Anda di halaman 1dari 54

MATERI AJAR MATEMATIKA

Modul 2
KB 4 KAPITA SELEKTA MATEMATIKA
Untuk Pembelajaran Sekolah Dasar Kelas V

Berbasis Masalah ( Problem Based Learning)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pengembangan Materi Ajar Pendalaman


Materi pada Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan
Bidang Studi PGSD Angkatan III Tahun 2021

Disusun oleh:
SHINTA YASRUL, S.Pd
Kelas 1
UKG 201504035656

Pendidikan Profesi Guru


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Veteran Bangun Nusantara
2021
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat, taufiq dan hidayah-
Nya Materi Ajar Berbasis Problem Based Learning Modul 2 Pendalaman Materi
Matematika Kegiatan Belajar 4 Kapita Selekta ini dapat terselesaikan
Materi Ajar Berbasis Problem Based Learning Modul 2 Pendalaman Materi
Matematika Kegiatan Belajar 4 Kapita Selekta ini penulis susun untuk memenuhi tugas
dan tagihan mahasiswa PPG Dalam Jabatan tahun 2021 Universitas Ahmad Dahlan
pada tahap Pendalaman Materi yaitu Penyusunan Materi Ajar Berbasis Masalah untuk
mengidentifikasi permasalahan pembelajaran yang dialami Mahasiswa PPG yang
disebabkan oleh defisit kompetensi maupun miskonsepsi. Dalam materi ajar ini
penyusun menyajikan beberapa refrensi dan solusi untuk mengatasi defisit kompetensi
dan miskonsepsi dalam pembelajaran Modul 2 Matematika Kegiatan Belajar 4 Kapita
Selekta. Materi ajar ini dikembangkan dengan mengedepankan pendekatan Higher Order
Thinking skill (HOTS) dan mengintegrasikan kerangka berpikir technological,
pedagogical, content knowledge (TPACK).
. Dalam proses penyusunan materi ajar ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan
yang dihadapi, namun berkat saran dan bantuan dari semua pihak maka hambatan serta
kesulitan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada
Bapak dan Ibu :
1. Dr. Farida Nuhrahani, M.Hum, Pjs. Rektor Universitas Veteran Bangun Nusantara
Sukoharjo;
2. Drs. Toni Harsan, M.H, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Bangun
Nusantara Sukoharjo;
3. Dr. Mukti Widayati, M.Hum, Ketua Koordinator PPG Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo;
4. Pranichayuda Rosulina, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Materi ajar.
5. Teman seperjuangan, peserta PPG dalam Jabatan Universitas Veteran Bangun Nusantara
Sukoharjo Tahun 2021 Angkatan III yang selalu memberikan dukungan dan semangat.
6. semua pihak yang memberikan motivasi dalam menyelesaiakan materi ajar ini.
Akhir kata semoga materi ajar ini bermanfaat bagi Mahasiswa PPG.

Sukoharjo, 26 Juli 2021

Shinta Yasrul, S.Pd.


iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
A. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1. Deskripsi Singkat ................................................................................................ 1
2. Relevansi ............................................................................................................. 2
3. Sumber belajar .................................................................................................... 3
4. Petunjuk Belajar .................................................................................................. 3
B. Capaian Pembelajaran ............................................................................................ 4
C. Sub Capaian Pemebelajaran ................................................................................... 4
D. Uraian Materi.......................................................................................................... 5
1. Logaritma ...................................................................................................... 5
2. Pola Bilangan, Barisan dan Deret Bilangan .................................................. 11
3. Persamaan Linear, Pertidaksamaan Linear, dan Grafik
Fungsi Linear................................................................................................. 20
4. Persamaan Kuadrat, Pertidaksamaan Kuadrat, dan
Grafik Fungsi Kuadrat ................................................................................ 29
5. Trigonometri ................................................................................................. 36
E. Forum Diskusi ......................................................................................................... 39
F. Rangkuman .............................................................................................................. 40
G. Tes Sumatif .............................................................................................................. 43
H. Kunci Jawaban ......................................................................................................... 48
Daftar Pustaka................................................................................................................ 50
KAPITA SELEKTA

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Pelajaran Matematika digunakan untuk memecahkan masalah dalam berbagai
disilplin ilmu yang memiliki obyek yang bersifat abstrak, sehingga dapat menyebabkan
pembaca mengalami kesulitan dalam memahaminya.
“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana
berfikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah, (3) sarana mengenal
pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan
kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.”
(Cornellius (1982:38) dalam bukunya Abdurrahman (2003:253)
Berdasarkan alasan di atas, sebagai guru professional kita harus memahami
konsep materi berbagai mata pelajaran, salah satunya matematika. Di dalam modul PPG
2021 terdapat Pendalaman Materi Matematika Kegiatan Belajar 4 Kapita Selekta
Matematika yang harus dikuasai oleh calon guru professional. Materi Kapita Selekta
Matematika memuat berbagai penalaran, logika, dan penarikan kesimpulan yang harus
dipahami konsepnya agar tidak terjadi kesalahan dalam penyampaian kepada peserta
didik kelak
Selama kegiatan pendalaman materi PPG 2021 Kampus Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo kelas 1 pada hari kedua Bersama Bapak Anwari adi Nugroho, M.Pd
ditemukan beberapa masalah dan miskonsepsi dari mahasiswa, diantaranya:
1. Mahasiswa kesulitan memahami konsep logika matematika dan menarik kesimpulan
dalam logika matematika.
2. Mahasiswa kesulitan memahami konsep dan pemecahkan masalah berhubungan dengan
Pola bilangan dan deret bilangan.

1
3. Mahasiswa kesulitan memahami konsep dan kesulitan memecahkan masalah
berhubungan dengan persamaan linear, pertidaksamaan linear dan grafik fungsi linear.
4. Mahasiswa kesulitan memahami konsep dan kesulitan memecahkan masalah
berhubungan dengan persamaan kuadrat, pertidaksamaan kuadrat dan grafik fungsi
kuadrat
5. Mahasiswa kesulitan memahami konsep dan kesulitan memecahkan masalah
berhubungan dengan trigonometri.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis menulis Materi Ajar berbasis


Problem Based Learning (PBL) dengan judul “Kapita Selekta Matematika”.

2. Relevansi
Setelah mempelajari materi ajar ini, diharapkan pembaca mampu:
1. Membuat kesimpulan matematis dengan menggunakan penalaran logis.
2. Menentukan rumus dari suatu pola bilangan dan deret bilangan.
3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan persamaan linear dan persamaan kuadrat.
4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan grafik fungsi linear dan kuadrat.
5. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan trigonometri.

2
3. Sumber Belajar
Pengertian Sumber belajar menurut Sitepu (2014:18) “Sumber belajar merupakan
salah satu komponen dalam kegiatan belajar yang memungkinkan individu memperoleh
pengetahuan kemampua, sikap, keyakinan, emosional dan perasaan Secara singkat sumber
belajar dapat dirumuskan sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk emndukung dan
memudahkan terjadinya proses belajar
Tujuan sumber belajar untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan proses
belajar mengajar melalui pengembangan sistem instruksional. Hal ini dilaksanakan dengan
menyediakan berbagai macam pilihan untuk menunjang kegiatan kelas dan untuk mendorong
penggunaan cara-cara yang baru dan sesuai untuk mencapai tujuan program akademis
Dengan dibuatnya modul materi ajar Kapita Selekta diharapkan dapat menjadi sumber
belajar cetak dan pedoman bagi peserta PPG dalam mengatasi masalah pembelajaran
Matematika di dalam kelas.
Untuk itu setelah mempelajari sumber belajar cetak berupa modul materi ajar ini
diharapkan peserta PPG mampu memahami konsep Membuat kesimpulan matematis dengan
menggunakan penalaran logis, pola bilangan dan deret bilangan, persamaan linear dan
persamaan kuadrat, grafik fungsi linear dan kuadrat dan trigonometri.

4. Petunjuk Belajar
Untuk membantu memahami materi ajar ini, perhatikan petunjuk belajar berikut
ini untuk membantu lebih memahami modul ini:
a) Bacalah uraian permasalahan yang diangkat dalam materi ajat ini.
b) Perhatikan peta konsep yang disajikan, untuk mencegah miskonsepsi materi,
c) Bacalah dengan cermat uraian penting yang terdapat dalam materi ajar.
d) Temukanlah kata kunci dan ringkaslah hal-hal yang menurut Anda penting.
e) Pahamilah modul ini melalui pemahaman dan pengalaman sendiri serta diskusikanlah
dengan rekan atau instruktur Anda.
f) Bacalah dan pelajarilah sumber-sumber lain yang relevan dari berbagai sumber,
termasuk dari internet.
g) Mantapkan pemahaman Anda melalui pengerjaan forum diskusi dan tes formatif yang
tersedia dalam materi ajar ini. Kemudian, nilai sendiri tingkat pencapaian Anda dengan

3
membandingkan jawaban yang telah Anda buat dengan kunci jawaban tes formatif
yang terdapat pada akhir materi ajar.
h) Diskusikan apa yang telah dipelajari termasuk kata sulit dengan teman Anda.

