Anda di halaman 1dari 56

KEKERASAN DALAM RUMAH

TANGGA (KDRT) DAN


KESETARAAN GENDER

Eleni Kenanga p.,


Sp.Kep.An.
Gender
■ Istilah gender merujuk pada pembedaan sifat, peran,
dan posisi perempuan dan laki-laki yang dibentuk oleh
masyarakat, dipengaruhi oleh budaya patriarkal, sistem
kepercayaan/agama, budaya, politik, sistem ekonomi, dll
■ Gender adalah konstruksi sosial yang dapat berubah
dalam kurun waktu, konteks wilayah dan budaya tertentu
■ Sebuah peran atau pekerjaan yang dianggap peran atau
pekerjaan perempuan di satu tempat bisa dianggap
peran atau pekerjaan laki-laki di tempat lain.
Norma Gender

■ Norma gender merupakan sehimpunan keyakinan dan praktek


seputar gagasan ideal tentang apa artinya menjadi perempuan atau
menjadi laki-laki yang mendukung proses pembedaan perempuan
dan laki-laki.

■ Norma-norma gender tersebut:

– Mengatur perilaku, peran, dan posisi individu dalam masyarakat.


– Menentukan perilaku mana yang boleh dan mana yang tidak boleh
dalam situasi-situasi tertentu.
– Menentukan peran dan posisi tertentu bagi perempuan dan laki-
laki dalam masyarakat
Dampak Pembedaan
■ Pembedaan perempuan dan laki-laki secara sosial
yang didukung norma gender telah melekat dalam
kehidupan masyarakat selama kurun waktu yang
panjang

■ Situasi tsb membuat pembedaan perempuan dan


laki-laki dianggap sebagai sesuatu yang alamiah.

■ Pembedaan yang ketat antara perempuan dan laki-


laki dalam berbagai konteks tertentu dapat
menimbulkan berbagai bentuk ketidakadilan
Ketidakadilan Gender

■ Sub-ordinasi (penomorduaan)
■ Marginalisasi (peminggiran)
■ Beban ganda, beban beragam
(multiple- burdens)
■ Kekerasan
■ Pemberian label (stereotyping)
Kekerasan terhadap Perempuan

■ Survey Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) yang dilakukan tahun


2016 menunjukkan bahwa 1 dari 3 perempuan usia 15-64 tahun pernah
mengalami kekerasan fisik selama hidupnya.
■ Sekitar 1 dari 10 perempuan usia 15—64 tahun mengalaminya dalam 12 bulan
terakhir (SPHPN 2016).
■ Selanjutnya, 2 dari 11 perempuan yang pernah/sedang menikah mengalami
kekerasan fisik dan/atau seksual oleh pasangan selama hidup mereka,
■ 1 dari 4 perempuan mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual oleh selain
pasangan selama hidup mereka.
■ Kekerasan fisik dan/atau seksual cenderung lebih tinggi dialami perempuan
yang tinggal di daerah perkotaan (36,3%) dibandingkan yang tinggal di daerah
pedesaan (29,8%).
Apa itu Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)?
■ KDRT atau domestic violence merupakan kekerasan berbasis
gender yang terjadi di ranah personal.
■ Kekerasan ini banyak terjadi dalam hubungan relasi personal,
dimana pelaku adalah orang yang dikenal baik dan dekat oleh
korban, misalnya tindak kekerasan yang dilakukan suami terhadap
istri, ayah terhadap anak, paman terhadap keponakan, kakek
terhadap cucu.
■ Kekerasan ini dapat juga muncul dalam hubungan pacaran, atau
dialami oleh orang yang bekerja membantu kerja-kerja rumah
tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut.
■ Selain itu, KDRT juga dimaknai sebagai kekerasan terhadap
perempuan oleh anggota keluarga yang memiliki hubungan darah.
Pasal 1 UU PKDRT mendefinisikan KDRT sbb:

■ ... perbuatan terhadap seseorang terutama


perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan
atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan,
atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga.
Peraturan dan Kebijakan untuk Mengatasi
KDRT
■ Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU
PKDRT) sejak 16 tahun lalu dan telah
diimplementasikan dalam pencegahan dan
penanganan perempuan korban kekerasan.

