Askep Kel DG Hambatan Mobilitas Citra Aulia W 201701009
Askep Kel DG Hambatan Mobilitas Citra Aulia W 201701009
Dosen Pembimbing :
Faisal Ibnu,S.Kep.,Ns.,M.Kes
Disusun Oleh :
CITRA AULIA WULANDARI
NIM 201701009
Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepadaTuhan YME, atas berkat dan
rahmat-NYA makalah ini dapat di buat dan disampaikan tepat pada waktunya. Adapun penulisan
ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas KEPERAWATAN KELUARGA.
Selain itu kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini. Kami juga berharap dengan adanya makalah ini dapat menjadi
salah satu sumber literature atau sumber informasi pengetahuan bagi pembaca.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh Karena
itu, kami memohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan dan kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan ini lebih sempurna. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................................3
2.1 Konsep Keluarga....................................................................................................3
2.2 Konsep Tumbuh Kembang Tahap 8......................................................................4
2.3 Tugas Perkembangan Keluarga Tahap..................................................................6
2.4 Kehilangan-Kehilangan Yang Lazim Bagi Lansia...............................................9
2.5 Masalah Dalam Kesehatan Lansia.........................................................................9
2.6 Proses Penuaan.....................................................................................................11
2.7 Diagnosa keperawatan yang timbul.....................................................................14
2.8 Intervensi..............................................................................................................15
BAB III ANALISA JURNAL...........................................................................................21
BAB IV PENUTUP...........................................................................................................26
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................26
4.2 Saran.....................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
I.2 RUMUSAN MASALAH
I.2.3 Masalah apa saja yang mungkin mucul dalam tumbuh kembang tahap 8 ?
I.3 TUJUAN
I.3.3 Mengetahui masalah yang mungkin muncul dalam tumbuh kembang tahap 8
I.3.4 Mengetahui intrvensi yang sesuai untuk mengatasi masalah yang muncul
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Terdapat dua fungsi dasar keluarga yaitu guna memenuhi kebutuhan fisik dan
kesejahteraan psikososial. Kesejahteraan fisik meliputi terpenuhinya kebutuhan makanan,
pakaian, rasa aman dan kesehatan jasmani, sedang kesejahteraan psikososial adalah bila
keluarga mampu menjadi struktur atau kerangka dasar pertumbuhan psikososial dan/atau
keluarga yang berhasil menjalani pertumbuhan psikososial dengan baik. Keluarga
berfungsi sehat atau baik apabila berhasil memenuhi kedua fungsi dasar keluarga ini.
Keluarga yang berfungsi sehat, juga harus mampu melaksanakan tugas kesehatan
keluarga, yaitu antara lain:
1) Mengenal masalah kesehatan.
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan suasana lingkungan rumah yang sehat.
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
3. Tahapan Perkembangan Keluarga
3
dan meliputi tugas yang harus dipenuhi sebelum keluarga mencapai tahap yang
selanjutnya. Menurut Duvall (1977) terdapat 8 tahapan perkembangan keluarga (Eight-
Stage Family Life Cycle) :
a. “Married couples (without children)” (Pasangan nikah dan belum memiliki
anak).
b. “Childbearing Family (oldest child birth-30 month)” (Keluarga dengan
seorang anak pertama yang baru lahir).
c. “Families with preschool children (oldest child 2,5- 6 years)” (Keluarga
dengan anak pertama yang berusia prasekolah).
d. “Families with School Children (Oldest child 6-13 years )” (Keluarga dengan
anak yang telah masuk sekolah dasar).
e. “Families with teenagers (oldest child 13- 20 years)” (Keluarga dengan anak
yang telah remaja).
f. “Families launching young adults (first child gone to last child’s leaving
home)” (Keluarga dengan anak yang telah dewasa dan telah menikah).
g. “Middle Aged Parents (empty nest to retirement)” (Keluarga dengan orang tua
yang telah pensiun).
h. “Aging family members (retirement to death of both spouse)” (Keluarga
dengan orang tua yang telah lanjut usia).
4
1990, menurut angka-angka sensus. populasi lansia berkembang hingga angka 31,7 juta
(12,7 persen dari total populasi). Menjelang tahun 2020. 17.3 persen penduduk negara ini
berusia 65 tahun atau lebih. Informasi tentang usia populasi menyatakan bahwa "penduduk
yang lebih tua"-- populasi 85 tahun ke atas khusus tumbuh dengan cepat. Populasi berumur
diatas 85 tahun tumbuh hingga 2,2 juta jiwa pada tahun 1980. Diproyeksikan pada tahun
2020 populasi ini akan berjumlah hingga 7.1 juta jiwa (2,7 persen dari seluruh populasi).
Akibat dari semakin majunya pencegahan penyakit dan perawatan kesehatan; lebih banyak
orang yang diharapkan dapat bertahan hidup hingga 10 dekade. Karena bertambahnya
populasi lansia, maka semakin mungkin orang-orang yang lebih tua akan memiliki minimal
satu orangtua yang masih hidup (Biro Sensus Amerika Serikat, 1984).
Pada teori psikologi, usia lanjut usia merupakan proses penuaan terjadi secara
alamiah seiring dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat
dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif.
Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat menjadi karakteristik
konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat seorang lansia mampu
berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya
(Maryam, 2008).
Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi kemampuan
kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami
dan berinteraksi. Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan
adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan
untuk menerima, memproses, dan merespons stimulus sehingga terkadang akan muncul
aksi/reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada.
Dalam teori perkembangan, ditekankan pentingnya mempelajari apa yang telah
dialami lansia pada saat muda hingga dewasa. Erickson (dalam Maryam, 2002: 52) membagi
kehidupan menjadi delapan fase, antara lain :
a. Lansia yang menerima apa adanya.
b. Lansia yang takut mati
c. Lansia yang merasakan hidup penuh arti
d. Lansia yang menyesali diri
e. Lansia yang bertanggung jawab dengan merasakan kesetiaan
5
f. Lansia yang kehidupannya berhasil
g. Lansia yang merasa terlambat untuk memperbaiki diri
h. Lansia yang perlu menemukan integritas diri melawan keputusan (ego integrity
vs despair).
6
Penyesuaian diri terhadap kchilangan pasangan yang merupakan tugas
perkcmbangan, yang merupakan tugas perkembangan yang keempat, serta secara umum
merupakan tugas perkembangan yang paling traumatis. Sebagai mana ditunjukkan pada data
statistik di bawah ini wanita lansia lebih menderita karena kematian pasangannya dari pada
pria. Menurut angka statistik tahun 1986, tiga perempat dari seluruh lansia hidup bersama
pasangan mereka, sementara hanya 38 persen wanita lansia yang hidup dengan pasangan
mereka. 51 persen adalah janda (U.S. Senate Special Committe on Aging, 1987. 1988).
