Anda di halaman 1dari 17

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Sintetik Kimia Anorganik dengan judul


percobaan “Pentaakuo Sulfato Tembaga (II)” yang disusun oleh :
nama : Chusnul Mufidha
NIM : 1813142009
kelas : Kimia Sains
kelompok : IV (Empat)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten maka dinyatakan
diterima.

Makassar, Maret 2021


Koordinator Asisten Asisten

Nurhidayah Nurhidayah
NIM. 1713140004 NIM. 1713140004

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab

Diana Eka Pratiwi, S.Si, M.Si


NIP: 19800614 2008 01 2 016
A. JUDUL PERCOBAAN
Pentaakuo Sulfato Tembaga (II)
B. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan mahasiswa diharapkan mampu:
1. Untuk mengetahui cara sintesis kristal Pentaaquo Sulfato Tembaga (II).
2. Untuk mengetahui bentuk dan warna kristal Pentaaquo Sulfato Tembaga (II).
C. LANDASAN TEORI
1. Tinjauan Pustaka
Secara umum pembentukan suatu senyawa sejatinya melibatkan ikatan
kovalen koordinasi dan dapat dianggap sebagai senyawa koordinasi. Dalam
bahasan yang lebih khusus lagi, senyawa koordinasi adalah senyawa yang
melibatkan pembentukan ikatan kovalen koordinasi antara ion logam dengan
atom nonlogam (Effendy, 2011: 1).
Pandangan lain dari Suputro (2015:8) bahwa senyawa koordinasi itu
senyawa konpleks kation, kompleks anion ataupun konpleks netral, yang
mengandung atom pusat atau ion dan molekul atau ion yang berkoordinasi.
Secara substansi, molekul yang mengandung atom pusat dihubungkan dengan
ligan dapat dipertimbangkan sebagai senyawaan koordinasi atau senyawa
kompleks.
Kristal molekular meliputi gas mulia, oksigen, nitrogen, halogen,
senyawa-senyawa seperti karbon dioksida, halide-halida logam dengan ionitas
yang rendah seperti Al2Cl6, FeCl3, dan BiCl3, dan sangat banyak lagi senyawa
organik. Semua molekul ini dipertahankan dalam tapak kisinya oleh gaya
antarmolekul. Timbal balik antar gaya tolak diantara molekul kecil sekalipun
dalam kristal molekular sangatlah rumit sebab begitu banyak atom yang terlibat.
Penyederhanaan yang berguna ialah dengan menggambarkan molekul sebagai
sekumpulan bulatan-bulatan berfusi yang berpusat pada setiap nukleus. Jari-jari
setiap bulatan adalah jari-jari van der waals unsur yang terlibat. Dalam Kristal
molekular, bentuk ini terkemas bersama sedemikian rupa sehingga tidak molekul
yang bertumpang-tindih tetapi ruang kosongnya minimum (Oxtoby, dkk, 2003 :
175).
Anion atau ion logam dapat juga disebut dengan ligan. Atom dalam ligan
yang akan memberikan pasangan elektronnya kepada suatu ion logam disebut
donor, dan ion logam disebut aseptor, Karena pembentukan kompleks dapat
dipandang melalui pembentukan ikatan kovalen koordinat dari ligan kepada
ion logam, senyawa yang mengandung kompleks disebut juga sebagai senyawa
koordinasi. (Nuryono, 2018: 167).
Senyawa koordinasi atau senyawa kompleks bias serupa kation, kompleks
anion, ataupun kompleks netral, yang mengandung atom pusat atau ion dan
molekul atau ion yang berkoordinasi. Secara substansi, molekul yang
mengandung atom pusat dihubungkan dengan ligan dapat dipertimbangkan
sebagai senyawa koordinasi atau senyawa kompleks (Saputro, 2015 : 9).
Bila kedua elektron untuk membentuk ikatan tersebut dan diberikan oleh
satu dari spesi yang terikat disebut ikatan kovalen koordinat. Senyawaan dalam
