Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

Sistem koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang mencakup berbagai
bidang. Hal itu dapat kita perhatikan di dalam tubuh makhluk hidup, yaitu makanan yang kita
makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh. Namun lebih dahulu diproses
sehingga berbentuk koloid. Juga protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup merupakan suatu
koloid sehingga proses – proses dalam sel melibatkan sitem koloid.

Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan
campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/ homogen.
Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/ tepung susu bercampur secara
merata dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa dikonsumsi oleh orang mempunyai rasa
yang beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh.
Kesemuanya merupakan contoh koloid.

Udara mengandung juga sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi
(tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang
disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi dalam tanah, yang
dibutuhkan oleh tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi
dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran yang melekat
(minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan
cahaya warna merah merupakan sistem koloid.

1
PENGERTIAN KOLOID

1. Pengertian koloid, larutan, suspensi

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata
di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Dimana di antara campuran homogen dan
heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga disebut bentuk (fase)
peralihan homogen menjadi heterogen.

Campuran homogen adalah campuran yang memiliki sifat sama pada setiap bagian
campuran tersebut, contohnya larutan gula dan hujan. Sedangkan campuran heterogen sendiri
adalah campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian campuran, contohnya air dan
minyak, kemudian pasir dan semen.

Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa
diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah
adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih
terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dinamakan juga
dengan fasa terdispersi atau solut, sedangkan zat pelarut disebut dengan fasa pendispersi atau
solvent. Contohnya larutan gula atau larutan garam.

Suspensi adalah campuran heterogen yang terdiri dari partikel – partikel kecil padat atau
cair yang terdispersi dalam zat cair atau gas. Misalnya, tepung beras dilarutkan dalam air dan
dikocok dengan kuat; Apabila campuran tersebut dibiarkan beberapa saat, campuran tersebut
akan mengendap ke bawah.

Ciri – cirinya:

1. Larutan (Dispersi Molekuler)

2
 1 fase

 jernih

 homogen

 diameter partikel:  <1 nm

 tidak dapat disaring

 tidak memisah jika didiamkan

 2. Koloid (Dispersi Koloid)

 2 fase

 keruh

 antara homogen dengan heterogen

 diameter partikel: 1 nm<d<100 nm

 tidak dapat disaring dengan penyaring biasa, melainkan dengan penyaring ultra

 tidak memisahkan jika didiamkan

 3. Suspensi (Dispersi Kasar)

 2 fase

 keruh

 heterogen

 diameter partikel: >100 nm

 dapat disaring dengan kertas saring biasa

 memisah jika didiamkan

Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu
koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi dengan

3
ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang
terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom, molekul
kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai
ukuran, yang masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid belerang terdiri
atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul S8. Suatu contoh molekul yang
sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini
66800 s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7.

2. Jenis – jenis koloid

Koloid merupakan suatu sistem campuran “metastabil” (seolah-olah stabil, tapi akan
memisah setelah waktu tertentu). Koloid berbeda dengan larutan; larutan bersifat stabil. Di dalam
larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut :

 Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid

 Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid

Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:

1. Sol (fase terdispersi padat)

a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat

    Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam

b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair

     Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat

c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas

    Contoh: debu di udara, asap pembakaran

4
 2. Emulsi (fase terdispersi cair)

a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat

     Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi

b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair

     Contoh: susu, mayones, krim tangan

c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas

    Contoh: hairspray dan obat nyamuk

 3. Buih (fase terdispersi gas)

a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat

     Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam

b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair

    Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun

Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi sama-sama berupa gas,
campurannya tergolong larutan.

3. Sifat – sifat koloid sol:

 1.   Gerak Brown

Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi
tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra,

5
maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag.
Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak.
Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown),
sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak brown ).

Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel
akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut
berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang
terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang
menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.

Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian
pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini
menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam
campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh
suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki
partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase
terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid,
maka gerak Brown semakin lambat.

