Anda di halaman 1dari 79

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

MASALAH KELUARGA TAHAP 8

Dosen Pembimbing :
Faisal Ibnu,S.Kep.,Ns.,M.Kes
Disusun Oleh :
CITRA AULIA WULANDARI
NIM 201701009

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )


BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
S1 KEPERAWATAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepadaTuhan YME, atas berkat dan
rahmat-NYA makalah ini dapat di buat dan disampaikan tepat pada waktunya. Adapun penulisan
ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas KEPERAWATAN KELUARGA.
Selain itu kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah  ini. Kami juga berharap dengan adanya makalah ini dapat menjadi
salah satu sumber literature atau sumber informasi pengetahuan bagi pembaca.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh Karena
itu, kami memohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan dan kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan ini lebih sempurna. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................................3
2.1 Konsep Keluarga....................................................................................................3
2.2 Konsep Tumbuh Kembang Tahap 8......................................................................4
2.3 Tugas Perkembangan Keluarga Tahap..................................................................6
2.4 Kehilangan-Kehilangan Yang Lazim Bagi Lansia...............................................9
2.5 Masalah Dalam Kesehatan Lansia.........................................................................9
2.6 Proses Penuaan.....................................................................................................11
2.7 Diagnosa keperawatan yang timbul.....................................................................14
2.8 Intervensi..............................................................................................................15
BAB III ANALISA JURNAL...........................................................................................21
BAB IV PENUTUP...........................................................................................................26
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................26
4.2 Saran.....................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, terus-menerus, dan
berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan
biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan (Maryam, 2008). Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki
usia lanjut mengalami perubahan, dan sebagian besar perubahan itu terjadi ke arah yang
memburuk/ mengalami penurunan, misalnya, organ reproduksi lebih cepat usang dibanding
organ yang lain, perubahan penampilan, perubahan panca indra, perubahan seksual
(Hurlock, 1999).
Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang- Undang RI No.
13, Tahun 1998) di Indonesia adalah sebesar 7,28% dari jumlah penduduk. Diperkirakan
pada Tahun 2020 nanti akan meningkat menjadi sebesar 11,34%. Indonesia memiliki jumlah
warga lanjut usia keempat terbanyak di dunia, setelah Cina, India, dan Amerika Serikat
(Kosasih dkk., 2004). Menurut Dinas Kependudukan Amerika Serikat (1999), jumlah
populasi lansia berusia 60 tahun atau lebih diperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan
diproyeksikan menjadi 2 miliar pada tahun 2050, pada saat itu lansia akan melebihi jumlah
populasi anak (0-14 tahun). Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat Statistik menggambarkan
bahwa antara tahun jumlah lansia akan sama dengan jumlah balita, yaitu sekitar 19 juta jiwa
atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk (Maryam dkk., 2008). Proses menua (aging) adalah
proses alami yang dihadapi manusia. Dalam proses ini, tahap yang paling krusial adalah
tahap lansia (lanjut usia). Dalam tahap ini, pada diri manusia secara alami terjadi penurunan
atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama
lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum
(fisik) maupun Kesehatan

1
I.2 RUMUSAN MASALAH

I.2.1 Bagaimana konsep tumbuh kembang keluarga tahap 8 ?

I.2.2 Apa tugas perkembangan keluarga tahap 8 ?

I.2.3 Masalah apa saja yang mungkin mucul dalam tumbuh kembang tahap 8 ?

I.2.4 Bagaimana intervensi untuk mengatasi masalah yang muncul ?

I.3 TUJUAN

I.3.1 Mengetahui konsep tumbuh kembang keluarga tahap 8

I.3.2 Mengetahui tugas perkembangan keluarga tahap 8

I.3.3 Mengetahui masalah yang mungkin muncul dalam tumbuh kembang tahap 8

I.3.4 Mengetahui intrvensi yang sesuai untuk mengatasi masalah yang muncul

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

II.1 Konsep Keluarga


1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan melalui ikatan


perkawinan, adopsi atau kelahiran yang bertujuan untuk menciptakan dan
mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, mental dan sosial serta
emosional dan tiap anggota keluarga (Duvall, 1997).
Keluarga merupakan suatu sistem tempat individu anggota keluarga berinteraksi di dalam
keluarga (teori sistem). Perilaku dan sikap anggota keluarga dibentuk oleh hubungannya
dengan anggota keluarga yang lain. Setiap perubahan pada salah satu anggota keluarga
akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain.
2. Fungsi Keluarga

Terdapat dua fungsi dasar keluarga yaitu guna memenuhi kebutuhan fisik dan
kesejahteraan psikososial. Kesejahteraan fisik meliputi terpenuhinya kebutuhan makanan,
pakaian, rasa aman dan kesehatan jasmani, sedang kesejahteraan psikososial adalah bila
keluarga mampu menjadi struktur atau kerangka dasar pertumbuhan psikososial dan/atau
keluarga yang berhasil menjalani pertumbuhan psikososial dengan baik. Keluarga
berfungsi sehat atau baik apabila berhasil memenuhi kedua fungsi dasar keluarga ini.
Keluarga yang berfungsi sehat, juga harus mampu melaksanakan tugas kesehatan
keluarga, yaitu antara lain:
1) Mengenal masalah kesehatan.
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan suasana lingkungan rumah yang sehat.
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
3. Tahapan Perkembangan Keluarga

Keluarga sebagaimana individu berubah dan berkembang setiap saat. Masing-


masing tahap perkembangan mempunyai tantangan, kebutuhan, sumber daya tersendiri,

3
dan meliputi tugas yang harus dipenuhi sebelum keluarga mencapai tahap yang
selanjutnya. Menurut Duvall (1977) terdapat 8 tahapan perkembangan keluarga (Eight-
Stage Family Life Cycle) :
a. “Married couples (without children)” (Pasangan nikah dan belum memiliki
anak).
b. “Childbearing Family (oldest child birth-30 month)” (Keluarga dengan
seorang anak pertama yang baru lahir).
c. “Families with preschool children (oldest child 2,5- 6 years)” (Keluarga
dengan anak pertama yang berusia prasekolah).
d. “Families with School Children (Oldest child 6-13 years )” (Keluarga dengan
anak yang telah masuk sekolah dasar).
e. “Families with teenagers (oldest child 13- 20 years)” (Keluarga dengan anak
yang telah remaja).
f. “Families launching young adults (first child gone to last child’s leaving
home)” (Keluarga dengan anak yang telah dewasa dan telah menikah).
g. “Middle Aged Parents (empty nest to retirement)” (Keluarga dengan orang tua
yang telah pensiun).
h. “Aging family members (retirement to death of both spouse)” (Keluarga
dengan orang tua yang telah lanjut usia).

II.2 Konsep Tumbuh Kembang Tahap 8


Menurut Hurlock (2012: 380), tahap terakhir dalam kehidupan dibagi menjadi
dua, yakni usia lanjut dini yang berusia antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun dan
usia lanjut yang mulai pada usia tujuh puluh tahun sampai akhir kehidupan seseorang.
Sedangkan menurut WHO (dalam Ardi, 2013) yang disebut lansia yaitu jika seorang
individu berumur enam puluh sampai tujuh puluh empat.
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua
pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan
meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal (Duvall dan Miller, 1985). Jumlah
lansia-berusia 65 tahun atau lebih-di negara kami meningkat dengan pesat dalam dua dekade
terakhir ini, dua kali lipat dari sisa populasi. Pada tahun 1970, terdapat 19,9 juta orang
berusia 65 tahun, jumlah ini merupakan 9,8 persen dari seluruh populasi. Menjelang tahun

4
1990, menurut angka-angka sensus. populasi lansia berkembang hingga angka 31,7 juta
(12,7 persen dari total populasi). Menjelang tahun 2020. 17.3 persen penduduk negara ini
berusia 65 tahun atau lebih. Informasi tentang usia populasi menyatakan bahwa "penduduk
yang lebih tua"-- populasi 85 tahun ke atas khusus tumbuh dengan cepat. Populasi berumur
diatas 85 tahun tumbuh hingga 2,2 juta jiwa pada tahun 1980. Diproyeksikan pada tahun
2020 populasi ini akan berjumlah hingga 7.1 juta jiwa (2,7 persen dari seluruh populasi).
Akibat dari semakin majunya pencegahan penyakit dan perawatan kesehatan; lebih banyak
orang yang diharapkan dapat bertahan hidup hingga 10 dekade. Karena bertambahnya
populasi lansia, maka semakin mungkin orang-orang yang lebih tua akan memiliki minimal
satu orangtua yang masih hidup (Biro Sensus Amerika Serikat, 1984).
Pada teori psikologi, usia lanjut usia merupakan proses penuaan terjadi secara
alamiah seiring dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat
dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif.
Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat menjadi karakteristik
konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat seorang lansia mampu
berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya
(Maryam, 2008).
Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi kemampuan
kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami
dan berinteraksi. Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan
adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan
untuk menerima, memproses, dan merespons stimulus sehingga terkadang akan muncul
aksi/reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada.
Dalam teori perkembangan, ditekankan pentingnya mempelajari apa yang telah
dialami lansia pada saat muda hingga dewasa. Erickson (dalam Maryam, 2002: 52) membagi
kehidupan menjadi delapan fase, antara lain :
a. Lansia yang menerima apa adanya.
b. Lansia yang takut mati
c. Lansia yang merasakan hidup penuh arti
d. Lansia yang menyesali diri
e. Lansia yang bertanggung jawab dengan merasakan kesetiaan

5
f. Lansia yang kehidupannya berhasil
g. Lansia yang merasa terlambat untuk memperbaiki diri
h. Lansia yang perlu menemukan integritas diri melawan keputusan (ego integrity
vs despair).

II.3 Tugas Perkembangan Keluarga Tahap


Memelihara pengaturan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas paling
penting dari keluarga-keluarga lansia. Perumahan setelah pensiun sering kali menjadi
masalah. Dalam tahun-tahun segera setelah pensiun, pasangan tetap tinggal di rumah hingga
pajak harta benda, kondisi tetangga, ukuran dan kondisi rumah atau kesehatan memaksa
mereka mencari akomodasi yang lebih sederhana. Meskipun mayoritas lansia memiliki
rumah sendiri, namun sebagian besar dari rumah-rumah tersebut telah tua dan rusak, dan
banyak yang terletak di daerah-dacrah dengan tingkat kejahatan yang tinggi di mana lansia
kemungkinan besar menjadi korban kejahatan. Seringkali, lansia tinggal di rumah ini karena
tidak ada pilihan yang cocok (Kalish, 1975). Namun demikian, lansia yang tinggal di rumah
mereka sendiri, umumya menyesuaikan diri lebih baik daripada yang tinggal di rumah anak-
anak mereka. Orangtua biasanya pindah ke salah satu anak mereka dimana penurunan
kesehatan atau status ekonomi, mereka tidak punya pilihan lain, dan ini terbukti merupakan
suatu pengaturan yang tidak memuaskan bagi lansia (Lopats, 1973).
Tugas perkembangan yang kedua bagi kaluarga lansia adalah penyesuaian
terhadap pendapatan yang menurun. Ketika pension, menjadi penurunan pendapatan secara
tajam, dan seiring dengan berlalunya tahun, pendapatanpun semakin menurun dan semakin
tidak memadai karena terus naiknya biaya hidup dan terkurasnya tabungan. Pada tahun
1989, seperlima dari populasi Amerika Serikat tergolong miskin atau hampir ‘miskin.
(Friedman M. M., 1998).
Karena sering munculnya masalah-masalah kesehatan jangka panjang,
pengeluaran kesehatan merupakan masalah finansial yang mana kaum lansia lebih banyak
menghabiskan uang untuk perawatan kesehatan baik dalam nilai ril dollar maupun dalam
benruk presentase total pengeluaran bila dibandingkan dengan yang bukan lansia.
Meddicare tentu saja mengurangi sebagian dari masalah ini. Tapi masih belum bisa
diprediksi, dan masih banyak pengeluaran dengan uang sendiri yang harus dibayar.

6
Penyesuaian diri terhadap kchilangan pasangan yang merupakan tugas
perkcmbangan, yang merupakan tugas perkembangan yang keempat, serta secara umum
merupakan tugas perkembangan yang paling traumatis. Sebagai mana ditunjukkan pada data
statistik di bawah ini wanita lansia lebih menderita karena kematian pasangannya dari pada
pria. Menurut angka statistik tahun 1986, tiga perempat dari seluruh lansia hidup bersama
pasangan mereka, sementara hanya 38 persen wanita lansia yang hidup dengan pasangan
mereka. 51 persen adalah janda (U.S. Senate Special Committe on Aging, 1987. 1988).
Dibandingkan dengan kelompok muda, lansia menyadari kematian sebagai bagian dari
proses kchidupan yang nonnal. Sebuah studi menyatakan bahwa hanya 3 dari 80 pasien
lansia yang merasa sulit untuk membicarakan kematian (Duvall. 1977). Akan tetapi,
kesadaran akan kematian tersebut tidak berarti bahwa pasangan yang ditinggalkan akan
mencmukan penycsuaian tcrhadap kcmatian dengan mudah. Kehilangan pasangan pasti
membawa pengaruh janda-janda yang ditinggal mati suami lebih awal, dan yang masih
hjdup kemungkinan bcsar akan mengalami masalah kcschatan yang serius (isolasi sosial,
man bunuh diri atau sakit jiwa). Selain itu, hilangnya seorang pasangan menuntut organisasi
fungsi keluarga sccara total. Ini khususnya sulit dicapai secara mcmuaskan. karena
kehilangan mcngurangi sumber-sumber emosional dan ckonomi yang dipcrlukan untuk
mcnghadapi perubahan tersebut. Bagi wanita, ini beratti perubahan dari saling
ketcrgantungan dan membagi kegiatankegiatan kehidupan bersama-sama menjadi scndirian
atau bcrgabung dengan kelompok wanita lansia yang tidak punya ikatan. Bagi pria.
kchilangan pasangan hidup berarti kehilangan teman-tcman serta hubungan sanak famili,
keluarga, dan dunia sosial secara umum. Duda lansia tidak punya minat yang sama atau
tidak punya kemampuan mclaksanakan pcran-pcran ibu rumah tangga. dan scringkali
mcmbutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan. menjalankan tugas rumah tangga, dan
perawatan umum.
Besarnya penycsuian diri yang sulit dapat dilihat mclalui meningkatnya kasus
bunuh diri dalam kclompok individu di atas 65 tahun. Meskipun terjadi peningkatan kasus
bunuh diri di kalangan wanita di atas 65 tahun. namun jumlah sebcsar kasus bunuh diri
ditemukan di kalangan populasi pria lansia. Scbuah tinjauan bcbcrapa studi tcntang kasus
bunuh diri di kalangan kelompok ini mcnunjukan bahwa usaha untuk bunuh diri dan bunuh
diri yang tclah terjadi scring terjadi sctelah kematian pasangan hidup.

7
Tugas perkembangan yang kelima menyangkut pemeliharaan ikatan keluarga
antar gencrasi. Meskipun ada suatu kecenderungan bagi lansia untuk menjauhkan diri dari
hubungan sosial, keluarga tctap mcnjadi fokus interaksi-interaksi sosial lansia dan sumber
utama dukungan sosial. Karena lansia menarik diri dari aktivitas-aktivitas dunia sekitarnya,
hubungan-hubungan dengan pasangan, anak-anak dan cucu-cucu, dan saudara-saudaranya
mcnjadi lebih pcnting. Mayoritas lansia di Amerika hidup dckat dengan anggota kcluarga
bcsar dan sering mclakukan kontak dcngan mercka (Harris et al. 1975; Shanas, 1968. 1980).
Olch karcna itu. anggota kcluarga merupakan sumbcr utama bantuan dan interaksi sosial.
Kcluarga lansia biasanya saling mcmbcrikan bantuan satu sama lain sejauh mereka mampu.
Menurut Erikson kesiapan lansia untuk menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan
usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Apabila tahap
tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik dan
bisa membina hubungan yang serasi dengan orang- orang sekitarnya, pada otomatis di usia
lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan ketika tahap perkembangan
sebelumnya, seperti olahraga, mengembangkan hobi, bercocok tanam dan lain-lain. Tugas
perkembangan lansia adalah sebagai berikut : (Maryam, 2008)
1) Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun
2) Mempersiapkan diri untuk pensiun
3) Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya
4) Mempersiapkan kehidupan baru
5) Melakukakn penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai
6) Mempersiapkan diri untu kematiannya dan kematian pasangannya.

II.4 Kehilangan-Kehilangan Yang Lazim Bagi Lansia


Proses menua berlangsung dan masa pensiun menjadi suatu kenyataan, maka ada
berbagai macam stressor atau kehilangan-kehilangan yang dialami oleh mayoritas lansia dan
pasangan-pasangan yang mengacaukan transisi peran mereka. Hal ini meliputi: (Friedman M.
M., 1998)

8
1. ekonomi-Menyesuaikan terhadap pendapatan yang turun secara substansial, mungkin
kemudian menyesuaikan terhadap kcetergantungan ekonomi (ketergantungan pada
keluarga atau subsidi pemerintah).

