Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kelas/Kelompok: B/2
Anggota:
Sharen Jessie Novelia (2019130060)
Putri Talcha Oktaviany (2019130061)
Uswatun Khasanah (2019130062)
Meliya Indri Yanti (2019130063)
Pradista Duwi Ariani (2019130065)
Retno Sulistiowati (2019130066)
Febi Trianova (2019130067)
Silvi Askinatul Aini (2019130068)
Niskala Harum Kencana (2019130069)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
2021
I. TUJUAN
1. Untuk mengetahui rancangan formulasi sediaan gel piroksikam
2. Untuk memahami cara pembuatan sediaan gel piroksikam
3. Untuk memahami evaluasi pada sedian gel
Berdasarkan jenis faset terdispersi, gel dibedakan menjadi dua yaitu gel fase
tunggal dan gel sistem dua fasa. Gel fase tunggal, terdiri dari makromolekul organik
yang tersebar sama dalam suatu cairan sedemikian sehingga tidak terlihat adanya ikatan
antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari
makromolekul sintetik (misal karbomer) atau dari gom alam (misal tragakan). Molekul
organik larut dalam fasa kontinu. Gel sistem dua fasa, terbentuk jika masa gel terdiri
dari jaringan partikel kecil yang terpisah. Dalam sistem ini, jika ukuran partikel dari fase
terdispersi relatif besar, masa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma. Parikel
anorganik tidak larut, hampir secara keseluruhan terdispersi pada fasa kontinu.
Beberapa keuntungan sediaan gel adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan penyebarannya baik pada kulit
2. Memiliki efek pendinginan di kulit pada saat digunakan
3. Penampilan sediaan gel yang jernih dan elegan
4. Daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori
5. Mudah dicuci dengan air
6. Pelepasan obatnya baik
Kekurangan sediaan :
1. Harus menggunakan zat aktif yang larut dalam air sehingga siperlukan peningkat
kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur
2. Sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat
3. Kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal
4. Penampilan yang buruk pada kulit bila terkena pemaparan cahaya matahari, alkohol akan
menguap dengan cepat dan meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah sehingga
tidak semua area tertutupi atau kontak dengan zat aktif
III. DATA PREFORMULASI
1. Bahan aktif
a) Piroksikam ( Farmakope Indonesia Edisi V hal 1029 )
Bahan :
1. Piroksikam
2. HPMC
3. Propilen glikol
4. Aquadest
5. Natrium benzoat
V. FORMULA
Piroksikam 0.5%
HPMC 4%
Propilenglikol 5%
Natrium benzoate 0.1%
Aqua ad 200 mL
HPMC 4% = 4
× 200 mL = 8 gram
100
Penimbangan
Nama Bahan Teori Praktikum
Piroksikam 1 gram 1 gram
HPCM 8 gram 8 gram
Aquadest untuk HPMC 30 mL 30 mL
Propilenglikol 10 gram 10 gram
Na. Benzoat 0.2 gram 0.2 gram
Aquadest 180,8 mL 180,8 mL
VII. PEMBUATAN
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang bahan
3. HPMC dikembangkan dengan cara didespersikan kedalam air panas (60-90 derajat)
selama 24 jam (m1)
4. Piroksikam digerus dimortir, dibasahi dengan sedikit propilenglikol ad terbasahi (m2)
5.HPMC yang sudah dikembangkan diaduk dengan stirrer pada maghettic ditambahkan
propilenglikol ad terbentuk massa gel
6. Basis dimasukkan kedalam piroksikam yang dibasahi propilenglikol didalam stirrer
lalu gerus ad homogen
7. Dilakukan uji evaluasi (uji organoleptic, uji pH, uji daya sebar, uji viskositas dan
rheologi dan ujihomogenitas)
8. Ditimbang 10 gram gel dan dimasukkan ke dalam tube
9. Diberikan etiket, dikemas dan diserahkan
Organoleptik Hasil
Warna Tidak berwarna
Bau Tidak berbau
Bentuk Semi padat
2. Uji Homogenitas (Jurnal Ilmiah Farmasi Unsrat Vol. 2 No. 02 hal 51)
Tujuan : Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah sediaan yang telah dibuat
homogen atau tidak.
Alat : Kaca objek
Cara : Gel dioleskan pada kaca objek kemudian diratakan. Diamati homogenitas
bahan aktif di dalam basis, yaitu dengan tidak adanya butiran kasar pada sediaan gel.
3. Uji Daya Sebar (Jurnal Ilmiah Farmasi Unsrat Vol. 2 No. 02 hal 51)
Tujuan : Uji daya sebar dilakukan untuk menjamin pemerataan gel saat diaplikasikan
pada kulit.
Alat : Lempeng kaca dan anak timbangan 5 gram
Cara :
Sediaan ditimbang sebanyak 1 gram, diletakkan pada pusat diameter lempeng
kaca.
Diamkan selama 1 menit kemudian diukur diameter penyebaran sediaan
Ditambahkan beban 5gram diatas permukaan kaca, didiamkan selama 1menit
kemudian diukur diameter penyebaran sediaan
Diulang 4-5 kali dengan penambahan beban 5g/menit sampai diameter sudah
tidak bertambah lagi
Diameter
Vertikal Horizontal Rata-rata diameter
5,77 5,94 5,85
4. Uji Viskositas (Jurnal Ilmiah Farmasi Unsrat Vol. 2 No. 02 hal 51)
Tujuan : Untuk mengetahui kekentalan dari sediaan gel
Alat : Viskometer Brookfield
Cara :
Sampel sediaan gel dimasukkan ke dalam beaker glass
Spindel dipasang pada alat Viskometer Brookfield, kemudian beaker glass
diletakkan dibawah gantungan spindel
Spindel diturunkan sampai tercelup pada gel yang viskositasnya akan diukur
Rotor dinyalakan sambil menekan tombol, spindel dibiarkan berputar dan
diamati jarum pada skala kemudian dibaca angka yang ditunjukkan oleh jarum
tersebut dan dihitung viskositasnya.
