Anda di halaman 1dari 16

1

HALAMAN JUDUL

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP KEJADIAN OBESITAS


PADA ORANG DEWASA DI KALIMANTAN TIMUR

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Blok Foundational of Public Health
di Program Studi Magister Gizi Kesehatan Masyarakat
Alma Ata Graduates School of Public Health

Oleh:

Sorra Milwayani Septiyana


200800010

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


DEPARTEMEN KESEHATAN MASYAKARAT
UNIVERSITAS ALMA ATA
2020
2

LATAR BELAKANG

Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Hal ini
dipicu modernisasi di seluruh belahan dunia yang membawa kemajuan dalam berbagai
bidang. Tidak terkecuali pada standar kehidupan dan pelayanan yang kini telah tersedia.
Konsekuensi negatif dari modernisasi tersebut dapat berpengaruh kepada gaya hidup
seseorang terutama dalam kehidupan sehari-hari seperti pola makan yang mengalami
penyimpangan dan gaya hidup yang tidak banyak bergerak atau kurang aktivitas fisik. Hal
tersebut dapat menjadi penyebab munculnya masalah berat badan lebih di dunia dengan
prevalensi yang setiap tahun mengalami peningkatan hingga saat ini (Mauliza, 2018).
Prevalensi berat badan lebih tahun 2016 secara global mengalami peningkatan
hingga tiga kali lipat terhitung sejak tahun 1975 (World Health Organization, 2018).
Prevalensi overweight menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2016
sebanyak 1,9 milyar orang dewasa (umur >18 tahun) dan 13% populasi orang dewasa di
dunia mengalami obesitas atau 650 juta dari jumlah tersebut (World Health Organization,
2018). Prevalensi berat badan lebih di seluruh dunia ini begitu tinggi hingga disebut
sebagai tren internasional atau “globesity” (Mahan LK, 2007) dan menjadi masalah gizi
yang cukup serius. Tidak terkecuali yang terjadi di negara berkembang salah satunya
yaitu Indonesia. Prevalensi overweight dan obesitas diprediksi akan terus mengalami
peningkatan (Rachmi, Li and Alison Baur, 2017).
Menurut survei nasional yang dilakukan di seluruh provinsi Indonesia dalam Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa 13,6% penduduk dewasa
(umur >18 tahun) mengalami overweight dalam hal ini terjadi peningkatan selama 10
tahun terakhir. Prevalensi overweight tahun 2007 (8,6%) dan 2013 (11,5%) sedangkan
obesitas sebesar 21,8% terjadi peningkatan sebesar 7% dari tahun 2007 (14,8%)
(Kementerian Kesehatan RI, 2018b). Prevalensi overweight dan obesitas tertinggi berada
di Provinsi Sulawesi Utara yaitu sebesar 16,3% overweight dan 30,2% obesitas.
Sedangkan, kejadian overweight di Kalimantan Timur sebesar 15,5% dan obesitas
sebesar 28,7% Angka tersebut menempatkan Kalimantan Timur dalam tiga provinsi
dengan prevalensi obesitas tertinggi di Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Overweight dan obesitas dapat dialami oleh semua kelompok usia, dan rentan
terjadi pada usia muda seperti mahasiswa (Halim, Suzan and Karolina, 2019). Pada masa
ini, rentan terhadap perubahan pola konsumsi yang mengakibatkan energi yang
3

dikonsumsi menjadi tidak seimbang. Perubahan gaya hidup pada masa ini membuat
seseorang menjadi malas atau kurang bergerak, terutama pada gaya hidup modern
mahasiswa yang rentan terhadap peningkatan berat badan (Nelson et al., 2008). Tahun
pertama masa kuliah pada laki-laki dan perempuan dapat mengalami peningkatan berat
badan sebanyak 3 dan 4,3 kg (De Vos et al., 2015) sedangkan dari masa matrikulasi
hingga kelulusan terjadi kenaikan berat badan sebesar 1,7 kg (perempuan) dan 4,2 kg
(laki-laki) (Racette et al., 2008). Menurut American College Health Association tahun
2010 sebanyak 28,8% mahasiswi dan 39,4% mahasiswa mengalami overweight dan
obesitas (American College Health Association, 2009).
Overweight dan obesitas merupakan akibat ketidakseimbangan energi atau
keseimbangan energi positif dalam jangka waktu yang lama (Wulandari, Widari and
Muniroh, 2019). Hal ini berkontribusi pada munculnya epidemi awal penyakit tidak
menular (Choudhury et al., 2014) seperti hipertensi, diabetes, dislipidemia, dan disfungsi
ginjal (Hall, 2014). Penyakit tidak menular muncul dapat disebabkan oleh pola makan
yang tidak sehat dan kurang aktivitas fisik.
4

