Anda di halaman 1dari 16

PROF.Dr.

HAZAIRIN SH

SEORANG MUJAHIDIN PENEGAK HUKUM

BERDASAR KE TUHANAN

YANG MAHA ESA.

Oleh: Bismar Siregar.

A. "Dan ada pula orang yang m~nanya tentang hal faraid, mengapakah
kito yang fihak Islam , baikpun sebagai Rakyat walaupun sebagai
Hakim mau me~jadi munafik katanya, yaitu mengaku beragama Islam,
mengakui Qur'an sebagai pokok keagamaan kita. Dasar keagamaan
kita, yang kita mesti beriman kepadanya, tetapi mengapo tak beriman
pada hukum faraid yang diperintahkan o.leh Allah bagi ashabu'lfaraid.
Apa jawab kita? Ini hanya umpama bagi menyatakan bagaimana orang
tidak merasa puas lagi bilamana hukum agama itu nasibnya hanya
akan diserahkan kepada kerelaan hukum adat untuk menerimanya"
1).
B. "Sei ..-na beberapa koli kita berganti U.U.D., dari U.U.D. 1945 ke
U.D.D. RIS. ke U.U.D.s. sampai akhirnya kembali lagi ke U.U.D.
1945, kita sebagai bangsa telah dihinggapi pelbagai penyakit jiwa,
kemerosotan akhlak, tidak bergengsi, tidak berkewibawaan dan remuk
perpecahan. Apa sebab? Kalau akibat dari sudut analisa dan
konstratering Dekrit, makajawabannya ialah karena selama itu U.U.D.
tidak dijiwai dan dirangkai oleh Piagam Jakarta. Malapetaka tersebut
adalah kutuk dari Allah, karenamenyalah gunakan Sila ke Tuhanan
Yang Mah. Esa dengan tidak dlperlukan syari'at Islam atas p,meluk
pemeluknya sebagai konsekwensi yang semestinya dari kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa itu" 2).
c.1. "Menurut theori Receptie itu hukum Islam an sich bukanlah hukum,
hukum Islam itu baru diakui sebagai hukum jika hukum Islam itu
telah menjadi hukum adat. Tergantunglah kepada kesodiaan
masyarakat adat pen dud uk setempat untuk menjadikan hukum Islam
yang bukan hukum itu menjadi hukum adat. Theori «eceptie yang
telah menjadi da rah daging kaum YUTist Indonesia yang dididik di
zaman kolonial b2ik di Jakarta (Batavia) maupun di !..eiden, adalah
sebagai theori iblis, menentang Qur'an dan menetang Sunah Rasul".
2. "Hai orang Islam, me ski pur. Qur'an melarang perzinahan dengan
ar-caman pidana , janaanlah engkau takut untui( berzinah itu selama
dalam masyarakat adatmu berzinah itu masih merupakan acara bebas"
3).
Songaja dicukilkan beberapa tulisan kata pengantar apa sesungguhnya
yang menjadi cita pezJuangan seorang ulama yang diberkahi Tuhan

48 MAJALAH FHUI

kealimall. Sebagai seorang muslim ia yakin dan pereaya negara dan bangsa
yang dengan raklunat dan kurnia Tuhan meneapai kemerdekaannya dan
dasar kenegaraan ditetapkan ke Tuhanan Yang Maha Esa dipaterikan dalam
fasal29 ayat I U.UD.1945 hanya akan meneapaikebahagiaannya,yang
disebut masyarakat adil dan makmur bilamana mendapat ridha Tuhan Yang
Maha Esa itu. Dan ridha demikian hanya dapat berwujud kalau hukum yang
berlaku dan diperlakukan adalah syari'at agama ataupun ;etidak-tidaknyo
tidak boleh bertentangan dengan syari'at Tuhan Hu. Kalaulah sudah nyata
demikian eita dan peIjuangan beliau dalam istilah agama disebut jihat,
layaklah bilamana dalam judul diat?s beliau digolongkan sebagai
MUIAHlDIN yang ingin menegakkan hukum berdasar ke-Tuhanan Yang
Maha Esa.
Sebagian dari tulisan itu oleh Penerbit Tintamas dihimpun dalam buku
diberi judul TUJUH SERANGKAI tentang HUKUM .TUIUH SERANGKAI,
karena terdiri dari 7 karya sedangkan diluar dari pada itu masih banyak
tersebar baik yang sempat dibukukan ataupun tidak. Patut kita bersyukur
kepada Tuhan atas upaya yang sangat terpuji itu, sehiogga memudahkan
penearian dan penemuan ilmu-ilmu itu disamping terpelil,"ra dan
terselamatlah buah fikiran seorang ulama pendidik yang pada bulan
Desember 1975 yang baru lalu , telah dipanggil menghadap Chaliknya .
"Inalillahi Waa Inna flaihi Raji'un".
Bilamana dibaea makna yang tersurat dan tersirat dari eukilan tersebut
tidak perlu lagi dipertanyakan siapa dall bagaimanakah sesungguhnya watak
ulam' besar dalam mengkonstatir, keeuali materi hukum,iuga konyataan
hid up masyarakat itu sendiri! Dari setiap tutur kata dan susunan kalimat
yang berwujud buah fikiran disampaikan seeara langsung dan terbuka apa
ada dan nyatanya. Tanpa mengenal zaman dan ketika , dalam periode orde
lamakah atau orde baru, tanpa memperdulikan ruang dan lingkup
liI'gkungan, seeara terbau.s diforum kuliah atau terbuka diseminar,
pend"J.c!!ya dalam setiap kesempatan yang memungkinkan, beliau berusaha
mendambakan dirinya sebagai seorang makhluk yang BERENDAH DlRI
terhadap Chaliknya MERENDAH HATI terhadap sesama manusia.

Ielas terbaea dari tulisannya:

"Yang hendak saya eapai dalam karangan ini ialah memberikan


gambaran yang ringkas saja, bagaimana earanya Qur'an dan Rasulullah
mengatur hukum pidan. Islam tanpa memerlukan pelljara. Mungkin
dalam gambaran yang saya sajikan ini terdapat kesalahan, kekeliruan
atau menyimpang dari ajaran ilmu yang biasa, untuk itu saya minta
maaf kepada pembaea, sambil memanja Ikan do 'a kepada Allah
mudah-mudahan Dia mengarnpuni saya dan membukakan jalan atau
fikira" bagi kepontingan-kepentingan baru yang timbul dalarn IT'asa
modern ini" 4).

la berbuat dan beramal secara tulus dan ikhlas tanpa parnrih dari dan
terhadap siapa, kecuali karena dan kepada Chaliknya semata-mata,
SEORANG MUJAHIDIN PENEGAK HUKUM 49
BERDASAR KE-TUHANAN YANG MAHA ESA
walaupun pada hakekatnya hasil cita-cita dan amalnya dimaksudkan untuk
kemanfaatan manusia secara keseluruhan. Memang yang demikian termasuk
ajaran agamanya yang secara tegas atau kias dalam firm an Tuhan selalu
diperingatkan:

"Hai orang-orang yang beriman bertolong-tolonglah kamu berbuat


kebajikan dan taqwa dan janganiah kamu bertolong-tolongan berbuat
dosa dan aniaya. Tobatlah kamu kepada Allah sesungguhnya Allah itu
sangat keras sik:;a-nya. (Surah al Maidah: 92).

