Anda di halaman 1dari 53

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PEMBELAJARAN TEMATIK

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran

terpadu atau terintegrasi yang melibatkan beberapa mata pelajaran yang di

ikat dalam tema-tema tertentu. 1 Pembelajaran ini melibatkan beberapa

Kompetensi Dasar (KD), hasil belajar dan indikator dari suatu mata

pelajaran atau bahkan beberapa mata pelajaran. Keterpaduan dalam

pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses dan waktu, aspek

kurikulum, dan aspek belajar mengajar.

Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang


menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata
pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa
akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain
yang telah dipahaminya.2
Poerwadarminta menyatakan bahwa pembelajaran tematik adalah
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada murid. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan
pokok yang menjadi pokok pembicaraan.3

1
Abdul Munir, dkk, Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Direktorat
Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), p. 3.
2
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), p. 254.
3
Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014), p. 80.
10
11

Pembelajaran tematik adalah program pembelajaran yang berangkat

dari satu tema/topik tertentu dan kemudian dielaborasi dari berbagai aspek

atau ditinjau dari berbagai perspektif mata pelajaran yang biasa diajarkan

di sekolah.4

Berdasarkan pendapat di atass dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran tematik merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan

tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat

memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.

Diterapkannya pembelajaran tematik sebagai salah satu model

pembelajaran diharapkan membuka ruang yang luas bagi peserta didik

untuk mengalami sebuah pengalaman belajar yang lebih bermakna,

menarik dan menyenangkan. Sebab anak dapat membangun

kesalingterkaitan antara satu pengalaman dengan pengalaman lainnya atau

pengetahuan dengan pengetahuan lainnya atau antara pengetahuan dengan

pengalaman. Selain itu, pembelajaran ini membuka peluang bagi pendidik

untuk mengembangkan berbagai strategi dan metodologi yang paling tepat.

Pemilihan dan pengembangan strategi pembelajaran yang digunakan harus

mempertimbangkan kesesuaian dengan tema-tema yang dipilih

sebelumnya atau dengan mata pelajaran lainnya. Dan, disinilah pendidik

dituntut lebih kreatif dan variatif dalam menghadirkan suasana

pembelajaran yang menggiring peserta didik mampu memahami


4
Abd. kadir dkk, Pembelajaran Tematik, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2014), p. 1.
12

kenyataan hidup (konteks) yang dijalaninya baik menyangkut dirinya

sebagai pribadi maupun dalam hubungannya dengan keluarga, masyarakat,

lingkungan dan alam sekitarnya.

2. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran terpadu tipe integrated adalah tipe pembelajaran

terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi,

menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler

dan menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang

tindih dalam beberapa bidang studi. Fokus pengintegrasian pada sejumlah

keterampilan belajar yang ingin dilatihkan oleh seorang guru kepada

siswanya dalam suatu unit pembelajaran untuk ketercapaian materi

pelajaran (content).

Adapun definisi pembelajaran tematik terpadu itu sendiri adalah:5

a. Pembelajaran tematik terpadu dilaksanakan dengan prinsip

keterpaduan yang menggunakan tema sebagai pemersatu.

b. Kegiatan pembelajaran memadukan Kompetensi Dasar dari beberapa

muatan pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka.

c. Pembelajaran tematik terpadu bermanfaat untuk memberikan

pengalaman yang bermakna bagi peserta didik, karena saat peserta

didik memahami berbagai konsep dapat melalui pengalaman langsung

5
Kemendikbud, Panduan Pembelajaran Tematik Sekolah Dasar, (Jakarta: Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat
Pembinaan Sekolah Dasar, 2016), p. 9.
13

dan menghubungkan dengan konsep lain yang telah dikuasai

sebelumnya.

d. Tematik terpadu disusun berdasarkan gabungan proses integrasi.

Keterampilan-keterampilan belajar itu menurut Fogarty meliputi

keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan keterampilan

mengorganisir.6

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan Pembelajaran

tematik terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan prinsip

keterpaduan yang menggunakan tema sebagai pemersatu dan bertujuan

untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik.

3. Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik terpadu sebagaimana dijelaskan pada

pembahasan sebelumnya bahwa pembelajaran tematik terpadu merupakan

pola pembelajaran yang mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan,

kreativitas, nilai dan sikap dan pembelajaran dengan menggunakan tema.

Dengan demikian, pembelajaran tematik diarahkan agar proses

pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa.

Dengan menerapkan pembelajaran tematik, siswa dan guru banyak

mendapat manfaat, diantaranya:7

6
Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2009), p. 49.
7
Abdul Munir, dkk., Pembelajaran Tematik, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2014), pp. 15-17.
14

1. Pembelajaran mampu meningkatkan pemahaman konseptual

pesertadidik terhadap realitas sesuai dengan tingkat perkembangan

intelektualnya. Dari proses pembelajaran yang dilalui, pesertadidik

mengembangkan sejumlah pengalaman, membangun pengetahuan, dan

pada akhirnya mengembangkan konsep baru tentang suatu realitas.

2. Melalui pembelajaran tematik proses mental anak bekerja secara aktif

dalam menghubungkan informasi yang terpisah-pisah menjadi satu

kesatuan yang utuh.

3. Pembelajaran tematik mampu meningkatkan keeratan hubungan antar

peserta didik. Tema-tema pembelajaran yang erat hubungannya dengan

pola kehidupan sosial, sangat membantu pesertadidik agar mampu

beradaptasi dan berganti peran dalam melakukan aktivitas yang

berbeda.

4. Pembelajaran tematik membantu guru dalam meningkatkan

profesionalismenya.

5. Pembelajaran tematik menumbuhkan kecermatan dan keseriusan guru,

baik dalam menemukan tema yang kontekstual, merancang

perencanaan pembelajaran, menyiapkan metode pembelajaran yang

tepat, merumuskan tujuan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran

secara konsisten dengan tema pembelajaran, sampai menyusun

instrumen evaluasi yang relevan dengan kegiatan pembelajaran. Dalam

penerapan pembelajaran tematik integratif di SD/MI sendiri tidak


15

terlepas dari tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kemendikbud

dalam Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 menguraikan

tujuan pembelajaran tematik sebagai berikut:8

a. Mudah memusatkan perhatian pada suatu tema atau topik tertentu.

b. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai

kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.

c. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam

dan berkesan.

d. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan

mengaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman

pribadi peserta didik.

e. Lebih bergairah dalam belajar karena siswa dapat berkomunikasi

dalam situasi nyata seperti bercerita, bertanya, menulis sekaligus

mempelajari pelajaran yang lain.

f. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang

disajikan dalam konteks tema yang jelas.

g. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang

disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan

diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih.

8
Kemdikbud, Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 SD Kelas IV, Diterbitkan
Oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan dan Penjamin Mutu
Pendidikan, 2012), p 198.
16

h. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuhkembangkan

dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan

situasi dan kondisi.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

pembelajaran tematik di antaranya sebagai peningkatan pemahaman

konseptual terhadap realitas sesuai dengan tahap perkembangan

intelektualnya, pembelajaran tematik dapat membantu guru dalam

meningkatkan profesionalismenya, pembelajaran tematik dapat

mendorong siswa untuk bekerja secara aktif dalam pembelajaran,

pembelajaran teatik mampu meningkatkan keeratan hubungan antar

peserta didik, dan dapat menumbuhkan kecermatan dan keseriusan guru

dalam menemukan konsep, merancang perencanaan pembelajaran,

menentukan dan menyiapkan metode pembelajaran, sampai dengan

menyusun instrumen evaluasi yang relevan dengan Kompetensi Dasar.

4. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik Terpadu

Beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik

terpadu sebagai berikut:9

1. Pembelajaran tematik terpadu memiliki satu tema yang aktual, dekat

dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini

menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata

pelajaran.
9
Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2014),
89.
17

2. Pembelajaran tematik terpadu perlu memilih materi beberapa mata

pelajaran yang mungkin saling terkait. Dengan demikian, materi-materi

yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Mungkin

terjadi, ada materi pengayaan horizontal dalam bentuk contoh aplikasi

yang tidak memuat dalam standar isi. Namun perlu diingat, penyajian

materi pengayaan seperti ini perlu dibatasi dengan mengacu pada

tujuan pembelajaran.

3. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu

mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan,

kebutuhan, dan pengetahuan awal.

4. Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan. Artinya,

materi yang tidak mungkin dipadukan tidak perlu dipadukan.

Pada dasarnya prinsip adalah patokan atau acuan yang harus ada

didalam pembelajaran. Maka dalam pembeajaran tematik terpadu harus

terdapat prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Pembelajaran tematik memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan

dunia peserta didik dan terdapat dalam kehdiupan sehar-hari.

2. Pembalajran tematik perlu memilih materi pelajaran yang saling

keterkaitan satu dengan yang lainnya.

3. Materi yang disajikan dapat dipadukan dalam satu tema selalu

mempertimbangkan karakterisik peserta didik.


18

4. Materi pembelajaran yang dipadukan tidak terlalu memaksakan,

artinya materi yang tidak memiliki keterpaduan tidak perlu dipadukan.

5. Karakteristik Model Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik sebagai suatu model pembelajaran di

sekolah dasar memiliki berbagai karakteristik atau ciri khas. Adapun

karakteristik lainnya adalah sebagai berikut :10

a. Anak didik sebagai pusat pembelajaran

Anak sebagai pelaku utama pendidikan. Semua arah dan tujuan

pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan anak didik,

sedangkan guru hanya sebagai fasilitatot yang memfasilitasi yang

dibutuhkan anak didik dalam mengembangkan dirinya sesuai dengan

minat dan motivasinya. Guru harus memberikan kemudahan-

kemudahan kepada anak didik untuk melakukan aktivitas belajar.

Pendekatan belajar progresivisme, kontruktivisme maupun

humanisme sebagaimana disebutkan di atas lebih banyak

menempatkan anak didik sebagai subjek belajar, sehingga proses

pembelajaran berpusat pada anak didik (student centered education).

b. Memberikan pengalaman langsung (direct experience)

Anak didik diharap mengalami sendiri proses pembelajarannya

dari persiapan, proses sampai produknya. Hal demikian hanya terjedi

10
Abd. kadir dkk, Pembelajaran Tematik, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2014), pp.
22-24.
19

bilamana anak didik dihadapkan pada situasi yang nyata yang tidak

lain adalah lingkungan anak didik sendiri.

c. Menghilangkan batas pemisahan antar mata pelajaran

Sesuai dengan karakter pembelajaran tematik yang terintegrasi,

maka pemisahan antara berbagai mata pelajaran menjadi tidak jelas.

Mata pelajaran disajikan dalam satu unit atau tema, dalam arti bahwa

satu unit atau tema ditinjau dari berbagai perspektif mata pelajaran.

d. Fleksibel (luwes)

Pembelajaran tematik dilakukan dengan menghubung-hubungkan

antara pengetahuan yang satu dengan pengetahuan lain, atau

menghubungkan antara pengalaman yang satu dengan pengalaman

yang laain, bahkan menghubung-hubungkan antara pengetahuan satu

dengan pengalaman dan sebaliknya. Lebih-lebih sangat ditekankan

bilamana yang perlu dihubungkan adalah pengetahuan dan

pengalaman yang sudah dimilki oleh anak didik. Untuk keperluan guru

mempunyai lahan yang luas untuk berimprovisasi dalam menyajikan

materi pelajaran dan sangat leluasa dalam memilih strategi dan metode

pembelajaran.

e. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan anak didik

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik yang harus

disesuaikan dengan kebutuhan anak, maka pembelajran tematik

tentunya memberikan dorongan untuk timbulnya minat dan motivasi


20

belajar anak didik dan anak didik dapat memperoleh kesempatan

banyak untuk mengoptimalkan potensi yang telah dimilikinya sesuai

dengan minat dan kebutuhannya.

f. Menggunakan prinsip PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif

dan Menyenangkan)

Pembelajaran tematik berangkat dari prinsip bahwa belajar itu

harus melibatkan anak didik secara aktif dalam mengembangkan

kreativitas anak didik tetapi juga mencapai sasaran. Semua prinsip

tersebut harus ditata dalam susunan yang menyenagkan supaya tetap

menggairahkan anak dan tidak membosankan. Pembelajaran yang

demikian akhirnya akan menimbulkan dorongan minat dan motivasi

anak didik.

g. Holistik

Bahwa pembelajaran tematik bersifat integreted, dan satu tema

di lihat dari berbagai perspektif. Suatu gejala yang menjadi pusat

perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa

bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang berkotak-kotak,

sehingga memungkinkan anak didik untuk memahami suatu

gejala/fenomena dari segala sisi. Hal ini sebagai modal yang sangat

baik untuk menjadi lebih bijak menyikapi setiap kejadian yang dia

hadapi/ alami.
21

h. Bermakna, yaitu meningkatkan kebermaknaan (maeningfull)

pembelajaran. Bahwa pembelajaran akan semakin bermakna bilamana

memberikan kegunaan bagi anak didik. Kebermaknaan pembelajaran

itu ditunjukkan dengan terbentuknya suatu jalinan antar konsep yang

saling berhubungan anatara pengetahuan dan pengalaman sebagaimana

disebutkan di atas.

Adapun karakteristik pembelajaran tematik adalah :11

a. Holistik

Merupakan suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian

dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang

studi sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.

b. Bermakna

Pengkajian dari suatu fenomena dari berbagai macam aspek,

memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar skemata yang

dimiliki oleh siswa, yang ada gilirannya nanti, akan memberikan

dampak kebermaknaan dari materi yang dipelajari.

c. Outentik

11
Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2014),
p. 90.
22

Pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami secara

langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari.

d. Aktif

Pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar pada

pendekatan inquiry discovery dimana siswa terlibat secara aktif dalam

proses pembelajaran, mulai perencanaan, pelaksanaan, hingga proses

evaluasi.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

tematik memiliki beberapa karakteristik dianatanya:

a. Pembelajaran berpusat pada siswa. Yang artinya dalam pembelajaran

siswa sebagai pelaku utama pendidikan. Semua kegiatan pembelajaran

disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.

b. Pembelajaran memberikan pengalaman langsung. Dengan memberikan

pengalman langsung, siswa diharapkan dapat memhami hal-hal yang

lebih abstrak nantinya.

c. Menghilangkan batas pemisah antar mata pelajaran. yaitu dalam

pembelajaran tematik batas pemisah antar mata pelajaran menjadi tidak

jelas karena pembelajaran tematik berpusat pada tema-tema yang saling

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.

d. Fleksibel. Artinya pembelajaran tematik dilakukan dengan

menghubungkan antara pengetahuan yang satu dengan pengetahuan


23

lain, pengalaman yang satu dengan pengalaman yang lain dan

pengetahuan dengan pengalaman siswa.

e. Hasil belajar sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik. Artinya

karakteristik pembelajaran tematik menyesuaikan dengan kebutuhan

peserta didik. Oleh karena itu pembelejaran tematik harus mampu

mendorong dan memotivasi belajar siswa dan dapat memberikan

kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa dalam mengembangkan

potensi dan bakat yang ada pada dirinya.

f. Menggunakan prinsip PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif

dan Menyenangkan. Pembelajaran tematik harus melibatkan peserta

didik secara aktif dalam proses pembelajaran dan efektif dalam

memberikan materi serta ditata dalam suasana yang menyenangkan

sehingga pembelajaran tidak akan terlihat membosankan dan

memotivasi peserta didik untuk mendorong minat dalam belajar.

g. Holistik, yaitu pada pembahasan suatu masalah dalam pembelajaran

tematik, guru harus mengkaji suatu permasalahan dari berbagai sudut

pandang yang berbeda dan tidak tekotak-kotak.

h. Outentik. Yang artinya Pembelajaran tematik memungkinkan siswa

untuk memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin

dipelajari.
24

6. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik terpadu dalam penerapannya memiliki beberapa

kelebihan. Adapun kelebihan pembelajaran tematik terpadu menurut

Depdikbud antara lain sebagai berikut:12

a. Pengalaman dan kegiatan belajar siswa relevan dengan tingkat

perkembangannya.

b. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.

c. Kegiatan belajar bermakna bagi siswa, sehingga hasilnya dapatbertahan

lama.

d. Keterampilan berpikir siswa berkembang dalam proses pembelajaran

terpadu.

e. Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai lingkungan siswa.

f. Keterampilan sosial siswa berkembang dalam proses pembelajaran

terpadu, keterampilan sosial ini antara lain: kerja sama,komunikasi, dan

mau mendengarkan pendapat orang lain.

