Anda di halaman 1dari 7

Peranan media sosial ….

Yudha Pradana

Peranan media sosial dalam pengembangan melek politik mahasiswa

Yudha Pradana
Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta
yudha.pradana.satu@gmail.com

Abstract
This research employed quantitative approach and descriptive method. Instrument used
by the research is questionnaire of Study Habits and Attitudes to measure the level of
usage of media social by students and Likert Scale questionnaire to reveal student’s
political literacy. Data was analyzed using Rank Spearman Order. The result show that
social media used by students 48% good, 26% fair, and 15% poor. Student’s political
literacy are 36% good, 43% fair, and 21% poor. The role of social media in the
development of student's political literacy is 54,79% affected by social media, and
45,21% affected by other factors.

Keywords: social media, political literacy, political education

Pendahuluan Media sosial menjadi fenomena yang


Perkembangan teknologi dan informasi makin mengglobal dan mengakar.
yang terjadi pada masyarakat Indonesia Keberadaannya makin tidak bisa dipisahkan
dewasa ini sangat pesat dan hampir dari cara berkomunikasi antarmanusia. Begitu
menyeluruh pada aspek kehidupan, termasuk pesatnya perkembangan media sosial di
kehidupan sosial politik. Salah satu hal yang Indonesia, setiap tahunnya terjadi
sejalan dengan perkembangan teknologi dan peningkatan penggunaan media sosial.
informasi tersebut adalah maraknya media Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara
sosial (medsos) yang banyak digunakan oleh Jasa Internet Indonesia (APJII) (2016),
masyarakat termasuk para mahasiswa sebagai statistik pengguna internet Indonesia tahun
bagian inheren dari kehidupan sosial politik 2016 adalah 132,7 juta, hal ini
kemasyarakatan di Indonesia. Oleh mengindikasikan kenaikan 51,8%
karenanya, penggunaan dan pemanfaatan dibandingkan jumlah pengguna internet pada
media sosial harus dimaksimalkan dan 2014. APJII juga menyebutkan jenis konten
disesuaikan dengan keharusannya sebagai yang diakses sebanyak 97,4% adalah media
media interaksi dan informasi. Namun, sosial, dengan penggunaan terbanyak adalah
dinamika penggunaan media sosial terkini jejaring Facebook sebanyak 71,6 juta (54%),
yang terjadi adalah sebaliknya. Media sosial dan Twitter sebanyak 7,2 juta (5,5%). APJII
digunakan tidak maksimal juga seringnya juga melansir bagaimana perilaku pengguna
pembiasan berita-berita yang tidak sesuai internet yang berhubungan dengan kegiatan
dengan fakta, hal inilah salah satunya berpolitik yakni sebanyak 75,6% setuju media
mempengaruhi bagaimana melek politik sosial digunakan untuk aktivitas berpolitik.
mahasiswa sebagai salah satu pengguna Berdasarkan gambaran di atas terlihat
media sosial menjadi tidak maksimal bagaimana aktivitas media sosial dapat
sehingga kebutuhan melek politik bagi digunakan sebagai sarana berpolitik. Terlebih
pengembangan kehidupan sosial sejak tahun 2012, penggunaan media sosial
kemasyarakatan terhambat. khususnya dalam jejaring Facebook dan
Twitter sering digunakan untuk kegiatan