Sebagai se~rang muslim warga Indonesia merdeka, kepada tanah air


dan bangsanya ia berusaha secara jujur dan terbuka mengemukakan apa-a~a
yang terkandung dalam hati dan fikirannya, bagaimana harus mengatur
kehidupan' berbangsa dan bernegara menurut tata hukum yang berdasar
ke-Tuhanan ini. Baginya ber-ke-Tuhanan Yang Maha Esa tidak boleh lain
dari mutlak beragama. Maksud dan tujuannya tid2klah lain agar manusia,
bangsa dan negara ini diberkahi Tuhan Rakhmat, Ridha ,ian Kurnia-Nya
dengan apa yang disebut adil dan makmur lahiriyah dan bathiniyah_
Tanpa bermaksud mengurangi dan tidak setepatnya pula berbuat
demikian, yaitu memperbanding .lJandingkan kealiman seseorang dengan
yang lain, karena yang demikian itu adalah suatu cara dan sifat yang tidak
terpuji dimata Tuhan, karenanya dilarang. Tetapi kalaulah dengan cara
demikian 2kan menonjol kebajikan seseorang yang perlu ditiru <Ian
dicontoh, tidak ada salahnya untuk dijadikan penggerak dan penerus
cita-cita beliau yang baik dan muli. itu. Kamipun yakin sepenuhnya
keyakinan tidaklah akan pemah temi.t pada diri beliau untuk ditonjol -
agung-agungkan, karena perb uatan memitos-cul,t uskan seSeorang adalah
syirik hukumnya. Dosanya TIDAK terampurikan Tuhan. Beliau tidalCakan
menerima puja dan puji, karena menuiut imannY' seiidiri segala puja dan
puji HANY A oagi Tuhan. Firman Tuhan dibaW~h iill teniu menjadi pengarah
yang kuat dalam pembinaan jiwanya. .'
a. "Allah tidak akan mengampunkan orang-orang yang menyerikatkan
Dia dengan lain-lain pujaan dan _akan mengampuni semua dosa selain
dosa karena penyerikatan tersebut". (Surah)_
b. "Segal a puja dan puji hanya bagi Tuhan seru sekalian alam" (Surah al
Fatimah: 1).

Demikian pula tentu tidak akan lernial dalam hatinya unluk berbuat
dan berkata melebihi sifat dan kedudukannya sebagai manusia biasa, karena
sungguh disadari Rasul junjungannya sekalipun mengakukan diri hanyalah
sebagai manusia biasa!

Bagair.'Janakah ia akanmengkhianati irnan kepaaa Rasulnya ttu? la akan


selalu ingat firman Tuhan ten tang ini:

"Katakanlah: Tidak lain aku ini melainkan manusia seperti kamu"


50 MAJALAH FHUI

(Surah al-Kahfi: 110)_

Semoga demikian pula tentunya seliap diri kita atau orang yang
mengaku dirinya ummal Rasulullah itu.
Karena itu kit a akan berdosa, bilamana menempatkan dan
mendudukkan diri beliau melanggar keimanannya itu. Tetapi sangat terpuji
sebaliknya dalam rangka melanjutkan cita-eita yang baik dan mulia dari
seorang Guru Besar dan bukan "Maha Guru" karena predikat Maha-Guru itu
menurut pendapat kami hanya menjadi hak Tuhan, kalaulah oleh seliap
bekas mprid didiknya yang mengakui kebesaran ilmu "jarannya lanpa
bertaqlid termasuk _diri kami sempat mendapat Hmu dan menyertai
kedalaman 'ilmu beliau itu selayaknyalah merasa dipanggil untuk
meneruskan dan menyebarkan ajaran kebajikan itu.

Memang demikianlah hukumnya menU[UI Islam, kalau akan membalas


budi baik seseorang scbarkanlah kebajikan yang diperoleh dari orang itu
seluas-Iuasnya. Semoga amal demiktan memantulkan pahala berlipat gaoda
disebut amal jariah bagi yang bersangkutan disisi Tuhan.
Sadar alas keyakinan demikian itulah setelah menerjunkan diri dalam
praktek hukum sebagai Hakim yang berdasar pasal 4 ayat I U.U. No. 14
tahun 1970 pada hakekalnya selalu berkala sekaligus merupakan do'a: "Ya
Tuhan atas "nama-Mu-Iah ~eadilan _ ini sr:ya ucapkan", merasa berkewajiban
.meneruskan . kebenaran ilmll yang dihayati dati seorang Guru-Besar yang
jasadnya telili' ~enyatu kembali aengan asalnya. .
.'
• Sebagai.. seorang Gu[U-Besar dalam setiap kata-ueapannya seperti
terbaea _darr'eerar.1ah berjudul HUKUM BARU
.",- c'· ..... •. <
DI INDONESIA 's ecarajelas
'., •
dikUfip dalam eukilan sub a', diatas mengg'a mbarkan cetusan pergolak.n dan
·:getaJ.an jiw'~jar\g, tidak mer,asa phas bilaman~ 'syar!'ai agama umuinnya a,t au
,hukUw. Isiam"khususnya .e.t!agai konse~wensi dari fasal 29 aya! 1 O_UD.
' 1945 yang secara tegasinenyatakan Negar' · R.1. ber T~Jian, t.idak
\ diperJakukan sebagai hukum hidup bagi orang dan golongan penganuiiiya,
·setidak-tidaknya dimasukkan dalam prinsip hukum Nasional. Membiarkan
hal demikian itu menurut kesimpulan belmu ialah pengkhianatan terhadap
Pancasila sendiri, menyalah gunakan Sila ke-Tuhanan Yang Maha Esa
disebut sebagai munafik. Suatu cap yang sangat dimurkai Tuhan.

