Makalah PAI Spirit Islam Dan Rujukan Utama Doktrin Islam
Makalah PAI Spirit Islam Dan Rujukan Utama Doktrin Islam
Disusun oleh :
WULANDARI (2001045099)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayahNya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ SPIRIT ISLAM DAN RUJUKAN UTAMA
DOKTRIN ISLAM dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas yang
diberikan oleh Ibu Ikah Rohilah S.Ag., M.Si. pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam di
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca mengenai materi yang akan disampaikan ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Ikah Rohilah S.Ag.,
M.Si. selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam, karena berkat tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait materi ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.
Tentu kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
menerima kritik dan saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini dengan
senang hati.
Wulandari
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................................1
A Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan.............................................................................................................1
BAB II............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN............................................................................................................................2
A. Spiritualitas Islam................................................................................................................2
B. Tujuan Islam Spiritualitas....................................................................................................2
C. Tingkatan Spiritualitas dalam Islam..................................................................................4
D. Rujukan Utama Doktrin Agama Islam...............................................................................7
BAB III........................................................................................................................................10
PENUTUP....................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................10
3.2 Saran...................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................11
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara bahasa, spiritualitas berasal dari bahasa Latin yaitu Spiritus yang berarti roh,
jiwa, semangat. Dari kata Latin ini terbentuklah kata Prancis yaitu l’spirit dan kata bendanya
la spiritualite. Setelah kata Prancis ini, kita mengenal kata Inggris yaitu spirituality, yang
dalam bahasa Indonesia menjadi kata spiritualitas.Dalam kamus Filsafat Lorenz Bagus
ditemukan beberapa pengertian lain tentang spirit dari para filosof. Aristotelas mengatakan
bahwa spiritual juga dapat dianggap sebagai prinsip adi kodrati yang ditangkap langsung dan
intuitif pandangan ini erat dengan agama karena dalam agama ruh tertinggi adalah Tuhan.
Islam Agama Spiritualitas adalah agama sebagai nilai-nilai luhur yang menjadi
landasan hidup umat manusia tanpa mengenal golongan, institusi atau organisasi (organized
religion), tetapi agama sebagai basis moralitas dan perilaku manusia
Dalam ajaran Islam terdapat sumber hukum pokok yang menjadi pedoman atau rujukan
bagi umat Islam. Sumber hukum Islam utama ada tiga, yaitu: Al Aquran Sunnah (Hadist)
jtihad
B. Rumusan Masalah
Kami telah menyusun beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah sebagai berikut.
1) Apa yang dimaksud islam agama spiritualitas ?
2) Apa yang menjadi tingkatan spiritualitas dalam islam?
3) Apa yang menjadirujukan doktrin agama islam?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.
1) Untuk memberi pemahaman spiritualitas islam dan rujukan utama doktrin agama
islam
2) Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan spiritualitas islam
3) Untuk memberikan pengetahuan tambahan kepada para pembaca
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Spiritualitas Islam
Spiritualitas merupakan nilai-nilai moral yang bersumber dari hati nurani yang sejatinya
telah dimiliki oleh setiap manusia di muka bumi ini sejak ia lahir. Saat di dalam
kandungan, janin ditiupkan oleh Allah ruh-Nya dan disempurnakannya dengan jalan
kefasikan dan ketakwaan (38:72). Islam Agama Spiritualitas adalah agama sebagai nilai-
nilai luhur yang menjadi landasan hidup umat manusia tanpa mengenal golongan, institusi
atau organisasi (organized religion), tetapi agama sebagai basis moralitas dan perilaku
manusia. Islam yang merupakan landasan, jalan dan alat untuk menjadikan manusia
merdeka sejati. Islam yang menggerakkan manusia untuk menjadi dirinya sendiri,
menjadikan manusia yang memiliki kepribadian. Inilah inti dari Islam Agama
Spiritualitas; berbeda dari agama konvensional dewasa ini yang membuat sebagian besar
orang tidak hidup sebagai pribadi, tetapi hidup berdasarkan pikiran orang lain. Agama
spiritualits tidak bersifat teoritis keimanan semata dengan lautan ajaran, tetapi hasil
penghayatan dengan laku atau perbuatan nyata walau tampaknya kecil aatau
sederhana. 21:92. Sesungguhnya ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan
Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku. Ketika manusia itu telah menerapkan nilai-
nilai moralitas tersebut karena rasa pengabdian dan tanggung jawabnya tanpa ada maksud
untuk mendapatkan imbalan, iming-iming harta, ataupun kedudukan, maka manusia
tersebut telah menjadi manusia spiritual. Masyarakat yang memiliki spiritualitas yang
baik terlihat diantaranya dari semangat kerja tinggi, diimbangi dengan sikap mereka yang
rendah hati, kepedulian akan kebersihan, dan sikap mulia lainnya. Agama Spiritualitas
menolak taqlidisme, ketakhyulan dan pikiran picik agama yang justru tumbuh subur di
jaman modern ini, teristimewa di Indonesia. Islam Agama Spiritualitas membangkitkan
kesetaraan antara sesama manusia dan menolak kepercayaan sebagai alat kekuasaan.