2. Perumahan-sering pindah ke tempat tinggal yang lebih kecil dan kemudian dipaksa
pindah ke tatanan institusi.

3. SosiaI-Kehilangan (kematian) saudara, teman-teman dan pasangan.

4. Pekerjaan-Keharusan pensiun dan hilangnya peran dalam pekerjaau dan perasaan


produktivitas.

5. Kesehatan-Menurunnya fungsi fisik, mental dan kognitif; memberikan perawatan bagi


pasangan yang kurang sehat.

II.5 Masalah Dalam Kesehatan Lansia


Masalah-Masalah Kesehatan. Bcrdasarkan laporan tahun 1987-1988 yang
dikcluarkan oleh US. Senate Special Committe on Aging, lansia mcrupakan pemakai
pelayanan kesehatan paling mcnonjol. Lebih dari 4 dan 5 lansia memiliki minimal satu
kondisi kronis dan kondisi multipel yang lazim diderita olch lansia. Lansia merupakan 12
persen dari total populasi, tapi mereka manggunakan 33 persen dari pembelanjaan
pcrawatan kesehatan di Amerika Serikat.
Faktor-faktor seperti menurunnya fungsi dan kekuatan fisik, sumber-sumbcr
finansial yang tidak memadai, isolasi sosial, kesepian. dan banyak kchilangan lainnya yang
dialami oleh lansia menunjukan adanya kercntanan psikofisiologi dari lansia (Kelley et a1,
1977). Oleh karena itu, terdapat masalah-masalah kesehatan yang multipel. Pasangan atau
individu lansia dalam scmua fase sakit kronis mulai dari fasc akut hingga fase rehabilitasi
sangat mcmbutuhkan bantuan. Baik fungsi-fungsi yang terkait secara mcdis (pengkajian
fisik. reaksi-reaksi yang buruk) dan fungsi-fungsi keperawatan (mengkaji respon: klien
terhadap sakit dan pengobatan serta kemampuan koping) adalah relevan disini. Promosi
kesehatan tetap menjadi penting, khususnya dalam bidang nutrisi, latihan pencegahan cedera
penggunaan obat yang aman pemakaian pelayanan preventif dan berhenti merokok.
Isolasi sosial, depresi. gangguan kognitif(yang mungkin berkaitan dengan sejumlah masalah
(termasuk penyakit Alzheimer). dan masalah-masalah psikologis adalah masalah kesehatan

9
yang serius khususnya bila bersama-sama dengan sakit fisik. Pengkajian dan penggunaan
sistem dukungan total kcluarga atau individu harus menjadi bagian integral dari perawatan
kesehatan keluarga
Proses menua dan menurunnya kesehatan menycbabkan betapa pentingnya
pasangan menikah saling menolong satu sama lain. Karena wanita hidup lebih lama
daripada pada pria dan biasanya orang yang membantu suami yang sakitatau yang tak
berdaya. Dalam kebanyakan kasus penyakit bcrsifat kronis dan berkcmbmg menjadi tidak
berdaya. schingga perlu waktu untuk menyesuaiknn tcrhadap situasi terakhir. Suami
mcncmukan tugas merawat istri sebagai suatu tugas yang lebih sulit, karena peran merawat,
memelihara dan menjadi ibu rumah tangga semata-mata masih sebagai peran wanita.
Defisiensi nutrisi di kalangan lansia terjadi secara luas dan mcnimbulkan banyak masalah
yang berkaitan dengan penuaan (lemah, bingung, depresi, konstipasi, dan ada beberapa
lagi). Masalah yang berkaitan dengan perumahan. penghasilan yang cocok, rekreasi dan
fasilitas perawatan kesehatan yang adekuat secara merugikan mempengaruhi status
kesehatan lansia kejadian seperti jatuh dan kecelakaan lain dirumah sangat banyak sehingga
alat-alat dalam lingkungam yang aman merupakan kebutuhan program-program pemerintah
tidak secara adekuat menyediakan pensiun yang aman sepertiom yang terlihat pada
masalah-maslah yang menyangkut penggunaan panti perawatan, fasilitas fasilitas board-
and-care jangka panjang dan rumah sakit jiwa laksana gudang dibawah tanah
Para profesionnl di bidang kcsehatan kcluarga dapat memberikan begitu banyak
bantuan tidak langsung dcngan mcnunjuk individu atau pasangan lansia atau individual kc
sumber-sumber komunitas yang sesuai untuk memperbaiki masalah-masalah mereka.
Bcbcrapa sumber-sumber komunitas ini adalah:
1) Senior Centre yang menawarkan rekreasi. program-program pcndidikan lanjutan.
bcberapa pclayanan kcschatan dan (kadang-kadang) dan pelayamn hokum

2) pelayanan informasi dan rujukan yang mcmberikan informasi yang relevant scbagai
respons terhadap panggilan telepon atau kunjungan:

3) pelayanan perawatan rumah tangga meliputi memasak dan mcmbctsihkan sarta


menciptakan hubungan social pelayanan-pelayanan yang memungkinkan beberapa
lansia tetap tinggal dirumah mereka sendiri dari pada harus ditempatkan di institusi

10
4) fasilitas-fasilitas perawatan sehari untuk geriatrik. di mana lansia mendapat
supervisi dan berbagai pelayanan seharian penuh biasanya hanya untuk lansia yang
tidak mampu menggunakan senior center;

5) program-program nutrisi beberapa program dilakukan dengan mengangkut kc suatu


tempat untuk makan. dan beberapa program yang lain seperti Meals on Wheels.
mngirim makanan kepada lansia yang tidak bisa berjalan

6) Program Kakek-Ncnek Angkat. sebuah progam yang disubsidi pemcrintah federal


yang mcmbantu perawatan tutor. atau bermain dcngan anak-anak yang dimasukkan
dalam instimsi untuk lansia dengan pendapatan rendah;

7) Retired Senior Volutear Program. juga disubsidi pcmainlah federal yang mcmbamu
menyediakan pelayanan komunitas untuk lansia (Kalish. 1975. ha]. 117).

8) Pelayanan penanganan khusus.

II.6 Proses Penuaan


Proses penuaan dimulai sejak kita lahir. Suatu proses yang alamiah dan
berlangsung sedikit dem sedikit yang pengaruhnya berbeda pada setiap individu. Tidak
semua orang mengalami proses penuaan pada tingkat dan cara yang sama. Sebagian orang
lebih aktif pada umur 50 tahun. Bahkan setiap bagian tubuh kita berbeda-beda proses
penuaannya. Rambut mungkin sudah putih dan muka keriput tetapi masil sanggup latihan
olah raga selama 1 jam setiap pagi. Berikut ini adalah beberapa tips untuk mengatasi
perubahan-perubahan yang terjadi dan saran supaya tetap aktif dan sehat dalam masa-masa
keemasan anda.
Saat memegang benda-benda agak jauh harus menggunakan kacamata supaya bisa
melihat dengan jelas. Pada usia 50-an, kulit mulai kehilangan eltisitasnya dan mungkin
timbul bintik-bintik coklat, kekuatan otot menurun, tulang menipis. Wanita mencapai
menopause dan tidak mampu menstruasi lagi. Pria masih mampu mempunyai anak tetapi
perlu waktu lebih lama untuk bisa Ereksi.

11
Pada umur 70 tahun, alat-alat perasa mulai berubah. Tajam penglihatan menurun,
Pendengaran berkurang ketajamannya indra penciuman dan perasa juga bepengaruh. Organ
tubuh lain juga mulai menurunun, pencernaan mulai lambat dan jantung tidak efektif.
Pada umur 80 tahun, kandung kemih lebih sulit dikontrol dan daya ingat terutama kejadian
akhir memburuk. Tidak seperti yang banyak disangka, tingkat anda kecerdasan tidak selalu
harus menurun dengan bertambahnya usia. Apabila terjadi penurunan biasanya disebabkan
oleh adanya penyakit. Mungkin terjadi sedikit kesulitan pola berfikir tetapi kemampuan
dalam memecahkan masalah berdasarkan pengalaman dan kemampuan logika yang malah
meningkat.
Mengatasi perubahan-perubahan pada
a. Kulit:
 Gunakan pelembab seperti lanolin sehabis mandi untuk mencegah kulit kering dan
mengurangi kerut.
 Hindari bepergian di siang hari di bawah sinar matahari atau pakailah payung atau
cairan penahan sinar matahari.
 Kenakan sarung tangan sewaktu mencuci, jangan memakai detergent yang kuat.
b. Rambut:
 Gunakan shampo ringan setiap 3-4 hari.
 Cuci rambut dengan air dingin atau hangat. Air panas akan melonggarkan akar
rambut.
 Gunakan pewarna rambut bila perubahan warna sangat mengganggu.

c. Mata:
 Periksakan mata bila tajam penglihatan memburuk. Mungkin diperlukan kaca
mata baru. Dan glaukoma (penyakit di mata akibat peningkatan tekanan pada bola
mata).
 Jagalah agar penerangan/lampu di rumah anda cukup terang untuk membaca.
d. Pendengaran :
 Hindari musik dan suara yang keras.

12
 Konsultasikan ke dokter bila pendengaran terganggu dan pakailah alat bantu
pendengaranbila dianjurkan.
e. Seks:
 Orang-orang berusia lanjut masih mampu menikmati kehidupan seks meskipun
pada pria perlu waktu lama untuk ereksi.
 Wanita lanjut usia mungkin perlu memakai jelly yang larut dalam air untuk
membasahi saluran rahim.
f. Kontrol kandung kemih:
 Apabila mulai tidak bisa mengontrol kandung kemih, minta nasehat dokter.
Biasanya dapat diobati.
 Kenakan pembalut (pampers) untuk mengurangi rasa tidak enak.
g. Otot dan Jantung:
 Latihan olahraga akan memperkuat otot, jantung dan paru-paru. Tetapi sebelum
mulai, periksa ke dokter dahulu bila anda tidak pernah latihan atau mempunyai
masalah kesehatan.
 Jalan cepat, bersepeda dan berenang adalah cara latihan yang baik bagi orang tua.
 Mulailah secara perlahan-lahan sampai porsi latihan mencapai 15-60 menit, 3-5
hari seminggu.
h. Persendian:
 Jaga kelenturan sendi-sendi dengan Latihan
i. peregangan:
 Gerakan memutar leher, bahu, pergelangan tangan dan kaki.
 Sit-up.
 Angkat kaki ke depan, belakang dan samping.
 Tekuk siku-siku dan lutut.
 Bungkukkan badan ke muka, ke belakang dan ke samping.
 Bermainlah seolah-olah sedang memainkan piano dengan jari-jari anda.
 Dianjurkan latihan yoga atau taichi untuk menjaga kelenturan sendi-sendi dan
memperbaiki keseimbangan badan dan menghindari kecelakaan.

13
 Jaga kehangatan tangan dan kaki di malam hari untuk mencegah kekakuan di pagi
hari.
j. Tulang-Tulang.:
 Osteoporosis atau penipisan tulang biasa terjadi pada wanita lebih dari 60 tahun.
Hal itu bisa dihindari dengan menelan kalsium.
 Para wanita yang telah mencapai menopause sebaiknya konsultasi dengan dokter
apakah perlu tambahan hormon.

k. Gigi :
 Sikat gigi setiap habis makan pagi dan sebelum tidur. Bersihkan sela-sela gigi
satu kali setiap hari.
 Gantilah gigi yang telah goyah. Gigi palsu yang tepat akan membuat anda
mengunyah dengan benar dan kemungkinan gigi tertelan kecil.
 Konsultasi dengan dokter gigi secara teratur untuk mengontrol adanya lubang
dan penyakit gusi. Juga untuk memastikan bahwa gigi palsu sudah terpasang
dengan tepat.

II.7 Diagnosa keperawatan yang timbul


Diagnosa keperawatan yang dapat muncul dalam tumbuh kembang keluarga tahap 8 :
(PPNI T. P., 2017)
1) D. 0120 Gangguan Proses keluarga
2) D. 0080 Ansietas

14
II.8 Intervensi
No Diagnosa (PPNI T. P., 2017) Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi (PNI T. P., 2018)
(PPNI S. D., 2018)
1 D.0120 Gangguan Proses Setelah dilakukan tindakan Dukungan Koping Keluarga
keluarga keperawatan selama….×…. jam Definisi :
proses keluarga membaik, dengan Memfasilitasi peningkatan nilai-nilai, minat dan
Definisi :
kriteria hasil : tujuan dalam keluarga.
Perubahan dalam hubungan atau
1. Adaptasi keluarga terhadap Tindakan :
fungsi keluarga
situasi meningkat. Observasi :
Berhubungan dengan:
2. Kemampuan keluarga - Identifikasi respons emosional terhadap
1. perubahan status kesehatan
berkomunikasi secara kondisi saat ini.
anggota keluarga
terbuka di antara anggota - Identifikasi beban prognosis secara
2. perubahan finansial keluarga
keluarga meningkat. psikologis.
3. perubahan status sosial
3. Kemampuan keluarga - Identifikasi pemahaman tentang
keluarga
memenuhi kebutuhan fisik keputusan perawatan setelah pulang.
4. perubahan interaksi dengan
keluarga meningkat. - Identifikasi kesesuaian antara harapan
masyarakat.
4. Kemampuan kelurga pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan.
5. krisis perkembangan.
memenuhi kebutuhan Terapautik :
6. transisi perkembangan.
emosional anggota - Dengarkan masalah, perasaan, dan
7. peralihan pengambil keputusan
keluarga meningkat. pertanyaan keluarga.
dalam keluarga.
5. Kemampuan mencari - Terima nilai-nilai keluarga dengan cara
8. perubahan peran keluarga.
bantuan secara cepat yang tidak menghakimi.
9. krisis situasional

15
10. transisi situasional. meningkat. - Diskusikan rencana medis dan perawatan.
Ditandai dengan 6. Aktivitas mendukung - Fasilitasi pengungkapan perasaan antara
Data Mayor : pertumbuhan keluarga pasien dan keluarga atau antar anggota
DS :- meningkat. keluarga.
DO: 7. Ketepatan peran anggota - Fasilitasi pengambilan keputusan dalam
1. Keluarga tidak mampu keluarga meningkat. merencanakan perawatan jangka panjang,
beradaptasi terhadap situasi. 8. Sikap respek terhadap jika perlu
2. Tidak mampu berkomunikasi anggota keluarga - Fasilitasi anggota keluarga dalam
secara terbuka diantara meningkat. mengidentifikasi dan menyelesaikan
anggota keluarga. 9. Minat keluarga melakukan konflik nilai.
aktivitas positif meningkat - Fasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar
Data Minor
10. Kemampuan keluarga pulih keluarga ( misal : tempat tinggal,
DS:
dari kondisi sulit makanan, pakaian ).
1. Keluarga tidak mampu
meningkat. - Fasilitasi anggota keluarga melalui proses
mengungkapkan perasaan
11. Keseimbangan otonomi dn kematian dan berduka, jika perlu.
secara leluasa
kebersamaan mrningkat.
DO : - Fasilitasi memperoleh pengetahuan,

1. Keluarga tidak mampu keterampilan, dan peralatan yang

memenuhi kebutuhan diperlukan untuk mempertahankan

fisisk/emosional/ spiritual keputusan perawatan pasien.

anggota keluarga. - Bersikap sebagai pengganti keluarga


2. Keluarga tidak mampu untuk menenangkan pasien dan atau jika
mencari atau menerima keluarga tidak dapat memberikan

16
bantuan secara tepat. perawatan.
- Hargai dan dukung mekanisme koping
yang digunakan.
- Berikan kesempatan berkunjung bagi
anggota keluarga.
Edukasi :
- Informasikan kemajuan pasien secara
berkala.
- Informasikan fasilitasi perawatan
kesehatan yang tersedia.
Kolaborasi :
- Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu.