Dengan cara dan ciri khas yang tidak atau jara~g dimiliki oleh ora.1g
lairi dilingkungan Guru-Besar belmu mengungkapkan daIil-dalil pandangan
demikian pula dasar-dasar penarikan garis hukum yang selalu dikembalikan
kepada dua sumber utama hukum yakni Qur'an dan Sunah, tetapi dengan
selalu mengembangkan ijtihad dan membasmi ke-faqli dan penyebab
kebekuan dan kepudaran Is!am cebagai Agama yang sesungguhnya
membawa kedamaian hinup antar Manusia, tetapi nyatanya tidak demikian .
Melalui Ijtihad inilah belmu ingin membina dan mengembangkan suatu
mazhab khusus disebut mazhab Indonesia yang berkesesuaian dengan
kepribadian Bangsa.
SEORANG MUJAHIDIN PENEGAK HUKUM 51
BERDASAR KE-TUHANAN YANG MAHA ESA
Perubahan cara berfikir demikian sudah barang tentu akan
mengundang pula perbedaan pendapaf, karena faktor sejarah pengaruh
mamab yang be rasa I dari Arab sudah teclampau mendalam akarnya
terhunyam dikalangan Masyarakat Islam di Indonesia, sehingga menyulitkan
memperbedakan apa itu Arab apa pula Islam. Sehingga memasuki arena
yang sangat rawan itu mengandung resiko karena faktor fanatisme,
boleh-boleh nanti disebut kelua, dari Islam. Jelaslah sikapnya itu tidak lain
dari didorong oleh rasa ketulus-ikhiasan ingin menunjukkan kecintaannya
yang mendalam terhadap Bangsa dan Negara kurrtia-rakhmat Tuhan itu. Ia
tidak ingin hukum yang mcnjadi landas keimanannya masih terus
ditempatkan dalam keduduk~n yang tidak ,elayaJ<nya itu.
Mungkinkah karena mengonstratir adanya kelalaian ini sampai beliau
berkesimpulan seperti dicukiD<:an diatas sub. B awal tulisan, Bangsa ini
dihinggapi pelbagai penyakit jiwa, kemerosolan akhlak, tidak bergengsi,
tidak berwibawa dan dapat ditafsirkan Tuhan menurunkan malapetaka
sebagai kutukan-NYA?
Jawabannya ialah wallahu alam bisawab! Setiap diri kita tentunya
akan lebih tepat memberikan jawabannya. Tetapi harapan kita jauhlah
hendaknya dari keadaan seperti itu.
Apa dan bagaimana reaksi yang timbul tanpa tedeng aling-aling secara
biak-blakan baik diforum terbuka atau terbatas diorbitkan cita dan
pandangannya menentang dipeclakukan hukum adat sebagai hukum hidup
sebaliknya hukum Islam tidak. Mungkin bagi golongan tertentu cara
demikian dianggap kurang serasi dan tidak tepat dan benar. Bagi golongan
yang tidak sependapat ini, hukum adat ialah hukum positif yang
mengandung nilai hukum yang berasal dari nenek leluhur, dan merupakan
kepribadian yang telah membudaya. Sebaliknya Hukum Islam ialah
menyangku,t soal pribadi jangan dibawa-bawa kebidang hukum itu urusan
seseorang derigan Tuhannya. Disinilah keu:likan beli~u tanpa ragu-ragu
r.1enelanjangi dan menudmg sesu.!u tea,d aan dan kenyataan, k'iau menurnt
hematny,dldak benar dan lidOk tepat dali patutdiluruakan. '
_ ; Contoh yang sangat popuJer.dikalangan ilmu dan Sarjana Hukumialah
Theori ,Receplie. Diindentifisir" sebagai Theori iblis, . dikwalifisir sebagai
bertujuan menentang lman orang hlam' dan bagi yang , secara sadar
meiaksanakannya 'disebut munafLk Termasukkah Hakiirn-Hakim diantaranya
sebagai pelaksana peraturan hukum seperti itu?
Demikianlah kenyalaannya tanpa memilih saat dan ketika, tidak
mengenal :zaman orde lama dan orde baru seperli telah diutarskan diatas,
beliau dengan penuh keyakinan tanpa memperhitungkan berkawan ataukah
sendirian berjuang untuk menegakkan kebenaran yang menurut hematnya
itulah kebenaran .

• Apakah kekuatan beliau dalam perjuangan itu kalau demikian? Beliau


tentl<nya kombali ke ada imannya ke.pada janji Tuhan:
"Janganlah kamu takut orang banyak. Dan takutlah kamu dan Aku
dan jangan kamu jual ayat-ayat-KU dengan harga yang murah" (Surah
al-Baraah: 9).

)
52 MAJALAH FHUI

Memang benarlah sikap beliau. Apalah arti dukungan manusia yang


sarna-sarna tidak berdaya itu? Tidak usah menggali sejarah jauh-jauh. Apa
yang terjadi disekitar kita kemarin masih segar dalam ingatan memberikan
bukti nyata kalaulah bukan bersandar kepada Tuhan celakalah hidup
seseorang. Apa-apa yang disangka dan dikira memberi tempat berlindung
akan tumbang bersama·sama berobahnya jalan sejarah. TepatJah karenanya
beliau memilih dukungan Tuhan itu. Karena ia telah meninggalkan s.suatu
dalam sejarah yang patut dilanjut-teruskan don "tidak-tidaknya kam i
berkesimpulan demikiari. Suatu sikap yang menjadi ciri sebagai ulama Guru
Besar yang Jain dari yang lain! .
OIeh sebab itu bilamana secara seksama ditelaah isi tulisan beliau akan
sampailah kita kepada kesimpulan ten tang keyakinannya, kalaulah Negara
yang berfalsafahkan Panca Sila ini benar-benar akan mernanifestasikan
dirinya seperti ditetapkan dalam fasal 29 ayat I V .VD. 1945, yaitu Negara
berdasar ke Tuhanan Yang Maha Esa, rnenjadi perwujudan keadilan dan
kernakrnuran dari setiap penghuninya tanpa mernbedakan siapapun ianya,
pendeknya setiap rnakhJuk Tuhan, dalarn istilah lazim disebut "Baldaturn
thaibatun warabbun gafhur", syare'at Agarna mutlak diperlakukan sebagai
hukurn bagi penganut-penganutnya.
Pandangan demikian cukup ekstrim rnengundang tantangan pro dan
kontra yang sesungguhnya tidak perlu terjadi. Yang dernikian itu hanyaJah
sebagai ' konsekwensi pengakuan hidup ber-Panca Sila dirnana sila
pertamanya ialah ke-Tuhanan Yang Maha Esa! Soalnya ialah seperti
dilukiskan beliau adalah akibat warisan politil< kolonialisrne melaJui hukum I
dalam usaha rnembe'ndung dan menentang perkembangan agama Islam me-
lillu{ apa . yang disebut " "(heori ' receptie. Dan mernarig berhasil untuk
";mentara wluc!t{~a:n sementara orang! Tetapi tidak akan kekal karena yang
demudan ti:Hk dik~hendaki Tulia'n,
Setaro umiun b01eh ' dipertanyakan d'patkah diterima atau ditolak
pandangan bellau itu? Ten:unya ' untuk memberi jawaban haruslah
dikembalikan masaiahnya atas . konstitusi yar.g berlaku. Bilainana theori
receptie da", " keb~r1akuannya ialah fasal 134 · ayat 2 I.S . yang boleh
dikatakan konstitusi Hindia Belanda; tentu sudah dimatile.an dengan V.UD.
1945. Setelah kita merdeka sampaisekarang konstitusi Negara Kita telah
berulang kall ganti-berganti. Pertama-tarna U.U.D, 1945, kemudian V.UD,
R.I.s. selanjutnya U.UD_S. dan kemudian kembali lagi kepada U.UD. 1945
sampai sekarang ini. Secara hukum konstitusi sesungguhnya fasal134 ayat 2
I.S. secara sendirinya telah Udale berlaku dan boleh diperlakukan lagi,
apaJagi kalau ada yang bertentangan bail< yang tersurat apalagi yang tersirat
dengan fasa129 ayat I U.UD.1945.
Kalaulah sudah disepakati yang dernikian itu meningkat pula
persoalannya percaya tidakkah kita , bahwa Panoa Sila selJagai filsafah
Negara secara luas, filsafah hukum seca.' a khusus adalah dasar penentu setiap
corak kehidupan dan perhukuman di Negara ini?
Kalau rnasih ada yang rneragukan kedudukan Panca Sila demikian itu,
sulitlah untuk bertanya-jawab pengertian dan pernaharnan buah fikiran