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Overweight dan Obesitas
a. Definisi Overweight dan Obesitas
Overweight dan obesitas digunakan untuk menyatakan adanya kelebihan
berat badan pada seseorang (Kholidah Gustiyani, 2017). Overweight adalah
kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal namun belum sampai
pada obesitas. Umumnya kelebihan berat badan dapat berasal dari berat otot,
tulang, lemak, dan atau air (Husain, Tendean and Queljoe, 2015). Overweight
berarti adanya peningkatan berat badan jika dibandingkan dengan standar berat
badan yang seharusnya (Levi et al., 2015). Seseorang dengan kategori status gizi
overweight jika Indeks Massa Tubuh (IMT) berada di rentang 25,1 - 27 kg/m 2
pada orang dewasa (Kementerian Kesehatan RI, 2018a). Sedangkan, klasifikasi
status gizi overweight pada orang dewasa di wilayah Asia-Pasifik menurut WHO
jika IMT berada pada rentang 23,0 - 24,9 kg/m 2 (World Health Organization,
2000). Overweight jika tidak segera ditangani dalam jangka panjang dapat
menjadi obesitas.
Obesitas merupakan penumpukan/akumulasi lemak yang berlebihan akibat
ketidakseimbangan antara asupan energi (energy intake) dengan energi yang
digunakan (energy expenditure) dalam jangka waktu yang lama (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2017). Penimbunan jaringan lemak yang
berlebihan atau abnormal tersebut dapat berdampak negatif dan mengganggu
kesehatan (World Health Organization, 2018). Obesitas merupakan penyakit
metabolik kronis yang ditandai dengan peningkatan simpanan lemak dalam tubuh
sehingga dapat memperburuk kesehatan. Obesitas menjadi salah satu penyebab
utama kecacatan dan kematian serta memengaruhi tidak hanya orang dewasa
tetapi juga anak-anak dan remaja di seluruh dunia (Aktar, Qureshi and Ferdous,
2017).

b. Faktor-faktor yang Memengaruhi Overweight dan Obesitas


Penyebab mendasar terjadinya overweight dan obesitas adalah
ketidakseimbangan energi antara energi yang masuk dan energi yang keluar
(National Institutes of Health, 2019) atau dengan kata lain ketidakseimbangan
5

antara makanan yang dikonsumsi dengan aktivitas fisik (Mahan LK, 2007).
Overweight dan obesitas merupakan suatu kondisi dengan penyebab multi faktor
seperti gaya hidup yang dipengaruhi oleh lingkungan, perilaku, psikologis,
fisiologis, sosial, dan faktor genetik (Widjanarko and Margawati, 2016). Berikut ini
faktor-faktor yang memengaruhi overweight dan obesitas:
1) Faktor genetik
Banyak faktor hormonal dan syaraf yang terlibat dalam pengaturan
berat badan ditentukan oleh keturunan dan genetik, sehingga dapat
berpengaruh kepada sinyal jangka pendek dan jangka panjang yang
menentukan rasa kenyang dan aktivitas makan. Kecacatan kecil yang terjadi
pada ekspresi gen dapat berkontribusi signifikan terhadap kenaikan berat
badan (Mahan LK, 2007). Memiliki anggota keluarga yang mengalami
overweight ataupun obesitas dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami
overweight ataupun obesitas .
Bila salah satu orang tuanya obesitas, peluang faktor keturunan
menjadi obesitas sebesar 40-50% dan bila kedua orang tuanya menderita
obesitas maka peluang faktor keturunan menjadi 70-80% (Kementerian
Kesehatan RI, 2018a). Sedangkan, pada orang tua yang tidak mengalami
obesitas maka risiko anak mengalami obesitas <10% (Atika Proverawati,
2010).
2) Faktor lingkungan
a) Perilaku makan
Perilaku makan merupakan gambaran perilaku yang berhubungan
dengan frekuensi makan, pola makan, kesukaan makan, dan pemilihan
makan. Perilaku dan pola makan yang salah dapat menyebabkan terjadinya
masalah gizi yaitu overweight dan obesitas. Beberapa perilaku makan pada
seseorang dengan status gizi overweight adalah sebagai berikut:
(1) Konsumsi snack dalam jumlah yang berlebihan
Snack atau makanan ringan biasa dikonsumsi untuk mengatasi
rasa lapar. Kesibukan yang dialami seseorang mengakibatkan
terlewatnya waktu makan. Kegiatan yang padat dan aktivitas pekerjaan
yang menyita waktu makan membuat seseorang mengganti waktu
makan dengan ngemil atau mengonsumsi snack. Jika hal ini dilakukan
secara terus menerus akan berdampak buruk dan menyebabkan
6

