Anda di halaman 1dari 82

PETUNJUK TEKNIS

PELAYANAN KESEHATAN
DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN
PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU

DIREKTORAT PELAYANAN KESEHATAN PRIMER


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2021

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
i
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
362.11
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
000.00 p Pelayanan Kesehatan
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Masa
Ind Pelayanan Kesehatan
Pandemi COVID-19.— Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
p Petunjuk
2020Teknis Pelayanan Kesehatan di Tempat Praktik
Mandiri Bidan Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.—
ISBN 978-602-416-929-9
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2021
1. Judul I. COMMUNITY HEALTH SERVICES
II. PANDEMICS
ISBN 000-000-000-000-0 III. CORONAVIRUS

1. Judul I. HEALTH SERVICES
II. PREVENTIVE MEDICINE III. PREVENTIVE HEALTH SERVICES

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
ii
KATA SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT,


Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya penyusunan Petunjuk
Teknis Pelayanan di Tempat Praktik Mandiri Bidan
Pada Masa Pandemi Covid-19/Penyakit Infeksi
Emerging Lain dan Adaptasi Kebiasaan Baru dapat
diselesaikan.

Pandemi COVID-19 telah membawa dampak yang


besar pada sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Muncul dan menyebarnya penyakit infeksi emerging
membuat pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan maternal neonatal
menghadapi tantangan yang besar. Sumber daya yang makin menipis untuk
menghadapi tantangan lebih lanjut dalam konteks kesiapsiagaan dan penanganan
COVID-19 dapat menimbulkan risiko gangguan pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi,
anak-anak, dan remaja.

Bukan hanya permasalahan rendahnya cakupan atau tidak terselenggaranya


pelayanan esensial, permasalahan perlindungan tenaga kesehatan juga menjadi
isu penting. Tempat Praktik Mandiri Bidan adalah salah satu pemberi pelayanan
yang berpotensi rentan tertular sehingga diperlukan kesiapan Fasilitas Kesehatan
baik dari perangkat pencegahan infeksi maupun sistem sebagai upaya pencegahan
penularan dan perlindungan petugas dalam memberikan pelayanan serta
masyarakat yang mengakses pelayanan.

Untuk itu dibutuhkan Petunjuk Teknis Pelayanan di Tempat Praktik Mandiri Bidan
Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru, sebagai acuan bagi Tempat Praktik Mandiri
Bidan (TPMB) dalam menyelenggarakan pelayanan dengan kewaspadaan terhadap
penyakit infeksi emerging pada umumnya dan COVID-19 pada khususnya dan
sebagai acuan bagi Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dalam memberikan
pembinaan dan pendampingan terkait penyelenggaran pelayanan di Tempat
Praktik Mandiri Bidan.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
iii
Saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan Petunjuk Teknis ini dan semoga Allah SWT senantiasa menuntun
langkah kita untuk dapat bersama-sama berkontribusi menuju tatanan normal
baru, masyarakat sehat, aman dan produktif.

Jakarta, Mei 2021


Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan

Prof. dr. Abdul Kadir, Ph.D, Sp. THT-KL(K ), MARS

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
iv
KATA PENGANTAR
DIREKTUR PELAYANAN KESEHATAN PRIMER

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang


Maha Esa, karena berkat rahmatNya penyusunan
buku Petunjuk Teknis Pelayanan di Tempat
Praktik Mandiri Bidan Pada Masa Adaptasi
Kebiasaan Baru akhirnya dapat diselesaikan.
Pedoman ini dibuat untuk memberikan acuan
bagi Bidan di Tempat Praktik Mandiri Bidan dalam
menyelenggarakan pelayanan kebidanan.

Pandemi Corona Virus Disease 2019 telah


merubah tatanan kehidupan masyarakat, karena
ancaman virus COVID-19 harus diwaspadai untuk
mencegah meningkatnya kembali jumlah kasus, sehingga kebiasaan baru perlu
diimplementasikan.

Adaptasi kebiasaan baru adalah perubahan perilaku untuk menjalankan aktivitas


normal namun dengan tetap menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah
penularan COVID-19, sehingga memastikan pelayanan tetap berjalan namun
dalam koridor memastikan keamanan bagi tenaga kesehatan dan pasien yang
mengakses pelayanan kesehatan.

Pelayanan Kesehatan di Tempat Praktik Mandiri Bidan banyak diakses oleh


masyarakat, prosentase aksesibilitas pelayanan ANC sebesar 82,4%, persalinan
sebesar 29% dilakukan di TPMB (Riskesdas 2018). Dalam menghadapi masa
pandemi dan adaptasi kebiasaan baru diperlukan adaptasi alur dan sistem
penyelenggaraan pelayanan baik dalam pemberian pelayanan antenatal, intranatal,
nifas, kesehatan reproduksi dan KB, serta terkait pelayanan kegawatdaruratan dan
rujukan yang diselenggarakan di TPMB.

Dengan Petunjuk Teknis Pelayanan di Tempat Praktik Mandiri Bidan Pada Masa
Adaptasi Kebiasaan Baru, diharapkan dapat memberikan panduan bagi bidan di

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
v
TPMB dalam memberikan pelayanan kebidanan. Saya menyampaikan terima kasih
kepada tim penyusun buku ini, semoga hasil kerja kita bersama dapat bermanfaat
bagi bangsa dan negara dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

Salam sehat.. sehat Indonesia

Jakarta, Mei 2021


Direktur Pelayanan Kesehatan Primer

drg. Saraswati, MPH

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
vi
DAFTAR ISI

Sambutan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan ............................................ iii


Kata Pengantar Direktur Pelayanan Kesehatan Primer ....................................... v
Daftar Isi ................................................................................................................ vii
Daftar Singkatan ................................................................................................... ix
Daftar Gambar ....................................................................................................... x
Daftar Tabel ........................................................................................................... xi
Daftar Lampiran .................................................................................................... xii

BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................. 01
A. Latar Belakang ........................................................................................ 01
B. Tujuan ...................................................................................................... 03
1. Tujuan Umum .................................................................................... 03
2. Tujuan Khusus .................................................................................. 03
C. Ruang Lingkup ........................................................................................ 04
D. Sasaran ................................................................................................... 04
E. Dasar Hukum .......................................................................................... 04

BAB II
PELAYANAN KEBIDANAN DI MASA PANDEMI COVID-19/PENYAKIT INFEKSI
EMERGING DAN RE-EMERGING BARU (PINERE) DAN ADAPTASI KEBIASAAN
BARU ............................................................................................................ 05
A. Dampak Pandemi COVID-19/Pinere Kepada Pelayanan Kebidanan ... 05
B. Asuhan Antenatal, Intrapartum, Nifas, Keluarga Berencana, dan Anak
Pada Masa Pandemi COVID-19/Pinere dan Adaptasi Kebiasaan Baru 08
1. Asuhan Antenatal ............................................................................. 08
2. Asuhan Intrapartum .......................................................................... 08
3. Asuhan Nifas ..................................................................................... 09
4. Pelayanan Keluarga Berencana ....................................................... 17
5. Pelayanan Kesehatan Anak .............................................................. 19
C. Pelayanan Kegawatdaruratan dan Rujukan .......................................... 24
D. Perhatian Khusus untuk Tenaga Kesehatan Bidan di PMB ..................... 27

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
vii
BAB III
MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN SERTA
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI ................................................ 29
A. Alur Pelayanan dan Triage ...................................................................... 29
1. Pengaturan Alur Pelayanan dan Triage ........................................... 29
2. Pelaksanaan Skrining ....................................................................... 31
3. Penolakan Terhadap Skrining .......................................................... 32
B. Pengaturan Fasilitas Pelayanan di TPMB ............................................. 01
C. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Tempat Praktik Mandiri
Bidan ....................................................................................................... 36