Dibandingkan dengan kelompok muda, lansia menyadari kematian sebagai bagian dari
proses kchidupan yang nonnal. Sebuah studi menyatakan bahwa hanya 3 dari 80 pasien
lansia yang merasa sulit untuk membicarakan kematian (Duvall. 1977). Akan tetapi,
kesadaran akan kematian tersebut tidak berarti bahwa pasangan yang ditinggalkan akan
mencmukan penycsuaian tcrhadap kcmatian dengan mudah. Kehilangan pasangan pasti
membawa pengaruh janda-janda yang ditinggal mati suami lebih awal, dan yang masih
hjdup kemungkinan bcsar akan mengalami masalah kcschatan yang serius (isolasi sosial,
man bunuh diri atau sakit jiwa). Selain itu, hilangnya seorang pasangan menuntut organisasi
fungsi keluarga sccara total. Ini khususnya sulit dicapai secara mcmuaskan. karena
kehilangan mcngurangi sumber-sumber emosional dan ckonomi yang dipcrlukan untuk
mcnghadapi perubahan tersebut. Bagi wanita, ini beratti perubahan dari saling
ketcrgantungan dan membagi kegiatankegiatan kehidupan bersama-sama menjadi scndirian
atau bcrgabung dengan kelompok wanita lansia yang tidak punya ikatan. Bagi pria.
kchilangan pasangan hidup berarti kehilangan teman-tcman serta hubungan sanak famili,
keluarga, dan dunia sosial secara umum. Duda lansia tidak punya minat yang sama atau
tidak punya kemampuan mclaksanakan pcran-pcran ibu rumah tangga. dan scringkali
mcmbutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan. menjalankan tugas rumah tangga, dan
perawatan umum.
Besarnya penycsuian diri yang sulit dapat dilihat mclalui meningkatnya kasus
bunuh diri dalam kclompok individu di atas 65 tahun. Meskipun terjadi peningkatan kasus
bunuh diri di kalangan wanita di atas 65 tahun. namun jumlah sebcsar kasus bunuh diri
ditemukan di kalangan populasi pria lansia. Scbuah tinjauan bcbcrapa studi tcntang kasus
bunuh diri di kalangan kelompok ini mcnunjukan bahwa usaha untuk bunuh diri dan bunuh
diri yang tclah terjadi scring terjadi sctelah kematian pasangan hidup.
7
Tugas perkembangan yang kelima menyangkut pemeliharaan ikatan keluarga
antar gencrasi. Meskipun ada suatu kecenderungan bagi lansia untuk menjauhkan diri dari
hubungan sosial, keluarga tctap mcnjadi fokus interaksi-interaksi sosial lansia dan sumber
utama dukungan sosial. Karena lansia menarik diri dari aktivitas-aktivitas dunia sekitarnya,
hubungan-hubungan dengan pasangan, anak-anak dan cucu-cucu, dan saudara-saudaranya
mcnjadi lebih pcnting. Mayoritas lansia di Amerika hidup dckat dengan anggota kcluarga
bcsar dan sering mclakukan kontak dcngan mercka (Harris et al. 1975; Shanas, 1968. 1980).
Olch karcna itu. anggota kcluarga merupakan sumbcr utama bantuan dan interaksi sosial.
Kcluarga lansia biasanya saling mcmbcrikan bantuan satu sama lain sejauh mereka mampu.
Menurut Erikson kesiapan lansia untuk menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan
usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Apabila tahap
tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik dan
bisa membina hubungan yang serasi dengan orang- orang sekitarnya, pada otomatis di usia
lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan ketika tahap perkembangan
sebelumnya, seperti olahraga, mengembangkan hobi, bercocok tanam dan lain-lain. Tugas
perkembangan lansia adalah sebagai berikut : (Maryam, 2008)
1) Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun
2) Mempersiapkan diri untuk pensiun
3) Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya
4) Mempersiapkan kehidupan baru
5) Melakukakn penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai
6) Mempersiapkan diri untu kematiannya dan kematian pasangannya.
8
1. ekonomi-Menyesuaikan terhadap pendapatan yang turun secara substansial, mungkin
kemudian menyesuaikan terhadap kcetergantungan ekonomi (ketergantungan pada
keluarga atau subsidi pemerintah).
2. Perumahan-sering pindah ke tempat tinggal yang lebih kecil dan kemudian dipaksa
pindah ke tatanan institusi.
9
yang serius khususnya bila bersama-sama dengan sakit fisik. Pengkajian dan penggunaan
sistem dukungan total kcluarga atau individu harus menjadi bagian integral dari perawatan
kesehatan keluarga
Proses menua dan menurunnya kesehatan menycbabkan betapa pentingnya
pasangan menikah saling menolong satu sama lain. Karena wanita hidup lebih lama
daripada pada pria dan biasanya orang yang membantu suami yang sakitatau yang tak
berdaya. Dalam kebanyakan kasus penyakit bcrsifat kronis dan berkcmbmg menjadi tidak
berdaya. schingga perlu waktu untuk menyesuaiknn tcrhadap situasi terakhir. Suami
mcncmukan tugas merawat istri sebagai suatu tugas yang lebih sulit, karena peran merawat,
memelihara dan menjadi ibu rumah tangga semata-mata masih sebagai peran wanita.
Defisiensi nutrisi di kalangan lansia terjadi secara luas dan mcnimbulkan banyak masalah
yang berkaitan dengan penuaan (lemah, bingung, depresi, konstipasi, dan ada beberapa
lagi). Masalah yang berkaitan dengan perumahan. penghasilan yang cocok, rekreasi dan
fasilitas perawatan kesehatan yang adekuat secara merugikan mempengaruhi status
kesehatan lansia kejadian seperti jatuh dan kecelakaan lain dirumah sangat banyak sehingga
alat-alat dalam lingkungam yang aman merupakan kebutuhan program-program pemerintah
tidak secara adekuat menyediakan pensiun yang aman sepertiom yang terlihat pada
masalah-maslah yang menyangkut penggunaan panti perawatan, fasilitas fasilitas board-
and-care jangka panjang dan rumah sakit jiwa laksana gudang dibawah tanah
Para profesionnl di bidang kcsehatan kcluarga dapat memberikan begitu banyak
bantuan tidak langsung dcngan mcnunjuk individu atau pasangan lansia atau individual kc
sumber-sumber komunitas yang sesuai untuk memperbaiki masalah-masalah mereka.