B. Capaian Pembelajaran
a. Menguasai pengetahuan konseptual dan prosedural serta keterkaitan keduanya
dalam konteks materi logika, pola bilangan, persamaan linear, persamaan kuadrat dan
grafik fungsi.
b. Menguasai konsep teoretis materi pelajaran matematika secara mendalam.

C. Sub Capaian Pembelajaran


a. Membuat kesimpulan matematis dengan menggunakan penalaran logis
b. Menentukan rumus dari suatu pola bilangan dan deret bilangan.
c. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan persamaan linear dan persamaan kuadrat.
d. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan grafik fungsi linear dan kuadrat
e. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan trigonometri.

4
D. URAIAN MATERI
1. Logaritma Matematika
Dalam ilmu matematika, cara menarik kesimpulan harus memakai logika
matematika. Belajar logika dapat diartikan bahwa kita belajar berpikir dan bernalar yang
melibatkan kegiatan akal manusia dengan pengetahuan yang kita terima melalui panca
indera, kemudian diolah untuk mencapai suatu kebenaran
a. Pernyataan
Andhin Dyah Fitriani (2019: 119) menuliskan bahwa “pernyataan adalah kalimat
matematika tertutup yang memiliki nilai kebenaran benar atau salah, tetapi tidak kedua-
duanya pada saat yang bersamaan”. Sukirman (2019: 1.3) menuliskan bahwa “pernyataan
adalah kalimat yang mempunyai nilai kebenaran, yaitu nilai benar atau nilai salah, tapi tidak
kedua-duanya”.
Pernyataan biasa dilambangkan dengan 𝑝, 𝑞, 𝑟, ....

Contoh 1 (Pernyataan yang benar):


 p : Hasil kali 4 dan 3 adalah 12.
 q : Semua unggas dapat terbang.
 s : Jika x = 4, maka 2x = 8
Dalam matematika, ada 2 jenis pernyataan, yaitu pernyataan tunggal dan
pernyataan majemuk.
1. Pernyataan tunggal adalah pernyataan yang tidak memuat pernyataan lain sebagai
bagiannya. Pernyataan Tunggal ini berdiri sendiri atau tidak mempunyai kalimat
penghubung.
Contohnya:
a. Sepeda motor memiliki dua buah roda.
b. Kota Surabaya adalah ibukota dari provinsi Jawa Timur.
2. Pernyataan majemuk adalah gabungan dari beberapa pernyataan tunggal. Untuk
menggabungkan diperlukan tanda hubung “dan”, “atau”, “jika … maka ...” dan “jika dan
hanya jika”

5
Macam – macam Operasi :
a. Operasi Uner
Operasi uner disebut juga dengan operasi negasi atau ingkaran”. negasi adalah
sebuah pernyataan yang memiliki nilai kebenaran yang berlawanan dengan pernyataan
semula. Operasi negasi biasa dilambangkan dengan ~. Nilai kebenaran negasi sebuah
pernyataan adalah kebalikan dari nilai kebenaran yang dimiliki oleh pernyataannya.
Contoh :
Jika ”a” menyatakan “Ïda suka mangga”, maka “negasi a” disimbolkan dengan
“~a” menyatakan “tidak benar bahwa Ida suka mangga”. Dengan Bahasa sehari- hari dapat
dikatakan “Ida tidak suka mangga”.

b. Operasi Biner
Andhin Dyah Fitriani (2019: 201) menuliskan bahwa “operasi biner adalah
operasi yang berkenaan dengan dua unsur”. Dalam logika matematika, operasi biner
berkenaan dengan dua pernyataan

Jenis – jenis Operasi Biner :


a. Operasi Konjungsi
Konjungsi dapat diartikan sebagai pernyataan majemuk yang terdiri dari dua
pernyataan tunggal yang dihubungkan dengan kata penghubung “dan”. Operasi konjungsi
dilambangkan dengan “Λ”.
Contoh :
p : Surabaya adalah ibu kota Propinsi Jawa Timur. (B
q : Bandung terletak di Pulau Jawa. (B
pΛq : Surabaya adalah ibu kota Propinsi Jawa Timur dan Bandung
terletak di Pulau Jawa. (B).

b. Operasi Disjungsi
Disjungsi dapat diartikan sebagai pernyataan majemuk yang memuat dua
pernyataan tunggal yang dihubungkan dengan kata penghubung “atau”. Operasi
disjungsi dilambangkan dengan “V”.
Contoh
p : 3 adalah bilangan prima. (B)
q : 4 membagi habis 16. (B)p ∨ q : 3 adalah bilangan prima atau 4 membagi habis 16.(B)

6
c. Operasi Implikasi
Implikasi (conditional statement) disebut juga pernyataan bersyarat. Pernyataan
implikasi merupakan suatu pernyataan majemuk yang berbentuk penalaran “jika p maka q”
dinyatakan dengan p→q. Pada implikasi p→q dimana p disebut pendahulu
(antecedent) dan q disebut pengikut (consequent).
Contoh 1:
p : matahari terbit dari timur.(B)
q : Herman naik kelas.(B)
p→q : jika matahari terbit dari timur maka Herman naik kelas. (B)

d. Operasi biimplikasi
Pernyataan biimplikasi biconditional statement termasuk ke dalam pernyataan
bersyarat. Pernyataan biimplikasi merupakan pernyataan majemuk yang berbentuk “p
jika dan hanya jika q”. Pernyataan biimplikasi dinyatakan dengan p↔q. Pernyataan
biimplikasi p↔q (dibaca p jika dan hanya jika q) bernilai benar apabila kedua
pernyataan tunggalnya mempunyai nilai kebenaran yang sama, dan bernilai salah apabila
kedua pernyataan tunggalnya mempunyai nilai kebenaran yang berbeda.

Contoh:
p: 3 adalah bilangan ganjil.
q: 3 tidak habis dibagi dua.
p↔q: 3 adalah bilangan ganjil jika dan hanya jika maka 3 tidak habis dibagi 2.

4. Penarikan Kesimpulan
Ada dua macam penarikan kesimpulan yaitu adalah induksi atau penalaran induktif
dan deduksi atau penalaran deduktif. Beberapa penarikan kesimpulan yang sahih atau
valid adalah modus ponens, modus tolens, dan silogisme. Premis adalah penarikan
kesimpulan terdiri atas beberapa pernyataan yang diketahui nilai kebenarannya.
Kesimpulan adalah pernyataan baru yang diturunkan dari premis-premis semula.
Contoh deduksi atau penalaran deduktif adalah:
Premis 1 : Semua ayam akan mati.

7
Premis 2 : Rambo ayam .
Kesimpulan : Jadi, Rambo pada suatu saat akan mati

Cara Menarik Kesimpulan :


e. Modus Ponen
Modus ponen adalah penarikan kesimpulan berdasarkan prinsip :
[(p → q) 𝖠 p] → q atau [p 𝖠 (q → p)] → q.
Argumen tersebut ditulis sebagai berikut:
p → q premis 1
p premis 2
∴ q kesimpulan
Contoh:
Tentukan kesimpulan atau konklusi dari premis-premis berikut ini!
(1) Jika saya makan di kelas maka saya minum di kelas.
(2) Jika saya minum di kelas maka ruangan kelas menjadi kotor.
(3) Saya makan di kelas.
(4) Apakah ruangan kotor?
Solusi: Misalkan:
p : saya makan di kela
q : saya minum di kelas
r : ruangan kelas menjadi kotor maka,cerita sederhana tersebut dapat dinyatakan
dengan 1: p → q 2: q → r 3: p
Menggunakan Modus Ponens untuk kalimat 1 dan kalimat 3, maka kita bisa menarik
kesimpulan q, yang artinya saya minum di kelas. Kalimat matematikanya bisa kita ubah
menjadi : 1: p → q 2: q → r 3: p 4: q Dengan menggunakan Modus Ponens untuk kalimat 2
dan 4, kita memperoleh kesimpulan r, yang artinya ruangan kelas menjadi kotor.

(2) Modus Tolen


Modus Tolen adalah penarikan kesimpulan berdasarkan prinsip:
[(p → q) 𝖠 ~p] → ~q atau [~p 𝖠 (q → p)] → ~q.
Argumen tersebut ditulis sebagai berikut:
P → q premis 1
~p premis 2
∴ ~q kesimpulan

8
Contoh:
Jika saya makan di kelas maka saya minum di kelas. Saya tidak minum di kelas Apakah saya
makan di kelas?
Solusi: kalimat matematika: p → q ~q
Menggunakan Modus Tollens, maka kita bisa menarik kesimpulan ~p, yang artinya saya
tidak makan di kelas. Untuk menguji keabsahanya dapat dilakukan dengan menggunakan
tabel kebenaran untuk [(p → q) v ~q] → ~p yang merupakan tautologi.

(3) Silogisme
Silogisme adalah penarikan kesimpulan berdasarkan prinsip:
[(p → q) 𝖠 (p → q)] → (p → q).
Argumen tersebut ditulis sebagai berikut:
p →q premis 1
p →q premis 2
∴p→q kesimpulan

Contoh:
Tentukan kesimpulan dari premis-premis di bawah ini:
Premis 1 : Jika Fauzi rajin belajar maka Fauzi lulus ujian
Premis 2 : Jika Fauzi lulus ujian maka Fauzi dapat diterima di PTN Penarikan kesimpulan
dari premis–premis tersebut adalah….
Pembahasan:
p = Fauzi rajin belajar q = Fauzi lulus ujian
r = Fauzi dapat diterima di PTN
Premis 1 : p → q Premis 2 : q → r
Kesimpulan : p → r Jika Fauzi rajin belajar maka adi dapat di terima di PTN.