BAB IV
PERAN BIDAN DI TPMB DALAM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI (PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN PENYAKIT) ................................................................... 49
A. Peran TPMB dalam Penemuan Kasus .................................................. 50
B. Peran TPMB dalam Pelacakan Kontak (Trace) .................................... 51
C. Peran TPMB dalam Manajemen Kesehatan Masyarakat .................... 51

BAB V
PENCATATAN DAN PELAPORAN .................................................................... 53
A. Pencatatan dan Pelaporan Reguler ...................................................... 53
B. Pencatatan dan Pelaporan Khusus ...................................................... 53

BAB VI
PENUTUP ...................................................................................................... 55

LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran 1. Modifikasi Jadwal Kunjungan Untuk Ibu Dengan Risiko Rendah
Pada Masa Pandemi ...................................................................... 59
Lampiran 2. Modifikasi Jadwal Kunjungan Nifas dan Kunjungan
Neonatus*)**) ................................................................................. 62
Lampiran 3. Modified Early Obstetric Warning Score (MEOWS)*) ................... 63
Lampiran 4. Formulir Skrining Awal Risiko COVID-19 ....................................... 64
Lampiran 5. Penolakan Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Covid-19 ...... 66
Lampiran 6. Laporan Notifikasi Penemuan Kasus COVID-19 di Fasyankes .... 67
Lampiran 7. Lembar Edukasi Isolasi Mandiri untuk Pasien ............................... 68

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
viii
DAFTAR SINGKATAN

COVID-19 Corona Virus Disease 2019


SARS-cov2 Severe Acute Respiratory Syndrome – corona virus2
TPMB Tempat Praktik Mandiri Bidan
BUMIL Ibu Hamil
Nakes Tenaga Kesehatan
PINERE Penyakit Infeksi Emerging dan Re-emerging Baru
HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunideficiency
Syndrome
ASI Air Susu Ibu
APD Alat Pelindung Diri
5M Memakai Masker – Mencuci Tangan – Menjaga Jarak –
Menjauhi kerumunan dan membatasi Mobilitas
USG Ultra Sono Grafi
TT Tetanus Toxoid
KTM Konsultasi Tatap Muka
Daring Dalam jaringan (= on line)
SMS Short messaging system (pesan pendek dengan teks)
WA WhatsApp (piranti lunak komunikasi)
FKTP Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
FKRTL Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut
AKDR PP Alat Kontrasepsi Dalam Rahim -Post partum
Implan-PP Implan- post partum
RT-PCR reverse-transcriptase polymerase chain reaction
ANC Ante natal care
AC Air Condition
UV Ultra Violet
Ulpa ultra low penetration air filter
HEPA High Efficiency Particulate Air
PPI Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
KB Keluarga Berencana

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Hirarki dari Model Pengendalian Infeksi ...................................... 02


Gambar 2.1 Empat Pilar Safe Motherhood ...................................................... 06
Gambar 3.1 Pengaturan Alur Pelayanan di fasilitas PMB pada Masa
Pandemi ........................................................................................ 29
Gambar 3.2 Bilik Persalinan ............................................................................. 34
Gambar 3.3 Hood Tekanan Negatif dan Spesifikasi ....................................... 35
Gambar 3.4 Pengaturan di Ruang Tunggu ...................................................... 35
Gambar 3.5 Penggunaan Penghalang di Ruang Periksa ................................ 35
Gambar 3.6 Contoh pengaturan tata letak ruangan untuk mendapatkan
aliran udara yang aman antara klien dengan nakes (Kemenkes,
2014) ............................................................................................. 35
Gambar 3.7 Tata Cara Memakai APD .............................................................. 47
Gambar 3.8 Tata Cara Melepaskan APD ......................................................... 48

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Beberapa Aspek yang Perlu Mendapat Pertimbangan dalam


Asuhan Antenatal bagi TPMB Pada Masa Adaptasi Kebiasaan
Baru Beserta Rekomendasi Terkait ............................................ 10
Tabel 2.2 Rekomendasi Spesifik untuk Evaluasi Kondisi Psikologis .......... 12
Tabel 2.3 Beberapa Aspek yang Perlu Mendapat Pertimbangan dalam
Asuhan Persalinan bagi TPMB Pada Masa Adaptasi Kebiasaan
Baru Beserta Rekomendasi Terkait ............................................. 13
Tabel 2.4 Beberapa Aspek yang Perlu Mendapat Pertimbangan dalam
Asuhan Nifas Bagi TPMB Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Beserta Rekomendasi Terkait ..................................................... 15
Tabel 2.5 Beberapa Aspek yang Perlu Mendapat Perimbangan dalam
Pelayanan Keluarga Berencana di TPMB Pada Masa Pandemi
COVID-19/PINERE Beserta Rekomendasi Terkait ........................ 18
Tabel 2.6 Beberapa Aspek yang Perlu Mendapat Pertimbangan dalam
Pelayanan Kesehatan Anak di TPMB Pada Masa Pandemi
COVID-19/PINERE Beserta Rekomendasi Terkait ........................ 21
Tabel 2.7 Beberapa Aspek yang Perlu Mendapat Pertimbangan dalam
Pelayanan Kegawatdaruratan dan Rujukan Bagi TPMB Pada
Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Beserta Rekomendasi Terkait .. 25
Tabel 2.8 Beberapa aspek yang perlu mendapat pertimbangan khusus
terkait dengan tenaga kesehatan di TPMB ................................. 28
Tabel 3.1 Beberapa Aspek yang Perlu Mendapat Pertimbangan Khusus
Terkait dengan Pengaturan Fasilitas Pelayanan di TPMB ......... 33
Tabel 3.2 Ceklis Kesiapan Fasilitas Tempat Praktik Mandiri Bidan untuk
Pelayanan di Masa Penyesuaian Pandemi COVID-19/PINERE
dan Adaptasi Kebiasaan Baru ..................................................... 36
Tabel 4.1 Beberapa aspek peran bidan di TPMB dalam manajemen
kesehatan masyarakat ................................................................ 52

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Modifikasi Jadwal Kunjungan Untuk Ibu Dengan Risiko Rendah


Pada Masa Pandemi .................................................................... xiii
Lampiran 2. Modifikasi Jadwal Kunjungan Nifas dan Kunjungan
Neonatus*)**) ............................................................................... xv
Lampiran 3. Modified Early Obstetric Warning Score (MEOWS) *) ................... 01
Lampiran 4. Formulir Skrining Awal Risiko COVID-19 .................................... 01
Lampiran 5. Penolakan Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Covid-19 .... 08
Lampiran 6. Laporan Notifikasi Penemuan Kasus COVID-19 di Fasyankes ... 08
Lampiran 7. Lembar Edukasi Isolasi Mandiri untuk Pasien ........................... 27

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pandemi Corona Virus Disease 19 (COVID-19) telah membawa dampak yang
besar pada sendi-sendi kehidupan masyarakat. Muncul dan menyebarnya
penyakit infeksi emerging membuat pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan
maternal neonatal menghadapi tantangan yang besar. Sumber daya yang makin
menipis untuk menghadapi tantangan lebih lanjut dalam konteks kesiapsiagaan
dan penanganan COVID-19 dapat menimbulkan risiko gangguan pelayanan
kesehatan bagi para ibu, bayi, anak-anak, dan remaja, sehingga berpotensi
meningkatkan kematian dan kesakitan ibu, bayi, dan anak yang sebenarnya
dapat terhindarkan.

Analisis dari epidemi-epidemi sebelumnya seperti wabah campak, malaria, HIV/


AIDS, tuberkulosis, flu burung dan SARS menunjukkan bahwa sistem kesehatan
yang kuat merupakan salah satu pertahanan yang utama. Pemerintah
perlu mengambil keputusan-keputusan yang sulit dalam menyeimbangkan
kebutuhan penanganan COVID-19 dan tetap melakukan perencanaan strategis
dan tindakan terkoordinasi untuk tetap memberikan layanan kesehatan esensial,
sehingga memitigasi risiko runtuhnya sistem kesehatan. Berbagai layanan rutin
dan elektif perlu ditunda atau dihentikan sementara. Selain itu, jika praktik-
praktik rutin sudah mulai terancam oleh kebutuhan-kebutuhan lain, tata kelola
perlu dilakukan dengan mekanisme dan protokol yang disederhanakan dan
dirancang khusus untuk melakukan mitigasi kegagalan sistem. Tujuan bersama
yang hendaknya dicapai selama pandemi ini adalah menjaga akses yang merata
pada layanan esensial selama kedaruratan ini, sehingga membatasi kematian
langsung dan menghindari peningkatan kematian tidak langsung.