Bcbcrapa sumber-sumber komunitas ini adalah:
1) Senior Centre yang menawarkan rekreasi. program-program pcndidikan lanjutan.
bcberapa pclayanan kcschatan dan (kadang-kadang) dan pelayamn hokum
2) pelayanan informasi dan rujukan yang mcmberikan informasi yang relevant scbagai
respons terhadap panggilan telepon atau kunjungan:
10
4) fasilitas-fasilitas perawatan sehari untuk geriatrik. di mana lansia mendapat
supervisi dan berbagai pelayanan seharian penuh biasanya hanya untuk lansia yang
tidak mampu menggunakan senior center;
7) Retired Senior Volutear Program. juga disubsidi pcmainlah federal yang mcmbamu
menyediakan pelayanan komunitas untuk lansia (Kalish. 1975. ha]. 117).
11
Pada umur 70 tahun, alat-alat perasa mulai berubah. Tajam penglihatan menurun,
Pendengaran berkurang ketajamannya indra penciuman dan perasa juga bepengaruh. Organ
tubuh lain juga mulai menurunun, pencernaan mulai lambat dan jantung tidak efektif.
Pada umur 80 tahun, kandung kemih lebih sulit dikontrol dan daya ingat terutama kejadian
akhir memburuk. Tidak seperti yang banyak disangka, tingkat anda kecerdasan tidak selalu
harus menurun dengan bertambahnya usia. Apabila terjadi penurunan biasanya disebabkan
oleh adanya penyakit. Mungkin terjadi sedikit kesulitan pola berfikir tetapi kemampuan
dalam memecahkan masalah berdasarkan pengalaman dan kemampuan logika yang malah
meningkat.
Mengatasi perubahan-perubahan pada
a. Kulit:
Gunakan pelembab seperti lanolin sehabis mandi untuk mencegah kulit kering dan
mengurangi kerut.
Hindari bepergian di siang hari di bawah sinar matahari atau pakailah payung atau
cairan penahan sinar matahari.
Kenakan sarung tangan sewaktu mencuci, jangan memakai detergent yang kuat.
b. Rambut:
Gunakan shampo ringan setiap 3-4 hari.
Cuci rambut dengan air dingin atau hangat. Air panas akan melonggarkan akar
rambut.
Gunakan pewarna rambut bila perubahan warna sangat mengganggu.
c. Mata:
Periksakan mata bila tajam penglihatan memburuk. Mungkin diperlukan kaca
mata baru. Dan glaukoma (penyakit di mata akibat peningkatan tekanan pada bola
mata).
Jagalah agar penerangan/lampu di rumah anda cukup terang untuk membaca.
d. Pendengaran :
Hindari musik dan suara yang keras.
12
Konsultasikan ke dokter bila pendengaran terganggu dan pakailah alat bantu
pendengaranbila dianjurkan.
e. Seks:
Orang-orang berusia lanjut masih mampu menikmati kehidupan seks meskipun
pada pria perlu waktu lama untuk ereksi.
Wanita lanjut usia mungkin perlu memakai jelly yang larut dalam air untuk
membasahi saluran rahim.
f. Kontrol kandung kemih:
Apabila mulai tidak bisa mengontrol kandung kemih, minta nasehat dokter.
Biasanya dapat diobati.
Kenakan pembalut (pampers) untuk mengurangi rasa tidak enak.
g. Otot dan Jantung:
Latihan olahraga akan memperkuat otot, jantung dan paru-paru. Tetapi sebelum
mulai, periksa ke dokter dahulu bila anda tidak pernah latihan atau mempunyai
masalah kesehatan.
Jalan cepat, bersepeda dan berenang adalah cara latihan yang baik bagi orang tua.
Mulailah secara perlahan-lahan sampai porsi latihan mencapai 15-60 menit, 3-5
hari seminggu.
h. Persendian:
Jaga kelenturan sendi-sendi dengan Latihan
i. peregangan:
Gerakan memutar leher, bahu, pergelangan tangan dan kaki.
Sit-up.
Angkat kaki ke depan, belakang dan samping.
Tekuk siku-siku dan lutut.
Bungkukkan badan ke muka, ke belakang dan ke samping.
Bermainlah seolah-olah sedang memainkan piano dengan jari-jari anda.
Dianjurkan latihan yoga atau taichi untuk menjaga kelenturan sendi-sendi dan
memperbaiki keseimbangan badan dan menghindari kecelakaan.
13
Jaga kehangatan tangan dan kaki di malam hari untuk mencegah kekakuan di pagi
hari.
j. Tulang-Tulang.:
Osteoporosis atau penipisan tulang biasa terjadi pada wanita lebih dari 60 tahun.
Hal itu bisa dihindari dengan menelan kalsium.
Para wanita yang telah mencapai menopause sebaiknya konsultasi dengan dokter
apakah perlu tambahan hormon.
k. Gigi :
Sikat gigi setiap habis makan pagi dan sebelum tidur. Bersihkan sela-sela gigi
satu kali setiap hari.
Gantilah gigi yang telah goyah. Gigi palsu yang tepat akan membuat anda
mengunyah dengan benar dan kemungkinan gigi tertelan kecil.
Konsultasi dengan dokter gigi secara teratur untuk mengontrol adanya lubang
dan penyakit gusi. Juga untuk memastikan bahwa gigi palsu sudah terpasang
dengan tepat.
14
II.8 Intervensi
No Diagnosa (PPNI T. P., 2017) Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi (PNI T. P., 2018)
(PPNI S. D., 2018)
1 D.0120 Gangguan Proses Setelah dilakukan tindakan Dukungan Koping Keluarga
keluarga keperawatan selama….×…. jam Definisi :
proses keluarga membaik, dengan Memfasilitasi peningkatan nilai-nilai, minat dan
Definisi :
kriteria hasil : tujuan dalam keluarga.
Perubahan dalam hubungan atau
1. Adaptasi keluarga terhadap Tindakan :
fungsi keluarga
situasi meningkat. Observasi :
Berhubungan dengan:
2. Kemampuan keluarga - Identifikasi respons emosional terhadap
1. perubahan status kesehatan
berkomunikasi secara kondisi saat ini.
anggota keluarga
terbuka di antara anggota - Identifikasi beban prognosis secara
2. perubahan finansial keluarga
keluarga meningkat. psikologis.