f
SEORANG MUJAHIDIN PENEGAK HUKUM 53
'BERDASAR KE-TUHANAN YANG MAHA ESt(
.Prof Mr DLHAZA[RIN len lang mullak berlakukan syari'al Agama bagi
pemeluknya. Oleh golongan yang meragukan itu lidak akan dapal
menerima berlakunya hukum syari'al. Bahkan besar kemungkinan akan
diissukan sebagai berlentangan dengan Panca Sila itu sendiri diserlai pula
pengual luduhan memperkosa kerukunan beragama yang sangal rawan
untuk diperdebatkan' Mungkin pula sampai pada puncaknya hendak
mendirikan Negara Islam. OIeh beliau kemungkinan issue-issue demikian itu
sudah diperhitungkan sebagaimana telah disiapkan jzwaban, anlara lair.:

"Kekualiran ilu tidak perlu ada, karena Piagam Jakarla itu merupakan
?erjanjian ar.tara 9 tokoh represenlalief Rakyal Indone3ia yang secam
golong royong antara semua aliran dan Agama hend:llc mendirikan
Negara Republik Indonesia atas dasar Panca Sila seeara gotong rayong
mempertahankannya dan seeara golong-royong membangunnya".
Sewaktu pada tanggal 17 Agustus 1945 diproklamasikan
Kemerdekaan Indonesia maka landasan satu-satunya bagi proklamasi
atas nama Bangsa Indonesia itu hanyalah Piagam Jakarta itu yang
mcrupakan satu kontrakl perjuangan yang fondamentil unluk seluruh
Bangsa Indonesia yang ditanda tangarti oleh 9 orang wakilnya yang
representatief.
Kontrakt tersebul adalah perjanjian antara orang Islam dan bukan
Islam untuk bersama-sama menyusun Negara Republik Indonesia atas
dasar Panca Sila, bukan alas dasar Islam"6).

Sebaliknya kalau hati lelah menerima serla meyakini benar Panca


Sila itu adalah falsaf.h hidup dari Bangsa dan Negara, karena ilu menjadi
falsafah hidup diri',ya sendiri tidaklah sukar unluk mencari dan menemukan
titik pertalian atitara keinginan yang dicetuskan bellau seperti dialas dengan
garis hukum yang dicakup dan disebul dalam Panca Sila ilu. Tinggal
sekarang mempertanyakan percaya tidakkah, bahwa nilai sila dari Panca Sila
ilu walaupun bubt tidak sarna satu dengan yang lain?
Pertanyaan demikian akan mengundang perbedaan sikapantara boleh
atau tidak baleh menafsirkan Panca Sila. Pada waklu orde lama pernah
diadakan penafsiran antara lain dengan eara pemerasan dari Panca menjadi
Tri untuk kemudian Eka ialah gotong royong, Penafsiran dan pemerasan
demikian sangal bertenlangan dengan hakekal Panca Sila i~u sendirL Sil~
pertama tidak dapal .ditafsirkan selain menerima atau mengimani Tuhan ilu
ialah Tuhan. .
Prof.Mr DLHAZAIRIN berkesimpulan Panea Sila sebagai nilai falsafah
pandangan hidup bail< bagi Negara, Bangsa dan pribadi perlu
diperkembangkan agar menjadi keyakinan selia warga, pengembangan mana
lentu melalui pengerlian dan penafsiran. Dalam rangka inilah dari segi
flisafah hukum temtama kami berkesimpulan sila yang lima itu tidaklah
sama nilai dan keduduka!l serta kwalilasnva .
Sila perlama ke Tuhanan Yang Maha Esa ialah sila keyakinan, sila
keimanan. Selanjutnya empat sila lainnya merupakan perwujudan
54 MAJALAH FHVI

