Makalah Instrumen Fix 2 1
Makalah Instrumen Fix 2 1
Disusun Oleh :
KELOMPOK 14
Friska Namira
Nurulita Prihasti
Ratna Nursyifa Lestari
Shinta Rizki Wulandari
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah Instrumen dengan judul “PERSIAPAN INSTRUMENT
UNTUK OPERASI ATRESIA ANI” dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam menuntut ilmu. Kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Hj. Endang Suartini, S.ST, M.KM., selaku Dosen Mata Kuliah Instrumen.
2. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kelom
pok 14
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................... 4
2.1 Pengertian Atresia ani....................................................................... 4
2.2 Etiologi Atresia ani............................................................................ 4
2.3 Klasifikasi/Jenis Atresia ani.............................................................. 5
2.4 Patofisiologi Atresia ani.................................................................... 8
2.5 Manifestasi Klinis Atresia ani........................................................... 9
2.6 Diagnosis Atresia ani........................................................................ 10
2.7 Komplikasi Atresia ani...................................................................... 10
2.8 Penanganan Secara Preventif............................................................ 11
2.9 Pemeriksaan Penunjang..................................................................... 11
2.10 Penatalaksanaan Bedah Atresia ani................................................. 12
2.11 Rehabilitasi Dan Pengobatan.......................................................... 20
BAB III PENUTUP......................................................................................... 24
3.1 Simpulan ........................................................................................... 24
3.2 Saran ................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... iii
ii
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC
Ganong, William F 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 20. Jakarta: EGC.
Laparatomi. http://bedahumum.wordpress.com Diakses 10 Juli 2018, Pukul 13.00 WIB
Sjalnsuhidajat de Jong.2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : EGC
Wasunna, Ambrose 2003. Penatalaksanaan Bedah Umum di Rumah Sakit. Jakarta:EGC
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti
keadaan normalnya.
Atresia ani atau anus imperforata disebut sebagai malformasi anorektal,
adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna,
termasuk Agenesis ani, Agenesis rekti dan Atresia rekti. Insiden 1:5000 kelahiran
yang dapat muncul sebagai penyakit tersering yang merupakan syndrom
VACTRERL ( Vertebra, Anal, Cardial, Esofageal, Renal, Limb). Slatter (1993)
memberikan terminologi untuk atresia anorektal meliputi sebagian besar
malformasi kongenital dari daerah anorektal. Kanalis anal adalah merupakan
bagian yang paling sempit tetapi normal dari ampula rekti. Menurut definisi ini
maka sambungan anorektal terletak pada permukaan atas dasar pelvis yang
dikelilingi muskulus sfingter ani eksternus. 2/3 bagian atas kanal ini derivat
hindgut, sedang 1/3 bawah berkembang dari anal pit. Penggabungan dari epitilium
disini adalah derivat ectoderm dari anal pit dan endoderm dari hindgut dan
disinilah letak linea dentate. Garis ini adalah tempat anal membrana dan disini
terjadi perubahan epitelium columner ke stratified squamous cell.
2
1.4 Manfaat Penulisan
Diharapkan kepada penulis dan pembaca dapat memperoleh informasi dalam
mengembangkan teori dalam penanganan masalah atresia ani yang lebih
maksimal. Dan untuk tenaga kesehatan mampu mengenali instrumen-instrumen
yang digunakan untuk operasi Atresia Ani.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
rectum bagian distal dan traktus urogenitalis yang terjadi antara minggu ke-4
sampai ke-6 usia kehamilan.
D. Kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan embrional
dan fetal yang dipengaruhi berbagai faktor seperti : faktor genetik, faktor
kromosom, faktor mekanis, faktor hormonal, faktor obat, faktor radiasi,
faktor gizi dan gangguan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik.