 2.   Efek Tyndall

Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel
koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini
ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu
disebut efek tyndall.

Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan
sejati  disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya,
sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel
koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar

6
tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan
yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

3.   Adsorpsi koloid

Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan
partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Dimana partikel-partikel sol
padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka pertikel-partikel zat cair atau gas tersebut akan
terakumulasi pada permukaan zat padat tersebut. Beda halnya dengan absorpsi. Absorpsi adalah
fenomena menyerap semua partikel ke dalam sol padat bukan di atas permukaannya, melainkan
di dalam sol padat tersebut.

Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-partikel pada


permukaannya, baik partikel netral atau bermuatan (kation atau anion) karena mempunyai
permukaan yang sangat luas. Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena
permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya
menyerap ion S2.

 4.   Muatan koloid sol

Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid memiliki
muatan sejenis (positif dan negatif). Maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid.
Partikel koloid tidak dapat bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid.
Sistem koloid secara keseluruhan bersifat netral. Berikut penjelasan tentang sumber muatan
koloid, kestabilan, lapisan bermuatan ganda, elektroforesis koloid sol, dan proses – proses
lainnya pada koloid sol :

A. Sumber muatan koloid sol

Partikel-partikel koloid mendapat mutan listrik melalui dua cara, yaitu :

Proses adsorpsi

7
Partikel koloid dapat mengadsorpsi partikel bermuatan dari fase pendispersinya. Jenis
muatan tergantung dari jenis partikel yang bermuatan. Partikel sol Fel (OH)3 kemampuan untuk
mengadsorpsi kation dari medium pendisperinya sehingga bermuatan positif, sedangkal partikel
sol As2S3 mengadsorpsi anion dari medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif.

Sol AgCI dalam medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebihan akan mengadsorpsi
Ag+ sehingga bermuatan positif. Jika anion CI- berlebih, maka sol AgCI akan mengadsorpsi ion
CI- sehingga bermuatan positif.

Proses ionisasi gugus permukaan partikel

Beberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus-gugus yang ada
pada permukaan partikel koloid. Contohnya adalah koloid protein dan koloid sabun/ deterjen.
Berikut penjelasannya:

Koloid protein

Koloid protein adalah jenis koloid sol yang mempunyai gugus yang bersifat asam (-
COOH) dan biasa (-NH2). Kedua gugus ini dapat terionisasi dan memberikan muatan pada
molekul protein. Pada ph rendah , gugus basa –NH2 akan menerima proton dan membentuk
gugus –NH3. Ph tinggi, gugus –COOH akan mendonorkan proton dan membentuk gugus –
COO-. Pada ph intermediet partikel protein bermuatan netral karena muatan –NH3+ dan COO-
saling meniadakan.

Koloid sabun dan deterjen

Pada konsentrasi relatif pekat, molekul ini dapat bergabung membentuk partikel
berukuran koloid yang disebut misel. Zat yang molejulnya bergabung secara spontan dalam
suatu fase pendispersi dan membentuk partikel berukuran koloid disebut koloid terasosiasi.

8
Sabun adalah garam karboksilat dengan rumus R-COO-Na+. Anion R-COO- terdiri dari
gugus R- yang bersifat non pola. Gugus R- atau ekor non-polar tidak larut dalam air sehingga
akan terorientasi ke pusat.

4.    Sifat Koloid Emulsi

Seperti yang telah dijelaskan, emulsi merupakan jenis koloid dimana fase terdispersinya
merupakan zat cair. Kemudian, berdasarkan medium pendispersinya, emulsi dapat dibagi
menjadi:

 * Emulsi Gas

Emulsi gas dapat disebut juga aerosol cair yang adalah emulsi dalam medium pendispersi
gas. Pada aerosol cair, seperti; hairspray dan obat nyamuk dalam kemasan kaleng, untuk dapat
membentuk system koloid atau menghasilkan semprot aerosol yang diperlukan, dibutuhkan
bantuan bahan pendorong/ propelan aerosol, anatar lain; CFC (klorofuorokarbon atau Freon).
Aerosol cair juga memiliki sifat-sifat seperti sol liofob; efek Tyndall, gerak Brown, dan
kestabilan denganmuatan partikel. Contoh: dalam hutan yang lebat, cahaya matahari akan
disebarkan oleh partikel-partikel koloid dari sistem koloid kabut à merupakan contoh efek
Tyndall pada aerosol cair.

