Di antara bentuk peringatan yang Allah berikan kepada hamba-Nya, Allah wujudkan dalam bentuk
musibah dan bencana alam. Terkadang dalam bentuk angin kencang yang memporak-
porandakan berbagai bangunan, terkadang dalam bentuk gelombang pasang, hujan besar yang
menyebabkan banjir, gempa bumi, termasuk peperangan di antara umat manusia. Semuanya
bisa menjadi potensi untuk mengingatkan manusia agar mereka takut dan berharap kepada Allah.
Allah berfirman,
ِْ قُلْ هُوْ القا ِد ُْر على أنْ يبعثْ عليكُمْ عذاباْ مِ نْ فوقِكُمْ أوْ مِ نْ تح
ْت أر ُج ِلكُمْ أوْ يْلبِسكُمْ شِيعاْ ويُذِيقْ بعضكُمْ بأسْ بعض
Katakanlah: “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari
bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan)
dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain...”ْ(QS.ْAl-An’am:ْ65)
Gempa bumi, musibah yang saat ini menggelayuti perasaan takut banyak manusia bisa jadi
merupakan hukuman dari Al-Jabbar (Dzat Yang Maha Perkasa), disebabkan sikap manusia yang
meninggalkan aturan Allah, yang bergelimang dengan maksiat dan dosa. Manusia bemaksiat
kepada Allah, mereka melakukannya secara terang-terangan di hadapan Allah, tanpa ada rasa
malu kepada Allah. Selanjutnya Allah perintahkan bumi untuk berguncang, terjadilah gempa bumi,
agar manusia mau kembali betaubat, dan memohon ampunan kepada-Nya. Allah berfirman,
َْ ت ِإ
ّل تخ ِويفا ُْ وما نُر ِس
ِْ ل بِاْليا
“Tidaklah kami mengirim tanda-tanda kekuasaan itu (berupa musibah dan sejenisnya), selain dalam
rangka menakut-nakuti mereka.”ْ(QS.ْAl-Isra’:ْ59)
Untuk lebih menguatkan hal ini, mari kita perhatikan ayat berikut
Allah berfirman,
ْاس ِليُذِيق ُهمْ بعضْ الَذِي عمِ لُوا لعلَ ُهمْ ير ِجعُون
ْ ِ َظهرْ الفسا ْد ُ فِي الب ِْر والبح ِْر ِبما كسبتْ أيدِي الن
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya
Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar).”ْ(QS. Ar-Rum: 41)
Allah menyebut maksiat manusia sebagai makar, dan adzab bisa jadi akan turun secara tiba-tiba
tanpa aba-aba:
ث ّل يشعُ ُْرونْ *أوْ يأخُذهُمْ فِي تقلُّبِ ِهمْ فما هُمْ بِ ُمع ِج ِزين
ُْ اّللُ بِ ِه ُْم اْلرضْ أوْ يأتِي ُه ُْم العذابُْ مِ نْ حي ِْ أفأمِ نْ الَذِينْ مك ُروا السَيِئا
َْ ْت أنْ يخسِف
“Maka apakah orang-orang yang membuat makar dengan melakukan maksiat itu, merasa aman (dari
bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka
dari tempat yang tidak mereka sadari. Atau Allah mengazab mereka di waktu mereka dalam perjalanan,
maka sekali-kali mereka tidak dapat menolak (azab itu).”ْ(QS.ْAn-Nahl: 45 – 46)
Allah juga mengingatkan, bisa jadi balasan makar Allah untuk hamba-Nya yang membangkang,
datang ketika mereka sedang tidur:
“Apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di
malam hari di waktu mereka sedang tidur?”ْ(QS.ْAl-A’raf:ْ97)
Sesungguhnya adzab Allah, ketika menimpa sekelompok masyarakat maka adzab ini mencakup
orang baik dan orang bejat, orang dewasa dan anak-anak, laki-laki dan perempuan. Semuanya
sama-sama mendapatkan hukuman. Bahkan termasuk makhluk yang tidak memiliki dosa dan
kesalahan, semacam anak-anak dan binatang sekalipun, mereka turut merasakannya.