4
2.3 Klasifikasi/Jenis Atresia ani
a. Secara Fungsional
1) Tanpa anus tetapi dengan dekompresi adekuat traktus
gastrointestinalis dicapai melalui saluran fistula eksterna. Kelompok
ini terutama melibatkan bayi perempuan dengan fistula recto-vagina
atau recto-fourchette yang relatif besar,dimana fistula ini sering
dengan bantuan dilatasi, maka bisa didapatkan dekompresi usus yang
adekuat sementara waktu.
2) Tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adekuat untuk jalan
keluar tinja. Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk
menghasilkan dekompresis pontan kolon, memerlukan beberapa
bentuk intervensi bedah segera.
b. Berdasarkan Letak
1) Anomali rendah
Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot
puborektalis, terdapat sfingter internal dan eksternal yang
berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat hubungan
dengan saluran genitourinarius.
2) Anomali intermediet
Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot puborektalis; lesung
anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.
3) Anomali tinggi
Ujung rektum di atas otot puborektalis dan sfingter internal tidak
ada. Hal ini biasanya berhubungan dengan fistula genitourinarius-
retrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung
buntu rektum sampai kulit perineum lebih dari 1 cm.
c. Klasifikasi Wingspread
1) Jenis Kelamin Laki-laki
Golongan I
- Kelainan fistel urin
5
Jika ada fistel urin, tampak mekonium keluar dari
orifisium eksternum uretra, mungkin terdapat fistel ke
uretra maupun ke vesika urinaria. Cara praktis menentukan
letak fistel adalah dengan memasang kateter urin. Bila
kateter terpasang dan urin jernih, berarti fistel terletak
uretra karena fistel tertutup kateter. Bila dengan kateter urin
mengandung mekonuim maka fistel ke vesika urinaria. Bila
evakuasi feses tidak lancar, penderita memerlukan
kolostomi segera.
- Atresia rektum
Pada atresia rektum tindakannya sama pada
perempuan. Pada atresia rektum, anus tampak normal tetapi
pada pemerikasaan colok dubur jari tidak dapat masuk lebih
dari 1-2 cm. Tidak ada evakuasi mekonium sehingga perlu
segera dilakukan kolostomi.
- Perineum datar
Tidak ada keterangan lebih lanjut.
- Fistel tidak ada
Jika fistel tidak ada dan udara > 1 cm dari kulit pada
invertogram, maka perlu segera dilakukan kolostomi.
Golongan II
- Kelainan fistel perineum
Fistel perineum sama dengan pada perempuan,
lubangnya terletak lebih anterior dari letak anus normal,
tetapi tanda timah anus yang buntu menimbulkan obstipasi.
- Membran anal
Pada membran anal biasanya tampak bayangan
mekonium di bawah selaput. Bila evakuasi feses tidak ada
sebaiknya dilakukan terapi definit secepat mungkin.
- Stenosis anus
Pada stenosis anus, sama dengan perempuan. Pada
stenosis anus, lubang anus terletak di tempat yang
6
seharusnya, tetapi sangat sempit. Evakuasi feses tidak
lancar sehingga biasanya harus segera dilakukan terapi
definitif.
- Fistel tidak ada
Jika fistel tidak ada dan udara > 1 cm dari kulit pada
invertogram, maka perlu segera dilakukan kolostomi
(Grosfeld, 2006).
7
Pada atresia rektum, anus tampak normal tetapi pada
pemerikasaan colok dubur jari tidak dapat masuk lebih dari
1-2 cm. Tidak ada evakuasi mekonium sehingga perlu
segera dilakukan kolostomi.
- Fistel tidak ada
Jika fistel tidak ada dan udara > 1 cm dari kulit pada
invertogram, maka perlu segera dilakukan kolostomi.
Golongan II
- Kelainan fistel perineum
Lubang fistel perineum biasanya terdapat diantara
vulva dan tempat letak anus normal, tetapi tanda timah anus
yang buntu menimbulkan obstipasi
- Stenosis anus
Pada stenosis anus, lubang anus terletak di tempat
yang seharusnya, tetapi sangat sempit. Evakuasi feses tidak
lancar sehingga biasanya harus segera dilakukan terapi
definitif.