tindak/.mal d.d silo pert.ma itu. Oleh seb.b itu tent.ng segal. sesu.tu·dari
4 silo itu baik pengerlian, pen.fsiran d.n pener.p.nny. h.rus d.p.t diuji
keser.si.nny. deng.n silo pert am. b.gi kehidupan bangsa dan Negar •. Sila
pertama .k.n mustahil bertentangan dengan 4 silo lainnya. Tetapi 4 sila lain
itu mungkin akan bertentangan dengan sila pertam •. Karena alasan itulah
akan terjadi perbedaan keadil.n sosial menurut pengertian Negara
Barat/Kapit.lis, dan Negara Sosial/Komunis dengan apa yang kita .nut dan
faharni.·
Singkatnya kalau keempat sila atau salah satu sila tidak dapat diujikan
k'pada sila ke-Tuhan.n Yang Maha Esa akan terjadilah penilaian buruk baLle,
tepat lidaknya 'esuatu nilai dui sila-sila ilu disele,akan menurul
kepentingan Manusia sesuai dengan cora!< k?masyaraY.atan, cid kebudayaan
dan poliliknya yang disebul seeulair itu. Piliam demikian lerpengaruh
karena memandang hukum sebagai gejala sosial semata·mata oleh sebab itu
menjurus kepada pandangan yang bersifat relatief dan subyektieL Dan yang
demikia., ilu tidak :'oleh dibiarkan berkembang, karena membahayak.n arti
dan kehidupan Panea Sila. Oleh sebab ilu harus diberi pengertian arli dan
hubungan sila perlama terhadap 4 sila lainnya!
Kalau masih pula ada keraguan len lang arti nilai dan urul.n sila y.ng
lima ilu akan sukarlah berbieara dan tidak ak.n mungkin diajak bieara,
karena bahas.nya sudah tidak sarna. Sebenarnya V.V. No . 14 lahun 1970
dengan fasal 4 ayat I lelah memberi j3waban yang dengan tegas alas
perbedaan pendapal ilu, ·ialah keadilan yang harus dilakukan tidak boleh
berlentangan dengan ke Tuhanan Y109 Maha Esa, tetapi kalau mernang
tidak/belumd.pal menerimanya telah selesailah pengajian.
Sebagai eontoh adanya penerap.n hukum yang berlenlangan dnegan
fasal 4 ayat 1 V.V . No. 14 tahun 1970 itu, berasal dari warisan theori
reeeplie dan dihubungkan dengan fasal 27 ay.t I V.V. No. 14 tahun 1970,
ialah:
"manggih koyo di Jawa Tengah, menampang membangkil .nak yang
SYah pad~ isteri orang lain dengan seizin sisuami di Minahasa "(6).
Conloh seperli ilu pula anla,a lain: mengangkat anak menurut adal Jawa
yang kedudukannya sarna de'ngan anakkandung.
Oleh sebab ilu berpijak lolak alas iman kepada sila pertama, seeara
lebih .konkrilnya lagi iman berdasar agam. yang diperlukannya, bilarnana I
masih ad. keraguan lenlang daUr ProLMr.Dr.HAZAIRIN, bahwa syari'at
Agam. harus berlaku see.ra posilif bagi pemeluk-pemelukny. t.np. keeu.1i,
adalah bersebab karena belum meng-imani ke Esaan Tuhan ilu sendiri sesuai
dengan ajaran Agamany.. '
Insy. Allah dibukakan hati, ,mata telinga mereka sehingga lersingkir
dari gol0ngan y.ng disebul Tuh.n Jalam Qur'.n surah al-Baqarah ayal 70.
Berdasar penilaia,n ada::ya perbedaan pe"dap.t d'ilingkungan pemeluk
Agarna Ishun sendiri, perbedaan mana timbul karena karaat
keimanan/tauhid belum selingkat, tanpa bermaksud memperbincangk.n
Agarna lain yang ' diakui hak , hidupnya di Negara kita inL khusus bagi yang
SEORANG ' MUJAHIDIN PENEGAK HUKUM 55
BERDASAR KE-TUHANAJII YANG MAHA ESA
m:ngakjl, diri'lY", b~ragama ,Islam.deng~n pembuktian pelafasa.npua ~lirnah
SXah~da.t, S\;bagai ~o nsekwcnsi dar\ ~ Rukun irnan ~yakni percaya kepada
kitab -kitab Allah mutlaklah diterirnanya secara bulat keberlakuan hukum
Tuhan .yang terkandung dalam , kitab-kitab-NYA, dalam haL ini Qur'an
sebagai kiiab terakhir, 'diseriai peiengkap' e'mglaksanaannya disebut Sunnah'
Nabi. D~a . sumber hukuni yang mutlak diier,irna, kalau bel)llr mengaku
qeragama Islam dalam pengaturan hukum bagi dirinya haik sebagai anggota
Masyarakat juga dengan Tuhannya, '
_ . Kalau yang demikian itu belum menjadi keyakinan akan sang.t
membahayakan tidak saja bagi dirinya sendiri, karena termasuklah dia
kepada salah satu dari 3 golongan Manusia, yaitu:

, "6rang-or~ng: yang seS:lt cian dalam keraguan sehingga .mereka itu


t~da mengetahui jalan manakah yang akan ditempuhnya" ~7).

, Bahaya itu akan sangat dirasakan lagi bilamana Manusia demikianlah


yangmenjadiciri Sarjana Hukum dan menjadi Hakim pulajabatannya. Akan
terilicamlah penerapan hukum yang mutlak bersumber pada Panca Sila dan
berdasar ke Tuhanan Yang Maha Esa itu.
Para Sarjana Hukum seperti inilah oleh .ProfMr.Dr.HAZAIRIN
disebut telah mendarah daging dalam dirinya pendidikan hukum dari Leiden
ataupun Batavia yang mengangg'p hukum itu hanya suatu gejala sos",l
semala-mata, dan menafsirkan p<ng laksanaan peradilan berdasar fasal 4
ayat I U.U. No. 14/1970 itu walaupun dicantumkan "demi Keadilan
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa", tetapi arti sentrainya hanyalah
"memberikan keputusan yang semata-mata berdasarkan kebenaran, keadilan
dan kejujuran" (8).
Dalam tuJisan beliau itu disirnpulkan Mahkamah Agung -tidak _
mempunyai hak uji terhadap Undang-Undang yaitu apakah suatu U.U.
bertentangan atau tidak bertentangan dengan lLUn. 1945. Mungkin
kesimpu lan beliau didasarkan karena penelaahan sebagai ilmiawan, tetapi
menurut hemat kami sendiri Mahkamah Agung seharusnya mempunyai hak
uji terhadap U.U. kalaulah U.U. itu benar-benar telah bertentangan dengan
hakekat membeci keadilan berdasat sifat dan jiwa ke Tuhanan Yang Maha
Esa itu.
Sebagai contoh, umpamanya perlu dipersoalkan segi hukumnya,
benarkah untuk pemeriksaan kasasi hanya boleh diajukan, semata-mata
kalau ada kesalahan/kelalaian penerapan hukum, kesalahan beracaca dan
tidak boleh Mahkamah Agung menilai fakta?
Hal tersebut perlu diutarakan tanpa mengkonstatir yang demikian
benar ada, tetapi andaikala ada fakta yang dari Pengadilan Tingkat pertama
yang putih disunglap menjadi hitam, hal mana dikuatkan oleh Pengadilan ,
Tinggi, masulkah Mahkamah Agung tidak boleh !l1embatalkan putusan
iangkeliru demikian itu"dengan alasan tidak memenur,i syarat per.dilan
Kas~i?
Akankah Mahkamah Agung mengucapkan putusan "Demi Keadilan
56 1\'1/'\." 1\.1..'/-'..0 r nUl

