Tap MPR
Tap MPR
III/2004
Instruksi
Menteri
Dengan ditetapkannya Ketetapan MPR No. I tahun 2003, maka seluruh Ketetapan
MPRS dan Ketetapan MPR yang berjumlah 139 dikelompokkan ke dalam 6 pasal
(kategori) sesuai dengan materi dan status hukumnya. Substansi Ketetapan MPR
tersebut adalah:
1. Kategori I: TAP MPRS/TAP MPR yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (8
Ketetapan)
2. Kategori II: TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku dengan
ketentuan (3 Ketetapan)
3. Kategori III: TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai
dengan terbentuknya Pemerintahan Hasil Pemilu 2004 (8 Ketetapan)
4. Kategori IV: TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai
dengan terbentuknya Undang-Undang (11 Ketetapan)
5. Kategori V: TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan masih berlaku sampai
dengan ditetapkannya Peraturan Tata Tertib Baru oleh MPR Hasil Pemilu 2004
(5 Ketetapan)
6. Kategori VI: TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tidak perlu dilakukan
tindakan hukum lebih lanjut, baik karena bersifat final (einmalig), telah dicabut,
maupun telah selesai dilaksanakan (104 Ketetapan)
Jadi dengan demikian, meskipun TAP MPR tidak ada dalam hirarki perundang-
undangan berdasarkan undang – undang no. 10 tahun 2004, tapi ada TAP MPR yang
masih diperlukan dan ada yang sudah tidak diperlukan (tidak dipakai).
Peraturan Menteri
Peraturan Menteri tidak disebutkan dalam UU no 10 tahun 2004, tapi dalam praktek, di
beberapa kementerian, digunakan istilah Peraturan Menteri, tetapi di beberapa
kementerian lainnya digunakan istilah Keputusan Menteri, padahal isinya jelas-jelas
memuat materi-materi yang mengatur kepentingan publik seperti di lingkungan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengatur mengenai penyelenggaraan
pendidikan nasional, dan sebagainya. Di samping itu, untuk mengatur secara bersama
berkenaan dengan materi-materi yang bersifat lintas departemen berkembang pula
kebiasaan menerbitkan Keputusan Bersama antar Menteri. Padahal, bentuk Keputusan
Bersama itu jelas tidak ada dasar hukumnya.
Jadi peraturan menteri pada prakteknya masih diperlukan dan digunakan meskipunn
tidak ada dalam Undang-undang no. 10 tahun 2004.