Jenis-Jenis Penalaran
Penalaran atau sering juga disebut jalan pikiran adalah suatu proses berpikir yang berusaha
menghubungkan fakta-fakta yang diketahui menuju pada suatu kesimpulan
Untuk memantapkan penalaran siswa tentang bilangan pecahan, Guru memberi model benda
manipulatif misalnya seperti berikut :

9
1. Penalaran deduktif
Penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan berdasarkan aturan yang
disepakati. Nilai kebenaran dalam penalaran deduktif bersifat mutlak benar atau salah dan
tidak keduanya bersama-sama. Penalaran deduktif dapat tergolong tingkat rendah atau
tingkat tinggi.
Contoh:
Buktikanlah: Jika p dan q adalah bilangan-bilangan ganjil, maka p + q adalah bilangan
genap.
Bukti:
Untuk membuktikan pernyataan tersebut, maka kita akan menggunakan proses berpikir
deduktif. Artinya membuktikan pernyataan tersebut haruslah berdasarkan kebenaran
ataupun definisi yang sudah jelas kebenarannya, tanpa menggunakan

2. Penalaran induktif
Penalaran induktif adalah penarikan kesimpulan berdasarkan pengamatan terhadap
data terbatas. Karena berdasarkan keterbatasan pengamatan tersebut, maka nilai
kebenaran kesimpulan dalam penalaran induktif tidak mutlak. Penalaran induktif dapat
meliputi pengenalan pola, dugaan, dan pembentukan generalis

10
2. Pola Bilangan, Barisan dan Deret Bilangan

a. Pola Bilangan

Ada beberapa jenis pola bilangan, antara lain :


1. Pola Bilangan Loncat
Bilangan loncat adalah penambahan yang sama dari bilangan sebelumnya.
Nah, ada berbagai pola bilangan loncat yang bisa kita ketahui, teman-teman. Mulai dari pola
bilangan loncat 1, contohnya 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan seterusnya.
Lalu ada juga pola bilangan loncat 2, seperti 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, dan dilanjutkan
bilangan seterusnya.
Ada juga pola bilangan loncat 3, contohnya 4, 7, 10, 13, 16, 19, 22.
Jadi setiap bilangan pada pola bilangan loncat harus ditambahkan dengan banyaknya bilangan
yang diloncat.
Contoh Soal:
Ada dua orang menuliskan bilangan, yaitu Alam yang menulis bilangan 103, 99, 95, dan
seterusnya, lalu ada Nata yang menulis bilangan 75, 78, 81, dan seterusnya, berapa bilangan
dengan nilai sama yang pertama kali mereka tuliskan?
Dari bilangan yang ditulis Alam, kita tahu bahwa pola bilangan loncatnya adalah 4,
dari 103 - 99 = 4.

Sedangkan bilangan loncat yang ditulis Nata adalah 3, diketahui dari 78 - 75 = 3.


Dari pola bilangan loncat ini, dapat diketahui kalau bilangan berikutnya yang akan ditulis
Alam adalah 91, dan 87. Sedangkan Nata akan menuliskan bilangan 84 dan 87.
Jadi bilangan dengan nilai sama yang pertama kali mereka tuliskan adalah 87.

2. Pola persegi panjang


Pola persegi panjang yaitu suatu barisan bilangan yang membentuk suatu pola persegi panjang

11
Pola persegi panjang terdapat titik berjumlah 2, 6, 12, 20, ….Rumus suku ke–n dapat
ditentukan dari banyak titik pada pola persegi panjang tersebut, maka perhatikan pola suku ke-
n pada titik-titik di atas.
Rumus pola bilangan persegi panjang adalah:
𝑈n = n(n + 1), n ∈ Bilangan Asli
Catatan: 𝑈n= suku ke-n

Contoh:
Tentukanlah banyak titik pola persegi panjang pada suku ke-20!
Penyelesaian:
Banyak titik pada suku ke-20 adalah U-20
𝑈n = n(n + 1)
𝑈20 = 20(20 + 1)
𝑈20 = 20 x 21
𝑈20 = 420
Jadi banyak titik pada suku ke-20 adalah 420.

3. Pola persegi
Pola persegi adalah susunan bilangan yang dibentuk oleh bilangan kuadrat.
Contoh susunan bilangan yang menghasilkan pola persegi adalah 1, 4, 9, 16, 25, 36, dan
seterusnya. Jika dijabarkan dalam bentuk gambar, akan menjadi seperti berikut

Rumus pola bilangan persegi adalah


𝑈n = n2, n ∈ Bilangan Asli.
Catatan: 𝑈n= suku ke-n
Contoh:
Tentukanlah banyak titik pola persegi pada suku ke-10!
Penyelesaian: Banyak titik pada suku ke-10 adalah 𝑈10
𝑈n = n2
𝑈10 = 102
𝑈10 = 100

12
𝑈10 = 100
Jadi banyak titik pada suku ke-10 adalah 100.

4. Pola segitiga
Ada dua cara yaitu:
1) Cara penjumlahan bilangan di mana selisih bilangan setelahnya + 1 dari bilangan
sebelumnya. Perhatikan contoh berikut :

Bilangan pada baris kedua (di dalam kotak berbingkai merah) merupakan selisih dari
pola bilangan sebelum dan setelahnya. Quipperian bisa melihat bahwa selisihnya selalu + 1
dari selisih sebelumnya. Kira-kira, bilangan setelah 15 berapa ya? Untuk memudahkan
kamu menjawab, tentukan dulu selisih antara bilangan 15 dan setelahnya, yaitu +6. Jadi,
bilangan setelah 15 adalah 15 + 6 = 21.
2) Cara kedua menggunakan rumus Un di mana
( )
Un =

Pola bilangan segitiga terdiri darni 1, 3, 6, 10, 15, ....


Contoh:
Tentukanlah banyak titik pola persegi pada suku ke-9!
Penyelesaian:
Titik pada sukuk e-9 adalah U-9
( )
U9 =
( )
U9 =

U9 =

U9 = = 45

Jadi banyak titik pada suku ke-10 adalah 45.

13
5. Pola bilangan Fibonacci
Matematikawan Italia yang bernama Leonardo da Pisa telah menemukan pola
bilangan Fibonacci. Perhatikan contoh pola bilangan Fibonacci berikut ini :
1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, ….
Informasi apa yang dapat Anda peroleh dari bilangan-bilangan tersebut? Informasi
yang Anda peroleh dari barisan bilangan tersebut adalah suku ke-3 merupakan hasil
penjumlahan dari suku ke-1 dan suku ke-2, suku ke-4 merupakan hasil penjumlahan dari suku
ke-2 dan suku ke-3, dan seterusnya.
Dengan kata lain pada pola bilangan Fibonacci sebuah suku tertentu merupakan
penjumlahan dari dua suku sebelumnya, dapat ditulis dengan:
𝑈n = 𝑈n− 1 + 𝑈n− 2.
Catatan: 𝑈n= suku ke-n.
Untuk mengetahui pemahaman kalian sejauh mana, maka, buatlah bilangan-bilangan
yang mengikuti pola bilangan Fibonacci?

b. Barisan dan Deret Aritmatika


1. Barisan Aritmatika
Barisan aritmatika adalah barisan yang memiliki nilai selisih antara dua suku
yang berurutan selalu tetap. Selisih dua suku berurutan tersebut disebut nilai beda,
disimbolkan dengan b Dalam barisan aritmatika, urutan perbedaan antara satu suku dengan
suku berikutnya adalah konstan. Dengan kata lain, kita hanya menambahkan nilai yang sama
setiap waktu.
Contoh:
1, 4, 7, 10, 13, 16, 19, 22, 25, ...
Barisan tersebut memiliki nilai beda 3 antara satu suku dengan suku berikutnya.
Secara umum, kita dapat menulis barisan aritmatika tersebut :
{a, a+b, a+2b, a+3b, ... }
dimana:
a adalah suku pertama,
b adalah nilai beda.