overweight bahkan obesitas (Sebastian, Cleveland and Goldman,


2008).
(2) Lebih suka makan di luar rumah, seperti makan di restoran cepat saji
(fast food)
Kehadiran restaurant fast food kini memengaruhi pola makan
seseorang, karena restoran-restoran tersebut cenderung memiliki
tempat yang nyaman dan harga makan yang disajikan terjangkau
dengan uang saku, pelayanan cepat, dan jenis makanannya sesuai
dengan selera (Sharkey et al., 2011).
Fast food atau makanan cepat saji merupakan makanan padat
energi (tinggi lemak, tinggi gula namun rendah serat) dengan harga
yang murah dan ukuran porsi besar sudah membuat seseorang merasa
kenyang. Fast food dikenal pula dengan istilah junk food. Junk food
berkontribusi terhadap terjadinya obesitas (Nurwanti, Hadi and Julia,
2013). Jika terlalu banyak dikonsumsi dapat menyebabkan
peningkatan jumlah asupan energi yang menyebabkan overweight dan
obesitas (Kementerian Kesehatan RI, 2018a).
(3) Kurangnya konsumsi sayur dan buah
Peningkatan konsumsi makanan fast food menyebabkan
kurangnya konsumsi sayur dan buah sehingga asupan serat yang
dikonsumsi menjadi rendah. Serat berperan penting terhadap
overweight dan obesitas karena dengan mengonsumsi serat dalam satu
hari dapat mengurangi rasa lapar dan menunda pengosongan lambung.
Sehingga, menurunkan risiko terjadinya overweight dan obesitas
(Suzanne Johnson, 2014).
Menurut rekomendasi Pedoman Gizi Seimbang (PGS) pada
tahun 2014, masyarakat Indonesia dianjurkan untuk mengkonsumsi
sayuran 3-4 porsi dalam sehari atau setara dengan 250 gr/hari dan
konsumsi buah 2-3 porsi dalam sehari atau setara dengan 150 gr/hari
(Adriani M dan Bambang W, 2012).
(4) Gemar mengkonsumsi SSBs
Salah satu jenis dari SSBs adalah minuman ringan atau soft
drink. Soft drink merupakan minuman kemasan yang siap untuk
diminum, dijual dimanapun dalam bentuk botol atau kaleng,
7

mengandung non alkohol, memiliki rasa, berkarbonasi maupun non


karbonasi. Salah satu soft drink yang digemari dan diminati di
Indonesia adalah minuman berkarbonasi. Berdasarkan Report of Soft
Drink Consumption Habits In Indonesia data tahun 2014
menggambarkan konsumsi soft drink di Indonesia cukup tinggi dengan
persentase 35,7% (Nusaresearch team, 2014).
Minuman ringan mengandung gula yang tinggi. Gula dari
pemanis buatan tidak baik bagi kesehatan karena menyebabkan jumlah
asupan energi menjadi berlebih (Suzanne Johnson, 2014). Minuman
ringan dengan tambahan gula berkontribusi secara substansial pada
asupan energi sehari-hari mahasiswa (Bawadi et al., 2019). Asupan
energi yang berlebih dari pemanis buatan dapat meningkatkan risiko
overweight, obesitas, diabetes melitus, dan karies gigi (Barasi Mary E,
2009).
b) Budaya
Modernisasi membawa perubahan pada perilaku makan tradisional
yang semula tinggi karbohidrat dan serat serta rendah lemak bergeser
menjadi makanan yang tinggi kalori, lemak, kolesterol, garam, dan rendah
serat. Hal ini dapat dilihat dari pola makan kalangan orang dewasa yang
lebih memilih mengkonsumsi fast food atau makan cepat saji (Barasi Mary
E, 2009).
Kebiasaan makan yang berubah kini terjadi salah satunya karena
adanya globalisasi secara luas sehingga gaya hidup bergeser menyesuaikan
perkembangan zaman (Kurdanti et al., 2015). Perubahan gaya hidup yang
menjurus ke sedentary dan westernisasi berakibat pada pola makan dan
konsumsi makanan padat energi yang berdampak pada meningkatnya
risiko overweight dan obesitas (Mauliza, 2018).
c) Lingkungan dan teman sebaya
Lingkungan seseorang dan kehidupan sosial yang lebih sering
bersama keluarga dapat mendorong perilaku makan yang baik. Seseorang
yang lebih sering bersama dengan temannya daripada keluarga akan
mendorong perilaku makan yang tidak baik (Barasi Mary E, 2009).
Keluarga atau orang tua akan berpengaruh positif sedangkan teman sebaya
dapat berpengaruh negatif terhadap perilaku makan dan pemilihan makan
8