3. perubahan status sosial
3. Kemampuan keluarga - Identifikasi pemahaman tentang
keluarga
memenuhi kebutuhan fisik keputusan perawatan setelah pulang.
4. perubahan interaksi dengan
keluarga meningkat. - Identifikasi kesesuaian antara harapan
masyarakat.
4. Kemampuan kelurga pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan.
5. krisis perkembangan.
memenuhi kebutuhan Terapautik :
6. transisi perkembangan.
emosional anggota - Dengarkan masalah, perasaan, dan
7. peralihan pengambil keputusan
keluarga meningkat. pertanyaan keluarga.
dalam keluarga.
5. Kemampuan mencari - Terima nilai-nilai keluarga dengan cara
8. perubahan peran keluarga.
bantuan secara cepat yang tidak menghakimi.
9. krisis situasional
15
10. transisi situasional. meningkat. - Diskusikan rencana medis dan perawatan.
Ditandai dengan 6. Aktivitas mendukung - Fasilitasi pengungkapan perasaan antara
Data Mayor : pertumbuhan keluarga pasien dan keluarga atau antar anggota
DS :- meningkat. keluarga.
DO: 7. Ketepatan peran anggota - Fasilitasi pengambilan keputusan dalam
1. Keluarga tidak mampu keluarga meningkat. merencanakan perawatan jangka panjang,
beradaptasi terhadap situasi. 8. Sikap respek terhadap jika perlu
2. Tidak mampu berkomunikasi anggota keluarga - Fasilitasi anggota keluarga dalam
secara terbuka diantara meningkat. mengidentifikasi dan menyelesaikan
anggota keluarga. 9. Minat keluarga melakukan konflik nilai.
aktivitas positif meningkat - Fasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar
Data Minor
10. Kemampuan keluarga pulih keluarga ( misal : tempat tinggal,
DS:
dari kondisi sulit makanan, pakaian ).
1. Keluarga tidak mampu
meningkat. - Fasilitasi anggota keluarga melalui proses
mengungkapkan perasaan
11. Keseimbangan otonomi dn kematian dan berduka, jika perlu.
secara leluasa
kebersamaan mrningkat.
DO : - Fasilitasi memperoleh pengetahuan,
16
bantuan secara tepat. perawatan.
- Hargai dan dukung mekanisme koping
yang digunakan.
- Berikan kesempatan berkunjung bagi
anggota keluarga.
Edukasi :
- Informasikan kemajuan pasien secara
berkala.
- Informasikan fasilitasi perawatan
kesehatan yang tersedia.
Kolaborasi :
- Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu.
17
Berhubungan dengan: 3. Perilaku gelisah menurun - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
1. Krisis situasional 4. Perilaku tegang menurun (mis.kondisi, waktu, stesor)
2. Kebutuhan tidak terpenuhi 5. Frekuensi pernapasan - Identifikasi kemanpuan mengambil
3. Krisis maturasional menurun keputusan
4. Ancama terhadap konsep 6. Frekuensi nadi menurun - Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
diri 7. Tekanan darah menurun nonverbal)
5. Ancaman terhadap 8. Perasaan keberdayaan Terapeutik:
kematian membaik - Ciptakan suasana terapeutik untuk
6. Kekhawatiran mengalami 9. Orientasi membaik menumbuhkan kepercayaan
kegagalan 10. Kemampuan meminta - Temani pasien untuk mengurangi
7. Disfungsi sistem keluarga bantuan orang lain kecemasan, jika memungkinkan
8. Hubungan orang tua – anak meningkat - Pahami situasi yang membuat ansietas
tidak memuaskan 11. Dukungan emosi yang dengarkan dengan penuh perhatian
9. Faktor keturunan disediakan oleh orang lain - Gunakan pendekatan yang tenang dan
(temperamen mudah meningkat menyakinkan
teragitasi sejak lahir)
- Tempatkan barang pribadi yang
10. Penyalahgunaan zat
memberikan kenyamanan
11. Terpapar bahaya
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang
lingkungan
memicu kecemasan
12. Kurang terpapar informasi
- Diskusikan perencanaan realistis tentang
Ditandai dengan
peristiwa yang akan datang
Data Mayor
Edukasi:
18
DS: - Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang
1. Merasa bingung mungkin dialami
2. Merasa khawatir dengan - Informasikan secara faktual mengenai
akibat dari kondisi yang diagnosis, pengobatan dan prognosis
dihadapi - Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
3. Sulit berkonsentrasi pasien, jika perlu
DO: - Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
1. Tampak gelisah kompetitif, sesuai kebutuhan
2. Tampak tegang - Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
3. Sulit tidur persepsi
Data Minor - Latih kegiatan pengalihan untuk
DS: mengurangi ketegangan
1. Mengeluh pusing - Latih penggunaan mekanisme pertahanan
2. Anoreksia diri yang tepat
3. Palpitasi
- Latih teknik relaksasi
4. Merasa tidak berdaya
Kolaborasi:
DO:
- Kolaborasi pemberian obat antlansietas,
1. Frekuensi napas meningkat
jika perlu
2. Frekuensi nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. Diaforesis
5. Tremor
19
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa lalu
20
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Tahap terakhir dalam kehidupan dibagi menjadi dua, yakni usia lanjut dini yang
berusia antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang mulai pada usia
tujuh puluh tahun sampai akhir kehidupan seseorang. Sedangkan menurut WHO (dalam
Ardi, 2013) yang disebut lansia yaitu jika seorang individu berumur enam puluh sampai
tujuh puluh empat.
Tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut : Mempersiapkan diri untuk
kondisi yang menurun, Mempersiapkan diri untuk pension, Membentuk hubungan baik
dengan orang seusianya, Mempersiapkan kehidupan baru, Melakukakn penyesuaian
terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai, Mempersiapkan diri untu kematiannya
dan kematian pasangannya.
Proses menua berlangsung dan masa pensiun menjadi suatu kenyataan, maka ada
berbagai macam stressor atau kehilangan-kehilangan yang dialami oleh mayoritas lansia dan
pasangan-pasangan yang mengacaukan transisi peran mereka.
III.2 Saran
Semoga makalah yang Kami susun ini dapat sangat bermanfaat bagi para
pembaca, dan dapat memberikan pengetahuan sedikit tentang Tumbuh kembang keluarga
tahap 8. Kami mengetahui bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi penulisannya, bahasa dan lain sebagainya.untuk itu saran dari
para pembaca yang bersifat membangun sangat saya harapkan agar dapat tercipta makalah
yang baik dan dapat memberi pengetahuan yang benar kepada pembaca. dan jadikanlah
membaca sebagai kebiasaan anda, karena melalui membaca akan membuka lebih banyak
gerbang ilmu untuk anda.
