Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PBL PENYAKIT DALAM KELUARGA

MODUL 2

TUTOR PEMBIMBING:

dr. Rezky Putri Indarwati Abdullah, M.Kes, MARS.

Disusun oleh :
Kelompok 9A
Mardhiyanto Azhary Putra 11020180094
Zulfianti Tamsil 11020180001
Nurul Hidayah Madani 11020180019
Ammar Burhanuddin 11020180025
Muhammad Rias Sukiman 11020180037
Muhammad Alief Harun 11020180043
Muhammad Syahidul Haq Nurdin 11020180061
Muhammad Ardiansyah Paputungan 11020180067
Muhammad Sukri 11020180084
Nita Bonita 11020180003
Wira Dharma Pratiwi 11020180109

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
LAPORAN KASUS PENYAKIT INFEKSI

MALARIA

KASUS I

Nona E. adalah seorang pelajar berusia 17 tahun, ia datang ke puskesmas karena merasa tidak
enan badan dan sudah 3 hari ini merasa demam dan meriang namun hanya pada malam hari,
pasien mengatakan bahwa ia memiliki kebiasaan bergadang. pasien juga menginformasikan jika
orang tuanya berprofesi sebagai peternak lele.

1. Data pasien yang di ambilsaat di PKM


A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Nn. E
2. Umur : 17 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Pelajar
6. Alamat : Kelurahan Paccerakkang, Kecamatan
Biringkanaya,
Makassar
7. Status : Belum Menikah
8. Tanggal Pemeriksaan : 06 Juni 2021

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Demam Tinggi
2. Anamnesis Terpimpin :
- Demam dirasakan sejak 3 hari sebelum pemeriksaan,
- Durasi demam tidak menetap, demam naik turun.
- Demam tinggi pada malam hari
3.Keluhan Penyerta :
- Menggigil pada malam hari
- Keringat dingin
- Lemah, letih, lesuh
- Mual dan muntah
4.Head to Toe :
- Pusing (+)
- Sakit kepala (+)
- Mata berkunang – kunang (+)
- Nyeri menelan (-)
- Batuk (-)
- Sesak (+)
- Nyeri dada (-)
- Nyeri Perut (-)
- Mual dan Muntah (+)
- BAB Lancar
- BAK Lancar
5.Riwayat Penyakit sebelumnya :
- DBD (-)
- Malaria (-)
6.Riwayat Penyakit Sebelumnya
7.Riwayar Penyakit Keluarga : Diabetes
8.Riwayat Kebiasaan :
- Bergadang
- Kuliah
9.Riwayat Perjalanan : (+) Riwayat perjalanan 6 hari sebelum ke puskesmas,
perjalanan ke rumah nenek, nenek riwayat pekerjaan sama dengan ayah, sebagai peternak
lele)
10. Riwayat Konsumsi Obat : (+) -> Minum obat
C. PEMERIKSAAN FISIS
1. Tinggi badan : 156 cm
2. Berat badan : 50kg
3. Tanda Vital :
- TD : 100/80 mmHg
- Nadi : 120x/menit
- Pernapasan : 20x/menit
- Suhu : 37,3oC
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Apusan darah -> (-) Tidak ada

E. DIAGNOSIS :
- Malaria

F. PENATALAKSANAAN
 Pengobatan Farmakologi :
- Obat Anti Malaria (OAM)
 Pengobatan Non Farmakologi
- Edukasi pasien dan keluarga pasien untuk menjaga kesehatan lingkungan dan
selalu menggunakan pembasmi serangga atau kelambu.

2 Data hasil Kunjungan Rumah Pasien


- Keluhan : Demam dan Menggil pada malam hari
- Pemeriksaan Tanda Vital :
 TD : 100/80 mmHg
 Nadi : 110x/menit
 Pernapasan : 20x/menit
 Suhu : 37,0oC
Analisa Kasus :

A. KarakteristikDemografiKeluarga

N L/ Penderita
Nama Kedudukan Umur Pendidikan Pekerjaan
o P Klinik Ket
Wirausaha
Kepala SMA/
1 Bpk. A L 45 (Peternak Diabetes
Keluarga SEDERAJAT
Lele)  
Mengurus
SMP/
2 Ny.S Istri P 40 Rumah -
SEDERAJAT
Tangga  

3 Tn. A Anak L 22 Belum Tamat S1 Mahasiswa -


 
Belum Tamat
4 Nn. E Anak P 17 SMA Pelajar -
/SEDERAJAT  
5 Tn. R Anak L 15 Belum Tamat Pelajar -  
SMP
/SEDERAJAT

B. Identitas Pasien
1. Nama : Ny. E
2. Umur : 17 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Pelajar
6. Alamat : Kelurahan Paccerakkang, Kecamatan Biringkanaya,
Makassar
7. Status : Belum Menikah
8. Tanggal Kunjungan : 11 Juni 2021

C. Penetapan Masalah Pasien :


1. Riwayat medis : Malaria
2. Riwayat penyakit keluarga : Ayah Diabetes (+)
Ibu (-)
Saudara Kandung (-)
3. Riwayat kebiasaan : Bergadang, membuka jendela kamar
4. Riwayat social ekonomi : Kebutuhan hari – hari tercukupi
5. Riwayat gizi : Terjadi penurunan berat badan sejak
Awal terkena penyakit hingga sekarang (50
Kg menjadi 45 Kg)
6. Diagnostik Holistik :

1. Aspek Personal

a) Alasan kedatangan : Suhu badan meningkat tajam pada malam


hari, disertai perasaan yang tidak enak dan
menggigil.
b) Kekhawatiran : Tubuh akan semakin lemah, demam akan
sulit diobati serta rasa meriang akan lebih
menjadi-jadi, dan penyakit akan semakin
parah.
c) Persepsi : Demam dan meriang muncul karena terlalu
capek dalam beraktifitas dan kebiasaan
bergadang
d) Harapan : Demam dan meriang dapat disembuhkan
serta badan akan kembali fit seperti semula.

2. AspekKlinik : Malaria

3. Aspek Risiko Internal : Pengetahuan yang kurang


tentangbahayanya air yang dibiarkan
tergenang dan pencegahan perkembang
biakan nyamuk sebagai host definitive dari
Plasmodium yang merupakan parasit
penyebab malaria.

4. Aspek Risiko Eksternal

a) Lingkungan tempat tinggal :Keadaan rumah dengan air


tergenang, baik pada air didalam
rumah yang digunakan sebagai
kebutuhan sehari-hari maupun air
diluar rumah yang berasal dari kolam
ikan lele disamping kamar pasien
b) Sosial ekonomi : Biaya hidup pasien ditanggung oleh
suaminya yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari hari.
D. Fungsi Keluarga

No Fungsi Isian

1. Biologis A. Anggota Keluarga


T 1 Bpk. A ( Kepala Keluarga)
2 Ny. S (Istri)
3 Tn. A (Anak)
4 Nn. E (Anak)
5 Tn. R (Anak)
Jadi, Bentuk keluarga pasien ini adalah Nuclear family (KeluargaInti)
B. Riwayat Melahirkan
 -
C. Penyakit yang pernah diderita
 Penyakit Menular:-
 Penyakit kronis : -
D. Penyakit yang diderita saat ini :Malaria
E. Riwayat pemakaian KB :-

2. Sosial A. Kedudukan sosial dalam masyarakat :Masyarakatbiasa


B. Keaktifan dalam kegiatan masyarakat :Sikap keluarga di tengah
masyarakat cukup baik. Dimana pasien dengan tetangganya saling
mengenal serta pasiensering berinteraksi dengan tetangganya.
3. Psikologis A. Penderita tinggal serumah dengan :Ayah, Ibu dan kedua Saudaranya
B. Hubungan antar anggota keluarga :Harmonis
C. Penyelesaian masalah dalam keluarga :Keluarga pasien selalu
melakukan diskusi bersama untuk menyelesaikan suatu masalah,
yang mana keputusan akhirnya akan diambil oleh ayah pasien
dengan pertimbangan kesepakatan keluarga, serta seluruh keluarga
selalu memberisolusidansemangatuntukkesembuhanpasien

