Anda di halaman 1dari 6

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Siska Batubara.yang telah memberikan tugas buat saya agar saya lebih mengerti
lagi tentang tarian di Indonesia.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tigapanah, 09 November 2020


Dampak pandemi Covid 19 terhadap dunia ketenagakerjaan di Indonesia dilihat dari sisi
pekerja, pengusaha dan usaha mandiri. Dari sisi pekerja, terjadinya gelombang PHK tenaga kerja
dan penurunan pendapatan sebagai akibat terganggunya kegiatan usaha pada sebagian besar
sektor. Sebanyak 15,6% pekerja mengalami PHK dan 40% pekerja mengalami penurunan
pendapatan, diantaranya sebanyak 7% pendapatan buruh turun sampai 50%. Dari sisi
pengusaha, pandemi Covid 19 menyebabkan terhentinya kegiatan usaha dan rendahnya
kemampuan bertahan pengusaha. “Hasil survei mencatat 39,4 persen usaha terhenti, dan 57,1
persen usaha mengalami penurunan produksi. Hanya 3,5 persen yang tidak terdampak.
Kemampuan bertahan oleh di kalangan dunia usaha juga mengalami keterbatasan. Sebanyak
41% pengusaha hanya dapat bertahan kurang dari tiga bulan. Artinya pada bulan Agustus usaha
mereka akan terhenti. Sebanyak 24% pengusaha mampu bertahan selama 3-6 bulan, 11% mampu
bertahan selama 6-12 bulan ke depan, dan 24% mampu bertahan lebih dari 12 bulan.
Sementara dampak Covid 19 pada usaha mandiri membuat usaha menjadi terhenti dan
sebagian mengalami penurunan produksi. Sebanyak 40% usaha mandiri terhenti kegiatan
usahanya, dan 52% mengalami penurunan kegiatan produksi. “Hal ini berdampak  35 persen
usaha mandiri tanpa pendapatan dan 28 persen pendapatan menurun hingga 50 persen.
Dampak Covid 19 juga berdampak pada pekerja bebas sektor pertanian dan non-pertanian atau
pekerja “serabutan” yang bekerja jika ada permintaan bekerja. Hasil survei menunjukkan
sebanyak 55% pekerja bebas pertanian dan non-pertanian tidak ada pekerjaan, dan 38% order
berkurang. Dilihat dari pendapatan, sebanyak 58% pekerja bebas tidak memiliki pendapatan
selama masa pandemi Covid 19 dan 28% pendapatan berkurang  sampai 30%.

Adapun solusi berupa kebijakan pemerintah terkait ketenagakerjaan pada masa COVID-
19:
1. Relaksasi Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Pemerintah memberikan relaksasi KUR untuk usaha kecil dan mikro melalui Peraturan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No 8 Tahun 2020, dengan penundaan angsuran
pokok dan pemberian tambahan subsidi bunga sebesar 6% untuk tiga bulan pertama dan 3%
untuk tiga bulan berikutnya. Sedangkan untuk usaha menengah adalah 3% selama tiga bulan
pertama dan 2% selama tiga bulan berikutnya. Selain itu, pemerintah juga memberikan
perpanjangan waktu, penambahan limit plafon, dan penundaan kelengkapan persyaratan
administrasi pengajuan KUR.
2. Program Padat Karya
Presiden Joko Wiodo menjanjikan program padat karya tunai untuk memberikan
penghasilan sementara bagi pekerja harian yang kehilangan pendapatan akibat berbagai
pembatasan sosial di tengah pandemi COVID-19.
1. Bentuk padat karya

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, program


padat karya tersebut bisa bermacam-macam bentuknya, salah satu yang relevan saat ini ialah
memproduksi masker, disinfektan, dan berbagai keperluan untuk menangani wabah COVID-19.
Nantinya, program padat karya tersebut bisa dikoordinasikan oleh kementerian atau lembaga
negara terkait sesuai bidang kerja masing-masing.
Selain itu, terdapat padat karya tunai. Program ini utamanya ditujukan bagi masyarakat
lapisan bawah di pedesaan yang terdampak pandemi Covid-19. Padat karya tunai juga dapat
diterapkan secara masif menggunakan skema dana desa. Kepala Negara mengatakan bahwa dana
desa dalam situasi saat ini setidaknya dapat dimanfaatkan untuk dua hal, yaitu sebagai bantuan
sosial bagi warga yang terdampak serta sebagai program padat karya tunai di desa-desa.
Laporan yang diterima oleh Presiden Joko Widodo di akhir Maret 2020, dana desa yang
tersalur baru 32 persen yaitu hanya pada posisi angka Rp9,3 triliun dari pagu tahap yang pertama
sebesar Rp28 triliun. Artinya kalau dari total Rp72 triliun, itu baru 13 persen. Hal ini dianggap
oleh beliau merupakan jumlah yang masih kecil sekali. Untuk itu, Presiden Joko Widodo
Kembali menginstruksikan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi untuk membuat pedoman dan memberikan panduan agar program padat karya
tunai dengan memanfaatkan skema dana desa tersebut dapat terlaksana secara masif dan tepat
sasaran.
2. Sasaran padat karya tunai