Rumus-Rumus Barisan Aritmatika


 Untuk mencari Suku ke-n :
Un = a + (n - 1)b

14
Dimana :
Un : suku ke-n
a : suku pertama
b : nilai beda
n : banyak suku
 Untuk mencari nilai beda :
b = Un-U(n-1)
Dimana
b : nilai beda
Un : suku ke-n
 Untuk mencari Suku Tengah
Kita dapat mencari suku tengah yang memiliki n suku ganjil (banyaknya sukunya ganjil)
dimana diketahui suku pertama dan suku terakhir, maka digunakan rumus
Ut = a + Un2
Dimana :
Ut : suku tengah
a : suku pertama
Un : suku ke-n (dalam hal ini bertindak sebagai suku terakhir)
 Namun jika untuk mencari suku tengah yang kondisinya hanya diketahui suku pertama,
banyaknya n suku dan nilai beda, maka rumusnya:
Ut = a + (n-1)b2
dimana :
Ut : suku tengah
a : suku pertama
n : banyaknya suku b menyatakan nilai beda

Contoh Soal 1:
Suku ke-20 dari barisan 8, 6, 4, 2, … adalah …
Pembahasan:
Diketahui: a = 8 b = –2
ditanya U20
Jawab:

15
U20 = 8 + (20-1)(-2)
= 8 + 19 . (-2)
= 8 + (-38) = --30
Jadi, suku ke-20 barisan aritmatika tersebut adalah –30.

Contoh Soal 2:
Rumus suku ke-n dari barisan 4, 8, 12, 16, … adalah …
Pembahasan:
Diketahui: a = 4 b = 4
Ditanya: rumus suku ke-n barisan aritmatika tersebut = ?
Jawab:

= 4 + (n – 1) 4
= 4 + 4n -4
= 4n
Jadi, rumus suku ke-n barisan aritmatika tersebut adalah Un = 4n

Contoh Soal 3 :
Dalam suatu gedung pertunjukkan disusun kursi dengan baris paling depan terdiri dari 10
kursi, baris kedua berisi 14 kursi, baris ketiga berisi 18 kursi, dan seterusnya. Banyaknya
kursi pada baris ke-30 adalah …
Pembahasan:
Diketahui: a = 10 b = 4
Ditanyakan U30 ?
Jawab:
Un = a + (n – 1 ) b
U30 = 10 + ( 30 – 1 ) 4
U30 = 10 + 116
U30 = 126
Jadi, banyaknya kursi pada baris ke-30 adalah 126 kursi.

2. Deret Aritmatika
Deret aritmatika adalah jumlah dari barisan aritmatika yang biasa ditandai dengan
tanda plus (+). Sn adalah jumlah n suku pertama pada suatu barisan aritmatika.

16
Contoh:
2 + 4 + 6 + 8 + 10
3 + 6 + 9 + 12 + 15
Untuk mencari jumlah dari suatu deret aritmatika, digunakan rumus:
( )
Sn =
( ( ) )
Sn =

dimana :
Sn : jumlah suku ke-n
a : suku pertama
Un : nilai suku ke-n
b : nilai beda
n : banyaknya suku

Contoh 1 :
Suatu bentuk deret aritmatika adalah 10, 20, 30, 40, … .
Berapakah jumlah 15 suku pertama dari deret aritmatika tersebut?

Jawaban:
n = 15
U1 = a = 10
b = 20 – 10 = 10
( ( ) )
Sn =
( ( ) )
Sn =
( )
Sn =

Sn = = 1275

Jumlah S15 dalam deret tersebut adalah 1275.

Contoh 2 :
Diketahui suatu deret aritmetika dengan suku pertamanya adalah 5 dan suku ke-enam adalah
30. Lalu, tentukan:
a) Beda deret aritmetika tersebut.
b) Tuliskan deret aritmetika tersebut.

17
c) Jumlah enam suku pertama deret aritmetika tersebut.

Jawaban:
a) Beda deret aritmatika tersebut:
Un = a+(n-1)b
U6= a+(6-1) b
30 = 5+(5)b
b= 30-5/5 =25/5 = 5
Sehingga, beda deret aritmatika tersebut adalah 5.
b) Bentuk deret aritmatikanya adalah:
5+10+15+20+25+30+…+Un

c) Jumlah suku ke-enam, S6 adalah :


( ( ) )
Sn =
( ( ) )
S6 =

S6 = = = 60

Suku ke-enam deret tersebut adalah 60

3. Barisan dan Deret Geometri


Barisan geometri adalah baris yang nilai setiap sukunya didapatkan dari suku
sebelumnya melalui perkalian dengan suatu bilangan. Suatu barisan dinamakan barisan
geometri jika dan hanya jika hasil bagi setiap suku dengan suku sebelumnya selalu tetap.
Nilai suku pertama dilambangkan dengan a. Konstanta hasil bagi tiap suku dengan
suku sebelumnya yang selalu tetap dinamakan rasio (r). Untuk mengetahui nilai suku ke-n
dari suatu barisan geometri dapat dihitung dengan rumus berikut.

Deret geometri adalah penjumlahan suku-suku dari barisan geometri. Penjumlahan


dari suku-suku pertama sampai suku ke-n barisan geometri dapat dihitung dengan rumus
berikut

dengan syarat r < 1 atau

18
dengan syarat r > 1

Contoh soal 1:
Selembar kertas dipotong menjadi dua bagian. Setiap bagian dipotong menjadi dua dan
seterusnya. Jumlah potongan kertas setelah potongan kelima sama dengan …

Pembahasan:
Diketahui: a = 1 r = 2
Ditanya: U6 = ?
Jawab:

U6 = 1 x 26
=64
Jadi, jumlah potongan kertas setelah potongan kelima adalah 64

Contoh Soal 2:
Pada sebuah deret geometri diketahui bahwa suku pertamanya adalah 3 dan suku ke-9 adalah
768. Suku ke-7 deret tersebut adalah … .
Pembahasan :
Diketahui: a = 3

Ditanya:
Jawab:
Sebelum kita mencari nilai dari , kita akan mencari nilai r terlebih dahulu. Ingat kembali

bahwa sehingga dapat ditulis menjadi

19
r =2
𝑆ehingga,

Jadi, suku ke-7 deret tersebut adalah 19

3. Persamaan Linear, Pertidaksamaan Linear, dan Grafik Fungsi Linear

Dua pernyataan matematika yang dipisahkan dengan tanda “=” disebut persamaan.
Suatu kalimat matematika yang mengandung satu atau lebih variabelyang derajat tertingginya
satu yang dihubungkan dengan tanda “=” disebut Persamaan linear. Penyelesaian dari suatu
persamaan merupakan sebarang bilangan yang membuat nilai persamaan itu benar jika
bilangan tersebut disubstitusikan (digantikan) pada variabel.
a. Persamaan linear satu variable
Sistem persamaan linier satu variabel merupakan suatu konsep matematika dalam
menyelesaikan kasus pada kehidupan sehari-hari yang hanya mempunyai satu variabel.
Persamaan Linier Satu Variabel (SPLSV) merupakan suatu kalimat terbuka yang
dihubungkan oleh tanda sama dengan (=) serta hanya memiliki satu variabel berpangkat satu.
Bentuk umum persamaan linear satu variabel adalah:
ax + b = c, a ≠ 0
Keterangan: dengan a serta b bilangan bulat bukan nol
Contoh:
1. Tentukan nilai x dari persamaan berikut ini:
8x – 4 = 20
8x = 20 + 4
8 x = 24
x =3

20
2. Poni dan Lena merupakan kakak beradik. Hari ini Lena tengah berulang tahun yang ke
5. Saat ini usia Poni 15 tahun lebih tua dari pada umur Lena. Berapakah usia Poni saat
ini?
Pembahasan!
Perlu diketahui jika usia Poni 15 lebih tua dari Lena adiknya. Usia Lena saat ini adalah
5 tahun.
Sehingga, kita misalkan usia Poni saat ini ayitu x tahun, sehingga kita dapatkan
hasilnya adalah:
Diketahui:
X = usia Poni saat ini
X – 15 = usia Lena saat ini
5 = usia Lena saat ini
Maka, penyelesaiannya adalah seperti berikut ini:
X – 15 = 5 (setiap ruas di tambah 10)
X – 15 + 15 = 5 + 15
X = 20
Sehingga, usia Poni saat ini adalah 20 tahun.

(4) Persamaan linear dua variable


Sistem Persamaan Linear Dua Variabel atau yang biasa kita sebut sebagai SPLDV
merupakan dua persamaan linear dua variabel yang mempunyai hubungan diantara keduanya
serta mempunyai satu penyelesaian
Bentuk umum dari sistem persamaan linear dua variabel yaitu:
ax + by = c
px + qy = d
Keterangan:
x dan y disebut sebagai variable
a, b, p dan q disebut sebagai koefisien c dan r disebut sebagai constant SPLDV pada
umumnya dimanfaatkan guna menyelesaikan masalah sehari-hari yang memerlukan
pemakaian Matematika.

Cara Penyelesaian Persamaan linear dua variable


1. Metode Eliminasi

21
Pada metode eliminasi digunakan guna menentukan himpunan penyelesaian dari
sistem persamaan linear dua variabel. Carangan yakni dengan cara menghilangkan atau
mengeliminasi salah satu variabel dari sistem persamaan tersebut.
Jika variabel dinyatakan dengan x dan y, untuk menentukan variabel x maka kita
harus mengeliminasi variabel y terlebih dahulu, begitu juga sebaliknya. Coba perhatikan
bahwa jika suatu koefisien dari salah satu variabel sama maka kita bisa mengeliminasi atau
menghilangkan salah satu variabel tersebut
Contoh:
Dengan metode eliminasi, tentukanlah himpunan penyelesaian sistem persamaa
4x + 2y = 4 dan x – y = 4 !
Penyelesaian:
4x + 2y = 4 dan x – y = 4
Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah eliminasi variabel y. Untuk mengeliminasi
variabel y, maka koefisien y harus sama, sehingga persamaannya yakni: 4x + 2y = 4 dikalikan
1 dan persamaan x – y = 4 dikalikan dengan 3.
4x + 2y = 4 × 1 4x + 2y = 4
x – y=4 ×2 2x – 2y = 8
6x = 12
= 12/6
x=2
Langkah kedua yang harus kita lakukan adalah eliminasi variabel x. Sama halnya pada
langkah pertama, untuk mengeliminasi variabel x, maka koefisien pada x harus sama,
sehingga persamaan yang kita dapat adalah
4x + 2y = 4 dikalikan 1 dan x – y = 4 dikalikan 2.
2x + 3y = 4 ×1 2x + 3y = 4
x – y=4 ×2 2x – 2y = 8
5y = -4
y = -4/5
y = -4/5
Sehingga, himpunan penyelesaiannya yaitu {(2,-4/5)}.