4. Ekonomi A. Penghasilan utama keluarga dari : Ayah


dan B. Pekerjaan Penderita :Siswi SMA (Pelajar)
Pemenuhan C. Pekerjaan anggota keluarga lain :Ibu sebagai IRT, dan Saudara lain
Kebutuhan sebagai pelajar.
D. Sehari – hari makan dengan :Nasi, ikan, sayur, tempe
E. Biaya berobat: Gratis (Bpjs)

5. Penguasaan A. Keputusan penting keluarga dipegang oleh : Suami dan pendapat


Masalah keluarga inti lain
dan B. Cara menyelesaikan masalah dengan keluarga :
Kemampua Pasienselaluberdiskusidengan Keluarga untuk mencari
n eradaptasi penyelesaianmasalahbersama-sama
C. Hubungan dengan masyarakat sekitarnya: Pasien dengan
tetangganya saling mengenal serta pasien sering berinteraksi dengan
tetangganya.
E. Fungsi Fisiologis (Skor APGAR – Adaptation, Partnership, Growth, Affection,
Resolve)
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score adalah skor yang
digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota
keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score
meliputi:
1. Adaptation
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain,
serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang lain.
2. Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga
dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.
3. Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal – hal baru yang dilakukan anggota
keluarga tersebut.
4. Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.
5. Resolve

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang


dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain. Di mana jika jarang/tidak sama sekali
diberi nilai 0, kadang–kadang bernilai 1 dan sering/selalu diberi nilai 2

Terdapat interpretasi penilaian yaitu:


- < 3 menandakan disfungsi keluarga yang sangat tinggi
- 4-6 menandakan disfungsi keluarga sedang
- 7-10 menandakan tidak ada disfungsi keluarga
F. Fisiologis(APGAR Nn. E Terhadap Keluarga)

Nama Anggota Keluarga :Nn E Sering Kadang Jarang


Posisi dalam Keluarga :Anak ke-tiga dan saudara 2 1 0
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila 
saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan 
membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan 
mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan 
kasih sayang dan merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian , dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi 
waktu bersama- sama

Untuk Ny. P APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :


Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, Nn. E sering memecahkan masalah bersama
Keluarganya terutama Ayah, Ibu dan Saudara tertuanya.(Score :2)
Partnership : Nn. E selalu mendapatkan masukan masukan yang baik dari keluarga tanpa
menjatuhkan Nn.E. (Score :2)
Growth : Nn.E selalu berdiskusi bersama Keluarganya untuk mencoba sesuatu yang Ia
inginkan, dan selalu mendapatkan dukungan penuh
(Score :2)
Affection : Antar anggota keluarga saling mendukung, memperhatikan, dan menunjukkan
kasih sayang antara satu dengan lainnya.
(Score : 2)
Resolve : Nn. E selalu nyaman berada dalam rumah, serta selalu menyisihkan waktu yang
cukup untuk bersama keluarga (Score : 2)
Total APGAR score Nn. E = 10 (fungsi keluarga dalam keadaan
baikmenandakantidakadanyadisfungsikeluarga).
G. Fungsi Patologis (SCREEM- Social, Cultural, Religion, Education, Economic,
Medical)

Fungsi patologis dari keluarga Ny. P dinilai dengan menggunakan alat S.C.R.E.E.M
sebagai berikut :

SUMBER PATOLOGIS KET

Social Tidak Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya Baik

Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, dapat dilihat


Culture dari sikap pasien dan keluarga yang menghargai adat istiadat Baik
dalam kehidupan sehari-hari.

Religious Pemahaman terhadap ajaran agama baik Baik

Ekonomi keluarga hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan


Economic Baik
makan sehari-hari

Educational Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini cukup baik. Baik

Keluarga ini menganggap pemeriksaan rutin kesehatan sebagai Kuran


Medical
kebutuhan,. g

Kesimpulan:
Dalam keluarga pasien (Nn. E) terdapat satufungsi patologis yaitu Medical.
Pasien dan keluarga menganggap pemeriksaan rutin tidak terlalu penting dan
membutuhkan pembiayaan yang cukup mahal, sehingga mereka hanya melakukan
pemeriksaan ketika telah betul-betul sakit.

H. Struktur Keluarga (Genogram)


Keterangan :

= Laki –laki

= Perempuan

= Nn. E yang sakit Malaria

I. Pola interaksi keluarga

Informasi pada pola interaksi keluarga

Tn. A. Ny. S.
Anak 1 Anak 3
Tn. A
Tn. R

Anak 2
Nn. E.

Keterangan:

: Hubungan baik

J. Keadaan Rumah dan Lingkungan (foto)


1. Ukuran rumah
2. Ruang tamu
3. Ruang keluarga
4. 3 Kamar tidur
5. Kamar mandi/WC Umum
6. Dapur
7. Ventilasi rumah
8. Teras
Kamar tidur pasien ruang tamu

Kamar tidur 2 dapur

Ruang keluarga Kamar mandi/WC umum

Kolam lele dekat rumah

J. Denah Rumah
K. Daftar Masalah
- Masalah medis
Penderita adalah seorang pelajar kelas 3 SMA yang masih tinggal bersama
keluarga intinya. Awalnya Pasien pergi berobat ke Puskesmas Paccerakkanguntuk
mengobati keluhan Demam meriangnya namun dua hari kemudian pasien
mendatangi salah satu dokter praktik umum untuk memeriksa kembali karena
pada malam itu pasien mengalami demam yang tinggi, dokter di klinik umum
tersebut memberikan pasien tersebut rujukan untuk melakukan pemeriksaan
penunjang yaitu pemeriksaan Apusan darah, yang kemudian setelah hasilnya
keluar, pasien didiagnosis menderita Malaria. Pasien tidak memiliki riwayat
perjalanan kedaerah endemis Malaria, namun dari anamnesis didapatkan
informasi bahwa pasien memiliki lingkungan yang kurang sehat, karena didalam
rumah dan sekitar lingkungannya terdapat beberapa tempat genangan air
diantaranya kolam ikan lele yang berada persis disamping jendela kamar pasien,
Air keperluan sehari-hari didalam rumah pula sering ditampung dalam drum dan
dibiarkan tergenang, yang membuat dengan mudahnya jentik-jentik nyamuk
berkembang biak. Selain itu dengan kebiasaan bergadang membuat system imun
pasien menurun sehingga membuat inflamasi yang terjadi didalam tubuh pasien
terus diperparah.
- Masalah non medis
Nn. E, pasien PKM Paccerakkang dan orang tuanya masih kurang memiliki
pengetahuan tentang malaria, sehingga mereka tidak menaruh kewaspadaan pada
lingkungan mereka yang bisa dibilang kurang sehat karena banyaknya
nyamuk.Selain itu keluarga pasien yang tidak mengetahui pentingnya melakukan
pemeriksaan rutin serta selalu berganti-ganti dokter pemeriksa membuat membuat
penyakit tidak dapat diobservasi secara Komprehensif, Kontinu, Integratif,
holistic dan koordinatif.

EDUKASI

1. Pasien disarankan untuk beristirahat lebih sering serta mengurangi begadang pada
malam hari

2. Pasien dianjurkan untuk menggunakan pembasmi serangga dan kelambu jika didalam
rumah atau kamarnya terdapat banyak nyamuk

