Anda di halaman 1dari 20

FILSAFAT HARTA: PRINSIP HUKUM ISLAM

TERHADAP HAK KEPEMILIKAN HARTA


Mohammad Rusfi
Fakultas Syari’ah Universitas Negeri Raden Intan Lampung
Jl. H. Endro Suratmin, Sukarame, Bandar Lampung
E-mail: mrusfi@gmail.com

Abstract: Philosophy of Wealth: Islamic Principles of Property Ownership. Seeking the wealth is
everyone’s dream. Accordingly, people are competing to seek the opulence legally or even illegally.
In Islamic teachings, happiness does not merely lies in the wealth but on the psychological and
spiritual side of the owner. A person obtaining possession unlawfully will account it before God in
the Hereafter. Prophet Muhammad reminded that there are four cases that will be accounted before
God in the Hereafter namely: life, deeds, knowledge and wealth. For these reasons, Islam set the
principles that must be adhered in seeking and utilizing the wealth.
Keywords: ownership, philosophy of wealth, Islamic principles

Abstrak: Filsafat Harta: Prinsip Hukum Islam Terhadap Hak Kepemilikan Harta. Memiliki
harta merupakan dambaan setiap orang, karenanya orang berlomba-lomba mencari harta,
adakalanya secara legal dan adapula secara illegal. Di dalam ajaran Islam kebahagiaan tidaklah
semata-mata terletak pada banyaknya harta melainkan pada sisi psikologi dan spiritual pemilik­nya.
Orang yang memiliki harta dengan cara-cara yang tidak sah akan sangat berat mempertanggung­
jawab­kannya di hadapan Allah diakhirat nanti. Rasulullah mengingatkan bahwa ada 4 perkara yang
akan diper­tanggungjawabkan di hadapan Allah yakni: umur, tubuh, ilmu dan harta kekayaan. Oleh
karena itu, Islam mengatur prinsip-prinsip yang harus ditaati dalam mencari dan memanfaatkan
harta tersebut.
Kata Kunci: kepemilikan harta, filsafat harta, prinsip-prinsip hukum Islam

Pendahuluan Kamu sesungguhnya akan diuji terhadap


Harta merupakan kekayaan yang dianugerah­ hartamu dan dirimu.1
kan Allah kepada hamba-Nya untuk
dijadikan sarana kehidupan dalam rangka ‫ﭑ ﭒ ﭓ ﭔ ﭕﭖ ﭗ ﭘ‬
beribadah kepada-Nya. Harta juga termasuk ‫ﭙﭚ ﭛﭜﭝﭞ‬
bagian dari “materi ujian” bagi manusia.
Harta dan anak-anak adalah perhiasan
Oleh karena itu, Allah mengingatkan kehidupan dunia, amalan-amalan yang kekal
manusia tentang posisi harta tersebut lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi
dengan firman-Nya dalam Q.s. Alî Imrân Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi
[3]: 186, Q.s. al-Kahfi [18]: 46, Q.s. al- harapan.2
Anfâl [8]: 28, dan Q.s. al-Humazah [104]:
1-4 yang berbunyi:

‫ﯛﯜﯝ ﯞ‬ 1
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, (Semarang:
Asy-Syifa, 2000), h. 59.
2
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 238.

239
240|  AL-‘ADALAH Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

‫ﭱﭲﭳﭴﭵﭶﭷﭸ‬ dalam ekonomi Islam adalah nilai


yang menetapkan bahwa sesungguh­nya
‫ﭹﭺ‬ manusia yang memiliki harta itu adalah
Ketahuilah bahwa harta dan anak-anakmu “wakil” dalam harta Allah. Konsep ini
itu adalah sebagai cobaan, dan sesungguhnya memperkuat karakteristik ilâhiyah dalam
di sisi Allah-lah pahala yang besar.3 ekonomi Islam. Seorang Muslim yakin
bahwa ia adalah makhluk Allah. Ia bekerja
‫ﭢﭣﭤﭥﭦﭧﭨﭩﭪﭫ‬ di muka bumi Allah, dengan kemampuan-
‫ﭬﭭﭮﭯﭰﭱﭲﭳﭴﭵﭶ‬ kemampuan yang dianugerahkan Allah,
dengan alat-alat yang dikaruniakan Allah,
Celakalah bagi pengumpat dan pencela, yaitu
dan sejalan dengan aturan-aturan yang
orang-orang yang mengumpul-ngumpul harta
telah ditetap­kan Allah. Apabila setelah
dan menghitung-hitungnya, dia mengira
bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. itu seorang Muslim memperoleh harta,
Sekali-kali tidak! Sungguh dia benar-benar maka harta tersebut adalah harta Allah.
akan di tempatkan ke dalam huthamah.4 Dialah yang menciptakan dan memiliki­
nya. Sedangkan manusia adalah wakil
Dalam Islam hak milik pribadi tidaklah dan pemegang amanah terhadap harta
mutlak, sebab harta itu pada hakikatnya milik tersebut”.6
Allah yang diamanatkan kepada pemiliknya,
Pengertian bahwa manusia sebagai “wakil
karena itu harta hanyalah berfungsi sosial.
dan pemegang amanah dari Allah atas harta
Allah berfirman dalam Q.s al-Nûr [24]: 33
yang dimilikinya” adalah karena sesungguh­
yang berbunyi:
nya seluruh apa yang ada di langit dan di
‫ﭼ ﭽ ﭾ ﭿ ﮀ ﮁﮂ ﮃ ﮄ ﮅ‬ bumi pada dasarnya hanyalah milik Allah.
Di antara ayat Alquran yang menegaskan
‫ﮆ ﮇ ﮈ ﮉ ﮊ ﮋ ﮌ ﮍ ﮎﮏ ﮐ‬ pernyataan ini dapat dikemukakan dalam
‫ﮑﮒﮓﮔﮕﮖ ﮗﮘ‬ Q.s. Tâhâ [20]: 6, Q.s. Yûnus [10]: 66, dan
Q.s. Saba’ [34]: 22, sebagai berikut:
Dan berikanlah kepada mereka sebagian dari
harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. ‫ﮎﮏﮐﮑﮒﮓﮔﮕﮖﮗﮘﮙ‬
Dan janganlah kamu paksa budak-budak
wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang Kepunyaan-Nya lah semua yang ada di langit
mereka sendiri menginginkan kesucian, karena dan yang ada di bumi. Dan semua yang ada
kamu hendak mencari keuntungan duniawi. di antara keduanya dan semua yang ada di
Dan barangsiapa yang memaksa mereka, maka bawah tanah.7
sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah ‫ﮀ ﮁ ﮂ ﮃ ﮄ ﮅ ﮆ ﮇ ﮈﮉ‬
mereka dipaksa (itu).5 Ingatlah! Sesungguhnya kepunyaan Allah semua
Hak kepemilikan hakiki terhadap yang ada di langit dan semua yang ada di bumi.8
harta yang ada di tangan manusia adalah
Allah Swt. Sedang manusia tidak lebih dari ‫ﯯﯰﯱﯲﯳﯴﯵﯶﯷﯸﯹ‬
sekedar penerima amanah dari-Nya. Yûsuf ‫ﯺﯻﯼﯽﯾﯿﰀﰁﰂﰃﰄ‬
al-Qaradhâwî mengatakan dalam karyanya:
‫ﰅﰆﰇﰈﰉ‬
“Di antara nilai-nilai agung dan istimewa
yang menjadi pusat nilai ilâhiyah
6
Yûsuf al-Qaradhâwi, Peran Nilai dan Moral dalam
Perekonomian Islam, Didin Hafidhuddin (pent.), dkk., (Jakarta:
3
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 143. Robbani Press, 1997), h. 39.
4
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 482. 7
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 249.
5
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 279. 8
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 172.
Mohammad Rusfi: Filsafat Harta  |241

Katakanlah! Panggillah mereka yang kamu menginfaqkan harta orang lain dengan
dakwakan (sebagai Tuhan) selain Allah. Mereka sangat ringan”. 11
tidak punya kekuasaan sebesar zarrahpun Sebagai konsekuensi dari wakil dan
di langit dan di bumi. Dan mereka tidak pemegang amanah, manusia tidak sepantas­
mempunyai bagian (saham) pada keduanya,
nya berlaku sombong kepada orang lain
sekali-kali tidak ada di antara mereka yang
menjadi pembantu bagi-Nya.9 dengan harta yang ada padanya, karena
sesungguhnya harta itu bukan miliknya,
Selain ayat tersebut di atas masih banyak tetapi milik Allah yang dititipkan kepada
ayat Alquran yang menyatakan bahwa manusia untuk sementara waktu. Suatu saat
semua apa yang ada di langit dan di bumi nanti harta itu akan diambil kembali oleh
adalah milik Allah, karena Dialah yang pemilik yang sesungguhnya yaitu Allah Swt.
menciptakannya, Dialah yang memiliharanya, Manusia sebagai pemegang amanah
dan Dia pula yang mengatur semua yang hanya memiliki “Hak Guna Pakai” dari
ada. Manusia hanya penerima amanah untuk harta yang dititipkan Allah kepadanya,
memanfatkan apa yang ada atas izin-Nya. bukan hak milik secara hakiki. Prinsip ini
Allah berfirman dalam Q.s. al-Hadîd [57]: 7. bukan saja mengajarkan kepada manusia
‫ﮑ ﮒ ﮓ ﮔ ﮕ ﮖ ﮗ ﮘﮙ‬ untuk menginfaqkan sebahagian harta­
nya secara ringan, tetapi juga mengikat
‫ﮚﮛﮜ ﮝﮞﮟ ﮠ‬ manusia dengan kehendak pemilik harta
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya yang sesungguhnya. Wakil tidak punya
dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang hak lain kecuali melaksanakan kehendak
Allah telah menjadikan kamu menguasainya. pihak yang memberikan perwakilan dan
Maka orang-orang yang beriman di antara memenuhi permintannya, tidak boleh
kamu dan menafkahkan (sebagian) dari bagi wakil bertindak sendiri sesukanya.
hartanya memperoleh pahala yang besar.10 Jika tidak maka perwakilannya akan batal
Dalam menafsirkan ayat 7 Surat al- dan tidak layak menerima hak perwakilan
Hadîd ini, Yûsuf al-Qarâdhawi mengutip karena ia telah melampaui kewenangannya.
pendapat dari pengarang Kitab al-Kasysyâf Kekuatan manusia mengatur barang-barang
yang mengatakan: yang ada di atas dunia ini berpangkal dari
“Harta yang ada pada tangan kamu perannya sebagai khalifah Allah, Oleh karena
sekalian adalah harta Allah yang di­ itu kesejahteraan tidaklah berhenti pada
ciptakan dan dikembangkan-Nya. Allah benda itu sendiri, tetapi sebuah tujuan agar
memberikan harta tersebut kepada manusia bisa secara efektif mempertanggung
kamu sekalian dan mengizinkannya jawabkan peranannya sebagai khalifah Allah.
untuk kamu nikmati. Allah menjadikan Pernyataan ini dapat difahami dari firman
kamu sekalian sebagai khalifah-khalifah Allah Q.s. al-Baqarah [2]: 30, Q.s. Saba’
yang bisa mengelola harta. Karena itu, [34]: 15, dan Q.s. al-Tawbah [9]: 20 yang
harta bukanlah harta kamu sekalian. berbunyi:
Tidaklah kedudukan kamu sekalian ‫ﭑﭒﭓﭔﭕﭖﭗﭘﭙﭚ‬
dalam harta itu melainkan hanyalah
sebagai “wakil dan pemegang amanat”. Ingatlah waktu Tuhanmu berfirman kepada
para Malaikat: Sesungguhnya Aku akan
Infaqkanlah harta itu pada hak-hak
mengangkat seorang khalifah di muka bumi.12
Allah. Ringankanlah tangan kamu untuk
menginfaqkannya sebagaimana seseorang
11
Yûsuf al-Qaradhâwi, Peran Nilai dan Moral dalam
9
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 343. Perekonomian Islam, h. 45.
10
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 430. 12
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 5.
242|  AL-‘ADALAH Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