 * Emulsi Cair

Emulsi cair melibatkan dua zat cair yang tercampur, tetapi tidak dapat saling melarutkan,
dapt juga disebut zat cair polar &zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air
(zat cair polar) dan zat lainnya; minyak (zat cair non-polar). Emulsi cair itu sendiri dapat
digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu; emulsi minyak dalam air (cth: susu yang terdiri dari lemak
yang terdispersi dalam air,jadi butiran minyak di dalam air), atau emulsi air dalam minyak (cth:
margarine yang terdiri dari air yang terdispersi dalam minyak, jadi butiran air dalam minyak).

Beberapa sifat emulsi yang penting:

9
Demulsifikasi

Kestabilan emulsi cair dapat rusak apabila terjadi pemansan, proses sentrifugasi,
pendinginan, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengemulsi. Krim atau creaming atau
sedimentasi dapat terbentuk pada proses ini. Pembentukan krim dapat kita jumpai pada emulsi
minyak dalam air, apabila kestabilan emulsi ini rusak,maka pertikel-partikel minyak akan naik ke
atas membentuk krim. Sedangkan sedimentasi yang terjadi pada emulsi air dalam minyak;
apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka partikel-partikel air akan turun ke bawah. Contoh
penggunaan proses ini adalah: penggunaan proses demulsifikasi dengan penmabahan elektrolit
untukmemisahkan karet dalam lateks yang dilakukan dengan penambahan asam format
(CHOOH) atau asam asetat (CH3COOH).

Pengenceran

Dengan menambahkan sejumlah medium pendispersinya, emulsi dapat diencerkan.


Sebaliknya, fase terdispersi yang dicampurkan akan dengan spontan membentuk lapisan terpisah.
Sifat ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan jenis emulsi.

Emulsi Padat atau Gel

Gel adalah emulsi dalam medium pendispersi zat padat, dapat juga dianggap sebagai
hasil bentukkan dari penggumpalan sebagian sol cair. Partikel-partikel sol akan bergabung untuk
membentuk suatu rantai panjang pada proses penggumpalan ini. Rantai tersebut akan saling
bertaut sehingga membentuk suatu struktur padatan di mana medium pendispersi cair
terperangkap dalam lubang-lubang struktur tersebut. Sehingga, terbentuklah suatu massa berpori
yang semi-padat dengan struktur gel. Ada dua jenis gel, yaitu:

i.  Gel elastis

Karena ikatan partikel pada rantai adalah adalah gaya tarik-menarik yang relatif tidak
kuat, sehingga gel ini bersifat elastis. Maksudnya adalah gel ini dapat berubah bentuk jika diberi

10
gaya dan dapat kembali ke bentuk awal bila gaya tersebut ditiadakan. Gel elastis dapat dibuat
dengan mendinginkan sol iofil yang cukup pekat. Contoh gel elastis adalah gelatin dan sabun.

ii.  Gel non-elastis

Karena ikatan pada rantai berupa ikatan kovalen yang cukup kuat, maka gel ini dapat
bersifat non-elastis. Maksudnya adalah gel ini tidak memiliki sifat elastis, gel ini tidak akan
berubah jika diberi suatu gaya. Salah satu contoh gel ini adalah gel silica yang dapat dibuat
dengan reaksi kia; menambahkan HCl pekat ke dalam larutan natrium silikat, sehingga molekul-
molekul asam silikat yang terbentuk akan terpolimerisasi dan membentuk gel silika.