139
Jurnal Civics Volume 14 Nomor 2, Oktober 2017

politik seperti kampanye atau penyampaian hanya mengkaji bagaimana tingkat


ide. Hal tersebut juga tercermin dalam penggunaan media sosial oleh mahasiswa dan
Pemilihan Presiden 2014 dimana banyak hanya mengkaji bagaimana tingkat melek
akun-akun yang berafiliasi dengan partai politik mahasiswa.
politik atau menjadi sarana penyampaian Metode
gagasan politik. Selain itu dewasa ini banyak Penelitian ini dilakukan di Politeknik
juga tokoh politik yang memiliki akun media Negeri Media Kreatif, yang berlokasi di Jalan
sosial Facebook ataupun Twitter, seperti Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
anggota DPR bahkan Presiden, petinggi partai Subjek penelitian ini berperan sebagai
politik, dan pejabat publik lainnya. populasi dan sampel penelitian. Populasi
Digunakannya media sosial sebagai sarana penelitian ialah mahasiswa Politeknik Negeri
berpolitik tentu dapat memberikan peranan Media Kreatif yang berjumlah 3214 orang.
bagi pengembangan melek politik Sedangkan pemilihan sampel menggunakan
masyarakat, khususnya dalam hal ini adalah rumus Yamane yang berjumlah 97 orang.
mahasiswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan
Mahasiswa sebagai bagian dari kuantitatif. Creswell (2009) berpendapat
masyarakat tentu tidak asing dengan bahwa the design of a quantitative purpose
penggunaan media sosial, baik itu sifatnya statement includes the variables in the study
untuk hiburan, ekonomi, bahkan untuk and their relationship, the participants, and
kepentingan politik. Penggunaan media sosial the research site. Penelitian ini menggunakan
untuk kepentingan kegiatan politik dapat metode deskriptif. Pemilihan metode ini
dilakukan oleh mahasiswa sebagai sarana didasarkan pada desain penelitian yang
untuk menambah pengetahuan tentang dirancang oleh peneliti, serta kebutuhan akan
kegiatan politik yang terjadi, melihat jalannya jawaban-jawaban dari rumusan masalah dan
kegiatan politik dan berpartisipasi aktif dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian yang
kegiatan politik. Melek politik menjadi sentral digunakan.
dalam pembangunan kualitas demokrasi suatu Dalam penelitian ini instrumen yang
bangsa. Melalui pembentukan dan digunakan berupa kuesioner (angket), dimana
pengembangan melek politik maka warga angket digunakan dengan memberikan daftar
negara akan memiliki kesadaran akan hak dan pertanyaan kepada responden, dimana
kewajiban serta memiliki pengetahuan dan responden tinggal memilih jawaban yang
pemahaman akan kedudukannya sebagai menurut mereka paling tepat. Angket yang
anggota resmi dari suatu negara. Hal tersebut digunakan dalam penelitian ini dibagi sesuai
akan berimplikasi terhadap timbulnya dengan variabel yang diteliti, yakni
kesadaran yang otonom dalam partisipasi penggunaan media sosial dan melek politik
pembangunan sistem politik dan demokrasi mahasiswa. Sehubungan dengan hal tersebut,
yang bermutu. untuk mengetahui penggunaan media sosial
Rumusan masalah yang ditetapkan digunakanlah skala SSHA (Survey of Study
adalah tingkat penggunaan media sosial oleh Habits and Attitudes) dari Brown dan
mahasiswa, tingkat melek politik mahasiswa, Holtzman. Pola skala SSHA Brown dan
dan peran media sosial dalam pengembangan Holtzman ini dengan empat pilihan, yaitu: (1)
melek politik mahasiswa. Batasan penelitian selalu, (2) sering, (3) jarang; dan (4) tidak