Halْiniْsebagaimanaْyangْditegaskanْdalamْhadis,ْdariْUmmuْSalamahْradhiallahuْ‘anha,ْbahwaْ
beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كيف: قلت، بلى: أما فيهم يومئذ أناس صالحون ؟ قال، فقلت يا رسول هللا، إذا ظهرت المعاصي في أمتي عمهم هللا بعذاب من عنده
ثم يصيرون إلى مغفرة من هللا ورضوان، يصيبهم ما أصاب الناس: يصنع بأولئك ؟ قال
“Apabila perbuatan maksiat dilakukan secara terang-terangan pada umatku, maka Allah akan
menimpakan adzab-Nya secara merata.”ْAkuْbertanya,ْ“YaْRasulullah,ْbukankahْdiْantaraْmerekaْ
saat itu ada orang-orangْsaleh?ْBeliauْbersabda,ْ“Benar.”ْUmmuْSalamahْkembaliْbertanya,ْ“Laluْ
apa yang akan diterima olehْorangْini?ْBeliauْmenjawab,ْ“Mereka mendapatkan adzab sebagaimana
yang dirasakan masyarakat, kemudian mereka menuju ampunan Allah dan ridha-Nya.”ْ (HR.ْ Ahmadْ
6:304)
Dalam Alquran, Allah menegaskan bahwa setiap musibah yang menimpa manusia, disebabkan
perbuatan maksiat yang pernah mereka lakukan. Allah berfirman,
“Setiap musibah yang menimpa kalian, disebabkan perbuatan tangan kalian, dan Allah memberi
ampunan terhadap banyak dosa.”ْ(QS.ْAs-Syuro: 30)
َْ ْصيح ْةُ ومِ ن ُهمْ منْ خسفنا بِ ِْه اْلرضْ ومِ ن ُهمْ منْ أغرقنا وما كان
ُ اّلل ِ فكُلْ أخذنا بِذنبِ ِْه فمِ ن ُهمْ منْ أرسلنا علي ِْه ح
َ اصباْ ومِن ُهمْ منْ أخذت ْهُ ال
ْلِيظلِم ُهمْ ولكِنْ كانُوا أنفُس ُهمْ يظ ِل ُمون
“Masing-masing Kami adzab disebabkan dosa mereka. Di antara mereka ada yang kami kirimi angin
kencang, di antara meraka ada yang dimusnahkan dengan teriakan yang sangat pekak, ada yang Kami
tenggelamkan. Allah sama sekali tidaklah menzalimi mereka, namun mereka yang bersikap zalim pada
diri mereka sendiri.”ْ(QS.ْAl-Ankabut: 40)
“SesungguhnyaْTuhanْkalianْmenegurْkalian.”
Disebutkan oleh Imam Ahmad, dari Shafiyah radhiallahu ‘anha, beliau mengatakan,
لئن عادت ّل تجدوني فيها. ما هذا ؟ ما أسرع ما أحدثتم، أيها الناس: زلزلت المدينة على عهد عمر فقال
Pernah terjadi gempa di kota Madinah, di zaman Umar bin Khatab. Maka Umar berceramah,
“Wahaiْmanusia,ْ apaْ yangْ kalianْ lakukan?ْ Betapaْ cepatnyaْ maksiatْ yangْ kalianْlakukan.ْ Jikaْ
terjadiْgempaْbumiْlagi,ْkalianْtidakْakanْmenemuikuْlagiْdiْMadinah.”
Diceritakan oleh Ibn Abi Dunya dari Anas bin Malik, bahwa beliau bersama seorang lelaki lainnya
pernahْ menemuiْ Aisyah.ْ Lelakiْ iniْ bertanya,ْ “Wahaiْ Ummulْ Mukminin,ْ jelaskanْ kepadaْ kamiْ
tentangْfenomenaْgempaْbumi!”ْAisyahْmenjawab,
فإن تابوا ونزعوا، تزلزلي بهم: فقال لألرض، غار هللا عز وجل في سمائه، وضربوا بالمعازف، وشربوا الخمور، إذا استباحوا الزنا،
وإّل أهدمها عليهم
“Jikaْmerekaْ sudahْ membiarkanْ zina,ْminumْ khamar,ْ bermainْmusik,ْmakaْ Allahْ yangْ adaْ diْ
atasْ akanْ cemburu.ْ Kemudianْ Allahْ perintahkanْ kepadaْ bumi:ْ ‘Berguncanglah, jika mereka
bertaubatْdanْmeninggalkanْmaksiat,ْberhentilah.ْJikaْtidak,ْhancurkanْmereka’.”
Orangْiniْbertanyaْlagi,ْ“WahaiْUmmulْMukminin,ْapakahْituْsiksaْuntukْmereka?”