Kementerian Kesehatan bersama Organisasi Profesi terkait telah menyediakan


berbagai pedoman. Pedoman dan Petunjuk Teknis beserta revisi sesuai dengan
pegetahuan yang berkembang telah dengan baik didistribusikan. Meskipun
demikian data di berbagai belahan dunia menunjukkan bahwa ibu hamil dengan

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
01
COVID-19 cenderung untuk tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan
bagi kehamilan dan kesehatannya. Salah satu contoh yang mudah ditemukan
adalah kondisi dimana keputusan untuk melakukan seksio sesarea menjadi
semakin liberal akibat ketidak siapan faskes dan nakes dalam menghadapi
penyakit infeksi emerging baru seperti COVID-19. Hal serupa pada bayi baru
lahir, dimana hak dasar bayi baru lahir tidak dapat diberikan, yaitu tidak dapat
dilaksanakannya inisiasi menyusu dini dan praktik ASI eksklusif, sebagai akibat
kehati-hatian terhadap penyebaran dan penularan infeksi SARS-cov2. Semua
kejadian tersebut bukan sesuatu yang dikehendaki dengan sengaja. Dinamika
COVID-19. Hal serupa pada bayi baru lahir, dimana hak dasar bayi baru lahir tidak
tersebut mucul akibat pengetahuan yang masih terbatas terhadap infeksi
dapat diberikan, yaitu tidak dapat dilaksanakannya inisiasi menyusu dini dan praktik
SARS-cov2.
ASI eksklusif, sebagai akibat kehati-hatian terhadap penyebaran dan penularan
infeksi SARS-cov2. Semua kejadian tersebut bukan sesuatu yang dikehendaki
Bukan
dengan hanyaDinamika
sengaja. permasalahan
tersebut rendahnya
mucul akibatcakupan atauyang
pengetahuan tidak terselenggaranya
masih terbatas
pelayanan
terhadap esensial, permasalahan perlindungan tenaga kesehatan juga
infeksi SARS-cov2.
menjadi
Bukanisu yang
hanya penting. Lebih
permasalahan dari 2000
rendahnya bidan
cakupan terindikasi
atau positif COVID-19,
tidak terselenggaranya
pelayanan esensial,
disamping tenagapermasalahan
kesehatan perlindungan tenagadan
lain seperti dokter kesehatan juga
perawat. menjadi isu yang
Pengetahuan
yang penting.tentang
terbatas Lebih dari 2000 bidan terindikasi
upaya-upaya pencegahanpositif infeksi
COVID-19, disamping
berbasis tenaga dalam
transmisi
kesehatan lain seperti dokter dan perawat. Pengetahuan yang terbatas tentang
memberikan pelayanan kesehatan pada umumnya, dan pelayanan kebidanan
upaya-upaya pencegahan infeksi berbasis transmisi dalam memberikan pelayanan
pada khususnya menjadi salah satu faktor.
kesehatan pada umumnya, dan pelayanan kebidanan pada khususnya menjadi salah
satu faktor.
Faktor lain adalah ketersediaan sarana alat pelindung diri yang sesuai dengan
Faktor lain adalah ketersediaan sarana alat pelindung diri yang sesuai dengan
standar.
standar. Ditinjau
Ditinjau dari hirarki
dari hirarki pencegahan
pencegahan infeksi (gambar
infeksi (gambar 1), maka 1), maka
masih masih
banyak halbanyak
lainhal lain
yang yang
perlu perlu dipersiapkan
dipersiapkan terkait
terkait kesiapan kesiapan
fasilitas fasilitas
kesehatan, baikkesehatan, baik dari
dari perangkat
perangkat
pencegahan pencegahan
infeksi infeksisecara
maupun sistem maupun
utuh.sistem secara utuh.

Gambar 1.1 Hirarki dari Model Pengendalian Infeksi


Gambar 1.1 Hirarki dari Model Pengendalian Infeksi

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
02
Setiap fasilitas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan membutuhkan
program pencegahan infeksi untuk dapat mencegah dan mengendalikan
infeksi yang mungkin bersumber dari fasilitas tersebut sebagai tempat
berkumpulnya sejumlah orang, maupun dari setiap pasien/klien yang datang.
Berdasarkan Berdasarkan hirarki model pencegahan infeksi tersebut, maka
upaya pengedalian infeksi harus meliputi upaya prevensi melalui disain sistem
hingga pemanfaatan APD secara bijak. Tempat Praktik Mandiri Bidan (TPMB)
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh bidan lulusan
pendidikan profesi untuk memberikan pelayanan langsung kepada klien (KMK
07/Menkes/320/2020). Oleh karena itu sangat diperlukan adanya petunjuk
teknis terkait adaptasi baru dalam pelayanan kebidanan.

Selain itu, pelayanan kebidanan di Indonesia memiliki kekhususan. Hingga saat


ini pertolongan persalinan 93.1% dilakukan oleh bidan, dengan proporsi tempat
persalinan 79% di fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas kesehatan tempat
Bidan melakukan pertolongan persalinan meliputi di Poskesdes (4%), Puskesmas
(12%) dan Praktik Mandiri Bidan (29%) (Riskesdas, 2018). Oleh karena itu Bidan
membutuhkan acuan yang jelas bagi penyelenggaraan pelayanan Kesehatan di
Tempat Praktik Mandiri Bidan (TPMB) pada masa adaptasi kebiasaan baru.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum:
Memberikan acuan bagi Tempat Praktik Mandiri Bidan (TPMB) dalam
melaksanakan pelayanan dalam kewaspadaan terhadap penyakit
infeksi emerging/re-emerging baru pada umumnya dan COVID-19 pada
khususnya.

2. Tujuan Khusus :
a. Memberikan acuan dalam penyelenggaraan pelayanan kebidanan di
TPMB dalam masa pandemi COVID-19/PINERE dan adaptasi kebiasaan
baru.
b. Memberikan acuan dalam pengorganisasian tempat kerja bagi TPMB
dalam masa pandemi COVID-19/PINERE dan adaptasi kebiasaan baru.
c. Memberikan acuan bagi TPMB berperan dalam surveilans epidemiologi
dalam pandemi COVID-19/PINERE dan adaptasi kebiasaan baru.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
03
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Petunjuk Teknis bagi TPMB ini meliputi:
1. Pelayanan kebidanan di TPMB pada masa pandemi COVID-19/PINERE dan
adaptasi kebiasaan baru.
2. Pengorganisasian tempat kerja dan pencegahan infeksi di TPMB pada
masa pandemi COVID-19/PINERE dan adaptasi kebiasaan baru.
3. Peran Bidan di TPMB dalam surveilans epidemiologi pada masa pandemi
COVID-19/PINERE.

D. SASARAN
1. Penyelenggara Tempat Praktik Mandiri Bidan.
2. Puskesmas.
3. Dinas kesehatan daerah kabupaten/kota dan propinsi.
4. Pemerintah daerah kabupaten/kota dan propinsi.