■ Undang undang ini merupakan jaminan yang diberikan


oleh negara untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam
rumah tangga, menindak pelaku kekerasan dalam rumah
tangga, dan melindungi korban kekerasan dalam rumah
tangga [UU No.23 Tahun 2004, Pasal 1 (2)].
Tujuan UU PKDRT (pasal 4)

1. mencegah terjadinya segala bentuk kekerasan


dalam rumah tangga;
2. melindungi korban kekerasan dalam rumah
tangga;
3. menindak pelaku kekerasan dalam rumah
tangga;
4. memelihara keutuhan rumah tangga yang
harmonis dan sejahtera.
■ KDRT bukanlah persoalan privat / domestik yang tidak boleh
diketahui orang lain.

■ KDRT merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dan


kejahatan terhadap martabat kemanusiaan yang harus
dihapuskan.

■ UU PKDRT merupakan jaminan yang diberikan oleh negara


untuk mencegah terjadinya KDRT, menindak pelaku, dan
melindungi korban
Bentuk-Bentuk KDRT

■ Komite Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi


Terhadap Perempuan (General Recommendation No. 19 (1992)
CEDAW Committee ) menjelaskan bahwa kekerasan berbasis
gender adalah berbagai bentuk kekerasan baik kekerasan fisik,
psikis, dan seksual yang terjadi yang berakar pada perbedaan
berbasis gender dan jenis kelamin yang sangat kuat di dalam
masyarakat.

■ Sedangkan bentuk-bentuk kekerasan yang tertuang di UU


PKDRT adalah meliputi kekerasan fisik (Pasal 6), kekerasan
psikis (Pasal 7), kekerasan seksual (Pasal 8), dan penelantaran
rumah tangga (Pasal 9).
Sanksi dan Tindakan bagi
Pelaku KDRT
■ sanksi untuk pelaku kekerasan fisik yang tergolong berat, yang
menyebabkan seseorang jatuh sakit atau luka berat (maksimal 10
tahun)

■ sanksi untuk pelaku KDRT yang menyebabkan korban meninggal


dunia (maksimal 15 tahun)