‫ﭝ ﭞ ﭟ ﭠ ﭡ ﭢﭣ‬ kolektif seperti halnya air, garam, bumi,


udara, dan lain sebagainya. Di Indonesia
Makanlah sebagian dari rizki yang (di­
anugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah ditetapkan pada pasal 33 UUD 1945
kamu kepada-Nya.13 ayat (2) yang berbunyi “Cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara dan
‫ﯯﯰﯱﯲﯳﯴﯵ ﯶ‬ yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh Negara. Kemudian pada ayat
‫ﯷ ﯸ ﯹ ﯺ ﯻﯼ ﯽ ﯾ ﯿ‬ (3) berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan
Orang-orang yang beriman dan berhijrah alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
serta berjihad di jalan Allah dengan harta oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
benda dan jiwa mereka adalah lebih tinggi besar kemakmuran rakyat”.15
derajatnya di sisi Allah. Dan mereka itulah Penguasaan negara terhadap hak-hak
orang-orang yang beruntung.14 tersebut sebagai perwujudan dari hak Allah,
Allah telah menetapkan tujuan dan untuk melindungi kehidupan, martabat dan
penggunaan hak milik itu secara alamiah hak milik anggota masyarakat agar tingkat
baik untuk kepentingan individu maupun kebebasan bagi semuanya dapat terjamin.
kepentingan sosial dari dimensi kolektif Maka muncul sejumlah fungsi dan kewajiban
kemanusiaan. Oleh karena itu, hak ke­ sebuah negara terhadap rakyatnya dalam
pemilikan harta yang ada di tangan manusia rangka menegakkan keadilan. Sedangkan hak
dapat dibedakan kepada dua kategori, yaitu hamba-yang dalam istilah sehari-hari disebut
hak kepemilikan hakiki dan hak kepemilikan hak milik-adalah hak yang diberikan Allah
majazi. Hak kepemilikan hakiki adalah Allah kepada seorang hamba untuk mengelola
Swt. Dialah yang menciptakan, Dialah yang sepenuhnya terhadap harta tersebut. Hak
mengatur dan menjaganya. Sedangkan hak hamba ini diwujudkan dalam bentuk hak
kepemilikan manusia hanyalah bersifat milik secara individu yang dimiliki seseorang
majazi dan bersifat temporer. Manusia hanya berdasarkan anugerah Allah Swt kepadanya,
diberi hak untuk mengelola dan mengambil sesuai dengan firman Allah Q.s. al-Nisâ [4]:
manfaat dari harta tersebut sebagai sarana 32 yang berbunyi:
kehidupan dalam rangka melaksanakan
ibadah kepada Allah Swt. Apabila manusia ‫ﮟ ﮠ ﮡ ﮢ ﮣ ﮤ ﮥ ﮦ ﮧﮨ ﮩ‬
menggunakan harta Allah untuk hal-hal yang ‫ﮪ ﮫ ﮬﮭ ﮮ ﮯ ﮰ ﮱﯓ‬
bertentangan dengan kehendak Allah-apalagi
untuk berbuat durhaka kepada Allah-maka ‫ﯔ ﯕ ﯖ ﯗﯘ ﯙ ﯚ ﯛ ﯜ ﯝ‬
orang tersebut dikategorikan sebagai manusia ‫ﯞ‬
yang kufur nikmat. Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa
Dalam tataran aplikatif, pengelolaan yang dikaruniakan Allah kepada sebagian
terhadap harta-harta Allah tersebut, dapat kamu lebih banyak dari sebagian yang lain.
dibedakan kepada dua kategori. Pertama, (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian
hak Allah. Kedua, hak hamba. Hak Allah daripada apa yang mereka usahakan, dan
diwujudkan dalam bentuk hak bersama bagi para wanita (pun) ada bahagian dari
yang pengelolaannya diserahkan kepada apa yang mereka usahakan, dan mohonlah
penguasa/pemerintah. Hak semacam ini kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
dapat disebut sebagai hak negara karena Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
menyangkut kepentingan bersama secara sesuatu.16

15
TAP MPR RI 1999, GBHN 1999/2004 dan UUD
13
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 343. 1945, (Bandung: Citra Umbara, 1999), h. 143.
14
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 151. 16
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 66.
Mohammad Rusfi: Filsafat Harta  |243

Hak milik individu ini meskipun Dengan demikian dapat dikatakan


pemiliknya diberi kewenangan penuh untuk bahwa harta sebagai hak hamba dapat
mengelola dan memanfaatkan harta yang dibedakan antara hak individu dan hak
dimilikinya itu, namun pada harta tersebut masyarakat karena pada harta yang ada
terdapat pula hak orang lain yang disalurkan di tangan seorang hamba secara individu
Allah lewat orang yang menguasai harta memiliki nuansa sosial. Oleh karena itu,
tersebut. Karenanya pemilik harta harus setiap individu, masyarakat maupun negara
pula menyalurkan hak orang lain itu melalui memiliki hak atas kepemilikan, sesuai dengan
sistem hukum yang telah ditetapkan Allah fungsi dan peran yang dimiliki oleh masing-
Swt dengan cara zakat,17 infaq, sedekah, masingnya. Hak kepemilikan dari ketiga
hibah, wakaf,18 dan hadiah. Sebagaimana agen kehidupan ini-negara, individu dan
Allah berfirman dalam Q.s. al-Ma’ârij [70]: masyarakat-tidak boleh menjadi sumber
24-25 yang berbunyi: konflik antar mereka. Demikian juga tidak
dibenarkan penggunaan hak milik suatu
‫ﮓﮔ ﮕﮖﮗﮘﮙﮚﮛ‬ agen oleh agen lainnya, seperti halnya juga
Dan orang-orang yang di dalam hartanya tidak dibenarkan penggunaan hak milik
tersedia bagian tertentu bagi orang yang tersebut untuk membahayakan lainnya.
meminta dan orang yang tidak mempunyai Suatu pemerintahan Islam memiliki jurisdiksi
apa-apa.19 atas hak-hak individu sebagai wujud dari
Ketentuan ini dimaksudkan agar kekuasaan Allah di muka bumi. Setiap
kekayaan itu dapat merata dan tidak hanya individu tidak boleh iri atas intervensi
beredar di kalangan orang-orang kaya saja, pemerintah yang dilakukan secara wajar
sebagai mana firman Allah Q.s. al-Hasyr yang menurut pertimbangan ajaran Islam
[59]: 7 yang berbunyi: memang dibutuhkan guna mewujudkan
tujuan bersama yang telah diletakkan oleh
‫ﮘ ﮙ ﮚ ﮛ ﮜ ﮝ ﮞﮟ‬ syariat.
Agar harta itu jangan hanya beredar di Untuk mendapatkan dan menggunakan
kalangan orang-orang kaya saja di antara harta yang menjadi hak milik hamba
kamu.20 tersebut, Allah telah menetapkan sistem dan
aturan yang harus diikuti oleh manusia.
Aturan tersebut tertuang di dalam Alquran
17
Mengenai zakat bisa dilihat dalam beberapa artikel dan Sunnah Rasul Saw. dalam bentuk
yang relevan seperti karya Muhammad Hasan, Pengamalan dan prinsip dan asas muamalah. Berdasarkan
Pengelolaan Zakat Berbasis Kearifan Lokal (Studi di Masyarakat
Kampung Sanggau), al-‘Adalah, Vol 12, No 2 (2015), h. 891- prinsip-prinsip dan asas tersebut manusia
902; Masnun Tahir, Integrasi Zakat dan Pajak di Indonesia dalam bisa mengembangkan sistem yang dapat
Tinjauan Hukum Positif dan Hukum Islam, al-‘Adalah, Vol 12,
No 1 (2015), h. 507-524; Zaki ‘Ulya, Pengelolaan Zakat Sebagai menampung kebutuhan masyarakat sesuai
Bentuk Penegakan HAM dalam Meningkatkan Kesejahteraan dengan perkembangan masyarakat itu
Rakyat, al-‘Adalah, Vol 12, No 1 (2015), h. 637-646
18
Terkait wakaf bisa dilihat beberapa artikel yang relevan
sendiri. Sebab sangat boleh jadi penetapan
yakni Dahlia Haliah Ma’u, Studi Analisis Terhadap Dinamika hukum sebagai hasil ijtihad para ulama
Pemikiran Fukaha Sunni Tentang Ibdâl dan Istibdâl Benda di masa lampau sudah tidak lagi mampu
Wakaf, al-‘Adalah, Vol 14, No 1 (2017), h. 53-60; Khoirul
Abror, Dinamika Perwakafan dalam Pemikiran Hukum Islam, menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi
Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia dan Negara- oleh ummat masa berikutnya.
negara Muslim, al-‘Adalah, Vol 12, No 2 (2014), h. 321-332;
Tiswarni, Peran Nazhir dalam Pemberdayaan Wakaf (Tinjauan Juhaya, S. Praja menyatakan bahwa asas-
Terhadap Strategi Pemberdayaan Wakaf Badan Wakaf Alquran asas muamalah tersebut meliputi pengertian-
dan Wakaf Center), al-‘Adalah, Vol 12, No 2 (2014), h. 409-
426; Syamsul Hilal, al-Waqf bi Jam’iyyah Muhammadiyah pengertian dasar yang dapat dikatakan
Lampung, al-‘Adalah, Vol 12, No 1 (2015), h. 663-676. sebagai teori-teori yang membentuk hukum
19
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 454.
20
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 436.
muamalah. Menurutnya, asas-asas muamalah
244|  AL-‘ADALAH Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