E. DASAR HUKUM
1. Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 TAHUN 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular
3. Undang-undang No 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
4. Undang-Undang nomor 4 tahun 2019 tentang Kebidanan
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 tahun 2012 tentang Sistem
Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan
6. Peraturan Menteri Kesehatan No.28 Tahun 2017 tentang Ijin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan
7. Keputusan Menteri Kesehatan No. 07/Menkes/320/2020 tentang Standar
Profesi Bidan

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
04
BAB II

PELAYANAN KEBIDANAN DI MASA


PANDEMI COVID-19/PENYAKIT INFEKSI
EMERGING DAN RE-EMERGING BARU
(PINERE) DAN ADAPTASI KEBIASAAN
BARU

A. Dampak Pandemi COVID-19/PINERE Kepada Pelayanan Kebidanan


Pandemi COVID-19 datang dalam gelombang besar, dalam waktu yang relatif
singkat dengan tingkat mortalitas pada populasi umum mencapai 4-9%.
Kondisi ini memaksa sistem pelayanan kesehatan untuk memindahkan
beberapa prioritasnya, termasuk dalam hal ini pelayanan kebidanan, terutama
di awal pandemi. Penyesuaian yang harus dilakukan, terkait upaya pencegahan
dan mitigasi penyebaran infeksi, membutuhkan pemahaman tentang praktik
kewaspadaan transmisi yang harus diterapkan secara konsisten di tempat
pelayanan umum dan pelayanan kesehatan pada khususnya.

Pelayanan kebidanan mengalami penurunan yang cukup berarti dikarenakan


prioritas di awal ditujukan untuk pencegahan dan mitigasi penyebaran infeksi.
Beberapa pelayanan esensial bahkan terpaksa ditunda, akibat terbatasnya
pengetahuan tenaga kesehatan terhadap upaya pencegahan penyebaran infeksi
pada saat pandemi. Sementara beberapa pelayanan lain terpaksa ditiadakan
akibat terbatasnya sumber daya serta sarana prasarana, termasuk area yang
dikhususkan bagi orang dengan gejala COVID-19. Pelayanan kebidanan
diprioritaskan pada pelayanan kegawat daruratan.

Kondisi pandemi yang berkepanjangan ini menuntut pendekatan yang berbeda,


agar kualitas pelayanan kebidanan tidak mengalami penurunan, serta hak-hak
ibu dan bayi dapat tetap terpenuhi. Pendekatan dalam pelayanan kebidanan di
era pandemi/PINERE hendaknya mencakup 3 hal prinsip:

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
05
1. Melindungi tenaga kesehatan (nakes) pemberi layanan serta ketersediaan
sumber daya manusia dalam pelayanan, khususnya pelayanan kebidanan.
2. Menyediakan fasilitas pelayanan yang aman dan efektif.
3. Mempertahankan dan melindungi sistem pelayanan kesehatan yang telah
ada sebelumnya.
Pada dasarnya seorang ibu, terinfeksi ataupun tidak, berhak atas pelayanan
kesehatanPada
padadasarnya
umumnya,seorang
dan ibu, terinfeksikebidanan
pelayanan ataupun tidak,
padaberhak atas pelayanan
khususnya. Pelayanan
kesehatan pada umumnya, dan pelayanan kebidanan pada khususnya.
kebidanan yang dibahas pada buku ini khususnya adalah pelayanan kebidanan di
Pelayanan kebidanan yang dibahas pada buku ini khususnya adalah pelayanan
TPMB. Pelayanan kebidanan yang diberikan hendaknya tetap memenuhi semua pilar
kebidanan di TPMB. Pelayanan kebidanan yang diberikan hendaknya tetap
dan fondasi bagi pelayanan
memenuhi kebidanan
semua pilar terbaik
dan fondasi (lihat gambar
bagi pelayanan 2. Empat
kebidanan terbaikPilar
(lihatSafe
Motherhood), dengan
gambar 2. Empatmelakukan penyesuaian
Pilar Safe Motherhood), sebagaimana
dengan prinsip-prinsip
melakukan penyesuaian
sebagaimana
pendekatan pelayananprinsip-prinsip
kebidanan dipendekatan pelayanan
atas. Apabila hal inikebidanan di atas.maka
dilaksanakan Apabila
upaya
penurunanhal ini dilaksanakan
kematian maternalmaka
dan upaya penurunan
neonatal kematian
diharapkan dapatmaternal
dicapaidan neonatal
sesuai target.
diharapkan dapat dicapai sesuai target.
Selain daripada prinsip pendekatan di atas, upaya untuk tetap melaksanakan
pilar-pilar safe motherhood
Selain hendaknya
daripada prinsip tetapdimemperhatikan
pendekatan bukti-bukti
atas, upaya untuk ilmiah penting
tetap melaksanakan
yang muncul seiringsafe
pilar-pilar dengan berjalannya
motherhood waktu
hendaknya dalam
tetap upaya menangani,
memperhatikan bukti-buktimencegah
ilmiah
penting
penyebaran yang muncul seiring
infeksi/PINERE. dengan berjalannya
Perubahan yang cepat, waktu dalam tidak
apabila upaya menangani,
mengindahkan
mencegah penyebaran infeksi/PINERE. Perubahan yang cepat, apabila tidak
bukti-bukti terhadap efektifitas intervensi berpotensi untuk menimbulkan konsekwensi
mengindahkan bukti-bukti terhadap efektifitas intervensi berpotensi untuk
terhadap kualitas layanan dan outcome.
menimbulkan konsekuensi terhadap kualitas layanan dan outcome.

Gambar 2.1 Empat Pilar Safe Motherhood

Gambar 2. 1 Empat Pilar Save Motherhood

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
06
Melalui pelayanan keluarga berencana, diharapkan setiap orang, pasangan,
Melalui pelayanan keluarga berencana, diharapkan setiap orang, pasangan,
mendapatkan informasi dan layanan untuk merencanakan waktu, jumlah
dan jarak kehamilannya. Pelayanan antenatal akan mencegah komplikasi,
mendeteksi komplikasi sedini mungkin dan melakukan upaya penanganan yang
sesuai sehinga ibu dan bayi dapat lahir dengan sehat dan selamat. Persalinan
bersih dan aman diperlukan untuk memastikan bahwa semua persalinan
dihadiri oleh penolong persalinan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
serta kompetensi untuk memberikan pertolongan persalinan dan nifas yang
bersih dan aman bagi ibu dan bayi. Sementara pelayanan obstetri esensial
adalah untuk memastikan bahwa pelayanan untuk kehamilan risiko tinggi dan
komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas tetap tersedia bagi semua ibu yang
membutuhkan.

Salah satu upaya modifikasi dalam pelayanan kesehatan di masa pandemi


adalah pelayanan virtual/tele-konsultasi. Pada banyak negara hal ini dapat
menjadi metode alternatif yang memberikan nilai tambah bagi pelayanan
kebidanan. Bentuk modifikasi konsultasi, baik pada masa hamil maupun nifas,
dapat berupa pembicaraan telepon/SMS/WA maupun panggilan video. Dengan
memberikan kesempatan konsultasi semacam itu maka ibu hamil dan keluarga
dapat lebih percaya diri dalam menghadapi kehamilannya. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam konsultasi telepon/SMS/WA:
• Consent: sampaikan pernyataan di awal bahwasanya dialog/konsultasi
virtual ini tidak menggantikan Konsultasi Tatap Muka (KTM) – mengingat
keterbatasan dari konsultasi/dialog virtual. Konsultasi virtual adalah upaya
pengenalan dini terhadap kondisi-kondisi di luar normal dan merupakan
bentuk dukungan psikologis bagi ibu hamil dan nifas.
• Perbanyak edukasi terkait protokol kesehatan, nutrisi dan tanda-tanda
bahaya.
• Tidak diperkenankan untuk menganjurkan pemberian obat-obatan
berdasarkan konsultasi/dialog virtual.
• Lakukan dokumentasi terhadap percakapan yang terjadi.
• Tetapkan waktu konsultasi, kecuali jika keluhan yang dirasakan adalah suatu
keadaan emergensi.
• Konsultasi/dialog dalam grup virtual (mis. Grup WA) memberikan manfaat
tambahan bagi ibu, yaitu menambah pengetahuan bagi seluruh anggota grup.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
07
B. Asuhan Antenatal, Intrapartum, Nifas, Keluarga Berencana, dan Anak Pada Masa
Pandemi COVID-19/ PINERE dan Adaptasi Kebiasaan Baru
1. Asuhan Antenatal
Pada dasarnya seseorang harus mempertimbangkan, menyesuaikan
dengan kondisi di wilayah tempat tinggalnya, apakah kebutuhan untuk
mendapatkan pelayanan antenatal lebih besar daripada risiko baginya
untuk terpapar virus SARS-cov2. Hal ini hanya bisa dilakukan apabila
status suatu wilayah terhadap pandemi dipahami oleh seluruh masyarakat.
Pemerintah daerah hendaknya secara tegas menyampaikan status
pandemi di wilayahnya serta pembatasan-pembatasan yang diperlukan
agar masyarakat dan pemberi layanan dapat waspada. Setelah itu
substitusi terhadap pemenuhan kebutuhan pelayanan antenatal dimaksud
juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.