Kelebihan lainnya yang terdapat pada pembelajaran tematik di

antaranya:13

1. Memudahkan pemusatan perhatian pada satu tema tertentu.

2. Anak didik mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai

kompetensi dasar antara isi mata pelajaran dalam tema yang sama.

12
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. (Jakarta: Prenada Media
Group, 2009), p 88.
13
Abd. kadir dkk, Pembelajaran Tematik, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,
2014), p. 7.
25

3. Pemahaman materi mata pelajaran lebih mendalam dan berkesan.

4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan

mata pelajaran lain dengan pengelaman pribadi siswa.

5. Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi

disajikan dalam konteks tema yang jelas.

6. Siswa lebih bergairah karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata,

untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu mata peljaran

dan sekaligus dapat mempelajari mata pelajaran lain.

7. Guru dapat menghemat waktu sebab mata pelajaran yang disajikan

secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan dalam dua

atau tiga pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk

kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan materi.

Pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan, menurut

Indrawati pembelajaran tematik juga memiliki keterbatasan atau

kekurangan, terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perencaan dan

pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan

evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung

saja.14

14
Trianto. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2009), pp 90.
26

Kekurangan yang menyolok dalam pembelajaran tematik antara

lain:15

a. Pembelajaran menjadi lebih kompleks dan menuntut guru untuk

mempersiapkan diri sedemikian rupa supaya ia dapat melaksanakannya

dengan baik.

b. Persiapan yang harus dilakukan oleh guru pun lebih lama. Guru harus

merancang pembelajaran tematik dengan memperhatikan keterkaitan

antara berbagai pokok materi tersebar di beberapa mata pelajaran.

c. Menuntut penyediaan alat, bahan, sarana dan prasarana untuk berbagai

mata pelajaran yang dipadukan secara serentak. Pembelajaran tematik

berlangsung dalam atu atau beberapa session. Pada tiap session dibahas

beberapa pokok dari beberapa mata pelajaran, sehingga alat, bahan,

sarana dan prasarana harus tersedia sesuai dengan pokok-pokok mata

pelajaran yang disajikan.

Terlepas dari berbagai kelebihan dan kekurangan yang terdapat

pada pembelajaran tematik, dalam pembelajarannya tematik mengharapkan

agar anak didik mendapatkan hasil belajar yang optimal dan maksimal dan

menghindari kegagalan pembelajaran yang masih banyak terjadi dengan

model pembelajaran lain.

15
Abd. kadir dkk, Pembelajaran Tematik, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2014), pp.
26-27.
27

B. Pembelajaran tematik Integratif Sekolah dasar Kelas 4

Pembelajaran tematik pada SD kelas IV yaitu ada 9 tema. tema yang

pertama yaitu pertama ‘’Indahnya Kebersamaan’’, kedua ‘’Selalu Berhemat

Energi’’, ketiga ‘’Peduli Terhadap Makhluk Hidup’’, keempat ‘’Berbagai

Pekerjaan’’, kelima ‘’Menghargai Jasa Pahlawan’’, keenam ‘’Indahnya

Negeriku’’, ketujuh ‘’Cita-Citaku, kedelapan ‘’Daerah Tempat Tinggalku,

kesembilan ‘’Makanan Sehat dan Bergizi’’.

Pada penelitian pengembangan modul tematik, peneliti mengambil tema ke-

8 yaitu “Daerah Tempat Tinggalku”. Tema “Daerah Tempat Tinggalku”

terdapat 3 subtema yaitu lingkungan tempat tinggalku, keunikan daerah tempat

tinggalku, dan Bangga terhadap daerah tempat tinggalku. Setiap subtema

terdapat beberapa mata pelajaran dan 6 pembelajaran yang digolongkan dalam

kegiatan pembelajaran.

C. MODUL

1. Pengertian modul

Modul sebagai salah satu kategori bahan ajar cetak yang memiliki

karakteristik yakni terdiri dari bermacam-macam bahan tertulis yang

digunakan untuk belajar mandiri.16

Modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis


dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa, serta sesuai
dengan tingkat pengetahuan dan usia siswa agar siswa dapat belajar

16
Tian Belawati, Pengembangan Bahan Ajar Edisi Kesatu, (Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, 2003), p. 1.15.
28

sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari


pendidik.17
Menurut Goldschmid menjelaskan ”...module as a self-contined,

independent unit of a planned series of learning activities designed to help

the student accomplish certain well defined”..., yang mengandung arti

bahwa modul merupakan serangkaian unit kegiatan belajar mandiri yang

terencana, dirancang untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran tertentu.18

Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Modul merupakan bahan

ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta

pembelajaran. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di

dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. 19 Sedangkan

Daryanto, dalam bukunya Menyusun Modul, berpendapat bahwa modul

merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan

sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang

terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan

belajar yang spesifik.20

Menurut S. Nasution dalam bukunya menjelaskan pengertian modul

adalah suatu kesatuan yang bulat dan lengkap yang terdiri dari serangkaian

17
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogyakarta: DIVA
Press, 2013), p. 106.
18
Sukiman, Pengembangan Media Pembelajaran, (Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani,
2012), p. 131.
19
Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK, Kompetensi Penelitian Pengembangan
Pengawas Sekolah Dasar Dan Menengah, (Jakarta: Depdiknas, 2008), p. 3.
20
Daryanto, Media Pembelajaran, (Yogyakarta: Gava Media, 2013), p. 9.
29

kegiatan belajar yang secara empiris telah terbukti memberi hasil belajar

yang efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan secara jelas dan

spesifik.21

Nana Sudjana, mengungkapkan bahwa Modul adalah :


Suatu unit program pengajaran yang disusun dalam bentuk tertentu
untuk keperluan belajar. Pada kenyataannya modul merupakan jenis
kesatuan kegiatan belajar yang terencana, dirancang untuk
membantu para siswa secara individual dalam mencapai tujuan-
tujuan belajarnya.22

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

modul adalah bahan ajar cetak yang disusun secara sistematis dengan

menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa yang dirancang dan

didesain untuk membantu siswa dalam mencapai kompetensi yang

diharapkan sesuai dengan kompleksitasnya. Modul sendiri merupakan satu

kesatuan bahan ajar yang terkecil yang telah dirumuskan secara khusus dan

jelas yang berisi tujuan belajar, materi, metode, batasan sumber, dan

evalusai yang disusun secara sistematis dan menarik. Sedangkan pengertian

modul pembelajaran tematik itu sendiri adalah Modul yang mengandung

karakteristik pembelajaran tematik, sehingga mampu mengoptimalkan

pelaksanaan pembelajaran tematik.23

21
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2011), p. 66.
22
Nana Sudjana & Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2007), p. 132.
23
Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, (Yogjakarta: Diva Press, 2013), p.
297.
30

Jadi dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran tematik adalah

bahan ajar cetak yang disusun dan dirancang secara sistematis dengan

bahasa yang mudah dipahami siswa, menyajikan materi bahasan dari

berbagai bidang studi secara tematik dan terintegrasi antara mata pelajaran

satu dengan mata pelajaran lain melalui penggunaan tema yang kontekstual

agar dapat membantu siswa untuk belajar secara mandiri dan mencapai

tujuan pembelajaran tertentu.

2. Fungsi dan Manfaat Modul dalam Pembelajaran

Modul memiliki arti bahan ajar yang bisa digunakan secara mandiri,

artinya orang bisa mempelajari modul kapan saja dimana saja secara

mandiri. Maka kegiatan belajar pun tidak terbatas pada tempat, dan bahkan

orang yang jauh dari tempat kegiatan pembelajaran pun bisa mengikuti pola

pembelajaran yang terdapat pada modul. Terkait dengan hal tersebut

tentunya memiliki berbagai fungsi dan manfaat tertentu. Modul sebagai

salah satu bentuk bahan ajar cetak memiliki beberapa fungsi utama, di

antaranya :24

1. Sebagai bahan ajar mandiri. Modul dirancang dan disusun untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar sendiri tanpa tergantung

pada kehadiran pendidik.