Program ini diberikan prioritas pada keluarga-keluarga miskin, pengangguran, atau yang
setengah menganggur.
3. Kebijakan work from home (WFH)
Work From Home adalah sebuah konsep kerja di mana karyawan dapat melakukan
pekerjaannya dari rumah. Istilah ini sebenarnya sudah lama digunakan dan dikenal, khususnya
bagi para pekerja lepas (freelancer). Jauh sebelum pandemi ini terjadi, beberapa perusahaan pun
sudah ada yang menerapkan konsep kerja ini kepada karyawannya. WFH menjadi opsi utama
yang disarankan pemerintah pusat sejak kasus positif corona mulai meluas pada Maret 2020.
Kebijakan bekerja dari rumah dimaksudkan untuk menghindari penyebaran wabah di tempat
kerja dengan mencegah kerumunan dan meminimalkan kontak fisik, seperti yang disarankan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

4. Kartu Prakerja
Kebijakan ini bertujuan mengurangi angka pengangguran, termasuk korban PHK di
perusahaan yang terdampak pandemi, melalui pemberian biaya pelatihan kerja. Pemerintah pada
11 April 2020 mengeluarkan kebijakan dengan merilis Program Kartu PraKerja. Pelaksanaan
Kartu Prakerja 2020 merupakan implementasi Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 2020
tentang Re-focusing Kegiatan, Realokasi Anggaran, serta Pengadaan Barang dan Jasa untuk
Percepatan Penanganan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
1. Sasaran penerima Kartu Prakerja

Sasaran program Kartu Prakerja ini skemanya berubah dimana orientasinya tidak lagi
hanya untuk pencari kerja muda, tetapi juga bagi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK),
serta para pelaku usaha mikro dan kecil (UMK) yang terdampak pandemi COVID-19.
Pemerintah melakukan pembaruan data dari kementerian/lembaga (K/L) dan pemerintah daerah
yakni melalui Dinas Tenaga Kerja, Pariwisata, Koperasi dan UKM, Perindustrian dan
Perdagangan, atau asosiasi usaha yang terdampak seperti transportasi dan ritel.
2. Anggaran Kartu Prakerja

Anggaran untuk Kartu Prakerja ini dulu sebelum postur anggarannya diubah untuk
penanganan wabah covid-19 sebanyak Rp 10 triliun, sekarang Rp 20 triliun. Dulu penerimanya
dibatasi 2 juta orang, sekarang 5,6 juta orang. Dengan Kartu Prakerja ini diharapkan berguna
untuk pekerja yang berdampak selama masa pandemi COVID-19.
3. Keuntungan Kartu Prakerja bagi peserta

Keuntungan Kartu Prakerja, yakni memberikan kursus atau pelatihan bagi para
pesertanya, dimana program ini biaya pelatihannya ditanggung oleh pemerintah, dengan
pelatihan dari Kartu Pra-Kerja, peserta diharapkan dapat meningkatkan keterampilannya.
Sedangkan bagi pekerja sektor informal, selain pelatihan akan ada juga program dari perbankan
untuk memberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi para peserta usai mendapatkan pelatihan.
Harapannya, insentif yang diperoleh peserta Kartu Prakerja dapat dipadukan dengan fasilitas
KUR untuk memudahkan peserta dalam berwirausaha.

4. Jumlah insentif yang diterima peserta Kartu Prakerja

Peserta program Kartu Prakerja akan mendapatkan insentif dan bantuan pelatihan dengan
total Rp 3.550.000. Rinciannya, biaya bantuan pelatihan sebesar Rp 1 juta, insentif penuntasan
pelatihan sebesar Rp 600.000 per bulan selama empat bulan, dan insentif survei kebekerjaan
sebesar Rp 150.000. Setiap peserta program hanya dapat mengikuti program sebanyak satu kali.
Insentif tersebut akan dibayarkan setelah peserta menyelesaikan minimal satu kali pelatihan.
5. Skema kerja Kartu Prakerja

Nantinya, peserta Kartu Prakerja dapat mengikuti pelatihan yang diisyaratkan industri
yang ada dalam layanan Sistem Informasi Ketenagakerjaan (SISNAKER) dan beberapa pihak
ketiga sebagai Lembaga pelatihan online teruji. Tersedia berbagai pilihan jenis pelatihan dan
lembaga pelatihan, baik Balai Pelatihan Kerja (BLK) pemerintah maupun swasta. Pelatihan
tersebut akan diselenggarakan secara online dan offline. Setelah selesai mengikuti pelatihan, baik
online ataupun offline, peserta program nantinya akan mendapatkan sertifikat pelatihan dari
lembaga yang diikutinya dan insentif.

Daftar Pustaka
FAQ Seputar Ketenagakerjaan Terkait Pandemi COVID-19. https://gajimu.com/tips-karir/kondisi-
kerja-dan-kehidupan-di-tengah-pandemi-covid-19-indonesia/faq-ketenagakerjaan-dan-covid-19 , diakses
pada 09 November 2020.

K Cahyadi, Radika. 2020. HR Harus Tahu! Ini 11 Kebijakan Pemerintah di Masa COVID-
19.https://www.gadjian.com/blog/2020/10/09/kebijakan-pemerintah-masa-pandemi-covid-19/,
diakses pada 09 November 2020.

LIPI. 2020. Survei Dampak Darurat Virus Corona terhadap Tenaga Kerja Indonesia,
http://lipi.go.id/siaranpress/survei-dampak-darurat-virus-corona-terhadap--tenaga-kerja-
indonesia/22030, diakses pada 09 November 2020.

Anda mungkin juga menyukai