2 D. 0080 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas


Definisi: keperawatan selama….×…. jam Definisi:
Kondisi emosi dan pengalaman ansietas membaik, dengan kriteria Meminimalkan kondisi individu dan
subyektif individu terhadap objek hasil : pengalaman subyektif terhadap objek yang tidak
yang tidak jelas dan spesifik akibat 1. Verbalisasi kebingungan jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
antisipasi bahaya yang menurun memungkinkan individu melakukan tindakan
memungkinkan individu 2. Verbalisasi khawatir akibat untuk menghadapi ancaman.
melakukan tindakan untuk kondisi yang dihadapi Tindakan :
menghadapi ancaman. menurun Observasi:

17
Berhubungan dengan: 3. Perilaku gelisah menurun - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
1. Krisis situasional 4. Perilaku tegang menurun (mis.kondisi, waktu, stesor)
2. Kebutuhan tidak terpenuhi 5. Frekuensi pernapasan - Identifikasi kemanpuan mengambil
3. Krisis maturasional menurun keputusan
4. Ancama terhadap konsep 6. Frekuensi nadi menurun - Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
diri 7. Tekanan darah menurun nonverbal)
5. Ancaman terhadap 8. Perasaan keberdayaan Terapeutik:
kematian membaik - Ciptakan suasana terapeutik untuk
6. Kekhawatiran mengalami 9. Orientasi membaik menumbuhkan kepercayaan
kegagalan 10. Kemampuan meminta - Temani pasien untuk mengurangi
7. Disfungsi sistem keluarga bantuan orang lain kecemasan, jika memungkinkan
8. Hubungan orang tua – anak meningkat - Pahami situasi yang membuat ansietas
tidak memuaskan 11. Dukungan emosi yang dengarkan dengan penuh perhatian
9. Faktor keturunan disediakan oleh orang lain - Gunakan pendekatan yang tenang dan
(temperamen mudah meningkat menyakinkan
teragitasi sejak lahir)
- Tempatkan barang pribadi yang
10. Penyalahgunaan zat
memberikan kenyamanan
11. Terpapar bahaya
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang
lingkungan
memicu kecemasan
12. Kurang terpapar informasi
- Diskusikan perencanaan realistis tentang
Ditandai dengan
peristiwa yang akan datang
Data Mayor
Edukasi:

18
DS: - Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang
1. Merasa bingung mungkin dialami
2. Merasa khawatir dengan - Informasikan secara faktual mengenai
akibat dari kondisi yang diagnosis, pengobatan dan prognosis
dihadapi - Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
3. Sulit berkonsentrasi pasien, jika perlu
DO: - Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
1. Tampak gelisah kompetitif, sesuai kebutuhan
2. Tampak tegang - Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
3. Sulit tidur persepsi
Data Minor - Latih kegiatan pengalihan untuk
DS: mengurangi ketegangan
1. Mengeluh pusing - Latih penggunaan mekanisme pertahanan
2. Anoreksia diri yang tepat
3. Palpitasi
- Latih teknik relaksasi
4. Merasa tidak berdaya
Kolaborasi:
DO:
- Kolaborasi pemberian obat antlansietas,
1. Frekuensi napas meningkat
jika perlu
2. Frekuensi nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. Diaforesis
5. Tremor

19
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa lalu

20
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Tahap terakhir dalam kehidupan dibagi menjadi dua, yakni usia lanjut dini yang
berusia antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang mulai pada usia
tujuh puluh tahun sampai akhir kehidupan seseorang. Sedangkan menurut WHO (dalam
Ardi, 2013) yang disebut lansia yaitu jika seorang individu berumur enam puluh sampai
tujuh puluh empat.
Tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut : Mempersiapkan diri untuk
kondisi yang menurun, Mempersiapkan diri untuk pension, Membentuk hubungan baik
dengan orang seusianya, Mempersiapkan kehidupan baru, Melakukakn penyesuaian
terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai, Mempersiapkan diri untu kematiannya
dan kematian pasangannya.
Proses menua berlangsung dan masa pensiun menjadi suatu kenyataan, maka ada
berbagai macam stressor atau kehilangan-kehilangan yang dialami oleh mayoritas lansia dan
pasangan-pasangan yang mengacaukan transisi peran mereka.

III.2 Saran
Semoga makalah yang Kami susun ini dapat sangat bermanfaat bagi para
pembaca, dan dapat memberikan pengetahuan sedikit tentang Tumbuh kembang keluarga
tahap 8. Kami mengetahui bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi penulisannya, bahasa dan lain sebagainya.untuk itu saran dari
para pembaca yang bersifat membangun sangat saya harapkan agar dapat tercipta makalah
yang baik dan dapat memberi pengetahuan yang benar kepada pembaca. dan jadikanlah
membaca sebagai kebiasaan anda, karena melalui membaca akan membuka lebih banyak
gerbang ilmu untuk anda.

21
DAFTAR PUSTAKA

Alini. (2017). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


DEPRESI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA DESA JAKE WILAYAH KERJA
UPTD KESEHATAN KARI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI TAHUN 2016.
ISSN 2580-2194 Vol 1, No 1.

Camelia Kristika Pepe, H. K. (2020). DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DALAM


MEMENUHI KEBUTUHAN SOSIAL LANSIA DI PANTI. Jurnal Social Work,
HALAMAN: 1 - 129 ISSN:2339-0042 (p) ISSN: 2528- 1577 (e) Vol 1, No, 1.

Friedman, M. M. (1998). KEPERAWATAN KELUARGA Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.

Khairani. (2014). HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KESEPIAN PADA


LANSIA. Idea Nursing Journal, ISSN: 2087-2879 Vol.V No.1 .

Maryam, S. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika.

PNI, T. P. (2018). standart intervensi keperawan indonesia. jakarta: DPP PPNI.

PPNI, S. D. (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

22
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. DATA UMUM
1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. B
2. Usia : 68 tahun
3. Pendidikan : S1
4. Agama : Islam
5. Suku Bangsa : Jawa
6. Pekerjaan : Pensiun Pegawai Departemen Koperasi
7. Alamat : RT. 02 RW. 02 DesaMojosulur
8. Komposisi Keluarga :

Nama
No L/P Hub dg KK Umur Pend Pek
( Inisial)
1 Ny. M P Istri 64 SMA IRT
2 Ny. S P Anak 38 SMA IRT
3 Tn. T L Menantu 38 S2 Swasta
4 An. M L Cucu 13 SD Siswa
5 An. D P Cucu 7 TK Siswa
6 An. A L Cucu 4 - -

9. Genogram (minimal 3 generasi)

23
Keterangan:
Tinggal serumah Garis penikahan
Perempuan Garis keturunan
Laki-laki Meninggal dunia

Klien
10. Tipe Keluarga
Keluarga Tn.B merupakan tipe keluarga extended family (Kakek, anak, cucu).
Tn.B tinggal bersama Ny. M (istri), Ny. S (anak), Tn.T (menantu), An.M (cucu), An.D
(cucu), dan An.A (cucu).

11. Suku dan Latar Belakang Budaya


Tn.B dan Ny.M memiliki latar belakang budaya Jawa. Bahasa sehari-hari
menggunakan bahasa Indonesia campur Bahasa Jawa.

12. Identifikasi Agama


Keluarga Tn.B menganut agama islam. Ny. M mengatakan bahwa setiap shalat
Tn.B selalu mengusahakan untuk berjamaah di masjid, dan sering menghadiri kegiatan
pengajian rutin. Ny. M sendiri sejak mengalami sakit di persendian jarang mengikuti
kegiatan di luar rumah, sehingga melaksanakan shalat di rumah. Keluarga Tn.B
merupakan keluarga yang taat beribadah baik sunah maupun wajib. Hal ini juga
ditanamkan kepada anak dan cucunya.

24
13. Status Sosial Ekonomi
Selama ini penghasilan berasal dari uang pension Tn.B, karena Tn.B sendiri
merupakan pensiun pegawai Departemen Koperasi. Pendapatan Tn.B sekitar
Rp.3.000.000,- per bulan. Apabila ada uang lebih Ny. M berusaha untuk menabung.
Kebutuhan sehari-hari tercukupi, termasuk untuk biaya terapi dan beberapa kebutuhan
lain. Keluarga Tn.B merupakan keluarga yang hemat dan sederhana. Selain itu,
pendapatn keluarga juga didapatkan dari Tn.T yang saat ini masih aktif bekerja.

14. Aktivitas Rekreasi Keluarga atau Waktu Luang


Ny. M mengatakan bahwa keluarganya kadang melakukan rekreasi dengan
berkunjung ke rumah saudara. Namun keluarga Tn.B selalu berusaha untuk menyediakan
waktu untuk makan bersama dan menonton TV bersama. Ny. M menganggap bahwa
bersih-bersih bersama juga merupakan kebahagiaan yang sama halnya dengan rekreasi.
Setiap tahun Tn.B dan Ny. M berkunjung ke kampung halaman di Surabaya.

II. RIWAYAT DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap Perkembangan Keluarga saat ini :
Keluarga Tn. B saat ini berada pada tahap perkembangan dengan lanjut usia,
karena ke empat anaknya sudah menikah dan memiliki rumah masing-masing kecuali
anak bungsu yang tinggal serumah. Namun di dalam rumah terdapat usia remaja, yaitu
anak Ny. S. Ny. S mengatakan bahwa selama ini selalu berusaha untuk melakukan
diskusi dengan putra pertama yaitu An.M. Setiap ada masalah An.M bercerita kepada Ny.
S. Tugas perkembangan yang dilakukan baik. Tn.B selalu berusaha menjaga harmonisasi
keluarga dan berupaya memberikan dukungan dan perhatian kepada keluarga, terutama
Ny. M. Sedangkan Ibu S berupaya selalu memantau aktivitas sehari-hari Ab.M, termasuk
teman sebaya dan tetap menjalin komunikasi yang terbuka.

2. Tahap Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi :


Berdasarkan identifikasi dari penuturan Bpk.B dan Ibu M, keluarga ini sudah
melewati setiap tahap perkembangan keluarga. Pasangan Bpk.B dan Ibu M saling
memberikan dukungan di masa tua dan berupaya untuk terus saling mengingatkan.

25
3. Riwayat Keluarga Inti :
Tn.B mengatakan usia saat ini adalah 68 tahun, mengatakan memiliki riwayat atau pernah
jatuh sehingga terasa nyeri di lutut kanan, mengeluh pergerakan terbatas, terutama jika
digunakan untuk shalat. Tn.B mengatakan saat ini sedang menjalani terapi, begitu juga
Ny. M

Ny.M 64 tahun, mengatakan mengalami nyeri sendi di lutut kanan, mengeluh aktvitas
terbatas dan khawatir jika dibuat jalan jauh

4. Riwayat Keluarga Sebelumnya (pihak suami & istri)


Tn.B mengatakan bahwa memiliki riwayat pernah terjatuh dan mengakibatkan nyeri pada
lutut kanan. Dan memiliki riwayat hipertensi.
Ny. M mengatakan pernah memiliki riwayat kolestrol tinggi. Dan memiliki riwayat
hipertensi.

III.LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
a. Tipe, ukuran rumah, jumlah ruangan
Tipe rumah keluarga Tn.B bersifat permanen memiliki ukuran 8 x 15 m 2, terdapat 1
ruang tamu, 1 ruang keluarga, 3 kamar, 1 dapur, 1 ruang shalat dan 1 kamar mandi.
Depan rumah terdapat teras dan garasi.

b. Ventilasi dan penerangan


Rumah berdekatan dengan tetangga, sehingga hanya terdapat penerangan dari arah
depan dan belakang rumah, atap belakang rumah disisipkan genting yang terbuat dari
kaca sehingga ada sinar matahari yang masuk ke dalam rumah. Selama ini
penerangan di dalam menggunaakan lampu apabila akan melakukan aktivitas.
Ventilasi dan sirkulasi udara baik.

c. Persediaan air bersih

26
Tn.B mengatakan kebutuhan air berasal dari air sumur/ air bawah tanah
(menggunakan pompa air) dan jernih serta tidak berbau.

d. Pembuangan sampah
Selama ini pembuangan sampah dikumpulkan tempat sampah di tiap rumah dan ada
petugas yang mengambil ke rumah-rumah.

e. Pembuangan air limbah


Pembuangan air limbah dialirkan ke septictank

f. Jamban/ WC (tipe, jarak dengan sumber air)


Jamban menggunakan tipe jongkok, jarak sumber air dengan septitank kurang lebih
8-10 meter.

g. Denah (rumah dan lingkungan)


15 m

KAMAR 1 KAMAR 2

DAPUR DAN GUDANG

8m

RUANG TAMU &


KELUARGA RUANG
KAMAR 3 SHALAT KAMAR
MANDI
h. Sarana komunikasi
Sarana komunikasi yang digunakan selama ini adalah handphone

i. Fasilitas pelayanan kesehatan

27
Apabila ada anggota keluarga yang sakit akan di bawa ke Rumah Sakit, karena akses
mudah dan keluarga Tn.B sudah merasa cocok, baik itu situasi yang bersifat urgent.
Tn.B dan Ny. M masih sering kontrol dan menjalani terapi.

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Rumah warga umumnya sedang, saling berdekatan dan sebagian rumah memiliki
halaman, namun kebanyakan hanya teras rumah. Tn.B merupakan salah satu tokoh dan
ketua paguyuban lansia. Mayoritas penduduk adalah pensiunan pegawai Departemen
Koperasi, beberapa masih aktif dan memiliki pekerjaan karyawan swasta, pedagang kecil
dan sebagainya. Sebagian besar warga beragama Islam dan mempunyai status sosial
ekonomi menengah ke atas. Ibu-ibu setempat mempunyai perkumpulan pengajian setiap
hari selasa ba’da magrib. Tn.B mengatakan selama ini hubungan dengan tetangga baik.
Lingkungan nyaman dan tenang, dekat dengan tempat kumpul-kumpul di halaman masjid
yang berjarak 20 meter dari rumah. Akses masuk bisa dilalui motor dan mobil.

3. Mobilitas geografi keluarga


Awalnya Tn.B tinggal di Surabaya, dan pernah tinggal di Jakarta karena
menyesuaikan penempatan kerja. Saat ini menetap di Mojosari karena rumah tempat
tinggal saat ini diperuntukkan pada pegawai dan pensiunan Departemen Koperasi.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi keluarga dengan masyarakat


Tn.B merupakan tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh kuat terhadap
masyarakat dan termasuk ketua paguyuban lansia. Tn.B rutin mengikuti kegiatan
pengajian setiap minggu pagi. Tn.B berusaha untuk mengikuti shalat berjamaah di
masjid. Tn.B juga sering mengikuti acara kumpul-kumpul setiap sabtu pagi di halaman
masjid. Kegiatan olahhraga hanya dilakukan mandiri tidak secara berkelompok.

5. Sistem pendukung keluarga


Tn.B mengatakan selama ini jika ada masalah dalam keluarga, keluarga lain
sangat mendukung dan memiliki respon baik, terutama keluarga anak bungsu yang
tinggal serumah. Jika ada masalah anggota keluarga selalu mendiskusikan dengan Tn.B.

28
IV. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga
Keluarga selalu berusaha melakukan komunikasi dua arah dan saling terbuka. Jika
ada masalah selalu berusaha untuk dilakukan diskusi atau musyawarah. Keterbukaan ini
juga ditanamkan pada cucu Tn.B yang menginjak usia remaja.

2. Struktur kekuatan keluarga


Pengambil keputusan tertinggi adalah Tn.B. Untuk urusan kehidupan sehari-hari,
keputusan diambil oleh Ny. S, karena Ny. M sudah terbatas beraktivitas. Namun, jika
dirasa masalah perlu untuk didiskusikan, anggota keluarga lain, termasuk Tn.T diajak
untuk musyawarah.

3. Struktur Peran (formal dan informal)


Peran formal:
Tn.B berperan sebagai kepala keluarga, Ny. M sebagai ibu rumah tangga. Selama
ini Tn..B sebagai pencari nafkah dan saat ini mendapatkan dana pensiun tiap bulan dan
Tn.T yang masih aktif bekerja membantu berkontribusi sebagai pencari nafkah.Ny. M
dan Ny. S berperan sebagai ibu rumah tangga, yang mengatur keuangan yang ada serta
mendidik dan mengasuh anak. An.M, An.D dan An.A bertugas untuk belajar dan
membantu Ny. S dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Ny. S berharap anak-
anaknya menurut dan mau mengerti kondisi keluarga yang sederhana sehingga tidak
menuntut semua keinginan mereka dapat dipenuhi.

Peran informal:
Selama ini Tn.B aktif menjadi ketua paguyuban lansia. Tn.B dulu pernah menjadi
ketua RW selama beberapa periode. Peran tersebut tidak mengganggu peran yang ada di
keluarga.

29
4. Nilai dan Norma budaya
Keluarga tidak mempunyai pantangan makanan selain yang dilarang oleh Agama
Islam. Semua anggota keluarga makan dengan menu yang sama. Terdapat peraturan
khusus di rumah Tn.B, misalnya pagi hari diusahakan tidak tidur (jika kondisi fit), jam
tidur siang, jam belajar, atau pendampingan saat nonton televisi bagi anak-anak.
Umumnya nilai dan keyakinan budaya yang dianut berdasarkan budaya Jawa yang tetap
menoleransi budaya Sunda dan Betawi.

V. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Semua anggota keluarga saling menyayangi. Orang tua tidak membeda-bedakan
dalam memberikan kasih sayangnya. Setiap adalah masalah keluarga peka dan berusaha
untuk menyelesaikan secara kekeluargaan tanpa emosional. Antar anggota keluarga
saling memberikan dukungan dan semangat sehingga terjalin hubungan yang harmonis.
Tn.B dan Ny. M mengatakan sangat senang dan bersyukur memiliki keluarga walaupun
sederhana dan kecil namun ada kebahagiaan tersendiri yang dirasakan.

2. Fungsi Sosialisasi
Tn.B mengatakan selalu berusaha memberikan arahan kepada anak dan cucu
untuk bersikap sopan dan berbuat baik, penanaman etika didasarkan pada agama sebagai
pondasi yang kuat untuk membentuk karakter. Tn.B juga selalu berusaha untuk mencari
informasi penting terkait kesehatan, terutama untuk Ny. M. Informasi tersebut akan
diteruskan kepada seluruh anggota keluarga. Begitu juga dengan Ny.S, jika ada informasi
terbaru akan menceritakan kepada anggota keluarga.