Berdasarkan" ke-Tuhaiian ' YaHg Maha Esa", mempertaha'nkan fakta yang


memp.,rkosa keadilan iiu? Mudah-mudahan tidaklah pernah dan tidak pula
'a kan terjadi ,eperti itu ; kareqahya disebut andaikata. .
Dalam' rangka pengertia~ itulah kami berpendapat hak uji baik bagi
Mahkamah AgUng d,n :atau Pongadilan bawahan dalam penerapan hukum
kepada sumber hukum Panca 'Sila dan ke-Tuhanan Yang Maha Esa itu harus
ada! Dan ~'roses seperti ilu diakui dan dibenarkan dillam peradilan 131ru:n
melalui lembaga ijtihad .
Menginsyafi dan menyadari keadaan seperti Hulah kemungkinalU1y~
ProLMr.Dr .HAZAIRIN semenjak beliau berkesompatan berkecirnpung
dalam pendidikan melalui mirnbar kuliah terutama dalam pid.to pelantikan •
sebagai Guru-Besar tahun 1952 me~egas tandaskan mutlak berlakunya
perhukuman berdasar ke -Tuhanan Yang Maha Esa di Negara ini.
Bilamana sudah nyata Negara berdasar ke Tuhanan Yang Maha Esa,
hukumnyapun seharusnya demikian. Dan kalau hukumnya telah berdasar ke
Tuhanan Yang Maha Esa, keadilan yang menjadi lujuan hukllm itupun hMUS
berdasar ke Tuhanan Yang Mah. Esa. 'ban kalaulah sudah sampai kepad.
sarana dan tujuan menghendaki sesualu yang diberkahi oleh Tuhan Yang
Maha Esa, Manusia/Hakimnyapun harus yang ber-taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Sayang persyaratan demikian belum dicanlumkan dalam V.V .
. No . 14tahun 1970.
.. Sebelum V.V. No. 19 tahun 1964 peradilan dilaksanakan Atas Nama
Keadilan. Setelah adanya V.V. No. 19 tahun ·1964 fasal 2 ayat I
,memerintahkan peradilan "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang
·MahaEsa"., Sesungguhnya perobahan dasar peradilan demikian sudah harus
'l berl3ku semenjak V.V.D. 1945 itu ada, sebagai konsekwensi dari pasal 29
:·I ·V.VD. 1945. Namun domikian walaupun baru setelah V.V. No. 19
l')'" ';:~!~:Ii~I~J 96~ dilJ!lpangkan berlakunya keadilan berdasar ke Tuhanan Yang
tc Esa . . tentunya belum ·Ierlamba.t untuk mengupayakan

~
~r~:jK1t~~~~~~~:E Bsa.pelaksanaa.~
Mahadan hukum itu sesuai dengan
bil:am:ana setelah berlakunya V.V.' No . 19 lahun
:1~~~~t~;~t~:ft~,~~ No. 14 tahun 1970 itu sampai sekarang masih
1! Hukum yang belum menerirr.a dan meyakini
:c. , •.;1;.1 berdasar ke Tuhanan
Yang Maha Esa itu sebagai sesuatu
. Y':'0i~y'an.g.h'iluS ,dipett'tngg:ung ja)Vab kan.
lel,m,di"Ltar:ak:an terutama bagi para Hakim untuk mengetahui
dan atau' me~gehl ,.• taupun; mampu menguji nilai-nilai keadilan yang •
ber-ke-Tuhanan itu seperti dipe,intahkan fasa! 4 ayat I ·yo. fasal 27 ayat I
V .V . No. 14 tahun 1970 harus dipergunakan lala cara penafsiran, penggalian

nilai-nilai hukum hW<um yang ber-ke-Tuhanan Yang Maha Esa dan tidak
dibenarkan mempergunabn cara penahanan yang seculair, yakni hukum
ialah semata-mata suatu segi gejala sosia!.
S~ba~ai contoh sederhana ten tang kesalahan penerapan prinsip hukum
seperll ItU la!ah:
SEORANG MUJAHIDIN PENEGAK HUKUM 57
BERDASAR KE-TUHANAN YANG MAHA ESA
a. . D'\lam faham h"kum seeulair:
Hukum baru ada kalau lebih dari satu orang, dalam arti baru
akan ada kemungkinan pertentangan kepentingan satu sarna
lain. Dari pemahaman seperti ini yang ditonjolkan ialah
kepen!ingan ,disebut hak. Pada umumnya seseorang akan
merasakan sangat dirugikan kalau dilanggar haknya. Tetapi tidak
merasa bersalah apalagi dirugikan kalau ia melupakan
kewajibannya.
b. Sebaliknya bliamana berdasar pengertian hukum Pane" Sila
(ber·Tuhan) seandainya hanya ada satu orang sajapun, ia sudah
harus berhukUlH. Berhukum dalam pengortian ia sela;u
mengindahkan kewajiban.

Dalam kedua contoh prinsip hukum itu nyatalah perbedaan. Dalam


sub. seculair, yang ditekankan ialah hak dan baru kewajiban. Sebaliknya
dalam faham hukum Panca Sila yang ber-Tuhan diutamak.n ialah
mengindahkan kewajiban. Hak diakui tetapi bukan ditonjoikap. Hak timbul
karena kesadaran fihak-filiak memenuhi kewajiban masing-masing.
Oleh seblb itu menurut hukum ber·Tuhan, yakni syari'at Islam,garis
hukum yang selalu diketemukan ialah Perintah dan Larangan Tuhan.
Sebagai eontoh :

"Janganlah kamu menganiaya dan janganlah teianiaya".


(Surah al Baqarah: 279).

"Sempurnakanlah perjanjian apabila kamu membuat perj.njian"


(Surah an-P.abi: 91) . .

Demikianlah Tl!han mengatur hukum-hukumnya sebagai peringatan


bagi hamba-hamba' Nya
Mungleinlcih karena alasan-alasan seperti itu dalam arti tidak
dieantumkan anC2.!nan hukuman secara terperin'ci seperti dalarn kitab
Undang-Undang Hukum Pidana berupa h ukuinan pokok, hukuman
tambahan dan sebagainya para Sarjana Hukum ' meragukan kearnpuhan
kemarnpuan hukum Tuhan itu menyelesaikan sengleeta baik pidana dan
perdata? Karenanya tidak layak dijadikan hukum positif? Memang Tuhan
tidak akan berbuat demikian, karena kalau sudah terWujud hukum seperti
itu namanya sudah mati dan kaku dan tidak abad!: Contoh nyata ialah
.seperti memberantas kejlhatan sekarang dianggap perlu diadakan perobahan
undang-undang untuk menyesuaikan hukum itu sesuai tingleat kejahatan.
Berbeda halnya dengan hukuman Tuhan.Dikenal dalam pidana hukum
qishas. Tuhan memberikan keleluasaan bagi sikorban/keluarganya untuk
berdasar imannya, mempertimbangkan 1,\lJ<uman apakah sebaiknya d,lam
kejahatan berdasar qiii/1as itu. hukuman yang semisalkah, ataukah maaf
dengan ganti rugi ataukah maaf sebulat maaf tanpa ganti rugi? 9Surah
aI-Baqarah: 178).
58 MAJALAH FHUI

Dalam pengertian demildan itulah jelas ad~nya pe'rliedaan yang sangat


menyolok diantara membalas kejahatan deng.,n hukuntan dengan memberi
ampunan. Mungkin karena yang demikian itulah faham tersebut
digolongkan oleh akhli hukum pada umumnya (yang 'seculair) hanya
urusan moral dan kesusilaan dan bukan kaedah 'hukum sehingga beliau perlu
berkata:

"Juga dalam hukum Islam perhubungan antara hukum dan kesusilaan


ilu sangat eratnya, ya sedemildan eratnya sehingga kaedah-kaedah
kesusilaan itu buat pertama kalinya dalam sejarah hukum secara' insyaf
disederajatkan tUil"nya dengan kaedah-kaedah hukum, 01eh karena
kedua-duanya r.1enurut !'iaham keagamaan "'.ma-sama f.edahnya
pahalanya bagi peneapai kesejahteraan dan keb~.hagiaan dunia dan
akhirat '(9).

