Anda di halaman 1dari 39

Indikator Pembangunan

Strategi Pembangunan dan Sistem Dunia


Negara Maju dan Negara Sedang
Berkembang (NSB)
Keragaman & Karakteristik NSB
Permasalahan Ekonomi di Negara Maju
dan NSB
Indikator Pembangunan merupakan tolak ukur yang digunakan dalam mengukur
performa suatu negara dalam pencapaian pembangunannya, serta perbandingan
terhadap negara-negara lain.
Penggunaan indikator dan variabel pembangunan bisa berbeda untuk setiap negara
atau wilayah. Misalnya, di negara-negara yang masih miskin, ukuran kemajuan dan
pembangunan mungkin masih sekitar pemenuhan berbagai kebutuhan dasar seperti
listrik masuk desa, layanan kesehatan pedesaan, dan harga makanan pokok yang
rendah. Sementara itu, untuk negara-negara/wilayah yang telah dapat memenuhi
kebutuhan tersebut, indikator pembangunan akan bergeser kepada faktor-faktor
sekunder dan tersier, seperti:
(1) Pertumbuhan ekonomi yang mendorong pemerataan, kesejahteraan dan
peningkatan kualitas hidup;
(2) Menguatkan ekonomi nasional/domestik yang dapat memperluas lapangan kerja,
sehingga daya beli masyarakat terus meningkat baik untuk barang lokal maupun
impor;
(3) Diversifikasi kegiatan/sektor ekonomi dengan penguatan sektor industri dan jasa
disertai dengan keseimbangan antara produksi barang ekspor dan impor;
(4) Partisipasi masyarakat dalam kehidupan politik dan proses pembuatan
keputusan;
(5) Tersedianya kesempatan untuk memperoleh pendidikan untuk semua lapisan
masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan;
(6) Stabilitas sosial, politik dan pemerintahan yang disertai dengan penguatan hak-
hak azasi manusia.
1. Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita seringkali digunakan pula sebagai indicator
pembangunan selain untuk membedakan tingkat kemajuan ekonomi
antara Negara-negara maju dengan Negara sedang berkembang.
Pendapatan per kapita selain dapat memberikan gambaran tentang laju
pertumbuhan kesejahteraan masyarakat di berbagai Negara juga dapat
menggambarkan perubahan corak perbedaan tingkat kesejahteraan
masyarakat yang sudah terjadi di antara berbagai Negara.
World Bank menggunakan komponen GNP per kapita, yang sekarang
menggunakan GNI per kapita, sebagai indikator yang digunakan untuk
memberi peringkat pembangunan suatu negara terhadap negara lain.
Pembagiannya ad. Sbb (2011) :
• Negara-negara berpendapatan rendah (low income)
negara dengan GNI perkapita $1.005 atau kurang
• Negara-negara berpendapatan menengah-rendah (lower middle
income)
negara dengan GNI perkapita $1.006 sampai $3.975
• Negara-negara berpendapatan menengah-tinggi (upper middle
income)
negara dengan GNI perkapita $3.976 sampai $12.275
• Negara-negara berpendapatan tinggi (high income)
Negara dengani GNI perkapita $12.276 atau lebih
Kritik Terhadap Indikator Pendapatan Per Kapita
• Kelemahan dalam indikator ini adalah bersumber pada anggapan
bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat ditentukan oleh besarnya
pendapatan per kapita masyarakat tersebut.
• Perlu dipertimbangkan faktor-faktor non ekonomi, seperti adat-
istiadat, keadaan iklim dan alam sekitarnya, dan ada tidaknya kebebasan
mengeluarkan pendapat dan bertindak merupakan beberapa contoh
yang akan menimbulkan perbedaan tingkat kesejahteraan di Negara-
negara yang mempunyai pendapatan per kapita yang tidak jauh
berbeda.
• Kelemahan Metodologis Pendekatan Pendapatan per Kapita.
Kelemahan tersebut timbul karena perbandingan dengan cara demikian
mengabaikan adanya perbedaan-perbedaan antara Negara dalam hal:
 Demografi;
 Distribusi pendapatan masyarakat;
 Nilai mata uang terhadap Dolar US;
 Pola pengeluaran masyarakat;
 Perbedaan iklim;
 Komposisi (struktur) produksi dan belanja nasional;
 Metode perhitungan pendapatan nasional.
2. Indikator Kesejahteraan Ekonomi Bersih (Net Economic Welfare)
Indikator ini di gagas oleh William Nordhaus dan James Tobin (1972)
Merupakan penyempurnaan metode perhitungan GNP. Dilakukan