Beliau menjawab,
“Ituْadalahْperingatanْdanْrahmatْbagiْkaumْmukminin,ْsertaْhukuman,ْadzab,ْdanْmurkaْuntukْ
orangْkafir.” (Al-Jawab Al-Kafi, Hal. 87–88)
Dari pernyataan Umar, beliau memahami bahwa penyebab terjadinya gempa di Madinah adalah
perbuatan maksiat yang dilakukan masyarakat yang tinggal di Madinah. Pernyataan ini
disampaikan kepada para sahabat dan mereka tidak mengingkarinya. Ini menunjukkan bahwa
mereka sepakat dengan pemahaman Umar radhiallahu ‘anhu.
Hal yang semisal juga telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam hadis
dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, beliau bersabda,
وأقصى أباه، وأدنى صديقه، وعق أمه، وأطاع الرجل امرأته، وتعلم لغير الدين، والزكاة مغرما، واْلمانة مغنما، إذا اتخذ الفيء دوّل
، وظهرت القينات والمعازف، وأكرم الرجل مخافة شره، وكان زعيم القوم أرذلهم، وساد القبيلة فاسقهم، وظهرت اْلصوات في المساجد
، ولعن آخر هذه اْلمة أولها فليرتقبوا عند ذلك ريحا حمراء وزلزلة وخسفا ومسخا وقذفا وآيات تتابع كنظام بال قطع سلكه، وشربت الخمور
فتتابع
“Jika harta rampasan perang dijadikan kas negara (tidak lagi diberikan kepada orang yang ikut
perang), amanah dijadikan rebutan, jatah zakat dikurangi, selain ilmu agama banyak dipelajari, lelaki
taat kepada wanita dan memperbudak ibunya, orang lebih dekat kepada temannya dan menjauh dari
ayahnya, banyak teriakan di masjid, yang memimpin kabilah adalah orang yang bejat (fasik), yang
memimpin masyarakat orang yang rendah (agamanya), orang dimuliakan karena ditakuti pengaruh
buruknya, para penyanyi wanita tampil di permukaan, khamr diminum, dan generasi terakhir melaknat
generasi pertama (sahabat), maka bersiaplah ketika itu dengan adanya angin merah, gempa bumi,
manusia ditenggelamkan, manusia diganti wajahnya, dilempari batu dari atas, dan berbagai tanda
kekuasaan Allah (musibah) yang terus-menerus, seperti ikatan biji manik-manik yang putus talinya,
maka biji ini akan lepas satu-persatu.”ْ(HR.ْTurmudzi,ْbeliauْmengatakan:ْTerdapatْhadisْsemisalْ
dari Ali, hadis ini gharib, tidak kami jumpai kecuali dari jalur ini)
Di antara tanda dekatnya kiamat adalah seringnya terjadi gempa bumi. Disebutkan dalam hadis
dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu,ْbahwaْNabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
القتل: ويكثر الهرج ْ”قيل وما الهرج يا رسول هللا ؟ قال، وتظهر الفتن، ّل تقوم الساعة حتى يقبض العلم ويتقارب الزمان وتكثر الزّلزل
القتل
“Tidak akan terjadi kiamat, sampai ilmu itu diangkat, waktu semakin pendek, banyak gempa bumi,
fitnah meraja lela, dan banyak terjadi al-haraj.”ْ Sahabatْ bertanya,ْ apa itu al-haraj? Beliau
menjawab:ْ“Pembunuhan, pembunuhan”.ْ(HR.ْBukhari)
Sebagian orang tidak menerima pernyataan gempa sebagai peringatan dari Allah. Mereka
beranggapan bahwa gempa sama sekali tidak memiliki kaitan dengan perbuatan dan maksiat
manusia. Kejadian gempa itu murni fenomena alam, bukan hukuman tuhan. Beristigfar, bukanlah
solusi yang tepat dalam hal ini.
Jawaban pernyataan ini, sesungguhnya Allah menjelaskan bahwa gempa bumi, statusnya sama
dengan fenomena alam yang lain. Allah ciptakan fenomena semacam ini untuk menakut-nakuti
hamba-Nya, agar merka meninggalkan dosa dan kembali kepada Penciptanya.