Dalam iJukunya Fiqhud Dakwah (hal 6). M_Natsir berkata:


"Faham seculair, anak kandung dari materialisme, menganut cara yang
sebaliknya soal moral dianggap sebagai soal Agama tok_ Dan' agama
dalam Masyarakat seeulair tempatnya dimesjid atau di Gereja,
dikantor kawin dan di Taman Pekuburan_ Diluar itu daerah "netral
Agama".
Agama tidak ada dipasa.~, tidak ada ditompat tempat pemandian
umum."

Karena itulah kita tidak perlu heran, banyaknya terjadi kemaksiatan


discmentara kehidupan sohari-hari justru karena pengaruh pandangan
scculair terscbut telah meresap dalam kesadaran hukum Bangsa Idta pada
umW)lflya_ . _'., .'
Dalam memberi jalan keluar dari kesalah eurahan pengambilan nilai
da,npengertial) hukum inilah Prof.Mr.DrBAZAIRIN mengetengahkan pola
~'1Jikiran•.~e~tang ,huk.1!!'!yang telah lama dipergunakan dikahingan ulama
pel\diri-pendiri madzhab hukum Islam yang disebut al·khamsa. MelaJui
, ing'~1~ - al-~~ al-khamsa;' d~but pal-alakam seoagai hma macam
penjenisan kaedah, ukuran baik buruk perbuatan itulah dikemukakan
perbicin ant<va peibuatan . yang 'tidak terdiri atau kesusilaan atau yang
terlepas dari kesusilaan ~dalah suatu yang tidak layak untuk dinamakan
hukum_ Singkatnya hukum yang berurat kepada dan tirnbul dari sesuatu
Masyarakat adalah hukum'yang dilahlrkan oleh kesusilaan dalam Masyarakat
itu. . .
Membicarakan al-ahicam a1khamsa ini sarigat menarik. Semakin dikaji
semakin luas dan semaldn dalam/hikmah ilmu yang dapat digali dari
padanya . Dall liada atall kuran!1lYa diperhatikan penjenisan kaedah seperti
inilah yang sering kali menyebatkan terbentuknyo hukum yang kurang,
lebili tegasnya tidak mengenai sasarannya sebagai sarana mewujudkan
kesejahteraan, kebahagiaan tidak saja dunia tetapi juga akhirat.
Dalam membuat peratur~n ataupun melaksanakan, menerapkan
) 59
SEORA.N(/'MUiAHIDlN PENEGAK HUKUM
BERDASAR KE- TUHANAN YANG MAHA ESA
pe r~turan unsur 'kesusilaan yang menjadi penentu nilai akh'i rat sangat
diabiiikan. Kita selalu terpusat kepada tujuan dan seolah' olah berpendapat
kalau ada peraturan ini akan dapal dihambat pelanggaran itu. Kalau ada
peraturan tertentu pasti akan tercap'ilah kemakmuran yang dituju,
Secara theori benar. Tetapi nyatanya yang terjadi sebaliknya. Menjadi
pertanyaan apa penyebabnya? Kembalilah kepada apa yang dilukiskan oleh
Prof.MrDLHAZAIRIN itu, karena melalaikan faktor kesusilaan dalam
membuat dan menerapkan peraturan hukum itu,
Adanya peraturan dewasa ini dengan sangat menyesal harus
dikonstatir , bukan untuk dipatuhi, tetapi akan dicari lobang~obang
keiolosar.nya. F.kta yang terjadi disekeliJing kita , bahaya penyelundupan
bahaya narkottka , bahaya demaralisasi can iain lain yang sampai .sampai
perlu ditingkltkan qilalifikasi kejahatan itu sebagai subversi merongrong
wibawa mengancam kesclamatan dan keamanan Negara dan ' Bangsa.
Benarlah konstatasi itu,
Tetapi tentunya pertama-tama haruslah ditinjau latar belakang
penyebabnya . Apakah karena kurangnya peraturan hukum? Ataukah faktor
lain? Jawabnya ialah harus dilihat karena tidak berpijak tolak dari
pandangan hukum yang ber Panca Sila yang ber Tuhan , Dengan pengadaan
peraturan hukum semata.mata tidak mungkin dicapai ketertiban hukum.
Yang perlu diutarakan ial.ah memperbaiki nilai ·nilai susila yang berpusat
pada diri pribadi, go!ongan, Masyara!<:at dan Bangsa ialah susila ber Tuhan.
Tanpa menjadikan ini sebagai therapie, sulitlah dipenuhi tuntutan tegaknya
hukum dan keadilan karena tanggung jawab untuk menegakkan keadilan
sudah sangat diragukan, Tuhan berkata:
"Hai orang-orang yang beriman! Hendaklah kamu menjadi
orang-orang yang kuat menegakkan keadilan menjadi saksi kebenaran
karena Tuhan, biarlah terhadap DlRTMU sendiri. atau IBU BAPAKMI )
a:au KERAIiATMU ataupun l:epada yang KAY A dan MISKIN"
(Surah Anisa: (35) .
Kalau menurut · sistematika: Tuhan menurunkan kewajiban manusia
ten tang keadilan itu, adalah berawal dari DIRT sendiri dan IBU BAPAK.
Kataulah boleh diperumpamakan bilamana terhadap dirisendiri dan kepada
!bu Bapak telah dapat berlaku adil tidakAKAN SUSAH berlaku adil
terhadap orang lain,
\' Inilah sistematika hukum Tuhan,
Contoh demoralisasi yang melanda sebagian kehidupan Masyarakat
tidak terlepas dari tidak adanY' lagi nilai keousilaan. Katakanlah alat
kontrasepties yang d.ciptakan untuk membatasi kelahiran secara syah,
sebaliknya menirnbulkan ekses dipergunakan untuk pembatasan kdahiran
TlDAK SY AH dalam melakukan hubungan riiluar pernikahan secara aman
dan teriarolin. lnikah yang disebut beEau sebagai '

"Janganlah engkau takut untuk berzinah itu selama dalam Masyarakat


adatmu berzinah itu masih merupakan acara bebas?"
vv MAJALAH FHUI

Praktek free·sex menjadi kebanggaan, •.e\Ilent~ra orang/golongan


Apalagi yang demikian dirangsang oleh "fIlm.Him, bacaan·bacaan porno.
Bahaya narkotika tidaI< 'terlepas pula' 'dari pautan talCta demikian Kalau
sudah a.susiIa tidak ad? l~gi rasa malu. S~)ah siapakah? >