dengan koreksi positif dan koreksi negatif.
 Koreksi Positif
Koreksi positif mengharuskan kita untuk memperhatikan waktu
senggang (leisure)dan perkembangan sektor ekonomi informal.
Waktu senggang ini berkaitan dengan jumlah jam kerja kita selama
seminggu waktu dan waktu yang kita luangkan untuk kegiatan-
kegiatan “non ekonomi”. Koreksi positif lainnya adalah berkaitan
dengan sektor ekonomi informal. Sektor ekonomi informal ini
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu : (1) Kegiata ekonomi yang
ilegal atau melawan. dan (2) kegiatan ekonomi yang legal tetapi tidak
tercatat sehingga terhindar dari pajak.
 Koreksi Negatif
Koreksi negatif berkaitan dengan masalah kerusakan lingkungan
(eksternalitas negatif) yang ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan di
sektor produktif. Koreksi negatif mempertimbangkan biaya-biaya
sosial (sosial cost) yang ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan ekonomi.
Misalnya, adanya proyek pembangunan perumahan. Proyek
pembangunan perumahan selain membawa hasil yang bermanfaat
berupa adanya perumahan yang nyaman, juga membawa hasil yang
negatif berupa polusi dan kerusakan sistem tanah (misalnya:polusi air
dan udara yang ditimbulkan pabrik semen dan penggalian pasir dan
batu kali yang merusak lingkungan).
1. Indikator Sosial
Ahli Pembangunan Ekonomi yang bernama Beckerman membedakan
berbagai penelitian tentang cara-cara membandingkan tingkat
kesejahteraan dalam 3 kelompok.
• Membandingkan tingkat kesejahteraan yang terjadi dalam masyarakat
yang ada di dalam dua atau beberapa Negara dengan cara
memperbaiki pelaksanaan dalam perhitungan pendapatan nasional
biasa. Usaha ini dipelopori oleh Colin Clark yang selanjutnya
disempurnakan oleh Gilbert dan Kravis.
• Membuat penyesuaian dalam pendapatan masyarakat yang
dibandingkan dengan melihat pertimbangan perbedaan tingkat harga
disetiap Negara.
• Membuat perbandingan tingkat kesejahteraan dari setiap Negara
berdasarkan pada data yang tidak bersifat moneter seperti, jumlah
kendaraan bermotor, konsumsi minyak, jumlah penduduk yang
mengenyam pendidikan. Penelitian ini dipelopori oleh Bennet.
Menurut Beckerman, dari tiga cara diatas, cara yang dirasa paling tepat
adalah cara yang dilakukan oleh Gilbert dan Kravis. Cara ini merupakan
usaha untuk membandingkan tingkat kesejahteraan dan pembangunan
di berbagai Negara dengan memperbaiki metode pembanding dengan
menggunakan data pendapatan nasional dari masing-masing Negara.
Dengan cara-cara yang dilakukan oleh Gilbert dan Kravis memiliki
kelemahan pada Negara sedang berkembang. Pada dasarnya Negara
berkembang tidak memiliki data-data tentang cara-cara diatas.
Sehingga Beckerman mengemukakan lagi cara yang lain dalam
membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat di berbagai Negara yaitu
dengan menggunakan data yang bukan bersifat moneter untuk
menentukkan indeks kesejahteraan masyarakat disetiap Negara.
Cara ini sering disebut dengan Indikator Non-Moneter Disederhanakan.
Untuk itu, berikut adalah data yang dapat digunakan untuk memperoleh
indikator tersebut.
a. Jumlah konsumsi baja dalam satu tahun (kg)
b. Jumlah konsumsi semen dalam satu tahun dikalikan 10 (ton)
c. Jumlah surat dalam negeri dalam satu tahun.
d. Jumlah persediaan pesawat radio dikalikan 10.
e. Jumlah persediaan telpon dikalikan 10.
f. Jumlah persediaan berbagai jenis kendaraan.
g. Jumlah konsumsi daging dalam satu tahun (kg).
Usaha lain juga dilakukan oleh United Nations Research Institute for Social
Development (UNRISD) untuk menentukan dan membandingkan tingkat
kesejahteraan suatu Negara.
Untuk menciptakan indeks taraf pembangunan, ada 18 jenis data yang
harus diperoleh yakni :
1. Tingkat harapan hidup.
2. Konsumsi protein hewani perkapita.
3. % anak-anak yang belajar di sekolah dasar dan menengah.
4. % jumlah anak yang bersekolah di kejuruan.
5. Jumlah surat kabar.
6. Jumlah telepon.
7. Jumlah radio.
8. Jumlah penduduk di kota-kota yang mempunyai 20.000 penduduk atau