ini berkembang sebagaimana tumbuh dan prinsip memiliki posisi lebih tinggi dari kata
berkembangnya tubuh manusia.21 Prinsip asas. Demikian pula pada penggunaan kedua
dan asas ini laksana rel hukum yang harus kata tersebut dalam wacana syariah. Dalam
dilewati oleh para penegak hukum sebagai tesis ini pengertian prinsip hukum Islam
gerbongnya untuk menghantarkan tujuan mengacu kepada apa yang dikemukakan
hukum sebagai sasaran yang harus dicapai. Juhaya S. Praja bahwa prinsip hukum
Untuk memahami lebih lanjut dari filsafat Islam itu adalah kebenaran universal
harta itu, beberapa prinsip dan asas hukum yang inheren di dalam hukum Islam dan
Islam berikut ini. menjadi titik tolak pembinaannya. Prinsip
yang membentuk hukum Islam dan setiap
Prinsip-prinsip Hukum Islam cabang-cabangnya.28 Dalam kajian syariah
Kata prinsip diambil dari bahasa Inggris dibedakan antara prinsip epistimologi hukum
yakni“principle” yang berarti basic truth, dengan prinsip penerapannya. Dalam kaitan
general law for cause and effect, guinding penerapan hukum, prinsip hukum Islam itu
rule for behavior, general law shown in meliputi prinsip umum dan prinsip khusus.
working of machine, etc.22 Kata prinsip ini Prinsip umum adalah prinsip yang mewarnai
tampaknya sepadan dengan kata mabda’ seluruh hukum Islam yang bersifat universal.
setidaknya menurut catatan Hans Wehr Sedangkan prinsip khusus ialah prinsip-
di dalam kamusnya ketika ia mengartikan prinsip setiap cabang hukum Islam. Berikut
mabda’ dengan beginning, start, starting ini akan dikemukakan ketiga jenis prinsip
point, basis, foundation, principles, ideology, tersebut.
fondamental concept, elements.23 Dalam bahasa
Arab kata ini diartikan al-ashl atau al-sabab.24 Prinsip Epistemologi Hukum Islam
Mahmud Yunus mengartikannya sebagai Prinsip Epistemologi Hukum Islam adalah
tempat permulaan, dasar, pokok, asal.25 Kata prinsip-prinsip yang harus diyakini dan
asas diambil dari bahasa Arab yang berarti dipedomani oleh seorang mujtahid dalam
“ashl al-bina, mubtada’ au ashl kulli syai’in”.26 pembentukan hukum Islam. Adalah Juhaya
Sedangkan di dalam bahasa Inggris kata asas S. Praja29 menyimpulkan pendapat Ibnu
diartikan sebagai “foundation, ground work, Taimiyah bahwa prinsip Epistemologi
grond, basis, keynote, etc.”27 Hukum Islam itu terdiri dari 8 macam yaitu:
Kedua kata di atas secara etimologis
tampaknya memiliki pengertian yang amat a. Tauhîdullah
dekat. Namun, dalam penggunaannya kata Prinsip ini mengajarkan bahwa kebenaran
yang hakiki itu ada di tangan Allah (haqq
al-mubîn) karena hanya Allah yang memiliki
21
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: LPPM
UNISBA, 1995), h. 113.
22
Hornby, A.S, Gatenby H. Wakefield, The Advance 28
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, h. 69.
Learner’s Dictionary of Current English, (Oxford: University 29
Ketika pengukuhan guru besarnya tanggal 1 April 2000
Press, 1973), h. 769. beliau menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul Rekonstruksi
23
Hans Wehr, The Hans Wehr Dictionary of Modern Paradigma Ilmu: Titik Tolak Pengembangan Ilmu Agama dan
Written Arabic, Spoken Language Services, (New York: Ithaca inc Universalitas Politik Hukum Islam, beliau memaparkan sembilan
1976), h. 44. macam paradigma ilmu agama; 1. Sifat subyektifitas dan
24
Al-Yasu’iy Louis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al- obyektifitas setiap ilmu yang menurunkan ilmu obyektif dan
Adab wa al-Ulum, (Bayrût: al-Matba’ah al-Khatalukiyah, Malik ilmu subyektif. 2. Tauhidullah, 3. al-Ruju’ ila al-Quran dan al-
Badri, 1978), h. 28. Sunnah, 4. Persesuaian antara akal dan wahyu, 5. Ajaran Pokok
25
Mahmud Yunus, Kamus ‘Araby Indunisiy, (Jakarta: Yayasan agama dan cabang-cabangnya telah dijelaskan oleh Rasul, 6.
Penterjemah-Pentafsir Alquran, 1973), h. 58. Keadilan, 7. Kebenaran itu ada dalam kenyataan bukan dalam
26
Al-Yasu’iy Louis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al- alam fikiran, 8. Fitrah dan kemuliaan manusia, 9. Kekhilafahan
Adab wa al-Ulum, h. 10. manusia. Lihat Juhaya S.Praja, Rekonstruksi Paradigama Ilmu:
27
Hans Wehr, The Hans Wehr Dictionary of Modern Titik Tolak Pengembangan Ilmu Agama dan Universalitas Politik
Written Arabic, Spoken Language Services, h. 197. Hukum Islam, h. 5-12.
Mohammad Rusfi: Filsafat Harta  |245

otoritas segala macam ilmu (al-mu’allim likull ilmu hadis, ilmu ushûl fiqh, ilmu tauhid
al-ilm), Allah juga yang menciptakan segala yang kemudian menjadi landasan ilmu-
sesuatu (khâliq kulli syaiin), termasuk yang ilmu lainnya dan landasan filsafat Islam.
membuat ketentuan-ketentuan syar’iy. Karena Pembentukan hukum Islam tidak boleh
Allah memiliki kualitas-kualitas itu maka Ia terlepas dari penalaran akal secara valid
memberi petunjuk kepada manusia melalui berdasarkan wahyu yang ditransmisi secara
perantaraan Rasul-Nya. Itulah sebabnya shahîh tersebut. Dengan demikian tujuan
setiap pembentukan hukum Islam harus hukum Islam yang ditetapkan secara nalar
mengacu kepada prinsip ini. akan bersesuaian dengan tujuan syariah yang
telah ditetapkan oleh Allah dan Rasulnya.
b. Kembali kepada Alquran dan Sunnah
(al-rujû’ ila al-Qur’ân wa al-Sunnah) d. Ajaran pokok agama dan cabangnya
Alquran dan Sunnah dipandang sebagai fitrah telah dijelaskan oleh Rasul (inna ushûl
al-munazzalah sebagai pendamping fitrah al-dîn wa furû’aha qad bayyanahâ al-
yang dimiliki oleh manusia secara langsung rasûl)
dalam dirinya seperti al-aql, al-syahwat dan Dengan berakhirnya tugas kerasulan
al-ghadhab. Alquran dan Sunnah adalah Muhammad Saw. berarti tuntaslah sudah
rujukan ilmu-ilmu Islam. Alquran adalah pokok-pokok agama dan cabang-cabangnya.
kitab suci karena di dalamnya terdiri dari Pokok-pokok agama dan cabang-cabangnya
himpunan wahyu yang merupakan “dalil- tersebut tidak lagi menerima perubahan baik
dalil” ilmu. Dalil di sini dimaksudkan sebagai berupa tambahan maupun pembatalan,
petunjuk adanya ilmu-ilmu atau ide-ide karena yang punya otoritas untuk
ilmiah. Alquran bukanlah ilmu itu sendiri, melakukan perubahan tersebut hanyalah
ini terbukti adanya fakta bahwa Alquran Allah Swt. melalui Rasul-Nya, sedangkan
mendorong umatnya untuk menciptakan dengan berakhirnya kerasulan Muhammad
ide-ide sain yang menjadi dasar ilmu-ilmu Saw. sudah tidak ada lagi tugas kerasulan
di kemudian hari. Berdasarkan hal itu maka berikutnya. Prinsip ini didukung oleh ayat
prinsip kembali kepada Alquran dan Sunnah terakhir yang diterima Nabi Muhammad
termasuk prinsip epistemologi hukum Islam. Saw. dalam Q.s. al-Mâidah [5]: 3 yang
Karena itu, peraturan apapun yang akan berbunyi:
dibuat oleh manusia harus merujuk kepada
Alquran dan Sunnah baik secara tektual ‫ﭻﭼﭽﭾﭿ ﮀﮁﮂ‬
maupun kontektual. ‫ﮃ ﮄ ﮅﮆ‬
Pada hari ini (hari haji wada’) telah Aku
c. Persesuaian antara akal dan wahyu sempurnakan agama untukmu, dan Aku
(al-muwâfaqât al-shahîh al-manqûl li cukupkan nikmat-Ku untukmu, Aku ridai
shârih al-ma’qûl) Islam menjadi agamamu.30
Wahyu telah benar dengan sendirinya. Dari prinsip ini lahirlah dua macam
Argumen akal tentang kebenaran wahyu tidak kaidah utama ilmu hukum yang meliputi
menjadikan wahyu itu benar. Demikian pula ibadah dan muamalah. Dalam ibadah
sebaliknya, argumen akal yang menyatakan dikenal kaidah yang menyatakan: al-ashlu
ketidakbenaran wahyu tidak menjadikan fî al-ibâdah al-tauqîf. Sedangkan dalam
wahyu itu tidak benar. Namun demikian, mu’amalah dikenal pula qaidah yang me­
apabila akal melakukan penalaran yang valid, nyatakan al-ashlu fî al-mu’âmalat al-ibâhah
maka ia pasti akan sesuai dengan wahyu
yang ditransmisi secara shahîh. Keshahîhan
proses data otoritatif melahirkan ilmu tafsir, 30
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 85.
246|  AL-‘ADALAH Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