3. Pasien dan keluarga diminta untuk lebih sering mengganti dan menguras Bak mandi,
ember air, kolam ikan dll MALARIA
1. Definisi
4. Pasien dan keluarga digiatkan lagi untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah
maupun sekitar rumah
Malaria adalah penyakit yang menyerang sel darah merah disebabkan oleh parasit
plasmodium ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang
terinfeksi.Penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis seperti Afrika, Asia Tenggara,
Amerika Tengah dan Selatan.Terdapat 5 spesies parasit plasmodium yang menyebabkan
malaria pada manusia yaitu Plasmodium falsifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium oval,
Plasmodium malariae dan Plasmodium knowlesi.Dari beberapa spesies tersebut jenis
Plasmodium falsifarum dan Plasmodium vivax menjadi ancaman terbesar. Plasmodium
falciparum merupakan malaria yang paling berbahaya dapat menyebabkan malaria berat
sementara Plasmodium vivax tersebar paling luas terutama di Asia jika tidak ditangani
dengan cepat dapat menyebabkan komplikasi hingga kematian terutama pada anak-anak.
Penderita malaria dapat terinfeksi satu atau lebih dari satu jenis parasit plasmodium
(mixed infection). Penyakit malaria biasanya ditandai dengan gejala demam, menggigil,
sakit kepala, mual-muntah dan sakit seperti flu, setiap jenis malaria dapat muncul gejala
yang berbeda.Pada infeksi malaria berat terjadi anemia berat akibat hemolisis, sulit bernafas,
gula darah rendah, penurunan kesadaran, kejang, koma, atau kelainan neurologis.
2. Etiologi
Menurut World Health Organization (WHO) malaria dapat diklasifikasikan menjadi 5
yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodiumvivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae
dan Plasmodium knowlesi.
a. Plasmodium falciparum
Plasmodium falsiparum merupakan jenis yang paling berbahaya karena siklus
perkembangan yang cepat merusak sel darah merah dan dapat menyumbat aliran darah
sehingga dapat mengakibatkan anemia dan cerebral. Malaria ini dapat berkembang dengan
baik di daerah tropis dan sub tropis, dan mendominasi di beberapa negara seperti Afrika dan
Indonesia.
b. Plasmodium vivax
Plasmodium ini tersebar di daerah tropis dan sub-tropis seluruh dunia. Hidup pada sel
darah merah, siklus seksual terjadi pada 48 jam. Menyebabkan penyakit tertian yang ringan
dimana demam terjadi setiap tiga hari.Parasit ini bisa dorman di hati manusia “hipnozoid”
dan dapat kambuh setelah beberapa bulan bahkan tahun.
c. Plasmodium ovale
Plasmodium ovale banyak ditemukan di Afrika terutama Afrika Barat dan pulau-pulau di
Pasifik Barat, morfologi mirip Plasmodium vivax. Menyebabkan malaria ovale atau malaria
tertiana benigna ovale, dapat dorman dihati manusia.
d. Plasmodium malariae
Menyebabkan malaria malariae atau malaria kuartana. Siklus di sel darah merah terjadi
selama 72 jam dan menimbulkan demam setiap empat hari.
e. Plasmodium knowlesi
Parasit ini merupakan kasus baru yang hanya ditemukan di Asia Tenggara, penularannya
melalui monyet (monyet berekor panjang, monyet berekor coil) dan babi yang terinfeksi.
Siklus perkembangannya sangat cepat bereplikasi 24 jam dan dapat
3. Gejala gejala dan tanda tanda
Infeksi parasit malaria dapat mengakibatkan berbagai gejala, mulai dari tidak ada atau
sangat ringan sampai penyakit yang parah dan bahkan kematian.Periode dari masuknya
parasit sampai menimbulkan gejala klinis disebut masa inkubasi intrinsik, masa inkubasi
tergantung dari spesies. Plasmodium falciparum mempunyai periode yang lebih pendek 12
hari (9-14) dan periode yang paling panjang adalah P. malariae 28 hari (18-40 hari)
sementara untuk malaria vivax 12-17 hari, 17 hari (16-18 hari) pada Plasmodium ovale.
Gejala klinis muncul pada infeki malaria dipengaruhi oleh daya tahan tubuh, jenis
plasmodium dan jumlah parasit yang menginfeksi.Gejala yang muncul tidak spesifik, seperti
lemah, lesu, ketidaknyamanan perut dan nyeri otot, demam diikuti dengan gejala prodormal
seperti rasa dingin atau menggigil dan berkeringat, sakit kepala, menggigil dan muntah.
Selain demam, gejala yang paling sering timbul pada malaria (terutama pada infeksi P.
vivax) adalah anemia dan munculnya ikterus karena pemecahan eritrosit pada siklus
replikasi eritrositer. Malaria kronik juga menyebabkan limpa hipertrofi untuk mendaur ulang
sisa eritrosit yang pecah, sehingga limpa dapat diraba di bawah rusuk kiri (tanda schufner I-
IV) dan abdomen yang membesar.Gambaran khas dari penyakit malaria ialah adanya
demam yang periodik, pembesaran limpa (splenomegali), dan anemia (turunnya kadar
hemoglobin dalam darah).
a. Demam
Semua gejala klinis yang muncul terjadi oleh siklus eritrositer.Ketika parasit berkembang
di eritrosit, banyak zat-zat limbah dan racun seperti pigmen hemozoin yang terakumulasi
dalam eritrosit. Ketika sel darah merah pecah bersama dengan keluarnya merozoid, zat-zat
tersebut keluar dan beredar ke aliran darah, hemozoin dan faktor beracun lainnya seperti
glukosa isomerase fosfat menstimulasi makrofag dan sel lain untuk menghasilkan sitokoin
dan faktor larut lainnya yang dapat menimbulkan demam.
Sebelum timbul demam biasanya penderita malaria akan mengeluh lesu, sakit kepala,
nyeri tulang dan otot, kurang nafsu makan, rasa tidak enak di bagian perut, diare ringan, dan
kadang kadang merasa dingin di punggung.Umumnya keluhan seperti ini timbul pada
malaria yang disebabkan P.vivax dan P.ovale, sedangkan pada malaria karena P.falciparum
dan P.malariae, keluhan-keluhan tersebut tidak jelas. Demam malaria timbul secara periodik
bersama dengan sporulasi (pecahnya eritrosit keluarnya merozoit), pada P. vivax dan oval
demam setiap tiga hari, P. falciparum demam timbul secara tidak teratur 24-48 jam, P.
malariae tiap empat hari. Gejala paroksisme, yang terdiri dari 3 stadium berurutan terjadi
selama 8-12 jam:
1) Menggigil. Terjadi setelah pecahnya skizon dalam sel darah merah yang diikuti
keluarnya zat-zat antigen. Proses menggigil berlangsung 15 – 60 menit.
2) Demam. Timbul setelah menggigil, biasanya sekitar 37,5 - 40° C pada penderita
hiperparasitemia (hitung parasit >5%), suhu bisa meningkat sampai >40° C. Wajah
memerah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, frekuensi napas meningkat,
nadi penuh dan berdenyut keras, sakit kepala semakin hebat, muntah-muntah, kesadaran
menurun, sampai timbul kejang (pada anak-anak). Proses demam berlangsung 2 - 6 jam.
3) Berkeringat. Timbul setelah demam, terjadi akibat gangguan metabolisme yang
menjadikan produksi keringat bertambah. Proses ini berjalan 2 - 4 jam. Setelah
berkeringat biasanya penderita merasa sehat kembali, 2-3 hari kemudian serangan
demam akan terulang kembali.

b. Splenomegali (pembesaran limpa) Pembesaran limpa merupakan gejala khas pada


malaria kronis. Limpa merupakan organ retikuloendotelial, plasmodium dihancurkan oleh
sel-sel makrofag dan limfosit.Penambahan selsel radang menyebabkan limpa bengkak dan
terasa nyeri.Lamalama konsistensi limpa menjadi keras karena bertambahnya jaringan ikat.
c. Anemia Anemia atau penurunan kadar hemoglobin darah disebabkan penghancuran sel
darah merah yang berlebihan oleh parasit malaria. Anemia timbul akibat gangguan
pembentukan sel darah merah di sumsum tulang dan umur sel darah merah yang lebih
pendek.Plasmodium falciparum biasanya menginfeksi semua sel darah merah, sehingga
malaria falciparum lebih besar mengakibatkan anemia.Infeksi P. vivax dan ovale
menginfeksi sel darah merah muda saja dan P. malariae menginfeksi sel darah merah tua
saja sehingga pada infeksi jenis ini tidak menimbulkan anemia namun pada infeksi kronik
dapat menimbulkan anemia berat.

d. Malaria berat Malaria berat biasanya terjadi oleh infeksi Plasmodium falciparum.
Diagnosis klinis malaria berat yaitu adanya satu atau lebih komplikasi, seperti malaria
serebral, anemia berat, gagal ginjal akut, edema paru, hipoglikemia (kadar gulasyok,
pendarahan spontan dari hidung, gusi, dan saluran cerna, kejang berulang, asidemia dan
asidosis (penurunan pH darah karena gangguan asam-basa di dalam tubuh), serta
hemoglobinuria makroskopik (adanya darah dalam urine). (1) Anak-anak dengan malaria
berat sering mengembangkan satu atau lebih seperti anemia berat, gangguan pernapasan
sehubungan dengan asidosis metabolik, atau malaria serebral. Pada orang dewasa,
keterlibatan multi-organ juga sering.