mana gugus-gugus atau molekul-molekul negatif terikat pada ion atau atom yang
dapat disebut dengan senyawaan koordinasi (Keenan, 1984: 204).
Awalnya, oksidasi merupakan suatu pembentukan oksida dari unsurnya
atau pembentukan senyawa dengan mereaksikannya dengan oksigen, dan reduksi
merupakan kebalikan dari oksida. Adapun definisi dari reduksi adalah reaksi yang
menangkap elektron sedangkan oksidasi merupakan reaksi yang membebaskan
elektron. Oleh karena itu, suatu pereaksi yang memberikan elektron disebut
reduktor dan yang menangkap elektron adalah oksidator. Akibat reaksi redoks,
reduktor mengalami oksidasi dan oksidator mengalami reduksi (Saito, 1996: 46).
Ion kompleks dideskripsikan sebagai ion logam dan beberapa jenis ligan
yang terikat olehnya. Agar senyawa kompleks dapat bermuatan netral, maka ion
kompleks dari senyawa tersebut akan bergabung dengan ion lain yang disebut
counter ion. Jika ion kompleks bermuatan positif, maka counter ion pasti akan
bermuatan negatif dan sebaliknya. Struktur dari ion kompleks tergantung dari tiga
karakteristik, yaitu bilangan koordinasi, geometri dan banyaknya atom
penyumbang setiap ligan (Fajri, 2017: 2).
Kompleks logam adalah suatu senyawa yang terdiri dari logam sebagai
atom pusat dan ligan sebagai donor elektron. Salah satu contoh senyawa
kompleks yang dianggap adalah kompleksitas dari ion logam nikel. Kompleks
nikel disintesis untuk membentuk beberapa geometri dengan beberapa bilangan
koordinasi 4,5 dan 6 termasuk persegi planar atau tetrahedral (Syaima, 2018: 1).
Bilangan koordinasi adalah jumlah dari ligan-ligan yang terikat langsung
oleh atom pusat. Geometri (bentuk) dari ion kompleks tergantung pada bilangan
koordinasi dan ion logamnya. Ligan-ligan dari ion kompleks merupakan anion
ataupun molekul netral yang menyumbang satu atau lebih atomnya untuk
berikatan dengan ion logam sebagai atom pusat dengan ikatan kovalen. Ligan
dikelompokkan berdasarkan jumlah dari atom penyumbangnya (donor atom)
yaitu logan monodentat, bidentat dan polidentat. Ligan monodentat dapat
menyumbang satu atom, ligan bidentat dapat menyumbang dua atom sedang ligan
polidentat dapat menyumbang lebih dari dua atom (Fajri, 2017: 2).
Kebanyakan logam memmpunyai struktur Kristal dengan simetri tinggi
dan mengkristal dalam kisi kpb, kpm, atau krh. Relative hanya sedikit logam (Ga,
In, Sn, Sb, Bi, dan Hg) mempunyai struktur Kristal yang lebih rumit. Banyak
logam mempunyai transisi fasa menjadi struktur lain bila suhu atau tekanannya
diubah. Cairan maupun Kristal akan dapat berupa logam, tetapi pada kenyataanya,
konduktivitas biasanya hanya turun sedikit bila logam meleleh. Lautan electron
memberi pengikatan yang sangat kuat dalam kebanyakan logam, sebagaimana
ditunjukkan oleh tingginya titik didih logam. Logam juga menunjukkan kisaran
titik leleh yang sangat lebar. Galium meleleh pada 29,78 oC, dan merkurium tetap
cair pada suhu beku air. Sebaliknya, banyak logam transisi memerlukan suhu
lebih dari 1000OC untuk meleleh, dan wolfram, unsur logam yang titik lelehnya
paling tinggi, meleleh pada 3410oC (Oxtoby, dkk, 2003 : 179).
Laju pertukaran ion logam utama dan transisi terhidrasi (ion yang
terkoordinasi pada air) sangat bergantung pada identitas spesi logamnya. Karena
laju pertukaran air berhubungan erat dengan laju pertukaran ligan lain, sangat
bermanfaat untuk perbandingan umum laju pertukaran kompleks ion logam yang