21
DAFTAR PUSTAKA
Maryam, S. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika.
22
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
I. DATA UMUM
1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. B
2. Usia : 68 tahun
3. Pendidikan : S1
4. Agama : Islam
5. Suku Bangsa : Jawa
6. Pekerjaan : Pensiun Pegawai Departemen Koperasi
7. Alamat : RT. 02 RW. 02 DesaMojosulur
8. Komposisi Keluarga :
Nama
No L/P Hub dg KK Umur Pend Pek
( Inisial)
1 Ny. M P Istri 64 SMA IRT
2 Ny. S P Anak 38 SMA IRT
3 Tn. T L Menantu 38 S2 Swasta
4 An. M L Cucu 13 SD Siswa
5 An. D P Cucu 7 TK Siswa
6 An. A L Cucu 4 - -
23
Keterangan:
Tinggal serumah Garis penikahan
Perempuan Garis keturunan
Laki-laki Meninggal dunia
Klien
10. Tipe Keluarga
Keluarga Tn.B merupakan tipe keluarga extended family (Kakek, anak, cucu).
Tn.B tinggal bersama Ny. M (istri), Ny. S (anak), Tn.T (menantu), An.M (cucu), An.D
(cucu), dan An.A (cucu).
24
13. Status Sosial Ekonomi
Selama ini penghasilan berasal dari uang pension Tn.B, karena Tn.B sendiri
merupakan pensiun pegawai Departemen Koperasi. Pendapatan Tn.B sekitar
Rp.3.000.000,- per bulan. Apabila ada uang lebih Ny. M berusaha untuk menabung.
Kebutuhan sehari-hari tercukupi, termasuk untuk biaya terapi dan beberapa kebutuhan
lain. Keluarga Tn.B merupakan keluarga yang hemat dan sederhana. Selain itu,
pendapatn keluarga juga didapatkan dari Tn.T yang saat ini masih aktif bekerja.
25
3. Riwayat Keluarga Inti :
Tn.B mengatakan usia saat ini adalah 68 tahun, mengatakan memiliki riwayat atau pernah
jatuh sehingga terasa nyeri di lutut kanan, mengeluh pergerakan terbatas, terutama jika
digunakan untuk shalat. Tn.B mengatakan saat ini sedang menjalani terapi, begitu juga
Ny. M
Ny.M 64 tahun, mengatakan mengalami nyeri sendi di lutut kanan, mengeluh aktvitas
terbatas dan khawatir jika dibuat jalan jauh
III.LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
a. Tipe, ukuran rumah, jumlah ruangan
Tipe rumah keluarga Tn.B bersifat permanen memiliki ukuran 8 x 15 m 2, terdapat 1
ruang tamu, 1 ruang keluarga, 3 kamar, 1 dapur, 1 ruang shalat dan 1 kamar mandi.
Depan rumah terdapat teras dan garasi.
26
Tn.B mengatakan kebutuhan air berasal dari air sumur/ air bawah tanah
(menggunakan pompa air) dan jernih serta tidak berbau.
d. Pembuangan sampah
Selama ini pembuangan sampah dikumpulkan tempat sampah di tiap rumah dan ada
petugas yang mengambil ke rumah-rumah.
KAMAR 1 KAMAR 2
8m
27
Apabila ada anggota keluarga yang sakit akan di bawa ke Rumah Sakit, karena akses
mudah dan keluarga Tn.B sudah merasa cocok, baik itu situasi yang bersifat urgent.
Tn.B dan Ny. M masih sering kontrol dan menjalani terapi.
28
IV. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga
Keluarga selalu berusaha melakukan komunikasi dua arah dan saling terbuka. Jika
ada masalah selalu berusaha untuk dilakukan diskusi atau musyawarah. Keterbukaan ini
juga ditanamkan pada cucu Tn.B yang menginjak usia remaja.
Peran informal:
Selama ini Tn.B aktif menjadi ketua paguyuban lansia. Tn.B dulu pernah menjadi
ketua RW selama beberapa periode. Peran tersebut tidak mengganggu peran yang ada di
keluarga.
29
4. Nilai dan Norma budaya
Keluarga tidak mempunyai pantangan makanan selain yang dilarang oleh Agama
Islam. Semua anggota keluarga makan dengan menu yang sama. Terdapat peraturan
khusus di rumah Tn.B, misalnya pagi hari diusahakan tidak tidur (jika kondisi fit), jam
tidur siang, jam belajar, atau pendampingan saat nonton televisi bagi anak-anak.
Umumnya nilai dan keyakinan budaya yang dianut berdasarkan budaya Jawa yang tetap
menoleransi budaya Sunda dan Betawi.
V. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Semua anggota keluarga saling menyayangi. Orang tua tidak membeda-bedakan
dalam memberikan kasih sayangnya. Setiap adalah masalah keluarga peka dan berusaha
untuk menyelesaikan secara kekeluargaan tanpa emosional. Antar anggota keluarga
saling memberikan dukungan dan semangat sehingga terjalin hubungan yang harmonis.
Tn.B dan Ny. M mengatakan sangat senang dan bersyukur memiliki keluarga walaupun
sederhana dan kecil namun ada kebahagiaan tersendiri yang dirasakan.
2. Fungsi Sosialisasi
Tn.B mengatakan selalu berusaha memberikan arahan kepada anak dan cucu
untuk bersikap sopan dan berbuat baik, penanaman etika didasarkan pada agama sebagai
pondasi yang kuat untuk membentuk karakter. Tn.B juga selalu berusaha untuk mencari
informasi penting terkait kesehatan, terutama untuk Ny. M. Informasi tersebut akan
diteruskan kepada seluruh anggota keluarga. Begitu juga dengan Ny.S, jika ada informasi
terbaru akan menceritakan kepada anggota keluarga.
30
Ny. M, memiliki riwayat hipertensi. Lingkungan rumah bersih. Setiap ada anggota yang
sakit Tn.B selalu berusaha untuk mengingatkan minum obat. Saat ini Tn.B dan Ny. M
minum obat secara rutin. Tn.B dan keluarga selalu berusaha menjaga makanan yang
dikonsumsi, namun belum tahu aktivitas dan latihan yang perlu dilakukan untuk Tn.B
maupun Ny. M yang tepat selain menjaga pola makan. Akhir-akhir ini Tn.B sering
mengalami pusing dan sulit tidur, merasa kesulitan saat shalat dan jalan jauh karena nyeri
sendi dan kekakuan otot. Saat berjalan Tn.B dan Ny. M juga terlihat pelan-pelan dan
pincang karena menahan rasa nyeri di persendian.