3. Fungsi Perawatan Keluarga


Setiap anggota keluarga yang sakit selalu berusaha melakukan perawataan yang
maksimal kepada keluarga, terutama kepada Tn.B dan Ny. M yang menjadi perhatian
karena riwayat kesehatan yang kurang. Tn.B juga memiliki riwayat jatuh dan hipertensi
dan saat ini mengeluhkan rasa nyeri di persendian lutut kaki kanan. Begitu juga dengan

30
Ny. M, memiliki riwayat hipertensi. Lingkungan rumah bersih. Setiap ada anggota yang
sakit Tn.B selalu berusaha untuk mengingatkan minum obat. Saat ini Tn.B dan Ny. M
minum obat secara rutin. Tn.B dan keluarga selalu berusaha menjaga makanan yang
dikonsumsi, namun belum tahu aktivitas dan latihan yang perlu dilakukan untuk Tn.B
maupun Ny. M yang tepat selain menjaga pola makan. Akhir-akhir ini Tn.B sering
mengalami pusing dan sulit tidur, merasa kesulitan saat shalat dan jalan jauh karena nyeri
sendi dan kekakuan otot. Saat berjalan Tn.B dan Ny. M juga terlihat pelan-pelan dan
pincang karena menahan rasa nyeri di persendian.

VI. STRES DAN KOPING KELUARGA


1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang serta kekuatan keluarga
Tn.B mengatakan bahwa selalu memikirkan kondisi dan kesehatan saat ini, terutama
adalah kondisi Ny. M. Ny. M merasa khawatir dengan nyeri sendinya, terutama saat
dibuat berjalan jauh.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Tn.B dan Ny. M mengatakan setiap ada masalah selalu berdo’a dan tetap berusaha
melakukan perawatan dengan maksimal karena sudah menjadi kewajiban dan tanggung
jawab untuk merawat anggota keluarga.
3. Strategi koping yang digunakan
Selalu melaksanakan ibadah sesuai ketentuan dan berdo’a. Segala usaha telah dilakukan,
hasil akhirnya ditempuh dengan do’a. Setiap ada masalah selalu diusahakan untuk
musyawarah.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Berdasarkan identifikasi tidak ditemukan stres adaptasi disfungsional.

VII. HARAPAN KELUARGA TERHADAP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Keluarga selalu berdo’a agar selalu diberikan kesehatan dan bisa melaksanakan
kehidupan dengan cara bersyukur atas nikmat rejeki dan kesehatan. Ny. M juga
mengatakan semoga dengan adanya perawat yang datang ke rumah bisa membantu
mengurangi masalah kesehatan yang ada di keluarga, karena informasi yang disampaikan

31
menambah wawasan tentang kesehatan. Ibu M ingin bisa kembali beraktivitas dengan baik
jika nyerinya berkurang.

VIII. RIWAYAT KESEHATAN SETIAP ANGGOTA KELUARGA

1. PEMERIKSAAN FISIK (Semua anggota keluarga head to


toe/ saat pengkajian)

No Pemeriksaan Tn. B Ny.M Ny. S


1. Keadaan umum Baik Baik Baik
2. Tanda – tanda vital :
- TD (mmHg) 150/90 130/80 120/70
- Nadi (x/menit) 79 87 78
- Suhu (celcius) 36,5 36,7 36,5
- RR (x/menit) 19 22 18
3. TB (cm) & BB (kg) 170 & 75 160 & 88 160 & 59

4. Kepala : Bentuk simetris, Bentuk simetris, Bentuk simetris,


distribusi rambut distribusi rambut distribusi rambut
merata, tebal, merata dan tebal, merata dan tebal,
berwarna hitam, hygiene baik, hygiene baik,
terdapat uban terdapat uban berwarna hitam
5. Mata : Kelopak mata Kelopak mata Kelopak mata
terlihat dapat terlihat dapat terlihat dapat
membuka menutup, membuka menutup, membuka menutup,
sklera bening, sklera bening, sklera bening,
konjungtiva pink konjungtiva pink konjungtiva pink
tidak pucat, alis mata tidak pucat, alis tidak pucat, alis
berbatas tegas dan mata berbatas tegas mata berbatas tegas
simetris, dan simetris, dan simetris,
pembengkakan mata pembengkakan pembengkakan mata
(-), respon terhadap mata (-), respon (-), respon terhadap
cahaya (+), alat terhadap cahaya cahaya (+), alat
bantu -. Mengalami (+), alat bantu -, bantu -
sedikit penurunan mengalami
penglihatan penurunan

32
penglihatan
6. Mulut dan Hidung : Bentuk simetris, Bentuk simetris, Bentuk simetris,
ekspresi muka ekspresi muka ekspresi muka
sesuai, lidah sesuai, lidah sesuai, lidah
berwarna putih berwarna putih berwarna putih
kemerahan, tidak kemerahan, tidak kemerahan, tidak
ada secret yang ada secret yang ada secret yang
keluar melalui keluar melalui keluar melalui
hidung, tidak ada hidung, tidak ada hidung, tidak ada
kotoran yang terlihat kotoran yang kotoran yang terlihat
melalui hidung, terlihat melalui melalui hidung,
lidah pada posisi hidung, lidah pada lidah pada posisi
normal, bicara tidak posisi normal, normal, bicara tidak
pelo, tidak ada bicara tidak pelo, pelo, tidak ada
gangguan menelan, tidak ada gangguan gangguan menelan,
bibir simetris, menelan, bibir bibir simetris,
mukosa bibir simetris, mukosa mukosa bibir
lembab, tidak ada bibir lembab, tidak lembab, tidak ada
cuping hidung, ada cuping hidung, cuping hidung,
Tidak ada lesi pada Tidak ada lesi pada Tidak ada lesi pada
rongga mulut, rongga mulut, rongga mulut,
perdarahan dan perdarahan dan perdarahan dan
pembengkakan (-), pembengkakan (-), pembengkakan (-),
karies gigi (-) karies gigi (-) karies gigi (-)

7. Telinga: Bentuk simetris Bentuk simetris Bentuk simetris


antara telinga kanan antara telinga kanan antara telinga kanan
dan kiri, liang dan kiri, liang dan kiri, liang
telinga terlihat telinga terlihat telinga terlihat
bersih, eritema (-), bersih, eritema (-), bersih, eritema (-),
tidak ada gangguan mengalami tidak ada gangguan
pendengaran penurunan pendengaran

33
pendengaran
8. Dada : Suara nafas ronchi, Inspeksi tidak ada Inspeksi tidak ada
Inspeksi tidak ada retraksi dada saat retraksi dada saat
retraksi dada saat bernafas, Palpasi bernafas, Palpasi
bernafas, Palpasi pengembangan pengembangan dada
pengembangan dada dada simetris, simetris, Perkusis:
simetris, Perkusis: Perkusis: sonor, sonor, vocal
sonor, vocal fremitus vocal fremitus fremitus teraba sama
teraba sama di teraba sama di di semua lapang
semua lapang paru semua lapang paru, paru, auskultasi:
auskultasi: suara suara nafas
nafas vesikuler vesikuler
9. Leher : Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran kelenjar pembesaran pembesaran kelenjar
tiroid kelenjar tiroid tiroid
10. Abdomen : Inspeksi: tidak ada Inspeksi: tidak ada Inspeksi: tidak ada
lesi disekitar lesi disekitar lesi disekitar
abdomen, tidak ada abdomen, tidak ada abdomen, tidak ada
distensi, perut tidak distensi, perut tidak distensi, perut tidak
kembung, kembung, kembung,
Auskultasi: bising Auskultasi: bising Auskultasi: bising
usus 20 x/menit, usus 20 x/menit, usus 20 x/menit,
Perkusi: tympani, Perkusi: tympani, Perkusi: tympani,
Palapasi: tidak ada Palapasi: tidak ada Palapasi: tidak ada
nyeri tekan diseluruh nyeri tekan nyeri tekan
lapang abdomen, diseluruh lapang diseluruh lapang
tidak ada abdomen, tidak ada abdomen, tidak ada
pembesaran organ. pembesaran organ. pembesaran organ.
11. Eliminasi Sistem perkemihan Sistem perkemihan Sistem perkemihan
Pola : ± 5x sehari, Pola : ± 4x sehari, Pola : ± 4x sehari,
tidak mengalami tidak mengalami tidak mengalami
inkontinensia inkontinensia inkontinensia

34
Eliminasi (BAB): Eliminasi (BAB): Eliminasi (BAB):
pola 1x sehari, tidak pola 1x sehari, tidak tentu, tidak
ada konstipasi. tidak ada ada konstipasi.
konstipasi.
12. Integumen Turgor kulit elastis, Turgor kulit elastis, Turgor kulit elastis,
tidak ada abrasi, tidak ada abrasi, tidak ada abrasi,
tidak ada lebam, tidak ada lebam, tidak ada lebam,
tidak bengkak, tidak tidak bengkak, tidak bengkak, tidak
ada eritema, tidak tidak ada eritema ada eritema
ada luka
13. Muskuloskeletal Ekstremitas atas dan Ekstremitas atas Ekstremitas atas dan
bawah simetris, dan bawah simetris, bawah simetris,
rentang gerak rentang gerak rentang gerak
terbatas, terutama terbatas di bagian penuh, dan otot kuat
persendian lutut lutut kanan karena
kanan karena nyeri nyeri sendi (skala
(skala nyeri 5) nyeri 6) hilang
muncul hilang timbul (terasa
timbul, terutama saat apabila dibuat jalan
jalan jauh dan jauh, dan otot
aktivitas banyak. sedikit lemah, jalan
Terlihat pincang saat sempoyongan dan
jalan. Hasil TUGT: pincang, hasil Time
12,87 detik. Up and Go Test:
Kekuatat otot kaki 16,17 detik
kanan (skor 4) (hambatan
mobilitas tinggi).
Kekuatan otot kaki
kanan (skor 3)
14. Capillary refill < 2 detik < 2 detik < 2 detik
15. Pemeriksaan darah GDS: 133 mg/dl GDS: 187 mg/dl GDS: 119 mg/dl

ANALISIS DATA

35
No. Data Masalah
1 Subyektif: Hambatan mobilitas pada
 Tn.B mengatakan usia saat ini adalah 68 tahun dan Tn.B dn Ny.M
Ibu M 64 tahun (00155)
 Tn.B mengatakan memiliki riwayat atau pernah
jatuh sehingga terasa nyeri di lutut kanan
 Tn.B mengatakan pergerakan terbatas, terutama
jika digunakan untuk shalat
 Ny. M juga mengatakan mengalami nyeri sendi di
lutut kanan
 Ny. M mengatakan aktvitas terbatas dan khawatir
jika dibuat jalan jauh
 Tn.B mengatakan saat ini sedang menjalani terapi,
begitu juga Ny. M
Obyektif:
 Kekuatan otot ekstermitas bawah sebelah kanan
lemah pada Tn.B dan Ny.M
 Tn.B dan Ny.M terlihat pincang saat berjalan
karena menghindari tekanan pada area lutut kanan
yang nyeri
 Tn.B mengalami penurunan penglihatan
 Hasil Time Up and Go Test: 16,17 detik (hambatan
mobilitas tinggi) pada Ny. M dan 12,87 detik pada
Tn.B

2 Subyektif: Risiko Ketidakefektifan Perfusi


 Tn.B mengatakan memiliki riwayat darah tinggi Jaringan Perifer pada Tn.B
 Tn.B mengatakan kadang merasakan berat di tengkuk (00228)
 Tn.B mengatakan kadang tidur tidak nyenyak
 Tn..B mengatakan jarang melakukan latihan fisik,
hanya kumpul-kumpul di halaman masjid.

Objektif:
 TD: 150/90 mmHg
 N: 79 x/menit

3  Tn.B mengatakan anggota keluarga saling mendukung Kesiapan meningkatkan proses


jika mengalami masalah keluarga Tn.B
 Tn.B mengatakan bahwa setiap anggota keluarga selalu (00159)
memantau keadaan anggota keluarga yang lain
 Tn.B mengatakan berusaha selalu berdiskusi dan
berkomunikasi secara terbuka
 Tn.B dan Ny. M mengatakan memiliki keinginan agar
bisa bugar seperti dulu (saat ini kurang olah raga).
Objektif:
 Tn.B terlihat antusias saat bercerita dan
menyampaikan sikapnya terhadap kesehatan
 Tn.B merasa semangat saat diajak untuk melakukan

36
latihan fisik, begitu juga dengan Ibu terlihat memiliki
motivasi

SKORING MASALAH

Diagnosis Keperawatan 1: Hambatan mobilitas pada Tn.B dan Ny. M


Kriteria dan Skor Bobot Total Pembenaran
Sifat Masalah: 1 3/3x1= Tn.B mengatakan usia saat ini 68 tahun, kadang
1. 1 mengalami pusing, pernah jatuh dan lutut kaki kanan terasa
2. nyeri, mengalami keterbatasan gerak karena nyeri tersebut,
3. terutama saat dibuat shalat. Ny. M juga mengalami nyeri
4. sendi di lutut kanan, sehingga menyebabkan aktivitas
terhambat, karena Ny. M khawatir jika dibuat jalan terlalu
jauh
Kemungkinan Masalah 2 2/2x2= Kemungkinan masalah untuk diubah adalah mudah, karena
dapat Diubah: 2 Tn.B dan Ny.M memiliki motivasi tinggi untuk melakukan
1. Mudah (2) latihan
2. Sebagian (1)
3. Tidak Dapat (0)
Potensial Masalah untuk 1 3/3x1= Tn.B mengatakan keluarga sanggup untuk melakukan
Dicegah: 1 perawatan pada anggota keluarga terutama pada Tn.B dan

37
1. Tinggi (3) Ny. M, dan setiap ada masalah berusaha untuk
2. Cukup (2) dikomunikasikan serta dimusyawarahkan untuk
3. Rendah (1) penyelesaian masalah. Terlihat antusiasme dan
keingintahuan keluarga dalam menerima informasi terkait
pencegahan hambatan mobilitas dan nyeri
Menonjolnya Masalah: 1 2/2x1= Menurut Tn.B, masalah hambatan bergerak pada Tn.B
1. Membutuhkan perhatian 1 sangat dirasakan dan perlu segera ditangani agar tidak
dan segera diatasi (2) terjadi kejadian berulang, Karena jika terjadi sulit
2. Tidak membutuhkan melakukan aktivitas. Terutama apabila Tn.B sedang shalat
perhatian dan tidak atau Ny. M dalam melakukan aktivitas keseharian
segera diatasi (1)
3. Tidak dirasakan sebagai
masalah atau kondisi
yang membutuhkan
perubahan (0)
Total 5

Diagnosis Keperawatan 2: Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer pada Tn.B


Kriteria dan Skor Bobot Total Pembenaran
Sifat Masalah: 1 2/3x1= Sifat masalah adalah risiko, karena keluarga sudah
1. 2/3 mengetahui bahwa salah satu latihan relaksasi bisa untuk
2. mengurangi kenaikan tekanan darah selain minum obat,
3. namun pelaksanaan masih belum dilakukan secara rutin
4.
Kemungkinan Masalah 2 1/2x2= Keluarga mengatakan akan berusaha menjadwalkan latihan
dapat Diubah: 1 dan aktivitas untuk mencegah kenaikan tekanan darah
1. Mudah (2) Tn.B, namun tergantung kondisi Tn.B
2. Sebagian (1)
3. Tidak Dapat (0)
Potensial Masalah untuk 1 2/3x1= Keluarga mengatakan dapat melakukan rencana aktivitas
Dicegah: 2/3 pada Tn.B, namun tergantung kondisi fisik dan kesehatan
1. Tinggi (3)
2. Cukup (2)
3. Rendah (1)
Menonjolnya Masalah: 1 2/2x1= Menurut keluarga, aktivitas untuk menjaga tekanan darah
1. Membutuhkan perhatian 1 stabil penting, namun belum menjadi prioritas bagi
dan segera diatasi (2) keluarga
2. Tidak membutuhkan
perhatian dan tidak
segera diatasi (1)
3. Tidak dirasakan sebagai
masalah atau kondisi
yang membutuhkan
perubahan (0)
Total 2 4/3

Diagnosis Keperawatan 3: Kesiapan meningkatkan proses keluarga Tn.B


Kriteria dan Skor Bobot Total Pembenaran
Sifat Masalah: 1 3/3x1=1 Sifat masalah adalah aktual, karena setiap anggota
1. keluarga memiliki motivasi dan dukungan untuk
2. mengatasi masalah yang dialami oleh masing-masing
3. anggota keluarga
4.
Kemungkinan Masalah 2 1/2x2=1 Tn.B mengatakan akan berusaha mendampingi Ny.