lebih.
9. % laki-laki dewasa di sector pertanian.
10. % tenaga kerja (dari seluruh tenaga kerja yang mempunyai pekerjaan)
yang bekerja di sector listrik, gas, air, kesehatan, pengangkut,
pergudangan, dan komunikasi.
11. % tenaga kerja (dari keseluruhan tenaga kerja yang memiliki pekerjaan)
yang memperoleh gaji.
12. % PDB yang berasal dari industry-industri pengolahan (manufacturing).
13. Konsumsi energi perkapita.
14. Konsumsi listrik perkapita.
15. Konsumsi baja perkapita.
16. Nilai per kapita perdagangan luar negeri.
17. Produk pertanian rata-rata dari pekerja laki-laki di sektor pertanian.
18. Pendapatan per kapita Produk Nasional Bruto.
2. Indeks Kualitas Hidup dan Indeks Pembangunan Manusia
Untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat, ada sebuah indeks
gabungan yang dikenal dengan Physical Quality of Line Index (PQLI) dan
Indeks Kualitas Hidup (IKH). Indeks ini diperkenalkan oleh Morris D.
Morris. Indeks Kulaitas Hidup (IKH) terdiri dari 3 indikator yakni: tingkat
harapan hidup, angka kematian, dan tingkat melek huruf.
Sejak tahun 1990, United Netions for Development Program (UNDP)
mengembangkan indeks yang sering dikenal dengan istilah Indeks
Pembangunan Manusia (HDI). Sedangkan indicator yang digunakan
untu mengukur indeks ini adalah :
1) Tingkat harapan hidup.
2) Tingkat melek huruf masyarakat.
3) Pendapatan riil perkapita berdasarkan daya beli masing-masing
Negara.
UNDP menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada skala
0 – 100 dengan kategori sebagai berikut :
 Tinggi : IPM lebih dari 80,0
 Menengah Atas : IPM antara 66,0 – 79,9
 Menengah Bawah : IPM antara 50,0 – 65,9
 Rendah : IPM kurang dari 50,0
1. Pendidikan
Indikator yang dapat diukur dalam pendidikan yakni ; tingkat pendidikan,
tingkat melek huruf, dan tingkat partisipasi pendidikan.
2. Kesehatan
Indikator tingkat kesehatan dapat dilihat dari rata-rata hari sakit dan
ketersediaannya fasilitas kesehatan. Ketika terpenuhinya pembangunan
ekonomi berupa kesejahteraan dalam bidang kesehatan, dapat dilihat
dari beberapa indikasi berupa tingkat mortalitas yang rendah, angka
pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan angka harapan hidup yang
tinggi.
3. Perumahan
Indikator perumahan yang sesuai dengan tujuan kesejahteraan
penduduk yakni sumber air bersih dan listrik, sanitasi, dan mutu rumah
tinggal.
4. Angkatan Kerja
Penduduk yang dikatakan angkatan kerja adalah orang yang telah
berumur 15-64 tahun. Angkatan kerja ini juga dibagi lagi menjadi dua
yakni bekerja dan sedang mencari pekerjaan (Menganggur). Indikator
yang dapat digunakan untuk mengukur kesejahteraan angkatan kerja
adalah, partisipasi tenaga kerja, jumlah jam kerja, sumber penghasilan
utama, dan status pekerjaan.
5. KB dan Fertilitas
Indikator yang dapat digunakan yakni, penggunaan asi, tingkat imunisasi,
kehadiran tenaga kesehatan pada kelahiran, dan penggunaan alat
kontrasepsi.
6. Ekonomi
Pembangunan ekonomi pada dasarnya di ikuti dengan pertumbuhan
ekonomi. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi, kita dapat melihat
Indikator ekonomi itu sendiri, yakni tingkat pendapatan dan konsumsi
per kapita.
7. Kriminalitas
Pada dasarnya Negara maju memiliki tingkat kriminalitas yang rendah,
hal ini disebabkan sudah lengkapnya alat keamanan Negara yang
digunakan oleh Negara tersebut, sedangkan di NSB tingkat kriminalitas
relatif lebih tinggi. Indikator kriminalitas itu sendiri diantaranya adalah,
jumlah pencurian per tahun, jumlah pembunuhan per tahun, dan jumlah
pemerkosaan per tahun.
8. Perjalanan Wisata
Indikatornya adalah frekuensi perjalanan wiata per tahun.
9. Akses Media Massa
Akses media bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi dalam
masyarakat itu sendiri. Indikatornya antara lain : jumlah surat kabar,
jumlah radio, dan jumlah televisi.
Target Pencapaian Tahun 2015
MDGs menempatkan pembangunan manusia sebagai fokus
pembangunan, memiliki tenggat waktu dan kemajuan yang
terukur;