2. Metode Substitusi
Metode Substitusi merupakan sebuah metode untuk menyelesaikan suatu sistem
persamaan linear dua variabel dengan metode substitusi.

22
Yang mana kita akan menggunakan cara menyebutkan terlebih dahulu variabel yang
satu ke dalam variabel yang lain dari suatu persamaan.
Kemudian menyubstitusikan (menggantikan) variabel tersebt ke dalam persamaan
yang lainnya.

Contoh:
Dengan metode substitusi, tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan berikut 2x +3y
= 6 dan x – y = 3.
Penyelesaiannya:
Persamaan x – y = 3 merupakan ekuivalen dengan x = y + 3 Dengan menyubstitusi
persamaan x = y + 3 ke persamaan 2x + 3y = 6 maka bisa kita dapatkan data sebagai berikut:
2x + 3y = 6
2 (y + 3) + 3y = 6
2y + 6 + 3y = 6
5y + 6 = 6
5y = 6 – 6
5y = 0
y=0
Lalu untuk mendapatkan nilai x, maka substitusikan nilai y ke persamaan x = y + 3,
sehingga akan kita peroleh:
x=y+3
x=0+3
x=3
Sehingga, himpunan penyelesaiaanya yaitu {(3,0)}

3. Metode Gabungan
Metode gabungan merupakan sebuah cara untuk menyelesaikan sistem persamaan
linear dua variabel dengan metode gabungan. Di mana kita akan menggabungkan metode
eliminasi dan substitusi.

Contoh:
Dengan menggunakan metode gabungan di atas, tentukan himpunan penyelesaian dari sistem
persamaan 3x – 6y = 1 dan x + 2y = 4 !
Penyelesaiannya:

23
Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah dengan menerapkan metode eliminasi,
sehingga akan kita peroleh:
3x – 6y = 1×1 3x – 5y = 1
x + 2y = 4 ×3 3x +6y = 12
-11y = -11
y = (-11)/(-11)
y=1
Kemudian, disubstitusikan nilai y ke persamaan x + 4y = 4 sehingga akan kita peroleh:
x + 4y = 4
x + 4 (1) = 4
x+4=4
x=4–4
x=0
Sehingga, himpunan penyelesaiaanya yaitu {(0,1)}

(5) Pertidaksamaan Linear


Pertidaksamaan merupakan suatu bentuk/kalimat matematis yang memuat tanda lebih
dari “ > “, kurang dari “ < “, lebih dari atau sama dengan “ ≥ “, dan kurang dari atau sama
dengan “ ≤ “. Sementara itu, linear dapat diartikan sebagai suatu bentuk aljabar dengan
variabel pangkat tertingginya adalah satu. Berikut akan dijelaskan mengenai contoh
penerapan pertidaksamaan linear.
Catatan:
Prinsip yang digunakan: jika kedua ruas dikalikan/dibagi dengan bilangan negatif, maka
tanda pertidaksamaan harus dirubah, misalnya dari < atau ≤ menjadi > atau ≥ ataupun
sebaliknya. Pertidaksamaan linear banyak diterapkan dalam berbagai bidang. Pertidaksamaan
linear dimanfaatkan untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari
Penyelesaian permasalahan dengan menggunakan pertidaksamaan linear dapat
dilakukan dengan mengubah permasalahan tersebut ke dalam bentuk model matematika.
Contoh soal:
1) Tentukan himpunan penyelesaian dari
4y > 8 dan 4x < 12
Y > 8/4 x < 12/4
Y > 2 x< 3
HP: {1, 2 } HP : {4, 5, 6, . . .}

24
2) Tentukan daerah penyelesaian dari sistem pertidaksamaan linear dua variabel berikut. :
4x + 2 y < 12 dan 2x + 3y < 10
Buatlah garis 4x + 2y = 12 dan tentukan daerah yang menunjukkan 4x + 2y < 12
Buatlah garis 2x + 3y = 10 dan tentukan daerah yang menunjukkan 2x + 3y < 10
Tentukan titik potong kedua garis.

1. Grafik Fungsi Linear


Bentuk umum persamaan fungsi linear ditulis :
y = ax + b dengan a dan b ∈ R, a ≠ 0.
Grafik fungsi linear berupa garis lurus yang diperoleh dengan menghubungkan titik
potong dengan sumbu X dan sumbu Y pada koordinat cartesius. Grafik fungsi linear yang
memiliki kemiringan garis (gradien) m dan melewati titik A(x1, y1), persamaan garisnya
adalah
(y − y1) = m(x − x1).

Misalkan terdapat suatu grafik fungsi linear yang melalui titik A(x1, y1 ) dan B(x2, y2), maka
kemiringan garis itu adalah:

m=

Untuk mencari persamaan garis yang melalui dua titik A(x1, y1) dan B(x2, y2),

yaitu : merupakan bentuk lain (y- ) = m (x-x)

Contoh:
Gambarlah grafik yang persamaannya y = 3x – 4. Untuk menggambar grafik fungsi linear
dapat digunakan dua cara, yaitu dengan :
1. Tabel
Persamaan garis adalah y = 3x – 4.

25
2. Menentukan titik potong dengan sumbu X dan sumbu Y.
Perpotongan dengan sumbu X, syaratnya y = 0.
y = 3x – 4
= 3x – 4
3x = 4
x = 4/3

Jadi, koordinat titik potongnya


3. Perpotongan dengan sumbu Y, syaratnya x = 0.
⇔ y = 3x – 4
⇔ y=3⋅ 0–4
⇔ y = –4
Jadi, koordinat titik potongnya (0, –4).
Gambar Grafik

26
Jika titik potong sumbu X dan titik potong sumbu Y AzAqzdihubungkan maka
terbentuklah garis y = 3x – 4.
Apabila terdapat dua buah garis, maka kedua garis tersebut mungkin akan
berpotongan di satu titik (pada bahasan ini yang akan dibahas adalah dua garis yang
saling tegak lurus) atau mungkin juga tidak berpotongan (yang selanjutnya dinamakan
garis sejajar).

Hubungan antara dua garis atau grafik fungsi linear:


(1) Dua garis sejajar
Dua garis dikatakan sejajar jika gradien (kemiringan) kedua garis tersebut
sama, ditulis dengan m1 = m2. Dengan kata lain dua garis dikatakan sejajar apabila dua
garis tersebut tidak memiliki titik potong. Ilustrasi paling sederhana dari dua garis sejajar
adalah rek kereta api.

Contoh:
Tentukan persamaan garis m yang melalui titik (-3,5) dan sejajar dengan garis m melalui titik
(2,6) dan (4,-4)!
Penyelesaian:
Menentukan gradien garis g
m=
( )
m=

m= = -1

27
Menentukan persamaan garis karena gradien dua garis yang sejajar adalah sama, m1 = m2 = -
1
(y - y1) = m (x - x1)
(y – 5 ) = -1 (x – (-3))
y – 10 = - x - 3
y = - x +10 - 3
y=-x+7

(2) Dua garis saling tegak lurus


Dua garis dikatakan tegak lurus jika perkalian dua gradien sama dengan -1 atau dapat
ditulis m1 . m2 = −1.

Contoh:
Tentukan persamaan garis k yang melalui titik (-3,5) dan tegak lurus dengan garis h yang
melalui titik (2,5) dan (3,-6)!
Penyelesaian :
Menentukan gradien garis h

m=
( )
m=

m= =8

Menentukan persamaan garis k Karena gradien dua garis yang tegak lurus adalah m1 .
m2 = −1, sehingga m2 =
Maka:
(y - y1) = m (x - x1)
(y – 5) = - 8 (x – (-3))
(y -5) = -8 (x+3)
y – 5 = -8x – 24
y = -2x – 24 + 5
y = - 2 x - 19

28
4. Persamaan Kuadrat, Pertidaksamaan Kuadrat, dan Grafik Fungsi Kuadrat
a. Persamaan Kuadrat
Persamaan kuadrat adalah salah satu persamaan matematika dari variabel yang
mempunyai pangkat tertinggi dua yang dihubungkan dengan tanda “=” . Bentuk
umum dari persamaan kuadrat atau PK adalah sebagai berikut:
ax2 +bx + c = 0 dimana a ≠ 0.
Keterangan : x merupakan variabel, a, b merupakan koefisien, dan c
merupakan konstanta. Nilai a tidak sama dengan nol.
Untuk menentukan himpunan penyelesaian atau akar-akar persamaan
kuadrat x1 dan x2 dari persamaan kuadrat dapat dilakukan dengan
memfaktorkan, melengkapkan bentuk kuadrat, menggunakan rumus kuadratis, dan
menggambar grafik fungsi kuadrat
Untuk mencari hasil akar-akar persamaan kuadrat, terdapat beberapa metode yang
dapat digunakan. Diantaranya yaitu faktorisasi, kuadrat sempurna, dan menggunakan rumus
abc.
(1) Faktorisasi
Faktorisasi/ pemfaktoran adalah suatu metode dalam mencari akar- akar dengan
mencari nilai yang jika dikalikan maka akan menghasilkan nilai lain.