140
Peranan media sosial …. Yudha Pradana

pernah. Sedangkan untuk mengukur melek sebesar 20, melalui penghitungan panjang
politik mahasiswa digunakan skala Likert interval diketahui sebagai berikut:
dengan pilihan jawaban a. sangat setuju, b.
X n  X1
setuju, c. tidak setuju, d. sangat tidak setuju. c
k
Pembobotan skor untuk masing-masing
140 − 20
angket adalah 4, 3, 2, 1, sesuai dengan 𝑐=
3
jawaban yang dipilih. 40
𝑐=
3
Hasil dan Pembahasan = 40
Hasil pengolahan angket untuk variabel
penggunaan media sosial, dengan skor Sumber: Data penulis, 2017.
tertinggi sebesar 111 dan skor terendah Dengan demikian, maka interval skor
sebesar 15, melalui penghitungan panjang untuk menentukan masing-masing kategori
interval diketahui sebagai berikut: melek politik mahasiswa adalah sebagai
berikut:
X n  X1
c - Jumlah skor 20-60 : Kurang Baik
k - Jumlah skor 61-100 : Cukup Baik
111 − 15 - Jumlah skor 101-140 : Baik
𝑐=
3 Tabel 2 Melek Politik Mahasiswa
96 Variabel Kategori f %
𝑐=
3 Baik 35 36
Melek
= 31 Politik Cukup 42 43
Kurang 20 21
Sumber: Data penulis, 2017. Total 97 100
Dengan demikian, maka interval skor Sumber: Data penulis, 2017.
untuk menentukan masing-masing kategori Untuk mengetahui bagaimana peranan
penggunaan media sosial oleh mahasiswa media sosial terhadap melek politik
adalah sebagai berikut: mahasiswa, maka digunakan rumus Rank
- Jumlah skor 15-50 : Kurang Baik Spearman (Spearman Rank Order
- Jumlah skor 51-85 : Cukup Baik Correlation). Dengan menggunakan
- Jumlah skor 86-111 : Baik perhitungan tersebut, diperoleh koefisien
Tabel 1 Penggunaan Media Sosial korelasi sebesar 0,740. Berdasarkan pedoman
Mahasiswa interpretasi Guildford, korelasi 0,740
Variabel Kategori f % termasuk pada kategori hubungan yang kuat.
Baik 47 48 n2
Penggunaan Dengan rumus t  rs diperoleh nilai t
Media Sosial Cukup 35 36 1  rs 2
Kurang 15 15
100  2
Total 97 100 hitung t  0, 740  10,90 .
Sumber: Data penulis, 2017. 1  0, 7402
Hasil pengolahan angket untuk variabel Dengan db = 98 (n-2) dan  = 5% untuk
melek politik mahasiswa, dengan skor pengujian dua pihak, diperoleh nilai t tabel =
tertinggi sebesar 140 dan skor terendah 1,98. Nilai-nilai perhitungan ini kemudian
disajikan pada tabel sebagai berikut:

141
Jurnal Civics Volume 14 Nomor 2, Oktober 2017

Tabel 3 Korelasi
Koefisien
Korelasi Kekuatan t
Hubungan t tabel Kesimpulan
Rank hubungan hitung
Spearman

X-Y 0,740 Kuat 10,90 1,98 Signifikan

Sumber: Data penulis, 2017.


Untuk mengetahui besarnya pengaruh because users and audiences are enabled to
media sosial terhadap melek politik produce culture themselves and to not just
mahasiswa, dapat diketahui melalui nilai listen or watch without actively making and
koefisien determinasi. creating culture. Berangkat dari pernyataan
2
KD = R x 100% tersebut, Fuchs (2011) juga menyimpulkan
2
KD = (0,740) x 100% = 54,79% bahwa positive aspects of social media and
Dari rumus di atas dapat kita ketahui point out that these media are possible to
besarnya koefisien determinasi yaitu sebesar make culture and society more democratic.
54,79%. Nilai ini menunjukkan bahwa Menurut Fuchs (2011) dengan adanya
sebesar 54,79% melek politik mahasiswa sarana partisipasi dari publik melalui sosial
dipengaruhi oleh media sosial. Sedangkan media, khususnya dalam kehidupan politik,
sisanya sebesar 45,21% disebabkan oleh maka dapat dikembangkan dimensi
faktor lain yang tidak diamati oleh peneliti. partisipasi sebagai berikut:
Berdasarkan data yang diperoleh, 1. The intensification and extension of
diketahui bahwa penggunaan media sosial democracy as grassroots democracy to all
oleh mahasiswa termasuk dalam kategori realms of society.
baik. Menurut Tim Pusat Humas 2. The maximization of human capacities:
Kementerian Perdagangan RI (2014) media (human developmental powers) so that
sosial juga memberi dampak besar pada humans become well-rounded
kemajuan politik, reformasi dan iklim yang individuals.
lebih baik pada demokrasi di banyak negara, 3. Extractive power as impediment for
baik negara maju maupun negara participatory democracy: argues that
berkembang. Sejumlah revolusi politik yang capitalism is based on an exploitation of
diikuti dengan pergantian kekuasaan ke arah human powers that limits the development
yang lebih demokratis banyak ditopang oleh of human capacities. The modern
masifnya penggalangan kesadaran melalui economy “by its very nature compels a
medsos. continual net transfer of part of the power
Oleh karenanya, Fuchs (2011) mengatakan of some men to others [for the benefit and
bahwa the participatory culture model is often the enjoyment of the others], thus
opposed to the mass media and broadcasting diminishing rather than maximizing the
model typical of newspapers, radio and equal individual freedom to use and
television, where there is one sender and develop one’s natural capacities”.
many recipients. Some scholars argue that 4. Participatory decision-making.
culture and society become more democratic