MDGs didasarkan kepada konsensus dan kemitraan global,


sambil menekankan tanggung jawab negara miskin dan
sedang berkembang untuk melaksanakan komitment
mereka, sedang negara maju berkewajiban untuk
mendukung upaya tsb;

MDGs memiliki 8 cita-cita dan tujuan umum bersama


diharapkan dapat terwujud pada tahun 2015.
Deklarasi MDGs merupakan tantangan bagi negara miskin
untuk mempraktekkan “good governance” dan komitmen
penghapusan kemiskinan ;
Bagi negara kaya, deklarasi MDGs merupakan tantangan
untuk melaksanakan janji dalam mendukung perbaikan
ekonomi dan pembangunan sosial negara miskin ;
Harus ada keseriusan dan komitmen dari tingkat puncak
pemerintahan sampai pada tingkat komunitas paling bawah
dalam upaya mendukung tercapainya target global ini.
Teori pembangunan modern terdiri atas dua komponen, yaitu : tujuan akhir
pembangunan dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembangunan
(Hettne dalam Mudrajat, 2010).
Menurut Teori Sistem Dunia, dikenal 3 Strategi pembangunan (Wallerstein,
1979), yaitu :
1. Strategi Pembangunan dengan Memanfaatkan Peluang Pasar Luar Negeri.
- Pemerintah berperan aktif (state capitalism)
- Memanfaatkan keunggulan komparatif
- Memanfaatkan peluang pasar luar negeri
2. Strategi Pembangunan dengan Mengundang Investasi Luar Negeri.
- Memanfaatkan keunggulan komparatif
- Memanfaatkan kemudahan-kemudahan lainnya
- Liberal open door
3. Strategi Pembangunan Mandiri.
Berdasarkan pengalaman NICs (Newly Industrialized Countries), keberhasilan
pembangunan mereka tidak ditentukan pada strategi pembangunan yang
dipilih, tetapi lebih ditentukan pada konsistensi dan fleksibilitas dalam
menerapkan kebijakan.
Berdasarkan pengalaman dalam proses pembangunan yang telah dilakukan
sebelumnya, Griffin (1988) menggolongkan strategi pembangunan menjadi :
1. Strategi Pembangunan Monetaris
- Efisiensi dalam alokasi sumber daya akan tercapai dalam jangka panjang
- Peran negara dibatasi
2. Strategi Pembangunan Ekonomi Terbuka
- Titik Berat pada perdagangan luar negeri
- Keterkaitan dengan dunia luar sebagai mesin pembangunan
- Supply side-oriented state
3. Strategi Pembangunan Industrialisasi
- Titik Berat pada sektor manufactur yang berorientasi pasar
- Memanfaatkan pasar domestik maupun luar negeri
- Peran pemerintah masih diperlukan
4. Strategi Pembangunan Revolusi Hijau
- Titik Berat pada produktivitas sektor pertanian
- Peningkatan teknologi pertanian
5. Strategi Pembangunan Redistribusi
- Redistribusi pendapatan dan kesejahteraan
- Peningkatan peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
6. Strategi Pembangunan Sosialis
- Titik berat pada peran pemerintah dalam pembangunan
- Peran pemerintah bisa bersifat ekstrim dan moderat
TRISAKTI DAN NAWACITA
VISI: TERWUJUDNYA INDONESIA YG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKERIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG

7 MISI

Keamanan nasional yg mampu menjaga Masyarakat maju, Politik LN bebas Kualitas hidup manusian Bangsa berdaya Indonesia menjadi negara Masyarakat yg
kedaulatan wilayah, menopang kemandirian berkeimbangan dan aktif dan Indonesia yg tinggi, maju saing maritim yg mandiri, maju, kuat berkepribadian
ekonomi dg mengamankan SD maritim, dan demokratis memperkuat jati dan sejahtera dan berbasiskan kepentingan dalam kebudayaan.
mencerminkan kepribadian Indonesia berlandaskan negara diri sebagai negara nasional
sebagai negara kepulauan. hukum. maritim

NAWACITA – 9 agenda prioritas

Akan menghadirkan Akan membuat Akan membangun Akan menolak Akan mening-katkan Akan mening-katkan Akan Akan Akan memper-
kembali negara untuk Pemerintah tidak Indonesia dari Negara lemah kuali-tas hidup manusia produktivitas rakyat mewujudkan melakuka teguh Kebhi-
melindungi segenap absen dg memba- pinggiran dg dengan melalukan Indonesia melalui: dan daya saing di kemandirian n revolusi nekaan dan
bangsa dan memberi ngun tata kelola memperkuat daerah- reformasi sistem Indonesia Pintar, pasar internasional ekonomi dg karakter memperkuat
rasa aman pada Pem. yg bersih, daerah dan desa dlm penegakan hukum Indonesia Sehat, menggerak-kan bangsa restorasi sosial.
seluruh WN efektif, demo- kerangka Negara yang bebas korupsi, Indonesia Kerja dan sektor-sektor
kratis dan Kesatuan bermartabat dan Indonesia Sejahtera strategis
terpercaya terpercaya. ekonomi
domestik

BERDAULAT DALAM BIDANG POLITIK BERDIKARI DALAM BIDANG EKONOMI BERKEPRIBADIAN DALAM BIDANG KEBUDAYAAN (3
(12 program aksi-115 prioritas utama) (16 program aksi) program aksi)

1. Membangun 5. Membangun 9. Melindungi dan 1. Dedikasikan 5. Membangun 10. Membangun 1. Berkomitmen 2. Akan 3. Akan
wibawa politik keterbukaan memajukan hak- pembangunan kualitas pemberdayaan ekonomi maritim mewujudkan memperteguh membang
LN dan informasi dan hak masyarakat SDM buruh 11. Penguatan pendidikan sbg kebhinekaan un jiwa
mereposisi komunikasi publik adat (6) 2. Membangun ke-daulatan 6. Membangun sektor kehutanan pembentuk karakter Indonesia dan bangsa
peran Indonesia (7) 10. Pemberda-yaan pangan berbasis sektor 12. Membangun tata bangsa memperkuat melalui
dalam isu-isu 6. Mereformasi Perempuan dalam agribisnis kerakyatan keuangan ruang dan restorasi sosial pemberda
3. Mendedikasikan program
global (4) sistem dan politik dan berbasis lingkungan yaan
u/ mem-bangun daulat
2. Menguatkan kelembagaan pembangunan (7) nasional berkelanjutan pemuda
energi berbasis
sistem demokrasi (6) 11. Mewujudkan kepentingan nas.
7. Penguatan 13.Membangun dan olah
pertahanan 7. Memperkuat sistem dan 4. Untuk pengua-saan SDA investasi perimbangan raga
negara (4) politik penegakan hukum melalui 7 langkah & domestik pembangunan
3. Membangun desentralisasi dan yang berkeadilan mem-bangun regulasi 8. Membangun kawasan
politik keamanan otda (11) (42) mewajibkan CSR &/atau penguatan 14.Membangun
dan ketertiban 8. Mendedikasikan 12. Menjalankan saham u/ masyarakat kapasitas fiskal karakter dan
masyarakat (8) diri untuk reformasi birokrasi lokal/ sekitar tambang, negara potensi wisata
4. Mewujudkan memberdayakan dan pelayanan penguatan kapa-sitas 9. Membangun 15.Mengembangkan
profesionalitas desa (8) publik (5) pengusaha nasional infrastruktur kapasitas
intelijen negara (trmsuk penambang perdagangan
(7) rakyat) dlm penge-lolaan nasional
tambang berkelanjutan. 16.Pengembangan
industri
manufaktur
Kriteria Ekonomi