38
dapat Diubah: M untuk melakukan aktivitas atau latihan fisik
1. Mudah (2)
2. Sebagian (1)
3. Tidak Dapat (0)
Potensial Masalah untuk 1 3/3x1=2/3 Keluarga memiliki latar belakang pendidikan tinggi,
Dicegah: sehingga secara penegtahuna sudah baik, namun
1. Tinggi (3) secara perilaku yang masih memerlukan motivasi
2. Cukup (2) dan dukungan dari eksternaal seperti perawat/petugas
3. Rendah (1) keshatan.
Menonjolnya Masalah: 1 2/2x1=1 Menurut keluarga sudah sepatutnya saling
1. Membutuhkan perhatian mendukung dan memberikan perhatian karena
dan segera diatasi (2) menjadi tanggung jawab jika salah satu anggota
2. Tidak membutuhkan keluarga mengalami masalah kesehatan
perhatian dan tidak
segera diatasi (1)
3. Tidak dirasakan sebagai
masalah atau kondisi
yang membutuhkan
perubahan (0)
Total 3 2/3

PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

No Diagnosis Keperawatan Skor


1 Hambatan mobilitas pada Tn.B dan Ny.M 5
2 Kesiapan meningkatkan proses keluarga Tn.B 3 2/3
3 Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer 2 4/3

39
40

NURSING CARE PLAN (NCP)


Diagnosis Keperawatan NOC NIC
No. Data
Kode Diagnosis Kode Kriteria Hasil Kode Intervensi
1. Subyektif: Domain 4: TUK 1: Keluarga mampu mengenal
 Tn.B mengatakan usia saat ini Activity/Rest Setelah dilakukan intervensi keluarga mampu masalah
Class 2: mengenal masalah dengan kriteria hasil:
adalah 68 tahun dan Ny. M 64 Activity/Exercise
tahun Diagnosis: Level 1: Domain IV Level 1: Domain 3
 Tn.B mengatakan memiliki 00085 Hambatan Healt knowledge and behavior Behavioral
riwayat atau pernah jatuh mobilitas pada Level 2: Class S Level 2: Class S
sehingga terasa nyeri di lutut Tn.B dan Ny. M Health Knowledge Patient Education
(hal 216) Level 3: Outcomes Level 3: Intervention
kanan 1828 Pengetahuan: Pencegahan Jatuh (hal. 312). 5510 Pendidikan kesehatan (hal. 210)
 Tn.B mengatakan pergerakan Pengetahuan dan pemahaman keluarga 1. Berikan penjelasan tentang faktor
terbatas, terutama jika meningkat dari skala 2 (pengetahuan terbatas) internal (dalam diri individu) dan
digunakan untuk shalat menjadi 4 (pengetahuan baik), tentang: faktor eksternal (lingkungan) yang
 Ny.M juga mengatakan 18280 1. Penggunaan alat bantu yang tepat menyebabkan hambatan mobilitas
1 2. Penggunaan alat yang aman pada kelompok lansia
mengalami nyeri sendi di 18280 3. Penggunaan alas kaki yang tepat 2. Identifikasi kebutuhan/ alat bantu
lutut kanan 2 4. Penggunaan pencahayaan lingkungan dengan yang diperlukan untuk pencegahan
 Ny.M mengatakan aktvitas 18280 tepat hambatan mobilitas
terbatas dan khawatir jika 3 5. Penerapan prosedur berpindah yang aman 3. Gali faktor-faktor pada konteks
dibuat jalan jauh 18280 6. Latihan untuk mengurangi hambatan mobilitas personal dan riwayat sosial
7 7. Pengobatan dapat meningkatkan hambatan kultural yang mempengaruhi
 Tn.B mengatakan saat ini
mobilitas hambatan mobilitas
sedang menjalani terapi, 18280 8. Kondisi lemah dan kronis dapat meningkatkan 4. Tentukan tingkat pengetahuan dan
begitu juga Ny.M 9 hambatan mobilitas perilaku lansia/ individu dan
18281 9. Penyakit akut dapat meningkatkan hambatan keluarga terkait hambatan
Obyektif: 1 mobilitas mobilitas
18281 10. Perubahan tekanan darah dapat meningkatkan 5. Dampingi lansia dan keluarga
 Kekuatan otot ekstermitas
2 hambatan mobilitas dalam mengklarifikasi nilai dan
bawah sebelah kanan lemah 18281 11. Obat yang tidak sesuai resep dan anjuran dapat keyakinan terkait hambatan
pada Tn.B dan Ny. M 3 meningkatkan hambatan mobilitas mobilitas
 Tn.B dan Ny. M terlihat 12. Penerapan strategi perpindahan yang aman 6. Tekankan manfaat yang diterima
pincang saat berjalan karena 18281 13. Pentingnya menjaga kebersihan lantai setelah merubah perilaku guna
menghindari tekanan pada 4 14. Penggunaan bangku/ tempat duduk dan tangga mencegah hambatan mobilitas
18281 yang aman 7. Siapkan materi yang sesuai dan
area lutut kanan yang nyeri 5 15. Penerapan strategi untuk menjaga permukaan mudah dipahami oleh lansia dan
 Tn.B mengalami penurunan lantai aman dan tidak licin keluarga

40
41

penglihatan penglihatan 18281 8. Ajarkan strategi untuk


 Hasil Time Up and Go Test: 6 menghindari hambatan mobilitas
dengan memperbaiki faktor
16,17 detik (hambatan 18281 internal dan eksternal
mobilitas tinggi) pada Ny. M 7 9. Libatkan lansia dan keluarga
dan 12,87 detik pada Tn.B 18281 dalam perencanaan dan
8 implementasi untuk pencegahan
18281 jatuh
9 10. Manfaatkan dukungan keluarga
dalam memodifikasi perilaku dan
18282 lingkungan untuk mencegah jatuh
1
Level 1: Domain 4
Safety
Level 2: Class V
6490 Risk Management
Level 3: Intervention
Pencegahan Jatuh (hal 188)
1. Jelaskan kepada keluarga dan
lansia akibat/ dampak jatuh dan
bagaimana keluarga dapat
mengurangi hambatan mobilitas

TUK 2: Keluarga mampu memutuskan


Setelah dilakukan intervensi keluarga mampu tindakan keperawatan
memutuskan tindakan perawatan dengan
kriteria hasil:

Level 1: Domain IV Level 1: Domain 1


Health knowledge and behavior Physiological: basic
Level 2: Class Q Level 2: Class A
Health Behavior Activity and exercise management
Level 3: Outcomes Level 3: Intervention
1633 Partisipasi latihan (hal. 214). Bpk.S mampu 0200 Promosi latihan (hal. 182)
memutuskan tindakan untuk berpatisipasi 1. Nilai keyakinan individu terkait
latihan dari skala 2 (jarang melakukan) menjadi latihan fisik
4 (sering melakukan): 2. Gali pengalaman latihan
16330 1. Adanya rencana latihan yang sesuai untuk 3. Tentukan motivasi individu dalam
1 mencegah hambatan mobilitas dengan tenaga melakukan dan melanjutkan
kesehatan program latihan

41
42

16330 2. Adanya tujuan jangka pendek yang realistis 4. Gali penghambat latihan
3 3. Adanya tujuan jangka panjang yang realistis 5. Dampingi lansia dan keluarga
16330 4. Partisipasi dalam latihan rutin dalam menentukan hasil jangka
4 5. Terlihat melakukan latihan dengan benar pendek dan jangka panjang
16330 6. Penggunaan pakaian yang tepat untuk latihan 6. Dampingi lansia dan keluarga
8 7. Terlihat melakukan latihan di lingkungan yang dalam menentukan jadwal rutin
16330 aman untuk latihan fisik (latihan
9 8. Penggunaan strategi untuk mencegah terjadinya keseimbangan)
16331 cedera fisik 7. Libatkan keluarga dalam
0 9. Penggunaan alat yang tepat perencanaan dan menjaga program
16331 10. Penerapan pemanasan sebelum latihan dengan latihan
2 tepat 8. Informasikan kepada lansia dan
11. Penerapan pemanasan sebelum latihan dengan keluarga tentang manfaat dan
16331 tepat dampak fisik dari latihan
3 12. Terpantaunya perkembangan 9. Instruksikan lansia untuk
13. Penerapan latihan untuk meningkatkan melakukan pemanasan dan
16331 kekuatan pendinginan selama latihan
4 14. Penerapan latihan untuk menjaga fleksibilitas 10.Instruksikan pada lansia
16331 15. Penerapan latihan untuk menjaga keseimbangan menggunakan teknik untuk
6 16. Terjaganya keseimbangan cairan tubuh menghindari cedera fisik selama
17. Penggunaan sistem pendukung pribadi latihan
16331 (keluarga) 11.Pantau respon selama program
7 18. Penggunaan sumber komunitas latihan
19. Kontak dengan penyedia kesehatan sebagai 12.Berikan umpan balik positif atas
16332 kebutuhan usaha lansia
0
16332 Level 1: Domain 4
2 Level 1: Domain 4 Safety
Health knowledge and behavior Level 2: Class V
16332 Level 2: Class T Risk management
3 Risk control and safety Level 3: Intervention
16332 Level 3: Outcome 6610 Identifikasi Risiko (hal. 329)
4 Deteksi Risiko (hal. 457). Keluarga mampu 1. Lakukan review riwayat
16333 memutuskan tindakan untuk melakukan deteksi kesehatan/ riwayat jatuh dan
0 risiko dari skala 2 (jarang melakukan) menjadi catatan medis serta terapi yang
16333 4 (sering melakukan): pernah dilakukan oleh lansia
2 1. Disadarinya tanda dan gejala indikasi risiko 2. Tentukaan ketersediaan sumber
2. Teridentifikasi risiko potensial kesehatan seperti: psikologis, tingkat
16333 3. Pencarian validitas risiko yang dirasakan pengetahuan, keuangan dan
3 4. Terlihat melakukan pemeriksaan diri sesuai dukungan keluarga

42
43

16333 interval yang direkomendasikan 3. Identifikasi tipe strategi koping


4 5. Partisipasi dalam skrining kesehatan sesuai 4. Tentukan level kemampuan status
jadwal yang direkomendasikan fungsional lansia saat ini
6. Penggunaan sumber untuk mendapatkan 5. Tentukan status kebutuhan dasar
informasi tentang faktor risiko manusia pada lansia
7. Terpantaunya perubahan status kesehatan umum 6. Instruksikan pada lansia dan
8. Penggunaan pelayanan kesehatan sesuai dengan keluarga untuk mengurangi faktor
kebutuhan risiko yang menyebabkan jatuh
9. Didapatkan informasi terkait perubahan 7. Diskusikan dengan keluarga dan
kesehatan sesuai rekomendasi lansia tentang rencana aktivitas
1908 pencegahan hambatan mobilitas
8. Rencanakan pemantauan pada
lansia
9. Dampingi aktivitas dan strategi
19080 yang dilakukan oleh lansia dan
1 keluarga dalam mencegah jatuh
19080
2
19080
3
19080
4

19080
5

19080
9

19081
3
19081
0

19081
2

TUK 3: Keluarga mampu melakukan


Setelah dilakukan intervensi keluarga mampu perawatan

43
44

melakukan perawatan dengan kriteria hasil:

Level 1: Domain IV Level 1: Domain 4


Health knowledge and behavior Safety
Level 2: Class S Level 2: Class V
Health knowledge Risk management
Level 3: Outcome Level 3: Intervention
1828 Pengetahuan: Pencegahan Jatuh (hal. 312). 6490 Pencegahan Jatuh (hal. 188)
Keluarga mampu melakukan perawatan 1. Identifikasi penurunan kognitif dan
meningkat dari skala 2 (jarang melakukan) fisik pada lansia yang berpotensi
menjadi 4 (sering melakukan), tentang: menyebabkan jatuh
18280 1. Penggunaan alat bantu yang tepat 2. Pantau gaya berjalan,
1 2. Penggunaan alat yang aman keseimbangan dan tingkat
18280 3. Penggunaan alas kaki yang tepat kelemahan saat berpindah
2 4. Penggunaan pencahayaan lingkungan dengan 3. Tanyakan pada lansia persepsi
18280 tepat tentang keseimbangan yang bisa
3 5. Penerapan strategi perpindahan yang aman menyebabkan hambatan mobilitas
18280 6. Pentingnya menjaga kebersihan lantai 4. Ajarkan kepada lansia bagaimana
7 7. Penggunaan bangku/ tempat duduk dan tangga respon saat jatuh untuk
yang aman meminimalkan cedera
18281 8. Penerapan strategi untuk menjaga permukaan 5. Ajarkan teknik yang tepat saat
7 lantai aman dan tidak licin berpindah
18281 6. Arahkan lansia untuk beradaptasi
8 dengan gaya berjalan yang telah
18281 dimodifikasi
9 7. Orientasikan lansia untuk
melakukan latihan dan aktifitas
18282 fisik rutin untuk mencegah
1 hambatan mobilitas
8. Berikan pengarahan kepada
keluarga untuk mendampingi
lansia yang sempoyongan saat
berjalan
9. Arahkan keluarga untuk memantau
kemampuan lansia saat berpindah
dari tempat tidur ke kursi dan
sebaliknya
10.Berikan pengarahan kepada
keluarga dan lansia pentingnya
pegangan tangan pada lansia

44
45

11.Bantu keluarga mengidentifikasi


bahaya yang menyebabkan
hambatan mobilitas dan
bagaimana memodifikasinya

Level 1: Domain 1
Physiological: basic
Level 2: Class A
Activity and exercise management
Level 3: Intervention
0222 Terapi Latihan Fisik:
Keseimbangan (hal. 184)
1. Tentukan kemampuan lansia untuk
melakukan aktivitas latihan
keseimbangan
2. Evaluasi fungsi sensori seperti:
penglihatan, pendengaran
3. Instruksikan pada lansia dan
keluarga pentingnya latihan fisik
4. Instruksikan pada lansia
melakukan langkah-langkah
latihan keseimbangan
5. Ajarkan pada lansia untuk selalu
melakukan pemanasan dan
pendinginan selama latihan
keseimbangan
6. Anjurkan pada lansia untuk
menggunakan alat bantu seperti:
kruk, walker
7. Pantau respon lansia saat
melakukan latihan keseimbangan

TUK 4: Keluarga mampu memodifikasi


Setelah dilakukan intervensi keluarga mampu lingkungan
memodifikasi lingkungan dengan kriteria hasil:

Level 1: Domain IV Level 1: Domain 4


Health knowledge and behavior Safety
Level 2: Class T Level 2: Class V
Risk control and safety Risk management

45
46

Level 3: Outcome Level 3: Intervention


1910 Lingkungan rumah yang aman (hal. 460). 6486 Manajemen Lingkungan:
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan dari Keamanan (hal. 179)
skala 2 (kemampuan sedikit) menjadi 4 1. Identifikasi kebutuhan keamanan
(kemampuan tinggi): lansia berdasarkan tingkat
19102 1. Terpenuhinya pencahayaan luar rumah kemampuan fisik dan kognitif
7 2. Terpenuhinya pencahayaan dalam rumah 2. Identifikasi bahaya yang
19102 3. Terjaganya kebersihan rumah mengancam lingkungan fisik
8 4. Terpenuhinya ruang untuk bergerak aman dalam 3. Modifikasi lingkungan untuk
19103 rumah meminimalkan risiko dan bahaya
0 5. Terpenuhinya akses ke kamar mandi aman jatuh pada lansia
19103 6. Terpenuhinya alat bantu 4. Berikan penjelasan kepada lansia
2 7. Penataan perabot rumah untuk mengurangi dan keluarga terkait keamanan
hambatan mobilitas untuk mencegah hambatan
19104 mobilitas
0
19100
8 Level 1: Domain IV
19101 Health knowledge and behavior Level 1: Domain 4
3 Level 2: Class T Safety
Risk control and safety Level 2: Class V
Level 3: Outcome Risk Management
Perilaku pencegahan jatuh (hal. 216). Keluarga 6490 Level 3: Intervention
mampu memodifikasi perilaku dari skala 2 Pencegahan Jatuh (hal 188)
(jarang melakukan) menjadi 4 (sering 1. Identifikasi karakteristik
melakukan): lingkungan yang menyebabkan
1. Adanya pendamping sesuai kebutuhan hambatan mobilitas
2. Penggunaan pegangan tangan sesuai kebutuhan 2. Anjurkan keluarga untuk
3. Penggunaan alas kaki yang sesuai menyediakan alat bantu seperti:
1909 4. Penggunaan alat bantu dengan benar kruk, walker
5. Penggunaan alat bantu penglihatan dengan benar 3. Ajarkan kepada lansia penggunaan
6. Penggunaan prosedur transfer yang aman alat bantu yang tepat
7. Tersedia penerangan yang cukup 4. Anjurkan keluarga untuk
19092 8. Penggunaan kuris yang aman enyediakan kursi, tempat tidur
3 9. Pembersihan barang berantakan dan licin dari yang aman dan tidak bergeser
19090 lantai 5. Anjurkan keluarga untuk
5 10. Pemindahan karpet menempatkan barang yang mudah
19091 11. Penyesuaian ketinggian kursi sebagai kebutuhan dijangkau oleh lansia
0 12. Penyesuaian ketinggian tempat tidur sebagai 6. Anjurkan keluarga untuk
19090 kebutuhan menyediakan penerangan yang

46
47

1 13. Kontrol kegelisahan memadai


19091 7. Anjurkan keluarga untuk
8 menghindari adanya barang yang
19091 berantakan pada lantai
9 8. Anjurkan keluarga untuk
19092 menghindari lantai yang licin
2 9. Anjurkan lansia untuk
19090 menggunakan sandal antislip
9 10. Anjurkan keluarga untuk
19090 memperbaiki penataan rumah
6 sehingga lansia mudah
melakukan mobilisasi
19090
7
19091
2
19091
3

19091
6

TUK 5: Keluarga mampu memanfaatkan


Setelah dilakukan intervensi keluarga mampu fasilitas pelayanan kesehatan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
dengan kriteria hasil:

Level 1: Domain II Level 1: Domain 4


Physiologic health Safety
Level 2: Class I Level 2: Class V
Metabolic regulation Risk management
Level 3: Outcome Level 3: Intervention
0802 Tanda-tanda vital (hal. 550). Keluarga mampu 6680 Monitor Tanda-tanda Vital (hal.
memanfaatkan pelayanan kesehatan sehingga 413)
terpantaunya tanda-tanda vital dari skala 2 1. Anjurkan keluarga untuk
(jauh dari batas normal) menjadi 4 (mendekati melakukan cek rutin tekanan
batas normal): darah, nadi, suhu dan status
08020 1. Suhu tubuh normal (36,7oC – 37,5 oC) pernafasan
1 2. Nadi normal (60 – 100 x/ menit)
08020 3. Pernafasan normal (16 – 24 x/ menit)

47
48

2 4. Tekanan darah normal (sesuai standar)


08020 5. Nafas dalam keadaan normal
4
08020 Level 1: Domain 4 Level 1: Domain 4
5 Health Knowledge and Behaviour Safety
08021 Level 2: Class FF Level 2: Class V
1 Health Management Risk Management
Level 3: Outcome Level 3: Intervention
Self Management: 6490 Pencegahan Jatuh (hal 188)
Penyakit Akut (hal. 475). Keluarga mampu 1. Kolaborasi dengan tim kesehatan
merubah dari skala 2 (jarang melakukan) lain untuk meminimalkan efek
menjadi 4 (sering melakukan) samping pengobatan yang
1. Mengikuti rekomendasi pencegahan ke menyebabkan hambatan mobilitas
3100 pelayanan kesehatan
2. Melakukan tes laboratorium sesuai kondisi
3. Mengikuti rekomendasi perawatan ke pelayanan
kesehatan
31000 4. Mengikuti rejimen terapi
2 5. Mencari bantuan untuk kebutuhan mandiri lansia
6. Menggunakan sumber informasi yang terpercaya
31000 7. Menerima saran dari tenaga kesehatan
4 8. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
31000 sesuai dengan kebutuhan lansia
7 9. Menjadwalkan secara rutin kontrol ke tenaga
kesehatan profesional sesuai kebutuhan lansia
31001
3
31001
7
31002
6
31002
7
31002
8

31002
9

48
49

2 Subyektif: Domain 7: TUK 1: Keluarga mampu mengenal


 Tn.B mengatakan anggota Hubungan Peran Setelah dilakukan intervensi keluarga mampu masalah:
keluarga saling mendukung jika Class 2: mengenal masalah dengan kriteria hasil:
mengalami masalah Hubungan
Keluarga Level 1: Domain IV Level 1: Domain
 Tn.B mengatakan bahwa setiap
00159 Diagnosis: Pengetahuan kesehatan dan perilaku Behavioral
anggota keluarga selalu Kesiapan Level 2: Class S Level 2: Class S
memantau keadaan anggota Meningkatkan Pengetahuan kesehatan Patient Education
keluarga yang lain Proses Keluarga Level 3: Outcome Level 3: Intervention
 Tn.B mengatakan berusaha pada Keluarga 1803 Pengetahuan tentang proses yang 5602 Mengajarkan proses terjadinya
selalu berdiskusi dan Tn.B (hal 313) mempengaruhi hambatan mobilitas (hal. 308) hambatan mobilitas (hal. 371)
berkomunikasi secara terbuka meningkat dari skala 1 (tidak mengetahui) 1. Nilai pemahaman lansia dan
 Tn.B dan Ny. M mengatakan menjadi 4 (pengetahuan baik) dengan indikator: keluarga tentang hambatan
memiliki keinginan agar bisa 18030 1. Mengetahui karakter faktor yang mempengaruhi mobilitas
bugar seperti dulu (saat ini 2 hambatan mobilitas (internal dan eksternal) 2. Jelaskan proses terjadinya jatuh
kurang olah raga) 2. Mengetahui penyebab jatuh (internal dan dan bagaimana hubungannya
18030 eksternal) dengan anatomi dan kemampuan
3 3. Mengetahui faktor hambatan mobilitas fungsional
Objektif: 18030 4. Mengetahui dampak dari jatuh 3. Jelaskan faktor risiko tentang jatuh
 Tn.B terlihat antusias saat 4 5. Mengetahui cara melakukan pencegahan dan 4. Berikan informasi yang akurat
bercerita dan menyampaikan 18030 penanganan hambatan mobilitas tentang hambatan mobilitas
sikapnya terhadap kesehatan 5 5. Identifikasi perubahan pada
 Tn.B merasa semangat saat 18030 kondisi fisik lansia akibat jatuh
diajak untuk melakukan latihan 8 6. Diskusikan perubahan gaya hidup
fisik, begitu juga dengan Ibu yang bisa dilakukan untuk
terlihat memiliki motivasi mencegah dampak akibat jatuh
7. Diskusikan perawatan yang
dibutuhkan untuk mencegah dan
menangani hambatan mobilitas.

TUK 2: Kemampuan keluarga


Setelah dilakukan intervensi keluarga mampu memutuskan tindakan:
memustuskan tindakan dengan kriteria hasil:

Level 1: Domain IV Level 1: Domain III


Pengetahuan kesehatan dan perilaku Perilaku
Level 2: Class Q Level 2: Class R
Perilaku kesehatan Bantuan koping
Level 3: Outcome Level 3: Intervention

49
50

Kepatuhan perilaku meningkat dari skala 1 5250 Dukungan membuat keputusan


(tidak dilakukan) menjadi 4 (sering dilakukan) (hal. 139)
1. Manfaat pencegahan hambatan mobilitas 1. Bantu keluarga untuk menjelaskan
2. Menjelaskan rasional pencegahan hambatan nilai dan harapan yang dapat
mobilitas diperoleh dari pencegahan jatuh
3. Melakukan skrining kesehatan seperti kontrol 2. Bantu keluarga mengidentifikasi
tekanan darah, kadar hb, kadar gula dalam darah keuntungan dan kerugian apabila
pada tenaga kesehatan tidak melakukan pencegahan jatuh
3. Fasilitasi keluarga terkait tujuan
Level 1: Domain 4 pencegahan hambatan mobilitas
Health knowledge and behavior 4. Berikan informasi yang dibutukan
Level 2: Class Q dan ditanyakan oleh keluarga
Health behavior 5. Manfaatkan dukungan keluarga
1606 Level 3: Outcome atau kelompok lain untuk
Berpartisipasi dalam memutuskan pentingnya pengambilan keputusan
melakukan pencegahan hambatan mobilitas
(hal. 407) meningkat dari 2 (Jarang dilakukan) Proses pemeliharaan keluarga:
16060  4 (Sering dilakukan) 1. Identifikasi efek dari perubahan
6 1. Identifikasi prioritas hasil nilai terhadap proses keluarga
16060 2. Gunakan pemecahan masalah untuk mencapai 2. Lakukan strategi yang digunakan
8 hasil yang diinginkan oleh anggota keluarga untuk
3. Identifikasi dukungan untuk mencapai hasil menyikapi adanya perubahan nilai/
16061 4. Evaluasi kepuasan terhadap hasil keputusan aturan dalam keluarga terkait
0 pencegahan hambatan mobilitas.
16061
5

TUK 3: Kemampuan keluarga melakukan


Setelah dilakukan intervensi keluarga mampu perawatan:
melakukan perawatan dengan kriteria hasil:

Level 1: Domain IV Level 1: Domain 1


Health knowledge and behavior Physiological: basic
Level 2: Class Q Level 2: Class A
Health behavior Activity and exercise management
Level 3: Outcome Level 3: Intervention
1633 Partisipasi latihan (hal. 214) meningkat dari 1 0200 Promosi latihan (hal. 182)

50
51

(tidak melakukan) menjadi 4 (sering 1. Nilai keyakinan individu akan


16330 melakukan) dampak latihan fisik pada
2 1. Identifikasi faktor penghambat kesehatan
16330 2. Buat tujuan jangka pendek dan panjang 2. Tetakan motivasi individu untu
3 3. Keseimbangan aktivitas rutin termasuk latihan mulai latihan
16330 4. Partisipasi dalam latihan rutin 3. Gali hambatan yang ada untuk
7 5. Menampilkan latihan dengan benar melakukan aktivitas latihan
16330 6. Pantau perkembangan latihan yang sudah 4. Anjurkan individu untuk memulai
8 dilakukan latihan teratur
16330 5. Bantu dalam mengidentifikasi
9 model peran positif untuk menjaga
16332 kekuatan otot kaki dan
0 keseimbangann tubuh
6. Libatkan keluarga untuk dalam
melaksanakan latihan fisik

TUK 4: Keluarga mampu memodifikasi


Setelah dilakukan intervensi keluarga mampu lingkungan:
memodifikasi lingkungan dengan kriteria hasil:

Level 1: Domain IV Level 1: Domain 1


Pengetahuan kesehatan dan perilaku Physiological: basic
Level 2: Class Q Level 2: Class D
Perilaku kesehatan Nutrition support
Level 3: Outcome Level 3: Intervention
1626 Perilaku menambah berat badan (hal. 552) 1260 Manajemen berat badan (hal. 415
meningkat dari skala 1 (tidak melakukan) 1. Diskusikan dengan klien hubungan
menjadi 4 (sering melakukan) antara makanan yang masuk,
16260 1. Mencari informasi untuk meningkatkan BB dari latihan, dan berat badan kurang
1 tenaga kesehatan 2. Diskusikan dengan klien bahwa
2. Jaga asupan nutrisi makanan dan minuman BB kurang dapat mempengaruhi
16260 adekuat kesehatan individu
8 3. Latihan rutin dan kontrol kebutuhan kalori 3. Gali motivasi individu untuk
4. Penuhi vitamin dan mineral mengubah pola makan
16262 5. Minum 8 gelas air per hari setiap hari 4. Tentukan BB ideal klien dengan
0 6. Pantau berat badan menghitung IMT
16261 7. Pantau indeks massa tubuh 5. Anjurkan klien untuk
5 mengkonsumsi jumlah cairan
16261 sesuai dengan BB idealnya
6

51
52

16263
5
16263
4
TUK 5: Keluarga mampu memanfaatkan
Setelah dilakukan intervensi keluarga mampu fasilitas pelayanan kesehatan:
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
dengan kriteria hasil:

Kelas Q: Perilaku sehat Panduan pelayanan kesehatan


Perilaku mencari pelayanan kesehatan 1. Bantu keluarga untuk memilih
meningkat dari skala 2 (Jarang dilakukan) pelayanan kesehatan yang sesuai
menjadi 4 (Sering dilakukan) 2. Informasikan kepada keluarga
1. Menampilkan perawatan terhadap hambatan tentang perbedaan pelayanan
mobilitas yang dianjurkan seperti melakukan kesehatan beserta fasilitasnya
pemeriksaan tekanan darah, HB, pemeriksaan
tulang dan kekuatan otot
2. Mendeskripsikan strategi untuk memaksimalkan
kesehatan
3. Upaya mencari tenaga kesehatan/ pelayanan
kesehatan jika diperlukan
Konseling tentang hambatan
Partisipasi keluarga dalam perawatan kesehatan mobilitas:
keluarga meningkat dari skala 2 (jarang 1. Fasilitasi dalam mengidentifikasi
dilakukan) menjadi 4 (sering dilakukan) perilaku pencegahan hambatan
1. Berpartisipasi dalam perencanaan dan mobilitas
peningkatan kekuatan otot dan keseimbangan 2. Sediakan informasi yang
2. Mengevaluasi keefektifan pencegahan hambatan dibutuhkan tentang pentingnya
mobilitas pencegahan hambata mobilitas
3. Evaluasi kemajuan dari penurunan
faktor risiko terjadinya hambatan
mobilitas.

3 Subyektif: Domain 4: TUK 1: Keluarga mampu mengenal


 Tn.B mengatakan memiliki Aktivitas/ istirahat Setelah dilakukan intervensi keluarga mampu masalah kesehatan:
riwayat darah tinggi Class 4: mengenal masalah kesehatan dengan kriteria
Respon hasil:
 Tn.B mengatakan kadang
kardiovaskuler/
merasakan berat di tengkuk pulmonal Level 1: Domain IV Level 1: Domain
 Tn.B mengatakan kadang tidur Diagnosis: Pengetahuan dan perilaku Behavioral

52
53

tidak nyenyak Risiko Level 2: Class S Level 2: Class S


 Tn.B mengatakan minum obat 00228 Ketidakefektifan Pengetahuan kesehatan Patient Education
penurun darah tinggi rutin Perfusi Jaringan Level 3: Outcome Level 3: Intervention
 Tn.B mengatakan jarang Perifer pada Ibu S 1803 Pengetahuan tentang proses penyakit hipertensi 5602 Mengajarkan proses terjadinya
(hal 238) (hal. 308) meningkat dari skala 1 (tidak hipertensi/ darah tinggi (hal. 371)
melakukan latihan fisik, hanya
mengetahui) menjadi 4 (pengetahuan baik) 1. Nilai pemahaman lansia dan
kumpul-kumpul di halaman dengan indikator: keluarga tentang hipertensi
masjid 18030 1. Mengetahui karakter faktor yang mempengaruhi 2. Jelaskan proses terjadinya
2 darah tinggi (internal dan eksternal) hipertensi dan bagaimana
Objektif: 2. Mengetahui penyebab darah tinggi hubungannya dengan anatomi dan
 TD: 150/90 mmHg 18030 3. Mengetahui faktor risiko darah tinggi kemampuan fungsional
 N: 79 x/menit 3 4. Mengetahui komplikasi darah tinggi 3. Jelaskan faktor risiko hipertensi
18030 5. Mengetahui cara melakukan pencegahan dan 4. Berikan informasi yang akurat
4 penanganan darah tinggi tentang hipertensi
18030 5. Identifikasi perubahan dan
5 komplikasi pada lansia akibat
18030 hipertensi
8 6. Diskusikan perubahan gaya hidup
yang bisa dilakukan untuk
mencegah hipertensi
7. Diskusikan perawatan yang
dibutuhkan untuk mencegah dan
menangani hipertensi

TUK 2: Keluarga mampu memustuskan


Setelah dilakukan intervensi keluarga mampu tindakan:
memutuskan tindakan dengan kriteria hasil:

Level 1: Domain 4 Level 1: Domain III


Health knowledge and behavior Perilaku
Level 2: Class Q Level 2: Class R
Health behavior Bantuan koping
Level 3: Outcome Level 3: Intervention
1606 Berpartisipasi dalam memutuskan pentingnya 5250 Dukungan membuat keputusan
melakukan pencegahan hipertensi (hal. 407) (hal. 139)
meningkat dari 2 (Jarang dilakukan)  4 1. Bantu keluarga untuk menjelaskan
(Sering dilakukan) nilai dan harapan yang dapat
16060 1. Identifikasi prioritas hasil diperoleh dari pencegahan
6 2. Gunakan pemecahan masalah untuk mencapai hipertensi
16060 hasil yang diinginkan 2. Bantu keluarga mengidentifikasi

53
54

8 3. Identifikasi dukungan untuk mencapai hasil keuntungan dan kerugian apabila


4. Evaluasi kepuasan terhadap hasil keputusan tidak melakukan pencegahan
16061 hipertensi
0 3. Fasilitasi keluarga terkait tujuan
16061 pencegahan hipertensi
5 4. Berikan informasi yang
dibutuhkan dan ditanyakan oleh
keluarga
5. Manfaatkan dukungan keluarga
atau kelompok lain untuk
pengambilan keputusan

TUK 3: Keluarga mampu melakukan


Setelah dilakukan intervensi keluarga mampu perawatan:
melakukan perawatan dengan kriteria hasil:

Level 1: Domain IV Level 1: Domain 1


Pengetahuan dan kepercayaan kesehatan Fisiologi dasar
Level 2: Class S Level 2: Class D
Pengetahuan kesehatan Dukungan nutrisi
Level 3: Outcome Level 3: Intervension
1837 Pengetahuan: Manajemen Hipertensi (hal. 320) 5246 Konseling Nutrisi (hal. 276)
dapat meningkat dari skala 2 (pengetahuan 1. Tentukan intake makanan pada
terbatas) menjadi 4 (pengetahuan baik) dengan klien dan pola makan
indikator: 2. Berikan patokan keberhasilan
18370 1. Tekanan darah sistolik dan diastolik terkontrol perubahan status nutrisi
1 dan normal 3. Gunakan standar nutrisi yang
2. Potensi komplikasi dari hipertensi mudah diterima oleh lansia dan
18370 3. Ketersediaan terapi pilihan (manajemen keluarga
5 relaksasi) 4. Tingkatkan informasi terkait
18370 4. Menggunakan pengobatan secara benar kolesterol, sodium, cairan dll.
6 5. Efek samping pengobatan 5. Diskusikan dengan keluarga dan
6. Melakukan kontrol tekanan darah rutin lansia terkait makanan yang sesuai
18370 7. Strategi merubah perilaku diet untuk individu yang mengalami
9 8. Manfaat latihan rutin hipertensi
18371

54
55

1 Level 1: Domain IV Level 1: Domain 1


18371 Pengetahuan dan kepercayaan kesehatan Fisiologi: dasar
7 Level 2: Class FF Level 2: Class E
18372 Manajemen kesehatan Promosi kenyamanan fisik
2 Level 3: Outcome Level 3: Intervension
18372 Manajemen Diri: Hipertensi (hal. 491) 1460 Relaksasi otot progresif (hal. 314)
7 meningkat dari skala 2 (jarang melakukan) 1320 Akupresur (hal. 74)
menjadi 4 (sering melakukan)
1. Memantau tekanan darah
2. Menjaga target tekanan darah
3. Menggunakan medikasi yang sesuai
4. Memantau efek terapi
5. Partisipasi mengikuti latihan yang
3107 direkomendasikan
6. Menggunakan strategi manajemen stres
7. Menggunakan teknik relaksasi
31070 Menjaga kualitas tidur adekuat
1
31070
4
31070
5
31070
6
31071
0