4. Epidemiologi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respon imun yang lebih
kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan dapat maningkatkan resiko malaria.
Ada beberapa faktor yang turut mempengaruhi seseorang terinfeksi malaria adalah
1. Ras atau suku bangsa
Pada penduduk benua Afrika prevalensi Hemoglobin S (HbS) cukup tinggi sehingga
lebih tahan terhadap infeksi P. falciparum karena HbS dapat menghambat
perkembangbiakan P. falciparum.
2. Kekurangan enzim tertentu Kekurangan terhadap enzim Glukosa 6 Phosphat
Dehidrogenase (G6PD) memberikan perlindungan terhadap infeksi P. falciparum yang
berat. Defisiensi terhadap enzim ini merupakan penyakit genetik dengan manifestasi
utama pada wanita.
3. Kekebalan pada malaria terjadi apabila tubuh mampu mengancurkan Plasmodium
yang masuk atau mampu menghalangi perkembangannya. Hanya pada daerah dimana
orang-orang mempunyai gametosit dalam darahnya dapat menjadikan nyamuk anopheles
terinfeksi.Anak-anak mungkin terutama penting dalam hal ini. Penularan malaria terjadi
pada kebanyakan daerah tropis dan subtropics, walaupun AmerikaSerikat, Kanada,
Eropa, Australia dan Israel sekarang bebas malaria local, wabah setempat dapat terjadi
melalui infeksi nyamuk local oleh wisatawan yang datang dari daerah endemis . Malaria
congenital, disebabkan oleh penularan agen penyebab melalui barier plasenta, jarang ada.
Sebaliknya malaria neonates, agak sering dan dapat sebagai akibat dari pencampuran
darah ibu yang terinfeksi dengan darah bayi selama proses kelahiran.

5. Patofisiologi
Silkus Pada Manusia. Ketika nyamuk anoples betina (yang mengandung parasit malaria)
menggigit manusia, akan keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk ke dalam
darahdan jaringan hati. Dalam siklus hidupnya parasit malaria membentuk stadium sizon
jaringan dalam sel hati (stadium ekso-eritrositer). Setelah sel hati pecah, akan keluar
merozoit/kriptozoit yang masuk ke eritrosit membentuk stadium sizon dalam eritrosit
(stadium eritrositer). Disitu mulai bentuk troposit muda sampai sizon tua/matang sehingga
eritrosit pecah dan keluar merozoit. Sebagian besar Merozoit masuk kemabli ke eritrosit dan
sebagian kecil membentuk gametosit jantan .
Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina.Betina yang siap untuk diisap oleh nyamuk
malaria betina dan melanjutkan siklus hidupnya di tubuh nyamuk (stadium
sporogoni).Didalam lambung nyamuk, terjadi perkawinan antara sel gamet jantan (mikro
gamet) dan sel gamet betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot berubah menjadi
ookinet, kemudian masuk ke dinding lambung nyamuk berubah menjadi ookista. Setelah
ookista matang kemudian pecah, keluar sporozoit yang berpindah ke kelenjar liur nyamuk
dan siap untuk ditularkan ke manusia .
Khusus P. vivax dan P. ovale pada siklus parasitnya di jaringan hati (sizon jaringan)
sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit, akan
tetapi tertanam di jaringan hati –disebut hipnosit-. Bentuk hipnosit inilah yang menyebabkan
malaria relapse. Pada penderita yang mengandung hipnosoit, apabila suatu saat dalam
keadaan daya tahan tubuh menurun misalnya akibat terlalu lelah, sibuk, stress atau
perubahan iklim (musim hujan), hipnosoit dalam tubuhnya akan terangsang untuk
melanjutkan siklus parasit dari sel hati ke eritrosit. Setelah eritrosit yang berparasit pecah
akan timbul kembali gejala penyakit. Misalnya 1 – 2 tahun sebelumnya pernah menderita P.
vivax/ovale dan sembuh setelah diobati, bila kemudia mengalami kelelahan atau stress,
gejala malaria akan muncul kembali sekalipun yang bersangkutan tidak digigit oleh nyamuk
anopheles. Bila dilakukan pemeriksaan, akan didapati Pemeriksaan sediaan darah (SD)
positif P. vivax/ovale.
Pada P. Falciparum serangan dapat meluas ke berbagai organ tubuh lain dan
menimbulkan kerusakan seperti di otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang mengakibatkan
terjadinya malaria berat atau komplikasi. Plasmodium Falciparum dalam jaringan yang
mengandung parasit tua – bila jaringan tersebut berada di dalam otak- peristiwa ini disebut
sekustrasi.Pada penderita malaria berat, sering tidak ditemukan plasmodium dalam darah
tepi karena telah mengalami sekuestrasi.Meskipun angka kematian malaria serebral
mencapai 20-50% hampir semua penderita yang tertolong tidak menunjukkan gejala sisa
neurologis (sekuele) pada orang dewasa.Malaria pada anak kecil dapat terjadi sekuel.Pada
daerah hiperendemis atau immunitas tinggi apabila dilakukan pemeriksaan Pemeriksaan
sediaan darah (SD) sering dijumpai Pemeriksaan sediaan darah (SD) positif tanpa gejala
klinis pada lebih dari 60% penduduk.
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan
lingkungan.Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas
pembuluh darah daripada koagulasi intravaskuler. Oleh karena skizogoni menyebabkan
kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya anemi tidak sebanding dengan
parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung parasit.Hal ini
diduga akibat adanya toksin malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan
sebagian eritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit keluar. Faktor lain yang
menyebabkan terjadinya anemia mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit.
Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi sehingga mudah
pecah.Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi fagositosis
dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada malaria kronis terjadi
hyperplasia dari retikulosit diserta peningkatan makrofag .
Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi merozoit ke dalam
eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit mengalami perubahan
struktur danbiomolekular sel untuk mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan tersebut
meliputi mekanisme, diantaranya transport membran sel, sitoadherensi, sekuestrasi dan
resetting.
Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah terinfeksi P. falciparum
pada reseptor di bagian endotelium venule dan kapiler.Selain itu eritrosit juga dapat melekat
pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga terbentuk roset.
Resetting adalah suatu fenomena perlekatan antara sebuah eritrosit yang mengandung
merozoit matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit non parasit, sehingga
berbentu seperti bunga. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya resetting adalah
golongan darah dimana terdapatnya antigen golongan darah A dan B yang bertindak sebagai
reseptor pada permukaan eritrosit yang tidak terinfeksi.
1. Demam Akibat ruptur eritrosit → merozoit dilepas ke sirkulasi Pelepasan merozoit
pada tempat dimana sirkulasi melambat mempermudah infasi sel darah yang berdekatan,
sehingga parasitemia falsifarum mungkin lebih besar daripada parasitemia spesies lain,
dimana robekan skizon terjadi pada sirkulasi yang aktif. Sedangkan plasmodium
falsifarum menginvasi semua eritrosit tanpa memandang umur, plasmodium vivax
menyerang terutama retikulosit, dan plasmodium malariae menginvasi sel darah merah
matang, sifat-sifat ini yang cenderung membatasi parasitemia dari dua bentuk terakhir
diatas sampai kurang dari 20.000 sel darah merah /mm3. Infeksi falsifarum pada anak
non imun dapat mencapai kepadatan hingga 500.000 parasit/mm .
2. Anemia Akibat hemolisis, sekuestrasi eritrosit di limpa dan organ lain, dan depresi
sumsum tulang. Hemolisis sering menyebabkan kenaikan dalam billirubin serum, dan
pada malaria falsifarum ia dapat cukup kuat untuk mengakibatkan hemoglobinuria
(blackwater fever). Perubahan autoantigen yang dihasilkan dalam sel darah merah oleh
parasit mungkin turut menyebabkan hemolisis, perubahan-perubahan ini dan peningkatan
fragilitas osmotic terjadi pada semua eritrosit, apakah terinfeksi apa tidak. Hemolisis
dapat juga diinduksi oleh kuinin atau primakuin pada orang-orang dengan defisiensi
glukosa-6-fosfat dehidrogenase herediter. Pigmen yang keluar kedalam sirkulasi pada
penghancuran sel darah merah berakumulasi dalam sel retikuloendotelial limfa, dimana
folikelnya menjadi hiperplastik dan kadang-kadang nekrotik, dalam sel kupffer hati dan
dalam sumsum tulang, otak, dan organ lain. Pengendapan pigmen dan hemosiderin yang
cukup mengakibatkan warna abu-abu kebiruan pada organ .
3. Kejadian immunopatologi Aktivasi poliklonal → hipergamaglobulinemia,
pembentukan kompleks imun, depresi immun, pelepasan sitokin seperti TNFBentuk
imunitas terhadap malaria dapat dibedakan atas :
a) Imunitas alamiah non imunologis Berupa kelainan-kelainan genetic
polimorfisme yang dikaitkan dengan resistensi terhadap malaria, misalnya: Hb S, Hb
C, Hb E, thallasemin alafa-beta, defisiensi glukosa 6-fosfat dehidrogenase, golingan
darah duffy negative kebal terhadap infeksi plasmodium vivax, individu dengan HLA-
Bw lebih rentan terhadap malaria dan melindungi terhadap malaria berat.
b) Imunitas didapat non spesifik Sporozoit yang masuk kedalam darah segera
dihadapi oleh respon imun non spesifik yang terutama dilakukan oleh magrofag dan
monosit, yang menghasilkan sitokin-sitokin seperti TNF, IL1, IL2, IL4, IL6, IL8, dan
IL10, secara langsung menghambat pertumbuhan parasit (sitostatik), membunuh
parasit (sitotoksik).
c) Imunitas didapat spesifik. Merupakan tanggapan system imun terhadap infeksi
malaria mempunyai sifat spesies spesifik, strain spesifik, dan stage spesifik.