5. Nafsu ar-raḍiyah (the pleased self) adalah orang yang telah mencapai jiwa spiritual
tenang dan bahagia, baik dalam keadaan lapang maupun sempit dengan segala cobaan
musibah hidupnya. Kebahagiaannya tidak bersifat hedonistik atau materialistis,
namun bahagia itu timbul karena mencintai dan bersyukur kepada Allah. Orang-orang
yang memiliki nafsu ar-raḍiyah berada pada tahta spiritual, sehingga tidak ada
kemungkinan salah. Orang dengan nafsu ar-raḍiyah telah mampu menguasai nafsu-
nafsu buruk mereka, dunia luar melayani mereka. Ketakwaan, kepasrahan, kesabaran,
kesyukuran dan kecintaan kepada Allah bersemayam dalam dada mereka. Allah
menanggapi dengan cepat doa-doa mereka karena mereka adalah hamba yang kembali
kepada-Nya.
6. Nafsu al-marḍiah (the self pleasing to God) adalah orang-orang yang menyadari
bahwa segala kekuatan berasal dari Allah. Mereka tidak lagi mengalami rasa takut
dan tidak meminta, mereka telah mencapai kesatuan internal. Ibarat kaca yang pecah,
mereka mampu menyatukan perpecahan tersebut menjadi utuh. Mereka adalah insᾱn
kamȋl yang memiliki ikatan antara Khaliq dengan makhluk. Nama dan sifat Allah
termanifestasi dalam diri mereka. Mereka melihat keindahan dalam segala hal,
memaafkan segala kesalahan yang tidak diketahui. Orang dengan nafsu al-marḍiah
memiliki ciri; sabar, murah hati, selalu memberi tidak pernah meminta, mengabdi
dengan membawa orang lain kepada cahaya jiwa. Mereka mampu melindungi orang
lain dari bahaya nafsu dan kegelapan dunia, segalanya dilakukan demi Allah dalam
nama Allah.
7. Nafsu as-safῑyah (the pure self) adalah tahap akhir, tahta tertinggi bagi seseorang yang
mengalami transedensi diri seutuhnya. Tidak ada nafsu yang tersisa, mereka
menyadari kebenaran sejati dari pernyataan tidak ada Tuhan selain Allah. Orang
dengan nafsu assafῑyah dapat disebut manusia suci, memiliki jiwa yang murni, gerak-
gerik mereka adalah kasih sayang, kata-kata yang diucapkan penuh kebijaksanaan,
6
mereka tidak ada keluhan dan keinginan. Seluruh keridhaan-Nya adalah ibadah, setiap
ruas tubuh dan sel memuji Allah, mereka hidup sederhana. Mereka selalu
mengeluarkan air mata taubat, meskipun tidak pernah berbuat dosa. Kebahagiaan
mereka adalah melihat manusia lain dapat mencapai Tuhan. Rasa sakit mereka adalah
jika mereka melihat orang-orang menjauhi Tuhan. Mereka mencintai orang yang
mengabdi kepada Allah lebih dari segalanya. Mereka marah jika melihat orang yang
durhaka. Apa yang mereka inginkan dari manusia adalah apa yang Allah inginkan.
Mereka takut pada nasib orang-orang yang tidak beriman, maka mereka termasuk
orang berusaha menyadarkan orang-orang yang berdosa. Seluruh komitmen dan
keyakinan dalam menjalankan syariat agama tidak terlepas dari kekuatan spiritual.
Spiritual dapat dianggap sebagai kendali bagi manusia dalam memilih jalan hidup
yang baik. Kebutuhan kepada agama sebagai jalan kebutuhan yang alami yang tidak
mungkin lepas dari seorang muslim, walaupun telah berkembang akal pikirannya dan
telah maju akademisnya.