(Mahan LK, 2007). Jika bersama teman sebaya pemilihan makanan bukan
berdasarkan kandungan gizi makanan yang dikonsumsi akan tetapi hanya
ditujukan untuk kesenangan dan sosialisasi bersama lingkungan yang ada
(Barasi Mary E, 2009).
d) Aktivitas fisik dan gaya hidup
Modernisasi membawa perubahan dalam berbagai bidang
kehidupan. Gaya hidup masyarakat yang semakin mudah mendapatkan
sesuatu menyebabkan perilaku sedentary lifestyle. gaya hidup masyarakat
yang hanya berdiam diri adalah faktor dari berkembangnya obesitas. Lebih
sedikit orang yang melakukan aktivitas fisik atau olahraga dan lebih
banyak memilih menghabiskan waktu dengan kegiatan berbasis layar
seperti menonton tv, film, menggunakan smartphone, bermain game, dan
Komputer. Perubahan gaya hidup akibat modernisasi tersebut
menyebabkan terjadinya penurunan aktivitas fisik (Mahan LK, 2007).
Aktivitas fisik merupakan salah satu komponen untuk pengeluaran
energi, setiap gerakan yang dihasilkan oleh otot rangka dari aktivitas fisik
yang dilakukan dapat mengeluarkan energi sekitar 20-50% dari total
pengeluaran energi (Strasser, 2013). Aktivitas fisik yang tidak memadai
atau kurang gerak (sedentary lifestyle) ditambah dengan asupan kalori
yang berlebihan dalam jangka waktu yang panjang merupakan penyebab
bertambahnya berat badan (Mahan LK, 2007) .
Aktivitas fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot dan
mengurangi massa lemak tubuh. Sebaliknya jika aktivitas fisik tidak
dilakukan secara teratur maka dapat mengurangi massa otot dan
meningkatkan adipositas pada tubuh (Iriantika and Margawati, 2017).
Aktivitas fisik untuk menurunkan berat badan dapat menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus tipe 2 (NHLBI, 2013).
Walaupun peningkatan aktivitas fisik dapat menurunkan berat badan
namun harus diimbangi pula dengan pengaturan asupan makan yang baik
dan sehat.

c. Dampak Overweight dan Obesitas


Dampak overweight dan obesitas dapat menyerang organ tubuh dan
menyebabkan berbagai macam gangguan kesehatan. Overweight dan obesitas
9

meningkatkan risiko kronis penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes,


dislipidemia, dan disfungsi ginjal (Hall, 2014), serta penyakit kardiovaskular yang
berpotensi menjadi penyakit jantung koroner, stroke, dan kanker (World Health
Organization, 2018). Seiring meningkatnya lemak tubuh seseorang, penyakit kanker
seperti kanker payudara, kanker usus besar, kanker prostat dan organ lainnya juga
terus meningkat. Overweight dan obesitas menjadi penyebab dari 44% risiko
diabetes, 23% risiko penyakit jantung iskemik dan 7-41% risiko penyakit kanker
tertentu (World Health Organization, 2013). Overweight dan obesitas diperkirakan
menyebabkan 3,4 juta kematian, 4% penurunan usia harapan hidup dan 4%
kematian yang disebabkan karena disabilitas (Ng et al., 2014).