■ sanksi untuk pelaku KDRT yang melakukan kekerasan fisik, psikis,


dan seksual yang menyebabkan korban tidak sembuh, hilang
ingatan, dan gugur atau matinya janin dalam kandungan (20 tahun).
Hak Korban KDRT (Pasal 10 UU
PKDRT)
■ perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan,
pengadilan, advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik
sementara maupun berdasarkan penetapan perintah
perlindungan dari pengadilan;
■ pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis;
■ penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan
korban;
■ pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada
setiap tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
■ pelayanan bimbingan rohani.
Dampak KDRT pada Anak
■ Laki-laki yang menganiaya istri dapat pula menganiaya anak.
■ Perempuan yang mengalami penganiayaan dari pasangan hidup dapat mengarahkan
kemarahan dan frustrasi pada anak.
■ Anak dapat cedera secara tidak sengaja ketika mencoba menghentikan kekerasan
dan melindungi ibunya.
■ Anak akan sulit mengembangkan perasaan tenteram, ketenangan dan kasih sayang.
■ Anak-anak yang biasa hidup dalam kekerasan akan belajar bahwa kekerasan adalah
cara penyelesaian masalah
■ Anak lelaki dapat berkembang menjadi lelaki dewasa yang juga menganiaya istri dan
anaknya, dan anak perempuan dapat saja menjadi perempuan dewasa yang kembali
terjebak sebagai korban kekerasan.
■ Anak perempuan dapat pula mengembangkan kebiasaan agresi dalam menyelesaikan
masalah. [Peta Kekerasan, Pengalaman Perempuan Indonesia. Komnas Perempuan,
2002. Hal 100]
Hambatan Implementasi UU
PKDRT
1. Filosofi dan tujuan UU PKDRT tidak dipahami secara komprehensif
sehingga UU PKDRT diimplementasikan, namun mengabaikan
perlindungan bagi perempuan korban;
2. Kesulitan memahami makna penelantaran rumah tangga yang rancu
antara penelantaran sebagai bahasa hukum yang telah didefinisikan
dalam pasal penelantaran rumah tangga dengan bahasa sehari-hari
memaknai penelantaran. Hal inilah yang banyak jadi hambatan bagi
Aparat Penegak Hukum;
3. Perlindungan sementara dan penetapan perlindungan yang belum
mampu dilaksanakan karena kurangnya kebijakan operasional;
4. Hukuman tambahan pelaku berupa penetapan pelaku mengikuti
program konseling di bawah pengawasan lembaga tertentu tidak
dijatuhkan, karena belum adanya kejelasan lembaga yang
mempunyai mandat melakukan konseling..
Data KDRT (Komnas Perempuan, 2020)
■ KDRT di ranah personal masih menempati pada urutan pertama
dengan jumlah 75,4% dibandingkan dengan ranah lainnya.
■ Sedangkan bentuk kekerasan terhadap perempuan di ranah
personal yang tertinggi adalah kekerasan fisik berjumlah 4.783
kasus.
■ Dari 11.105 kasus yang ada, maka sebanyak 6.555 atau 59% adalah
kekerasan terhadap istri.
■ Kekerasan terhadap anak perempuan juga meningkat 13%, dan juga
kekerasan terhadap pekerja rumah tangga.
■ Diantara kasus KDRT tersebut didalamnya ada kekerasan seksual
(marital rape dan inses).
■ Kasus kekerasan seksual di ranah personal yang paling tinggi adalah
inses dengan jumlah 822 kasus.
Bentuk-Bentuk Kekerasan Fisik, Psikis, dan Ekonomi yang Dialami Perempuan
(Catahu Komnas Perempuan, 2020)
Sumber: Catahu Komnas Perempuan
2020
Layanan bagi Korban KDRT

■ Layanan bagi pengaduan dan penanganan korban KDRT


dapat ditujukan kepada Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) yang
terdapat di berbagi provinsi.
■ Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan
Anak (P2TP2A) ini berada langsung di bawah koordinasi
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Republik Indonesia.
■ Informasi kontak pengaduan dan layanan bagi korban terdapat
di
website ini
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/view/58
Kesetaraan Gender
■ Kesetaraan gender merupakan konsep yang dikembangkan dengan
mengacu pada dua instrumen internasional yang mendasar dalam
hal ini yakni Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan
(CEDAW).
■ Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa semua
manusia dilahirkan bebas dan sama.

■ Dengan merujuk pada Deklarasi Universal HAM, CEDAW


mencantumkan istilah " hak yang sama untuk laki-laki dan
perempuan " dan " kesetaraan hak laki-laki dan perempuan.”

■ CEDAW melanjutkan dengan mengartikulasikan " hak yang sama"


dan "kesempatan yang sama" yang harus tersedia untuk semua
perempuan dan laki-laki di berbagai bidang aktivitas manusia.
■ Dengan kata lain, konsep kesetaraan gender merujuk pada
kesetaraan penuh laki-laki dan perempuan untuk menikmati
rangkaian lengkap hak asasi manusia, termasuk di dalamnya hak-
hak politik, ekonomi, sipil, sosial dan budaya.

■ Kesetaraan gender tidak dapat diwujudkan bila perempuan


mengalami pelanggaran HAM

■ KDRT merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dan


kejahatan terhadap martabat kemanusiaan yang harus dihapuskan.

■ KDRT akan menghambat dan menghalangi terwujudnya kesetaraan


gender
DETEKSI DINI dan Menggali
Informasi Kasus KEKERASAN
TERHADAP PEREMPUAN

Eleni Kenanga P., Sp.Kep.An.


TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu
melakukan deteksi dini terhadap korban kekerasan
perempuan
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswa
mampu:
• Melakukan skrining kasus kekerasan terhadap
perempuan
• Melakukan penggalian informasi kekerasan
terhadap perempuan
POKOK BAHASAN

1. Skrining kasus kekerasan terhadap perempuan

2. Cara penggalian informasi kekerasan terhadap


perempuan.
- Faktor risiko
- Menjadi Konselor pada kasus KDRT
Jenis Kekerasan

– Fisik
– Psikologis/Emosional
– Seksual
– Ekonomi
– Sosial
– Media
TINDAKAN DALAM TATALAKSANA KDRT
• Pendidikan kesehatan,
meningkatkan kesadaran
Pencegahan akan bahaya kekerasan
• Memberikan perlindungan pd
tingkat pertama klien, membantu keluarga
mengantisipasi hal-hal yg dpt
menimbulkan Kekerasan
• Deteksi dini korban
Pencegahan •

Konseling klien/keluarga.
Identifikasi kebutuhan perawatan
tingkat kedua • Perawatan langsung pada klien
korban kekerasan

• Membantu pemulihan kesehatan


• Membantu klien kembali ke
Pencegahan lingkungan keluarga & masyarakat
dengan percaya diri & penuh
tingkat ketiga harapan menghadapi masa
depannya.
POKOK
BAHASAN 1 : Skrining Kasus Kekerasan
terhadap Perempuan
upaya yang dilakukan untuk
mengetahui sedini mungkin
DETEKSI apakah seseorang korban • SKRINING
(perempuan) termasuk • PENGGALIAN
DINI korban kekerasan. INFORMASI
Tujuan deteksi dini agar
segera dapat dilakukan
tindakan yang tepat untuk
menolong korban
Skrining for Domestic Violence:
RADAR Technique

1. Routinely ask about abuse or 1. Tanyakan secara rutin


violence related to a spouse or tentang pelecehan atau
partner. kekerasan yang terkait
dengan pasangan atau
2 Ask specific questions related pasangan
to types of violence (in 2. Ajukan pertanyaan khusus
private). terkait dengan jenis
3. Document her answers and your kekerasan (dalampribadi)
observations 3. Dokumentasikan jawaban
4. Assess her safety dan pengamatan Anda
4. Nilai keamanannya
5. Review her options 5. Tinjau opsinya
Skrining for Domestic Violence:
SAFE Technique

• Inquire about Stress and Safety Tanyakan tentang Stres dan


KeamananTanyakan apakah dia Takut
• Ask if she is Afraid or Abused
atau DisalahgunakanTanyakan tentang
• Inquire about Friends and Family Teman dan KeluargaTanyakan tentang
• Inquire about an Emergency Plan Rencana Darurat
Skrining kasus kekerasan terhadap
perempuan dapat dilakukan dengan
menggunakan form Woman Abuse
Screening Tools/WAST (WAST), namun
tidak direkomendasikan dilakukan secara
rutin pada setiap perempuan
No. Responden :

U m ur :

Formulir Skrining Tempat wawancara :

Kekerasan pada Berilah t a n d a c e k (√) di d e p a n j a w a b a n y a n g s es uai d e n g a n kondisi Ibu


Perempuan 1. Secara umum, bagaimana Ibu menggambark an hubungan Ibu dengan
(Woman Abuse pasangan?

Screening Penuh ketegangan Agak ada ketegangan


Tools/WAST) Tanpa ketegangan

2. Apakah Ibu dan pasangan Ibu mengatasi pertengkaran mulut dengan

Sangat kesulitan Agak kesulitan Tanpa


kesulitan

3. Apakah pertengkaran mulut mengakibatkan Ibu merasa direndahkan atau

m e r a s a t i d a k n y a m a n d e n g a n diri s e n d i r i ?