142
Peranan media sosial …. Yudha Pradana

5. Participatory economy: a participatory dimensi melek politik yakni, pertama


economy requires a “change in the terms mengikuti segala kegiatan pemerintah. Kedua
of access to capital in the direction of mengikuti laporan mengenai aktivitas
more nearly equal access” and “a change pemerintah melalui berbagai media. Kriteria
to more nearly equal access to the means tersebut menggambarkan bagaimana
of labor”. In a participatory society, kedudukan dan peran seorang warganegara
extractive power is reduced to zero. A yang memiliki tingkat melek politik yang
democratic economy involves “the akan berpengaruh terhadap jalannya sistem
democratizing of industrial authority politik suatu negara. Sedangkan Suhiat (2009)
structures, abolishing the permanent mengemukakan beberapa indikator untuk
distinction between ‘managers’ and mengukur tingkat political literacy
‘men’. warganegara yakni mencakup pengetahuan
6. Technological productivity as material konstitusi dan sistem politik, pemahaman
foundation of participatory democracy. politik, sikap politik, dan perilaku politik.
7. Participation as education in Sedangkan Kantaprawira (2004)
participation. mengartikan melek politik sebagai
8. Pseudo-participation as ideology. perwujudan dari pendidikan politik untuk
Berhubungan dengan kegiatan politik meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan
dan melek politik warga negara, (Uldam & agar mereka dapat berpartisipasi secara
Vestergaard (2015) menyebutkan bahwa maksimal dalam sistem politiknya.
social media have been praised for their Abdurrahman (Suhiat, 2009) berpendapat
potential for facilitating civic engagement. At bahwa semakin tinggi taraf kesadaran
a time when one of the most difficult problems seseorang maka akan semakin tinggi pula
facing democracy in the Western hemisphere ketaatannya terhadap sistem politik dan juga
is the decline in citizens’ participation in sebaliknya. Melek politik berpangkal pada
politics, this potential has been vested with adanya suatu pengetahuan tentang politik dan
hopes that social media can help reinvigorate nilai-nilai Konstitusi yang mengatur
extra-parliamentarian political participation kehidupan politik. Dari pengetahuan tersebut
– i.e. participation beyond the rights and akan lahir suatu pengakuan dan penghargaan
obligations of liberal citizenship (e.g. voting) terhadap ketentuan-ketentuan hukum
– and thus strengthen democratic sehingga akan muncul sikap penghayatan
accountability at national and international terhadap sistem politik tersebut.
levels. Tinjauan lain dikemukakan oleh Crick dan Porter (Fyfe, 2007)
Bakker (2015) menyatakan bahwa the many berpendapat bahwa A person who has a fair
studies on social media, and the increasing knowledge of what are the issues of
number of studies considering their contemporary politics, is equipped to have
application by activists, provide several some influence, whether in school, factory,
insights into the options social media offer for voluntary body or party, and can understand
activists aiming for institutional change. and respect, while not sharing, the values of
Sedangkan mengenai melek politik, others, can reasonably be called 'politically
Almond, Verba, & Simamora (1990) literate'. Jadi menurut mereka seseorang yang
mengemukakan dua kriteria untuk mengukur melek politik adalah mereka yang memiliki