- Fistel tidak ada
Jika fistel tidak ada dan udara > 1 cm dari kulit pada
invertogram, maka perlu segera dilakukan kolostomi
8
rektum. Dalam perkembangan selanjutnya ujung ekor dari belakang berkembang
jadi kloaka yang juga akan berkembang jadi genito urinari dan struktur anorektal.
Atresia anal ini terjadi karena ketidaksempurnaannya migrasi dan perkembangan
struktur kolon antara 7-10 minggu selama perkembangan janin. Kegagalan
migrasi tersebut juga karena gagalnya agenesis sakral dan abnormalitas pada
daerah uretra dan vagina atau juga pada proses obstruksi. Anus imperforata dapat
terjadi karena tidak adanya pembukaan usus besar yang keluar anus sehingga
menyebabkan feses tidak dapat dikeluarkan.
9
normal dan penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum, gejala akan timbul
dalam 24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah dan berwarna hijau.
10
d. Masalah aau elambatan yang berhubungan dwengan toilet training
e. Inkontinensia akibat stenosis anal atau impaksi
f. Prolaps mukosa anorektal ( menyebabkan inkontinensia dan rembes
dan pesisten ).
g. Fistula kambuhan ( karena tegangan di area pembedahan dan infeksi )
11
2.10 Penatalaksanaan Bedah Atresia ani
Penatalaksanan menurut tipe:
1. Atresia ani tipe rendah
a. Indikasi: jika dalam pemeriksaan masih dijumpai sfingter ani internus dan
eksternus serta usus bagian dorsal masih melewati musculus levator ani.
b. Pengelolaan: pengelolaan atresia ani tipe rendah yang dapat
merupakan stenosis anus hanya membutuhkan dilatasi membran anus yang
tipis, mudah dibuka segera setelah lahir.
2. Atresia ani tipe tinggi
a. Indikasi: jika pada pemeriksaan tidak dijumpai sfingter ani internus
dan usus berakhir di sebelah proksimal musculus puborektalis.
b. Pengelolaan :
1. Tahap pertama (masa neonatus).
Dilakukan tindakan operasi colostomy. Colostomy tidak boleh melewati
3 hari setelah lahir, dikhawatirkan mengancam jiwa bayi tersebut.Tindakan
operatif bertujuan untuk pengalihan feses sementara dan untuk mengoreksi
deformitas rectal. Ada 2 tempat colostomy yang dianjurkan dipakai pada
neonatus dan bayi yaitu transversum colostomy (colostomy di kolon
transversum) dan sigmoidostomi (colostomy di colon sigmoid).
Colostomy adalah pemotongan colon pada bagian proximal dan distal
lalu dikeluarkan sampai luar kulit sehingga membentuk stoma.
Stoma adalah lubang buatan pada abdomen untuk mengalirkan urine atau
faeces keluar dari tubuh (Sajalnsuhidajat- de Jong 2010).
Pengertian Instrumentasi alat operasi colostomy adalah suatu tata cara
menyiapkan alat untuk operasi colostomy dan proses instrumentasinya
a. Tujuan
Mengatur alat secara sistematis di meja instrument
Memperlancar handling instrument
Mempertahankan kesterilan alat – alat instrument selama operasi
b. Persiapan :
1. Persiapan pasien
12
Puasa
Personal Higiene
Informed consent
Persiapan psikologis
2. Persiapan ruangan
Menata ruangan mesin suction, mesin cauter, meja operasi, meja
instrument, troli waskom dan meja mayo.