Contoh :
Selesaikan persamaan kuadrat x2+2x-8=0 menggunakan metode faktorisasi.
Penyelesaian:
x2 + 2x - 8 = 0
x2 + 2x - 8 = 0
(x+4)(x–2)
x = -4 atau x = 2
Jadi, hasil dari penyelesaiannya adalah x = -4 atau x= 2

(2) Kuadrat Sempurna


Bentuk kuadrat sempurna merupakan bentuk persamaan kuadrat yang menghasilkan
bilangan rasional. Hasil dari persamaan kuadrat sempurna umumnya menggunakan rumus
sebagai berikut:

29
(x+p)2 = x2 + 2px + p2
Penyelesaian umum dari persamaan kuadarat sempurna ialah sebagai berikut:
(x+p)2 = x2 + 2px + p2
Dengan pemisalan (x+p)2 = q ,
maka:
(x+p)2 = q
x+p = ± q
x = -p ± q

Contoh :
Selesaikan persamaan x2 + 6x + 5 = 0 menggunakan metode persamaan kuadrat sempurna!
Penyelesaian:
x2 + 6x +5 = 0 x2 + 6x = -5
Langkah selanjutnya yaitu tambahkan satu angka di ruas kanan dan kiri hingga dapat berubah
ke bentuk kuadrat sempurna
x2 + 6x + 9 = -5 + 9
x2 + 6x + 9 = 4
(x+3)2 = 4
(x+3) = √4
x=3±2
Jadi, hasil akhirnya adalah x = -1 atau x = -5

(3) Rumus Kuadrat ABC


Rumus abc merupakan alternatif pilihan ketika persamaan kuadrat sudah tidak bisa
diselesaikan dengan metode faktorisasi maupun kuadrat sempurna.
Berikut rumus formula abc pada persamaan kuadrat ax2 +bx + c = 0.

x1,2 =

Contoh :
Selesaikan persamaan x2 + 4x – 12 = 0 menggunakan metode formula abc!

30
Penyelesaian:
x2 + 4x – 12 = 0
dengan a=1, b=4, c=-12

x1,2 =
√ ( )
x1,2 =

x1,2 =

x1,2 =

x1,2 = = -2

x1,2 = = -6

2. Pertidaksamaan Kuadrat
Pertidaksamaan kuadrat adalah suatu kalimat matematika yang mengandung
satu atau lebih variabel yang derajat tertingginya dua yang dihubungkan dengan tanda ≠ ,
atau “<”, atau “>”, atau “≤”, atau “≥”.
Contoh 1:

Tentukan himpunan penyelesaian dari x2 – x – 12 ≥ 0 adalah ….


Pembahasan:

Harga nol dari pertidaksamaan kuadrat x2 – x – 12 ≥ 0 adalah x2 – x – 12 = 0. Selanjutnya


akan ditentukan akar-akar persamaan kuadrat yang memenuhi.

X2 – x – 12 = 0
(x + 3)(x – 4) = 0
(x + 3) = 0 atau (x – 4) = 0
x = – 3 atau x = 4
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh perbedaan antara persamaan kuadrat dan
pertidaksamaan kuadrat yang diberikan melalui tabel di bawah.

31
3. Grafik Fungsi Kuadrat
Setelah mempelajari tentang akar-akar persamaan kuadrat, makaselanjutnya akan
dibahas mengenai grafik fungsi kuadrat.
Berikut langkah- langkah menggambar grafik fungsi kuadrat
f(x) = y = ax2 + bx + c
1. Menentukan titik potong sumbu x dan sumbu y. Titik potong dengan sumbu x
diperoleh jika y = 0, dan titik potong dengan sumbu y diperoleh jika x = 0.

2. Menentukan persamaan sumbu simetri, garis x = -

3. Menetukan koordinat titik balik (x, y) = - ,f=-

Misalkan gambarkan grafik fungsi f(x) = x 2 – x - 6, langkah yang akan kita lakukan adalah :
(1) Menentukan titik potong sumbu x dan sumbu y.
Titik potong dengan sumbu x diperoleh jika y = 0
x 2– x - 6 = 0
(x – 3)(x + 2) = 0
x = 3 atau x = - 1
Jadi, titik potong dengan sumbu x adalah (-1,0) dan (3,0).Titik potong dengan sumbu y,
diperoleh jika x = 0.
f(0) = 02– (0) + 6 = -6
Jadi, titik potong dengan sumbu x adalah (0,-6)

(2) Persamaan sumbu simetri

32
Persamaan sumbu simetri (𝑥) = 𝑦 = 𝑎𝑥2 + 𝑏 + 𝑐 adalah garis 𝑥 = - sumbu simetri

pada 𝑓(𝑥) = 𝑥2 –2x + 6 adalah :

𝑥=- =- = =1

(3) Menentukan koordinat titik balik.


Karena sumbu simetri x = 1, maka f(1) = 12 – 2(1) + 6 = 5 koordinat titik balik (2, 5).

Diperoleh sketsa grafik sebagai berikut:


Berdasarkan nilai diskriminan 𝐷 = b2 – 4ac, dan nilai a, maka secarageometris akan
terdapat 6 kemungkinan bentuk grafik fungsi, yaitu:

4. Pergeseran Grafik Fungsi Kuadrat


Sebuah grafik fungsi kuadrat, akan dapat digeser searah sumbu x ataupun searah
sumbu y. Misalkan terdapat sebuah grafik fungsi kuadrat y = f(x), akan digeser sejauh m ke
arah kanan, dan n satuan kearah atas. Persamaan kuadrat itu akan menjadi:

33
y – n = 𝒇 (x – m) ……*)
Perhatikan grafik fungsi di bawah ini.
Grafik fungsi tersebutmenggambarkan: y = x 2, y = x2 + 1, dan y = x 2 + 2

Pertama perhatikan grafik fungsi y = x2 + 1, jika grafik fungsi tersebut digeser 1


satuan ke arah atas, maka berdasarkan *) menjadi

y − 1 = x2 + 1 atau y = x2 + 2
Untuk selanjutnya akan dicek juga grafik fungsi y = x2 + 1, jika grafik fungsi
tersebut digeser 1 satuan ke arah bawah atau dapat ditulis digeser -1, maka grafik fungsinya
akan menjadi:
− (−)1 = x2 + 1 atau y = x2
Perhatikan contoh selanjutnya. Lihat kembali grafik fungsi y = x2 pada gambar
sebelumnya. Grafik fungsi y = x2 akan digeser satu satuan ke arah kanan. Persamaan
kuadrat akan menjadi:
y – n = 𝒇 (x – m), m = 1
(karena satu satuan ke arah kanan), dan n = 0 (karena tidak bergeser ke arah atas atau
bawah), maka persamaan kuadrat akan menjadi: y = (x – 1)2 atau y = x2– 2x + 1.

Menyusun Persamaan Kuadrat Baru


Jika sebelumnya kita telah belajar bagaimana mengetahui akar-akar dari persamaan
tersebut, maka sekarang kita akan belajar menyusun persamaan kuadratnya dari
akar-akar yang telah diketahui sebelumnya. Berikut beberapa cara yang dapat digunakan
untuk menyusun PK baru.
a) Menyusun persamaan jika telah diketahui akar-akarnya

34
Jika sebuah persamaan memiliki akar x1 dan x2, maka persamaan dari akar
tersebut bisa dinyatakan dalam bentuk :
(x- x1)(x- x2)=0

Contoh :
Tentukan persamaan kuadrat dimana akar-akarnya diantaranya -2 dan 3.
Penyelesaian:
x1 =-2 dan x2=3
(x-(-2))(x-3)=0
(x+2)(x+3)
x2-3x+2x-6=0
x2-x-6=0
Jadi, hasil persamaan dari akar-akar tersebut adalah x2-x-6=0

b) Menyusun persamaan kuadrat jika jumlah serta hasil kali akar diketahui
Jika akar-akar persamaan kuadratnya dengan jumlah dan kali x1 dan x2 telah
diketahui, maka persamaan kuadratnya dapat diubah dalam bentuk sebagai berikut.

x2-( x1+ x2)x+(x1.x2)=0


Contoh:
Tentukan persamaan kuadrat yang memiliki akar 3 dan 1/2.
Penyelesaian:
x1=3 dan x2= -1/2
x1+ x2=3 -1/2 =6/2 – 1/2 = 5/2
x1.x2 = 3 (-1/2) = -3/2
Sehingga, persamaan kuadratnya yaitu:
x2-( x1+ x2)x+(x1.x2)=0
x2– 5/2 x – 3/2=0 (masing-masing ruas dikali 2)
2x2-5x-3=0

Jadi, persamaan kuadratnya dari akar 3 dan 1/2 adalah 2x2-5x-3=0 .