Ibu hamil, bersalin dan nifas sebagai kelompok rentan membutuhkan


perlindungan dari pandemi COVID-19/PINERE, sesuai dengan hirarki
pengendalian infeksi. Upaya-upaya ini menjadi tanggung jawab Pemerintah
Daerah, karena pada dasarnya potensi penularan infeksi pada ibu hamil,
bersalin dan nifas tidak berbeda dengan potensi masyarakat umum.

Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas dan BBL di Era Adaptasi


Kebiasaan Baru, Revisi 2 (Kemenkes, 2020) berisi semua standar yang
harus dipenuhi oleh ibu hamil, bersalin dan nifas. Panduan Pelayanan
Kesehatan BALITA pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
(Kemenkes 2020) berisi semua standar bagi kesehatan anak khususnya
BALITA. Khusus bagi pelayanan di TPMB, bidan memiliki area layanan
yang spesifik. Kedekatan antara bidan dengan ibu hamil, bersalin dan nifas
serta keluarganya sebagai klien merupakan aspek yang dapat memberikan
peluang bagi bentuk konsultasi antenatal selain daripada bentuk konsultasi
tatap muka (KTM) konvensional.

2. Asuhan Intrapartum
TPMB tidak disiapkan untuk memberikan pelayanan kepada ibu dengan
COVID-19/PINERE, akan tetapi di masa pandemi maka TPMB harus
mempersiapkan diri untuk dapat melindungi klien lain dan tenaga

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
08
kesehatan yang ada apabila kemudian terdapat ibu dengan COVID19/
PINERE. Terkait dengan asuhan intrapartum dan nifas, maka terdapat
beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian ketika TPMB memberikan
pelayanan di masa pandemi.

Asuhan intrapartum dan nifas yang diberikan hendaknya sesuai dengan


panduan yang ada untuk persalinan dan nifas, bagi semua ibu terlepas dari
covid maupun tidak covid. Oleh karena itu di TPMB triage dan skrining akan
sangat memegang peranan yang kritikal. Lebih jauh tentang triage dan
skrining akan dibahas di bab 3. Untuk mendapatkan perlindungan yang
optimal terhadap penularan dan penyebaran infeksi yang membahayakan
bagi petugas dan pengunjung lihat cek lis kelayakan TPMB untuk persalinan
normal (tabel 10) di masa pandemi COVID-19/PINERE.

3. Asuhan Nifas
Masa nifas merupakan masa penyesuaian baru baik bagi ibu maupun
bayi baru lahir. Data terkini menunjukkan bahwa kegawatdaruratan yang
muncul pada periode ini meningkat kontribusinya bagi kematian ibu.
Ditambah dengan adanya pandemi COVID-19/PINERE maka pelayanan
nifas, khususnya pada TPMB harus melakukan berbagai penyesuaian
pada aspek pelayanan asuhan nifas. Target yang ingin dicapai adalah:
terpenuhinya hak ibu dan bayi pada periode nifas untuk mendapatkan
pelayanan sesuai standar, serta terlindunginya tenaga kesehatan dan
masyarakat lain.

Standar program pelayanan nifas - Lihat Bagan Tata laksana terpadu ibu
nifas, Buku Panduan Pelayanan Pasca persalinan pada ibu dan bayi baru
lahir, (Kemenkes, 2019). Lihat pula Buku Pedoman Pelayanan Antenatal,
Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir di Era Adaptasi Kebiasaan Baru,
Revisi 2 (Kemenkes, 2020).

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
09
Tabel 2.1
Beberapa Aspek yang Perlu Mendapat Pertimbangan
dalam Asuhan Antenatal Bagi TPMB Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Beserta Rekomendasi Terkait

Aspek Pertimbangan Rekomendasi


Edukasi • Jika risiko penularan lokal dinyatakan • Selalu lakukan update
antenatal oleh pemerintah setempat rendah, maka informasi status covid
edukasi antenatal dapat dilakukan di wilayah masing-
dengan tatap muka dengan tetap masing melalui www.
memperhatikan protokol 5M (memakai covid19.go.id
Masker, Menjaga jarak hingga lebih • Edukasi terus menerus
dari 2 meter, sering Mencuci tangan, protokol kesehatan.
Menjauhi kerumunan dan membatasi • Edukasi antenatal
Mobilitas), atau merupakan campuran secara KTM sesuai
antara konsultas tatap muka (KTM) standar di TPMB.
dengan edukasi menggunakan teknologi • Pendaftaran ANC
komunikasi digital, misalnya dengan melalui telepon/
memberikan informasi melalui pesan WA/SMS dengan
SMS/whatsapp. menetapkan janji temu.
• Edukasi secara tatap muka lebih • Minta ibu datang
diutamakan di TPBM, dimana kerumunan ke TPMB 15 menit
massa bisa dikendalikan dan lebih sebelum waktu
homogen jika dibandingkan dengan di diperiksa melalui
fasyankes lain seperti Puskesmas. telepon/SMS/WA.
• Jika risiko penularan lokal dinyatakan • Lengkapi data skrining
oleh pemerintah setempat tinggi, maka awal (lampiran 4)
direkomendasikan untuk menyampaikan sebelum ibu tiba di
edukasi secara daring, baik melalui TPMB melalui telepon/
telepon ataupun pesan singkat. SMS/WA dan tuliskan di
catatan ANC di TPMB.
Jadwal • TPMB diharapkan dapat lebih mengenal • Jadwal kunjungan ANC
kunjungan secara lebih personal klien ibu hamil di TPMB dapat dilakuan
antenatal maupun ibu yang membutuhkan sesuai standar (6 kali
pelayanan kontrasepsi – sehingga kunjungan).
apabila membutuhkan kunjungan • Lakukan modifikasi
antenatal dapat dilakukan pengaturan sesuai hirarki
yang lebih sesuai dengan protokol pencegahan infeksi.
kesehatan pandemi. (lihat lampiran 1.)
• Rekomendasi pemeriksaan antenatal di
masa pandemi/penyakit infeksi emerging
sedapat mungkin diupayakan tidak
berubah – tetap melakukan pemeriksaan
antenatal sebanyak minimal 6 kali
sepanjang kehamilan (2 kunjungan di
trimester 1, 1 kunjungan di trimester 2
dan 3 kunjungan di trimester 3.) (lihat
lampiran 1).