2. Pengganti fungsi pendidik. Sebagai bahan ajar mandiri modul memiliki

kemampuan menjelaskan materi pembelajaran dengan baik dan mudah


24
Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, (Yogjakarta: Diva Press, 2013), p.
107.
31

dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu, penggunaan modul bisa berfungsi

sebagai pengganti fungsi pendidik.

3. Sebagai alat evaluasi. Maksudnya dengan adanya modul, siswa dapat

mengetahui sejauh mana ia memahami materi dalam modul. Secara

tidak langsung, modul berfungsi sebagai alat evaluasi bagi siswa.

4. Sebagai bahan rujukan bagi siswa. Modul sebagai bahan belajar bagi

siswa mengandung berbagai materi yang harus dipelajari oleh siswa.

Oleh karena itu, modul dapat dijadikan bahan rujukan dalam kegiatan

pembelajaran.

Terkait dengan fungsi modul sebagai bahan ajar cetak, modul juga dapat

digunakan untuk berbagai keperluan dalam pembelajaran, termasuk

pembelajaran tematik integratif.

Pengajaran modul juga memiliki fungsi dan manfaat sebagai berikut:25

a. Membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-

masing.

b. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut caranya masing-

masing. Karena mereka menggunakan teknik belajar yang berbeda-beda

untuk memecahkan masalah tertentu berdasarkan latar belakang

pengetahuan dan kebiasaan masing-masing.

25
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2011), p. 205.
32

c. Memberikan pilihan topik dari suatu mata pelajaran. Dengan maksud modul

sebagai sumber belajar mandiri, siswa bisa memilih materi mana yang akan

dipelajari terlebih dahulu. Satu siswa dengan siswa lain dapat berbeda

dalam pemilihan materi yang akan dipelajari.

d. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengenal kelebihan dan

kekurangan dalam belajar. Karena di dalam modul terdapat lembar evaluasi

yang bisa mengukur sejauh mana tingkat ketercapaian materi yang

dimengerti siswa.

Pendapat lain menyebutkan bahwa fungsi dan manfaat modul dalam

pembelajaran adalah:26

a. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu

bersifat verbal.

b. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang dan daya indera, baik peserta

belajar maupun guru/instruktur.

c. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk

meningkatkan motivasi dan kemauan belajar, mengembangkan

kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan

sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa belajar mandiri

sesuai kemampuan dan minatnya.

d. Memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil

belajarnya.
26
Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, .(Jakarta, 2008), p. 5-6.
33

Berdasarkan pendapat di atas, modul memiliki beberapa fungsi dan

manfaat di antaranya :

a. Modul dapat memperjelas dan mempermudah penyajian pesan

pembelajaran.

b. Modul dapat membantu siswa siswa untuk dapat belajar secara mandiri.

c. Modul dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk terus

membaca dan memhami materi.

d. Modul dapat digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui tingkat

pencapaian hasil belajar.

e. Modul dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam kegiatan

pembelajaran.

f. Modul dapat memberikan kesempatan siswa untuk mengukur dan

mengevaluasi sendri hasil belajarnya.

Fungsi modul seperti di atas maka konsekuensi lain yang harus

dipenuhi oleh modul adalah adanya kelengkapan isi; artinya materi yang

disajikan dalam modul haruslah dibahas lengkap melalui sajian-sajian

sehingga dengan begitu pembaca merasa cukup memahami kajian tertentu

dari hasil belajar melalui modul tersebut. Kecuali apabila pembaca pembaca

menginginkan pengembangan wawasan tentang bidang tersebut, bahkan

dianjurkan untuk menelusurinya lebih lanjut melalui daftar pustaka yang

sering juga ditampilkan pada bagian terakhir setiap modul. Isi suatu modul

hendaknya lengkap, baik dilihat dari pola sajiannya maupun isinya.


34

3. Karakteristik Modul

Modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat

karakteristik sebagai berikut.27

1. Self Instructional; yaitu melalui modul tersebut seseorang atau peserta

belajar mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak

lain. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka dalam modul

harus;

a. Berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas;

b. Berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil/

spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas;

c. Menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan

pemaparan materi pembelajaran;

d. Menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang

memungkinkan pengguna memberikan respon dan mengukur

tingkat penguasaannya;

e. Kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan

suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya;

f. Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif;

g. Terdapat rangkuman materi pembelajaran;

h. Terdapat instrumen penilaian/assessment, yang memungkinkan

penggunaan diklat melakukan self assessment;


27
Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK, Kompetensi Penelitian Pengembangan
Pengawas Sekolah Dasar Dan Menengah, (Jakarta: Depdiknas, 2008), p. 3.
35

i. Terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur

atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi;

j. Terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya

mengetahui tingkat penguasaan materi; dan

k. Tersedia informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang

mendukung materi pembelajaran dimaksud.

2. Self Contained; yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit

kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu

modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan

kesempatan pembelajar mempelajari materi pembelajaran yang tuntas,

karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus

dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi

harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan

kompetensi yang harus dikuasai.

3. Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu modul yang dikembangkan tidak

tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama

dengan media pembelajaran lain. Dengan menggunakan modul,

pebelajar tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain

untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut.

Jika masih menggunakan dan bergantung pada media lain selain modul

yang digunakan, maka media tersebut tidak dikategorikan sebagai

media yang berdiri sendiri.


36

4. Adaptive; modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap

perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat

menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

fleksibel digunakan. Dengan memperhatikan percepatan perkembangan

ilmu dan teknologi pengembangan modul multimedia hendaknya tetap

“up to date”. Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran

dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.

5. User Friendly; modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya.

Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu

dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai

dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan

bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah

yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly.

Modul mempunyai beberapa karakteristik tertentu, di antaranya:28

a. Berbentuk unit pengajaran terkecil dan lengkap.

b. Berisi rangkaian kegiatan belajar yang dirancang secara sistematis.

c. Berisi tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan khusus.

d. Memungkinkan siswa belajar mandiri.

e. Merupakan realisasi perbedaan individual serta perwujudan pengajaran

individu.

28
Nana Sudjana & Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2007), p. 133.
37

Menurut pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa modul memiliki

beberapa karakteristik diantaranya:

a. Modul merupakan bahan ajar cetak dengan unit terkecil dan terlengkap.

b. Bahan ajar yang berisi rangkaian kegiatan belajar yang dirancang

secara sistematis.

c. Modul memiliki tujuan bimbingan belajar yang dirumuskan secara

khusus dan jelas/spesifik.

d. Bahan ajar dapat memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri.

e. Modul merupakan bahan ajar yang direalisasikan berdasarkan

perbedaan individu.

Untuk menghasilkan modul yang mampu membuat pembelajaran

efektif, penulisan modul juga perlu memperhatikan beberapa eleman

dianataranya : 1. Format, 2. Organisasi, 3. Daya tarik, 4. Ukuran huruf, 5.

Konsistensi.

4. Komponen dan Struktur Modul

Komponen modul merupakan unsur-unsur yang tersedia di dalam

modul. Sebagai bahan ajar cetak, tentunya modul memuat komponen dan

struktur yang sistematis sehingga membentuk satukesatuan paket modul.

Adapun komponen dan struktur modul sebagai berikut :

Sebuah modul terdiri dari tiga komponen utama yaitu :


Pendahuluan, pembelajaran dan evaluasi. 1) pendahuluan; bagian
komponen pendahuluan terdiri dari standar kompetensi dan
kompetensi dasar, deskripsi, waktu, prasarat, petunjuk penggunaan
modul, tujuan akhir, serta cek penguasaan standar kompetensi, 2)
38

pembelajaran; komponen pembelajaran berisi beberapa kegiatan


belajar siswa, dimana komponen ini meliputi tujuan pembelajaran,
uraian materi, rangkuman, tugas-tugas, tes, lembar kerja praktik, 3)
evaluasi; komponen evaluasi harus disesuaikan dengan ranah yang
dinilai serta indikator keberhasilan.29
Komponen evaluasi sendiri meliputi tes kognitif, tes psikomotor,

dan penilaian sikap. Selain itu, komponen lainnya yaitu halaman sampul,

kata pengantar, daftar isi, glosarium, kunci jawaban dan daftar pustaka.