Pengetahuan kita tentang sebab gempa tidaklah menihilkan bahwa itu merupakan bagian takdir
Allah untuk hamba-Nya disebabkan dosa mereka. Sehingga maksiat inilah yang menjadi pemicu
sebab. Ketika Allah menghendaki sesuatu, Allah ciptakan sebabnya dan Allah wujudkan
akibatnya. Sebagaimana yang Allah nyatakan,
َْ وإِذا أردنا أنْ نُهلِكْ قريةْ أمرنا ُمترفِيها فْفسقُوا فِيها فح
ُْ ق عليها القو
ْل فد َمرناها تدمِ يرا
“Jikaْ Kamiْ hendakْ membinasakanْ suatuْ negeri,ْ makaْ Kamiْ perintahkanْ kepadaْ orang-orang
yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan
dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami),
kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”ْ(QS.ْAl-Isra: 16)
Karena itu, bertaqwalah kepada Allah, takutlah kepada Allah, mintalah ampunan kepada Allah.
Ingatlah firman Allah,
ْت ُْ ت أر ُج ِلكُمْ أوْ يل ِبسكُمْ شِيعاْ ويُذِيقْ بعضكُمْ بأسْ بعضْ انظُرْ كيفْ نُص ِر
ِ ف اْليا ُْ قُلْ هُوْ القاد
ِْ ِر على أنْ يبعثْ عليكُمْ عذاباْ مِ نْ فو ِق ُكمْ أوْ مِ نْ تح
ْل نبأْ ُمستقرْ وسوفْ تعل ُمون ُّْ لعلَ ُهمْ يفق ُهونْ *وكذَبْ ِب ِْه قو ُمكْ وهُوْ الح
ِْ ُق قُلْ لستُْ عليكُمْ ِبوكِيلْ * ِلك
Katakanlah: “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari
bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan)
dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami
mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)”. Dan
kaummu mendustakannya (azab) padahal azab itu benar adanya. Katakanlah: “Aku ini bukanlah orang
yang diserahi mengurus urusanmu”. Untuk setiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu)
terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui.”ْ(QS.ْAl-An’am:ْ65 – 67)
Umar bin Abdul Aziz pernah mengirim surat ke berbagai negara bagian. Isinya:
فمن كان عنده شيء، وقد كتبت إلى سائر اْلمصار أن يخرجوا في يوم كذا، أما بعد فإن هذا الرجف شيء يعاتب هللا عز وجل به العباد
ْقاّل ربَنا ظلمنا أنفُسنا وإِنْ لمْ تغفِر: (( قدْ أفلحْ منْ تز َكى *وذكرْ اسمْ ربِ ِْه فصلَى )وقولوا كما قال آدم: ( فليتصدق به فإن هللا عز وجل قال
ّل إله: (( وإّل تغفر لي وترحمني أكن من الخاسرين ))وقولوا كما قال يونس: (( لنا وترحمنا لنكُوننَْ مِ نْ الخا ِس ِرينْ )وقولوا كما قال نوح
)) إّل أنت سبحانك إني كنت من الظالمين
Ammaْba’du,ْsesungguhnyaْgempaْyangْterjadiْiniْmerupakanْteguranْdariْAllahْkepadaْhamba-
Nya. Saya telah mengirim surat ke berbagai daerah untuk keluar pada hari tertentu. Siapa yang
memiliki sesuatu, hendaknya dia sedekahkan. Karena Allah berfirman,
“Sungguhْberuntungْorangْyangْmengeluarkanْzakat.ْDiaْmengingatْnamaْTuhannyaْkemudianْ
shalat.”
Dan aku perintahkan mereka untuk mengatakan sebagaimana yang diucapkan Adam:
ْربَنا ظلمنا أنفُسنا و ِإنْ لمْ تغفِرْ لنا وترحمنا لنكُوننَْ مِ نْ الخا ِس ِرين
“Ya Allah, kami telah menzalimi diri kami, jika Engkau tidak mengampuni kami dan merahmati kami,
tentu kami akan menjaid orang yang rugi.”
Aku juga perintahkan agar mereka mengucapkan sebagaimana yang dikatakan Yunus:
Laa ilaaha illaa anta, subhaanaka, sesungguhnya aku termasuk orang yang zalim. (Al-Jawabul
Kafi, Hal. 88)
Disadur dengan berbagai perubahan dari artikel: Az-Zilzal: ‘Ibarun wa ‘idzah, karya Syaikh
Muhammad bin Abdullah Al-Habdan.
Sumber: http://alhabdan.islamlight.net
Sumber : https://konsultasisyariah.com/