Beberapa sifat gel yang penting adalah:

Hidrasi

Gel non-elastis yang terdehidrasi tidak dapat diubah kembali ke bentuk awalanya, tetapi
sebaliknya, gel elastis yang terdehidrasi dapat diubah kembali menjadi gel elastis dengan
menambahkan zat cair.

Menggembung (swelling)

Gel elastis yang terdehidrasi sebagian akan menyerap air apabila dicelupkan ke dalam zat
cair. Sehingga volum gel akan bertambah dan menggembung.

Sineresis

Gel anorganik akan mengerut bila dibiarkan dan diikuti penetesan pelarut, dan proses ini
disebut sineresis.

Tiksotropi

Beberapa gel dapat diubah kembali menjadi sol cair apabila diberi agitasi atau diaduk.
Sifat ini disebut tiksotropi. Contohnya adalah gel besi oksida, perak oksida, dsb.

11
5.    Sifat Koloid Buih

Buih adalah koolid dengan fase terdisperasi gas dan medium pendisperasi zat cair atau
zat padat. Baerdasarkan medium pendisperasinya, buih dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Buih Cair (Buih)

Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan dengan medium
pendisperasi zat cair. Fase terdisperasi gas pada umumnya berupa udara atao karbondioksida
yang terbetuk dari fermentasi. Kestabilan buih dapat diperoleh dari adanya zat pembuih
(surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-fase dan mengikat gelembung-gelembung gas
sehingga diperoleh suatu kestabilan.

Ukuran kolid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada sistem kolid umumnya,
tetapi adalah ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah antar-fase dimana zat pembuih
teradsorbsi, ukuran kolid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair memiliki struktur yang tidak
beraturan. Strukturnya ditentukan oleh kandungan zat cairnya, bukan oleh komposisi kimia atau
ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat cair lebih dari 5%, gelembung gas akan mempunyai bentuk
hamper seperti bola. Jika kurang dari 5%, maka bentuk gelembung gas adalah polihedral.

Beberapa sifat buih cair yang penting:

 Struktur buih cair dapat berubah dengan waktu, karena:

 pemisahan medium pendispersi (zat cair) atau drainase, karena kerapatan gas dan zat cair
yang jauh berbeda,

 terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar akibat tegangan
permukaan, sehingga ukuran gelembung gas menjadi lebih besar,

 rusaknya film antara dua gelembung gas.

12
Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar. Bila gaya yang diberikan kecil,
maka struktur buih akan kembali ke bentuk awal setelah gaya tersebut ditiadakan. Jika gaya yang
diberikan cukup besar, maka akan terjadi deformasi.

Contoh buih cair:

 Buih hasil kocokan putih telur

Karena udara di sekitar putih telur akan teraduk dan menggunakan zat pembuih, yaitu
protein dan glikoprotein yang berasal dari putih telur itu sendiri untukmembentuk buih yang
relative stabil. Sehingga putih telur yang dikocok akan mengembang.

 Buih hasil akibat pemadam kebakaran

Alat pemadam kebakaran mengandung campuran air, natrium bikarbonat, aluminium


sulfat, serta suatu zat pembuih. Karbondioksida yang dilepas akan membentuk buih dengan
bamtuam zat pembuih tersebut.

 2. Buih Padat

Buih padat adalah sistem kolid dengan fase terdisperasi gas dan denganmedium
pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih juga (surfaktan).
Contoh-contoh buih padatyang mungkin kita ketahui:

  Roti

Proses peragian yang melepas gas karbondioksida terlibat dalam proses pembuatan roti.
Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan membentuk lapisan tipis mengelilimgi
gelembung-gelembung karbondioksida untuk membentuk buih padat.

 Batu apung

Dari proses solidifikasi gelas vulkanik, maka terbentuklah batu apung.

13
 Styrofoam

Styrofoam memiliki fase terdisperasi karbondioksida dan udara, serta medium


pendisperasi polistirena.

14

Anda mungkin juga menyukai