35
5. Trigonometri

Trigonometri merupakan sebuah cabang matematika yang berhadapan dengan sudut


segitiga, contohnya seperti sinus, cosinus, dan tangen. Kali ini kita akan mempelajari
tentang nilai perbandingan trigonometri dari suatu sudut. Supaya bisa mempelajari nilai
perbandingan ini, kalian diharuskan untuk memahami konsep sudut berelasi.
Perhatikan segitiga siku-siku berikut ini

Pada segitiga siku-siku berlaku perbandingan sisi-sisi dengan aturan tertentu.


Perbandingan tersebut dikenal dengan perbandingan trigonometri. Pada bahasan ini akan
dibahas tiga perbandingan. trigonometri yaitu 𝑠𝑖𝑛𝑢𝑠 (𝑠𝑖𝑛), 𝑐𝑜𝑠𝑖𝑛𝑢𝑠 (𝑐𝑜𝑠), 𝑑𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑒𝑛 (𝑡𝑎𝑛).
Pada gambar segitiga tersebut perhatikan bahwa sisi b disebut sebagai sisi miring, sisi a
disebut sebagai sisi depan karena berada di depan sudut , dan sisi c disebut sebagai sisi
samping karena berada di samping sudut .
Berdasarkan gambar segitiga siku-siku tersebut maka berlaku perbandingan
trigonometri sebagai berikut:

Sin a = =

Cos a = =

Tan a = =

Contoh soal:
Perhatikan gambar di bawah ini!

Tentukan sin a, cos a, tan a !

Penyelesaian :
Cari dulu nilai AB dengan cara Teorema Pytagoras

36
AB2= AC2 – BC2
AB2 = 132 – 122
AB2 = 169 – 144
AB2 =√ 25
AB = 5

Sin a = = = 0,92

Cos a = = = 0,38

Tan a = = = 2,4

Hasil perhitungan di atas dirangkum pada tabel berikut inI :

Sudut istimewa trigonometri yaitu sudut mulai 0° hingga 360°, dan di dalam satu
putaran penuh terbagi menjadi 4 kuadaran. Jadi di setiap kuadran terbagi menjadi antara sudut
90°. Kuadran tersebut adalah :
 Kuadran I dari 0° hingga 90°
 Kuadran II dari 90° hingga 180°
 Kuadran III dari 180° hingga 270°
 Kuadran IV dari 270° hingga 360°
Memandang sebuah objek dari suatu titik tertentu bergantung dengan sudut elevasi
ataupun sudut depresi. Gambar berikut ini adalah ilustrasi perbedaan sudut elevasi dan sudut
depresi. Sudut elevasi adalah sudut yang dibentuk oleh arah horizontal dengan arah
pandangan mata pengamat ke arah atas.

37
Sudut depresi adalah sudut yang dibentuk oleh arah horizontal dengan arah pandangan
mata pengamat ke arah bawah.

Contoh sudut elevasi: :


1) Sebuah gedung yang tingginya 50 m dan terdapat sebuah bola di dekat Gedung. Jika
sudut depresi dari puncak gedung terhadap bola adalah 30∘,30∘, maka tentukan jarak bola
ke dasar gedung?
Penyelesaian :
*). Ilustrasi gambar gedungnya

Menentukan jarak bola ke dasar gedung (nilai x Perhatikan segitiga ABC,


yang ditanyakan nilai X yang merupakan sisi samping, dan diketahui sisi di depan
sudut, sehingga kita menggunakan tan.

Tan ∠BAC = =

Tan 300 =

=

X = 50√3
Jadi jarak bola ke daasr Gedung adalah X = 50√3

38
Contoh sudut depresi:
Seorang anak dengan tinggi 160 cm berdiri pada jarak 12 m dari kaki tiang bendera.
Jika sudut depresi dari puncak tiang terhadap anak adalah 45° maka tinggi tiang bendera itu
adalah …
Jawab
tan 45⁰ =
1=
x = 12
Jadi tinggi tiang bendera adalah
= x + tinggi anak
= 12 m + 160 cm
= 12 m + 1,6 m
= 13,6 m

E. Forum Diskusi
Untuk menambah penguasaan materi Anda, silakan selesaikan forum
diskusi mengenai deret angka berikut ini:
Tentukanlah banyak titik pola persegi panjang pada suku ke-30 !

39
F. AYO MERANGKUM !
1. Logika Matematika.
a) Pernyataan adalah kalimat matematika tertutup yang memiliki nilai kebenaran “benar”
atau “salah”, tetapi tidak kedua-duanya pada saat yang bersamaan.
b) Operasi uner yaitu operasi negasi atau ingkaran, dimana nilai kebenaran negasi sebuah
pernyataannya kebalikan dari nilai kebenaran yang dimiliki oleh pernyataan semula
c) Operasi biner adalah operasi yang berkenaan dengan dua unsur, yaitu meliputi operasi
konjungsi, disjungsi, implikasi dan biimplikasi.
d) Tautologi adalah penyataan yang semua nilai kebenarannya benar tanpa memandang
nilai kebenaran komponen-komponen pembentuknya.
e) Kontradiksi adalah penyataan yang semua nilai kebenarannya salah tanpa memandang
nilai kebenaran komponen-komponen pembentuknya.
f) Kontingensi adalah pernyataan yang bukan merupakan tautologi dan kontongensi.
g) Pernyataan kondisional (p → q), memiliki hubungan konvers (q → p), invers
(~p→~p), dan kontrapositif ( ~ q →~ p).
h) Aturan penarikan kesimpulan antara lain: modus ponen, modus tolen, dan silogisme

2. Pola Bilangan dan Deret Bilangan.


a) Penalaran deduktif atau berpikir deduktif adalah kemampuan seseorang dalam menarik
kesimpulan berdasarkan pernyataan- pernyataan yang bersifat umum.
b) Penalaran induktif adalah kemampuan seseorang dalam menarik kesimpulan yang
bersifat umum melalui pernyataan yang bersifat khusus. Penalaran induktif meliputi
pola, dugaan dan pembentukan generalisasi.
c) Rumus pola persegi panjang adalah Un= n(n + 1), Rumus pola bilangan persegi adalah

𝑈n= n2 , Rumus pola bilangan segitiga adalah 𝑈n= (n + 1).

d) Sebuah barisan dinamakan barisan aritmatika jika dan hanya jika selisih dua suku yang
berurutan selalu tetap.
e) Rumus suku ke-n dari suatu barisan aritmatika adalah: Un = a + (n - 1)b, dan jumlah
suku ke-n dari suatu barisan aritmatika adalah: Sn = n(a +Un).
f) Suatu barisan dinamakan barisan geometri jika dan hanya jika hasil bagi setiap suku
dengan suku sebelumnya selalu tetap.

40
g) Rumus suku ke-n dari suatu barisan geometri adalah: Un= a × r n-1, dan jumlah suku
ke-n dari suatu barisan geometri adalah:
( ) ( )
𝑆n = 𝑟 ≠ 1 atau Sn = 𝑟 > 1.

3. Persamaan linear, Pertidaksamaan Linear dan Grafik Fungsi Linear.


a) Persamaan linier adalah suatu kalimat matematika yang mengandung satu atau lebih
variabel yang derajat tertingginya satu yang dihubungkan dengan tanda “=”
b) Bentuk umum persamaan linear satu variabel adalah: x+ b = c, a ≠ 0.
c) Bentuk umum persamaan linear dua variabel adalah: x + by = c, dengan a dan b ≠
0.
d) Menentukan himpunan penyelesaian persamaan linear dua variable dapat
menggunakan metode eliminasi atau metode substitusi
e) Pertidaksamaan linear adalah suatu kalimat matematika yang mengandung satu atau
lebih variabel yang derajat tertingginya satu yang dihubungkan dengan tanda “≠”,
atau “<”, atau “>”, atau “=”, atau “=”.
f) Persamaan garis dengan gradien m dan melalui titik A(x1,y1)
adalah: y - y1= m(x - x1)
g) Untuk mencari persamaan garis yang melalui dua titik A(x1,y1) dan B(x2,y2), yaitu
=

h) Misalkan terdapat suatu garis lurus yang melalui titik dan A(x1,y1) maka B(x2,y2),
kemiringan garis itu adalah m =

i) Dua garis dikatakan sejajar jika gradien (kemiringan) kedua garis tersebut sama, dapat
ditulis m1= m2.
j) Dua garis dikatakan tegak lurus jika perkalian dua gradien sama dengan-1, dapat
ditulis m1.m2= -1.

4. Persamaan kuadrat, Pertidaksamaan Kuadrat dan Grafik Fungsi


Kuadrat.
a) Persamaan kuadrat adalah suatu kalimat matematika yang mengandung satu atau
lebih variabel yang derajat tertingginya dua yang dihubungkan dengan tanda “=”.