Sering Kadang-kadang Tidak pernah

4. Apakah pertengkaran mulut mengakibatkan pasangan Ibu memukul,

menendang, atau mendorong?


Karakteristik Korban

• Mengatributkan penganiayaan  kekurangan-


kekurangan pribadi yang ada pada dirinya.
• Keluarga tradisional  mempertahankan dan
memberi kebahagiaan pada pasangan. Jika
keadaan ini tidak terjadi, merasa telah gagal
sebagai seorang wanita dan mereka berhak untuk
mendapat hukuman.
Karakteristik Korban

• Memiliki harga diri yang rendah dan perasaan-perasaan


tidak berguna.
• Merasa tertuduh sebagai pengacau, tidak memiliki
harapan dan mengalami depresi.
• Menerima tuduhan-tuduhan kaum pria bahwa dirinya
adalah istri yang tidak baik, hanya sebagai petualangan
cinta atau seorang ibu yang tidak adekuat menjalankan
perannya.
KORBAN…..

Bisa ditemukan adanya reaksi konversi (Histerical Luka/memar pada saat hamil, terutama di payudara dan
daerah di bawah perut
Convertion/Reaction) yaitu kejang yang diakibatkan
bukan karena adanya gangguan fungsi organ.
Keluhan sakit/nyeri kronis tanpa sebab yang jelas

Adanya jeda antara sebuah luka/memar dan Seringnya berkunjung ke Puskesmas, bisa saja ke dokter
datang ke puskesmas untuk mencari bantuan spesialis yang berbeda-beda

Mengalami bermacam-macam Infeksi Menular Seksual


Luka/memar di kepala, leher, dada, payudara, (IMS), hamil, keguguran dan aborsi serta infeksi urin dan
daerah di bawah perut atau daerah alat kemaluan vaginal

Kehamilan yang tidak diinginkan


Adanya luka/memar di beberapa tempat sekaligus
dalam kondisi kesembuhan yang bervariasi Keguguran dan aborsi

Percobaan bunuh diri


Karakteristik Pelaku

• Berasal dari segala ras, etnik, agama, dan kelompok


sosek ttt, & mewakili dari semua pekerjaan & semua
profesi.
• Memiliki suatu pola selalu menggunakan kekerasan or
cara kasar  menyelesaikan masalah.
• Memiliki perasaan tidak adekuat, inferior, dan tidak
aman; sering kali, mereka juga memiliki latar belakang
edukasi yang lebih rendah dan tkt pendidikan yg lebih
rendah dari pasangan mereka
Lanjutan

• Sering kali mendapat kekangan  nampak kekanak-


kanakan, tidak mandiri atau sgt tergantung &
membutuhkan perawatan jika tidak marah.
• Memiliki pola perlakukan kasar termasuk yg disengaja
dilakukan dan dapat mengakibatkan berbagai luka atau
trauma pada korban-korbannya.
Lanjutan

• Memiliki ketidakmampuan mengatasi perasaan2x


frustasi, perasaan2x inferior (sosek) & perasaan
tidak dpt mencapai semua tujuan hidup.
• Memiliki perasaan belum menjadi suami yang baik
untuk pasangannya  menyalahkan & menghukum
pasangannya. Kondisi ambivalensi  tindakan2x
kasar  tindakan penyesalan yang mendalam 
pemberian perhatian
Kecurigaan adanya kekerasan fisik

Luka lecet dan luka


Memar dan bilur Patah tulang
robek

Lain-lain : dislokasi pada


Cedera pada sendi bahu atau pinggul
Luka bakar dan tanda-tanda luka
kepala
yang berulang
Kecurigaan adanya kekerasan seksual
Adanya
gejala/penyakit Infeksi vagina Nyeri/perdarahan/
infeksi menular rekuren secret dari vagina
seksual (IMS)

Cedera pada buah Pakaian dalam


Nyeri /Gangguan dada, bokong, perut robek atau bercak
pengendalian BAB bagian bawah, paha,
sekitar alat kelamin darah dalam
dan BAK pakaian dalam
atau dubur