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
10
Aspek Pertimbangan Rekomendasi
Pemeriksaan • Jika risiko penularan lokal dinyatakan • Tetap upayakan untuk
USG oleh pemerintah setempat rendah, melakukan rujukan USG
lakukan pemeriksaan USG rutin sesuai sesuai dengan standar.
dengan panduan.
• Jika risiko penularan tinggi maka USG
dapat ditunda.
• Apabila terdapat kebutuhan untuk
melakukan pemeriksaan penunjang
USG – maksimalkan penilaian klinis
dan lakukan konsultasi dengan dokter
spesialis untuk arahan selanjutnya.
Vaksinasi • Semaksimal mungkin evaluasi status • Evaluasi status TT
imunisasi TT dan lakukan imunisasi jika sesuai standar.
dibutuhkan tanpa memandang kondisi
wabah.
• Kunjungan rumah oleh bidan
untuk melakukan vaksinasi dapat
dipertimbangkan, dengan tetap
memperhatikan protokol kesehatan.
Pemeriksaan • Pemeriksaan laboratorium sesuai • Lakukan pemeriksaan
laboratorium panduan harus tetap dilakukan – laboratorium sesuai
disesuaikan dengan situasi wabah standar
setempat. • Koordinasikan dengan
• Apabila fasilitas laboratorium sederhana Puskesmas terdekat/
tidak tersedia di TPMB, maka ibu harus fasilitas pelayanan
dilakukan rujukan untuk pemeriksaan kesehatan lain
laboratorium di fasilitas pelayanan untuk pemeriksaan
kesehatan lain yang sesuai. laboratorium yang
dibutuhkan
Ko-morbiditas • Ibu hamil dengan ko-morbiditas, seperti: • Lakukan skrining
obesitas, diabetes melitus, hipertensi adanya ko-morbiditas
kronik, riwayat preeklampsia, meningkat dan lakukan rujukan
risikonya untuk terinfeksi COVID-19. sesuai standar.
• Berikan edukasi sesuai protokol
kesehatan pandemi COVID-19 kepada
ibu dan keluarga – agar sedapat mungkin
terhindar dari infeksi COVID-19.
• Lakukan rujukan ke dokter spesialis
untuk penanganan khusus ko-
morboditasnya.
Lihat juga Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir di Era Adaptasi
Kebiasaan Baru (Kemenkes, 2020)

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
11
Tabel 2.2
Rekomendasi Spesifik Untuk Evaluasi Kondisi Psikologis

Aspek Pertimbangan Rekomendasi


Konteks • Semua ibu hamil dan keluarganya sangat • Lakukan dialog
mungkin akan mengalami peningkatan secara berkala
kecemasan diakibatkan oleh pandemi yang melalui komunikasi
sedang berlangsung. Hal ini dapat berkaitan telepon/SMS/WA
dengan: kepada ibu hamil,
• Berkurangnya kegiatan sosial dan dukungan dan berikan respon
dari keluarga dan teman. yang adekuat pada
• Menurunnya kemampuan finansial. konsultasi melalui
• Berkurangnya kontak dengan tenaga telepon/SMS/WA.
kesehatan akibat pembatasan-pembatasan
yang dilakukan.
• Sedikitnya informasi dampak dari COVID-19
ini terhadap kehamilan dan janin yang
dikandung.
• Bidan bisa jadi merupakan kontak sumber
informasi pertama dan terdekat bagi ibu hamil
dan keluarga.
• Dampak ini dapat terjadi pada siapapun ibu
hamil tanpa memandang statusnya terhadap
COVID-19.
• Dalam jangka menengah – panjang, sangat
mungkin dibutuhkan peningkatan pelayanan
kesehatan terkait hal ini.
Strategi • Diperlukan komunikasi yang baik dan • Hubungi dan
konsisten terkait perkembangan pandemi di pelihara komunikasi
wilayah tersebut – Puskesmas secara teratur yang baik dengan
melakukan update bagi FKTP lain di wilayah Puskesmas
termasuk TPMB. setempat/fasyankes
• Selalu menerapkan protokol kesehatan di lain/dokter – cari
TPMB di masa pandemi COVID-19 sesuai nara hubung yang
dengan panduan yang ada. dapat diandalkan
Pelaksanaan • TPMB adalah salah satu bentuk fasyankes • Gunakan buku KIA
Pelayanan yang model pelayanannya dapat fleksibel sebagai rujukan
– sehingga peran TPMB dalam kaitannya dalam pelayanan
sebagai jejaring Puskesmas perlu didukung. kesehatan jiwa pada
• Lakukan konsultasi dan rujukan ke Puskesmas ibu hamil, bersalin
untuk penanganan lebih lanjut. dan nifas.
• Lakukan konsultasi
dan rujukan ke
Puskesmas terkait
program Keswa.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
12
Tabel 2.3
Beberapa Aspek yang Perlu Mendapat Pertimbangan dalam Asuhan Persalinan
Bagi TPMB Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Beserta Rekomendasi Terkait