143
Jurnal Civics Volume 14 Nomor 2, Oktober 2017

pengetahuan tentang isu-isu politik Ucapan Terima Kasih


kontemporer dan nilai-nilai lainnya. Crick dan Penulis ingin mengucapkan terima kasih
Porter juga mengatakan bahwa seseorang dan penghargaan disampaikan setinggi-
yang melek politik akan memiliki tingginya kepada Direktur Politeknik Negeri
kemampuan untuk menganalisa dimensi Media Kreatif, Unit Penelitian dan
politik dari setiap situasi dan hal tersebut Pengabdian Masyarakat Politeknik Negeri
dikembangkan melalui pengetahuan, Media Kreatif atas fasilitas pelaksanaan
keterampilan dan sikap warga negara muda. kegiatan ini, juga kepada mahasiswa yang
Sedangkan Bev (2008) berpendapat bersedia menjadi responden sehingga data
bahwa political literacy, refers to a set of penelitian dapat terkumpul dengan maksimal.
skills necessary for citizens to participate in Tak lupa kepada berbagai pihak yang telah
society’s government. In short, there are membantu penulis secara immaterial maupun
abilities what we all need to master, so we can material.
stand tall in front of those government Daftar pustaka
officials who may have prejudices against Almond, G. A., Verba, S., & Simamora, S.
their constituents and behave not in a (1990). Budaya politik: tingkah laku
respectable manner. It does not mean we aim politik dan demokrasi di lima negara.
Jakarta: Bumi Aksara.
to be a career politician, but to think and to Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
act as an informed constituent. After all, those Indonesia. (2016). Infografis penetrasi
government officials cannot become who they dan perilaku pengguna internet
are without us. Dengan kata lain, melek Indonesia. Jakarta.
politik merupakan kemampuan yang harus Bakker, F. G. A. de. (2015). Online activism,
CSR and institutional change. In J.
dimiliki oleh seorang warga negara dalam Uldam & A. Vestergaard (Eds.), Civic
mengisi kegiatan pemerintahan dan sebagai engagement and social media: political
konstituen dari pemerintah. participation beyond protest (pp. 23–
Simpulan 43). Palgrave Macmillan.
Dari hasil penelitian yang telah didapat, Bev, J. S. (2008). The urgency of teaching
political literacy. Retrieved from
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai http://www.jenniexue.com/the-urgency-
berikut: of-teaching-political-literacy/
1. Penggunaan media sosial oleh mahasiswa Creswell, J. W. (2009). Research design:
48% termasuk kategori baik, 36% cukup qualitative, quantitative, and mixed
baik, dan 15% kurang baik. methods approaches. London: SAGE
Publications.
2. Melek politik mahasiswa berada pada Fuchs, C. (2011). Foundations of critical
kategori 36% baik, 43% cukup baik, dan media and information studies. New
21% kurang baik. York: Taylor & Francis.
3. Peranan media sosial dalam Fyfe, I. (2007). Hidden in the curriculum:
pengembangan melek politik mahasiswa Political literacy and education for
citizenship in Australia. Melbourne
menunjukkan bahwa sebesar 54,79% Journal of Politics, 32, 110.
dipengaruhi oleh media sosial. Sedangkan Rusadi, K. (2004). Sistem politik Indonesia:
sisanya sebesar 45,21% disebabkan oleh suatu model pengantar. Bandung: Sinar
faktor lain yang tidak diamati oleh Baru Aglesindo.
peneliti. Suhiat. (2009). Pengaruh pembelajaran PKn
dalam meningkatkan melek politik

144
Peranan media sosial …. Yudha Pradana

warga negara. Universitas Pendidikan


Indonesia.
Tim Humas Kementerian Perdagangan RI.
(2014). Panduan optimalisasi media
sosial untuk Kementerian Perdagangan
RI. Jakarta: Pusat Humas Kementerian
Perdagangan RI.
Uldam, J., & Vestergaard, A. (Eds.). (2015).
Civic engagement and social media:
Political participation beyond protest.
London: Springer.
https://doi.org/10.1057/9781137434166

145

Anda mungkin juga menyukai