berbeda. Untuk logam alkali dan alkali tanah, laju pertukaran sangat tinggi dan
kompleks logam ini diklasifikasikan sangat labil. Karena mekanisme disosiatif
biasanya dijumpai dalam kasus ini, ion dengan derajat ion yang kecil dan ukuran
yang lebih besar akan menarik ligan air yang lebih lemah dan laju pertukarannya
menjadi lebih besar (Saito, 1996: 162).
2. Tinjauan Hasil
Tembaga merupakan logam merah muda yang lunak dapat ditempa dan
liat. Tembaga melebur pada 1038℃ karena potensial elektrode standarnya positif
(+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu2+). Tembaga ini tidak larut dalam asam klorida
dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit.
Tembaga ini mudah dioksidasikan menjadi senyawa tembaga (II) yang dapat
diturunkan dari tembaga (II) oksida CuO yang dapat berwarna hitam (Svehla,
1985: 229-230).
Tembaga memiliki jumlah oksidasi +1 dan +2, tembaga yang dalam
bentuk Cu(II) akan lebih stabil daripada Cu(I). Cu(II) ini dapat membentuk
berbagai geometri kompleks termasuk juga planar persegi, piramida persegi dan
oktahedral tetapi pada umumnya Cu(II) juga memiliki sejumlah koordinasi empat
yang akan terikat pada ligan dan juga dapat membentuk kompleks dengan
struktur planar persegi (Raharjo, 2018: 1).
Tembaga mempunyai sifat-sifat; simbol Cu yang berwarna merah
kekuningan dengan titik lebur sebesar 1083 ºC dan berat jenis sebesar 7,84,
tembaga bereaksi dengan udara kering pada temperature kamar. Produk yang
menggunakan bahan baku perak murni harganya lebih mahal bila dibandingkan
bahan-bahan yang bahan baku dari Tembaga atau Kuningan ataupun tembaga
yang dilapis (platting) perak (Murdiyanto, 2020: 19).
Salah satu karakteristik kompleks logam transisi adalah warna. Warna
akan muncul dari ion logam dalam suatu larutan dan garamnya dalam keadaan
padat biasanya adalah warna kompleks dengan ligan air. Garam tembaga, sebagai
contoh, berwarna biru karena adanya ion kompleks, [Cu(H 2O)4]2+. Dalam padatan
tembaga sulfat terbentuk Kristal hidrat CuSO 4.H2O. Hal serupa terjadi pada
hidrat hijau dari NiCl2.6H2O dan merah CoCl2.6H2O yang mengandung
kompleks [Ni(H2O)]2+ dan [Co(H2O)4]2+ berwarna biru tua (Nuryono, 2018 : 167).
Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk
hidrat, padat maupun dalam larutan air, warna ini benar-benar khas hanya untuk
ion tetra akuo kuprat (II) [Cu(H 2O)4]2- saja. Batas terlihatnya warna pada ion
kompleks tetra akuo kuprat (II) tersebut yaitu warna ion tembaga (II) dalam
larutan-air, adalah 500 µg dalam batas konsentrasi dari 1 dalam 104. Garam-
garam tembaga (II) anhidrat, seperti tembaga (II) sulfat anhidrat CuSO4,
berwarna putih atau sedikit berwarna kuning. Dalam larutan air akan selalu
terdapat ion-ion kompleks tetraakuo (Svehla, 1985: 299-230).
Tembaga (II) sulfat atau kupri sulfat dapat disintesis dengan cara
melarutkan logam tembaga dalam asam sulfat pekat kemudian dikristalkan.
Dalam hal ini logam tembaga dioksidasi menjadi ion tembaga dengan bilangan
oksidasi +2 berdasarkan reaksi sebagai berikut :
Cu + 2H2SO4 → CuSO4 + SO4 + 2H2O
Putih
Kristal kupri sulfat yang kering mempunyai sifat higroskopi dan berwarna putih,
jika mengikat air kristal akan berwarna biru. Banyaknya air Kristal yang terikat
adalah lima molekul air Kristal untuk setiap molekul kuprisulfat (pentahidrat).
CuSO4 + 5H2O → CuSO4 .5H2O

