Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
MGT 3 REGULER B
2020/2021
TEORI PERILAKU PRODUKSI
1. Teori Produksi
Pasangan teori konsumen atau teori perilaku konsumen adalah teori produksi atau teori
perilaku produsen. Dimana dari sebagian besar waktu hidup manusia diisi dengan perilaku
sebagai konsumen sekaligus sebagai produsen.
Paragraph ini akan menggolangkan pokok bahasannya atas pengertian/batasan, biaya
produksi dan jangka analisis.
Sedang masukan variabel adalah masukan yang kuantitasnya atau jumlahnya tergantung
kepada kuantitas atau jumlah keluaran. Adapun biaya yang dikeluarkan untuk masukan variabel
disebut biaya variabel (variabel cost). Dan karena biaya ini digunakan langsung dalam proses
produksi disebut biaya langsung (direct cost).
Contoh: bahan mentah, bahan penolong dan pekerja yang terlibat langsung dalam proses
produksi. Kulit/kanvas, sol, lem/benang dan tenaga yang mengerjakan pembuatan sepatu.
Pemisahan atas biaya tetap dan biaya variabel tersebut biasanya diterapkan dalam akutansi
biaya produksi serta akutansi harga pokoknya. Dan karena itu merupakan bagian yang dalam
studi kelayakan proyek.
Perbedaan masukan tetap dan variabel tersebut, dalam analis ekonomi mikro, harusnya
berlaku pada suatu periode yang spesifik. Dapat terjadi, dalam suatu analisis suatu masukan
dinyatakan sebagai masukan tetap, di lain kali sebagai masukan variabel. Yang pasti dalam
selang waktu yang panjang sekali, kedua masukan itu adalah masukan variabel. Tidak ada
masukan tetap.
Dalam analisis ekonomi mikro dikenal dua jangka waktu analisis, yakni: jangka waktu pendek
dan jangka waktu panjang. Jangka waktu pendek adalah periode produksi dimana satu atau
lebih masukan bersifat tetap. Sedang jangka waktu panjang adalah suatu cakrawala
perencanaan (planning horizon) atau periode produksi yang cukup panjang dimana semua
masukan dapat disesuaikan dengan keluaran yang direncanakan.
Seperti telah dikemukakan di depan, banyak kuantitas komoditi yang dihasilkan sangat
tergantung kepada banyaknya masukan. Kuantitas komoditi yang dihasilkan disebut keluaran
(output) atau produk, yang karena banyaknya ditentukan oleh hal lain, secara matematikal
disebut variabel tak bebas (independent variable) sedang banyak kuantitas masukan (input)
atau faktor produksi, karena mempengaruhi banyak hal lain, disebut variabel bebas (dependent
variable).
Hubungan searah seperti itu, seperti dkemukakan dalam pertemuan pertama, disebut
hubungan fungsional, yaitu hubungan dimana satu variabel ditentukan oleh satu atau beberapa
variabel lain.
Dalam produksi pertanian, misalnya, pada tingkat teknologi paling sederhana, kuantitas
produksi ditentukan oleh kesuburan tanah dan banyaknya tenaga kerja. Untuk setiap bidang
tanah yang diasumsikan memliki kesuburan yang sama, maka kuantitas produksinya semata-
mata ditentukan oleh banyak yang bekerja. Pada tingkay teknologi yang lebih tinggi, variabel
yang menentukan kuantitas produksi bias lebih banyak.
Misalnya kuantitas pupuk, kuantitas benih dan cara pengolahan tanah. Sehingga model
matematikal pertanian sederhana adalah:
q=f ( 11 )
q=kuantitas produksi
q=f (l , f , s , t)
q=kuantitas produksi
f =kuantitas pupuk
s=kuantitas bibit
kalau untuk persamaan ditentukan bahwa hanya satu masukan yang variabel dan yang lain
tetap alias cetiris paribus, maka rumusnya menjadi
q=f (l , f , s , t)
2. One Input Variable (Teori Produksi Dengan Satu Faktor Berubah), Ratarata, dan Marginal
Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan diantara tingkat produksi
suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat
produksi barang tersebut.
a. TPL = Total Production Labour (total produksi yang dihasilkan tenaga kerja)
The Law of Determinishing Return (LDR) : Hukum Hasil Lebih Yang Semakin Berkurang.
“Apabila faktor produksi variable dapat diubah pada mulanya produksi total akan
semakin banyak, tetapi sesudah mencapai tingkat tertentu pertambahan produksi
semakin berkurang dan akhinrnya menjadi negatif.” Berikut contoh angka untuk Total
Production Labour.
Tabel 5.1
Total Production Labour.
L TPL (Q)
0 -
1 5
2 15
3 27
4 38
5 46
6 52
7 52
8 50
b. MPL = Marginal Production Labour (Tambahan produksi dari setiap tambahan 1 orang
pekerja).
∆ TPL
MP L =
∆L
Tabel 5.1
Total Production Labour.
TP L
AP L =
L
Tabel 5.1
Total Production Labour.
L TPL MPL APL
(Q)
0 - - -
1 5 5 5
2 15 10 7.5
3 27 12 9
4 38 11 9.5
5 46 8 9.2
6 52 6 8.67
7 52 0 7.43
8 50 -2 6.25
Model grafikal persamaan (3.4) atau (3.6) dengan tiga tingkat kesuburan tanah
adalah seperti gambar 5.1 di bawah ini.
Pada gambar 5.1 nampak bahwa dengan luas lahan yang sama, proses
produksi pertanian dengan masukan tenaga kerja yang berbeda, yaitu 1-8,
diperoleh kuantitas keluar-an yang berbeda seperti pada tabel 5.1
TPL 5
TP
L
0 0 7
6
L
MPL,AP
AP
L
0
Gambar 5.1 Kurva one inputvariable
Dalam gambar 5.1, kurva TP (total product), sedang kurva AP (average
product) atau kurva produksi rata-rata, sedang kurva MP (marginal product) atau
kurva produksi marginal. Perlu dicatat bahwa dalam pustaka berbahasa inggris
notasi P pada tiga kurva tersebut mempunyai tiga macam kepanjangan, yakni:
product, production dan productivity. Ketiganya mempunyai maksud dan arti yang
sama.
Adapun uraian lebih rinci mengenai tiga kurva idatas sebagai berikut:
Kurva produksi total (TP) ini berbentuk “huruf S yang longgar” dari titik asal
kurva menaik dengan laju yang bertambah (pertambahan yang meningkat) sampai
mencapai titik 1, yaitu titik balik (inflection point), lalu masih terus menaik tetapi
dengan laju yang menurun (pertambahan yang berkurang) sampai mencapai titik
puncak P. sesudah itu menurun dan menurun
TP=q=f (l)
AP=q /f =f (l)/l
Secara geometric AP ini dapat diperoleh dengan menarik garis pancar (rays)
dari titik asal memotong kurva TP, seperti garis OL, OR, OP. dan hasil di bagi
Ili /OIi , RI r ,/OL r dan PL p /OI p adalah produksi rata-rata pada tingkat masukan
tenaga kerja Ii, I rdan I p.
Kurva AP ini dari titik asal terus sampai mencapai puncak pada titik R, yaitu
titik singgung salah satu garis pancar dengan kurva TP. Nampak bahwa kurva TP
yang disebabkan oleh perubahan tenaga kerja l atau tangen dari kemiringan pada
titik-titik sepanjang kurva TP.
Kurva MP ini dari titik asal, mula-mula menaik sampai mencapai puncak
bersamaan dengan saat kurva TP mencapai titik balik, lalu menurun memotong
kurva AP ketika kurva AP mencapai puncak, dan sesudah itu menurun sampai
menjadi nol memotong garis mendatar bersamaan dengan saat kurva TP mencapai
puncaknya.
Seperti Nampak dalam gambar 5.1, ketiga kurva yang telah dibicarakan dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui tingkat-tingkat efisiensi penggunaan satu
masukan variabel. Adapun tingkat-tingkat efisiensi itu, yang diwakili bidang-bidang,
sebagai berikut.
Tahap Produksi :
s
Daerah I : Irrasional (titik 0 Maksimum)
d AP L
3. Two Input Variable (Teori Produksi Dengan Dua Faktor Berubah) a. ISOQUANT (Kurva Produksi
Sama)
a. ISOQUANT (Kurva Produksi Sama)
ISOQUANT adalah kombinasi antara tenaga kerja dan modal yang digunakan oleh
produsen untuk mencapai suatu tingkat produksi tertentu.
Q = f (L, K)
Q = Total Produksi
L = Tenaga Kerja
K = Modal/ Barang-barang modal
Jika berproduksi di daereh positif, jika ingin mengurangi tenaga kerja maka harus
mengurangi pula modal, sehingga lebih baik jika berproduksi di daerah negatif karena apabila akan
mengurangi tenaga kerja maka tidak perlu menurunkan/mengurangi modal atau sebaliknya.
Untuk melengkapi perilaku produsen gambar 5.2 menyajikan kurva produksi dengan
dua masukan variabel
2
0
K
1
Q
I
L
246 12
Gambar 5.2
Peta Isoquant Parsial
Seperti Nampak dalam gambar 5.2 pada perilaku produsen – dalam proses produksi
dengan dua masukan variabel ini – terdapat konsep isokuan (isoquant) yang merupakan
padanan dari konsep kurva indiferen perilaku konsumen. Disamping kesamaan tampilan,
peranannya pun nyaris sama.
Tetapi diantara keduanya, terdapat perbedaan yang mendasar. Kalau kurva indiferen
menggunakan dan mewakili tingkat kepuasan yang bersifat subyektif yang sulit diukur, isokuan
menyatakan diri dalam ukuran obyektif dan nyata, yaitu menyatakan besaran keluaran atau
produksi.
Sehingga isokuan dapat didefinisikan sebagai tempat kedudukan (locus) titiktitik kombinasi
masukan yang menghasilkan keluaran yang sama.
Seperti kurva indiferen, isokuan memiliki ciri-ciri:
a. Cembung terhadap titik nol (0)
b. Tidak Saling berpotongan
c. Semakin tinggi (semakin jauh dari titik nol (0) menunjukan tingkat produksi tertinggi.
d. Daerah yang paling relevan untuk berproduksi yaitu daerah yang berkecondongan
negatif.
Secara matematikal, umum isokuan continue adalah
q=f (k , l)
Kalau kita perhatikan isokuan q 1 dalam gambar 3.11, maka makin ke atas kita bergerak
makin kecil nilai d 1 dan suatu saat nilainya = 0, diatas itu nilai dl akan menjadi negative.
Sebaliknya makin kebawah kita bergerak makin kecil pula nilai dk dan suatu saat nilainya =
0, dibawah itu nilai dk negative. Dan ketika nilai dl = 0, maka nilai MP1 = 0 demikian juga
ketika nilai dk = 0, maka nilai MP k = 0.
Sehubungan nilai MP = 0 ini, dikembangkan konsep garis punggung atau ridge line.
Untuk memperjelas masalah ini disajukan gambar 3.12. dalam gambar tersebut garis
lengkung 0A dan 0B adalah garis punggung yang dimaksud.
Titik A merupakan titik dimana isokuan q 3 mulai membelok ke kanan menjauhi sumbu
tegak. Dan titik B merupakan titik dimana isokuan q 3 membelok keatas menjauhi sumbu
mendatar.
kuantitas minimum masukan untuk dapat menghasilkan keluaran pada tingkat q 3 ,. Bila I < I1 ,
, maka kuantitas keluaran akan menurun (pindah isokuan lebih rendah). Sementara itu kalau
masukan k ditambah, sedang l tetap, maka kuantitas keluaran akan menurun. (pindah isokuan
lebih rendah). Sementara itu kalau masukan k ditambah, sedang l tetap, maka kuantitas
keluaran akanmenurun.
Gambar 5.3
Garis Punggung dan Daerah Optimal
Karena itu pada titik A nilai MPk (produk marginal masukan k) = 0 dan disebelah atas titik A nilai
MPk negatif.
Seperti telah disebut di depan, garis lengkung OA dan OB adalah garis punggung. Dan
bidang yang dibatasi oleh garis punggung itu adalah daerah produksi optimal, yaitu bidang yang
sepadan dengan daerah optimal pada tingkat II proses produksi dengan satu masuka variabel.
Seorang pengusaha yang rasional tentu akan memilih skala produksi yang berisi kombinasi dua
masukan variabel itu yang terletak di dalam daerah optimal tersebut.
Perlu dicatat bahwa proses produksi yang menggunakan kombinasi masukan yang dekat-
dekat dengan garis punggung OA termasuk proses produksi yang padat modal (capital
intensive)dan yang dekat-dekat garis punggung OB termasuk padat karya (labour intensive).
Uraian paragraph ini serupa dengan pokok bahasan garis anggaran dan keseimbangan
konsumen. Dan pokok bahasan ini akan dibagi dalam dua kelompok, yakni: isokos dengan
ciri-cirinya dan keseimbangan konsumen.
1) Isokos danciri-cirinya
Seperti dalam teori konsumsi dimana keseimbangan konsumen belum dapat ditentukan
sebelum diketahui kendala (garis) anggaran atau budget (line) constraint. Dan dalam teori
produksi garis anggaran ini disebut isokos. Sebagai kata pungut dari isocost. Isokuan yang
telah dibicarakan di atas mengenai tingkat keluaran yang dapat dihasilkan oleh berbagai
kombinasi dua masukan variabel.
Isocost adalah kurva yang menggambarkan gabungan faktor-faktor produksi tenaga kerja
dan modal untuk menggunakan sejumlah biaya tertentu.
M Px TC = PL . L + PK . K
L= K
Py Py
Modal
K = Modal
Contoh angka :
Dik : TC = 1000 PL = 5
PK = 20
Maka, L ?
Jawab : L = 200 –4K K = 0 maka L = 200 K = 0 maka
K =50
Kalau seluruh anggaran digunakan untuk membeli barang modal, k, sehingga l = 0, maka akan
diperoleh ksebanyak
K =TC/PK
dan sebaliknya kalau seluruh anggaran digunakan untuk membayar upah, l, sehingga k =
0, maka akandipekerjakan:
L=TC/P L
dengan demikian dapat dibuat grafik isokos seperti tersaji dalam gambar 3.13 berikut ini.
K
50
L = 200 – 4K
200
Isokos memiliki sifat dan ciri seperti garis anggaran pada teori konsumen. Kemiringan
isokos = Pl/Pk. Kalau besarnya anggaran berubahmaka isokos akan berpindah membuat garis
sejajardengan isokol awal, keatas atau kebawah tergantung dari perubahan anggaran. Kalau
harga salah satu masukan variabel berubahmaka isokos akan berputardengan sumbu pada
masukan yang harganya tetap. Arah perputaran tergantung kepada perubahan harga. Kalau
harga naik, isokos berputar ke kiri, kalau turun akan berputar ke kanan.
Contoh :
L = 200 – 4 K
PK= 20 PK =25
50
40
L = 200 – 5 K
L = 200 – 4 K L
200
Gambar 5.5
Pengaruh harga terhadap kurva Isocost (Pergerakan)
b) Akibat perubahan Anggaran (TotalCost)
Jika harga tetap dan Total cost menjadi menurun maka garis isokos ptelah bergeser secara
sejajar ke kiri. Sebaliknya pula, kenaikan Total cost menyebabkan garis anggaran pengeluaran
pendah sejajar ke kanan. Atau dengan kata lain jika terjadi perubahan Total cost (TC) maka
akan mengakibatkan pergeseran kurva.
Contoh : L = 200 – 4K
TC=1000 TC =1500
Maka, L = 300 –4K Jika K = 0 maka L = 300 L = 0 maka K =75
75
50 L = 300 – 4 K
L = 200 – 4 K L
200 300
Gambar5.6
Pengaruh Total Cost terhadap kurva Isocost (Pergeseran)
a) KeseimbanganProdusen
Seperti halnya pada teori konsumen, untuk mendapatkan keseimbangan produsen haruslah
dilakukan tumpang-tindih (super impose) antara isokuan dan isokos dalam skala yang sesuai.
Titik keseimbangan yang diperoleh memperlihatkan produksi maksimum yang dapat dicapai
dengan anggaran tersedia, harga harga masukan yang berlaku dan efisiensi teknologi yang
digunakan.
K
5
0 E
D
K1 C
IQ4 4000 unit
B
A IQ2IQ3 3000 unit
2000
IQ 1000
L1 unit
1 unit
20
0
Gambar 5.7
A
B
C
D IQ =1 Juta
E F G Unit L
Gambar 5.8
Kurva Keseimbangan Produsen
Dengan berbagai pilihan kurva isokuan tersebut dengan target produksi yang sudah di
tentukan maka keluaran maksimum yang dapat pilih yaitu pada Titik D.
Soal dan jawaban Teori perilaku produsen
1. Perusahaan yang bergerak pada bidang pertanian semula mempunyai enam tenaga
kerja dan jumlah modal sebanyak 14. Kemudian perusahaan akan menambah dua
tenaga kerja dengan mengurangi jumlah modal sebanyak 6, tanpa ada perubahan pada
total produksi. Hitung Marginal Rate of Technical Substitution (MRTS) peruahaan
tersebut.
Jawab
ΔL = 2
ΔK = – 6
MRTS LK = -ΔK/ΔL
MRTS LK = -(-6)/(2)
MRTS LK = 3
Jadi MRTS LK perusahaan tersebut adalah 3. Angka 3 menunjukkan laju pertukaran antara
modal terhadap tenaga kerja. Artinya, perusahaan dapat mengganti atau menukar atau
mengurangi 3 modal K dengan menambah satu tenaga kerja L.
2. Upah tenaga kerja pada sebuah perusahaan adalah Rp 4 juta per tenaga kerja dan biaya
modal sebesar Rp 8 juta per unit. Sedangkan jumlah dana uang yang tersedia adalah Rp 160
juta. Buatkan fungsi isocost- nya.
Jawab.
Diketahui
C = 160 jt
PL = 4 jt
PK = 8 jt
C = PL x L + PK x K
160 = 4 L + 8 K
4 L = 160 – 8 K
L = (160/4) – 8/4) K
L = 40 – 2 K
160= 4 L + 8 K
8 K = 160 – 4 L
K = 160/8 – (4/8) L
K = 20 – (0,5) L
3. Biaya produksi untuk menghasilkan produk 1000 unit dapat dinyatakan dengan
menggunakan persamaan fungsi isocost sebagai berikut.
Jawab.
C = (PL x L) + ( PK x K)
C = biaya produksi
PK = biaya mesin
L = 20
K = 25
L = 15
K = 14
Jawab :
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan fungsi produksi dan apa perbedaan fungsi produksi
jangka pendek dengan fungsi produksi jangka panjang!
Jawab :
Fungsi produksi adalah hubungan teknis antara input dan output dalam bentuk persamaan
matematis. Dalam jangka pendek, faktor nonvariabel dalam fungsi produksi (seperti mesin
dan peralatan) tidak dapat sepenuhnya disesuaikan apabila terjadi perubahan (misalnya
peningkatan permintaan). Sementara dalam jangka panjang baik faktor variabel maupun
nonvariabel yang digunakan oleh perusahaan dapat diubah.
REFERENSI
Sukirno, Sadono, 2015, Mikro Ekonomi Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Mulyadi, Dedi, Pengatar Teori Ekonomi Mikro, FBIS publishing
Sukirno, Sadono. 2006. Mikroekonomi Pengantar Edisi ke-tiga. Jakarta : PT. Raja Garafindo Persada.
da, N. 2009. Pengantar Ekonomi Mikro. Universitas Muhamadiah Malang Press. Malang.
Kusumosuwihdo, S. 1990. Sajian Dasar Dalam Pengantar Teori Ekonomi. Rineka Cipta. Jakarta
Samuelson. 2001. Ilmu Mikro Ekonomi. Edisi 17. Jakarta : PT. Media Global Edukasi TS, Suharno.
2006. Teori Mikroekonomi. Surakarta: Andi