6. Penanganan
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh semua
stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia.Adapun tujuan pengobatan radikal untuk
mendapat kesembuhan kilinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan. Semua
obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena bersifat iritasi
lambung, oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan minum obat anti
malaria.
Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi.
1. Malaria Falsiparum Lini pertama pengobatan malaria falsiparum adalah seperti yang
tertera dibawah ini:
Lini pertama = Artesunat + Amodiakuin + Primakuin
Setiap kemasan Artesunat + Amodiakuin terdiri dari 2 blister, yaitu blister amodiakuin
terdiri dari 12 tablet @ 200 mg = 153 mg amodiakuin basa, dan blister artesunat terdiri dari
12 tablet @ 50 mg. Obat kombinasi diberikan per-oral selama tiga hari dengan dosis
tunggal harian sebagai berikut: Amodiakuin basa = 10 mg/kgbb dan Artesunat = 4
mg/kgbb. Primakuin tidak boleh diberikan kepada:
- Ibu hamil
- Bayi < 1 Tahun
- Penderita defisiensi GE-PD2
Pengobatan lini kedua malaria falsiparum diberikan, jika pengobatan lini pertama tidak
efektif dimana ditemukan: gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak
berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi).
Lini kedua = Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin
Kina diberikan per-oral, 3 kali sehari dengan dosis 10 mg/kgbb/kali selama 7(tujuh)
hari.Doksisiklin diberikan 2 kali per-hari selama 7 (tujuh) hari, dengan dosis orang dewasa
adalah 4 mg/Kgbb/hari, sedangkan untuk anak usia 8-14 tahun adalah 2 mg/kgbb/hari.
Doksisiklin tidak diberikan pada ibu hamil dan anak usia
2. Pengobatan malaria vivaks, malaria ovale, malaria malariae
A. Malaria vivaks dan ovale Lini pertama pengobatan malaria vivaks dan malaria ovale
adalah seperti yang tertera dibawah ini:
Lini Pertama = Klorokuin + Primakuin
Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan malaria vivaks dan
malaria ovale. Klorokuin diberikan 1 kali per-hari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg
basa/kgbb. Dosis Primakuin adalah 0.25 mg/kgbb per hari yang diberikan selama 14 hari
dan diberikan bersama klorokuin.Seperti pengobatan malaria falsiparum, primakuin tidak
boleh diberikan kepada: ibu hamil, bayi < 1 Tahun dan Penderita defisiensi GE-PD2.
Pengobatan Malaria Vivaks Resisten Klorokuin
Lini Kedua = Kina +Primakuin
Dosis Primakuin adalah 0,25 mg/kgbb per hari yang diberikan selama 14 hari. Seperti
pengobatan malaria pada umumnya, primakuin tidak boleh diberikan kepada Ibu hamil,
bayi < 1tahun, dan penderita defisiensi G6-PD. Dosis kina adalah 30mg/kgbb/hari yang
diberikan 3 kali per hari. Pemberian kina pada anak usia di bawah 1 tahun harus dihitung
berdasarkan berat badan. Dosis dan cara pemberian primakuin adalah sama dengan cara
pemberian primakuin pada malaria vivaks terdahulu yaitu 0.25 mg/kgbb perhari selama 14
hari.
B. Pengobatan malaria vivaks yang relaps Pengobatan kasus malaria vivaks relaps
(kambuh) sama dengan regimen sebelumnya hanya dosis perimakuin ditingkatkan
Klorokuin diberikan 1 kali per-hari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg basa/kgbb dan
primakuin diberikan selama 14 hari dengan dosis 0,5 mg/kgbb/hari. Untuk penderita
defisiensi enzim G6PD yang dapat diketahui melalui anamnesis ada keluhan atau riwayat
warna urin coklat kehitaman setelah minum obat (golongan sulfa, primakuin, kina,
klorokuin dan lain-lain), maka pengobatan diberikan secara mingguan. Klorokuin
diberikan 1 kali per-minggu selama 8 sampai dengan 12 minggu, dengan dosis 10 mg
basa/kgbb/kali Primakuin juga diberikan bersamaan dengan klorokuin setiap minggu
dengan dosis 0,76 mg/kgbb/kali.
C. Pengobatan malaria malariae
Pengobatan malaria malariae cukup diberikan dengan klorokuin 1 kali per-hari selama 3
hari, dengan dosis total 25 mg basa/kgbb Pengobatan juga dapat diberikan berdasarkan
golongan umur penderita

Referensi :
Cook J, Reid H, Iavro J, Kuwahata M, Taleo G,Clements A, et al. Julia Fitriany 1 , AhmadSabiq 2 1 2. Malar J
[Internet]. 2015;4(1):10–31. Available
from:https://dx.plos.org/10.1371/journal.pntd.0004195%0Ahttp://malariajournal.biomedcentral.com/articles/10.118
6/s12936-016-1588-8%0Ahttps://www.ajtmh.org/content/journals/10.4269/ajtmh.2012.11-
0577%0Ahttp://bmcmedicine.biomedcentral.com/articles/10.1186/s1291

OBESITAS

KASUS II

Tn. S adalah seorang mahasiswa yang berasal dari luar daerah tempat ia kuliah. Pada saat
Sekolah Menengah Atas Tn.S memiliki IMT yang masih normal dengan berbagai aktivitas
keseharian yang menunjang. Namun, setelah tinggal jauh dari kampung halaman Tn.S merasakan
kenaikan berat badan yang sangat signifikan. Aktivitas keseharian hanya terbatas pada
perkuliahan. Pemeriksaan Antropometri saat ini tinggi badan 155 cm dengan berat badan 65 kg.
Diketahui keluarga Tn.S rata-rata memiliki IMT diatas nilai normal.