Aspek Pertimbangan Rekomendasi


Metode • Ibu hamil dengan COVID-19 RT-PCR positif bukan • Lakukan skrining awal
persalinan merupakan indikasi untuk melakukan terminasi pada COVID-19 terhadap
dan kehamilannya semua ibu hamil,
pengaturan • Pengaturan untuk persalinan pada ibu dengan bersalin dan nifas
COVID-19 adalah di FKRTL dengan fasilitas yang yang mendapatkan
memadai yang telah diatur di wilayah setempat. pelayanan di
TPMB harus melakukan koordinasi dengan TPMB serta semua
Puskesmas di wilayah tersebut, diutamakan yang pengunjung dan
memiliki jejaring rujukan dengan FKRTL rujukan setiap petugas yang
COVID-19 yang telah ditunjuk. bekerja di TPMB
• TPMB sangat mungkin mendapatkan ibu hamil menggunakan skoring
dengan gejala-gejala sesuai infeksi COVID-19 – yang sebagaimana pada
karena kemajuan persalinannya harus mendapatkan formulir skrining awal
pertolongan persalinan di TPMB. (lampiran 4.).
• Setiap klien yang datang ke TPMB dan petugas TPMB • Jika total skor
harus dilakukan skrining terhadap risiko COVID-19 ≥5 menunjukkan
menggunakan sistem skoring (lampiran 4) dengan risiko tinggi infeksi
skor 0 = risiko rendah, skor 1-4 = risiko sedang dan COVID-19, segera
skor ≥5 = risiko tinggi. lakukan :
• Lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan covid • Berikan informasi
jika skor ≥5 atau skor<5 dengan suhu tubuh ≥38ºC dan dukungan
agar dapat ditegakkan diagnosis dan dilakukan kepada ibu dan
tatalaksana yang sesuai. keluarga
• Apabila tidak memungkinkan untuk melakukan • Edukasi pada
rujukan maka persalinan dilakukan di ruangan isolasi ibu dan keluarga
ditambah modifikasi sarana tempat persalinan kewaspadaan
sebagai mana pada gambar 3 dan 4. transmisi
• Agar ibu hamil tidak terlalu lama berada di ruangan • Lakukan rujukan
bersama dengan orang banyak dengan risiko sesuai standar yang
penularan yang tinggi, maka dianjurkan untuk ibu berlaku
berada di TPMB untuk bersalin setelah berada pada • Ibu hamil dengan
fase aktif persalinan dengan kontraksi teratur/his COVID-19 bukan
yang adekuat dan pembukaan lebih dari 4-5cm. indikasi mutlak untuk
Pemantauan untuk mengetahui apakah ibu telah dilakukan seksio
memasuki fase aktif persalinan dapat dilakukan sesarea
dengan melakukan komunikasi daring, baik telepon • Persalinan harus
maupun panggilan video. dilakukan di ruangan
• Tim penolong persalinan di TPMB, pada saat ruang isolasi atau
menolong persalinan ibu dengan skrining awal menggunakan
ke arah COVID-19 hendaknya dikhususkan hanya modifikasi ruang dan
merawat ibu yang bersangkutan. Dianjurkan bagi tata udara sesuai
TPMB tersebut untuk sementara tidak menerima dengan kewaspadaan
persalinan lain pada waktu yang bersamaan. transmisi.
• Pendamping
persalinan harus
tetap diupayakan
– lakukan skrining
awal COVID-19
bagi pendamping
persalinan.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
13
Aspek Pertimbangan Rekomendasi
Metode • Pendamping selama proses persalinan tetap harus • Ibu bersalin didampingi
persalinan diupayakan dan dibatasi 1 (satu) orang saja – apakah oleh 1 (satu) orang
dan suami, atau orang terdekat yang dipilih ibu, dengan saja dari keluarga yang
pengaturan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang telah dipilih ibu.
ditetapkan. Sebelum dapat berada di satu ruangan • Batasi persalinan lain di
TPMB ketika terdapat
dengan ibu melahirkan bahkan mungkin ibu hamil
persalinan pada ibu
yang lain, maka setiap pendamping persalinan dengan total skor
juga perlu dilakukan skrining awal terhadap infeksi skrining <5 dan suhu
COVID-19. tubuh ≥38o C, atau total
skor ≥5.
• Penggunaan APD pada
pertolongan persalinan:
pelindung kepala,
masker respirator N95,
goggles, face shield,
gown, apron dan sepatu
boot.
Seksio • TPMB harus melakukan rujukan ke FKRTL pada ibu • Semua ibu dengan
sesarea hamil dengan riwayat seksio sesaria, pada awal riwayat persalinan
kehamilan (7-13minggu) jika kesulitan menegakkan seksio sesarea harus
usia kehamilan dan pada usia kehamilan 36 minggu melahirkan di rumah
untuk persiapan dan perencanaan persalinan. sakit.
• Lakukan skrining
COVID-19 pada ibu
hamil sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
• Lebih diutamakan
pada ibu dilakukan
pemeriksaan
laboratorium penunjang
COVID-19 sebelum
admisi ke RS.
Monitoring • Tidak terdapat bukti-bukti yang mengaitkan COVID-19 • Sesuai dengan
janin tanpa gejala dengan ancaman kesejahteraan janin standar pemantauan
• Pemantauan denyut jantung janin tetap dilakukan intrapartum
dengan cara-cara sesuai dengan standar yang
berlaku – tidak ada perbedaan antara ibu tanpa/
dengan gejala COVID-19
Partus kala 2 • Penggunaan masker bedah bagi ibu sangat • Ibu bersalin dan
dan 3 disarankan. pendamping selalu
• Observasi selama proses persalinan sesuai dengan menggunakan masker
standar yang ada, ditambahkan dengan pemeriksaan bedah dalam ruang
saturasi oksigen. bersalin di TPMB.
• Pemantauan persalinan
• Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa delayed
menggunakan
cord clamping meningkatkan risiko infeksi pada bayi partograf.
baru lahir – maka harus tetap dilakukan. • Lakukan pemeriksaan
• Perlakukan plasenta sebagaimana praktik normal saturasi oksigen secara
yaitu sebagai jaringan infeksius (pembuangan dengan berkala pada parturien.
dikubur atau insinerasi). • Asuhan kala 2 dan 3
• Inisiasi menyusu dini dapat tetap dilakukan selama sesuai standar yang
ibu tidak menunjukkan gejala dan tanda ke arah ada.
infeksi COVID-19. • Lakukan IMD pada
ibu dengan total skor
skrining <5 dan suhu
tubuh <38⁰ C.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
14
Aspek Pertimbangan Rekomendasi
Kondisi • Kondisi emergensi seringkali merupakan kejadian • Tatalaksana emergensi
emergensi yang muncul secara tiba-tiba. Sementara penggunaan harus dilakukan sesuai
alat pelindung diri (APD) seringkali membutuhkan dengan standar yang
waktu yang tidak singkat. Oleh karenanya, pada saat berlaku.
melakukan pertolongan persalinan di masa pandemi/
PINERE di fasilitas dimana upaya pencegahan secara
optimal tidak dapat dikerjakan, maka yang terbaik
adalah menyiapkan diri sejak awal dan menerapkan
kewaspadaan universal yang berbasis transmisi,
sesuai dengan panduan yang tersedia.
• Tatalaksana emergensi harus tetap dilakukan sesuai
dengan kondisi yang ditemukan. Stabilisasi pra rujukan
juga harus tetap dapat dilakukan agar didapatkan
outcome ibu dan bayi yang optimal
Lihat juga Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir di Era Adaptasi
Kebiasaan Baru (Kemenkes, 2020)

Tabel 2.4
Beberapa Aspek yang Perlu Mendapat Pertimbangan dalam Asuhan Nifas Bagi TPMB
Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Beserta Rekomendasi Terkait

Aspek Pertimbangan Rekomendasi


Penempatan • Rawat gabung di TPMB pada ibu yang tidak • Rawat gabung harus tetap
ibu dan bayi dicurigai/memiliki potensi infeksi COVID-19, dan dilakukan sesuai dengan
baru lahir bayi yang sehat tetap dianjurkan. syarat yang berlaku.
• Lakukan upaya maksimal untuk melaksanakan • Tidak diperkenankan
protokol kesehatan selama pandemi (hand hygiene, kunjungan keluarga bagi
penggunaan masker) selama proses menyusui dan ibu postpartum di TPMB
interaksi dekat dengan bayi baru lahir
Minimalisasi • Menyediakan bahan-bahan informasi dan edukasi • Sediakan bahan edukasi
risiko dalam melakukan interaksi dengan bayi baru lahir berupa poster di TPMB
di masa pandemi (seperti skin-to-skin, bagaimana meliputi: laktasi, tanda
menggendong bayi, mengganti popok dan bahaya nifas, kontrasepsi,
memberikan minum/menyusui). perawatan bayi baru lahir.
• Diskusikan keuntungan dan kerugian perawatan • Tidak diperkenankan
nifas di TPMB dibandingkan di rumah terkait risiko kunjungan keluarga bagi
penularan dari dan kepada orang lain. ibu postpartum di TPMB.
• Ibu postpartum dengan
curiga COVID-19 (sesuai
skoring pada lampiran 4)
harus dilakukan konsultasi
dan rujukan ke FKRTL.
• Bayi baru lahir dari ibu
dengan curiga COVID-19
harus dilakukan konsultasi
dan rujukan ke FKRTL.
Pemilihan • Berikan dukungan sebagaimana standar yang ada • Pemberian ASI
minum terkait praktik menyusui, sangat dianjurkan untuk eksklusif dengan selalu
tetap mendorong berlangsungnya ASI eksklusif memperhatikan protokol
• Menyusui diperbolehkan pada ibu dengan risiko kesehatan.
tinggi COVID-19, dengan menjalankan dengan ketat
protokol kesehatan yang dianjurkan

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
15
Aspek Pertimbangan Rekomendasi
ASI perah • Pada kondisi dimana menyusu langsung tidak • ASI perah dan
dapat dilakukan dukung dan bantu ibu untuk pemanfaatan serta
melakukan perah ASI penyimpanannya
• Dalam melakukan pemerahan ASI perhatikan hal- mengikuti pedoman yang
hal berikut: ada.
• Hand hygiene
• Peralatan yang memadai untuk membersihkan
dan melakukan sterilisasi pada pompa ASI atau
perlengkapan lain yang diperlukan
• Tetap gunakan masker bedah (karena risiko
transmisi tidak diketahui dengan pasti)
• Pemanfaatan ASI perah mengikuti pedoman yang
telah ada.
Pemulangan • Atasan untuk pemulangan ibu pasca persalinan • Segera pulangkan ibu
pada umumnya sama dengan kondisi pasca nifas 12 jam post partum
persalinan biasa. dan segera lanjutkan
• Pada kondisi tertentu jika fasilitas yang tersedia dengan pemantauan ketat
di TPMB, dikaitkan dengan kemampuan secara virtual melalui
menyediakan jarak yang memadai antar orang telepon/WA hingga
yang ada di dalam ruangan termasuk sirulasi 2x24jam post partum,
udara di dalam fasilitas maupun di sekitar fasilitas untuk melindungi ibu dan
dan lain-lain, sehingga makin lama ibu berada di bayi dari penularan infeksi
fasilitas TPMB akan membahayakan ibu dan bayi, di tempat umum.
utamanya ibu risiko rendah/sedang COVID-19, • Laporkan semua
maka ibu dapat dipulangkan lebih cepat – dengan perawatan pada ibu
menambahkan asuhan pengawasan melalui hamil dengan risiko tinggi
telepon/pangilan video. COVID-19 agar dapat
• Pada ibu dengan risiko tinggi COVID-19, sebelum ditindak lanjuti oleh
diagnosis terkonfirmasi: Puskesmas setempat.
• Minta ibu untuk melakukan karantina mandiri, • Kunjungan nifas dapat
pelaksanaan karantina mandiri sesuai dengan dilakukan sesuai standar,
ketentuan yang berlaku, hingga didapatkan dengan pengaturan sesuai
konfirmasi COVID-19 menggunakan rekomendasi.
pemeriksaan RT-PCR covid.
• TPMB harus melakukan koordinasi
dengan Puskesmas setempat atau satgas
covid setempat terkait pemantauan dan
penatalaksanaan selanjutnya, lihat Bab 4.
• Pastikan ketika memulangkan ibu nifas bersama
bayinya, terdapat orang lain yang bisa membantu/
mendampingi ibu post partum tersebut dalam
perawatan ayi baru lahir. Orang tersebut dapat
merupakan keluarga inti, maupun keluarga
terdekat. Pendamping ibu nifas harus mendapat
penjelasan yang adekuat tentang protokol
kesehatan di masa pandemi COVID-19/PINERE.
• Kunjungan nifas tetap harus dilakukan – lihat
lampiran 2 untuk rekomendasi modifikasi
kunjungan nifas oleh TPMB
Lihat juga Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir di Era Adaptasi
Kebiasaan Baru (Kemenkes, 2020)