hattâ yadulla al-dalîl ‘alâ tahrîmihi. Kedua disebut al-fiqh al-siyâsi yang artinya politik
kaidah ini menunjukkan bahwa dalam hukum Islam.
bidang muamalah terdapat elastisitas yang
sangat memungkinkan untuk dikembangkan. f. Kebenaran itu ada dalam kenyataan
Sedangkan dalam bidang ibadah dianggap bukan dalam alam fikiran (al-Haqîqah
sudah final dan tidak memberi peluang fî al-a’yân lâ fî al-adzhân)
untuk dikembangkan, kecuali pada tataran Prinsip bahwa kebenaran itu terletak dalam
praktisnya saja. alam empirik bukan dalam alam pikiran
maksudnya ialah bahwa kebenaran yang sesuai
e. Keadilan dengan ajaran agama itu dapat diketahui
Keadilan dalam bahasa ulama salaf dapat oleh manusia. Dengan demikian ajaran
diartikan sebagai moderasi atau keseimbangan agama Islam mengandung sifat empirik
antara kemestian ideal dengan kenyataan yang memberi peluang kepada fungsi-fungsi
faktual, keseimbangan antara kemestian yang inderawi. Oleh karena itu prinsip ini sangat
harus dilaksanakan oleh manusia dengan mendorong bagi berkembangnya ilmu-
realitas yang dihadapinya. ‘Adil identik dengan ilmu empirik. Di samping itu, mendorong
al-Mizân, yang berarti al-shirât al-mustaqîm, pelaksanaan ajaran Islam dan pembangunan
jalan lurus sebagaimana dimaksudkan dalam masyarakat Islam yang disesuaikan dengan
surat al-Fâtihah ayat terakhir. Artinya, keadilan kenyataan-kenyataan sosial. Dilihat dari
masih dalam bentuk konsep yang dapat pengembangan ilmu-ilmu Islam secara totalitas
dijadikan sebagai rujukan dalam menentukan maka prinsip ini sangat diperlukan (necessary)
arah kebijakan hukum. Sedangkan pengertian terutama dalam mengembangkan sociologi of
al-Mizân dan al-Qisth itu sendiri mengandung religion dan religious sociologi dalam rangka
makna praksis. Artinya keadilan dalam pengembangan masyarakat Islam. Religious
kehidupan nyata, keadilan dalam pengertian sociologi mengandung pe­ ngertian bahwa
al-Qisthi ini adalah persesuaian-persesuaian sosiologi dimanfaatkan untuk kepentingan
yang harmonis antara satu dengan lainnya, pengembangan pranata keagamaan. Sedangkan
seperti persesuaian antara ucapan dengan sociologi of religion adalah kajian sosiologis
perbuatan. Persesuaian antara iman, ilmu terhadap fenomena agama.31 Termasuk di
dengan amal. Persesuaian antara kemestian antaranya fenomena-fenomena hukum Islam
dengan kenyataan. Dan persesuaian antara baik yang terkait dengan fikih muamalah, fikih
kemampuan manusia dengan pemenuhan mawâris, fikih siyâsah dan lain sebagainya,
hak dan kewajiabannya. seperti prinsip ‘an tarâdhin dalam hukum
Ketika mengimplementasikan ilmu yang jual beli yang telah mengalami pergeseran
sesuai antara apa yang semestinya dengan apa antara konsep dengan realita yang terjadi di
yang menjadi kenyataannya dalam kerangka tengah masyarakat saat ini.
prinsip dan praktis keadilan dapat mengarah
kepada pernyataan bahwa ilmu adalah seni. g. Fitrah dan kemuliaan manusia
Ketika ilmu dilaksanakan dalam kenyataan, (nazhâriyat al-fitrah wa al-karâmat
maka ilmu adalah seni memilih. Ketika harus al-insân)
memilih, tentu akan memilih yang terbaik. Prinsip fitrah manusia dan kemuliaannya
Akan tetapi ketika harus melaksanakan menjadi landasan pijak pembentukan hukum
pilihan, maka melaksanakan pilihan itu
tidak selamanya yang terbaik melainkan 31
Juhaya S.Praja, Rekonstruksi Paradigama Ilmu: Titik
memilih yang paling mungkin atau yang Tolak Pengembangan Ilmu Agama dan Universalitas Politik
paling kecil risikonya. Seni memilih dalam Hukum Islam, h. 11. Lihat juga William M. Newman, The
Social Meaning of Religion, (Chicago: Rand McNally College
praktik kehidupan ini dalam hukum Islam Publishing Company, 1974), h. 11.
Mohammad Rusfi: Filsafat Harta  |247

Islam. Hal ini didasari oleh Q.s. al-Rûm, manusia. Faktor eksternal itu tiada lain ialah
[30]: 30 dan Q.s. al-Isrâ [17]: 70 yang fitrah al-muzzalah yakni wahyu. Nisbah
berbunyi: antara ide bawaan (fitrah) dengan fitrah
al-munazzalah itu bagaikan mata dengan
‫ﯔ ﯕ ﯖ ﯗﯘ ﯙ ﯚ ﯛ ﯜ ﯝ‬ cahayanya. Sementara itu Juhaya S. Praja34
‫ﯞﯟﯠﯡﯢ ﯣﯤ ﯥﯦﯧﯨ‬ menambahkan bahwa alat untuk mengawali
perolehan ilmu di dalam diri manusia ialah
‫ﯩﯪ ﯫﯬ‬ al-Qalbu. Al-Qalbu adalah awal atau pusat
Maka hadapkanlah mukamu dengan tulus kegiatan intelektualisasi yang berakhir di
kepada Allah! (Peganglah) fitrah Allah yang otak. Mabda’ al-fikri al-qalb wa muntahahu
telah menciptakan manusia menurut fitrahnya ‘alâ al-Dimagh.
itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
Itulah agama yang benar, tetapi kebanyakan h. Kekhilafahan manusia (al-istikhlâf wa
manusia tidak mengetahui.32
al-ist’mâr ‘alâ al-ardhi).
‫ﮏﮐﮑﮒﮓﮔﮕﮖﮗﮘ‬ Prinsip ini berdasarkan firman Allah Q.s.
al-An’âm [6]: 165 dan Q.s. Hûd [11]: 61
‫ﮙﮚﮛ ﮜﮝﮞﮟ‬ yang berbunyi:
Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-
anak Adam. Kami angkut mereka di daratan ‫ﰈﰉﰊ ﰋﰌﰍﰎﰏ‬
dan di lautan, Kami beri mereka rizki yang ‫ﰐﰑﰒﰓﰔﰕﰖﰗﰘﰙﰚ‬
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dari
kebanyakan makhluk yang kami ciptakan.33 ‫ﰛﰜ ﰝ‬
Pada surat ayat 70 dari surat Banî Israîl Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-
tersebut di atas Allah Swt. menjelaskan bahwa penguasa di bumi dan Dia meninggikan
kemuliaan manusia adalah karena zat-Nya sebagian kamu atas sebagian (yang lain)
bukan karena ras, keturunan, bahasa atau beberapa derajat, untuk mengujimu tentang
apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguh­
warna kulit. Sementara ayat 30 dari surat
nya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan
al-Rûm itu menjelaskan pula bahwa manusia
sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi
terlahir dengan ide bawaan yang disebut Maha Penyayang.35
fitrah. Fitrah tersebut terdiri dari tiga daya
utama yaitu quwatu al-‘aqly (kemampuan ‫ﯻﯼﯽﯾ ﯿﰀ‬
akal untuk mengenal, mengesakan dan
mencintai Tuhan), quwatu al-syahwat (yang Dia telah menjadikan kamu dari bumi
berfungsi untuk menginduksi segala yang (tanah) dan Dia menjadikan kamu untuk
menyenangkan), dan quwatu al-ghadhab memakmurkan bumi itu.36
(yang berfungsi untuk mempertahankan Berdasarkan ayat tersebut maka prinsip
diri). epistimologi hukum Islam-yang juga me­
Memfungsikan ide-ide bawaan yang rupakan epistimologi Ilmu secara totalitas-
inheren di dalam diri manusia memerlukan dapat diketahui bahwa manusia mem­punyai
bantuan dari luar dirinya yang bersifat tugas kekhalifahan (vicegerency) yakni manusia
eksternal. Akan tetapi faktor eksternal “mewakili” Tuhan di muka bumi. Oleh karena
yang dapat membantu memfungsikan ide- itu, maka manusia dengan segala dayanya
ide bawaan itu harus sesuai dengan potensi baik daya inheren maupun daya ekstrennya
yang telah ada secara inheren di dalam diri
34
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, h. 12.
32
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 325. 35
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 119.
33
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 231. 36
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 182.
248|  AL-‘ADALAH Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

mengemban tugas-tugas sebagai berikut: sekaligus menjadi kewajiban setiap Muslim


1. Menguasai dan mengontrol dengan untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan
mem­budidayakan bumi sebagai sarana sehari-hari, baik dia sebagai rakyat biasa
ibadah. maupun sebagai pejabat negara. Perbedaan
2. Menguasai dan menciptakan peradaban yang esensial antara syariah dengan undang-
dalam rangka beribadah kepada Allah undang buatan manusia.
dengan melaksanakan amar makruf nahi Syariah menurut Yûsuf Qarâdhawi37
munkar. memiliki keistimewaan yang membedakannya
3. Dalam melaksanakan amar makruf dengan undang-undang atau peraturan
nahi munkar dapat bersifat individual hukum yang dihasilkan oleh pemikiran
maupun kolektif. Kewajiban kolektif manusia semata. Keistimewaan dimaksud
pelaksanaan amar makruf nahi munkar adalah:
yang bersifat publik dilaksanakan oleh 1. Hukum Islam merupakan syarî’ah
lembaga negara dan pemerintahan. rubbaniyah yang mengandung dua
Berdasarkan hal tersebut maka kewajiban demensi yaitu rubbaniyah al-mashdar,
amar makruf nahi munkar bukan saja dipikul dan rubbaniyah al-wajhah. Rubbaniyah
secara individual, tetapi juga kewajiban al-mashdar menunjukkan bahwa hukum-
pemerintah. Untuk itu peraturan hukum hukum yang dikandung olehnya beserta
dan perundangan-undangan yang dibuat asas-asasnya tidak berasal dari wadh’iy
seyogyanya harus mendukung terlaksananya al-Basyar melainkan dari shâhib al-
ketetapan Allah dan Rasul-Nya. Di antara khalqi wa al-‘amar (yang punya otoritas)
ketetapan-ketetapan tersebut adalah hal-hal bagi seluruh alam, dan Tuhan bagi
yang menyangkut dengan bidang muamalah semua makhluk yang ada dialamnya.
seperti jual beli. Sedangkan rubbaniyah al-wajhah adalah
bahwa tujuan utama dari syariah adalah
menyatukan manusia dalam ketundukan
Prinsip Universalitas Hukum Islam
dan ketaatan mereka di bawah naungan
Sumber hukum yang utama di dalam kalimat Lâ Ilâha Illa Allah.
pembinaan hukum Islam adalah Alquran
2. Hukum Islam juga merupakan shibghah
bersama-sama dengan Sunnah. Keduanya
al-insâniyah al-‘alamiyah. Artinya bahwa
merupakan total pakadge hukum Islam
hukum, prinsip dan tujuan hukum
yang menyentuh seluruh aspek kehidupan
Islam menjadi rahmatan lil ‘âlamin dan
Muslim. Satu hal yang membedakannya
hidayah bagi umat manusia.
dengan hukum yang dihasilkan berdasarkan
perolehan akal manusia semata atau hasil 3. Hukum Islam menuju keadilan yang
pemikiran filosof belaka adalah bahwa muthlaq (al-‘adhlu al-muthlaq). Maksud­­
hukum Islam tidak membedakan aspek nya bahwa syariah diturunkan kepada
ukhrawi dan duniawi. Karena itu kata manusia untuk menegakkan keadilan yang
kunci di dalam hukum Islam adalah wahyu mutlak di antara manusia seluruhnya, dan
dan Nabi. Wahyu menuntut setiap orang merealisasikan persaudaraan di antara
untuk iman dan taqwa. Sedangkan Nabi mereka, saling menjaga darah, harta,
Muhammad Saw. tidak hanya berfungsi kehormatan, dan akal manusia. Tujuan
sebagai penyampai wahyu saja tetapi juga ini dapat dirumuskan dalam kalimat
sebagai negarawan, qâdhi, mufti dan lain mashâlihu al-‘ibâd fî al-ma’âsyi wa al-
sebagainya. Dengan demikian hukum Islam ma’âd.
menjadi bagian dari ‘aqîdah Islamiyah yang
harus diyakini oleh setiap Muslim, dan 37
Yûsuf al-Qarâdhawi, Syari’at al-Islam, (Bayrût: al-
Maktab al-Islâmiy, 1397), h. 18-20.
Mohammad Rusfi: Filsafat Harta  |249