Memberi alas linen dan underpad pada meja operasi
Menempatkan tempat sampah medis dan tempat sampah non medis
3. Persiapan alat steril
Meja Mayo :
Washing and dressing forcep (desinfeksi Klem : 1 buah
Towel klem(duk klem) : 5 buah
Dissecting forcep (pinset cirurgis) : 2 buah
Tissue forcep (pinset anatomis) : 2 buah
Scalp blade and handle (handvant mess) no 3 : 1 buah
13
Selang suction : 1 buah
Bengkok + kom : 1 / 1 buah
Handuk steril : 4 buah
Cauter : 1 buah
Bahan habis pakai
Handscoon berbagai ukuran : sesuai
kebutuhan
Cairan normal saline 0,9% 500 ml : 2 buah
Mess no 10 : 1 buah
Kateter no. 16 : 2 buah
Urobag : 1 buah
Vicryl no 3-0 : 2 buah
Mersilk no 2 – 0 : 1 buah
Kassa sedang : 20 buah
Watches : sesuai
kebutuhan
Betadhin 10 % : 100 cc
Underpad on / steril : 1 / 1 buah
Sufratule : sesuai
kebutuhan
Colostomy bag : 1 buah
Persiapan alat non steril
Mesin suction : 1 buah
Mesin cauter : 1 buah
Tempat sampah medis dan non medis : 1 / 1 buah
Meja instrument : 1 buah
Meja mayo : 1 buah
Lampu operasi : 1 buah
4. Teknik Instrumentasi
Sign In ( konfirmasi identitas, informed consent pasien, sign mark
area operasi, kesiapan mesin anastesi dan pulse oksimetri )
14
1. Membantu mengatur posisi pasien setelah dilakukan pembiusan
2. Perawat sirkuler memasang plate diatermi dan membersihkan area
operasi dengan savlon
3. Perawat instrument melakukan surgical scrub ( cuci tangan), gowning
(memakai schort) dan gloving (memakai handscoon steril).
4. Perawat instrument memakaikan schort dan handscoon steril kepada
tim operasi lainnya
5. Desinfeksi area yang akan dioperasi. Perawat instrument memberikan
washing and dressing forcep (desinfeksi klem) dan kassa dalam kom
berisi betadhin 10 % .
6. Untuk mempersempit area steril dilakukan drapping area operasi.
Perawat instrument memberikan 2 duk besar untuk sisi atas dan
bawah, 1 duk kecil untuk sisi kiri. 2 duk sedang untuk sisi kanan dan
kiri. Dan untuk menfiksasi, perawat instrument memberikan 4 towel
clamp (duk klem).
7. Perawat instrument memasang slang suction + kabel cauter dan fiksasi
dengan menggunakan towel klam (duk klem) dan kassa.
8. Perawat instrument mendekatkan meja mayo ke dekat pasien
9. Perawat instrument memberikan kassa basah dan kassa kering untuk
membersihkan area operasi dari bekas betadine
15
melebarkan atau membuka fasie , instrument memberikan 2 desecting
forcep (pincet chirugis) dan surgical scissor (gunting kasar) sampai
terlihat otot.
12. Operator memotong otot dengan menggunakan cutting cauter
13. Setelah otot terbuka akan tampak peritoneum, instrument memberikan
double pinset anatomis dan metzenboum kepada operator untuk
membuka peritonium
14. Setelah peritoneum terbuka,berikan double pinset anatomis kepada
operator untuk mencari kolon desenden
15. Kolon desenden dikeluarkan ke dinding abdomen lalu dipasang tegel
dengan kateter no 16 dan dilakukan penjahitan ” spur ” 3 – 4 jahitan.
Berikan operator nalfoeder, pinset anatomis dan benang vicryl 2 – 0
16. Kemudian kolon dijahit ke peritoneum, fasia dan kulit . berikan
operator nalfoeder , pinset sirurgis dan benang vicryl 2 – 0
17. Kolon kemudian dibuka tranversal menggunakan couter
18. Setelah stoma terbentuk, berikan operator watches untuk
membersihkan mukosa kolon dari feces
Sign out ( hitung jumlah kasa, dan jumlah alat, kesesuaian jenis
tindakan ) dengan mencocokan jenis tindakan, kecocokan alat, bahan habis
pakai yang di gunakan, serta perhatian khusus pada pasien setelah
tindakan.