Biru

(Tim Dosen Kimia Anorganik, 2021 : 1).


D. ALAT DAN BAHAN

1. Alat
a. Gelas kimia 250 mL 1 buah
b. Gelas kimia 100 mL 1 buah
c. Gelas kimia 50 mL 1 buah
d. Kaca arloji 2 buah
e. Hot plate 1 buah
f. Gelas ukur 10 mL 2 buah
g. Gelas ukur 25 mL 1 buah
h. Neraca analitik 1 buah
i. Gunting 1 buah
j. Pipet tetes 1 buah
k. Corong buchner 1 buah
l. Erlenmeyer hisap 1 buah
m. Pompa vakum 1 buah
n. Botol semprot 1 buah
o. Batang pengaduk 2 buah
p. Spatula 1 buah
q. Lap kasar 1 buah
r. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Serbuk logam tembaga (Cu)
b. Lempeng tembaga (Cu)
c. Larutan asam sulfat pekat (H2SO4)
d. Larutan asam nitrat pekat (HNO3)
e. Etanol 96% (C2H5OH)
f. Aquades (H2O)
g. Kertas saring whattman
h. Es batu (H2O)(s)
i. Tissu

E. PROSEDUR KERJA
1. Lempeng tembaga (Cu) dipotong-potong kecil.
2. Sebanyak 1,5 gram serbuk tembaga (Cu) ditimbang dan 3 gram lempeng
tembaga (Cu).
3. Masing-masing lempeng tembaga dan serbuk tembaga dimasukkan ke dalam
gelas kimia.
4. Sebanyak 50 mL HNO3 pekat ditambahkan ke dalam gelas kimia yang berisi
lempeng tembaga (Cu).
5. Kemudian ditambahkan 50 mL H2SO4 encer ke dalam gelas kimia sambil
diaduk.
6. Selanjutnya campuran larutan dipanaskan hingga volume larutan setengah
dari volume campuran awal.
7. Campuran larutan didingankan pada suhu ruang dan didinginkan dengan es
batu.
8. Masing-masing campuran larutan disaring menggunakan corong buchner.
9. Kemudian dicuci dengan C2H5OH 96% sebanyak 10 mL.
10. Kristal yang diperoleh ditimbang dan warna pada kristal diamati
F. HASIL PENGAMATAN
No Aktivitas Hasil
.
1. Ditimbang serbuk Cu dan lempeng Cu 1,5 gram serbuk Cu
3 gram lempeng Cu
2. Serbuk Cu (merah bata) + 50 mL H2SO4 encer Larutan berwarna
(bening) merah bata.
3. Lempeng Cu + 25 mL HNO3 pekat Larutan berwarna biru.
4. Kedua larutan campuran dipanaskan diatas Larutan berwarna
hotplate hingga setengahnya hitam dan biru
5. Larutan didiamkan pada suhu kamar Larutan hangat
6. Larutan didinginkan menggunakan es batu Larutan berwarna
hitam dan biru
7. Larutan disaring menggunakan corong Tidak terbentuk Kristal
Buchner.
8. Larutan dicuci dengan menggunakan etanol Tidak terbentuk Kristal
96% lalu disaring
G. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui cara mensintesis kristal
pentaakuosulfato tembaga(II), mengetahui bentuk kristal pada pentaakuosulfato
tembaga(II), dan menguji titik leleh pada kristal pentaakuosulfato tembaga(II).
Pada percobaan ini digunakan serbuk Cu dan lempeng Cu sebagai bahan baku
pembuatan pentaakuosulfato tembaga(II), dan berfungsi sebagai penyedia atom
pusat.

Gambar 1. Serbuk Cu. Gambar 2. Lempeng Cu.


