nyaman dan tindakan pendukung.

Hepatitis yang Ditimbulkan oleh Obat


Setiap obat dapat mempengaruhi fungsi hati namun obat yang paling
berkaitan denagn cedera hati tidak terbatas pada obat anastesi tapi mencakup obat-
obat yang dipakai untuk mengobati penakit rematik seta muskuloskletal, obat anti
depresan,, psikotropik, antikonvulsan dan antituberkulosis.

C. PATOFISIOLOGI

Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai
darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal
pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar
ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya,
sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan
digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar
klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan
suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak
nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya
rasa mual dan nyeri di ulu hati.
            Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal,
tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka
terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga
terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna
dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel
ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi
(bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin
direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran
dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
          Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat
(abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi
ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna
gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-
garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
D. MANIFESTASI KLINIS

1.  Masa tunas


     Virus A                             :15-45 hari (rata-rata 25 hari)
     Virus B                             :40-180 hari (rata-rata 75 hari)
     Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)   

2.  Fase Pre Ikterik


Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus
berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea,
vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal
terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu
badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri
persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.

3.  Fase Ikterik


Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu
badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus
meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14
hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas
capai dirasakan selama 1-2 minggu.

4.  Fase penyembuhan


Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di
ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah
timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa
segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

E. KOMPLIKASI

1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan


oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut
ensefalopati hepatik.
2. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis
hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
3. Komplikasi yang sering adalah sesosis, pada serosis kerusakan sel hati
akan diganti oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan,
semakin beras jaringan parut yang terbentuk dan semakin berkurang
jumlah sel hati yang sehat
4. Hepatoma
F. PENATALAKSANAAN MEDIS

a.    Pencegahan
1)    Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam bulan sebaiknya
tidak menjadi donor darah karena dapat menular melalui darah dan
produk darah.
2)    pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa
memberi pengaruh yang baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml / kg BB,
intramuskular.
b.    Obat-obatan
1)    Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa dimana
ada reaksi imun yang berlebihan.
2)    Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
3)    Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
4)    Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr
intravena.
5)    Roboransia.
6)    Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)
7)    Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.
8)    Infus glukosa 10% 2 lt / hr.
c.    Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
d.    Jika penderita tidak napsu makan atau muntah – muntah sebaiknya di
berikan infus glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan makanan
yang cukup
e.    Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat – obatan
yang mengubah susunan feora usus, isalnya neomisin ataukanamycin
samapi dosis total 4-6 mg / hr. laktosa dapat diberikan peroral, dengan
pegangan bahwa harus sedemikian banyak sehingga Ph feces berubah
menjadi asam.

G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a. Tirah baring dan selanjutnya aktivitas pasien dibatasi sampai
gejalapembesaran hati kenaikan bilirubin kembali normal.
b.    Nutrisi yang adekuat
c.    Pertimbangan psikososial akibat pengisolasian dan pemisahan dari
keluarga sehingga diperlukan perencanaan khusus untuk meminimalkan
perubahan dalam persepsi sensori.
d.    Pengendalian dan pencegahan

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
N Diagnosa NOC NIC
O keperawa
tan
1 Nyeri NOC : NIC :
akut v  Pain Level, Pain Management
berhubunv  Pain control,
gan v  Comfort level  Lakukan pengkajian nyeri
dengan secara komprehensif
angen Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
injuri  Mampu mengontrol nyeri (tahu karakteristik, durasi,
biologis penyebab nyeri, mampu frekuensi, kualitas dan faktor
menggunakan tehnik nonfarmakologi presipitasi
untuk mengurangi nyeri, mencari  Observasi reaksi nonverbal
bantuan) dari ketidaknyamanan
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang  Gunakan teknik komunikasi
dengan menggunakan manajemen terapeutik untuk mengetahui
nyeri pengalaman nyeri pasien
 Mampu mengenali nyeri (skala,  Kaji kultur yang
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) mempengaruhi respon nyeri
 Menyatakan rasa nyaman setelah  Evaluasi pengalaman nyeri
nyeri berkurang masa lampau
 Tanda vital dalam rentang normal  Evaluasi bersama pasien dan
tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol
nyeri masa lampau
 Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
 Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi
nyeri
 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
 Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

2 Ketidakse NOC : NIC :


imbangan Nutritional Status ; food and fluid intake Nutrition Management
nutrisi
kurang Kriteria Hasil :  Kaji adanya alergi makanan
dari  Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuha  Adanya penngkatan berat badan untuk menentukan jumlah kalori
n tubuh sesuai dengan tujuan dan nutrisi yangdibutuhkan
berhubun  Berat badan ideal sesuai dengan pasien
gan tinggi badan  Anjurkan pasien untuk
dengan  Mampu mengidentifikasi kebutuhan meningkatkan intake Fe
tidak nutrisi  Anjurkan pasien untuk
mampu  Tidak ada tanda-tanda malnutrisi meningkatkan protein da vitamin
dalam  Tidak terjadi penurunan berat badan C
memasuk yang berarti  Berikan substansi gula
kan,  Yakinkan diet yang dimakan
mencerna mengandung tinggi serat untuk
, mencegah konstipasi
mengabs  Berikan makanan yang terpilih
orbsi  Ajarkan pasien bagaimana
makanan membuat catatan makaan harian
karena  Monitor julahnutrisi dan
faktor kandungan kalori
biologi.  Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuanpasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

 Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas normal
 Monitor adanya penurunan
beratbadan
 Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
 Monitor lingkungan selama
makan
 Jadwalkan pengobatan
datindakan tidak selama jam
makan
 Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut
kusam dan mudah patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin, total
protein, Hb dan kadar Ht
 Montor makanan esukaan
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan dan
kekeringan jaringan konjungtiva
 Monitor kalori dan intake nutrisi
 Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan
cavitas oral
 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
3 Hiperter NOC : Thermoregulation NIC :
mia Fever treatment
berhubun Kriteria Hasil :
gan  Suhu tubuh dalam rentang normal  Monitor suhu sesering mungkin
dengan  Nadi dan RR dalam rentang normal  Monitor IWL
proses  Tidak ada perubahan warna kulit dan  Monitor warna dan suhu kulit
penyakit tidak ada pusing, merasa nyaman  Monitor tekanan darah, nadi
dan RR
 Monitor penurunan tingkat
kesadaran
 Monitor intake dan output
 Berikan cairan intravena
 Kompres pasien pada lipat paha
dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara

Temperature regulation
 Monitor suhu minimal tiap 2
jam
 Monitor tanda-tanda hipertermi
dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi

Vital sign Monitoring

 Monitor TD, nadi, suhu, dan


RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor Vital Sign saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

4 Intoleran NOC : NIC :


si v  Energy conservation Energy Management
aktivitasv  Self Care : ADLs
berhubun  Observasiadanyapembatasankli
gan KriteriaHasil : endalammelakukanaktivitas
dengan  Dorong anal untuk
kelelahan  Berpartisipasidalamaktivitasfisiktanp mengungkapkan perasaan
adisertaipeningkatantekanandarah, terhadap keterbatasan
nadi dan RR  Kajiadanya factor yang
 Mampu melakukan aktivitas sehari menyebabkankelelahan
hari (ADLs) secara mandiri  Monitor nutrisi  dan sumber
energi tangadekuat
 Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
 Monitor responkardivaskuler 
terhadapaktivitas
 Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien

Activity Therapy

 Kolaborasikandengan Tenaga
RehabilitasiMedikdalammerenc
anakanprogranterapi yang tepat.
 Bantu
klienuntukmengidentifikasiakti
vitas yang mampudilakukan
 Bantu
untukmemilihaktivitaskonsisten
yangsesuaidengankemampuanfi
sik, psikologi dan social
 Bantu untukmengidentifikasi
dan mendapatkansumber yang
diperlukanuntukaktivitas yang
diinginkan
 Bantu
untukmendpatkanalatbantuanak
tivitassepertikursiroda, krek
 Bantu
untumengidentifikasiaktivitas
yang disukai
 Bantu
klienuntukmembuatjadwallatiha
ndiwaktuluang
 Bantu
pasien/keluargauntukmengident
ifikasikekurangandalamberaktiv
itas
 Sediakanpenguatanpositifbagi
yang aktifberaktivitas
 Bantu
pasienuntukmengembangkanmo
tivasidiri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emoi,
social dan spiritual

5 Resiko NOC : NIC :


kerusaka Tissue Integrity : Pressure Management
n Skin and Mucous Membranes
integritas  Anjurkanpasienuntukmengguna
kulit KriteriaHasil : kanpakaian yang longgar
berhubun  Hindarikerutanpadaatempattidu
gan  Integritaskulit yang r
dengan baikbisadipertahankan  Jaga kebersihankulit agar
pruritus  Melaporkanadanyagangguansensasia tetapbersih dan kering
taunyeri pada daerahkulit yang  Mobilisasipasien
Batasan mengalamigangguan (ubahposisipasien) setiapdua
karakteris  Menunjukkanpemahamandalam jam sekali
tik : proses perbaikankulit dan  Monitor
 Gang mencegahterjadinyasederaberulang kulitakanadanyakemerahan
guan  Mampumelindungikulit dan  Oleskan lotion
pada mempertahankankelembabankulit atauminyak/baby oil pada derah
bagia dan perawatanalami yang tertekan
n  Monitor aktivitas dan
tubuh mobilisasipasien
 Kerus  Monitor status nutrisipasien
akan
 Memandikanpasiendengansabu
lapisa
n dan air hangat
n
kulit
(derm
is)
 Gang
guan
perm
ukaan
kulit
(epid
ermis
)

DAFTAR PUSTAKA

Corwm, Elizabeth J,2001, Buku Saku Patofisiologi; alih bahasa Brahm U. Pendit...(et.
Al.) ; Editor Endah P, Jakarta : EGC

Johnson Marion, dkk, 2000, Nursing Out Come Classification (NOC).


Mansjoer A., dkk, 2005, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Jakarta, Media
Aesculapius.

Mc. Closkey, Joanne Mc., Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby.

Price, Sylvia Anderson, 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proes-proses Penyakit.;


alih bahasa, Brahm U. Pendit…(et. Al.) edisi 6, Jakarta : EGC

Priharjo Robert, 2006, Pengkajian Fisik Keperawatan, Jakarta, EGC.

Ralph Sheila Sparh S., dkk, Nursing Diagnosis : Definition & Classification 2005-
2006, NANDA International.

Suddarth & Brunner, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume
2, Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai