Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

PENYEHATAN TANAH DAN PENGELOLAAN SAMPAH A

NAMA :
Chikita Intan V. Lohonauman
NIM :
711335118010
PRODI :
D IV
DOSEN :
Robinson Pinaung S. Pd. MPH
Pengertian
Pupuk Kompos sering didefinisikan sebagai suatu proses penguraian yang terjadi secara biologis dari
senyawa-senyawa organik yang terjadi karena adanya kegiatan mikroorganisme yang bekerja pada suhu
tertentu didalam atau wadah tempat pengomposan berlangsung.

Peningkatan produksi pertanian, tidak terlepas dari penggunaan bahan kimia, seperti pupuk
buatan/anorganik dan pestisida. Penggunaan pupuk buatan/kimia dan pestisida saat ini oleh petani kadang
kala sudah berlebihan melebihi takaran dan dosis yang dianjurkan, sehingga menggangu keseimbangan
ekosistem, disamping itu tanah cendrung menjadi tandus, organisme-organisme pengurai seperti zat-zat
rensik, cacing-cacing tanah menjadi habis, demikian juga binatang seperti ular pemangsa tikus, populasi
menurun drastis.

Pemakian pupuk pada waktu yang bersamaan (awal musim hujan) oleh petani, mengakibatkan sering
terjadi kelangkaan pupuk di pasaran, walaupun ada harganya sangat tinggi, sehingga sebagian petani tidak
sanggup membeli, akibatnya tanaman tidak dipupuk, produksi tidak optimal. Perlu ada trobosan untuk
mengatasi hal tersebut, salah satu diantaranya adalah pembuatan pupuk organik (kompos).

Bahan pembuatan pupuk organik atau lebih dikenal dengan kompos memanfatkan limbah pertanian,
seperti jerami, daun-daunan, rumput, pupuk kandang, serbuk gergaji, bahan tersebut mudah didapat dan
tersedia dilahan pertanian.

Hal itulah yang mendasari kami sebagai siswa- siswi SMAN 5 KENDARI membuat alternatif pemecahan
masalah terhadap hal tersebut untuk membantu para petani dan lingkungan sekitar yaitu dengan
memanfaatkan limbah tersebut dengan menjadikannya sebagai kompos yang menggunakan teknologi
yang sederhana dan cara pembuatannya lebih mudah dibuat karena memanfaatkan dari bahan yang mudah
didapat seperti kotoran hewan ternak dan tentunya hasilnya pun lebih baik. Disamping itu pupuk organik
memiliki manfaat serta mutu dan nilai yang ekonomis.
Tujuan dan Prosedur kerja
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan kompos bokashi
serta memberi wawasan baru dari siswa itu sendiri dalam hal mengelola limbah menjadi sesuatu yang
lebih bermanfaat bagi kita sendiri maupun orang lain.

a.  Adapun Prosedur kerja dari pembuatan kompos terbagi menjadi 2, yaitu:
Alat-alat yang digunakan antara lain:
-       Karung goni
-       Ember
-       Sarung tangan
-       Masker
-       Alat pengaduk(sendok semen)
b.  Bahan-bahan pembuatan kompos antara lain:
- Pupuk kandang (kotoran kambing) 25 kg
- Dedak 12,5 kg
- Sekam padi yang belum dibakar 12 kg.
- Gula pasir 1,5 - 3 sendok makan.
- Air dan EM4 secukupnya.
Cara Pembuatan Kompos
-       Bersihkan pupuk kandang dari sampah organik seperti ranting dan batang rumput yang dapat
mengganggu proses pembuatan atau pengadukan.

-       Campurkan bahan-bahan berikutnya berupa dedak dan sekam padi yang belum dibakar, aduk hingga
merata.

-       Campurkan larutan EM4, gula pasir, dan air, aduk hingga benar-benar larut dan merata.

-       Rapikan dalam bentuk gundukan. Tingginya 20 cm sampai dengan 1 m.

-       Tutup gudukan dengan mengggunakan karung.

-       Aduk (bolak-balik) satu kali setiap hari, dengan membalik bahan sedemikian rupa sehingga lapisan
bagian bawah menjadi berada di bagian atas, dan sebaiknya. Hal ini dilakukan agar suhu pada bahan tidak
panas.

-      Tutup dan rapikan kembali setelah di gunakan

Tahapan pengomposan
1.  Pemilahan Sampah

Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah anorganik (barang lapak dan barang
berbahaya). Pemilahan harus dilakukan dengan teliti karena akan menentukan kelancaran proses dan
mutu kompos yang dihasilkan.

2.   Pembalikan

Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam
tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta
membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.

3.    Pematangan

-       Setelah pengomposan berjalan 30 – 40 hari, suhu tumpukan akan semakin menurun hingga
mendekati suhu ruangan.
-       Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada tahap
pematangan selama 14 hari.

4.  Penyaringan

Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan serta untuk
memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal
proses.

5.   Pengemasan dan Penyimpanan

Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan kebutuhan
pemasaran. Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan terlindung dari
kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibi jamur dan benih gulma dan benih lain yang tidak
diinginkan yang mungkin terbawa oleh angi
KAJIAN PUSTAKA

Kompos atau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami pelapukan, bentuknya
sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos memiliki kandungan hara yang lengkap meskipun
persentasenya kecil. Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi
tanaman. Kompos  juga merupakan hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan
organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi
lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobic. Sedangkan pengomposan adalah proses
dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang
memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol
proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran
bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator
pengomposan.

Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan
meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah
yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini
membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga
cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen
lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.

Peranan kompos bagi kesuburan tanah. Sumbangan utama yang dapat diberikan oleh kompos dalam
kaitannya dengan kesuburan tanah ialah menyediakan bahan humus kedalam tanah, menyediakan nutrisi
pokok (nitrogen, fosfor, kalium) untuk tanaman, menyediakan unsur hara mikro untuk tanaman dan
memperbaiki kondisi fisik tanah, karena kompos merupakan bahan koloidal dengan muatan elektrik
negatif, sehingga dapat di koagulasikan oleh kation-kation dan partikel tanah untuk membentuk granula
granula tanah. Dengan demikian penambahan kompos memperbaiki struktur, tekstur dan lapisan tanah
(Gaur, 1982).

Beberapa bakteri pembusuk lendir perekat (gum) dan yang mempunyai pengaruh terhadap agregat
tanah telah banyak diisolasi dari kompos, diantaranya adalah Rhizobium trifolii, Bacillus puvifaciens,
Beijerinckia dan Agrobacterium. Bakteri-bakteri tersebut mempunyai efek yang positif terhadap stabilitas
agregat tanah dan mengandung karbohidrat, asam uronat dan protein (Subba Rao, 1982).
Kompos selain dapat menghindari perubahan keasaman dan kebasaan tanah yang cepat, dapat juga
meningkatkan infiltrasi air dalam tanah, mengubah warna tanah dan meningkatkan kapasitas absorpsi
panas serta berguna dalam pengendalian erosi tanah (Gaur, 1982).

Bokashi adalah suatu kata dalam bahasa Jepang yang berarti “bahan organik yang telah
difermentasikan, pupuk ramah lingkungan dan termaksud bahan organik kaya sumber kehidupan. Ciri-ciri
pupuk bokashi yang baik warna coklat kehitam-hitaman, bahan hancur, lembab tidak keras dan tidak bau,
bau seperti tanah atau humus (Indroprahasto, 2010).

Dalam proses pengomposan di tingkat rumah tangga, sampah dapur umumnya menjadi material yang
dikomposkan, bersama dengan starter dan bahan tambahan yang menjadi pembawa starter seperti sekam
padi, sisa gergaji kayu, ataupun kulit gandum dan batang jagung (Yusuf, 2000).

Mikroorganisme starter umumnya berupa bakteri asam laktat, ragi, atau bakteri fototrofik yang


bekerja dalam komunitas bakteri, memfermentasikan sampah dapur dan mempercepat pembusukan materi
organik. Umumnya pengomposan berlangsung selama 10-14 hari. Kompos yang dihasilkan akan terlihat
berbeda dengan kompos pada umumnya; kompos bokashi akan terlihat hampir sama dengan sampah
aslinya namun lebih pucat. Pembusukan akan terjadi segera setelah pupuk kompos ditempatkan di
dalam tanah.

Pupuk Bokashi, menurut Wididana et al (1996) dapat memperbaiki sifat  fisika, kimia, dan biologi
tanah, meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi tanaman, serta menghasilkan
kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang berwawasan lingkungan. Pupuk bokashi tidak meningkatkan
unsur hara tanah, namun hanya memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, sehingga pupuk
anorganik masih diperlukan (Cahyani, 2003). Pupuk bokashi, seperti pupuk kompos lainnya, dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kandungan material organik pada tanah yang keras seperti tanah
podzolik sehingga dapat meningkatkan aerasi tanah dan mengurangi bulk density tanah (Susilawati, 2000,
dan Cahyani, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian Cahyani (2003), Penambahan pupuk bokashi berbahan dasar arang
sekam padi dapat meningkatkan nilai batas cair dan batas plastis tanah latosol, namun terjadi
peningkatan indeks plastisitas. Penambahan bokashi arang sekam padi juga berpengaruh terhadap
kekuatan geser tanah dan peningkatan tinggi maksimum tanaman. Bokashi juga dapat digunakan untuk
mengurangi kelengketan tanah terhadap alat dan mesin bajak sehingga dapat meningkatkan performa alat
dan mesin bajak (Yusuf, 2000), dengan pengaplikasian bokashi sebelum pengolahan tanah dilakukan.
PEMBAHASAN
Pengertian Bokashi

Bokashi adalah bahan organik kaya akan sumber hayati. Bokashi merupakan hasil fermentasi bahan
organik dari limbah pertanian (pupuk kandang, jerami, sampah, sekam serbuk gergaji, rumput dll.)
dengan menggunakan EM-4. EM-4 (Efektif Microorganisme-4) merupakan bakteri pengurai dari bahan
organik yang digunakan untuk proses pembuatan bokashi, yang dapat menjaga kesuburan tanah sehingga
berpeluang untuk meningkatkan produksi dan menjaga kestabilan produksi. Bokashi selain dapat
digunakan sebagai pupuk tanaman juga dapat digunakan sebagai pakan ternak.

Pupuk Bokashi merupakan salah satu pupuk organik yang banyak memberikan manfaat bagi masyarakat.
Dengan penggunaan pupuk bokashi diharapkan dapat membantu menyuburkan tanaman, mengembalikan
unsur hara dalam tanah, sehingga kesuburan tanah tetap terjaga dan ramah lingkungan.

Kelebihan pupuk organik dari pupuk anorganik cukup banyak diantaranya : Bahan mudah diperoleh
(murah) ,pembuatan sangat mudah, pupuk organik adalah pupuk lengkap, pupuk organik berfungsi juga
memperbaiki kesuburan tanah, dapat tersimpan dalam tanah dengan waktu yang lama, sedangkan pupuk
anorganik bahkan cendrung sebaliknya.

Hasil Pengamatan yang dilakukan


1.  Mengamati perubahan bahan organik. Hari pertama, bahan organik belum hancur, warna masih terlihat
terang dan tidak berbau.
2.   Hari kedua sampai hari kelima, bahan organik sebagian hancur, warna belum mengalami perubahan,
terasa hangat dan berbau menyengat.
3.  Hari kesembilan sampai hari kesepuluh, bahan organik mulai hancur, masih terasa hangat warna
sudah gelap dan sangat berbau.
4.  Hari kedua belas sampai hari ketujuh belas, bahan organik dan teksturnya mulai hancur, dan bau
berkurang.
5.    Hari kedua puluh sampai kedua puluh tujuh, dilakukan pengeringan dengan cara menjemur pada
panas matahari. Sedangkan bahan organik teksturnya sangat hancur, warnanya coklat, sedikit halus dan
tidak berbau lagi.
Mutu kompos
Kompos yang bermutu adalah kompos yang telah terdekomposisi dengan sempurna serta tidak
menimbulkan efek-efek merugikan bagi pertumbuhan tanaman.
Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut :
1.    Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah,
2.    Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah,
3.    Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan
4.    Tidak berbau.

Anda mungkin juga menyukai