Untuk mendaki tiap tingkatan tersebut, dibutuhkan moderasi dalam berpikir, karena
moderasi dalam berpikir akan membawa kepada moderasi dalam beragama. Cara
pengembangan moderasi berpikir tersebut adalah dengan berpikir jauh, berpikir dalam dan
berpikir luas terhadap segala hal yang terjadi dalam kehidupan ini
2. Sunnah
Sunnah (hadis) Sunnah (hadis) merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah Al
Quran. Sunnah juga menempati posisi yang sangat penting dan strategis dalam kajian-
kajian keislaman. Keberadaan dan kedudukannya tidak diragukan lagi. Sunnah dari
segi etimologi adalah perbuatan yang semula belum pernah dilakukan kemudian
diikuti oleh orang yang lebih baik perbuatan terpuji maupun tercela. Secara
terminologi, ahli fiqih dan hadis berbeda memberikan pengertian tentang hadis.
Menurut para ahli hadis, sunnah sama dengan hadis yaitu suatu yang dinisbahkan oleh
Rasullullah SAW baik perkataan, perbuatan maupun sikap belaiu tentang suatu
peristiwa.Sunnah menurut istilah ahli ushul figh adalah ucapan nabi dan perbuatannya
dan takrirnya. Jadi sunnah artinya cara yang dibiasakan atau cara yang dipuji.
Sedangkan menurut istilah agama yaitu perbuatan nabi. Perbuatan dan takririnya
(yakni ucapan dan perbuatan sahabat yang beliau diamkan dengan arti membenarkan).
Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa hadis rasul merupakan sumber dan hukum
Islam setelah Al Quran. Kesepakat umat Islam dalam mempercayai, menerima dan
mengamalkan segala ketentuan yang terkandung di dalam hadis ternyata sejak
Rasullullah masih hidup.Sepeninggal beliau, masa Khulafaal Rasyidin dan masa-masa
selanjutnya tidak ada yang mengingkarinya. Banyak mereka yang tidak hanya
memahami dan mengamalkan isi kandungannya, tapi juga menghafal, memelihara
dan menyebarluaskan kepada generasi selanjutnya.
3. Ijtihad
Ijtihad Menurut bahasa ijtihad artinya bersungguh-sungguh dalam mencurahkan
pikiran. Sedangkan menurut istilah ijtihad adalah mencurahkan segenap tenaga dan
pikiran secara sungguh-sungguh untuk menetapkan suatu hukum. Ijtihad dapat
dilakukan ketika suatu masalah yang hukumnya tidak ada di dalam Al Quran dan
hadis. Sehingga bisa menggunakan ijtihad dengan menggunakan akal pikiran, namun
tetap mengacu berdasarkan Al Quran dan hadist. Ijtihad merupakan sumber hukum
8
Islam setelah Al Quran dan hadist. Ketika melakukan ijtihad tidak boleh bertentangan
dengan Al Quran dan hadist. Bentuk ijtihad itu ada ada tiga macam, yakni:
1. Ijma Ijma adalah kesepakatan dan ketetapan hati untuk melaksanakan sesuatu.
Ijma dilakukan untuk merumuskan suatu hukum yang tidak disebutkan secara
khusus dalam Al Quran dan hadis.
2. Qiyas Qiyas adalah mempersamakan hukum suatu masalah yang belum ada
kedudukan hukumnya dengan masalah lama yang pernah karena ada alasan yang
sama.
3. Maslahah Mursalah Maslahah mursalah merupakan cara dalam menetapkan
hukum. Di mana berdasarkan pertimbangan kegunaan dan manfaatnya.
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Islam Agama Spiritualitas adalah agama sebagai nilai-nilai luhur yang menjadi landasan
hidup umat manusia tanpa mengenal golongan, institusi atau organisasi (organized religion),
tetapi agama sebagai basis moralitas dan perilaku manusia. Yang bertujuan fitrah: berpikir
wajar, baik, akal sehat, alami, integritas, berani dan setia, murah hati dan mencintai
sesamanya, santun dan sopan, tulus ikhlas memberi pertolongan, kehormatan dan kemuliaan,
hidup untuk melayani, mengabdi dan loyal.
Saran :
Menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan baik dari cara dalam penyampaian dan penulisan. Maka saya akan
memperbaikinya kembali
10
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.uinsby.ac.id/13980/56/Bab%202.pdf
https://www.kompasiana.com/soetarno/550db6c3a33311231e2e3d7e/menuju-islam-agama-
spiritualitas
file:///C:/Users/wulandari/Downloads/5526-13687-3-PB%20(4).pdf
https://www.kompas.com/skola/read/2020/06/09/140000069/sumber-hukum-pokok-ajaran-
islam
11