Gambar 1. Dampak Overweight dan Obesitas

2. Situasi Analisis Obesitas di Berbagai Negara


10

3. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep


A. Kerangka Teori
11

B. Kerangka Konsep

COVID-19

Obesitas

Gambar 2. Kerangka Konsep

3 Pembahasan
Upaya mengatasi masalah yang sudah dan dapat dilakukan di Indonesia
12

PENUTUP
a. Simpulan dan Saran
Rencana tindak lanjut
13

DAFTAR PUSTAKA
Adriani M dan Bambang W (2012) Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kharisma
Putra Utama.
Aktar, N., Qureshi, N. K. and Ferdous, H. S. (2017) ‘Obesity: A Review of Pathogenesis and
Management Strategies in Adult’, Delta Medical College Journal, 5(1), pp. 35–48. doi:
10.3329/dmcj.v5i1.31436.
American College Health Association (2009) ‘American College Health Association-National
College Health Assessment Spring 2008 Reference Group data report (abridged): the American
College Health Association’, J Am Coll Health, 57, pp. 477–88.
Atika Proverawati (2010) Obesitas dan Gangguan Perilaku Makan pada Remaja. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Barasi Mary E (2009) At A Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga.
Bawadi, H. et al. (2019) ‘Sugar-sweetened beverages contribute significantly to college students’
daily caloric intake in jordan: Soft drinks are not the major contributor’, Nutrients, 11(5). doi:
10.3390/nu11051058.
Choudhury, J. et al. (2014) ‘Is Obesity, the new world syndrome’, all with the brain or beyond?’,
New Research in Cardiovascular Health, (June 2014), pp. 131–158.
Deliens, T. et al. (2015) ‘Correlates of University Students’ Soft and Energy Drink Consumption
According to Gender and Residency’, pp. 6550–6566. doi: 10.3390/nu7085298.
Denna, I. and Badr, S. A. E. F. (2015) ‘Effects of Diet Control and Physical Activity for 10
Weeks on Body Mass Index and Lipid Profile’, Sanitas Magisterium. doi:
10.12738/sm/2015.1.006.
Fowler et al. (2015) ‘Diet Soda Intake is Associated with Long-term Increases in Waist
Circumference in a Biethnic Cohort of Older Adults’, J Am Geriatr Soc, 63(4), pp. 708–715.
Halim, R., Suzan, R. and Karolina, M. E. (2019) ‘Pengaruh Terapi Gizi Klinik Intensif Terhadap
Penurunan Berat Badan , Komposisi Tubuh , dan Profil Lipid pada Remaja Overweight dan
Obesitas’, JMJ, 7(1), pp. 88–95.
Hall, M. e (2014) ‘Obesity, hypertension, and chronic kidney disease’, Int. J. Nephrol. Renovase.
Dis, pp. 75–88.
Husain, A., Tendean, L. and Queljoe, E. De (2015) ‘Pengaruh Kelebihan Berat Badan /
Overweight Terhadap Terjadinya Disfungsi Seksual Pria’, Jurnal e-Biomedik, 3(3). doi:
10.35790/ebm.3.3.2015.10143.
14

Iriantika, K. A. and Margawati, A. (2017) ‘Studi kualitatif pengaruh pemberian konseling gizi
terhadap perubahan sikap dan pemilihan makan pada remaja putri overweight’, Journal of
Nutrition College, 6(1), p. 19. doi: 10.14710/jnc.v6i1.16887.
Kementerian Kesehatan RI (2018a) ‘FactSheet Obesitas’, pp. 1–8. Available at:
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/N2VaaXIxZGZwWFpEL1VlRFdQQ3ZRZz09/2018/02/FactS
heet_Obesitas_Kit_Informasi_Obesitas.pdf%0Ahttp://www.p2ptm.kemkes.go.id/dokumen-
ptm/factsheet-obesitas-kit-informasi-obesitas.
Kementerian Kesehatan RI (2018b) ‘Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia
tahun 2018’, Riset Kesehatan Dasar 2018, pp. 182–183.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2017) ‘Panduan Pelaksanaan Gerakan Nusantara
Tekan Angka Obesitas’, p. 32. Available at: https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjD9tGYyP3jAh
WCfH0KHW-nCJEQFjABegQIARAC&url=http%3A%2F%2Fp2ptm.kemkes.go.id%2Fuploads
%2F2017%2F11%2FPedumGentas.pdf&usg=AOvVaw34OpBSfDPL7vArraGi7Krg.
Kholidah Gustiyani (2017) Pengaruh Senam Aerobic High Impact terhadap Penurunan Lingkar
Perut pada Peserta Wanita dengan Berat Badan Berlebih di Sanggar Malang. Malang.
Kurdanti, W. et al. (2015) ‘Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian obesitas pada remaja’,
Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 11(4), p. 179. doi: 10.22146/ijcn.22900.
Levi, J. et al. (2015) The State of Obesity-Beteer Policies for A Helathier America, Trust for
America’s Health.
Mahan LK, S. S. K. (2007) ‘Food nutrition ad diet therapy’, in Elsevier’s Health Science Right
Dept. Pensilvania, pp. 101–110.
Mauliza (2018) ‘Obesitas dan Pengaruhnya Terhadap Kardiovaskular’, Jurnal Averrous, 4(2),
pp. 1–10.
National Institutes of Health (2019) Obesity. Available at: https://medlineplus.gov/obesity.html
(Accessed: 14 January 2020).
Nelson, M. C. et al. (2008) ‘Emerging adulthood and college-aged youth: An overlooked age for
weight-related behavior change’, Obesity, 16(10), pp. 2205–2211. doi: 10.1038/oby.2008.365.
Ng, M. et al. (2014) ‘Global, regional, and national prevalence of overweight and obesity in
children and adults during 1980-2013: A systematic analysis for the Global Burden of Disease
Study 2013’, The Lancet. doi: 10.1016/S0140-6736(14)60460-8.
NHLBI (2013) ‘Managing Overweight and Obesity in Adults: Systematic Evidence Review from
the Obesity Expert Panel’, National Heart, Lung, and Blood Institute. doi: 10.1002/oby.20819.
Nurwanti, E., Hadi, H. and Julia, M. (2013) ‘faktor risiko terjadinya obesitas pada anak sekolah
15