19. Pembuatan stoma selesai, berikan operator kassa basah dan kassa
kering untuk membersihkan sisi stoma
20. Tutup tepi stoma dengan menggunakan sufratulle dan kassa, kemudian
pasang colostomy bag
21. Operasi selesai
22. Pasien dibersihkan dan alat dirapikan
16
penyangga puborektal. Jadi ini tindakan PSARP tindakan membuat anus
buatan atau tindakan memperbaiki anus dan rektum supaya dapat
berfungsi sebagaimana layaknya.
b. Teknik Operasi :
1. Identifikasi sfingter ani eksterna
2. Insisi posterosagital
3. Identifikasi otot perineum – stimulator elektrik
4. Insisi diperdalam dengan memotong sfingter ani dan otot levator
sampai mencapai rektum
5. Dinding rektum diinsisi dan dijahit
6. Fistel dicari, dipisahkan, dan diligasi
7. Rektum dipisahkan dengan uretra dan jaringan sekitarnya
8. Diseksi melingkari rektum sampai rektum mencapai perineum
9. Otot levator dan sfingter ani dijahit dengan mengikutsertakan sebagian
dinding rektum
10. Fiksasi rektum di perineum
3. Tahap ke tiga
17
b. Ruang lingkup
Usus halus
Kolon
c. Indikasi operasi
Penderita dengan colostomy/ileostomi yang telah memungkinkan untuk
di tutup.
d. Kontra indikasi operasi
Umum
Khusus (tidak ada)
e. Pemeriksaan penunjang
Loopagrafi untuk evaluasi bagian proksimal dan distal dari stomp
f. Tekhnik Operasi
Sebelum dilakukan operasi penderita harus disiapkan dulu untuk
menjalani operasi penutupan stoma, yaitu dengan mengatur diet
yang rendah residu dan antibiotik oral dan usus harus dibuat
sekosong atau sebersih mungkin sebelum operasi. Selama 24 jam
sebelum operasi harus dilakukan irigasi pada kedua arah stoma
Penderita dalam posisi terlentang
Dapat dilakukan spinal atau general anesthesia
Penutupan dimulai dengan membuat incisi circumferential
disekeliling stoma, termasuk sebagian kecil dari kulit. Incisi
circumferential diperdalam hingga menembus peritoneum dan
colon/intestine dan omentum disekitarnya dapat dipisahkan dari
dinding abdomen. Kemudian stoma ditarik keluar melalui incisi
tadi dan bagian serosanya harus tampak jelas seluruhnya.Hal ini
memerlukan reseksi omentum dan jaringan ikat serta lemak
disekeliling serosa tadi. Setelah hal ini dapat dilakukan maka
penutupan stoma dapat segera dilakukan. Penutupan stoma yang
sudah disiapkan tadi dapat dilakukan dengan :
linier stapling device
1. Hand suture closure
2. end to end anastomosis
18
g. Komplikasi operasi
Perdarahan
Kebocoran anastomosis atau stenosis
h. Perawatan Pasca Bedah
Cairan parenteral dan antibiotik diberikan untuk beberapa hari,
kemudian dilanjutkan dengan diet cair untuk beberapa hari.
Kemudian diikuti dengan diet rendah residu. Diet reguler/biasa
dapat dilakukan jika fungsi usus telah baik.
19
Diet laksatif/tinggi serat antara lain dengan mengkonsumsi makanan
seperti ASI, buah-buahan, sayuran, jus apel dan apricot, buah kering,
makanan tinggi lemak, coklat, dan kafein.
d. Diet Konstipasi
Makanan disediakan hangat atau pada suhu ruangan, jangan terlalu
panas/dingin. Sayuran dimasak dengan benar. Menghindari buah-
buahan dan sayuran mentah. Menghindari makanan yang
memproduksi gas/menyebabkan kram, seperti minuman karbonat,
permen karet, buncis, kol, makanan pedas, pemakaian sedotan.