Dalam buku Pengembangan Bahan Ajar Tematik dijelaskan bahwa bahan

ajar modul setidaknya mempunyai tujuh komponen yakni judul, petunjuk

belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan,

tugas atau langkah kerja dan penilaian. 30 Sedangkan komponen sekaligus

struktur modul terdapat dalam contoh format penyusunan modul. Berikut

contoh format penyusunan modul:1) judul modul, 2) daftar isi, 3) diagram

topik, 4) tujuan pembelajaran, 5) Pretest, 6) pendahuluan, 7) kaitan dengan

pelajaran lain, 8) heading, 9) tugas, 10) sign posting, 11) ringkasan,12)

glossary, 13) post test, 14) indeks.31

Bentuk struktur modul juga dijabarkan dalam Pengembangan Bahan

Ajar sebagai berikut:32

1. Pendahuluan; tujuan, pengenalan terhadap topik yang akan dipelajari,

informasi tentang pelajaran, hasil belajar, serta orientasi.

29
Daryanto, Media Pembelajaran, (Yogyakarta: Gava Media, 2013), pp. 25-26.
30
Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, (Yogjakarta: Diva Press, 2013), p.
366.
31
Tian Belawati, Pengembangan Bahan Ajar Edisi Kesatu, (Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, 2003), p. 3.6.
32
Wina Sanjaya, Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), pp.
36-37.
39

2. Kegiatan belajar; tujuan, materi pokok, uraian materi (penjelasan

materi, contoh, ilustrasi, aktivitas, tugas/latihan, rangkuman), tes

mandiri.

3. Penutup; salam, rangkuman, aplikasi, tindak lanjut, kaitan dengan

modul berikutnya, daftar kata penting, daftar pustaka, kunci tes mandiri.

Tujuan dari struktur modul adalah untuk memudahkan siswa

mempelajari materi. Satu modul dibuat untuk mengajarakan suatu materi

yang spesifik supaya siswa mencapai kompetensi tertentu. Struktur

penyusunan modul dibagi menjadi tiga bagian di antaranya:33

1. Bagian Pembuka 2. Bagian Inti 3. Bagian penutup

a. Judul modul a. Tinjauan umum a. Glossarium

b. Daftar isi materi ajar. b. Tes akhir

c. Peta informasi b. Hubungan c. Indeks

d. Daftar tujuan dengan materi

kompetensi atau pelajaran

e. Tes awal yang lain

c. Uraian materi

d. Penugasan

e. Rangkuman

33
Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta: Referensi,
2001), pp. 165-169.
40

Berdasarkan penjelasan komponen-komponen dan struktur modul

dari beberapa sumber di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa modul

mempunyai tiga komponen inti yakni pendahuluan, isi dan penutup. Ketiga

komponen tersebut juga merupakan komponen penyusun Modul Tematik

yang akan dikembangkan. Secara rinci, penjelasan masing-masing

komponen adalah sebagai berikut:

1. Pendahuluan meliputi : Halaman judul, Kata pengantar, Daftar Isi,

Petunjuk penggunaan Modul Tematik, Kompetensi Dasar.

2. Isi Pembahasan (Kegiatan Belajar) meliputi : Uraian materi, Tugas dan

latihan (evaluasi formatif) , Rangkuman, dan Evaluasi sumatif;

3. Penutup meliputi : Daftar pustaka, dan Biografi penulis.

5 Prosedur Pengembangan Modul

Pada proses pengembangan bahan ajar ada beberapa faktor yang

perlu diperhatikan, sebab faktor-faktor tersebut ikut mempengaruhi kualitas

dari bahan ajar yang dikembangkan. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas bahan ajar antara lain:34

1. Kecermatan Isi

Kecermatan isi adalah kesahihan/kebenaran dan kesesuaian dari

isi bahan ajar secara keilmuan, berdasarkan sistem nilai, serta falsafah

hidup yang dianut oleh suatu masyarakat atau bangsa.

2. Ketepatan Cakupan
34
Tian Belawati, Pengembangan Bahan Ajar Edisi Kesatu, (Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, 2003), pp. 2.3-2.13.
41

Ketepatan cakupan berhubungan dengan keluasan dan

kedalaman isi atau materi, serta keutuhan konsep berdasarkan bidang

ilmu. Ketepatan cakupan meliputi seberapa banyak atau luas topik

yang akan disajikan dalam bahan ajar, seberapa dalam topik tersebut

harus dibahas dan bagaimana keutuhan konsep secara keseluruhan.

Kedalaman dan keluasan isi bahan ajar saling terkait satu sama dan

menentukan apakah kadar bahan ajar yang dikembangkan sesuai

dengan siswa.

3. Ketercernaan Bahan Ajar

Bahan ajar harus memiliki tingkat ketercernaan yang tinggi.

Artinya isi bahan ajar dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa

dengan mudah. Ada enam hal yang mendukung tingkat ketercernaan

yakni pemaparan yang logis, penyajian materi secara runtut, contoh

dan ilustrasi yang memudahkan pemahaman, alat bantu yang

memudahkan, format yang konsisten, penjelasan tentang relevansi

dan manfaat bahan ajar.

4. Penggunaan Bahasa

Penggunaan bahasa menjadi salah satu faktor yang paling

penting. Penggunaan bahasa meliputi pemilihan ragam bahasa,

pemilihan kata, penggunaan kalimat efektif, penyusunan paragraf yang

bermakna. Penggunaan bahasa juga menentukan keterbacaan bahan

ajar yang dikembangkan.


42

5. Pengemasan

Perwajahan atau pengemasan meliputi perancangan dan

penataan letak informasi dalam setiap bagian dari bahan ajar.

Perwajahan/pengemasan juga meliputi penyediaan alat bantu belajar

yang terdiri dari tiga kategori yaitu alat bantu belajar pada bagian

pendahuluan, alat bantu belajar pada uraian informasi per topik dan

alat bantu pada bagian akhir. Namun, tidak semua alat bantu harus ada

dalam bahan ajar.

6. Kelengkapan Komponen

Idealnya bahan ajar merupakan paket multikomponen. Paket

bahan ajar memiliki tiga komponen inti yakni komponen utama,

komponen pelengkap dan komponen evaluasi hasil belajar. Komponen

utama berisi informasi yang akan disajikan, komponen pelengkap

terdiri dari bacaan, peta materi, materi pengayaan, dsb. Sedangkan

komponen evaluasi terdiri dari alat evaluasi belajar baik formatif atau

sumatif (soal latihan).

Langkah-langkah dalam menyusun modul adalah sebagai berikut:35

a. Menyusun kerangka modul

1. Menetapkan atau merumuskan tujuan instruksional umum.

35
Nana Sudjana & Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2007), p. 133.
43

2. Merinci tujuan instruksional umum menjadi tujuan instruksional

khusus.

3. Menyusun butir-butir evaluasi.

4. Mengidentifikasi pokok-pokok materi pelajaran sesuai dengan

tujuan khusus.

5. Menyusun pokok-pokok materi dalam urutan yang logis.

6. Menyusun langkah-langkah kegiatan belajar siswa.

7. Memeriksa langkah-langkah kegiatan belajar untuk mencapai semua

tujuan.