dasar kota dan desa di Daerah Istimewa Yogyakarta’, Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia, 1(2),
pp. 59–70.
Nusaresearch team (2014) ‘Report of Soft Drink Consumption’, (February). Available at:
http://nusaresearch.com.
Racette, S. B. et al. (2008) ‘Changes in Weight and Health Behaviors from Freshman through
Senior Year of College’, J nute Educ Behaviour, 40(1), pp. 39–42. doi:
https://doi.org/10.1016/j.jneb.2007.01.001.
Rachmi, C. N., Li, M. and Alison Baur, L. (2017) ‘Overweight and obesity in Indonesia:
prevalence and risk factors—a literature review’, Public Health. doi:
10.1016/j.puhe.2017.02.002.
Rosdiana (2014) Pengaruh Demografi, Sosial-Ekonomi, Gaya Hidup, Status Gizi dan Kesehatan
terhadap Kejadian Obesitas Sentral pada Ibu Rumah Tangga. Semarang.
Sebastian, Cleveland and Goldman (2008) ‘Effect of Snacking Frequency on Adolesents Dietary
Intakes and Meeting National Recommendations’, Journal Adolescent Helath, 42(5), pp. 503–
511.
Sharkey, J. R. et al. (2011) ‘Focusing on fast food restaurants alone underestimates the
relationship between neighborhood deprivation and exposure to fast food in a large rural area’,
Nutrition Journal. doi: 10.1186/1475-2891-10-10.
Strasser, B. (2013) ‘Physical activity in obesity and metabolic syndrome’, Annals of the New
York Academy of Sciences. doi: 10.1111/j.1749-6632.2012.06785.x.
Suzanne Johnson (2014) Healthy Food Guidelines for First Nations Communitites. British
Columbia: First Nations Health Authority.
De Vos, P. et al. (2015) ‘Weight gain in freshman college students and perceived health’,
Preventive Medicine Reports. The Authors, 2, pp. 229–234. doi: 10.1016/j.pmedr.2015.03.008.
Widjanarko, B. and Margawati, A. (2016) ‘Pengaruh intervensi pendidikan gizi terhadap
peningkatan pengetahuan gizi, perubahan asupan zat gizi dan indeks massa tubuh remaja
kelebihan berat badan’, Jurnal Gizi Indonesia: The Indonesian Journal of Nutrition, 4(1), pp. 38–
47. doi: 10.14710/jgi.4.1.38-47.
World Health Organization (2000) Prevalence of obesity in Malaysia. In: The Asia-Pacific
perspective: redefining obesity and its treatment, Geneva, Switzerland: World Health
Organization. doi: 0-9577082-1-1.
World Health Organization (2013) World Health Statistics.
World Health Organization (2018) Obesity and Overweight. Available at:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/obesity-and-overweight (Accessed: 16
16

November 2019).
Wulandari, A. R., Widari, D. and Muniroh, L. (2019) ‘Hubungan Asupan Energi, Stres Kerja,
Aktifitas Fisik, Dan Durasi Waktu Tidur Dengan Imt Pada Manajer Madya Dinas Pemerintah
Kota Surabaya’, Amerta Nutrition, 3(1), p. 40. doi: 10.20473/amnt.v3i1.2019.40-45.

Anda mungkin juga menyukai