31071
9
31072
0
31072
4

TUK 4: Keluarga mampu memodifikasi


Setelah dilakukan intervensi keluarga mampu lingkungan:
memodifikasi lingkungan dengan kriteria hasil:

Level 1: Domain IV Level 1: Domain 4


Health knowledge and behavior Safety

55
56

Level 2: Class T Level 2: Class V


Risk control and safety Risk management
Level 3: Outcome Level 3: Intervention
1910 Lingkungan rumah yang aman (hal. 460). 6486 Manajemen Lingkungan:
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan dari Keamanan (hal. 179)
skala 2 (kemampuan sedikit) menjadi 4 1. Identifikasi kebutuhan keamanan
(kemampuan tinggi): lansia berdasarkan tingkat
1. Terpenuhinya pencahayaan luar rumah kemampuan fisik dan kognitif
2. Terpenuhinya pencahayaan dalam rumah 2. Identifikasi bahaya yang
3. Terjaganya kebersihan rumah mengancam lingkungan fisik
4. Terpenuhinya ruang untuk bergerak aman dalam 3. Modifikasi lingkungan untuk
rumah meminimalkan risiko dan bahaya
5. Terpenuhinya akses ke kamar mandi aman jatuh pada lansia
6. Terpenuhinya alat bantu 4. Berikan penjelasan kepada lansia
7. Penataan perabot rumah yang sesuai dan keluarga terkait keamanan
untuk mencegah hambatan
mobilitas

TUK 5: Keluarga mampu memanfaatkan


Setelah dilakukan intervensi keluarga mampu fasilitas pelayanan kesehatan:
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
dengan kriteria hasil:

Level 1: Domain IV Level 1: Domain 2


Pengetahuan dan kepercayaan kesehatan Fisiologi
Level 2: Class FF Level 2: Class H
Manajemen kesehatan Manajemen obat
Level 3: Outcome Level 3: Intervension
3107 Manajemen Diri: Hipertensi (hal. 491) 2380 Manajemen pengobatan (hal. 264)
meningkat dari skala 2 (jarang melakukan) 1. Tentukan obat yang sesuai dengan
menjadi 4 (sering melakukan) lansia
1. Memantau tekanan darah 2. Pantau efektifitas obat dan efek
2. Menjaga target tekanan darah samping
3. Menggunakan medikasi yang sesuai 3. Pantau pengetahuan lansia dan
4. Memantau efek terapi keluarga terkait pengobatan
5. Partisipasi mengikuti latihan yang 4. Anjurkan lansia dan keluarga ke
direkomendasikan pelayanan kesehatan/ tenaga
profesional apabila terjadi
kedaruratan
5. Pantau dan kontrol tekanan darah

56
57

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari
Diagnosis Evaluasi
No Tanggal Implementasi Paraf Paraf
Keperawatan (SOAP)
Waktu
1 Hambatan Jum’at, Implementasi 1 (TUK 1): Keluarga Mampu Subjektif:
mobilitas pada 09 Juli Mengenal Masalah Hambatan mobilitas  Keluarga dapat menjelaskan dan
Tn.B dan Ny.M 2021 Menggunakan media leaflet dan lembar balik menyebutkan penggunaan alat bantu yang
09.00 1. Memberikan penjelasan tentang faktor tepat dan aman (skala 4 = pengetahuan
internal (dalam diri individu) dan faktor baik)
eksternal (lingkungan) yang menyebabkan  Keluarga mampu menjelaskan dan
hambatan mobilitas pada kelompok lansia menyebutkan kembali tentang faktor
2. Menjelaskan dan mengidentifikasi kebutuhan/ pencahayaan, prosedur berpindah, latihan
alat bantu yang diperlukan untuk pencegahan fisik, obat-obatan, kondisi, penyakit,
hambatan mobilitas tekanan darah yang merupakan faktor
3. Menjelaskan dan mendampingi lansia dan risiko penyebab jatuh (skala 4 =

57
58

keluarga dalam mengklarifikasi nilai dan pengetahuan baik)


keyakinan terkait hambatan mobilitas  Keluarga dapat menjelaskan kembali
4. Menekankan manfaat yang diterima setelah strategi perpindahan yang aman dan
merubah perilaku guna mencegah hambatan pentingnya menjaga kebersihan lantai agar
mobilitas tidak licin, penggunaan bangku/ tempat
5. Mengajarkan strategi untuk menghindari duduk yang aman (skala 4 = pengetahuan
hambatan mobilitas dengan memperbaiki baik)
faktor internal dan eksternal
6. Menjelaskan kepada keluarga dan lansia Objektif:
akibat/ dampak jatuh dan bagaimana keluarga  Keluarga antusias dan memperhatikan
dapat mengurangi hambatan mobilitas dalam menerima penjelasan
 Keluarga aktif bertanya
 Keluarga dapat menjelaskan dan menjawab
pertanyaan evaluasi
 Keluarga dan perawat menjaga kontak
mata saat kegiatan berlangsung
 Keluarga tetap mengikuti kegiatan hingga
selesai

Analisis:
 TUK 1 tercapai dengan indikator keluarga
mampu mengenal masalah terkait
hambatan mobilitas pada Ibu S
 Pengetahuan terkait penanganan dan
pencegahan hambatan mobilitas pada skala
4 (pengetahuan baik)

Perencanaan:
 Lanjutkan intervensi TUK 2: keluarga
mampu memutuskan tindakan

2 Jumat, Implementasi 2 (TUK 2): Keluarga Mampu Subjektif:


09 Juli Memutuskan Tindakan Penanganan dan  Keluarga mampu merencanakan latihan

58
59

2021 Pencegahan Hambatan mobilitas yang sesuai untuk mencegah hambatan


09.10 1. Menilai keyakinan individu terkait latihan mobilitas (skala 4)
fisik yang dilakukan  Keluarga mampu menjelaskan strategi
2. Menggali pengalaman latihan, terutama mencegah hambatan mobilitas (skala 4)
terkait pencegahan hambatan mobilitas  Keluarga mampu menjelaskan dan
3. Melakukan motivasi individu dalam memutuskan latihan yang tepat untuk
melakukan dan melanjutkan program latihan hambatan mobilitas (skala 4)
fisik
4. Mengali faktor penghambat latihan Objektif:
5. Memotivasi dan mendampingi lansia dan  Keluarga antusias dalam proses diskusi dan
keluarga dalam menentukan jadwal rutin perencanaan
untuk latihan fisik (latihan keseimbangan)  Lansia terlihat senang dengan keputusan
6. Melibatkan keluarga dalam merencanakan dan keluarga terkait latihan fisik yang akan
menjaga program latihan dilakukan guna mencegah terjadinya
7. Menginformasikan kepada lansia dan keluarga hambatan mobilitas
tentang manfaat dan dampak fisik dari latihan Analisis:
8. Mendiskusikan dengan keluarga dan lansia  TUK 2 tercapai dengan indikator keluarga
tentang rencana aktivitas pencegahan mampu memilih alternatif tindakan untuk
hambatan mobilitas mencegah jatuh (skala 4)

Perencanaan:
 Lanjutkan intervensi TUK 3: keluarga
mampu melakukan perawatan

3 Jumat, Implementasi 3 (TUK 3): Keluarga Mampu Subjektif:


09 Juli Melakukan Perawatan pada Tn.B dan Ny.M  Keluarga mengatakan, jika ada rejeki akan
2021 dengan Hambatan mobilitas membelikan alat bantu jalan untuk Ny. M
09.15 1. Mengidentifikasi penurunan kognitif dan fisik (skala 4)
pada lansia yang berpotensi menyebabkan  Tn.B dan Ny.M melakukan perpindahan
hambatan mobilitas dengan aman dan keluarga mengatakan
2. Memantau gaya berjalan, keseimbangan dan selalu memantau (skala 4)
tingkat kelemahan saat berpindah  Keluarga mengatakan akan menyiapkan
3. Menanyakan pada lansia dan keluarga tempat duduk dan tempat tidur yang aman

59
60

persepsi tentang keseimbangan yang bisa untuk Ny.M


menyebabkan hambatan mobilitas
4. Mengajarkan kepada lansia dan keluarga Objektif:
bagaimana respon saat jatuh untuk  Tn.B dan Ny.M sudah menggunakan alas
meminimalkan cedera yang sesuai dan tepat untuk mencegah
5. Mengajarkan teknik yang tepat saat berpindah hambatan mobilitas yang berisiko jatuh
6. Mengorientasikan lansia dan keluarga untuk (skala 4)
melakukan latihan dan aktifitas fisik rutin  Terlihat lantai bersih dan tidak licin (skala
untuk mencegah hambatan mobilitas 4)
7. Memberikan pengarahan kepada keluarga  Terlihat pencahayaan rumah yang cukup
untuk mendampingi lansia yang sempoyongan terang (skala 3)
saat berjalan
8. Mengarahkan keluarga untuk memantau
kemampuan lansia saat berpindah dari tempat
tidur ke kursi dan sebaliknya
9. Memberikan pengarahan kepada keluarga dan
lansia pentingnya pegangan tangan pada
lansia Analisis:
10. Membantu keluarga mengidentifikasi bahaya  TUK 3 tercapai dengan indikator keluarga
yang menyebabkan hambatan mobilitas dan sudah melakukan beberapa cara untuk
bagaimana memodifikasinya pencegahan hambatan mobilitas (skala 4)
11. Mengevaluasi fungsi sensori seperti: Perencanaan:
penglihatan, pendengaran  Lanjutkan intervensi TUK 4: keluarga
12. Menginstruksikan pada lansia dan keluarga mampu memodifikasi lingkungan
pentingnya latihan fisik
13. Mengajarkan pada lansia untuk selalu
melakukan pemanasan dan pendinginan
selama latihan keseimbangan
14. Menganjurkan pada lansia untuk
menggunakan alat bantu seperti: kruk, walker
15. Memandu lansia dan keluarga melakukan
latihan keseimbangan
16. Memantau respon lansia saat melakukan

60
61

latihan keseimbangan

4 Jumat, Implementasi 4 (TUK 4): Keluarga Mampu Subjektif:


09 Juli Memodifikasi Lingkungan yang Aman untuk  Keluarga mengatakan akan memperbaiki
2021 Mencegah Hambatan mobilitas pencahayaan yang belum baik, terutama di
09.25 1. Mengidentifikasi kebutuhan keamanan pada kamar tidur Tn.B dan Ny.M (skala 4)
Tn.B dan Ny. M berdasarkan tingkat  Keluarga mengatakan setiap hari selalu
kemampuan fisik dan kognitif: kekuatan otot menjaga kebersihan lantai (skala 4)
ekstremitas bawah 3333 3333, hasil time up  Keluarga mengatakan akan memperhatikan
and go test: 16,17 detik (hambatan mobilitas kebersihan kamar mandi, agar lantai tidak
tinggi) licin (skala 4)
2. Mengidentifikasi bahaya yang mengancam  Keluarga mengatakan akan berusaha
lingkungan fisik: undakan, penataan mendampingi Tn.B dan Ny.M (skala 4)
perabotan, lantai licin  Tn.B dan Ny.M duduk di kursi yang aman
3. Mengarahkan menjaga lingkungan untuk (skala 4)
meminimalkan risiko dan bahaya jatuh pada  Keluarga mengatakan jika ada rejeki akan
lansia: lantai tidak licin, karpet digulung, mengganti tempat tidur Ny.M yang sesuai
kabel tidak berserakan (skala 4)
4. Menganjurkan keluarga untuk menyediakan
alat bantu seperti: kruk, walker Objektif:
5. Menganjurkan keluarga untuk menyediakan  Keluarga menggulung karpet yang tidak
kursi, tempat tidur yang aman dan tidak digunakan
bergeser  Keluarga terlihat interaktif dalam diskusi
6. Menganjurkan keluarga untuk menempatkan  Keluarga terlihat antusias dalam membantu
barang yang mudah dijangkau oleh lansia mencegah hambatan mobilitas
7. Menganjurkan keluarga untuk menyediakan Analisis:
penerangan yang memadai  TUK 4 tercapai sebagian, karena beberapa
8. Menganjurkan lansia untuk menggunakan indikator belum terpenuhi berhubungan
sandal antislip dengan keadaan finansial, keluarga
mengatakan jika ada rejeki akan berusaha
memenuhi kebutuhan untuk pencegahan
hambatan mobilitas pada Tn.B dan Ny.M
Perencanaan:

61
62

 Lanjutkan intervensi TUK 5: keluarga


mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan

5 Jumat, Implementasi 5 (TUK 5): Keluarga Mampu Subjektif:


09 Juli Memanfaatkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan  Tn.B dan Ny. M rajin melakukan kontrol
2021 1. Menganjurkan keluarga untuk melakukan cek dan terapi untuk nyeri sendi
09.35 rutin tekanan darah, nadi, suhu dan status  Keluarga mengatakan selalu berusaha
pernafasan, Hb dan glukosa darah mencari informasi terkait kesehatan,
2. Menganjurkan keluarga untuk menanyakan terutama pada Tn.B dan Ny.M
secara detail penggunaan obat hipertensi
kepada dokter praktik untuk meminimalkan
efek samping pengobatan yang menyebabkan Objektif:
hambatan mobilitas  TD:
3. Mengajurkan keluarga untuk menggunakan Tn.B = 140/90 mmHg
obat sesuai yang diresepkan tenaga Ny.M = 130/80
profesional (dokter praktik)  N:
Tn.B = 88 x/menit
Ny.M = 80x/menit
 Keluarga tampak antusias dalam mengikuti
diskusi, dan menunjukkan sisa obat
Analisis:
 TUK 5 tercapai sebagain, keluarga
mengatakan akan melakukan kontrol rutin
ke pelayanan kesehatan
Perencanaan:
 Lanjutkan intervensi untuk masalah
pemeliharaan kesehatan keluarga, TUK 1:
keluarga mampu mengenal masalah

6 Kesiapan Jumat, Implementasi 6 (TUK 1) Keluarga Mampu Subjektif:


Meningkatkan 09 Juli Mengenal Masalah terkait Pemeliharan  Keluarga mampu menjelaskan kembali
Proses Keluarga 2021 Kesehatan Keluarga yang Efektif pada Ny.M terkait karakter faktor yang mempengaruhi

62
63

Tn.B 09.45 1. Menilai pemahaman lansia dan keluarga hambatan mobilitas (internal dan eksternal)
tentang hambatan mobilitas (pemahaman (skala 4)
lansia dan keluarga belum maksimal)  Keluarga mampu menjelaskan dan
2. Menjelaskan proses terjadinya jatuh dan menjawab pertanyaan evaluasi terkait
bagaimana hubungannya dengan anatomi dan penyebab tersering dan dampak hambatan
kemampuan fungsional mobilitas (skala 4)
3. Menjelaskan kembali faktor risiko tentang  Keluarga mampu menjelaskan cara
jatuh (internal dan eksternal) melakukan pencegahan dan penanganan
4. Memberikan informasi yang akurat tentang hambatan mobilitas, salah satunya adalah
hambatan mobilitas dengan melakukan aktivitas dan latihan
5. Mendiskusikan perubahan gaya hidup yang fisik (skala 4)
bisa dilakukan untuk mencegah dampak Objektif:
akibat jatuh  Keluarga tampak paham dan antusias
6. Mendiskusikan perawatan yang dibutuhkan dalam menjawab pertanyaan evaluasi
untuk mencegah dan menangani hambatan  Keluarga mengikuti penjelasan hingga
mobilitas selesai
Analisis:
 TUK 1 tercapai dengan indikator,
pemahaman keluarga terkait hambatan
mobilitas semakin meningkat dengan skala
4 (pengetahuan baik)
Perencanaan:
 Lanjutkan intervensi TUK 2: kemampuan
keluarga memutuskan tindakan pencegahan
jatuh

7 Kamis Implementasi 7 (TUK 2): Keluarga Mampu Subjektif:


08 Des Memutuskan Tindakan Pencegahan Jatuh  Keluarga dapat menyampaikan pemecahan
2016 pada Ny.M masalah untuk mencegah jatuh
09.55 1. Membantu keluarga untuk menjelaskan nilai  Keluarga menyampaikan akan mendukung
dan harapan yang dapat diperoleh dari aktifitas pencegahan hambatan mobilitas
pencegahan hambatan mobilitas pada Tn.B danNy. M khususnya
2. Membantu keluarga mengidentifikasi Objektif:

63
64

keuntungan dan kerugian apabila tidak  Keluarga dapat mengidentifikasi prioritas


melakukan pencegahan hambatan mobilitas yang perlu dilakukan dalam mencegah dan
3. Memberikan informasi yang dibutukan dan menangani hambatan mobilitas
ditanyakan oleh keluarga terkait pencegahan  Keluarga terlihat kooperatif dalam diskusi
jatuh dan hambatan mobilitas  Keluarga aktif dalam diskusi
4. Memanfaatkan dukungan keluarga atau Analisis:
kelompok lain untuk pengambilan keputusan  TUK 2 tercapai dengan indikator keluarga
mampu untuk memilih alternatif dan
prioritas pemecahan masalah untuk
mencegah dan menangani hambatan
mobilitas pada Tn.B dan Ny.M (skala 4)
Perencanaan:
 Lanjutkan TUK 3: keluarga mampu
melakukan perawatan pada Tn.B dan Ny.
M dengan hambatan mobilitas.