Kita tidak akan mampu atau tidak dapat memberantas segala IUpa
kejahatan itu, kalau hanyalah meliba.t kan pemberantasan tentang
akibat-akibat. Pemberantasan akibat adalah MUSTAHIL Yang harus
diberantas ialah PENYEBAB dan penyebab ini iaiah seperti dikonstatic ada
pada diri sendiri. Menipis, menurunnya ataukah rlmngkin meniadanya rasa
SUSILA dalam kehidupan golongan Masyarakat yang 3eyogyanya memberi
contoh dan teladan 'sat,gat disayangkan untuk ini sewaJarnyalah kita
bennawas·diri.
Adalah merupakan ayat Tuhan dalam rangka penulisan ini, oleh harian
Kompas tanggaI 22 Jull 1976 dimuat tulisan Y.BMANGUNWIJAYA,
beIjudul: PESAN SANG GERMO. Tanpa perlu memberi ulasan cukup jelas
dan tandas, jerit tangis SANG GERMO. Air mata hanya ada k.lau musibah
menimpa dirinya kalau kepada orang lain itu bukan urusannya. Sebaliknya
dalam memperaleh rezeki tanpa hak ujf pemeo ialah mumpung dan
usahakan memanfaatkan scliap kesempatan Halal tid,k halal tidal< perlu
diperkamuskan. Asal untung diawak puntung diurang tidakjadi penghalang.
Suatu sketsa kehidupan yang sangat tragis yang terjadi disementara kaIangan
dan kehidupan kita. Mudall·mudahan tulisan itupun bukanlah fakta
kebenaran, tetapi patut menjadi perhatian.
Menyadari dan menginsyafi gejala demikian itulah sebagai seorang
hakim dalam tilgas sehari·hari melibat borak·borok penyakit yang sangat
mengganggu keserasihan hidup ini kami ikut prihatin atas tulisan tersebut.
Pelanggaran susiIa, didorang oleh rangsangan tempat tempat maksiat,
penipuan yang diperlicin oleh tempat .tempat casino satu sarna lain sangkut
bersangkut mempercepat, memperluas a!dbatnya. Sesungguhnya secara
landas telan diperingatkan Tuhan, a1-
"dan jangan kamu menghampiri.zinah, karena ' sesungguhnya itu
adalah sesuatu perbuatan yang memalukan, dan satu kejahatan yang
membukakanjalan·bagi Iain~ain kejahatan' (Surah al Isra 32).
Kembali kepada kita sekarang untuk berenung dan bermawas diri,
tentang peringatan Tuhan itu! Dalam memahami keadaan itulah kami
semakin lama semakin bertanya, apabiIa kebudayaan sejak tahun 1950 telah
disinyalir dan dikemukakan oleh Guru kami itu bangsa kita ini masih belum
berakhlak berkesusitaan Nasional tidakkah akan ' menjadi perhalian kita
untuk memperbaiki keadaan itu agar apa yang dikemukakannya sebagai
ciri.bangsa yang bangsa kalau dikatakan bangsa beradat bangsa yang
ber·Tuhan tetap kita pelillara.
Harapan beliau ialah a!ltara lain:
"adalah dua macam ucapan yang saya percaya sampai sekarang ini dan
juga buat masa yang akan datang dalam hati malahan saya katakan
untuk seIama·lamaaya tetapi akan dirasakan oleh Bangsa Indonesia
SEORANG MUJAHIDIN PENEGAK RUKUM 61
BERDASAR KE-TURANAN YANG MARA ESA
sebagai eelaan-celaan Nasional yang sangal hebal, yakni ueapan "Iiada
beradal" dan ueapan "Iidak ber-Tuhan" walaupun sekali yang lerken,
ueapan itu mungkin rnernpunyai pengertian ke-Tuhanan yang berlainan
dari pengerlian ke:ruhanan Yang Maha Esa. Menerima ajar 'Iidak lallU
hukum adat" alau "tidak lahu hukum Agarna" belumlah perasaan
akan lergoneang, akan lelapi disifalkan sebagai 'Iidak beradal' alau
"Iidak ber-Tuhan" akan dirasakan sebagai eacian alau penghinaail,
yang dapat rnenimbulkan marah, setidak-tidaknya sebagai eelaar. yang
akan rnenirnbulkan perasaan malu" (I 0).

Sebagai kami ularakan dialas, sebagai seorang rnurid didik yang


menyadari i<elulusan eita-perjuangan beliau, kami berlekad untuk
meneruskan ajarannya , yang semakin didalarni semakin lerbuka kandungan
hikmah dari dasamy" melalui ijtillad seperti beliau usaha kembangkan .

Berkat ajar didik beliau ilulah kami semakin dalam berkeyakinan


fungsi agama dalam kehidupan Bangsa yang rnengaku ber Tuhan ini
merupakan unsur penenlu keacah mana hukum dilujukan , kearah mana
Bangsa ini dikapalkan. Karena ilu juga merasa berkewajiban penerapan
hukum yang berlentangan dengan ajaran Agarna benarlah disebul ajaran
Iblis harus dikikis dari perhukuman kila.
Didorong keinginan membalas kebajikan beliau kepada umal dan
Bangsa, tidak salahn)'a kalau dikelengahkan hadis Nabi

"Siapa yang membual sunnah yang baik maka ia mendapal pahala dan
pahala orang.orang yang mengerjakannya sampai hari kiamal . dan
siapa yang membual sualu sunnah yang buruk maka ia menanggung
dosanya dan dosa orang-orang yang melakukannya sampai hari
kiamal" (II).

Marilah kila renungkan unluk kemudian diarnalkan membual sunnah


yang baik itu serla meninggalkan sunnah yang buruk. Karena dengan
demikianlah baru namanya kila warga Indonesia Panea Sila sebagai Bangsa
dan Negara bertasyakkur alas berkal dan ridha Tuhan Seru Sekalian Alam,

Telah pernah kila diperingatkannya kalau peristiwa ilu dibaca sebagai'


ayal, ialah peristiwa G.30 .SjPKI yang keguguran ilu, dalam Firman-Nya

"Wahai orang-orang yang beriman ingatlah akan ni'mal Allah yang


telah dikaruniakan kepadamu tatkala suatu kaum mengulurkan langan
mereka (unluk membinasakan kaum) Maka ia telah menahan
tangan-tangan mereka ilu (untuk melindungimu) . Maka berbaktilah
kep.da Allah dan kepaca AllahJah orang-crang ber:m~ berserah diri
(Surah al Maidah" (I I).

Bilamana yang demikian ilu ialah ni'mat yang kila harus berlasyakkur
karenanya Tuhan-pun sudah menjanjikan .
62 MAJALAH FHUI

"Jikalau sekiranya penduduk kola-kota beriman dan bertaqwa


pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit
dan bumi" (Surah al A'raf: 97) tetapi kalau sebaliknya kita lupa dan
takbur sudah siap pula peringatannya:
Tetapi mereka mendustakan (ayal-ayat kami) ilu, maka kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya' (Surah al A raf 97)" _ .

Se:noga tidaklah termasuk kita ini dari golongan yang mengingkari


ni'mat Tuhan itu.
Abadilah amal don iman-:nu, guru kami yang besar.

Besar karena cita dan perjuongan . Amion.


Jakarta 25 Jull 1976.

,.
. ;'

-I

Anda mungkin juga menyukai