Anda di halaman 1dari 5

NAMA : MEISI MOLILAT

NIM : 72144720020

RESUME MATERI PENYELENGGARAAN KENEGARAAN


Prinsip pokok Negara Hukum yg berlaku saat ini, merupakan pilar utama yg menyangga berdiri tegaknya
suatu Negara, disebut sebagai Negara Hukum dalam arti sebenarnya. (Jimly A.)

Supremasi Hukum (supremacy of law)


Pengakuan normative atas supremasi hukum tercermin dalam perumusan hukum dan/atau
konstitusi, sedangkan pengakuan empirik tercermin dalam perilaku sebagian terbesar masyarakatnya
bahwa hukum itu memang ‘supreme’.
2. Persamaan dalam Hukum (Equality before the Law)
Kedudukan setiap orang dalam hukum dan pemerintahan, diakui secara normative dan
dilaksanakan secara empirik. Sikap dan tindakan diskriminatif dalam segala bentuk dan manifestasinya
diakui sebagai sikap dan tindakan yang terlarang, kecuali tindakan-tindakan yang bersifat khusus dan
sementara yang dinamakan ‘affirmative actions’
3. Asas Legalitas (Due Process of Law)
Yaitu segala tindakan pemerintahan harus didasarkan atas peraturan perundang-undangan yg
sah dan tertulis.
Peraturan perundang-undangan tertulis harus ada dan berlaku lebih dulu atau mendahului
tindakan atau perbuatan administrasi yang dilakukan. Setiap perbuatan atau tindakan administrasi harus
didasarkan atas aturan atau ‘rules and procedures’ (regels).
4. Pembatasan Kekuasaan
Dengan menerapkan prinsip pembagian kekuasaan secara vertikal atau pemisahan kekuasaan secara
horizontal. Kekuasaan cenderung berkembang menjadi sewenang-wenang.
Karena itu, kekuasaan harus dibatasi dengan memisahkan kekuasaan ke dalam cabang-cabang yang
bersifat ‘checks and balances’ dalam kedudukan yang sederajat dan saling mengimbangi dan
mengendalikan satu sama lain.

5. Organ-Organ Eksekutif Yang Bersifat Independen


Kekuasaan pemerintahan dikurangi dengan dibentuknya berbagai ‘independent body’ seperti
KOMNASHAM, KPU, dan bahkan lembaga tradisional yang sebelumnya melekat sebagai bagian tak
terpisahkan dari fungsi eksekutif, juga dikembangkan menjadi independent seperti Bank Central,
Organisasi Tentara, Kepolisian. Beberapa Negara Kejaksaannya dibuat independent, sehingga tdk
dipengaruhi kepentingan politik pejabat pemerintahan.
6. Peradilan Bebas dan Tidak Memihak
Dalam menjalankan tugas judisialnya, hakim tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun juga, baik karena
kepentingan jabatan (politik) maupun kepentingan uang (ekonomi).
Untuk menjamin keadilan dan kebenaran, tidak diperkenankan adanya intervensi ke dalam proses
pengambilan putusan keadilan oleh hakim, baik intervensi dari lingkungan kekuasaan eksekutif maupun
legislative ataupun dari kalangan masyarakat dan media massa.
7. Peradilan Tata Usaha Negara
Terbuka kesempatan bagi tiap-tiap warga negara untuk menggugat keputusan pejabat administrasi
Negara dan dijalankannya putusan hakim tata usaha negara (administrative court) oleh pejabat
administrasi negara. Sudah tentu, keberadaan hakim peradilan tata usaha negara itu sendiri harus pula
dijamin bebas dan tidak memihak sesuai prinsip ‘independent and impartial judiciary’ tersebut di atas.
8. Peradilan Tata Negara (Constitutional Court)
Jika suatu negara menganut paham Negara Hukum, tetapi tidak tersedia mekanisme untuk mengontrol
konstitusionalitas pembuatan undang-undang ataupun konstitusionalitas penyelenggaraan demokrasi,
maka negara yang bersangkutan tidak sempurna untuk disebut sebagai Negara Hukum yang demokratis
(democratische rechtsstaat) ataupun negara demokrasi yang berdasar atas hukum (constitutional
democracy).

9. Perlindungan Hak Asasi Manusia


Terbentuknya negara dan penyelenggaraan kekuasaan suatu Negara tidak boleh mengurangi arti atau
makna kebebasan dan hak-hak asasi kemanusiaan itu. Jika dalam suatu Negara, hak asasi manusia
terabaikan atau dilanggar dengan sengaja dan penderitaan yang ditimbulkannya tidak dapat diatasi
secara adil, maka Negara tersebut tidak dapat disebut sebagai Negara Hukum dalam arti yang
sesungguhnya.
10.Bersifat Demokratis (Democratische Rechtsstaat)
Hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, tidak boleh ditetapkan dan diterapkan secara
sepihak oleh dan/atau hanya untuk kepentingan penguasa secara bertentangan dengan prinsip-prinsip
demokrasi. Karena hukum memang tidak dimaksudkan untuk hanya menjamin kepentingan segelintir
orang yang berkuasa, melainkan menjamin kepentingan akan rasa adil bagi semua orang tanpa
terkecuali

11.Mewujudkan kesejahteraan(Welfare Rechtsstaat)