31
menambah wawasan tentang kesehatan. Ibu M ingin bisa kembali beraktivitas dengan baik
jika nyerinya berkurang.
32
penglihatan
6. Mulut dan Hidung : Bentuk simetris, Bentuk simetris, Bentuk simetris,
ekspresi muka ekspresi muka ekspresi muka
sesuai, lidah sesuai, lidah sesuai, lidah
berwarna putih berwarna putih berwarna putih
kemerahan, tidak kemerahan, tidak kemerahan, tidak
ada secret yang ada secret yang ada secret yang
keluar melalui keluar melalui keluar melalui
hidung, tidak ada hidung, tidak ada hidung, tidak ada
kotoran yang terlihat kotoran yang kotoran yang terlihat
melalui hidung, terlihat melalui melalui hidung,
lidah pada posisi hidung, lidah pada lidah pada posisi
normal, bicara tidak posisi normal, normal, bicara tidak
pelo, tidak ada bicara tidak pelo, pelo, tidak ada
gangguan menelan, tidak ada gangguan gangguan menelan,
bibir simetris, menelan, bibir bibir simetris,
mukosa bibir simetris, mukosa mukosa bibir
lembab, tidak ada bibir lembab, tidak lembab, tidak ada
cuping hidung, ada cuping hidung, cuping hidung,
Tidak ada lesi pada Tidak ada lesi pada Tidak ada lesi pada
rongga mulut, rongga mulut, rongga mulut,
perdarahan dan perdarahan dan perdarahan dan
pembengkakan (-), pembengkakan (-), pembengkakan (-),
karies gigi (-) karies gigi (-) karies gigi (-)
33
pendengaran
8. Dada : Suara nafas ronchi, Inspeksi tidak ada Inspeksi tidak ada
Inspeksi tidak ada retraksi dada saat retraksi dada saat
retraksi dada saat bernafas, Palpasi bernafas, Palpasi
bernafas, Palpasi pengembangan pengembangan dada
pengembangan dada dada simetris, simetris, Perkusis:
simetris, Perkusis: Perkusis: sonor, sonor, vocal
sonor, vocal fremitus vocal fremitus fremitus teraba sama
teraba sama di teraba sama di di semua lapang
semua lapang paru semua lapang paru, paru, auskultasi:
auskultasi: suara suara nafas
nafas vesikuler vesikuler
9. Leher : Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran kelenjar pembesaran pembesaran kelenjar
tiroid kelenjar tiroid tiroid
10. Abdomen : Inspeksi: tidak ada Inspeksi: tidak ada Inspeksi: tidak ada
lesi disekitar lesi disekitar lesi disekitar
abdomen, tidak ada abdomen, tidak ada abdomen, tidak ada
distensi, perut tidak distensi, perut tidak distensi, perut tidak
kembung, kembung, kembung,
Auskultasi: bising Auskultasi: bising Auskultasi: bising
usus 20 x/menit, usus 20 x/menit, usus 20 x/menit,
Perkusi: tympani, Perkusi: tympani, Perkusi: tympani,
Palapasi: tidak ada Palapasi: tidak ada Palapasi: tidak ada
nyeri tekan diseluruh nyeri tekan nyeri tekan
lapang abdomen, diseluruh lapang diseluruh lapang
tidak ada abdomen, tidak ada abdomen, tidak ada
pembesaran organ. pembesaran organ. pembesaran organ.
11. Eliminasi Sistem perkemihan Sistem perkemihan Sistem perkemihan
Pola : ± 5x sehari, Pola : ± 4x sehari, Pola : ± 4x sehari,
tidak mengalami tidak mengalami tidak mengalami
inkontinensia inkontinensia inkontinensia
34
Eliminasi (BAB): Eliminasi (BAB): Eliminasi (BAB):
pola 1x sehari, tidak pola 1x sehari, tidak tentu, tidak
ada konstipasi. tidak ada ada konstipasi.
konstipasi.
12. Integumen Turgor kulit elastis, Turgor kulit elastis, Turgor kulit elastis,
tidak ada abrasi, tidak ada abrasi, tidak ada abrasi,
tidak ada lebam, tidak ada lebam, tidak ada lebam,
tidak bengkak, tidak tidak bengkak, tidak bengkak, tidak
ada eritema, tidak tidak ada eritema ada eritema
ada luka
13. Muskuloskeletal Ekstremitas atas dan Ekstremitas atas Ekstremitas atas dan
bawah simetris, dan bawah simetris, bawah simetris,
rentang gerak rentang gerak rentang gerak
terbatas, terutama terbatas di bagian penuh, dan otot kuat
persendian lutut lutut kanan karena
kanan karena nyeri nyeri sendi (skala
(skala nyeri 5) nyeri 6) hilang
muncul hilang timbul (terasa
timbul, terutama saat apabila dibuat jalan
jalan jauh dan jauh, dan otot
aktivitas banyak. sedikit lemah, jalan
Terlihat pincang saat sempoyongan dan
jalan. Hasil TUGT: pincang, hasil Time
12,87 detik. Up and Go Test:
Kekuatat otot kaki 16,17 detik
kanan (skor 4) (hambatan
mobilitas tinggi).