Ditemukan cairan
mani di sekitar
mulut, genital,anus
atau pakaian
Kecurigaan adanya kekerasan psikis

Takut berlebihan Siaga berlebihan Panik

Kemunduran
Perubahan sikap
perkembangan
dari periang
(misal: kembali
menjadi pendiam
ngompol)
Cara Penggalian Informasi
POKOK
Kekerasan Terhadap
BAHASAN 2
Perempuan
Faktor risiko kekerasan terhadap perempuan
Faktor Individu: pernah Faktor hubungan atau interaksi
mengalami kekerasan dengan pasangan: konflik
pada masa anak-anak, dalam perkawinan, tingginya
menyaksikan KDRT kendali laki-laki

Faktor lingkungan kecil:


kurangnya dukungan Faktor masyarakat luas:
sosial dari lingkungan, pemaksaan konsep gender,
pengisolasian budaya permisif hukuman fisik
perempuan bagi anak dan perempuan
CARA-CARA PENGGALIAN INFORMASI

PERCAYA PRIVASI RASA AMAN

Membina hubungan
(rapport) baik dan Menjaga privasi dan Memberi rasa aman
kepercayaan dari kerahasiaan dan nyaman
korban untuk
menjawab pertanyaan
yang diajukan
Trik Penggalian Informasi Kekerasan Pada Perempuan

• Tidak mengungkapkan adanya isu kekerasan


kecuali perempuan itu dalam keadaan sendiri,
dan tidak ditemani oleh orang/perempuan lain.
•Lakukan dengan empati dan sikap tidak
menghakimi, jika petugas bertanya tentang
kekerasan yang dialami.
• Gunakan Bahasa yang sesuai dengan budaya
setempat. (Beberapa perempuan tidak suka
dengan kata-kata kekerasan atau
penyalahgunaan).
• Sangat penting untuk menggunakan istilah
yang biasa dia pakai sehari-hari.
Hambatan/
Kesulitan terkait Diri Konselor
• Tidak memahami prinsip dasar keterampilan
konseling
• Minat dan kepedulian
• Waktu yang tersedia
• Mengenal dan mengusai emosi sendiri
• Bias-bias pribadi
• Masalah pribadi/keluarga
• What’s else???
Prinsip Dasar Konseling
• Empati & Peduli
• Menunjukkan dukungan & Mendengarkan aktif
• Berespon reflektif dengan mengajukan pertanyaan2x yang
memotivasi & meningkatkan keyakinan/penerimaan diri
• Membuka kesadaran akan alternatif penyelesaian
• Membuka kesadaran indv bertanggung jawab atas pilihan hidupnya
• Memfasilitasi dilakukannya langkah penangan/pengambilan
keputusan
Persiapan diri
sebagai Konselor Violence

