Anda di halaman 1dari 3

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Prolaps tali pusat di jalan lahir terdiri dari : tali pusat menumbung, tali pusat terkemuka,dan
tali pusat tersembunyi. Tali pusat menumbung adalah suatu keadaan di mana tali pusat
berada di samping atau melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban
pecah. Tali pusat yang mendahului bagian terbawah janin dan terdapat lebih rendah dari
bagian terbawah janin pada ketuban yang masih utuh disebut tali pusat terkemuka. Tali
pusat yang berada di samping bagian terbawah janin pada ketuban yang masih utuh disebut
talipusat tersembunyi (Wiknjosastro, 2007).

Insiden
Insiden terjadinya prolaps tali pusat adalah 1 : 3000 kelahiran, tali pusat menumbung kira-
kira 1: 200 kelahiran, tetapi insiden dari tali pusat tersembunyi 50 % tidak diketahui. Myles
melaporkan hasil penelitiannya dalam kepustakaan dunia bahwa angka kejadian prolaps tali
pusat berkisar antara 0,3 % sampai 0,6 % persalinan. Keadaan prolaps tali lebih mungkin
terjadi pada malpresentasi atau malposisi janin, antara lain : presentasi kepala (0,5 %), letak
sungsang (5 %), presentasi kaki (15 %), dan letak lintang (20 %). Prolaps tali pusat juga
sering terjadi jika tali pusat panjang dan jika plasenta letak rendah. Mortalitas terjadinya tali
pusat menumbung pada janin sekitar 11-17 %. Penjepitan dan tekanan pada tali pusat oleh
bagian terendah janin terutama kepala menyebabkan gangguan fungsi sirkulasi
uteroplasenta yang membuat janin kekurangan oksigen (hipoksia) dan menimbulkan
kematian. (Mochtar, 1998; Wiknjosastro, 2007; Yusuf, 2010).

Etiologi

Setiap faktor yang mengganggu adaptasi bagian terendah janin dengan pintu atas panggul
akan memberi kecendrungan (predisposisi) terjadinya prolaps tali pusat. Beberapa
predisposisi tersebut (HON, 2002; Mochtar, 1998; Wiknjosastro, 2007), sebagai berikut :
1. Presentasi atau letak janin yang tidak normal seperti letak lintang terutama pada
punggung janin di fundus, letak sungsang, presentasi muka atau dahi, dan presentasi ganda.
Keadaan-keadaan tersebut biasanya dapat membuat jalan lahir tidak terisi penuh, sehingga
memudahkan timbulnya prolaps tali pusat.
2. Keadaan di mana presentasi janin masih tinggi atau belum masuk pintu atas panggul,
seperti pada multiparitas, prematuritas dan panggul sempit.
3. Polihidramnion, di mana air ketuban lebih banyak dari nomal sehingga sewaktu ketuban
pecah, air ketuban keluar sering disertai prolaps tali pusat.
4. Kehamilan ganda. Prolaps tali pusat sering terjadi saat melahirkan bayi yang ke-dua
5. Hidrosefalus dan anensefalus
6. Plasenta previa dan plasenta letak rendah

D. Diagnosis
Ibu tidak dapat merasakan adanya prolaps tali pusat pada dirinya. Masalah tampak ketika
memonitor denyut jantung bayi yang menujukkan penurunan denyut jantung (bradikardi),
dan penemuan saat melakukan vaginal toucher. Alat bantu yang dapat digunakan antara
lain : Doppler, kardiotokograf dan ultrasonografi. Gawat janin yang tampak dengan alat
tersebut menunjukkan pola deselerasi variable sebagai konsekuensi dari kompresi tali
pusat. Diagnostik tali pusat menumbung lebih mudah ditegakkan ketika terlihat atau
terabanya jerat tali pusat di dalam vagina yang terkadang sudah menjulur sampai di luar
vulva. Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menegakkan diagnosa kemungkinan adanya tali
pusat tersembunyi, letak terkemuka atau tali pusat menumbung. Janin yang masih hidup
teraba tali pusat berdenyut,sebaliknya pada janin yang sudah mati tali pusat tidak berdenyut
lagi (HON, 2002; Wiknjosastro, 2007).

E. Penatalaksanaan
Upaya-upaya sebelum tindakan pengakhiran kehamilan segera (Wiknjosastro, 2007),
sebagai berikut :
1. Memposisikan ibu untuk menungging (knee-chest position) atau posisi trendelenburg
untuk mengurangi tekanan pada tali pusat
2. Mendorong bagian terendah janin ke kranial untuk mengurangi tekanan pada tali
pusat
3. Memantau terus denyut jantung janin dan pulsasi tali pusat
4. Resusitasi intrauterine melalui oksigenasi pada ibu

Tindakan pengakhiran kehamilan tergantung pada kondisi servik dan kondisi janin
(Mochtar, 1998; Wiknjosastro, 2007), sebagai berikut :
1. Kondisi servik, tergantung dari pembukaannya belum lengkap atau sudah lengkap.
2. Kondisi janin, tergantung dari letak, presentasi, turunnya bagian terendah serta maturitas,
dan hidup atau matinya.
a) Pada pembukaan yang belum lengkap ;
1) Janin yang masih hidup (denyut jantung janin jelas dan teratur) pilihan utama
pengakhiran kehamilan adalah seksio sesaria
2) Janin yang sudah mati dibiarkan partus spontan
b) Pada pembukaan yang telah lengkap, Perlu dipertimbangkan hal berikut :
1) Pada janin yang masih hidup sedapat mungkin lahir pervaginam dalam waktu
kurang dari setengah jam, sebaliknya pada janin yang sudah mati dengan presentasi kepala
dibiarkan partus spontan.
2) Pada presentasi kepala, dengan janin masih hidup dan ukuran kepala dalam batas normal
serta posisi kepala masih tinggi di atas pintu atas panggul, maka pilihan utama pengakhiran
kehamilan segera adalah versi dan ekstraksi.

3) Pada presentasi kepala, dengan janin masih hidup dan taksiran janin besar serta kepala
masih tinggi, maka pilihan utama pengakhiran kehamilan segera adalah seksio sesaria
4) Pada presentasi kepala dengan kepala dan tali pusat yang masih berdenyut telah jauh
turun dalam panggul, maka segera dilakukan ekstraksi cunam.
5) Pada letak sungsang, pada janin hidup atau mati, persalinan diakhiri secara
ekstraksi kaki atau bokong
6) Pada letak lintang dengan janin yang masih hidup segera dilakukan seksio sesaria. Pada
janin yang sudah mati, diupayakan lahir pervaginam dapat dengan embriotomi, seperti
spondilotomi, dekapitasi atau eviserasi.

F. Prognosis
Tali pusat menumbung merupakan suatu keadaan darurat yang terutama mengancam nyawa
janin. Prognosis prolaps tali pusat pada ibu dan janin, sebagai berikut :
1. Prognosis bagi ibu umumnya baik. Anemia dan infeksi yang dapat terjadi oleh karena
perdarahan dan manipulasi atau tindakan dalam persalinan. Keadaan tersebut dapat dicegah
dan diatasi dengan transfusi darah dan antibiotika.
2. Prognosis bagi janin adalah tidak baik dan berisiko besar untuk meninggal terutama pada
letak kepala. Tekanan parsial pada tali pusat yang berlangsung kurang dari 7 menit tidak
membahayakan. Tekanan sempurna pada tali pusat yang berlangsung kurang dari 7 menit
atau tekanan parsial yang berlangsung lebih dari 7 menit akan mengakibatkan kematian
atau kerusakan saraf pusat (cerebral palsy)

Anda mungkin juga menyukai