8. Mengidentifikasi alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar

dengan modul tersebut.

b. Menulis Program secara rinci:

1. Pembuatan petunjuk guru

2. Lembaran kegiatan siswa

3. Lembar kerja siswa

4. Lembar jawaban

5. Lembaran tes

6. Lembaran jawaban tes

Untuk menghasilkan bahan ajar yang berkualitas dan mempunyai

fungsi yang tepat dan sesuai dengan tujuan pengembangan, maka

pengembangan bahan ajar harus dilakukan berdasarkan prosedur

pengembangan yang sistematis. Ada enam tahap penyusunan modul, antara


44

lain; a) analisis kebutuhan modul, b) desain penulisan modul, c)

implementasi, d) penilaian, dan e) evaluasi dan validasi, f) jaminan

kualitas. 36 Sedangkan prosedur pengembangan bahan ajar meliputi; a)

analisis, b) perancangan, c) pengembangan, d) evaluasi, e) revisi.37

Adapun langkah-langkah dalam penulisan modul sebagai berikut:38

1. Analisis Kebutuhan Modul

Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis

kompetensi/tujuan untuk menentukan jumlah dan judul modul yang

dibutuhkan untuk mencapai suatu kompetensi tersebut. Penetapan judul

modul didasarkan pada kompetensi yang terdapat pada garis-garis besar

program yang ditetapkan. Analisis kebutuhan modul bertujuan untuk

mengidentifikasi dan menetapkan jumlah dan judul modul yang harus

dikembangkan. Analisis kebutuhan modul dapat dilakukan dengan

langkah sebagai berikut:

a. Tetapkan kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar

program pembelajaran yang akan disusun modulnya;

b. Identifikasi dan tentukan ruang lingkup unit kompetensi tersebut;

c. Identifikasi dan tentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

dipersyaratkan;

36
Daryanto, Media Pembelajaran, (Yogyakarta: Gava Media, 2013), p. 16.
37
Tian Belawati, Pengembangan Bahan Ajar Edisi Kesatu, (Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, 2003), p. 2.17.
38
Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK, Kompetensi Penelitian Pengembangan
Pengawas Sekolah Dasar Dan Menengah, (Jakarta, Depdiknas, 2008), pp. 13-16.
45

d. Tentukan judul modul yang akan ditulis Kegiatan analisis kebutuhan

modul dilaksanakan pada periode awal pengembangan modul;

2. Penyusunan Draft

Penyusunan draft modul merupakan proses penyusunan dan

pengorganisasian materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau sub

kompetensi menjadi satu kesatuan yang sistematis. Penyusunan draft

modul bertujuan menyediakan draft suatu modul sesuai dengan

kompetensi atau sub kompetensi yang telah ditetapkan. Penulisan draft

modul dapat dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Tetapkan judul modul.

b. Tetapkan tujuan akhir yaitu kemampuan yang harus dicapai oleh

peserta didik setelah selesai mempelajari satu modul.

c. Tetapkan tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang menunjang

tujuan akhir.

d. Tetapkan garis-garis besar atau outline modul.

e. Kembangkan materi pada garis-garis besar.

f. Periksa ulang draft yang telah dihasilkan.

Kegiatan penyusunan draft modul hendaknya menghasilkan

draft modul yang sekurang-kurangnya mencakup:

a. Judul modul; menggambarkan materi yang akan dituangkan di

dalam modul;
46

b. Kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai setelah

menyelesaikan mempelajari modul;

c. Tujuan terdiri atas tujuan akhir dan tujuan antara yang akan dicapai

peserta didik setelah mempelajari modul;

d. Materi pelatihan yang berisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap

yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik;

e. Prosedur atau kegiatan pelatihan yang harus diikuti oleh peserta

didik untuk mempelajari modul;

f. Soal-soal, latihan, dan atau tugas yang harus dikerjakan atau

diselesaikan oleh peserta didik;

g. Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan

peserta didik dalam menguasai modul;

h. Kunci jawaban dari soal, latihan dan atau pengujian

3. Uji Coba

Uji coba draft modul adalah kegiatan penggunaan modul pada

peserta terbatas, untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul

dalam pembelajaran sebelum modul tersebut digunakan secara umum.

Uji coba draft modul bertujuan untuk;

a. mengetahui kemampuan dan kemudahan peserta dalam memahami

dan menggunakan modul;

b. mengetahui efisiensi waktu belajar dengan menggunakan modul;

dan
47

c. mengetahui efektifitas modul dalam membantu peserta mempelajari

dan menguasai materi pembelajaran.

Untuk melakukan uji coba draft modul dapat diikuti langkah-

langkah sebagai berikut.

a. Siapkan dan gandakan draft modul yang akan diuji cobakan

sebanyak peserta yang akan diikutkan dalam uji coba.

b. Susun instrumen pendukung uji coba.

c. Distribusikan draft modul dan instrumen pendukung uji coba

kepada peserta uji coba.

d. Informasikan kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba dan

kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta uji coba.

e. Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen uji coba.

f. Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukan yang dijaring

melalui instrumen uji coba.

Berdasarkan dari hasil uji coba diharapkan memperoleh

masukan sebagai bahan penyempurnaan draft modul yang diuji cobakan.

Terdapat dua macam uji coba yaitu uji coba dalam kelompok kecil dan

uji coba lapangan. Uji coba kelompok kecil adalah uji coba yang

dilakukan hanya kepada 2 - 4 peserta didik, sedangkan uji coba

lapangan adalah uji coba yang dilakukan kepada peserta dengan jumlah

20 – 30 peserta didik.
48

4. Validasi

Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan

terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan

pengakuan kesesuaian tersebut, maka validasi perlu dilakukan dengan

melibatkan pihak praktisi yang ahli sesuai dengan bidang-bidang terkait

dalam modul.

Validasi modul bertujuan untuk memperoleh pengakuan atau

pengesahan kesesuaian modul dengan kebutuhan sehingga modul

tersebut layak dan cocok digunakan dalam pembelajaran. Validasi

modul meliputi: isi materi atau substansi modul; penggunaan bahasa;

serta penggunaan metode instruksional.

Validasi dapat dimintakan dari beberapa pihak sesuai dengan

keahliannya masing-masing antara lain;

a. ahli substansi dari industri untuk isi atau materi modul;

b. ahli bahasa untuk penggunaan bahasa; atau

c. ahli metode instruksional untuk penggunaan instruksional guna

mendapatkan masukan yang komprehensif dan obyektif.

Untuk melakukan validasi draft modul dapat diikuti langkah-

langkah sebagai berikut.

a. Siapkan dan gandakan draft modul yang akan divalidasi sesuai

dengan banyaknya validator yang terlibat.


49

b. Susun instrumen pendukung validasi.

c. Distribusikan draft modul dan instrumen validasi kepada peserta

validator.

d. Informasikan kepada validator tentang tujuan validasi dan kegiatan

yang harus dilakukan oleh validator.

e. Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen validasi.

f. Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukkan yang dijaring

melalui instrumen validasi.

Berdasarkan dari kegiatan validasi draft modul akan dihasilkan

draft modul yang mendapat masukkan dan persetujuan dari para

validator, sesuai dengan bidangnya. Masukkan tersebut digunakan

sebagai bahan penyempurnaan modul.

5. Revisi

Revisi atau perbaikan merupakan proses penyempurnaan modul

setelah memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan validasi.

Kegiatan revisi draft modul bertujuan untuk melakukan finalisasi atau

penyempurnaan akhir yang komprehensif terhadap modul, sehingga

modul siap diproduksi sesuai dengan masukkan yang diperoleh dari

kegiatan sebelumnya, maka perbaikan modul harus mencakup aspek-

aspek penting penyusunan modul di antaranya yaitu;

a. pengorganisasian materi pembelajaran;

b. penggunaan metode instruksional;


50

c. penggunaan bahasa; dan

d. pengorganisasian tata tulis dan perwajahan.

Mengacu pada prinsip peningkatan mutu berkesinambungan,

secara terus menerus modul dapat ditinjau ulang dan diperbaiki.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

untuk dapat menghasilkan sebuah modul yang baik dapat dilakukan

dengan cara :

1. Melakukan analisis

a. Analisis permasalahan

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apa saja kendala

atau permasalahan yang terjadi dan dialami oleh guru dan siswa

dalam melaksanakan pembelajran tematik.

b. Analisis kebutuhan modul

Analisis kebutuhan modul ini dilakukan dengan

menganalisis RPP dan silabus untuk mengidentifikasi dan

menetapkan materi-materi mana yang akan dikembangkan

dalam satuan program tertentu. Analisis kebutuhan modul ini

berpijak pada hasil analisis permasalahan.

Menurut Seels dan Glasgow menjelaskan kebutuhan pada


dasarnya adalah kesenjangan (discrepancies) antara apa yang
telah tersedia dengan apa yang diharapkan, sedangkan analisis
kebutuhan (need assessment) adalah proses mengumpulkan
51

informasi tentang kesenjangan dan menentukan prioritas dari


kesenjangan untuk dipecahkan.39
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa analisis

kebutuhan sangat penting untuk dilakukan. Sebab data-data yang

terkumpul akan bermanfaat dalam menentukan dan menyusun langkah-

langkah selanjutnya.

Ada beberapa kriteria kelayakan yang menentukan apakah

Modul Tematik yang dikembangkan layak digunakan atau tidak.