20
yangdilakukan selama 6 bulan sampai daerah stenosis melunak dan fungsi
defekasi mencapai keadaan normal.
5. Melakukan operasi anapelasti perineum yang kemudian dilanjutkan dengan
dilatasi pada anus yang baru pada kelainan tipe dua.
6. Pada kelainan tipe tiga dilakukan pembedahan rekonstruktif melalui
anoproktoplasti pada masa neonatus
7. Melakukan pembedahan rekonstruktif antara lain:
a. Operasi abdominoperineum pada usia (1 tahun)
b. Operasi anorektoplasti sagital posterior pada usia (8-!2 bulan)
c. Pendekatan sakrum setelah bayi berumur (6-9 bulan)
8. Penanganan tipe empat dilakukan dengan kolostomi kemudian dilanjutkan
dengan operasi "abdominal pull-through" manfaat kolostomi adalah antara lain:
a. Mengatasi obstruksi usus.
b. Memungkinkan pembedahan rekonstruktif untuk dikerjakan dengan
lapangan operasi yang bersih.
c. Memberi kesempatan pada ahli bedah untuk melakukan pemeriksaan
lengkap dalam usaha menentukan letak ujung rektum yang buntu serta
menemukan kelainan bawaan yang lain.
Teknik terbaru dari operasi atresia ani ini adalah teknik Postero Sagital
Ano Recto Plasty (PSARP). Teknik ini punya akurasi tinggi untuk membuka
lipatan bokong pasien. Teknik ini merupakan ganti dari teknik lama, yaitu
Abdomino Perineal Poli Through (APPT). Teknik lama ini punya resiko gagal
tinggi karena harus membuka dinding perut.
Metode Posterosagittal anorectoplasty diperkenalkan oleh Pena dan de
Vries pada tahun 1982. Prosedur ini memberikan beberapa keuntungan seperti
kemudahan dalam operasi fistula rektourinaria maupun rektovaginal dengan cara
membelah otot dasar pelvis, sling dan sfingter. Macam PSARP adalah minimal,
limited dan full PSARP.
Posisi penderita adalah prone dengan elevasi pada pelvis, lutut diarahkan
ke lateral (tiger position) sehingga ekspose daerah operasi akan lebih mudah.
Dengan bantuan stimulator dilakukan identifikasi anal dimple. Insisi dimulai dari
21
tengah sacrum ke bawah melewati pusat sfingter eksterna sampai ke depan kurang
lebih 2 cm. insisi diperdalam dengan membuka subkutis, lemak, parasagital fibre
dan muscle complex. Tulang coccygeus dibelah sehingga tampak otot levator, otot
levator dibelah sehingga tampak dinding belakang rektum. Rektum dibebaskan
dari dinding belakang dan jika ada fistula dibebaskan juga, rektum dipisahkan
dengan vagina yang dibatasi oleh. Dengan jahitan rektum ditarik melewati otot
levator, muscle complex dan parasagittal fibre kemudian dilakukan anoplasty dan
dijaga agar tidak tegang.
Untuk minimal PSARP tidak dilakukan pemotongan otot levator maupun
vertical fibre, yang penting adalah memisahkan common wall untuk memisahkan
rektum dengan vagina dan yang dibelah hanya otot sfingter eksternus. Untuk
limited PSARP yang dibelah adalah otot sfingter eksternus, muscle fibre, muscle
complex serta tidak membelah tulang cocccygeus. Yang penting adalah deseksi
rektum agar tidak merusak vagina.
Masing masing jenis prosedur mempunyai indikasi yang berbeda. Minimal
PSARP dilakukan pada fistula perineal, anal stenosis, anal membrane, bucket
handle dan atresia ani tanpa fistula yang akhiran rektum kurang dari 1 cm dari
kulit. Limited PSARP dilakukan pada atresia ani dengan fistula rektovestibuler.