Hukum adalah sarana untuk mencapai tujuan yang diidealkan bersama. Cita-cita hukum itu sendiri, baik
yang dilembagakan melalui gagasan negara demokrasi (democracy) maupun yang diwujudkan melalaui
gagasan negara hukum (nomocrasy) dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan umum.
12. Transparansi dan Kontrol Sosial
Proses pembuatan & penegakan hukum. Kelemahan & kekurangan yg terdapat dlm mekanisme
kelembagaan resmi dpt dilengkapi secara komplementer oleh peran serta masyarakat secara langsung
dlm rangka menjamin keadilan & kebenaran. Perwakilan fisik saja belum tentu mencerminkan
keterwakilan gagasan/aspirasi. Penegakan hukum yg dijalankan oleh aparatur kepolisian, kejaksaan,
pengacara, hakim, & pejabat lembaga pemasyarakatan, memerlukan kontrol sosial agar bekerja dgn
efektif, efisien serta menjamin keadilan & kebenaran.
13. Berke-Tuhanan Yang Maha Esa
Negara modern mengaku (claim) mampu bersikap netral dalam urusan-urusan agama dan keagamaan.
Akan tetapi, Negara Hukum Indonesia adalah negara hukum yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa. Setiap
produk hukum Indonesia dibuat dan ditetapkan secara demokratis serta ditegakkan tanpa melanggar
HAM, juga mempersyaratkan adanya persesuaiannya dengan ataupun terbebas dari kemungkinan
bertentangan dengan norma-norma agama yang diyakini oleh para subjek warganegara Indonesia.
Konsep Negara Hukum (Rechtsstaat), karakteristik:
Penyelenggaraan negara berdasar Konstitusi.
Kekuasaan Kehakiman yang merdeka.
Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia.
Kekuasaan yang dijalankan berdasarkan atas prinsip bahwa pemerintahan, tindakan dan kebijakannya
harus berdasarkan ketentuan hukum (due process of law ).

UUD 1945 -->Sistem Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman.


-->Lembaga Negara dan Organ yang Menyelenggarakan Kekuasaan Negara.

Rumusan UUD NRI Tahun 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara belum cukup didukung
ketentuan konstitusi yg memuat aturan dasar tentang kehidupan demokratis, supremasi hukum,
pemberdayaan rakyat, penghormatan HAM dan otda. Peluang berkembangnya praktek penyelengaraan
negara yg tdk sesuai dgn Pembukaan UUD 1945, antara lain sebagai berikut:

Tidak adanya check and balances antar lembaga negara, kekuasaan terpusat pada presiden.
Infrastruktur yg dibentuk, antara lain parpol dan ormas.
Pemilu (formal) karena seluruh proses tahapan pelaksanaannya dikuasai oleh pemerintah.
Kesejahteraan sosial sesuai Pasal 33 UUD 1945 tidak tercapai, justru sistem monopoli dan oligopoli.
Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi, kedaulatan rakyat diberikan seluruhnya kepada
MPR (Lembaga Tertinggi). MPR mendistribusikan kekuasaannya (distribution of power) kepada 5
Lembaga Tinggi yang sejajar kedudukannya, yaitu Mahkamah Agung (MA), Presiden, Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
MPR

Sebagai Lembaga Tertinggi Negara diberi kekuasaan tak terbatas (super power) karena “kekuasaan ada
di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR” dan MPR adalah “penjelmaan dari seluruh rakyat
Indonesia” yang berwenang menetapkan UUD, GBHN, mengangkat presiden dan wakil presiden.
Susunan keanggotaannya terdiri dari anggota DPR dan utusan daerah serta utusan golongan yang
diangkat.

PRESIDEN

Presiden memegang posisi sentral & dominan sebagai mandataris MPR, meskipun kedudukannya tidak
“neben” akan tetapi “untergeordnet”.
Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan negara tertinggi (consentration of power and
responsiblity upon the president).
DPR
Memberikan persetujuan atas RUU yang diusulkan presiden.
Memberikan persetujuan atas PERPU.
Memberikan persetujuan atas Anggaran.
Meminta MPR untuk mengadakan sidang istimewa guna meminta pertanggungjawaban presiden.
DPA DAN BPK
Di samping itu, UUD 1945 tidak banyak mengintrodusir lembaga-lembaga negara lain seperti DPA dan
BPK dengan memberikan kewenangan yang sangat minim.

DPD

Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan kepentingan daerah dalam badan
perwakilan tingkat nasional setelah ditiadakannya utusan daerah & utusan golongan yg diangkat sebagai
anggota MPR.
Keberadaanya dimaksudkan memperkuat kesatuan NRI.
Dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu.
Mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU berkaitan dgn otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, RUU lain yang berkait dengan kepentingan daerah.
BPK

Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.


Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN) dan daerah (APBD) serta
menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum.
Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.
Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal departemen yang bersangkutan ke dalam
BPK.
PRESIDEN
Membatasi beberapa kekuasaan presiden dgn memperbaiki tata cara pemilihan & pemberhentian
presiden dlm masa jabatannya serta memperkuat sistem pemerintahan presidensial.
Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan kepada DPR.
Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua periode.

MAHKAMAH AGUNG

Lembaga negara yg melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan yg menyelenggarakan peradilan


untuk menegakkan hukum dan keadilan [Pasal 24 ayat (1)].
Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah UU &
wewenang lain yg diberikan UU.
MAHKAMAH KONSTITUSI

Penjaga kemurnian konstitusi (the guardian of the constitution).


Kewenangan: Menguji UU terhadap UUD, Memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara,
pembubaran parpol, sengketa hasil pemilu dan memberikan putusan atas pendapat DPR ttg dugaan
pelanggaran presiden & atau wapres menurut UUD.
Hakim Konstitusi 9 orang diajukan masing-masing oleh MA, DPR , pemerintah & ditetapkan oleh
Presiden, mencerminkan perwakilan kekuasaan negara yaitu yudikatif, legislatif, & eksekutif.
KOMISI YUDISIAL
Bersifat mandiri
Berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung
Wewenang lain menjaga dan menegakan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim

Anda mungkin juga menyukai