Kriteria Kesehatan

Kriteria Pendidikan

Kriteria IPM (HDI)


Pendapatan Nasional Perkapita

Struktur Mata Pencaharian dari Angkatan Kerja

Produktifitas Per-Tenaga Kerja

Pengunaan Energi Per-Orang

Fasilitas Transportasi dan Komunikasi

Pengunaan Metal Yang Telah Diolah

Penduduk Melek Huruf


1) Standar Hidup yang Rendah
Standar hidup yang rendah pada NSB bukan hanya jika dibandingkan
dengan standar hidup di Negara-negara maju, namun juga jika
dibandingkan dengan standar hidup sekelompok kecil (elite) penduduk
di dalam NSB itu sendiri.
2) Tingkat Produktivitas Rendah
Di NSB ringkat produktivitas tenaga kerjanya (output per pekerja) sangat
rendah dibandingkan dengan Negara-negara maju. Hal ini bias
dijelaskan dengan menggunakan beberapa konsep ekonomi. Salah
satunya adalah prinsip produktivitas marjinal yang semakin menurun
(diminishing marginal prosuctivity).
3) Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan Beban Tanggungan yang Tinggi
Ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan penduduk
suatu Negara yaitu : (1) tingkat kelahiran kasar (crude birth rate) yang
dirunjukkan oleh jumlah kelahiran per 1.000 penduduk tiap tahunnya,
dan (2) tingkat kematian (death rate) yang ditunjuukan jumlah kematian
per 1.000 penduduk tiap tahunnya.
Meskipun tingkat kematian di NSB relative lebih tinggi, tetapi berkat
adanya perbaikan sarana dan prasarana penunjang kesehatan, sekarang
perbedaan tingkat kematian antara dua kelompok Negara tersebut tidak
begitu besar.
4) Tingginya Tingkat Pengangguran
Pemanfaatan sumberdaya manusia di NSB masih relative rendah. Ada dua
hal yang memicu timbulnya fenomena tersebut yaitu :
underemployment dan open unemployment.
5) Ketergantungan terhadap Produksi Pertanian dan Ekspor Produk Primer
Daerah pedesaan merupakan sebagai basis sector pertanian. Oleh karena
itu, apabila dilihat dari konsentrasi penduduknya maka dapat dikatakan
bahwa 58 persen penduduk di NSB menggantungkan hidupnya pada
sektor pertanian.
Dalam kaitannya dengan permasalahannya tersebut, ada dua kebijakan
yang dapat dijalankan NSB yaitu : (1) revitalisasi pertanian, mengingat
sector pertanian merupakan basis perekonomian NSB, dan (2)
transformasi structural yang dinamis yaitu suatu proses transformasi yang
tidak menyebabkan adanya keimpangan antar sektor.
6) Dominasi Negara Maju, Ketergantungan terhadap Negara Maju, dan
Vulnerabilitas dalam Hubungan-hubungan Internasional
Bagi NSB, faktor yang menyebabkan rendahnya standar hidp, tingginya
angka pengganguran dan munculnya masalah ketidakmerataan
pendapatan adalah karena tingginya ketimpangan, baik di bidang ekonomi
maupun politik antar Negara-negara miskin dan Negara-negara kaya.
Tenaga kerja negara berkembang masuk
ke negara maju

Produk negara berkembang masuk


ke negara maju

Investasi negara maju masuk


ke negara berkembang

Kerusakan lingkungan
meningkat
Kemiskinan

Keterbelakangan

Pengangguran

Kekurangan Modal

Ketidakmerataan Hasil-Hasil Pembangunan

Anda mungkin juga menyukai