4. Hukum Islam juga merupakan al- perbedaan pandangan para ulama dalam
mawâzinah baina al-fard wa al-jamâ’ah. mengakumulasi berbagai prinsip hukum
Maksudnya ialah adanya keseimbangan Islam tersebut.
antara kepentingan-kepentingan individu Juhaya S. Praja39 menyimpulkan bahwa
dan jamaah. Umpamanya meskipun prinsip-prinsip yang menjadi dasar pembinaan
syariah membolehkan dan sangat meng­ hukum Islam itu ada tujuh macam yaitu:
hargai kepemilikan individual atas
benda, namun syariah juga mengikat
individu itu dengan sejumlah ketentuan 1. Prinsip tauhîdullah
yang ditujukan bagi kepentingan Manusia diciptakan, dihidupkan, diturunkan
jamaah, sehingga harta yang dimiliki di muka bumi ini, dan dimatikan oleh Allah
secara individual tersebut senantiasa dengan membawa missi tertentu yaitu untuk
me­ngandung hak-hak yang harus di­ beribadah kepada Allah dan menjadi khalifah
berikannya kepada orang lain sebagai Allah di muka bumi ini. Kedua macam misi
dimensi sosial. tersebut oleh Allah diatur dengan berbagai
Di masa awal pertumbuhannya, hukum ketetapan. Namun semua ketetapan itu
Islam ditegakkan melalui metode dasar mengacu kepada suatu ketentuan bersama
sebagai berikut. Pertama, al-tadrîj fî al-tasyrî’, dan mengikat semua bagian dari berbagai
yaitu hukum Islam tidak diturunkan secara ketentuan itu. Ikatan inilah yang oleh para
serentak melainkan secara bertahap. Kedua, ulama disebut dengan prinsip tauhid. Prinsip
waqî’at al-ahkâm al-tasyrî’iyah, yaitu hukum- tauhid ini menjadi prinsip umum hukum
hukum yang diturunkan Allah Swt. ternyata Islam yang menjadi bagian yang integral
dibebankan sebatas kebutuhan kepadanya dengan akidah. Karenanya seseorang yang
dan atas peristiwa-peristiwa yang menuntut meyakini keesaan Allah berarti dia juga
ketetapan hukum atasnya. Ketiga, al-taysîr meyakini keesaan dalam kekuasaan Allah.
wa al-takhfîf, yaitu hukum-hukum yang Seorang muslim tidak dibenarkan hanya
dikandung oleh Alquran sama sekali tidak mempercaya keesaan Allah tetapi tidak
ditujukan untuk membuat kesulitan bagi mempercayai kebenaran ketetapan-ketetapan
manusia, dan hukum-hukum itu merupakan Allah. Seperti itu pula seorang muslim juga
beban yang ringan dan mudah. Inilah yang tidak dibenarkan hanya meyakini keesaan
mendasari adanya hukum rukhshah di dalam dan kebenaran ketetapan Allah namun tidak
ibadah. Keempat, muwâfaqat al-tasyrî’ li mempercayai ketetapan itu akan membawa
mashâlih al-nash, yakni penetapan hukum dampak positif dalam kehidupan ummat
Islam bersesuaian dengan kemaslahatan manusia.
manusia.38 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Pemikiran terhadap keistimewaan dan prinsip tauhid ini menjadi energi penggerak
ciri khas hukum Islam ini selanjutnya dari seluruh ketetapan Allah, karenanya dia
menghasilkan pengetahuan tentang prinsip masuk kedalam semua lini ketetapan-Nya.
umum hukum Islam (prinsip universalitas). Dalam masalah akidah, hukum, politik,
Prinsip ini mewarnai seluruh bidang dalam sosial dan budaya, semuanya harus diwarnai
hukum Islam, dia masuk pada bidang dengan prinsip tauhid. Prinsip ini dinyatakan
politik, bidang jinayah, bidang waris, bidang dengan kalimat “Lâ Ilâha Illa Allah” (Tidak
muamalah dan lain sebagainya. Terdapat ada Tuhan Selain Allah) dan ditarik dari
ayat-ayat Alquran di antaranya surat Alî
Imrân [3]: 64 yang berbunyi:
38
Syekh Jad al-Haq ‘Ali Jad al-Haq, al-Fiqhi al-Islamiy,
dalam Majalah al-Buhuts al-Fiqhiyah al-Mu’ashirah, (Riyadh,
Tnp., t.t.), h. 26-28. 39
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, h. 69-78.
250|  AL-‘ADALAH Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

‫ﭪﭫﭬﭭﭮ ﭯﭰﭱﭲ‬ dan Sunnah. Orang yang menolak ketentuan


Allah dengan suatu keyakinan bahwa
‫ﭳﭴﭵﭶﭷﭸﭹﭺﭻﭼﭽ‬ ketentuan Allah itu tidak wajib dijalankan-
‫ﭾ ﭿ ﮀ ﮁ ﮂﮃ ﮄ ﮅ ﮆ ﮇ ﮈ‬ apalagi bila disertai keyakinan bahwa bila
ketentuan Allah itu dijalankan justru akan
‫ﮉ‬ mendatangkan kemudharatan, dan karenanya
Katakanlah! Hai Ahli Kitab, marilah bersatu mereka pindah keyakinan akan kebenaran
dalam satu kalimat (katetapan) yang tidak lain dari ketetapan Allah-maka orang tersebut
ada perbedaan kami dengan kamu, bahwa sudah termasuk kafir i’tiqâdy yang berarti
tidak kita sembah kecuali Allah. Jika mereka tidak lagi termasuk ke dalam lingkaran
berpaling maka katakanlah kepada mereka. iman, tetapi masuk dalam lingkaran syirik
Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang sebagai lawan daripada tauhid. Jadi ketetapan
yang menyerahkan diri kepada Allah.40 hukum Allah berupa perintah atau larangan
Berdasarkan prinsip tauhid ini maka termasuk bahagian dari akidah.
melaksanakan hukum-hukum Islam itu Dengan demikian pengingkaran terhadap
termasuk dalam kategori ibadah. Sebaliknya ketetapan tersebut termasuk kafir, dan
pengingkaran terhadap hukum-hukum pembenaran terhadap sesuatu hukum di
Allah termasuk dalam kategori kekafiran. luar ketetapan Allah termasuk bagian dari
Jadi perbedaan antara muslim dan kafir itu syirik, dan inilah yang dikhawatirkan Nabi
terletak pada keyakinan dan ketundukannya Saw. yang bakal menimpa ummat Islam,
terhadap ketentuan-ketentuan Allah. Bila sebagai mana yang diceritakan oleh Zaid bin
seseorang meyakini keesaan Allah dalam Chubbab bahwa Abdul Wahhab bin Zaid
berbagai aspeknya (esa zat, esa sifat, dan mendapat cerita dari ‘Ubadah bin Nasa’iy,
esa af ’âl-Nya) dan karenanya orang itu katanya pada suatu ketika Syaddad bin
menyerahkan dirinya secara utuh kepada Aus menangis, lalu ditanyakan kepadanya
Allah baik dalam hal melakukan perintah mengapa dia menangis. Syaddad menjawab
dan atau tidak melakukan larangan-Nya bahwa dia menangis karena pernah men­
maka orang tersebut dimasukkan kedalam dengar Nabi Saw. bersabda dan sabda Nabi
kategori “Muslim” (persaksikanlah bahwa itu selalu teringat olehnya. Sabda Nabi Saw.
kami adalah orang-orang Muslim). Artinya tersebut berbunyi:
orang-orang yang berserah diri kepada Allah.
Orang yang berserah diri kepada Allah ‫اختوف ىلع امىت الرشك والشهوة اخلفية قال قلت‬
artinya menempuh jalan kehidupan sesuai
‫يا رسول اهلل املرشك امتك من بعدك ؟ قال نعم‬
dengan petunjuk yang telah ditetapkan Allah,
karenanya mereka terhindar dari berbagai ‫اما انهم ال يعبدون شمسا وال قمرا وال حجرا‬
macam bencana kehidupan dan mereka dapat
‫وال وثنا ولكن يرائون باعماهلم والشهوة اخلفية‬
sampai pada tujuan yang hendak dicapai
yaitu selamat sampai pada alam lahût yang ‫ان يصبح احدهم صائما فتعرض هل شهوة من‬
penuh dengan keindahan dan kedamaian
)‫شهواته فيرتك صومه (رواه أمحد‬
yang menjadi titik akhir dari perjalanan
hidup anak manusia. Saya mengkhawatirkan ummatku jatuh
kedalam syirik dan syahwat yang ringan.
Prinsip tauhid ini menghendaki dan Lalu Syaddad bertanya, ya Rasul apakah
mengharuskan manusia untuk menetapkan (yang engkau maksudkan itu) adalah umatmu
hukum sesuai dengan kehendak Allah Swt. sepeninggalmu nanti yang akan menjadi
sebagaimana termaktub di dalam Alquran musyrik itu? Beliau menjawab: Benar! Mereka
bukan menyembah mataharai, bulan, batu
ataupun berhala. Tetapi mereka riya dengan
40
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 45.
Mohammad Rusfi: Filsafat Harta  |251