Kekuatan otot kaki
kanan (skor 3)
14. Capillary refill < 2 detik < 2 detik < 2 detik
15. Pemeriksaan darah GDS: 133 mg/dl GDS: 187 mg/dl GDS: 119 mg/dl
ANALISIS DATA
35
No. Data Masalah
1 Subyektif: Hambatan mobilitas pada
Tn.B mengatakan usia saat ini adalah 68 tahun dan Tn.B dn Ny.M
Ibu M 64 tahun (00155)
Tn.B mengatakan memiliki riwayat atau pernah
jatuh sehingga terasa nyeri di lutut kanan
Tn.B mengatakan pergerakan terbatas, terutama
jika digunakan untuk shalat
Ny. M juga mengatakan mengalami nyeri sendi di
lutut kanan
Ny. M mengatakan aktvitas terbatas dan khawatir
jika dibuat jalan jauh
Tn.B mengatakan saat ini sedang menjalani terapi,
begitu juga Ny. M
Obyektif:
Kekuatan otot ekstermitas bawah sebelah kanan
lemah pada Tn.B dan Ny.M
Tn.B dan Ny.M terlihat pincang saat berjalan
karena menghindari tekanan pada area lutut kanan
yang nyeri
Tn.B mengalami penurunan penglihatan
Hasil Time Up and Go Test: 16,17 detik (hambatan
mobilitas tinggi) pada Ny. M dan 12,87 detik pada
Tn.B
Objektif:
TD: 150/90 mmHg
N: 79 x/menit
36
latihan fisik, begitu juga dengan Ibu terlihat memiliki
motivasi
SKORING MASALAH
37
1. Tinggi (3) Ny. M, dan setiap ada masalah berusaha untuk
2. Cukup (2) dikomunikasikan serta dimusyawarahkan untuk
3. Rendah (1) penyelesaian masalah. Terlihat antusiasme dan
keingintahuan keluarga dalam menerima informasi terkait
pencegahan hambatan mobilitas dan nyeri
Menonjolnya Masalah: 1 2/2x1= Menurut Tn.B, masalah hambatan bergerak pada Tn.B
1. Membutuhkan perhatian 1 sangat dirasakan dan perlu segera ditangani agar tidak
dan segera diatasi (2) terjadi kejadian berulang, Karena jika terjadi sulit
2. Tidak membutuhkan melakukan aktivitas. Terutama apabila Tn.B sedang shalat
perhatian dan tidak atau Ny. M dalam melakukan aktivitas keseharian
segera diatasi (1)
3. Tidak dirasakan sebagai
masalah atau kondisi
yang membutuhkan
perubahan (0)
Total 5
38
dapat Diubah: M untuk melakukan aktivitas atau latihan fisik
1. Mudah (2)
2. Sebagian (1)
3. Tidak Dapat (0)
Potensial Masalah untuk 1 3/3x1=2/3 Keluarga memiliki latar belakang pendidikan tinggi,
Dicegah: sehingga secara penegtahuna sudah baik, namun
1. Tinggi (3) secara perilaku yang masih memerlukan motivasi
2. Cukup (2) dan dukungan dari eksternaal seperti perawat/petugas
3. Rendah (1) keshatan.
Menonjolnya Masalah: 1 2/2x1=1 Menurut keluarga sudah sepatutnya saling
1. Membutuhkan perhatian mendukung dan memberikan perhatian karena
dan segera diatasi (2) menjadi tanggung jawab jika salah satu anggota
2. Tidak membutuhkan keluarga mengalami masalah kesehatan
perhatian dan tidak
segera diatasi (1)
3. Tidak dirasakan sebagai
masalah atau kondisi
yang membutuhkan
perubahan (0)
Total 3 2/3
39
40
40
41
41
42
16330 2. Adanya tujuan jangka pendek yang realistis 4. Gali penghambat latihan
3 3. Adanya tujuan jangka panjang yang realistis 5. Dampingi lansia dan keluarga
16330 4. Partisipasi dalam latihan rutin dalam menentukan hasil jangka
4 5. Terlihat melakukan latihan dengan benar pendek dan jangka panjang
16330 6. Penggunaan pakaian yang tepat untuk latihan 6. Dampingi lansia dan keluarga
8 7. Terlihat melakukan latihan di lingkungan yang dalam menentukan jadwal rutin
16330 aman untuk latihan fisik (latihan
9 8. Penggunaan strategi untuk mencegah terjadinya keseimbangan)
16331 cedera fisik 7. Libatkan keluarga dalam
0 9. Penggunaan alat yang tepat perencanaan dan menjaga program
16331 10. Penerapan pemanasan sebelum latihan dengan latihan
2 tepat 8. Informasikan kepada lansia dan
11. Penerapan pemanasan sebelum latihan dengan keluarga tentang manfaat dan
16331 tepat dampak fisik dari latihan
3 12. Terpantaunya perkembangan 9. Instruksikan lansia untuk
13. Penerapan latihan untuk meningkatkan melakukan pemanasan dan
16331 kekuatan pendinginan selama latihan
4 14. Penerapan latihan untuk menjaga fleksibilitas 10.Instruksikan pada lansia
16331 15. Penerapan latihan untuk menjaga keseimbangan menggunakan teknik untuk
6 16. Terjaganya keseimbangan cairan tubuh menghindari cedera fisik selama
17. Penggunaan sistem pendukung pribadi latihan
16331 (keluarga) 11.Pantau respon selama program
7 18. Penggunaan sumber komunitas latihan
19. Kontak dengan penyedia kesehatan sebagai 12.Berikan umpan balik positif atas
16332 kebutuhan usaha lansia
0
16332 Level 1: Domain 4
2 Level 1: Domain 4 Safety
Health knowledge and behavior Level 2: Class V
16332 Level 2: Class T Risk management
3 Risk control and safety Level 3: Intervention
16332 Level 3: Outcome 6610 Identifikasi Risiko (hal. 329)
4 Deteksi Risiko (hal. 457). Keluarga mampu 1. Lakukan review riwayat
16333 memutuskan tindakan untuk melakukan deteksi kesehatan/ riwayat jatuh dan
0 risiko dari skala 2 (jarang melakukan) menjadi catatan medis serta terapi yang
16333 4 (sering melakukan): pernah dilakukan oleh lansia
2 1. Disadarinya tanda dan gejala indikasi risiko 2. Tentukaan ketersediaan sumber
2. Teridentifikasi risiko potensial kesehatan seperti: psikologis, tingkat
16333 3. Pencarian validitas risiko yang dirasakan pengetahuan, keuangan dan
3 4. Terlihat melakukan pemeriksaan diri sesuai dukungan keluarga
42
43
19080
5
19080
9
19081
3
19081
0
19081
2
43
44
44
45
Level 1: Domain 1
Physiological: basic
Level 2: Class A
Activity and exercise management
Level 3: Intervention
0222 Terapi Latihan Fisik:
Keseimbangan (hal. 184)
1. Tentukan kemampuan lansia untuk
melakukan aktivitas latihan
keseimbangan
2. Evaluasi fungsi sensori seperti:
penglihatan, pendengaran
3. Instruksikan pada lansia dan
keluarga pentingnya latihan fisik
4. Instruksikan pada lansia
melakukan langkah-langkah
latihan keseimbangan