8 Jumat, Implementasi 8 (TUK 3): Keluarga Mampu Subjektif:


09 Juli Melakukan Perawatan pada Ny.M dengan  Keluarga dapat menyampaikan faktor
2021 Hambatan mobilitas penghambat latihan selama ini adalah
10.00 1. Menilai keyakinan individu akan dampak kelamahan fisik pada Ny.M
latihan fisik pada kesehatan (keluarga  Keluarga dapat menyebutkan tujuan jangka
meyakini bahwa latihan fisik bisa mengurangi pendek dan jangka panjang latihan fisik,
hambatan mobilitas pada lansia) khususnya latihan keseimbangan untuk
2. Mendiskusikan dengan keluarga hambatan mencegah jatuh
yang ada untuk melakukan aktivitas latihan  Memasukkan aktivitas latihan chair yoga
(menurut penuturan keluarga, kelemahan sebagai rutinitas harian
fisiki selama ini menjadi hambatan dalam  Ny.M dapat melakukan latihan chair yoga
melakukan latihan) dengan baik dan benar, didampingi oleh
3. Menganjurkan individu untuk memulai latihan keluarga
teratur (memandu melakukan latihan  Keluarga menyampaikan akan melakukan
keseimbangan sesuai dengan tahap dan pemantauan dan pendampingan secara
prosedur yang pernah dilakukan pada rutin terhadap latihan keseimbangan yang

64
65

pertemuan sebelumnya) dilakukan oleh Ny.M


4. Melibatkan keluarga untuk dalam  Keluarga menyampaikan akan melakukan
melaksanakan latihan fisik (latihan latihan chair yoga rutin pada Ny.M
keseimbangan) minimal 2 kali dalam seminggu
Objektif:
 Keluarga sangat kooperatif dalam
mendampingi latihan chair yoga pada Ny.
M
 Ibu M melakukan keseimbangan chair
yoga dengan baik dan benar sesuai tahapan
atau prosedur latihan yang telah
didemonstrasikan pada pertemuan
sebelumnya
 Keluarga dan Ny.M tampak semangat
dalam melaksanakan latihan.

Analisis:
 TUK 3 tercapai dengan indikator keluarga
menyampaikan akan mendampingi secara
rutin latihan chair yoga 2 kali dalam
seminggu, Ny.M melakukan latihan
keseimbangan dengan baik dan semangat
(skala 4)
Perencanaan:
 Lanjutkan intervensi TUK 4: keluarga
dapat memodifikasi lingkungan yang
sesuai untuk pencegahan jatuh pada lansia

9 Jumat, Implementasi 9 (TUK 4): Keluarga Mampu Subjektif:


09 Juli Memodifikasi Lingkungan yang Sesuai untuk  Keluarga menyampaikan akan berusaha
2021 Ny.M membantu meningkatkan BB Ny.M
10.15 1. Mendiskusikan dengan klien dan keluarga  Keluarga mengatakan akan mencukupi

65
66

hubungan antara makanan yang masuk, kebutuhan nutrisi dan air untuk Ny.M
latihan, dan berat badan lebih (menurut sesuai yang dianjurkan (pemenuhan
keluarga berat badan Ny.M lebih dan menurut vitamin, kalsium dan mineral)
pendapat keluarga mempengaruhi aktivitas)  Keluarga mengatakan aaan melakukan
2. Mendiskusikan dengan klien dan keluarga latihan rutin dan seimbang
bahwa BB lebih dapat mempengaruhi  Keluarga akan melakukan pemantauan BB
kesehatan individu (BB lebih dengan aktivitas pada Ny.M ke petugas kesehatan
latihan yang kurang, akan mempengaruhi profesional
kesehatan pada Ny.M) Objektif:
3. Menggali motivasi individu untuk mengubah  Keluarga paham dengan perhitungan IMT
pola makan (menganjurkan kepada keluarga yang diajarkan
untuk mengatur porsi dan hidangan makan  Keluarga kooperatif dan aktif dalam
yang meningkatkan selera Ny.M, sesuai diskusi
dengan program diit yang diberikan)  Keluarga mengikuti kegiatan hingga selesai
4. Menentukan BB ideal klien dengan Analisis:
menghitung IMT (BB ideal Ny.M adalah  TUK 4 tercapai dengan indikator adanya
berada pada 60-55 kg) komitmen keluarga dalam merubah
5. Menganjurkan klien untuk mengkonsumsi perilaku untuk mengatur berat badanNy.
jumlah cairan sesuai dengan BB idealnya M, baik melalui nutrisi dan latihan fisik
(kurang lebih minimal 2.120 cc/ hari) Perencanaan:
 Lanjutkan intervensi TUK 5: keluarga
mampu memanfaatkan pelayanan fasilitas
kesehatan

10 Jumat, Implementasi 10 (TUK 5): Keluarga Mampu Subjektif:


09 Juli Memanfaatkan Pelayanan Fasilitas Kesehatan  Keluarga menyampaikan akan mencoba
2021 1. Membantu keluarga untuk memilih pelayanan memeriksakan kesehatan terkait hambatan
10.25 kesehatan yang sesuai (keluarga mobilitas seperti kepadatan tulang dan
menyampaikan telah melakukan terapi rutin massa otot, BB dan rutin kontrol tekanan
untuk nyeri sendi) darah
2. Menyediakan informasi yang dibutuhkan Objektif:
tentang pentingnya pencegahan hambatan  Keluarga tampak antusias melakukan
mobilitas diskusi terkait diskusi yang dilakukan

66
67

3. Mengevaluasi kemajuan dari penurunan faktor Analisis:


risiko terjadinya hambatan mobilitas  TUK 5 tercapai dengan indikator keluarga
menyatakan akan memeriksakan BB,
tekanan darah, glukosa secara rutin kepada
petugas kesehatan
Perencanaan:
 Intervensi untuk kesiapan meningkatkan
proses keluarga, lanjutkan intervensi
masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer Tn.B

11 Jumat, Implementasi 11 (TUK 1, 2 dan 3) Keluarga Subjektif:


09 Juli Mampu Mengenal, Meutuskan dan  Keluarga mampu memahami dan
2021 Melakukan Perawatan pada Masalah menjelaskan faktor penghambat tidur
10.35 Insomnia pada Ny.M  Keluarga mampu memahami jumlah, pola,
1. Menetukan pola tidur lansia/ klien (waktu kualitas tidur yang baik
tidur dan jumlah tidur dalam 24 jam)  Keluarga mampu memahami penanganan
2. Memantau dan mencatat pola dan jumlah yang perlu dilakukan untuk mengatasi
waktu tidur tidur, salah satunya dengan teknik relaksasi
3. Menjelaskan kepada keluarga bahwa menjaga  Keluarga dapat mengidentifikasi prioritas
lingkungan nyaman merupakan salah satu hal yang dilakukan untuk mengatasi insomnia
yang bisa membantu mengurangi sulit tidur  Keluarga dalam menyampaikan pemecahan
4. Menjelaskan untuk menghindari makan masalah untuk mengatasi insomnia
sebelum tidur  Keluarga dapat mengidentifikasi faktor
5. Menjelaskan kepada klien dan keluarga untuk penghambat
melakukan relaksasi sebelum tidur  Keluarga dapat menentukan tujuan jangka
6. Memberikan informasi yang dibutukan dan pendek dan panjang dalam mengatasi
ditanyakan oleh keluarga terkait insomnia masalah insomnia
7. Memanfaatkan dukungan keluarga atau  Keluarga menyampaikan akan melakukan
kelompok lain untuk pengambilan keputusan teknik relaksasi sebagai rutinitas
8. Memandu klien dan keluarga melakukan  Bpk.B melakukan teknik relaksasi dengan
Terapi Relaksasi sesuai dengan prosedur benar, didampingi keluarga
Objektif:

67
68

 Keluarga terlihat antusias dan kooperatif


dalam proses diskusi
 Keluarga aktif bertanya dan dapat
menjawab pertanyaan evaluasi
 Tn.B dapat melakukan teknik relaksasi
sesuai dengan yang dicontohkan
Analisis:
 TUK 1, 2 dan 3 tercapai, dengan indikator
keluarga mampu memahami masalah
terkait insomnia, namun perlu adanya
motivasi yang kuat guna penyelesaian
masalah yang optimal
Perencanaan:
 Lanjutkan intervensi TUK 4 dan 5
(masalah insomnia).

12 Jumat, Implementasi 12 (TUK 4 dan 5) Keluarga Subjektif:


09 Juli Mampu Memodifikasi Lingkungan yang  Keluarga mengatakan akan berusaha
2021 Sesuai untuk Insomnia dan Mampu mengatur suhu ruang, lingkungan kondusif,
10.40 Memanfaatkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan pencahayaan dan privasi klien
1. Menentukan tujuan klien dan keluarga untuk  Keluarga mengatakan untuk berusaha
melakukan manajemen lingkungan dan mengurangi gangguan atau kebisingan
kenyamanan optimum untuk mengatasi yang bisa mengganggu tidur Tn.B
insomnia Objektif:
2. Menganjurkan merubah suasana dan penataan  Rumah tampak bersih
3. Menganjurkan menjaga privasi individu  Keadaan ruang kamar tampak kondusif
4. Menganjurkan meningkatkan kebersihan dan  Keluarga antusias dan kooperatif falam
keamanan lingkungan proses kegiatan
5. Menganjurkan penataan cahaya ruang yang Analisis:
sesuai untuk tidur  TUK 4 dan 4 tercapai dengan indikator
6. Menganjurkan klien untuk melakukan ruang dan suasana sudah sesuai dan
pembersihan diri untuk kenyamanan tidur keluarga berusaha memenuhi kenyamanan

68
69

untuk mengatasi insomnia pada Ny.M


Perencanaan:
 Intervensi dihentikan, selanjutnya
melakukan reinforcement positif dan
melakukan terminasi

13 Jumat, Implementasi 13 (Terminasi) Subjektif:


09 Juli 1. Melakukan evaluasi dari semua kegiatan yang  Keluarga menyampaikan puas dan senang
2021 telah dilakukan atas tambahan ilmu dan wawasan yang
10.55 2. Melakukan pengukuran Time Up and Go Test: telah diberikan selama ini
11,32 detik (Tn.B) dan 13,64 (Ny.M) masih  Keluarga menyampaikan lebih memahami
tinggi, namun mengalami penurunan dari dan bisa melakukan perawatan pada Tn.B,
16,17 detik) khususnya dengan hambatan mobilitas
3. Memberi kesempatan kepada klien dan  Keluarga menyampaikan akan melakukan
keluarga untuk menyampaikan pendapat, apa yang dianjurkan untuk mengatasi
evaluasi dan saran dalam melaksanakan permasalahan kesehatan pada Tn.B
proses kegiatan selama ini khususnya Ny.M
4. Memberikan umpan balik positif  Tn. B menyampaikan kualitas tidur
5. Memberikan reinforcement positif membaik dan akan melakukan relaksasi
6. Memberikan penguatan untuk melaksanakan sebelum tidur
latihan secara berkelanjutan  Tn.B menyampaikan sudah merasa lebih
7. Mengakhiri kontrak enak di area lutut untuk bergerak, terutama
shalat
 Ny.M mengatakan sudah mendingan
daripada sebelum latihan rutin, Ny.M
mengatakan memang selain terapi rutin,
latihan fisik juga diperlukan
Objektif:
 Keluarga tampak senang dengan kunjungan
yang dilakukan selama ini
 Keluarga memberikan respon positif dan
kooperatif saat terminasi dilakukan
 Hasil Time Up and Go Test menunjukkan

69
70

hasil 11,32 detik (Tn.B) dan 13,64 (Ny.M)


 Tekanan darah Tn.B: 130/90 mmHg
Analisis:
 Intervensi tercapai dengan indikator semua
TUK telah terlewati, namun membutuhkan
motivasi dan komitmen yang kuat untuk
melanjutkan program latihan
Perencanaan:
 Intervensi dihentikan, kontrak selesai.

70
71

Terapi Komplementer

SOP SENAM YOGA


“Chair Yoga”

Pengertian Senam yoga merupakan terapi holistic yang menggabungkan


postur tubuh (asana), tehnik pernafasan (pranayamasana), dan
meditasi (Kirschner, 2002). Gerakan-gerakan yoga juga dapat
memperlancar sirkulasi darah.
Tujuan 1. Mengurangi skala nyeri
2. Menurunkan asam urat
3. Mobilisasi
4. Memperlancar aliran darah
5. Mengurangi stres dan kecemasan
6. Meningkatkan kualitas tidur
Indikasi 1. Dilakukan pada klien lansia dengan usia >60 tahun
2. Dilakukan pada lansia dengan keluhan nyeri
3. Dilakukan pada lansia yang mengalami hambatan mobilitas
dan asam urat tinggi
Kontra indikasi 1. Lansia yang mengalami cacat fisik
2. Lansia yang menjalani pengobatan
Alat bantu kursi
Prosedur Persiapan klien dan lingkungan
1. Pasien dan keluarga diberikan
penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Menyiapkan alat duduk (kursi)
3. Lingkungan tenang dan aman jauh
dari keramaian

Persiapan perawat
1. Menyiapkan diri
2. Atur posisi
3. Gerakan Chair Cat Cow-Strech
 Posisi awal duduk di kursi, kedua tangan berada di
persendian lutut menarik nafas melalui hidung dan
ditahan beberapa detik sesuai dengan kemampuan
klien.
 Hembus nafas melalui mulut sampai habis secara
perlahan diikuti dengan posisi tubuh menekuk ke
depan.
 Ulangi gerakan dari awal sampai akhir sebanyak 8x
pengulangan atau lebih jika perlu, sampai benar-benar
merasa rileks.

71
72

4. Gerakan Chair raised hands pose (Urdhva Hastasana)


 Posisi awal duduk di kursi, posisi tangan tegak lurus
kebawah.
 Menarik nafas melalui hidung dan ditahan beberapa
detik sesuai dengan kemampuan klien dengan diikuti
kedua tangan digerakkan tegak lurus ke atas.
 Klien mengehmbuskan nafas melalui mulut sampai
habis secara perlahan bersamaan dengan
menggerakkan kedua tangan ke posisi awal tubuh.
 Lakukan sampai dengan 8x pengulangan.

5. Gerakan Chair Extended side Angle (Utthita


Parsvakanasana)
 Posisi awal duduk di kursi, posisi tubuh tegak lurus
dan kaki dibuka kesamping.
 Klien menarik nafas secara perlahan.
 Klien menghembuskan nafas bersamaan dengan salah
satu tangan diarahkan ke sisi samping salah satu kaki
dan satu tangan lagi diarahkan ke atas. Wajah
mengarah ke tangan atas.
 Kemudian kembali ke posisi awal.

72
73

 Klien melakukan gerakan yang sama dengan sisi


tubuh yang berlawanan.
 Ulang gerakan tersebut hingga 3x pengulangan ke
masing-masing sisi tubuh.

6. Gerakan Chair Piegon (Eka Pada Rajakapotasana)


 Posisi awal duduk bersila dengan punggung tegak
lurus. Salah satu kaki diangkat ke sisi atas paha yang
berlawanan.
 Klien menarik nafas secara perlahan
 Klien menghembuskan nafas bersamaan dengan
mengarahkan punggung ditekuk kedepan
 Kemudian kembali ke posisi awal
 Ulangi gerakan dari posisi awal sampai akhir
sebnayak 8x pengulangan atau lebih jika perlu sampai
benar-benar merasa rileks.

73
74

7. Gerakan Chair Eagle


 Posisi awal duduk dikursi, kaki sejajar, lutut dan
punggung tegak lurus
 Lalu posisi tangan 90 derajat dan salah satu sisi
tangan menyilang ke atas satu sisi tangan yang lain.
 Posisi kaki menyilang ke atas satu sisi paha yang lain.
 Posisi tersebut ditahan dengan 8 kali hitungan diikuti
nafas yang beraturan
 Ulang gerakan dengan sisi tubuh yang berlawanan
masing-masing 3x pengulangan.

8. Gerakan Chair Spinal Twist (Ardha Matsyendrasana)


 Posisi awal duduk dikurswi, kaki sejajar, lutut dan
pnggung tegak lurus.
 Klien menarik nafas bersamaan dengan punggung
digerakkan memutar ke satu sisi tubuh
 Kemudian hembus nafas kearah posisi awal tubuh
 Ulang gerakan tersebut sampai dengan 8x pada sisi
kanan dan kiri tubuh.

74
75

9. Gerakan Final Relaxation (Savasana)


 Posisi klien duduk bersila dengan posisi punggung
tegak
 Kedua tangan diatas kedua paha
 Bernafas secara beraturan dan tenang

10. Menjelaskan tindakan sudah selesai.


Evaluasi Evaluasi respon klien terhadap senam yoga baik secara subjektif
maupun objektif.

75
76

Dokumentasi

76

Anda mungkin juga menyukai