amal perbuatan mereka dan tergelincir oleh melakukan sesuatu. Bila tuntutan tersebut
syahwat yang sangat ringan. Bahwa ada orang dimaksudkan untuk melakukan sesuatu
yang berpuasa dipagi hari lalu dia tergiur maka disebut perintah (amr). Sedangkan
dengan syahwat-syahwat yang ringan sampai- bila tuntutan itu dimaksudkan untuk tidak
sampai puasanya itu dibatalkannya. (H.r. melakukan sesuatu disebutlah dia larangan
Ahmad).41 (nahyi).
Jika riya saja sudah dikategorikan Kedua bentuk tuntutan ini melahirkan
ke dalam syirik, terlebih mengikuti dan hukum-hukum sebagai suatu ketetapan
mengagungkan pendapat akal manusia yang mesti ditaati oleh setiap Muslim.
dan membenarkan ketetapan-ketetapan Tuntutan untuk melakukan sesuatu yang
di luar ketetapan Allah. Oleh karena itu mesti dilakukan (bersifat jazim) melahirkan
hadis tersebut menjadi dalil bahwa prinsip ketetapan ijâb (kewajiban). Dalam tataran
tauhid mesti mewarnai seluruh aspek ajaran aplikatif hukum ijâb ini menjadikan materi
Islam termasuk bidang hukum, sebab hukum sebagai suatu ketetapan yang di­
hukum menjadi bagian yang integral dan wajibkan kepada pelaku hukum untuk
tak terpisahkan dari akidah. melaksanakannya. Ketentuan tersebut di­
kenal dengan hukum “wujûb”. Hukum wujûb
2. Prinsip amar makruf nahyi munkar meninggalkan bekas kepada pelaku hukum
dengan hukum “wâjib”.
Prinsip amar makruf nahyi munkar ini
didasarkan atas firman Allah dalam Surat Selain tuntutan agar melakukan sesatu
Alî Imrân [3]: 110 yang berbunyi: dengan jazim (mesti), terkadang pula
terdapat tuntutan untuk melakukan sesuatu
‫ﭞﭟﭠﭡﭢﭣﭤ‬ yang tidak bersifat jazim. Dalam kaitan
ini tuntutan tersebut melahirkan hukum
‫ﭥ ﭦ ﭧ ﭨ ﭩﭪ‬
nadb, yang kemudian melahirkan suatu
Kamulah ummat terbaik yang muncul ketetapan yang disebut mandûb. Sebagai
(ditengah-tengah manusia). (kamu harus) bekas dari hukum mandûb ini terciptalah
menyuruh orang berbuat kebaikan dan me­ hukum “sunnat/nâfil”.
larang orang berbuat kemunkaran serta ber­
iman kepada Allah.42 Demikian pula tuntutan untuk tidak
melakukan sesuatu yang bersifat jazim
Prinsip amar ma’kruf maksudnya hukum (mesti) melahirkan hukum tahrîm dan
Islam digerakkan untuk dan merekayasa mem­beri bekas hukum “haram”. Sedangkan
umat manusia agar dapat mencapai tujuan bila tuntutan untuk tidak melakukan itu
yang baik dan benar sesuai dengan kehendak bersifat tidak jazim (tidak mesti) melahirkan
dan keridaan Allah Swt. Dalam kajian filsafat hukum karâhah yang kemudian memberi
Barat biasanya diartikan sebagai fungsi social bekas kepada hukum “makrûh”. Dalam
engineering hukum. Sedangkan nahi munkar hal suatu ketentuan yang tidak menuntut
berfungsi sebagai social control. Atas dasar untuk melakukan atau tidak melakukan
prinsip inilah dalam hukum Islam dikenal disebut takhyîr. Ketentuan ini melahirkan
adanya perintah dan larangan. Keduanya hukum ibâhah yang memberi bekas kepada
merupakan tuntutan Allah terhadap hamba- hukum “mubâh”. Berdasarkan ketentuan
Nya dalam bentuk tuntutan untuk me­ tersebut maka hukum Islam itu terbentuk
lakukan sesuatu dan tuntutan untuk tidak ke dalam lima macam yaitu wajib, haram,
sunnat, makruh dan mubah. Semua hukum
41
Lihat dalam Musnad Ahmad hadits ke 16498, atau ini dibebankan kepada mukalaf. Dengan
pada CD Hadits al-Kutub al-Tis’ah Musnad Ahmad, Hadits ke demikian kelima hukum ini disebut hukum
16498.
42
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 50. taklîfiy. Hukum taklîfiy ini berlaku untuk
252|  AL-‘ADALAH Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

semua bidang hukum agar manusia dapat Dan jika ada dua golongan dari orang mukmin
berbuat baik dan meninggalkan berbuat yang berperang, maka damaikanlah antara
munkar. Oleh karena itu dia menjadi prinsip keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan
hukum yang mewarnia semua bidang hukum. itu berbuat aniaya terhadap golongan yang
lain, maka perangilah golongan yang berbuat
aniaya itu sehingga mereka kembali kepada
3. Prinsip keadilan perintah Allah; Jika golongan itu telah kembali
Ada dua macam pengertian keadilan ini. kepada perintah Allah, maka damaikanlah
Pertama, keadilan dalam pengetian umum di antara keduanya dengan adil dan berlaku
dan kedua keadilan dalam pengertian khusus. adillah sesungguhnya Allah menyukai orang
Keadilan dalam pengertian umum berlaku yang berlaku adil.45
untuk sikap, tingkah laku dan prilaku Juhaya S. Praja mengemukakan bahwa
seseorang secara umum yang disebut juga term keadilan ini pada umumnya berkonotasi
keadilan personalitas karakter. Said al-Bakri dalam penetapan hukum atau kebijaksanaan
menjelaskan keadilan dalam pengertian ini raja. Akan tetapi keadilan dalam hukum Islam
dengan mengatakan: meliputi berbagai aspek kehidupan. Apalagi
dalam bidang dan sistem hukumnya. Dengan
‫العادل رشاع ملكة ىف انلفس تمنع من اقرتف‬ demikian konsep keadilan yang merupakan
‫الكبائر والرذائل املباحة‬ salah satu prinsip hukum meliputi berbagai
Adil pada syara’ adalah orang yang mempunyai hubungan, seperti hubungan antara individu
rasa terlarang dari mengerjakan dosa besar dengan individu lainnya; hubungan antara
(sudah menjadi malakah dalam dirinya untuk individu dengan masyarakat; hubungan
tidak melakukan dosa besar itu), dan tidak individu dengan hakim dan yang berperkara;
menganggap enteng akan perbuatan yang serta hubungan dengan berbagai pihak yang
mubah. 43 terkait.46
Sedangkan keadilan dalam pengertian Dalam teologi Mu’tazilah, keadilan me­
khusus adalah keadilan dalam bentuk rupakan pokok akidah kedua setelah tauhid.
ketetapan hukum yang harus dijalankan Menurut mereka keadilan itu me­ngandung
Di dalam Alquran kedua bentuk keadilan dua pengertian. Pertama, keadilan dalam
ini dapat ditemukan pada berbagai surat bentuk perbuatan. Kedua, keadilan bagi pelaku
di antaranya Surat al-An’âm [6 ]: 152 dan perbuatan itu. Dalam bentuk perbuatan
surat al-Hujurât [49]: 9 yang berbunyi: keadilan berarti apa yang diperbuat oleh
pelakunya pasti mendatangkan kebaikan dan
‫ﭨ ﭩ ﭪ ﭫ ﭬ ﭭ ﭮﭯ‬ bermanfaat bagi orang lain. Dengan demikian
Dan apabila kamu berkata maka hendaklah apa yang diciptakan Allah pasti mendatangkan
kamu berlaku adil kendatipun kepada karib kebaikan, dan apa yang dilarang Allah pasti
kerabatmu.44 mendatangkan keburukan. Ini berarti bila
manusia melakukan sesuatu yang diperintah
‫ﮙ ﮚ ﮛ ﮜ ﮝ ﮞ ﮟﮠ ﮡ‬ oleh Allah maka orang itu pasti akan menerima
kebaikan dari perbuatannya tersebut sebagai
‫ﮢﮣ ﮤﮥﮦﮧ ﮨ ﮩﮪﮫ‬
rahmat dari Allah Swt. Demikian pula bila
‫ﮬ ﮭﮮ ﮯ ﮰ ﮱ ﯓ ﯔ ﯕﯖ ﯗ ﯘ‬ manusia melakukan sesuatu yang dilarang
oleh Allah maka orang itu akan menerima
‫ﯙﯚ‬
akibat buruk yang ditimbulkannya sebagai
akibat dari perbuatannya itu.
43
Saîd al-Bakri bin Muhammad Syatho al-Dimyathy,
I’ânatu al-Thâlibin, Juz ke IV, (Bandung: PT. Al-Ma’arif , t.t.),
h. 211. 45
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 412.
44
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 106. 46
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, h. 72.
Mohammad Rusfi: Filsafat Harta  |253

Adapun keadilan bagi pelaku perbuatan perbuatan jahat lalu dia mendapat kesukaran
artinya pelaku perbuatan tersebut tidak dan kesengsaraan itupun tidak terlepas dari
berbuat buruk. Jadi bila dikatakan bahwa akibat perbuatan jahatnya yang menentang
dalam menciptakan langit dan bumi ini ketetapan Allah. Sesungguhnya Allah tidak
Allah berlaku adil, artinya Allah tidak pernah berbuat aniaya terhadap hambanya,
berbuat buruk terhadap makhluknya. Hal cuma saja Allah telah menetapkan berbagai
ini sesuai dengan firman Allah Q.s. al-Nisâ keputusan yang tidak pernah diingkari-Nya.
[4]: 79 yang berbunyi: Dalam kaitan ini Nabi Saw. Mengatakan
“Silakan kamu berbuat kebaikan serasa cukup
‫ﰅ ﰆ ﰇ ﰈ ﰉ ﰊﰋ ﰌ ﰍ ﰎ ﰏ ﰐ ﰑﰒ‬ untuk bekalmu di dalam surga. Tetapi silakan
Kebaikan apapun yang kamu terima adalah kamu berbuat keburukan serasa mampu kamu
datang dari Allah, tetapi kejelekan apapun menanggung derita di dalam neraka”. Prinsip
yang kamu terima itu adalah (akibat) dari kebebasan ini didasari firman Allah Q.s.
(kesalahan) dirimu sendiri.47 al-Baqarah [2]: 256 yang berbunyi:
Prinsip keadilan ini sejatinya mewarnai
‫ﯿ ﰀ ﰁ ﰂ ﰃ ﰄ ﰅ ﰆ ﰇ ﰈﰉ‬
pula seluruh aspek hukum termasuk dalam
sistem ekonomi. Artinya teori apapun yang Tidak ada paksaan untuk memasuki agama
dibangun haruslah mengacu kepada kebaikan Islam, karena sesungguhnya telah jelas mana
antar hubungan. Demikian pula pelaku dari yang petunjuk dan mana yang kesesatan.48
perbuatan itu harus pula punya maksud baik Ayat tersebut mengandung pengertian
bagi sesama, bukan untuk individu tertentu kebebasan untuk menentukan sikap masuk
atau kelompok dan golongan tertentu saja. agama Islam atau tidak. Namun Allah telah
menjelaskan ketetapan-ketetapannya, bahwa
4. Prinsip kebebasan (al-hurriyah) bila masuk Islam akan selamat, dan jika
tidak masuk Islam akan celaka. Selamat
Prinsip kebebasan (al-hurriyah) ini juga
berarti masuk surga dengan aman tentram,
menjadi bagian dari prinsip hukum
senang dan bahahagia. Sedang celaka berarti
Islam. Prinsip ini memberi kebebesan
masuk neraka kesengsaraan, kesedihan dan
kepada seseorang untuk bertindak dalam
kesusahan. Kebebasan disini artinya Allah
hal melakukan perintah atau tidak me­
tidak memaksa hambanya untuk masuk surga
lakukan larangan; dalam hal melakukan
atau neraka, tetapi Allah telah menetapkan
kebaikan atau keburukan. Cuma saja
adanya surga dan adanya neraka sebagai
bagi pelakunya perlu memperhitungkan
kelanjutan dari pilihan hamba masuk Islam
risiko dari perbuatannya itu. Jika berbuat
atau tidak.
baik akan berdampak positif, tetapi jika
berbuat buruk akan berdampak negatif.
Namun tetap saja diberi kebebsan untuk 5. Prinsip persamaan (al-musâwah)
berbuat sejauh yang bersangkutan mampu Prinsip persamaan ini berlaku berbagai
menanggung risiko tersebut. Jadi bila bidang kehidupan termasuk dalam masalah
seseorang melakukan sesuatu perbuatan hukum. Dalam hukum tidak memandang
yang baik dia mendapatkan kenikmatan orang kaya atau orang miskin, pejabat atau
dan kebaikan, tidak terlepas dari imbalan rakyat, konglomerat atau melarat, semuanya
rahmat yang diberikan Allah kepadanya sama tidak ada yang kebal hukum. Prinsip
karena kepatuhannya menjalankan ketetapan ini telah ditunjukkan Nabi Saw. dalam
Allah. Sebaliknya jika sesorang melakukan sabdanya:

47
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 72. 48
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 33.
254|  AL-‘ADALAH Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

6. Prinsip tolong menolong (al-ta’âwun)


…‫لو اكنت فاطمة بنت حممد رسقت لقطعت يدها‬
Prinsip tolong menolong ini didasarkan
)‫(احلديث‬ firman Allah yang tersebut dalam Surat
Andaikan Fathimah binti Muhammad yang al-Mâidah [5]: 2 yang berbunyi:
mencuri, pastilah Aku potong tangannya.
‫ﯭ ﯮ ﯯ ﯰﯱ ﯲ ﯳ ﯴ ﯵ ﯶﯷ‬
Prinsip ini juga berlaku dalam hal men­
jalankan kewajiban dan menerima hak dan ‫ﯸ ﯹﯺ ﯻ ﯼ ﯽ ﯾ‬
tanggung jawab sesuai dengan fungsi dan Bertolong-tolonganlah kamu dalam berbuat
kedudukan seorang hamba. Allah tidak kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah
membeda-bedakan hamba-Nya dalam hal kamu bertolong-tolongan berbuat dosa
menerima hak dan menjalankan kewajiban, dan permusuhan. Takutlah kepada Allah !
yang membedakan hamba dalam pandangan Sesungguh­nya siksaan Allah itu sangat berat.50
Allah hanyalah ketakwaan mereka masing- Al-Khazin51 dalam menafsirkan ayat 2
masing, bukan pangkat dan jabatan atau dari Surat al-Mâidah tersebut di atas me­
status sosial lainnya. Sebagaimana firman ngatakan bahwa yang dimaksud dengan
Allah Q.s. al-Hujurat [49]: 13 yang berbunyi: bertolong-tolonganlah kamu dalam berbuat
‫ﭵﭶﭷﭸﭹﭺﭻﭼﭽﭾ‬ kebaikan dan ketaqwaan artinya “bertolong-
tolongan dalam upaya melakukan kebaikan
‫ﭿﮀ ﮁ ﮂ ﮃ ﮄ ﮅﮆ ﮇ ﮈ ﮉ ﮊ‬ dan ketaqwaan”. Kebaikan di sini menurut
Wahai Manusia! sesungguhnya Kami men­ Ibn ‘Abbas maksudnya “mengikuti al-sunnah”.
ciptakan kamu laki-laki dan perempuan, Sedangkan pengertian dari janganlah kamu
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bertolong-tolongan untuk berbuat dosa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. permusuhan, maksudnya “Jangan bertolong-
Sesungguhnya orang yang paling mulia di tolongan dalam kekafiran dan kedzaliman.”52
antara kamu disisi Allah ialah orang yang palig Prinsip ini mesti mewarnai seluruh aspek
bertakwa. Allah sungguh Maha Mengetahui
kehidupan termasuk aspek hukum. Artinya
lagi Maha Mengenal.49
dalam pembentukan materi hukum haruslah
Dengan digunakannya kata al-nash mengacu kepada prinsip ini, dalam arti
(yang berati manusia) pada ayat tersebut di ketetapan yang dibuat harus men­cerminkan
atas menunjukkan persamaan (egalite) yang sikap tolong menolong antar umat manusia
menghendaki tidak adanya perbedaan antara dalam rangka mencapai kebaikan dan ketaatan
sesama manusia dengan alasan apapun. Hal kepada Allah. Namun harus menghindari
ini dipertegas Nabi Saw. dengan sabdanya: tolong menolong dalam hal keburukan apa
lagi bila tolong menolong itu akan mengarah
‫لككم من أدم وادم من تراب االنسان سوامية‬ kepada kekafiran atau penyimpangan dari
‫كأسنان املشط ال فرق لعرىب ىلع عجىم اال‬ ketentuan Allah.
)‫ (احلديث‬.‫باتلقوى‬
Setiap kamu berasal dari Adam. Adam berasal
dari tanah. Manusia itu sama seperti halnya
gigi sisir. Tidak ada keistimewaan antara 50
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 85.
orang Arab dari non Arab kecuali karena 51
Nama lengkapnya Alauddin Ali bin Muhammad bin
ketaqwaannya. Ibrahim al-Baghdady, namun beliau terkenal dengan nama al-
Khazin sesuai dengan kitab tafsir yang beliau karang dengan
judul Tafsir al-Khazin yang terdiri dari tujuh jilid. Beliau wafat
pada tahun 725 H di Baghdad Irak.
52
Alauddin Ali bin Muhammad bin Ibrahim al-Baghdady
al-Khazin, Tafsir al-Khazin, Jilid II, (Mishr: Musthafa al-Baby
49
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 412. al-Halaby, 1955), h. 7.
Mohammad Rusfi: Filsafat Harta  |255

7. Prinsip toleransi (al-tasâmuh) ketatanegaraan memuat prinsip al-hurriyah,


Toleransi maksudnya “tenggang rasa” antar al-syurâ, al-musyâwarah, al-musâwah, al-
sesama agar tercipta kedamaian di muka ‘adil, al-mu’âradhah, dan al-muhâsabat al-
bumi ini. Namun demikian, toleransi yang nafsi. Pada muamalah terdapat pula prinsip
dikehendaki Islam ialah toleransi yang ‘antarâdhin, dalam munakahat ada prinsip
menjamin tidak terlanggarnya hak-hak Islam kafa’ah, dalam hukum pidana ada asas
dan ummatnya, dan toleransi juga menurut legalitas, dan dalam hukum waris ada asas
Juha S. Praja hanya dapat diterima apabila ijbâri.
tidak merugikan agama Islam.53 Prinsip al- Dari uraian di atas nampak jelas bahwa
tasâmuh ini dilandasi firman Allah yang dalam hukum Islam terdapat prinsip-prinsip
tersebut dalam surat al-Mumtahanah [60]: hukum secara umum yang terdiri dari 7
8-9 berbunyi: (tujuh) macam prinsip yaitu tauhidullah,
amar makruf nahyi munkar, kebebasan,
‫ﭹﭺ ﭻﭼﭽ ﭾﭿﮀﮁﮂ ﮃ ﮄ‬ keadilan, persamaan, tolong menolong, dan
‫ﮅ ﮆ ﮇ ﮈ ﮉﮊ ﮋ ﮌ ﮍ ﮎ ﮏ‬ toleransi. Semua prinsip-prinsip ini mewarnai
seluruh cabang hukum Islam, di samping
‫ﮐﮑ ﮒﮓﮔﮕ ﮖﮗﮘ ﮙ‬ adanya prinsip khusus yang dimiliki oleh
‫ﮚ ﮛ ﮜ ﮝ ﮞ ﮟﮠ ﮡ ﮢ ﮣ ﮤ‬ masing-masing cabang tersebut, misalnya
hukum waris ada prinsipnya tersendiri,
‫ﮥﮦ‬ hukum muamalah juga ada prinsipnya
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat tersendiri. Berkenaan dengan permasalahan
baik dan berlaku adil kepada orang-orang yang ada pada tulisan ini, perlu kiranya
yang tidak memerangimu lantaran soal agama, dikemukakan tentang prinsip-prinsip dalam
dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. muamalah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya
Prinsip dan Azas Muamalah
melarang kamu untuk menjadikan sebagai
kawan orang-orang yang memerangi kamu Pemindahan hak melalui jual beli merupakan
karena agama, mengusir kamu dari negerimu kebijakan ekonomi yang utama dalam
dan membantu orang lain untuk mengusirmu. menghapuskan praktek riba. Ayat 275 dari
Siapa yang menjadikan mereka sebagai kawan, Surah al-Baqarah adalah landasan pokok ke
maka mereka itulah orang-orang yang zalim.54 arah itu. Allah berfirman:
Uraian di atas menunjukkan bahwa ‫ﭑﭒ ﭓﭔﭕﭖﭗ ﭘﭙ‬
terdapat perkembangan dari pengkajian
terhadap prinsip-prinsip hukum Islam, ‫ﭚ ﭛ ﭜ ﭝﭞ ﭟ ﭠ ﭡ ﭢ ﭣ‬
sehingga selanjutnya tampak dibedakan ‫ﭤ ﭥﭦ ﭧ ﭨ ﭩ ﭪ ﭫ ﭬ‬
antara prinsip-prinsip yang menjadi dasar
pem­binaan hukum Islam secara umum me­ Orang-orang yang memakan riba tidak dapat
liputi seluruh aspek hukum Islam. Prinsip di berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan syaithan lantaran (tekanan)
atas merupakan prinsip yang secara umum
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
harus dimiliki oleh setiap bagian dari hukum
itu adalah disebabkan mereka berkata;
Islam. Di samping prinsip-prinsip umum Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
tadi terdapat pula prinsip-prinsip yang padahal Allah telah menghalalkan jual beli
hanya dimiliki bagian-bagian tertentu saja dan mengharamkan riba.55
di dalam hukum Islam. Umpamanya aspek

53
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, h. 77.
54
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 440. 55
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 36.
256|  AL-‘ADALAH Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