5. Ajarkan pada lansia untuk selalu
melakukan pemanasan dan
pendinginan selama latihan
keseimbangan
6. Anjurkan pada lansia untuk
menggunakan alat bantu seperti:
kruk, walker
7. Pantau respon lansia saat
melakukan latihan keseimbangan
45
46
46
47
19091
6
47
48
31002
9
48
49
49
50
50
51
51
52
16263
5
16263
4
TUK 5: Keluarga mampu memanfaatkan
Setelah dilakukan intervensi keluarga mampu fasilitas pelayanan kesehatan:
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
dengan kriteria hasil:
52
53
53
54
54
55
31071
9
31072
0
31072
4
55
56
56
57
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari
Diagnosis Evaluasi
No Tanggal Implementasi Paraf Paraf
Keperawatan (SOAP)
Waktu
1 Hambatan Jum’at, Implementasi 1 (TUK 1): Keluarga Mampu Subjektif:
mobilitas pada 09 Juli Mengenal Masalah Hambatan mobilitas Keluarga dapat menjelaskan dan
Tn.B dan Ny.M 2021 Menggunakan media leaflet dan lembar balik menyebutkan penggunaan alat bantu yang
09.00 1. Memberikan penjelasan tentang faktor tepat dan aman (skala 4 = pengetahuan
internal (dalam diri individu) dan faktor baik)
eksternal (lingkungan) yang menyebabkan Keluarga mampu menjelaskan dan
hambatan mobilitas pada kelompok lansia menyebutkan kembali tentang faktor
2. Menjelaskan dan mengidentifikasi kebutuhan/ pencahayaan, prosedur berpindah, latihan
alat bantu yang diperlukan untuk pencegahan fisik, obat-obatan, kondisi, penyakit,
hambatan mobilitas tekanan darah yang merupakan faktor
3. Menjelaskan dan mendampingi lansia dan risiko penyebab jatuh (skala 4 =
57
58
Analisis:
TUK 1 tercapai dengan indikator keluarga
mampu mengenal masalah terkait
hambatan mobilitas pada Ibu S
Pengetahuan terkait penanganan dan
pencegahan hambatan mobilitas pada skala
4 (pengetahuan baik)
Perencanaan:
Lanjutkan intervensi TUK 2: keluarga
mampu memutuskan tindakan
58
59
Perencanaan:
Lanjutkan intervensi TUK 3: keluarga
mampu melakukan perawatan
59
60
60
61
latihan keseimbangan
61
62
62
63
Tn.B 09.45 1. Menilai pemahaman lansia dan keluarga hambatan mobilitas (internal dan eksternal)
tentang hambatan mobilitas (pemahaman (skala 4)
lansia dan keluarga belum maksimal) Keluarga mampu menjelaskan dan
2. Menjelaskan proses terjadinya jatuh dan menjawab pertanyaan evaluasi terkait
bagaimana hubungannya dengan anatomi dan penyebab tersering dan dampak hambatan
kemampuan fungsional mobilitas (skala 4)
3. Menjelaskan kembali faktor risiko tentang Keluarga mampu menjelaskan cara
jatuh (internal dan eksternal) melakukan pencegahan dan penanganan
4. Memberikan informasi yang akurat tentang hambatan mobilitas, salah satunya adalah
hambatan mobilitas dengan melakukan aktivitas dan latihan
5. Mendiskusikan perubahan gaya hidup yang fisik (skala 4)
bisa dilakukan untuk mencegah dampak Objektif:
akibat jatuh Keluarga tampak paham dan antusias
6. Mendiskusikan perawatan yang dibutuhkan dalam menjawab pertanyaan evaluasi
untuk mencegah dan menangani hambatan Keluarga mengikuti penjelasan hingga
mobilitas selesai
Analisis:
TUK 1 tercapai dengan indikator,
pemahaman keluarga terkait hambatan
mobilitas semakin meningkat dengan skala
4 (pengetahuan baik)
Perencanaan:
Lanjutkan intervensi TUK 2: kemampuan
keluarga memutuskan tindakan pencegahan
jatuh
63
64
64
65
Analisis:
TUK 3 tercapai dengan indikator keluarga
menyampaikan akan mendampingi secara
rutin latihan chair yoga 2 kali dalam
seminggu, Ny.M melakukan latihan
keseimbangan dengan baik dan semangat
(skala 4)
Perencanaan:
Lanjutkan intervensi TUK 4: keluarga
dapat memodifikasi lingkungan yang
sesuai untuk pencegahan jatuh pada lansia
65
66
hubungan antara makanan yang masuk, kebutuhan nutrisi dan air untuk Ny.M
latihan, dan berat badan lebih (menurut sesuai yang dianjurkan (pemenuhan
keluarga berat badan Ny.M lebih dan menurut vitamin, kalsium dan mineral)
pendapat keluarga mempengaruhi aktivitas) Keluarga mengatakan aaan melakukan
2. Mendiskusikan dengan klien dan keluarga latihan rutin dan seimbang
bahwa BB lebih dapat mempengaruhi Keluarga akan melakukan pemantauan BB
kesehatan individu (BB lebih dengan aktivitas pada Ny.M ke petugas kesehatan
latihan yang kurang, akan mempengaruhi profesional
kesehatan pada Ny.M) Objektif:
3. Menggali motivasi individu untuk mengubah Keluarga paham dengan perhitungan IMT
pola makan (menganjurkan kepada keluarga yang diajarkan
untuk mengatur porsi dan hidangan makan Keluarga kooperatif dan aktif dalam
yang meningkatkan selera Ny.M, sesuai diskusi
dengan program diit yang diberikan) Keluarga mengikuti kegiatan hingga selesai
4. Menentukan BB ideal klien dengan Analisis:
menghitung IMT (BB ideal Ny.M adalah TUK 4 tercapai dengan indikator adanya
berada pada 60-55 kg) komitmen keluarga dalam merubah
5. Menganjurkan klien untuk mengkonsumsi perilaku untuk mengatur berat badanNy.
jumlah cairan sesuai dengan BB idealnya M, baik melalui nutrisi dan latihan fisik
(kurang lebih minimal 2.120 cc/ hari) Perencanaan:
Lanjutkan intervensi TUK 5: keluarga
mampu memanfaatkan pelayanan fasilitas
kesehatan
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
Terapi Komplementer
Persiapan perawat
1. Menyiapkan diri
2. Atur posisi
3. Gerakan Chair Cat Cow-Strech
Posisi awal duduk di kursi, kedua tangan berada di
persendian lutut menarik nafas melalui hidung dan
ditahan beberapa detik sesuai dengan kemampuan
klien.
Hembus nafas melalui mulut sampai habis secara
perlahan diikuti dengan posisi tubuh menekuk ke
depan.
Ulangi gerakan dari awal sampai akhir sebanyak 8x
pengulangan atau lebih jika perlu, sampai benar-benar
merasa rileks.
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
Dokumentasi
76