1. Data pasien
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Tn. S
2. Umur : 21 tahun
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. Alamat : Moncong loe, Maros
7. Status : Belum Menikah
8. Tanggal Kunjungan : 11 Juni 2021

B. ANAMNESIS
2. Keluhan Utama. : Berat Badan
Berlebih
3. Anamnesis Terpimpin :
- Kenaikan Berat Badan mulai dirasakan semenjak mulai kuliah
- Aktivitas sehari-hari yang dilakukan relatif minum
- Riwayat Keluarga dengan obesitas
4. Riwayat Penyakit sebelumnya :
- Diabetes Melitus : (-)
- Hipertensi: (-)

C. PEMERIKSAAN FISIS
a. Tinggi Badan : 155cm
b. Berat Badan : 65 kg
c. Tanda Vital
-Tekanan Darah : 120/80 mmHg
-Nadi : 100x/menit
-Pernapasan : 20x/menit
-Suhu : 36 ℃
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
IMT (Indeks Massa Tubuh) : 27 kg/m2
E. DIAGNOSIS : Obesitas 1
F. PENATALAKSANAAN
Non-farmakologi :
- Edukasi mengenai pola makan yang benar
- Meningkatkan aktivitas sehari-hari

1. Data hasil Kunjungan Rumah Pasien


- Keluhan : BB Naik
- Pemeriksaan Tanda Vital :
 TD : 120/80 mmhg
 Nadi : 70x/menit
 Pernapasan : 14x/menit
 Suhu : 36o
A. Karakteristik Demografi Keluarga

Nama Kepala Keluarga : Tn A

Alamat lengkap : Moncongloe, Maros

Bentuk keluarga : Extended Family

Penderita
No Nama Kedudukan L/p Umur Pendidikan Pekerjaan Ket
Klinik
Kepala
1 Bpk. A L 40 S2 Wiraswasta -
keluarga
Kakak
Kandung
2 Ibu A (istri P 34 S1 IRT Obesitas
kepala
keluarga)
Adik Istri
3 Tn.S L 21 SMA Mahasiswa Obesitas
(Pasien)
SD/ SMA
4 Anak 1 Anak P 12 Pelajar -
sederajat
SD/SMA
5 Anak 2 Anak L 9 Pelajar -
sederajat
SD/SMA
6 Anak 3 Anak L 7 Pelajar -
sederajat
7 Anak 4 Anak P 4 Belum sekolah Pelajar -

B. Identitas Pasien
1. Nama : Tn. S.
2. Umur : 21 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-Laki
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. Alamat : Btn asabri moncongloe blok d8no.18
7. Status : Anak
8. Tanggal Kunjungan : 11 Juni 2021
C. Penetapan Masalah Pasien :
1. Riwayat medis :-
2. Riwayat penyakit keluarga : Obesitas, Diabetes Melitus, Hipertensi
3. Riwayat kebiasaan : Nyemil, bergadang, makan tidak terkontrol, makan

berlemak

4. Riwayat social ekonomi : Ekonomi normal


5. Riwayat gizi : Obesitas 1
6. Diagnostik Holistik :-

1. Aspek Personal

a. Alasan kedatangan : Berat Badan berlebih, susah diturunkan


b. Kekhawatiran : Tidak nyaman, beresiko sakit berat
c. Persepsi : Sering mengonsumsi makanan berkalori
d. Harapan : Kembali normal
2. Aspek Klinik :-
2. Aspek Risiko Internal :Keluarga sebagian besar Obesitas, Pengetahuan tentang
diet dini
3. Aspek Risiko Eksternal :
a) Lingkungan tempat tinggal : ngemil terus-terusan dan juga
jarang berolahraga
b) Sosial ekonomi : Sosial Ekonomi Normal

D. Fungsi Keluarga :
No Fungsi Isian
1. Biologis F. Anggota Keluarga :
T - Bapak A (Kakak Ipar)
- Ny. A (Kakak Kandung)
- Tn.S
- Anak 1
- Anak 2
- Anak 3
- Anak 4

Bentuk keluarga: Extended Family

A. Penyakit yang pernah diderita


 Penyakit Menular: -
 Penyakit kronis : -
B. Penyakit yang diderita saat ini : Obesitas 1

2. Sosial C. Kedudukan sosial dalam masyarakat : Masyarakat biasa


D. Keaktifan dalam kegiatan masyarakat : sikap keluarga di tengah
masyarakat cukup baik. Dimana keluarga pasien dengan tetangganya
saling mengenal dan berinteraksi.

3. Psikologis D. Penderita tinggal serumah dengan : Tinggal bersama Kakak


kandung, kakak ipar dan 4 Orang Ponakan
E. Hubungan antar anggota keluarga : Harmonis
F. Penyelesaian masalah dalam keluarga : Baik

4. Ekonomi K. Penghasilan utama keluarga dari : Kakak Ipar


dan L. Pekerjaan Penderita : Mahasiswa
Pemenuhan M.Pekerjaan anggota keluarga lain : Kakak Ipar Wirausaha, Kakak
Kebutuhan kandung IRT.
N. Sehari – hari makan dengan : Nasi, ikan, sayur, susu dll
O. Biaya berobat: BPJS

5. Penguasaan D. Keputusan penting keluarga dipegang oleh : Kakak Ipar


Masalah E. Cara menyelesaikan masalah dengan keluarga : diskusi keluarga
dan F. Hubungan dengan masyarakat sekitarnya : baik
Kemampua
n eradaptasi

E. Fungsi Fisiologis (Skor APGAR – Adaptation, Partnership, Growth, Affection, Resolve)

Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score adalah skor yang
digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota
keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score
meliputi:
6. Adaptation
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain,
serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang lain.
7. Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga
dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.
8. Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal – hal baru yang dilakukan anggota
keluarga tersebut.
9. Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.
10. Resolve

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang


dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain. Di mana jika jarang/tidak sama sekali
diberi nilai 0, kadang–kadang bernilai 1dan sering/selalu diberi nilai 2

Terdapat interpretasi penilaian yaitu:


- < 3 menandakan disfungsi keluarga yang sangat tinggi
- 4-6 menandakan disfungsi keluarga sedang
- 7-10 menandakan tidak ada disfungsi keluarga

F. Fungsi Fisiologis (APGAR terhadap Keluarga)

Nama Anggota Keluarga : Tn. S Sering Kadan Jarang


g
Posisi dalam Keluarga : Adik Istri 2 0
1

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya 
menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi 


masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung 


keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup
yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih 


sayang dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian ,
dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu 
bersama- sama

Untuk APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :


Adaptation : Dalam menghadapi masalah, Tn. S sering memecahkan masalah bersama
Keluarga (2)
Partnership : Tn.S selalu meminta pendapat anggota keluarganya terutama ibunya dan Kakak
kandungnya jika Tn.S menghadapi sebuah masalah (2)
Growth : Tn.S sering diskusi bersama Keluarga untuk menentukan keputusan (2)
Affection : Antar anggota keluarga saling mendukung, memperhatikan dan menunjukkan
kasih sayang antara satu dengan yang lainnya. (2)
Resolve : Tn.S sering menghabiskan waktu bersama keluarga(2)
Total APGAR score= 10 (fungsi keluarga dalam keadaan baik menandakan tidak ada
disfungsi keluarga)

G. Fungsi Patologis (SCREEM- Social, Cultural, Religion, Education, Economic, Medical)

Fungsi patologis dari keluargadinilai dengan menggunakan alat S.C.R.E.E.M sebagai


berikut :

SUMBER PATOLOGIS KET

Social Tidak Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya Baik

Culture Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, dapat dilihat Baik
dari sikap pasien dan keluarga yang menghargai adat istiadat
dalam kehidupan sehari-hari.

Religious Pemahaman terhadap ajaran agama baik Baik

Ekonomi keluarga hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan


Economic Baik
makan sehari-hari

Educational Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga kurang baik. Baik

Keluarga ini menganggap pemeriksaan rutin kesehatan sebagai Kuran


Medical
kebutuhan. g

Kesimpulan:
Dalam keluarga pasien terdapat 1 fungsi patologis, yaitu dari segi Medical karena pasien jarang
melakukan pemeriksaan rutin, biasa memeriksakan diri ketika sudah sakit.

H. Struktur Keluarga (Genogram)


Keterangan :

= Laki –laki

= Perempuan

= Laki-laki Obes

= Perempuan Obes

= Tn.S

I. Pola interaksi keluarga

Informasi pada pola interaksi keluarga

Tn. A. Ny. A.