Full PSARP dilakukan pada atresia ani letak tinggi, dengan gambaran
invertogram gambaran akhiran rektum lebih 1 cm dari kulit, pada fistula
rektovaginalis, fistula rektouretralis, atresia rektum dan stenosis rektum.
Persiapan Alat-alat Operasi
Alat yang digunakan beserta fungsinya yaitu :
1. Scalpel blade berfugsi untuk pisau operasi pada saat pembedahan.
2. Gunting lurus (bedah) berfungsi untuk menggunting bagian-bagian tubuh yang
akan dioperasi/bedah.
3. Gunting bengkok (jaringan) berfungsi untuk menggunting jaringan tubuh.
4. Arteri klem berfungsi untuk melakukan hemostasis pada saat terjadi
perdarahan selama operasi.
22
5. Needle holder berfungsi untuk memegang jarum pada saat penjahitan,
permukaan rahangnya berbentuk diamond untuk menjaga agar jarum tidak
berputar.
6. Needle (jarum jahit) berfungsi untuk menjahit luka atau organ yang rusak
lainnya.
7. Pinset anatomis berfungsi untuk menjepit jarigan lunak saat menjahit luka.
8. Pinset chirurgis berfungsi untuk menjepit jarigan keras saat menjahit luka.
9. Allis forceps memiliki ujung klem terdiri dari gigi halus yang berhadapan,
berfungsi untuk memegang jaringan yang akan diangkat atau diambil.
10. Dook steril berfungsi untuk membatasi daerah yang akan dioperasi.
11. Dook klem berfungsi untuk menjepit kain operasi.
12. Tampon berfungsi untuk menyerap darah yang dibuat dari bahan mirip seperti
pembalut.
13. Benang catgut adalah benang untuk menjahit luka yang dioperasi dan luka
terbuka lainnya.
14. cotton secukupnya
15. Kapas secukupnya
23
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
24
3.2 SARAN
Diharapkan kepada para pembaca untuk lebih paham dan mengetahui apa
itu atresia ani dan apa instrument yang digunakan pada operasi bedah atresia ani,
sehingga lebih dapat mengaplikasikannya di bidang kesehatan maupun di bidang
lainnya. Diharapkan juga pembaca lebih memahami macam-macam instrument
dan fungsinya secara umum dan secara khusus.
LAMPIRAN
ALAT INSTRUMENT KOLOSTOMY
25
Tissue forcep (pinset anatomis) : 2 buah
Scalp blade
and handle (handvant mess) no 3 : 1 buah
26
Sugircal scisor (Gunting kasar jaringan) : 1 buah
27
Meja Instrument
Duk kecil : 4 buah
Schort : 4 buah
28
Selang suction : 1 buah
Cauter : 1 buah
29
Cairan normal saline 0,9% 500 ml : 2 buah
Mess no 10 : 1 buah
Ur inebag : 1 buah
30
Mersilk no 2-0 : 1 buah
U n d e r p a d o n
: 1 / 1 buah
31
Colostomy bag : 1 buah
32
Meja mayo : 1 buah
Lampu operasi : 1 buah
TUTUP COLOSTOMY
33
f. Mesin couter : 1 unit
g. Tempat sampah medis dan non medis : masing-masing 1 unit
h. Peralatan anestesi dan obat-obatan.
1) Nierbekken: 1 buah
3) Pinset Chirurgis
34
5) Hak kecil : 4 buah
6) Tupper tang : 3 buah
35
12) Hand switch couter : 1 buah
36
16) Klem arteri bengkok : 6 buah
b. Benang
37
a. Pisau bedah (blade)
f. Spuit 3 cc
38
g. Plester Lomatule steril
i. NaCl 0,9%
j. Aquades 25 cc
39
k. Alcohol 100 cc
l. Betadine 150 cc
m. Urine bag
dan Linen steril Satu set linen steril yang terdiri dari :
1). Gaun/Jas operasi: 4 pasang
40
4). Doek besar berlubang: 1 pasang
41