Lempeng Cu direaksikan dengan HNO3 pekat menghasilkan warna biru yang
berfungsi untuk mengaktifkan Cu agar mudah bereaksi dengan H2SO4 dan
berfungsi untuk mengoksidasi Cu menjadi Cu2+ sehingga menghasilkan warna
biru dan terdapat uap berwarna coklat yang menandakan terjadi reaksi
oksidasi, dan serbuk Cu direaksikan dengan . H2SO4 encer sebanyak 30 mL
dan menghasilkan warna merah bata. Adapun persamaan reaksinya yaitu :
3Cu + 8 HNO3  3Cu2+ + 6NO3 + 2NO + 4H2O
Gambar 3. Larutan lempeng Cu. Gambar 4. Larutan serbuk Cu.
Setelah itu direaksikan lagi dengan H2SO4 encer menghasilkan warna biru
muda, yang berfungsi untuk penyedia SO42- sehingga terbentuk garam CuSO4.
Pada saat logam Cu dilarutkan terdapat uap berwarna coklat berupa gas NO
dan SO2 yang dilepaskan pada saat direaksikan dengan H2SO4 encer. Adapun
reaksi yang terjadi:
Cu + 2H2SO4  CuSO4 + SO2 + 2H2O
Cu + 3H2O + H2SO4  CuSO4 + 5H2O + 2NO2

Gambar 5. Pemanasan.
Setelah itu dilakukan pemanasan yang bertujuan untuk menghilangkan gas
SO2 dan NO yang terbentuk karena reaksi antara CuSO 4. H2SO4, HNO3
menghasilkan gas SO2 dan NO yang beracun. Maka dilakukan pemanasan
hingga gas SO2 dan NO hilang yang ditandai dengan hilangnya asap coklat
pada larutan dan volume larutan tinggal setengah dari volume awalnya.
Gambar 6. Didinginkan pada suhu kamar. Gambar 7. Didinginkan dengan es batu.
Kemudian larutan didinginkan pada suhu kamar untuk menurunkan suhu
campuran secara perlahan-lahan sehingga kristal dapat terbentuk dan
menghindari agar wadah yang digunakan tidak pecah (retak). Setelah itu
didinginkan pada es batu bertujuan untuk mempercepat terbentuknya kristal
pentaakuosulfato tembaga(II).

Gambar 8. Disaring.
Kristal yang terbentuk disaring bertujuan untuk memisahkan kristal dengan
filtratnya. Dari hasil penyaringan diperoleh kristal berwarna biru prusi dan
dicuci dengan etanol 96% bertujuan untuk menghilangkan molekul air yang
tidak terikat membentuk kristal dan etanol memiliki sifat dapat mengikat air
kemudian kristal dikeringkan dan ditimbang. Apabila air yang digunakan
untuk mencuci maka kristal akan larut bersama air, karena air yang ada pada
kristal.
Gambar 9. Serbuk Cu. Gambar 10. Lempeng Cu.
Percobaan kali ini kedua larutan yang sudah disaring tidak terdapat
kristal sedikitpun pada kertas saring, Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang
diperoleh belum sempurna atau reaksi belum terjadi secara sempurna. Kristal
yang seharusnya diperoleh pada percobaan ini yaitu pentaakuosulfato
tembaga(II) [Cu(H2O)5SO4] yang bertindak sebagai ligan yaitu H2O dan SO4,
sedangkan yang bertindak sebagai atom pusat adalah Cu. Adapun hibridisasi
dan bentuk geometri dari Cu yaitu:

29Cu = [Ar] 3d9 4s0 4p0 4d0

29Cu
2+
= [Ar] 3d7 4s0 4p0 4d0

(H2O)5

SO4-
sp3d2

Bentuk geometri kristal [Cu(H2O)5SO4]

SO4

H2O OH2
Cu
H2O OH2

H2O

Oktahedral
H. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Warna larutan serbuk Cu adalah merah bata dan setelah dipanaskan
menjadi hitam, sedangkan lempeng Cu berwarna biru maupun setelah
dipanaskan.
b. Kristal [Cu(H2O)5SO4] dapat disintesis dengan melarutkan serbuk Cu dan
lempeng Cu dengan HNO3 dan H2SO4.
2. Saran
Diharapkan untuk bisa lebih memperbaiki prosedur kerjanya agar pada
saat praktikan selanjutnya bisa mendapatkan hasil Kristal yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Effendy Ph.D. 2011. Kimia Koordinasi Jilid 1 Edisi 2. Malang: Indonesian Academic
Publishing.

Fajri, Luluk. 2017. Analisis Kemampuan Memori Mahasiswa Prodi Pendidikan Sains
Pada Materi Tata Nama Senyawa Kompleks. Jurnal Edukasi
Matematika dan Sains. ISSN 2337-9049.

Keenan, Keinfelter, dan Handayana Putjamaaka Ph.D. 1984. Kimia Untuk


Universitas. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Murdiyanto,Yayang dan Dedy Ismail. 2020. Pengembangan Desain Perhiasan Tembaga


Inspirasi Teknik Filigree Dengan Pendekatan Eksplorasi. Jurnal Desain
Indonesia. Vol 2 No 1.

Nuryono, 2018.Kimia Anorganik Struktur dan Ikatan. UGM Press: Yogyakarta.


Oxtoby, Gillis, Nachtrieb. 2003. Prinsip-Prinsip Kimia Modern.
Erlangga:Jakarta.

Raharjo SB, T E Saraswati, A Masykur, Finanterena dan Syaima. 2018. Synthesis and
Characterization of Tetrakis (2-amino-3-methylpyridine) Copper (II) Sulfate
Tetrahydrate. IOP Publishing: DOI. 1088/1757-899.

Saito Taro. 1996. Kimia Anorganik. Kanagawa University.

Saputro, Agung Nugroho Catur. 2015. Konsep Dasar Kimia Koordinasi.


Yogyakarta: Deepublish.

Svehla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta:


Kalman Media Pusaka.

Syaima, Raharjo dan Amanati. 2018. Synthesis and Characterization of Mono-


Aquo-Pentakis (Isoni-Cotinic Acid) Nickel (II) Sulfate Trihydrate.
Journal of Physics: IOP Publishing.

Tim dosen Kimia Anorganik. 2021. Penuntun Praktikum Sintesis Kimia Anorganik.
Makassar: FMIPA UNM.
JURNAL PERCOBAAN

Judul percobaan : Pentaaquo Sulfato Tembaga (II)


Hari/Tanggal : Rabu / 10 Maret 2021
Nama/NIM : Chusnul Mufidha / 1813142009
Kelas/Kelompok : Kimia sains / IV (Empat)
Anggota : 1. Muhammad As’ad
2. Nelsi Magatta
3. Rismawati
Asisten : Nurhidayah

A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan mahasiswa diharapkan mampu:
1. Untuk mengetahui cara sintesis kristal Pentaaquo Sulfato Tembaga (II).
2. Untuk mengetahui bentuk dan warna kristal Pentaaquo Sulfato Tembaga (II).
B. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Gelas kimia 250 mL 1 buah
b. Gelas kimia 100 mL 1 buah
c. Gelas kimia 50 mL 1 buah
d. Kaca arloji 2 buah
e. Hot plate 1 buah
f. Gelas ukur 10 mL 2 buah
g. Gelas ukur 25 mL 1 buah
h. Neraca analitik 1 buah
i. Gunting 1 buah
j. Pipet tetes 1 buah
k. Corong buchner 1 buah
l. Erlenmeyer hisap 1 buah
m. Pompa vakum 1 buah
n. Botol semprot 1 buah
o. Batang pengaduk 2 buah
p. Spatula 1 buah
q. Lap kasar 1 buah
r. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Serbuk logam tembaga (Cu)
b. Lempeng tembaga (Cu)
c. Larutan asam sulfat pekat (H2SO4)
d. Larutan asam nitrat pekat (HNO3)
e. Etanol 96% (C2H5OH)
f. Aquades (H2O)
g. Kertas saring whattman
h. Es batu (H2O)(s)
i. Tissu
C. PROSEDUR KERJA

logam tembaga ditimbang masukkan potongan tembaga ke


sebanyak 0,15 g dalam gelas piala kemudian
tambahkan 3 mL asam sulfat pekat
tutup dengan gelas arloji
panaskan perlahan-lahan hingga
tembaga larut dan tidak terlihat lagi
gas SO2

dinginkan pada suhu kamar lalu lakukan dekantasi lalu cuci kristal
dinginkan dengan menggunakan dengan 10 mL etanol 95%
potongan es

amati bentuk kristal

biarkan kristal kering pada suhu kamar


kemudian timbang kristal

Makassar, 10 Maret 2021


Asisten Praktikan

Nurhidayah Chusnul Mufidha


NIM. 1713140004 NIM.1813142009

Anda mungkin juga menyukai