41
b) Pertidaksamaan kuadrat adalah suatu kalimat matematika yang mengandung satu atau
lebih variabel yang derajat tertingginya dua yang dihubungkan dengan tanda “<”, “>”,
“=”, atau “=”.
c) Bentuk umum persamaan kuadrat satu variabel adalah: ax2 + bx + c = 0, dimana a≠
0. Untuk menentukan himpunan penyelesaian persamaan kuadrat dengan cara
pemfaktoran, melengkapkan kuadrat, ataupun rumus kuadratis.
d) Menggambar grafik fungsi kuadrat dapat dilakukan dengan cara menentukan titik
potong terhadap sumbu x dan sumbu y, menentukan persamaan sumbu simetri dan
menentukan koordinat titik balik

5. Trigonometri
Perbandingan trigonometri merupakan perbandingan yang berlaku pada segitiga siku-
siku. Perbandingan trigonometri yang dikenal antara lain

42
G. Tes Formatif
1. Ingkaran dari pernyataan “semua makhluk hidup perlu makan dan minum” adalah ...
a. Semua makhluk hidup tidak perlu makan dan minum
b. Ada makhluk hidup yang tidak perlu makan atau minum
c. Ada makhluk hidup yang tidak perlu makan dan minum
d. Semua makhluk hidup tidak perlu makan dan minum

2. Diketahui premis-premis seperti berikut ini:


Premis 1: Jika Tio kehujanan maka ia sakit.
Premis 2: Jika Tio sakit maka ia demam.
Kesimpulan dari dua premis tersebut adalah:
a. Jika Tio sakit maka ia kehujanan
b. Jika Tio kehujanan maka ia demam
c. Tio kehujanan dan ia demam
d. Tio demam karena kehujanan

3. Perhatikan premis-premis berikut ini:


a. Jika Adi murid rajin maka Adi murid pandai.
b. Jika Adi murid pandai maka ia lulus ujian.
Ingkaran dari kesimpulan di atas adalah … .
a. Jika Adi murid rajin maka ia tidak lulus ujian.
b. Adi bukan murid rajin atau ia lulus ujian.
c. Jika Adi bukan murid rajin maka ia tidak lulus ujian.
d. Adi murid rajin dan ia tidak lulus ujian.

4. Diketahui premis-premis berikut:


1) Jika sebuah segitiga siku-siku maka salah satu sudutnya 90 derajat.
2) Jika salah satu sudut 90 derajat maka berlaku teorema Phytagoras.
Ingkaran dari kesimpulan yang sah pada premis-premis di atas adalah...
a. Jika sebuah segitiga siku-siku maka berlaku teorema Phytagoras
b. Jika sebuah segitiga buka siku-siku maka berlaku teorema Phytagoras
c. Sebuah segitiga siku-siku atau tidak berlaku teorema phytagoras.

43
d. Sebuah segitiga siku-siku dan tidak berlaku teorema Phytagoras.

5. Kontraposisi dari ( ~p ⇒ q ) ⇒ ( ~p ˅ q ) adalah ...


a. ( p ˄ q ) ⇒ ( p ⇒ ~q )
b. ( p ⇒ ~q ) ⇒ ( p ⇒ q )
c. ( ~p ⇒ ~q ) ⇒ ( p ˄ ~q )
d. ( p ˄ ~q ) ⇒ ( ~p ˄ ~q )

6. Diketahui barisan bilangan : 3, 8, 13, 18, 23, …


Suku ke-32 adalah ….
a. 465
b. 168
c. 153
d. 160

7. Diketahui barisan bilangan : 3, 1, 5, 9, 13, …


Suku ke-52 adalah …
a. 201
b. 207
c. 215
d. 216

8. Diketahui sebuah barisan geometri 3, 6, 12....maka suku ketujuh dari barisan geometri
tersebut :
a. 128
b. 64
c. 190
d. 200

9. Diketahui sebuah barisan geometri : 3, 9, 27, 81, 243. Berapakah rasio barisan geometri
tersebut :
a. 4
b. 3
c. 2

44
d. 9

10. Diketahui sebuah barisan geometri : 5, 10, 20, 40, 80, .... , 5120. Nilai suku tengahnya
adalah :
a. 160
b. 510
c. 640
d. 390

11. Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan x2 – 5x – 14 ≤ 0, x ϵ R adalah ….


a. { x | x < 2 atau x > 7, x ϵ R
b. { x | x < -2 atau x > 7, x ϵ R}
c. { x | x < -7 atau x > -7, x ϵ R }
d. { x | – 2 ≤ x ≤ 7, x ϵ R}

12. Persamaan berikut ini yang akar-akarnya tidak nyata adalah ⋯⋅⋯⋅
a. x2+5x+7=0
b. x2−x−1=0
c. 2x2+x−3=0
d. 2x2−5x+3=0

13. Akar-akar persamaan x2−(a−1)x+2=0 adalah α (baca: alfa) dan β (baca: beta). Jika α=2β
dan a>0, maka nilai a=⋯⋅
a. 22
b. 33
c. 44
d. 88

14. Diberikan persamaan kuadrat x2−3x+5=0. Jika pp adalah akar dari persamaan kuadrat
itu, maka nilai dari p2−3p−5=⋯⋅
a. -10
b. 0
c. 5

45
d. 10

15. Persamaan 3x2+(k−2)x−k+2=0 mempunyai dua akar real berbeda. Batas-batas nilai kk
yang memenuhi adalah … .
a. k≤2atau k≥10
b. k≤−10atau k≥2
c. k<−10atau k>2
d. k>10

16. Pada segitiga ABC lancip, diketahui cos A = 4/5 dan sin B = 12/13 maka sin C = … .
a. 20/65
b. 36/65
c. 56/65
d. 60/65

17. Jika cos β = -1/2 √3 dan sudut β terletak pada kuadran II, maka tan β = … .
a. √3
b. 1/9 √3
c. – 1/3 √3
d. -√3

18. Luas segitiga ABC adalah 24 cm2, sisi AC = 8 cm, dan AB = 12 cm. Nilai cos <A = ...
a. 1/3 √2
b. ½
c. 1/3 √3
d. ½ √3

19. Andi berdiri tegak pada jarak 10√3 m dari kaki sebuah pohon besar yang tumbuh gerak
lurus. Jika tinggi Andi 1,6 m dan melihat ke puncak pohon dengan sudut elevasi 60°.
Tentukan tinggi pohon tersebut !
a. 31,6 m
b. 32 m
c. 30 m
d. 33 m

46
20. Seorang siswa diberikan tugas untuk mengukur tinggi sebuah gedung dengan
menggunakan klinometer pada awal berdiri melihat ujung atas gedung dengan sudut
elevasi 30° kemudian mendekati gedung sejauh 20 m dengan sudut elevasi 45°, jika
tinggi siswa tersebut 1,5 m maka tinggi gedung adalah …
a. (11√3 + 11,5) m
b. (10√3 + 11,5) m
c. (10√3 + 10,5) m
d. (11√3 + 10,5) m

47
H. Kunci Jawaban

1. B
2. B
3. D
4. D
5. D
6. C
7. A
8. B
9. B
10. A
11. D
12. A
13. C
14. A
15. C
16. D
17. D
18. D
19. A
20. B

Skor penilaian = ( jumlah jawaban yang betul x 5 = 10)

48
49
DAFTAR PUSTAKA

Cece Kustiawan FMIPA. Logika_Matematika. Retrieved


fromhttp://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/19661213
19 92031-CECE_KUSTIAWAN/Logika_Matematika.pdf.

FKIP UNSRI. Kapita Selekta Matematika. Retrieved from


http://matematika.fkip.unsri.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/kapita-
selekta-matematika.pdf (KONTRAK PERKULIAHAN (KAPITA SELEKTA
MATEMATIKA).

Fitriani, Andhin. (2019). Pendalaman Materi Matematika. Jakarta: Kemendikbud


Muhsetyo, Gatot. (2019). Pembelajaran Matematika SD. Tangerang: Universitas
Terbuka.

Fitriani, A. D. (2019). Kapita Selekta Matematika (Modul PPG). Tidak diterbitkan.

Herman, T., Mujono. (2008). Logika Matematika. Bandung: UPI Press.

Kusumah, Yaya. (1986). Logika Matematika Elementer. Bandung: Tarsito.

Nety24. Kapita Selekta Matematika-75620375. Retrieved


from https://www.slideshare.net/Nety24/kapita-selekta-matematika-75620375

Prabawanto, S., Mujono. (2006). Statistika dan Peluang. Bandung: UPI Press.

Prabawanto, S., Rahayu, P. (2006). Bilangan. Bandung: UPI Press.

Russeffendi. (2006). Pengantar kepada Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam


pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

SIM PKB. Kapita Selekta Matematika. Retrieved from


cdnbelajar.simpkb.id/s3/p3k/PGSD/Matematika/Modul%20Pembelajaran/M
atematika_Pembelajaran-6.pdf (Pembelajaran 6. Kapita Selekta Matematika)

Sukirman. (2019). Matematika. Tangerang: Universitas Terbuka

Syekh Nurjati. Handout Perkuliahan Kapita Selekt Matematika. Retrieved from


https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/0MTK5230425.pdf
(HANDOUT PERKULIAHAN KAPITA SELEKTA MATEMATIKA (SMP)

50

Anda mungkin juga menyukai