Anak 1
Tn. A Adik Ny.A
Tn.S

Anak 2
Anak 6
Tn. R
Tn. R
Anak 4
Tn. R

Keterangan:

: Hubungan baik

J. Keadaan Rumah dan Lingkungan (foto)


2. Ukuran rumah
3. Ruang tamu
4. Ruang keluarga
5. 3 Kamar tidur
6. 2 Kamar mandi/wc
7. Dapur
8. Teras

kamar pasien dapur


ruang tamu laundy

Garasi dan teras kamar mandi/wc

J. Denah Rumah
wc wc
laundry Rg. keluarga
Kamar 1
Kamar pasien kamar 2

Rg.tamu

Garasi dan teras rumah


K. Daftar Masalah

 Masalah medis
Penderita adalah seorang laki-laki Mahasiswa semester akhir yang awal nya
tinggal di kos-kosan bersama teman di awal perkuliahan dan sekarang tinggal
bersama keluarga intinya dikampung akibat pandemi covid 19. Pasien sekarang
mengalami obesitas dengan imt 27,05 mempunyai riwayat keluarga obesitas dan
dm. Pada awal kuliah dan tinggal di kos-kosan pasien sering makan tidak teratur
dan mengonsumsi junkfood. Pasien juga mempunyai pola tidur teratur
dikerenakan sering begadang mengerjakan tugas kuliah. Pasien juga jarang
melakukan aktivitas fisik dan olahraga karena sibuk dengan urusan
EDUKASI
perkuliahan.pasien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya dan riwayat
1. Gaya Hidup Sehat serta implementasi perilaku CERDIK. CERDIK ini mempunyai
konsumsi obat apapun. Ttv dalam batas normal dan Sampai saat ini pasien tidak
makna, Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik,
mengeluhkan gejala kelainan endokrin dll. Sekarang pasien sudah pindah dan
Diet sehat dan seimbang, Istirahat cukup, Kelola stress.
tinggal bersama orang tua dikampung, akibat nya pola makan pasien mulai
2. Konsumsi makanan sehat dan gizi seimbang, konsumsi buah sayur minimal 5 porsi
teratur, dan pasien juga sudah mulai melakukan olahraga rutin seperti lari setiap
per hari. 
hari dipagi hari minimal 30 menit. Makanan yang sekarang dikonsumsi pasien
3. Konsumsi gula, garam dan lemak dengan pedoman G4 G1 L5 (konsumsi Gula
adalah nasi, sayur-sayuran dan gorengan. Frekuensi makan pasien 2 kali sehari
maksimal 4 sendok makan atau 50 gram per hari, konsumsi Garam maksimal  1
dengan porsi sedang. Didapatkan informasi bahwa kamar tidur pasien dekat
sendok teh atau 2 gram per hari, konsumsi Lemak maksimal  5 sendok makan atau 67
dengan dapur
gram per hari)
 Masalah non medis
4. Rajin melakukan aktivitas fisik secara teratur seperti berjalan kaki, membersihkan
rumah, danPasien
berolah raga,
tidak upayakan
punya waktudilakukan secara BBTT
untuk memasak (Baik,
makanan Benar,
sendiri, Teratur
akibat dan
nya pasien
Terukur). selalu makan diluar atau memesan makanan melalui ojek online. Adapun juga

ajakan dari teman untuk selalu makan.jenis makanan yang dikonsumsi pasien
5. Jaga berat badan agar tetap ideal dan tidak berisiko dengan mempertahankan Indeks
adalah junkfood dan goreng-gorengan. Pasien juga kurang melakukan
Massa Tubuh (IMT) di kisaran 18-23 kg/m2 .
aktivitas fisik dan olahraga
6. Obesitas merupakan faktor risiko munculnya resistensi insulin yang akan
bermanifestasi munculnya hipertensi, dislipidemia, hiperuremia, disfungsi endotel dan
lipotoksisitas terhadap sel beta. Akibat obesitas sentral akan meningkatkan kejadian
DM tipe 2, penyakit kardiovaskuler dan gangguan pembekuan darah.
ADDISON DISEASE
1. Definisi
Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan atau abnormal yang dapat
menggangu kesehatan (WHO,2017). Penyebab utama terjadinya obesitas yaitu
ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi. Obesitas adalah kondisi
yang ditandai gangguan keseimbangan energi tubuh yaitu terjadi keseimbangan energi
positif yang akhirnya disimpan dalam bentuk lemak di jaringan tubuh. Sehingga obesitas
adalah terjadinya penumpukan lemak dalam tubuh yang abnormal dalam kurun waktu yang
lama dan dikatakan obesitas bila nilai Z-scorenya >2SD berdasarkan IMT/U umur 5-18
tahun (Kemenkes, 2010).
2. Etiologi
Penyebab obesitas sangatlah kompleks. Meskipun gen berperan penting dalam
menentukan asupan makanan dan metabolisme energi, gaya hidup dan faktor lingkungan
dapat berperan dominan pada banyak orang dengan obesitas. Diduga bahwa sebagian besar
obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara
lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional (Guyton, 2007).
a. Genetik
Obesitas jelas menurun dalam keluarga. Namun peran geneticyang pasti untuk
menimbulkan obesitas masih sulit ditentukan,karena anggota keluarga umumnya
memiliki kebiasaan makandan pola aktivitas fisik yang sama. Akan tetapi, bukti
terkinimenunjukkan bahwa 20-25% kasus obesitas dapat disebabkanfaktor genetik.
b. Aktivitas fisik
Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utamaobesitas. Hal ini
didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisikyang teratur dapat meningkatkan massa otot
dan mengurangimassa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuatdapat
menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatanadipositas. Oleh karena itu pada
orang obesitas, peningkatanaktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran
energy melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan beratbadan (Guyton, 2007).

c. Perilaku makan
Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidakbaik. Perilaku makan
yang tidak baik disebabkan oleh beberapasebab, diantaranya adalah karena lingkungan
dan sosial. Hal initerbukti dengan meningkatnya prevalensi obesitas di negaramaju.
Sebab lain yang menyebabkan perilaku makan tidak baikadalah psikologis, dimana
perilaku makan agaknya dijadikansebagai sarana penyaluran stress.
d. Neurogenik
Telah dibuktikan bahwa lesi di nukleus ventromedialhipotalamus dapat menyebabkan
seekor binatang makan secaraberlebihan dan menjadi obesitas. Orang dengan tumor
hipofisisyang menginvasi hipotalamus seringkali mengalami obesitasyang progresif.
e. Hormonal
Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptidausus. Leptin adalah
sitokin yang menyerupai polipeptida yangdihasilkan oleh adiposit yang bekerja melalui
aktivasi reseptorhipotalamus. Injeksi leptin akan mengakibatkan penurunanjumlah
makanan yang dikonsumsi.
f. Dampak penyakit lain
Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karenadampak/sindroma dari penyakit lain.
Penyakit-penyakit yangdapat menyebabkan obesitas adalah hypogonadism, Cushing
syndrome, hypothyroidism, insulinoma, craniophryngioma dangangguan lain pada
hipotalamus. Beberapa anggapanmenyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi
baik olehendokrin dan komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka sedikit saja
kekacauan pada regulasi ini akan mempunyaiefek pada berat badan

3. Gejala gejala dan tanda tanda


Secara umum obesitas dapat ditandai dengan gangguan pernafasan yang disebabkan oleh
adanya penimbunan lemak di bawah diafragma dan di dalam dinding dada yang dapat
menekan paru-paru. Gangguan pernafasan dapat terjadi walaupun melakukan aktivitas
ringan dan terjadi pada saat tidur yang menyebabkan terhentinya pernafasan untuk
sementara waktu (tidur apneu) sehingga pada siang hari sering mengantuk. Menurut Irwan
(2016) obesitas dapat dikenali dengan tanda dan gejala sebagai berikut :
1) Dagu rangkap
2) Leher relatif pendek
3) Dada yang mengembung dengan payudara yang membesar mengandung lemak
4) Perut membuncit dan dinding perut berlipat-lipat
5) Kedua tungkai umumnya berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam
saling menempel sehingga menyebabkan laserasi dan ulserasi yang dapat menimbulkan bau
tidak sedap.