Sehubungan dengan penelitian pengembangan Modul Tematik ini,

kriteria kelayakan yang akan digunakan mengacu pada empat

komponen kelayakan bahan ajar, yakni:40

1. Kelayakan isi; isi atau materi bahan ajar minimal mengacu pada

sasaran yang akan dicapai peserta didik (KI-KD). Selain itu,

kelayakan isi mencakup substansi keilmuan dan life skill,

wawasan yang berkembang, keberagaman nilai sosial, dll.

2. Kelayakan kebahasaan; artinya informasi, pesan dan

pengetahuan yang dituangkan dalam bahan ajar dapat

dikomunikasikan kepada pembaca secara logis, mudah diterima

dan sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif pembaca.

Bahasa yang digunakan harus mengacu pada kaidah-kaidah

bahasa Indonesia yang baik dan benar.

39
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2008), p. 92.
40
Badan Standar Nasional Pendidikan, Kegiatan Penilaian Buku Teks Pelajaran
Pendidikan Dasar dan Menengah, Buletin BSNP, (Januari :2007). p. 21.
52

3. Kelayakan penyajian; artinya penyajian konsep-konsep dalam

sebuah bahan ajar harus mampu mendorong terjadinya proses

berpikir. Maka dari itu, harus memperhatikan komponen

penyajian yang berisi teknik penyajian, pendukung penyajian

materi, penyajiannya mendukung pembelajaran.

4. Kelayakan kegrafikan; secara fisik bahan ajar tersaji dalam

wujud tampilan yang menarik dan menggambarkan ciri khas

bahan ajar tersebut. Kelayakan kegrafikan meliputi kemudahan

dalam penggunaan, keterbacaan, desain visual, serta kualitas

fisik bahan ajar (kualitas kertas, kualitas cetakan, kualitas jilidan,

dsb).

Terdapat beberapa kriteria kelayakan yang dapat dijadikan sebagai

acuan yaitu: 1. Kelayakan isi; isi materi minimal mengacu pada sasaran

yang akan dicapai oleh peserta didik (KD). Selain itu juga isi materi

mencakup kepada wawasan yang berkembang, substansi keilmuan dan

keahlian dalam hidup serta keberagaman sosial budaya. 2. Kelayakan

kebahasaan; artinya informasi yang terdapat dalam modul harus

dikomunikasikan kepada pembaca secara logis, jelas, mudah dipahami dan

sesuai dengan tahap perkembangan siswa. 3. Kelayakan penyajian, artinya

penyajian konsep-konsep didalam bahan ajar/modul harus dapat mendorong

kemampuan berfikir siswa dan dapat merangsang rasa ingin tahu siswa

yang bertujuan pada pembentukan kebermaknaan materi. 4. Kelayakan


53

kegrafikan, artinya secara fisik modul tersaji dalam bentuk yang menarik

dan menggambarkan karakteristik tertentu. Yang meliputi kemudahan

dalam penggunaan, desain visual, serta kualitas fisik atau tampilan bahan

ajar baik kertas, kualitas cetakan, kualitas jilidan dan lain-lain.

6 Pembelajaran Dengan Menggunakan Modul

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah kegiatan komunikasi

yang diwujudkan dengan cara menyamapaikan suatu pengetahuan,

pengalaman, skill, ide dan keahlian. Informasi tersebut biasanya dikemas

dalam bentuk bahan ajar bahan ajar merupakan seperangkat materi

pelajaran yang disusun secara sistematis, yang sesuai dengan kompetensi

dasar secara runtut untuk dikuasai peserta didik dalam pembelajaran.

Dengan adanya bahan ajar memungkinkan peserta didik untuk mempelajari

suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis

sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara

utuh dan terpadu.

Bahan ajar disusun dengan tujuan; (1) membantu peserta didik

dalam mempelajari sesuatu; (2) menyediakan berbagai jenis pilihan bahan

ajar; (3) memudahkan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran; serta

(4) agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.41

41
Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK, Kompetensi Penelitian Pengembangan
Pengawas Sekolah Dasar Dan Menengah, (Jakarta, Depdiknas, 2008), p. 8.
54

Pembelajaran dengan modul adalah pendekatan pembelajaran yang

difokuskan untuk mencapai kompetensi dasar dari bahan kajian yang

dipelajari peserta didik dalam waktu tertentu sesuai dengan potensi dan

kondisinya.

Belajar mandiri merupakan pembelajaran yang menitikberatkan

kepada inisiatif peserta didik untuk belajar tanpa bantuan orang lain dan

dapat mendiagnosa kebutuhan belajarnya sendiri. Di dalam belajar mandiri

peserta didik diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menjadi pembelajar

yang mandiri.

Implikasi utama kegaitan belajar mandiri perlu mengoptimalkan

sumber belajar dengan tetap memberikan peluang peserta didik untuk

belajar mandiri dalam kegiatan pembelajarannya. Dengan begitu peran guru

bergeser yang tadinya pemberi informasi menjadi fasilitator belajar dengan

menyediakan sumber belajar yang dibutuhkan, mendorong semangat belajar,

memberikan umpan balik untuk menguji hasil belajarnya, mememberikan

umpan balik terhadap perkembangan belajar siswa, dan memberikan arah

bahwa apa yang telah dipelajarinya akan berguna dalam kehidupannya.

Tujuan penggunan modul dalam pembelajaran adalah untuk

mengurangi keragaman kecepatan belajar peserta didik melalui kegiatan

belajar mandiri.dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan

modul lebih banyak melibatkan peran peserta didik secara individual

diabndingan dengan guru.


55

Penggunaan modul ini didasarkan pada fakta bahwa jika peserta

didik diberikan waktu dan kondisi belajar yang memadai maka peserta

didik akan dapat menguasai kompetensi secara utuh dan tuntas. Bila peserta

didik tidak diberi waktu dan kondisi belajar yang memadai maka ketuntas

pelajaran akan dipengaruhi dengan tingkat dan kualitas pembelajaran.

Kesuksesan dalam mempelajari modul tergantung kepada kriteria peserta

didik didukung dengan cara atau strategi pembelajaran. Kriteri yang

dimaksud seperti ketekunan, waktu belajar, kadar pembelajaran, mutu

kegiatan pembelajaran, dan kemampuan memahami petunjuk dalam modul.

7 Prinsip Penulisan Modul

Modul adalah bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran yang

dapat berfungsi sebagai pelatih/pengajar. Oleh karena itu penulisan modul

harus berdasarkan kepada prinsip-prinsip belajar dan bagaimana guru

mengajar dan peserta didik menerima pelajaran.

Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang disebabkan karena

adanya rangsangan/stimulus dari lingkungan. Terkait hal tersebut maka

penulisan modul harus menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Peserta didik perlu diberikan penjelasan tentang hasil belajarnya yang

menjadi tujuan pembelajaran sehingga mereka dapat mengetahui dan

dapat menimbang untuk dirinya sendiri apakah mereka telah

mencapai tujuan pembelajaran atau belum mencapai tujuan

pembelajaran pada saat menggunakan modul.


56

2. Peserta didik perlu perlu diuji untuk mengukur ketercapaian tujuan

pembelajaran. Untuk itu, dalam penulisan modul perlu dipadukan

kedalam pembelajaran supaya dapat mengetahui ketercapaian tujuan

pembelajaran dan memberikan tindakan/umpan balik yang sesuai.

3. Bahan ajar perlu diurutkan sedemikian rupa sehingga peserta didik

mudah untuk memahaminya. Urutan modul tersebut adalah dari

mudah kesulit, dari yang diketahui ke yang tidak diketahui, dari

pengetahuan ke penerapan.

4. Peserta didik perlu disediakan umpan balik. Sehingga mereka dapat

memantau proese belajar dan mendapatkan perbaikan manakala

diperlukan. Misalnya dengan memberikan kriteria terhadap hasil tes

yang dilakukan secara mandiri.

Banyak sekali yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam

mencapai tujuan pembelajaran di antaranya, kondisi siswa, strategi

pembelajaran, sumber belajar, gaya belajar, minat bakat peserta didik dan

lain sebagainya. Oleh karena itu implikasi penting prinsip belajar terhadap

penulisan modul antara lain:42

1. Rancang strategi untuk menarik perhatian sehingga peserta didik

dapat memahami informasi yang disajikan. Misalnya, dalam modul,

informasi penting diberi ilustrasi yang menarik perhatian dengan

memberikan warna, ukuran teks, atau jenis teks yang menarik.