• Hobby/minat
• Menyeimbangkan waktu (work, love, & play)
• Memahami keterbatasan, tidak berperan sebagai hero
• Relaksasi dengan kegiatan yang diminati
• Belajar sepanjang hayat ......dari siapapun
• What’s else????
30
Kasus 1 :
Ny. M, berusia 25 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga. Suaminya galak dan suka mengancam dan
memukuli.Seringkali juga mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati Ny. M. Saat ditanya
penyebab marah suami, ternyata penyebabnya adalah hal-hal yang sepele, seperti masakan Ny. M
tidak enak, terus lama kalo disuruh beli rokok, dll padahal saat itu istri masih sibuk juga mencuci atau
sedang beberes rumah. Suami kerjaannya hanya nyuruh-nyuruh saja, seolah-olah istri nya adalah
seorang pembantu. Ny M sering sedih dan merasa hidupnya amat tersiksa. Keluarga suami juga tidak
pernah menegur dan memarahi suami saat suami melakukan kekerasan terhadap Istri. Di mata
keluarga suami Istri yang selalu dianggap salah,di anggap kurang sabar dan kurang dalam melayani
suami. Seringkali juga Ny. M tidak diberi uang untuk belanja harian. Ny.M sering merasa tidak tenang,
tidak bisa istirahat, makan sering di kasih nasi basi sehingga kurus dan kurang gizi. Saat sakit pun
tidak pernah di bawa ke pelayanan kesehatan. Pada saat berumah tangga Ny.M selalu kesulitan
berkomunikasi dengan suami, karena komunikasi dikit –dikit saja selalu salah, ngomong gini salah,
ngomong begitu salah , setiap salah dikit saja langsung bentak-bentak dan muka Ny.M ditampar.
Kejadian kekerasan ini sering sekali terjadi, dengan frekuensi 2 kali dalam seminggu.
Lakukan telaahan terhadap kasus:
Berdasarkan tanda-tanda/indikator kekerasan yang ditemukan, termasuk jenis kekerasan apa kasus
tersebut?
Kasus 2:
Seorang perempuan tengah baya, datang ke puskesmas. Ada bilur-
bilur bekas luka di wajahnya, memar di area mata. Si Ibu
mengatakan tertabrak pintu karena kurang teliti saat memasak dan
menyiapkan makanan untuk anak dan suaminya. Saat digali oleh
dokter mengenai asal muasal memar yang diderita, Ia terkesan
menutupi penyebab luka-lukanya dan ingin cepat-cepat pulang,
dengan alasan takut pekerjaan rumah tidak tertangani bila ia terlalu
lama meninggalkan rumah.

Lakukan telaahan terhadap kasus:


Berdasarkan tanda-tanda/indikator kekerasan yang ditemukan,
termasuk jenis kekerasan apa kasus tersebut?
3
3
Kasus 3:

Ny. A, sering merasa tidak nyaman, penyebabnya, suami sering marah, marah, padahal dulu suami tidak
demikian. Sejak usaha suami dan keluarga mengalami kebangkrutan, suami kelihatan strees dan sering
marah- marah. Keluarga suami membebankan biaya kehidupan kepada suami Ny.A, karena suami Ny. A
adalah anak tertua .semenjak itu suami Ny.A sering bersikap kasar terhadap Ny.A.,padahal sebelumnya
dia sangat baik. Selain itu suami Ny.A sering tidak peduli terhadap Ny.A. dan juga tidak pernah lagi
memenuhi kebutuhan Ny.A dan anaknya. Suami Ny.A tidak pernah memberikan uang belanja dan nafkah
lagi, tetapi untungnya Ny,A masih bekerja dan masih bisa untuk menutup kebutuhan hidup sehari-hari
walaupun sedikit. Ny.A sekarang sering merasa cemas , takut terus , tanpa tahu penyebabnya, Hubungan
dengan suami jadi terganggu, dan bingung kalo ngomong jadi takut , takut salah. Jika Ny.A ngomong
salah sedikit suami langsung marah-marah, walaupun kadang omongan Ny.A cuma buat main-main, tapi
suami selalu menangapi serius dan tidak bisa diajak bercanda. Selain itu, Suami sering kali memaksa
NY.A melakukan hubungan suami istri, padahal Ny. A sudah Lelah bekerja. Jika tidak dilayani, maka,
suami memukulnya.

Lakukan telaahan terhadap kasus:


Berdasarkan tanda-tanda/indikator kekerasan yang ditemukan, termasuk jenis kekerasan apa kasus
tersebut?
Deteksi dini pada kasus kekerasan terhadap perempuan dapat
dilakukan dengan melakukan skrining kasus dan menggali
informasi terhadap kecurigaan kasus.

Tenaga kesehatan harus mampu untuk mengenali tanda-


tanda kekerasan pada korban termasuk eksploitasi seksual RANGKUMAN
pada saat melakukan skrining.

Mengetahui faktor-faktor risiko serta dampak terjadinya


kekerasan sebagai bahan untuk menggali informasi pada
kasus penting dilakukan saat menggali informasi

Anda mungkin juga menyukai