Spindel RPM Skala Faktor 𝜂 (cps) F (dyne/cm2)
5 20 12 200 2400 86136
5 50 25 80 2000 179450
5 100 28 40 1120 200984
5 50 26 80 2080 186628
5 20 13 200 2600 93314
Perhitungan :
KV = 7178 dyne/cm
𝜂 = Skala × Faktor
F = Skala × KV
1. η= 12 x 200 = 2400 cps 1. F= 12 x 7178 = 86136 dyne/cm²
2. η= 25 x 80 = 2000 cps 2. F= 25 x 7178= 179450 dyne/cm²
3. η= 28 x 40 = 1120 cps 3. F= 28 x 7178= 200984 dyne/cm²
4. η= 26 x 80 = 2080 cps 4. F= 26 x 7178= 186628 dyne/cm²
5. η= 13 x 200 = 2600 cps 5. F= 13 x 7178= 93314 dyne/cm²
IX. PEMBAHASAN
1. Pemilihan sediaan gel dikarenakan memiliki penampilan yang jernih dan elegan, gel
mudah merata apabila dioleskan pada kulit, memberikan sensasi dingin, tidak
menimbulkan bekas di kulit, dan mudah dicuci dengan air.
2. Piroksikam dipilih sebagai zat aktif karena mempunyai BM lebih kecil dan sifatnya lebih non
polar daripada turunan oksikam lainnya sehingga piroksikam memiliki kemampuan
menembus kulit lebih besar dibanding turunan oksikam lainnya. Piroksikam memiliki khasiat
sebagai antiinflamasi non steroid, merupakan obat yang bersifat antiinflamasi, biasanya
digunakan untuk terapi penyakit inflamasi sendi seperti artritis rheumatoid, osteoarthritis, dan
penyakit pirai.
3. HPMC berfungsi sebagai gelling agent yang merupakan bahan pembentuk gel.
HPMC dapat menghasilkan gel yang bening, mudah larut dalam air dan mempunyai
ketoksikan yang rendah. HPMC menghasilkan gel yang netral, jernih, tidak berwarna,
stabil pada pH 3-11, mempunyai resistensi yang baik terhadap serangan mikroba dan
memberikan kekuatan film yang baik bila mengering pada kulit.
4. Propilen glikol dipilih sebagai humectan karena bahannya lebih baik daripada tween,
karena propilen glikol mempunyai organoleptik yang bening dibandingkan tween.
Selain itu propilen glikol dapat bekerja dengan menarik air (lembab) ke dalam
sediaan sehingga dapat meningkatkan daya sebar.
6. Uji organoleptik dilakukan untuk melihat tampilan fisik sediaan. Sediaan yang
terbentuk setengah padat, tidak berwarna dan tidak berbau.
8. Didapatkan hasil uji daya sebar sediaan gel piroksikam adalah 5,85 cm yang artinya
baik karena syarat dari uji daya sebar sediaan topikal sekitar 5 – 7 cm sehingga
kontak antara obat dan kulit menjadi luas dan absorbsi obat ke kulit cepat.
Uji viskositas dan sifat alir adalah untuk mengetahui seberapa besar tahanan yang diberikan
oleh sediaan dan bagaimana sifat alirnya bila diperlakukan pada berbagai tingkatan gaya.
Viskositas sediaan gel berkisar 2.000 – 50.000 cPs, viskositas suatu sediaan juga dipengaruhi
oleh basis gel yang digunakan, viskositas terlalu tinggi dapat menyebabkan koefisien difusi
dari zat aktif menjadi rendah sehingga pelepasan obat dari basis menjadi sedikit sehingga
tidak bekerja optimum. Didapatkan hasil sediaan gel piroksikam yang tidak memenuhi syarat
yaitu sekitar 1120-2600
9. Didapatkan hasil pH sediaan salep kloramfenikol adalah 5,8 sehingga sediaan iniideal dan
tidak mengiritasi kulit
X. RANCANGAN KEMASAN
ETIKET
BROSUR
XI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
HPMC harus benar-benar dikembangkan selama 24 jam agar dapat mengental secara
sempurna dan pada saat praktikum harus teliti pada setiap pengerjaannya.
XII. DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2014.Farmakope Indonesia Ed V.
Jakarta:DEPKES
2. Ansel C.Howard.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta:UI Press
3. Martindale.2009.The Complete Drug Reference Thirty-sixth edition.USA: Pharmaceutical
Press
4. Rowe,Raymond C.Paul J Sheskey, Marian E Quin.2009.Hand book Of Pharmaceutical
Exipiented VI. USA:Pharmaceutical Press
5. Elmitra. 2017. Dasar-Dasat Farmasetika dan Sediaan Semi Solid.Yogyakarta:CV Budi
Utama
6. Tiara Mappa, Hosea Jaya Edy, Novel Kojong. 2013. Jurnal Ilmiah Farmasi Unsrat Vol. 2
No. 02 hal 51
7. Ardana, Mirhansyah. Vebry Aeyni dan Arsyik Ibrahim. 2015. Formulasi dan Optimasi
Basis Gel Hpmc (Hidroxy Propyl Methyl Cellulose) Dengan Berbagai Variasi
Konsentrasi. Kalimantan Timur: Universitas Mulawarman
XIII. LAMPIRAN