42
Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK, Kompetensi Penelitian Pengembangan
Pengawas Sekolah Dasar Dan Menengah, (Jakarta, Depdiknas, 2008), p. 11.
57

2. Supaya peserta didik memfokuskan perhatian pada hal-hal yang

menjadi tujuan pembelajaran pada modul, tujuan tersebut perlu

diinformasikan secara jelas dan tegas pada peserta didik.

Informasikan pula pentingnya tujuan tersebut untuk memotivasi.

3. Hubungkan bahan ajar yang merupakan informasi baru bagi peserta

didik dengan pengetahuan yang telah dikuasai sebelumnya oleh

peserta didik. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan advance

organizer untuk mengaktifkan struktur kognitif. Gunakan juga

pertanyaan-pertanyaan untuk mengaktifkan struktur koginitif yang

relevan.

4. Informasi perlu dipenggal-penggal untuk memudahkan pemrosesan

dalam ingatan pengguna modul. Sajikan 5 sampai 9 butir informasi

dalam satu kegiatan belajar. Jika terdapat banyak sekali butir

informasi, sajikan informasi tersebut dalam bentuk peta informasi.

5. Untuk memfasilitasi peserta didik memproses informasi secara

mendalam, peserta didik perlu didorong supaya mengembangkan peta

informasi pada saat pembelajaran atau sebagai kegiatan merangkum

setelah pembelajaran.

6. Supaya peserta didik memproses informasi secara mendalam, peserta

didik perlu disiapkan latihan yang memerlukan penerapan, analisis,

sintesis, dan evaluasi. Kegiatan tersebut akan mentransfer secara

efektif informasi kedalam memori jangka panjang.


58

7. Penyajian modul harus dapat memberikan motivasi untuk belajar.

Modul dikembangkan agar menarik perhatian penggunanya selama

mempelajarinya. Dalam modul harus tersedia informasi mengenai

mafaat pelajaran bagi yang mempelajarinya. Hal ini dapat dilakukan

dengan menjelaskan bagaimana materi pelajaran tersebut dapat

digunakan dalam situasi nyata.

Uraian materi dalam modul hendaknya dapat mendorong siswa

menerapkan yang dipelajari ke dalam situai yang nyata. Peserta didik akan

lebih menyukai pembelajaran yang menerapkan informasi kedalam masalah

nyata yang dihadapi. Modul juga harus dapat memfasilitasi peserta didik

untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri bukan menerima

pengetahuan saja.

8 Kelemahan dan Kelebihan Modul

1. Kelebihan Modul

Modul memiliki kelebihan untuk digunakan sebagai salah satu

bahan ajar dalam proses pembelajaran. Pengajaran menggunakan modul

mempunyai keuntungan dibandingkan dengan metode pengajaran lain,

yakni:

a. Individualisasi belajar; siswa dapat belajar berdasarkan kemampuan

dan kecepatan sendiri, tidak banyak bergantung kepada guru.

b. Kebebasan; peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar mandiri,

seperti membaca sendiri, tidak banyak bergantung kepada guru.


59

c. Partisipasi aktif; kegiatan belajar dapat dilakukan dengan partisipasi

aktif dalam bentuk learning by doing.

d. Modul mudah dibawa-bawa, sehingga dapat dipelajari dimana saja

dan kapan saja.

2. Kelemahan Modul

Modul tidak hanya mempunyai kelebihan, modul juga memiliki

beberapa keterbatasan yang menjadi kelemahannya. Secara umum,

modul memiliki kelemahan yang sama dengan bahan ajar cetak lainnya.

Adapun kelemahan modul sebagai bahan ajar yaitu:

a. Pembelajaran dengan menggunakan modul umumnya kurang

memperhatikan aspek perasaan.

b. Modul menuntut siswa untuk memiliki disiplin dan keinginan

belajar yang tinggi.

c. Membutuhkan kemampuan membaca dengan pemahaman. Hal ini

menjadi hambatan bagi siswa yang kurang terampil dalam membaca.

d. Sulit memberikan bimbingan kepada pembacanya yang mengalami

kesulitan memahami bagian tertentu dari bahan ajar cetak modul.

e. Interaksi antara siswa dan guru berkurang.

f. Pemaparan materi dalam modul bersifat linear.

Modul Tematik sebagai suatu bahan ajar, memiliki beberapa

kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dan kelemahan Modul

Tematik dijabarkan sebagai berikut:


60

1. Kelebihan Modul Tematik

a. Penyajian materi dalam Modul Tematik menggunakan bahasa yang

mudah dipahami siswa.

b. Penyajian tugas/latihan dalam Modul Tematik bervariasi, sehingga

siswa tidak bosan dengan latihan dan tugas yang itu-itu saja. Selain

itu, latihan dan tugas disajikan dalam bentuk permainan yang dapat

merangsang kreativitas siswa.

c. Pengembangan Modul Tematik dilakukan berdasarkan hasil analisis

sasaran di lapangan. Sehingga, sesuai dengan kebutuhan sasaran.

d. Modul Tematik dapat mengakomodasi keragaman individual siswa,

baik perbedaan kecepatan belajar maupun perbedaan tingkat

kemampuan. Sehingga, siswa dapat mengikuti program kegiatan

belajar dalam Modul Tematik sesuai dengan kecepatan dan

kemampuannya sendiri.

e. Modul Tematik disertai kunci jawaban yang memudahkan siswa

untuk menilai dan mengetahui hasil belajarnya sendiri.

f. Penggunaan Modul Tematik tidak membutuhkan alat khusus atau

media pembelajaran lain.

g. Modul Tematik memiliki karakteristik self instructional yang

mampu membelajarkan siswa secara mandiri, tanpa atau dengan

bimbingan yang minimal dari pendidik.


61

2. Kelemahan Modul Tematik

a. Terbatasnya materi bahasan yang disajikan dalam Modul Tematik.

Dimana materi yang disajikan hanya mencakup dua subtema saja.

Sehingga, kurang mampu memfasilitasi siswa untuk mempelajari

materi bahasan yang lainnya.

b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak untuk pencetakan Modul

Tematik.

c. Membutuhkan kemampuan membaca dengan pemahaman. Hal ini

menjadi hambatan bagi siswa yang kurang terampil dalam membaca.

d. Sulit memberikan bimbingan kepada pembacanya yang mengalami

kesulitan dalam memahami bagian tertentu dari Modul Tematik.

e. Sulit memberikan umpan balik untuk pertanyaan yang

membutuhkan jawaban yang kompleks dan mendalam.

f. Dari segi fisik, karena Modul Tematik disajikan dalam bentuk kertas,

maka akan sangat rentan dan mudah rusak.


62

D. KERANGKA BERPIKIR

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Berpikir

• Bahan ajar cetak yang ada kurang mengedepankan unsur


lingkungan dan budaya lokal masyarakat setempat.
• Buku pegangan siswa yang dikeluarkan oleh pemerintah
masih banyak kekurangan seperti materi yang disajikan
masih bersifat dangkal dan tidak melibatkan pengalaman
Masalah peserta didik secara kontekstual serta terkesan masih
berdiri sendiri sebagai mata pelajaran.
• Dari segi penyajian materi pada buku bersifat terbatas,
dari segi desain, terdapat keterbatasan gambar ilustrasi.
• Merancang dan mengembangkan modul pembelajaran tematik
bernuansa kontekstual tema daerah tempat tinggalku sub tema 2
keunikan daerah tempat tinggalku
• Menggunakan modul pembelajaran tematik bernuansa kontekstual
Tindakan tema daerah tempat tinggalku sub tema 2 keunikan daerah tempat
tinggalku
• Penggunaan modul pembelajaran tematik bernuansa kontekstual oleh
siswa secara kelompok dan secara individu.
• Modul pembelajaran tematik bernuansa kontekstual yang layak untuk
siswa kelas 4 Tema Daerah Tempat Tinggalku Sub Tema 2 Keunikan
Hasil Daerah Tempat Tinggalku

Anda mungkin juga menyukai