KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmatnya sehingga
proposal ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Proposal yang berjudul TERAPI BERMAIN ANAK
USIA ( 1-3 TAHUN ) disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah Keperawatan Anak
dijurusan keperawatan Poltekkes Kemenkes Denpasar. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak/Ibu........ selaku koordinator mata kuliah Keperawatan Anak yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan demi terselesaikannya makalah ini.
2. Bapak/ibu........ selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan demi terselesaikannya makalah ini.
3. Rekan- rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.semoga
makalah ini berguna dan bermanfaat bagi semua pihak dan dapat dijadikan sebagai bahan untuk
menambah pengetahuan para mahasiswa, masyarakat dan pembaca.
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kepuasan. Aktivitas
bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan bagi anak, meskipun hal tersebut tidak
meghasilkan komoditas tertentu. Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan
anak secara optimal. Oleh karena itu dalam memilih alat bermain hendaknya disesuaikan dengan jenis
kelamin dan usia anak. Sehingga dapat merangsang perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi
sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap perlu dilaksanakan disesuaikan
dengan kondisi anak.
1. Tujuan Umum
Merangsang perkembangan sensorik, intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral, dan bermain
dengan terapi.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk anak-anak sebagai salah satu terapi pengobatan dan menghilangkan kejenuhan terhadap
suasana rumah sakit.
2. Sebagai sarana orang tua untuk mengetahui suasana hati anak saat bermain.
BAB II
A. Definisi Bermain adalah satu kegiatan menyenangkan bagi anak yang dilakukan setiap hari secara
sukarela untuk memperoleh kepuasan dan merupakan media yang baik bagi anakanak untuk belajar
komunikasi, mengenal lingkungan, dan untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan sosial anak.
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak secara optimal. Oleh karena
itu dalam memilih alat bermain hendaknya disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia anak. Sehingga
dapat merangsang perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah
sakit, aktivitas bermain ini tetap perlu dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi anak.
B. Fungsi Bermain
1. Perkembangan sensorik-motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain
aktif sangat penting untuk perkembangan pengobatan.
2. Perkembangan intelektual anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang
ada dilingkungan sekitar.
3. Perkembangan sosial anak akan memberi dan menerima serta mengembangkan hubungan sesuai
dengan belajar memecahkan masalah dan hubungan sulit.
5. Perkembangan kesadaran diri, anak belajar mengenal kemampuan dengan mencoba peran-peran
baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
6. Perkembangan moral, anak akan belajar mengenai nilai dan moral dan etika belajar membedakan
mana yang benar dan mana yang salah serta belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah
dilakukan.
7. Bermain sebagai terapi, anak akan mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya dan relaksasi
melalui kesenangannya bermain.
C. Tujuan Bermain
1. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan dirawat di rumah sakit.
4. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit, pada saat sakit
anak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
1. Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai dengan anak
5. Tahap perkembangan
1. Alat permainan
5. Teman bermain
F. Klasifikasi Bermain
a. Sosial Affective Play Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan
antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan dari hubungan
yang menyenangkan dengan orang tuanya atau orang lain.
b. Sense of Pleasure Play Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada
anak. Misalnya, bermain dengan pasir.
c. Skill Play Permainan ini meningkatkan keterampilan anak, khususnya motorik kasar dan halus.
Misalnya, bayi akan terampil memegang benda-benda kecil, anak akan terampil bermain sepeda.
d. Games atau Permainan Jenis permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan
perhitungan atau skor. Misalnya, ular tangga, puzzle,
e. Unoccupied Behaviour Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum, tertawa,
memainkan kursi, meja atau apa yang ada di sekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak memainkan alat
permainan tertentu, dan situasi atau obyek yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai alat
permainan. Anak tampak senang dan asyik dengan situasi serta lingkungannya tersebut.
f. Dramatic Play Dalam permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain melalui permainannya.
Misalnya, anak memerankan sebagai ibu guru, ayahnya atau ibunya.
a. Social anlooker play Anak hanya akan mengamati temannya yang sedang bermain tanpa ada inisiatif
untuk ikut berpartisipasi dalam permainan.
b. Solitary play Pada pemainan ini anak tampak berada dalam kelompok permaian, tetapi anak bermain
sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya yang berbeda dengan teman yang lain, tidak ada kerja
sama atau komunikasi dengan teman sepermainannya.
c. Paralel play Anak dapat menggunakan alat permainan yang sama, tetapi antara anak satu dengan
anak yang lain tidak terjadi kontak. Biasanya permainan ini dilakukan pada usia toddler.
d. Associative play pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak yang lain
tetapi tidak terorganisir, tidak ada pemimpin dan tujuan permainan tidak jelas.misalnya, bermain
boneka atau masak-masakan.
e. Cooperative play Aturan permaian dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis ini, juga
tujuan dan pemimpin permainan. Misalnya, bermain sepak bola.
BAB III
A.Pelaksanaan Kegiatan
3. Penutup (15menit )
a. Mengevaluasi sasaran dengan cara bertanya apakah mereka merasa senang dengan kegiatan ini.
1. Leader
Tugas :
Tugas :
3. Observer
Tugas:
a. Mengamati, mengobservasi, dan melporkan jalannya kegiatan serta perilaku yang diharapkan.
4. Fasilitator
Tugas :
b. Memotivasi peserta yang kurang aktif agar mengikuti kegiatan dengan baik c. Sebagai role model
selama kegiatan
C. Permainan
1. Membedakan warna berdasarkan gambar Meningkatkan keterampilan anak mengenai motorik kasar
dan halus.
Cara bermain :
b. Ajaklah si anak untuk mengambil gambar dengan meletakkan potongan yang telah disediakan
2. Melempar Bola Meningkatkan keterampilan anak mengenai motorik kasar dan halus.
Cara bermain :
E. Pengorganisasian
1. Leader :
2. Co. Leader :
3. Observer :
4. Fasilitator :
F. Sasaran
G. Media
2.Bola
H. Metode
1. Evaluasi Struktur
a. Peralatan bermain seperti puzzle, buku gambar dan pensil warna sudah tersedia
2. Evaluasi Proses
a. Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib dan teratur
d. 80 % anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai akhir
3. Evaluasi Hasil
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, karena bagi anak
bermain sama saja bekerja bagi orang dewasa. Bermain pada anak mempunyai fungsi yaitu untuk
perkembangan sensorik, motorik, intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral sekaligus terapi
anak saat sakit. Tujuan bermain adalah melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal,
mengekspresikan dan mengalihkan keinginan fantasi. Dan idenya mengembangkan kreatifitas dan
kemampuan memecahkan masalah dan membantu anak untuk dapat beradaptasi secara efektif
terhadap stress karena sakit dan dirawat di Rumah Sakit.
B. Saran
1. Terapi bermain dapat menjadi obat bagi anak-anak yang sakit. Jadi sebaiknya di RS juga disediakan
fasilitas bermain yang menunjang dan memberikan efek terapi bagi anak-anak yang di rawat di rumah
sakit.
2. Mensosialisasikan terapi bermain pada orang tua sehingga orang tua dapat menerapkan terapi di
rumah dan di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta :Salemba
Medika
Depkes RI. Pedoman Hidup Sehat Seri Anak Balita. Jakarta. 2000 Wong. Keperawatan Pediatrik. Jakarta :
EGC. 2002