4. Epidemiologi
Prevalensi obesitas di negara-negara di wilayah Asia Tenggara bervariasi antara 1 – 6,5%
pada laki-laki dan 1,3 - 26% pada perempuan. Prevalensi tertinggi baik pada laki-laki dan
perempuan terdapat di Maldives (16%). Indonesia berada pada urutan ke-5 dengan
prevalensi obesitas sebesar 4,7%. Pada umumnya, obesitas lebih sering ditemukan pada
kelompok masyarakat strata sosial ekonomi lebih tinggi (WHO SEARO, 2011).

5. Patofisiologi
Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan keluaran kalori dari tubuh serta
penurunan aktifitas fisik (sedentary life style) yang menyebabkan penumpukan lemak di
sejumlah bagian tubuh. Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa pengontrolan nafsu
makan dan tingkat kekenyangan seseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral
(neurohumoral) yang dipengaruhi oleh genetik, nutrisi,lingkungan, dan sinyal psikologis.
Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis,
yaitu pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi dan
regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui
sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari
perifer (jaringan adiposa, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik
(meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat
katabolik 13 (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori,
yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang.Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan
waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida
gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam
peningkatan rasa lapar.Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin
yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi. Apabila asupan energi melebihi dari
yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin
dalam peredaran darah. Kemudian, leptin merangsang anorexigenic center di hipotalamus
agar menurunkan produksi Neuro Peptida Y (NPY) sehingga terjadi penurunan nafsu
makan.Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka
jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus
yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi
resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu
makan.
Faktor Risiko dari Obesitas
Secara fisiologi, otak mengatur kebutuhan energi tubuh. Pada saat kita lapar, maka akan
ada instruksi untuk makan. Reaksi lapar ini bisa dipengaruhi oleh sistem saraf, tipe zat
karbohidrat atau lemak yang dikonsumsi sebelumnya, dan sinyal hormon.
Antara faktor resiko lain yang bisa mempengaruhi obesitas adalah
 Genetik / Keturunan mempengaruhi 10% dari obesitas, 90% adalah pola perilaku
keluarga yang diturunkan ke anak.
 Faktor perilaku terutama pola makan dan kurangnya beraktifitas atau olahraga.
 Faktor psikis terkait emosi dan penggunaan obat-obat anti depresi.
 Umur dan jenis kelamin di mana wanita lebih banyak menderita obesitas.
 Obat-obatan seperti steroid, kontrasepsi dan antikejang.
 Kondisi penyakit penyerta seperti Hipertensi, Hipotiroid dan DM.
1. Diabetes Mellitus Orang gemuk dengan BMI di atas 25, tiap peningkatan BMI 1 angka
mempunyai kecenderungan menjadi kencing manis sebesar 25%. Dengan bertambahnya
ukuran lingkaran perut dan panggul, terutama pada obesitas tipe sentral atau android,
menimbulkan resistensi insulin, suatu keadaan yang menyebabkan insulin tubuh tidak
dapat bekerja dengan baik, maka terjadilah kencing manis.
2. Hipertensi Tekanan darah tinggi atau di atas 140/90 mm Hg, terdapat pada lebih dari
sepertiga orang obesitas. Gagal Jantung Sekalipun tanpa tekanan darah yang tinggi,
obesitas sendiri sudah dapat mengakibatkan kelemahan otot jantung atau
cardiomyopathy, sehingga mengganggu daya pompa jantung.
3. Stroke Seiring dengan meningkatnya tekanan darah, gula dan lemak darah, maka orang
obesitas sangat mudah terserang stroke.
4. Gagal Nafas Akibat kegemukan menyebabkan kesukaran bernafas terutama pada
waktu tidur malam (sleep apnea), keadaan yang berat dapat menim-bulkan penurunan
kesadaran sampai koma.
5. Nyeri Sendi Osteoartritis biasanya terjadi pada obesitas, nyeri sendi umumnya pada
sendi-sendi besar penyanggah berat badan, misalnya lutut dan kaki. Pengapuran dan
bengkak sendi akan bertambah dengan bertambahnya usia atau memasuki masa
menopause.
6. Batu Empedu Pada obesitas dengan BMI diatas 30 didapatkan kecenderungan timbul
batu empedu dua kali lipat dibandingkan orang normal; pada obesitas dengan BMI lebih
dari 45, ditemukan angka 7 kali lipat.
7. Psikososial Masalah obesitas bukan semata-mata masa-lah medis, tetapi juga
menimbulkan banyak persoalan psikososial, si gemuk bukan hanya mengalami kesukaran
belajar, tidak memperoleh pendidikan dengan baik, tetapi juga kelak sukar mendapatkan
pekerjaan yang baik, termasuk hubungan sosial, keluarga, dalam hal berteman, umumnya
mengalami hambatan yang berdampak pada kepribadian dan kejiwaan seseorang.
Depresi, reaksi cemas, atau stres, banyak didapatkan pada orang gemuk, terutama kaum
wanita.
8. Kanker
Laporan terbaru WHO memperkirakan obesitas dan hidup yang santai bertanggung jawab
atas timbulnya kanker payudara, usus besar, endometrium, ginjal, dan esofagus. Di
Inggris, 20-30 ribu kasus kanker per tahun terdapat pada kaum obesitas. Terbukti pula
hubungan kuat antara obesitas dengan risiko timbulnya kanker pankreas, rahim, prostat,
dan indung telur.

6. Penanganan
 Farmakologi
Secara umum farmakoterapi untuk obesitas dikelompokkan menjadi tiga, yaitu penekan
nafsu makan (sibutramin), penghambat absorbsi zat-zat gizi (orlistat), dan rekombinan
leptin untuk obesitas karena defisiensi leptin bawaan, serta kelompok obat untuk
mengatasi komorbiditas (metformin). Belum tuntasnya penelitian tentang efek jangka
panjang penggunaan farmakoterapi obesitas pada anak, menyebabkan belum ada satupun
farmakoterapi tersebut di atas yang diijinkan pemakaiannya pada anak di bawah 12 tahun
oleh U.S. Food and Drug Administration sampai saat ini.77 Sejak tahun 2003, Orlistat
120 mg dengan ekstra suplementasi vitamin yang larut dalam lemak disetujui oleh U.S.
Food and Drug Administration untuk tata laksana obesitas pada remaja di atas usia 12
tahun. Studi klinis menunjukkan bahwa orlistat dapat membantu menurunkan berat badan
dari 1,31 sampai 3,37 kg lebih banyak dibandingkan plasebo. Sibutramin berfungsi
menimbulkan rasa kenyang dan meningkatkan pengeluaran energi dengan menghambat
ambilan ulang (reuptake) noraderenalin dan serotonin. Penggunaan obat tersebut pernah
diijinkan oleh U.S. Food and Drug Administration pada remaja yang berusia ≥
16 tahun.10,79 Sebagian besar studi, review, dan penelitian yang menggunakan
sibutramin pada remaja dan anak menunjukkan manfaat jangka pendek yang
terbatas.80 Studi SCOUT (Sibutramine Cardiovasular Outcomes) menunjukkan
peningkatan kejadian efek simpang mayor kardiovaskular sebesar 16% pada pasien yang
diterapi sibutramin dibandingkan pasien yang mendapat plasebo. Pemberian sibutramin
juga tidak menghasilkan penurunan berat badan yang bermakna dibandingkan plasebo.
Berdasarkan penelitian ini, pada tahun 2010 FDA merekomendasikan penghentian
pemberian sibutramin dan menginstruksikan produsen agar menarik sibutramin dari
pasar.90

Metformin merupakan obat yang digunakan pada diabetes melitus tipe-2 tetapi sering
disalahgunakan sebagai farmakoterapi untuk obesitas. Review sistematik mengenai
penggunaan metformin untuk obesitas pada anak dan remaja memperoleh hasil
penggunaan metformin jangka pendek memberikan efek penurunan IMT dan resistensi
insulin pada anak dan remaja obes dengan hiperinsulinemia81, tetapi belum cukup bukti
untuk menyatakan bahwa obat tersebut dapat berperan dalam tata laksana overweight
atau obesitas tanpa hiperinsulinemia.

 Non farmakologi
 Edukasi
o Pola makan yang benar
o Pola aktivitas fisis yang benar
o Istirahat cukup
o Kelola stress
 Terapi bedah
Referensi : Tatalaksana Obesitas’ (2012) Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 12(2), pp. 99–104.

Anda mungkin juga menyukai