Di awal pertumbuhan Islam, Rasulullah pengertian bahwa ada jenis harta dan
telah menciptakan kondisi yang memungkin­kan kekayaan yang menjadi milik bersama dan
ekonomi tumbuh dan berkembang secara cepat, harus dikuasai oleh negara dan pemerintah.
dengan menyatukan unsur-unsur yang terdapat Sedangkan Haqq al-Adami mengandung arti
pada kaum muslimin melalui persaudaraan ada harta dan kekayaan yang dapat dimiliki
kaum Muhajirin dengan Anshar sebagai oleh perorangan atau lembaga non­pemerintah.
gambaran penjual dan pembeli yang memberi Dalam hal kepemilikan harta yang
konstribusi terbentuknya pasar Madinah. men­jadi haqq al-Adami, Allah memberikan
Meskipun diawal hijrah Madinah merupakan batasan-batasan yang menjadi prinsip dan azas
kota miskin, namun berkat kepiawaian Nabi muamalah. Prinsip yang kedua mengajarkan
membina penduduknya Madinah akhirnya bahwa harta tidak boleh hanya beredar di
menjadi kota besar dan pusat perdagangan lingkungan orang-orang kaya saja. Artinya,
sehingga membuat rakyatnya menjadi makmur dalam hal distribusi kekayaan hendaklah
dan mampu memberi kehidupan ekonomi menyebar ke seluruh lapisan masyarakat.
bagi daerah sekitarnya. Sistem monopoli sumber ekonomi secara
Dalam pelaksanaan muamalah selain individual bertentangan dengan hukum Islam.
mengacu kepada ketentuan nas, Nabi Islam mengakui adanya hak kepemilikan
Saw. juga memberikan kebebasan untuk secara individu, namun kepemilikan bukan
mengembangkan pola ekonomi sesuai untuk memonopoli kekayaan tetapi sebagai
dengan perkembangan masyarakat sejauh jembatan distribusi dalam menyebarkan
kebebasan itu tidak bertentangan dengan kekayaan sampai ke tingkat paling bawah,
syariah baku. Dalam kaitan ini Nabi Saw. baik dengan cara zakat, infak, sedekah,
bersabda “antum a’lamu bi umûri dunyâkum”. hibah, atau dengan cara jual beli dan lain
Dengan demikian syariah Islam meletakkan sebagainya sebagai suatu sistem pemindahan
kemampuan dan kebebasan akal manusia hak kepemilikan.
untuk bermuamalah, sebab muamalah itu Sistem pemindahan hak kepemilikan juga
bersifat dinamis dan berkembang sesuai menggunakan prinsip ketiga yaitu antarâdhin
dengan evolusi pemikiran, ilmu pengetahuan (suka sama suka). Prinsip ini mengandung
dan peradaban umat manusia. makna bahwa pemindahan hak atas harta
Syariah Islam telah menggariskan nilai dilakukan secara suka rela melalui proses jual
universal sebagai batasan kebebasan dalam beli, kewarisan, hibah, wakaf, sedekah, infak,
perdagangan. Nilai tersebut tertuang dalam zakat, pinjam meminjam, hutang piutang,
bentuk prinsip, azas dan etika bisnis yang gadai, atau sewa menyewa. Tujuannya untuk
termaktub dalam Alquran dan Hadis. menghindari pemaksaan kehendak pihak-
Manusia hanya diberi kebebasan untuk me­ pihak tertentu kepada orang lain.
nafsirkan dan mengaplikasikannya dalam Jika pemindahan hak itu dilakukan
rangka mencapai kemaslahatan umat. Oleh secara suka rela, berarti harta yang diberi­
karena itu prinsip dan azas menjadi rujukan kan atau dipindah tangankan itu perlu
etis bagi para pelaku ekonomi. Juhaya. S. mempertimbangkan adanya manfaat bagi
Praja menyimpulkan prinsip-prinsip ekonomi penerima maupun bagi pemberi, bagi
tersebut ke dalam 5 (lima) macam, yaitu konsumen maupun produsen. Karena itu
haqq Allah wa haqq al-Adami, lâ yakun pemindahan hak juga berpegang kepada
daulatan baina al-aghniyâ’, ‘antarâdhin, prinsip tabaddul al-manâfi’ sebagai prinsip
tabâdul al-manâfi’, dan takafful al-ijtimâ’. yang ke empat dalam hukum muamalah ini.
Dalam pengelolaan harta, Islam me­ Prinsip tabaddul al-manâfi’ mengandung arti
ngategorikannya ke dalam jenis haqq Allah bahwa pemindahan hak atas harta didasarkan
dan haq al-Adami. Haqq Allah mengandung atas manfaat.
Mohammad Rusfi: Filsafat Harta  |257

Oleh karena itu proses transaksi se­ Pustaka Acuan


bagai bentuk pemindahan hak atas harta Abror, Khoirul, Dinamika Perwakafan dalam
dan prolehan harta perlu memperhatikan Pemikiran Hukum Islam, Peraturan
azas-azas muamalah, yakni ‘adam al-gharar Perundang-Undangan di Indonesia dan
(tidak boleh ada pihak yang merasa tertipu), Negara-negara Muslim, al-‘Adalah, Vol
‘adam al-ribâ (tidak boleh ada pihak yang 12, No 2 (2014).
menambah beban atas transaksi, terutama
A.S, Hornby, Gatenby H. Wakefield, The
dalam bentuk intrest atau rente), ‘adam al-
Advance Learner’s Dictionary of Current
maisyr (tidak ada unsur judi), ‘adam al-
English, Oxford: University Press, 1973.
ihtiqâr wa al-tas’îr; (tidak boleh ada unsur
penimbunan barang dengan tujuan untuk Departemen Agama, Al-Qur’an dan
menaikkan harga), musyarakah (kerjasama Terjemahnya, Semarang: Asy-Syifa, 2000.
yang menguntungkan bagi semua pihak), dan Dimyathy, al-, Saîd al-Bakri bin Muhammad
al-birru wa al-taqwa (asas ini menekankan Syatho, I’ânatu al-Thâlibin, Juz ke IV,
bentuk muamalah dalam rangka tolong Bandung: PT. Al-Ma’arif , t.t.
menolong untuk kebaikan dan ketakwaan). Hasan, Muhammad, Pengamalan dan
Artinya, muamalah yang menyimpang dari Pengelolaan Zakat Berbasis Kearifan Lokal
ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah (Studi di Masyarakat Kampung Sanggau),
muamalah yang terlarang dalam Islam. al-‘Adalah, Vol 12, No 2 (2015).
Keenam macam azas ini terdapat kaitan Haq, al-, Syekh Jad al-Haq ‘Ali Jad, al-Fiqhi
signifikan dengan prinsip takafful al-ijtimâ, al-Islamiy, dalam Majalah al-Buhuts al-
karena itu terkandung makna bahwa proses Fiqhiyah al-Mu’ashirah, Riyadh, Tnp., t.t.
lalu lintas pemindahan hak dan kepemilikan Hilal, Syamsul, al-Waqf bi Jam’iyyah
atas harta didasarkan pada kesadaran solidaritas Muhammadiyah Lampung, al-‘Adalah,
sosial untuk saling memenuhi kebutuhan satu Vol 12, No 1 (2015).
pihak dengan pihak-pihak lainnya. Khazin, al-, Alauddin Ali bin Muhammad
bin Ibrahim al-Baghdady, Tafsir al-
Penutup Khazin, Jilid II, Mishr: Musthafa al-
Uraian singkat tulisan ini dapat disimpulkan Baby al-Halaby, 1955.
bahwa kepemilikan seseorang terhadap Ma’u, Dahlia Haliah, Studi Analisis Terhadap
harta itu bukanlah kepemilikan mutlak Dinamika Pemikiran Fukaha Sunni
karena pemilik harta yang sesungguhnya Tentang Ibdâl dan Istibdâl Benda Wakaf,
adalah Allah Swt. Manusia hanya pemegang al-‘Adalah, Vol 14, No 1 (2017).
hak pakai selama hidup di dunia ini dan Musnad Ahmad hadits ke 16498, atau pada
sebagai alat untuk mencintai Allah Swt. CD Hadits al-Kutub al-Tis’ah Musnad
dan menjalankan syariah-Nya. Oleh karena Ahmad, Hadits ke 16498.
itu, tidaklah pantas bagi manusia dalam
mencari harta kekayaan melampaui batas- Newman, William M., The Social Meaning
batas yang telah ditetapkan oleh Allah dan of Religion, Chicago: Rand McNally
Rasul-Nya. Sebab kenikmatan yang akan College Publishing Company, 1974.
dirasakannya dalam memiliki harta dengan Praja, Juhaya S., Filsafat Hukum Islam,
cara-cara yang tidak halal tidaklah sebanding Bandung: LPPM UNISBA, 1995.
dengan kesengsaraan yang bakal diterima di Qaradhâwi, al-, Yûsuf, Peran Nilai dan
akhirat nanti. Dengan demikian terdapat Moral dalam Perekonomian Islam, Didin
prinsip-prinsip hukum Islam yang ditaati Hafidhuddin (pent.), dkk., Jakarta:
dalam mencari dan memanfaatkan harta Robbani Press, 1997.
tersebut. TAP MPR RI 1999, GBHN 1999/2004 dan
258|  AL-‘ADALAH Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

UUD 1945, Bandung: Citra Umbara, ‘Ulya, Zaki, Pengelolaan Zakat Sebagai
1999. Bentuk Penegakan HAM dalam
Praja, Juhaya S., Rekonstruksi Paradigama Ilmu: Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat,
Titik Tolak Pengembangan Ilmu Agama al-‘Adalah, Vol 12, No 1 (2015).
dan Universalitas Politik Hukum Islam. Wehr, Hans, The Hans Wehr Dictionary of
Qarâdhawi, al-, Yûsuf Syari’at al-Islam, Modern Written Arabic, Spoken Language
Bayrût: al-Maktab al-Islâmiy, 1397. Services, New York: Ithaca inc 1976.
Tahir, Masnun, Integrasi Zakat dan Pajak Yunus, Mahmud, Kamus ‘Araby Indunisiy,
di Indonesia dalam Tinjauan Hukum Jakarta: Yayasan Penterjemah-Pentafsir
Positif dan Hukum Islam, al-‘Adalah, Alquran, 1973.
Vol 12, No 1 (2015). Yusa’iy, al-, Ma’luf, Louis, al-Munjid fi al-
Tiswarni, Peran Nazhir dalam Pemberdayaan Lughah wa al-Adab wa al-Ulum, Bayrût:
Wakaf (Tinjauan Terhadap Strategi al-Matba’ah al-Khatalukiyah, Malik
Pemberdayaan Wakaf Badan Wakaf Badri, 1978.
Alquran dan Wakaf Center), al-‘Adalah,
Vol 12, No 2 (2014).

Anda mungkin juga menyukai