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
16
4. Pelayanan Keluarga Berencana
Pada masa pandemi COVID-19/PINERE kebutuhan akan pelayanan dan
informasi terkait keluarga berencana tetap sama, atau bahkan mungkin
meningkat. Akan tetapi perubahan dalam administratif pelayanan dan
sistem kesehatan pada umumnya membuat menurunnya kemampuan
dan kemauan masyarakat untuk mencari dan mendapatkan informasi dan
pelayanan keluarga berencana.

Pada saat yang bersamaan, petugas kesehatan dan masyarakat perlu


menyadari bahwasanya pencegahan terhadap kehamilan yang tidak
diinginkan di masa pandemi dapat merupakan tindakan menyelamatkan
nyawa. Menunda kehamilan di masa pandemi dapat menyelamatkan bayi
baru lahir dari risiko tertular wabah, mencegah ibu hamil dengan segala
kondisinya terhindar dari penularan wabah. Sementara itu ketakutan
akan situasi dan kondisi yang penuh ketidak pastian membuat kebutuhan
biologis manusia di masa pandemi menjadi meningkat. Situasi tersebut
menuntut respon cepat dan tepat dari semua pihak yang berkontribusi,
agar kebutuhan akan pelayanan kontrasepsi dapat tetap berjalan.

TPMB sebagai salah satu mata rantai pelayanan kesehatan reproduksi


terdepan dapat mengambil peran yang lebih dalam upaya penyebarluasan
informasi dan pelayanan keluarga berencana di masa pandemi COVID-19/
PINERE. Kedekatan TPMB dengan klien dan kapasitas bidan dalam
memberikan pelayanan keluarga berencana menjadi peluang untuk dapat
tetap terselenggaranya pelayanan keluarga berencana yang berkualitas.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
17
Tabel 2.5
Beberapa Aspek yang Perlu Mendapat Perimbangan dalam Pelayanan Keluarga
Berencana Di TPMB Pada Masa Pandemi COVID-19/PINERE Beserta Rekomendasi
Terkait.

Aspek Pertimbangan Rekomendasi


Informasi • TPMB harus dapat menyediakan informasi dan • Edukasi tentang keluarga
dan edukasi pelayanan keluarga berencana yang adekuat. berencana bagi ibu hamil
tentang PMB sebagai pemberi layanan keluarga dilakukan mulai trimester 2
keluarga berencana yang terdekat di masyarakat akhir.
berencana dihadapkan secara proaktif menjalankan upaya • Bidan di TPMB dapat
edukasi ini, baik melalui KIE saat kunjungan mengirimkan teks melalui
konsultasi dengan menjaga protokol kesehatan, SMS/WA atau telepon
maupun melalui pesan-pesan elektronik untuk mengingatkan jadwal
menggunakan telepon pintar atau daring. pemberian kontrasepsi.
• Mengingat situasi pandemi COVID-19/penyakit • Bidan di TPMB menghubungi
infeksi emerging lain, maka pilihan terbaik dalam kader kesehatan untuk
melakukan pemberian informasi dan edukasi mengingatkan jadwal
tentang keluarga berencana dapat dilakukan kontrasepsi serta edukasi
secara daring. lain.
• Penyampaian informasi kepada masyarakat
dapat pula dilakukan melalui kader kesehatan.
Pemilihan • Pada prinsipnya semua metode kontrasepsi • Pilihan metode kotrasepsi
metode dapat digunakan. bagi akseptor baru adalah:
kontrasepsi • bagi akseptor baru, pemilihan metode kontrasepsi • metode kontrasepsi
dianjurkan yang paling sedikit efek samping jangka panjang (non
terkait keluhan sistemik seperti perubahan pola permanen) non hormonal
haid. • metode kontrasepsi
• Pelayanan metode kontrasepsi yang jangka panjang
membutuhkan sarana FKRTL seperti kontrasepsi (non permanen)
mantap, berpotensi untuk ditunda terkait dengan hormonal seperti
status pandemi. implan membutuhkan
pendampingan untuk
mengantisipasi efek
samping
• KB pasca salin harus
sangat dianjurkan, baik
AKDR-PP maupun implan-
PP
• Permintaan klien untuk
metode kontrasepsi jangka
panjang permanen mungkin
harus ditunda dengan
menawarkan metode
kontrasepsi antara.
• Akseptor lama metode
kontrasepsi pil oral
kombinasi diberikan pil oral
kombinasi untuk persediaan
lebih lama agar mengurangi
risiko kontak.
• Akseptor lama KB suntik
dapat tetap dilayani dengan
melakukan modifikasi
tempat layanan sesuai
dengan protokol kesehatan.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
18
Aspek Pertimbangan Rekomendasi
KB pasca • Kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk • KB pasca salin harus sangat
salin mendiskusikan penggunaan alat kontrasepsi – dianjurkan, baik AKDR-PP
sebagai akseptor baru maupun implan-PP
• TPMB dapat melakukan pelayanan KB pasca • Bidan di TPMB hendaknya
salin. memiliki kompetensi
• Ibu yang melahirkan di FKRTL karena indikasi pelayanan KB-PP
tertentu – jika menghendaki dan memungkinkan • Kontrasepsi mantap pada
dapat dilakukan metode kontrasepsi permanen pasien yang dirujuk dan
pasca SC maupun pasca persalinan pervaginam melahirkan di FKRTL harus
difasilitasi.
Minimalisasi • Petugas kesehatan di TPMB selalu disiplin • Pelayanan KB di TPMB
Risiko dalam menggunakan APD sesuai kewaspadaan menggunakan APD sesuai
transmisi, mulai dari masker bedah hingga kewaspadaan transmisi:
penggunaan masker respirator N95, gogle dan • Transmisi kontak: gown,
face shield, sesuai dengan ketentuan yang sarung tangan
berlaku. • Transmisi droplet: masker
• Jika pemerintah daerah setempat menetapkan bedah, kacamata google,
adanya transmisi lokal yang tinggi, di daerah faceshield
dengan kepadatan penduduk yang tinggi, maka • Transmisi airborne:
tenaga kesehatan di TPMB perlu menaikan masker respirator N95
perlindungan dengan APD sesuai kewaspadaan apabila tersedia
transmisi droplet dan transmisi udara, yaitu
penggunaan respirator N95, gogle dan face
shield, dalam memberikan pelayanan.

5. Pelayanan Kesehatan Anak


Pelayanan kesehatan anak yang harus diselenggarakan di TPMB
adalah asuhan neonatus esensial dan asuhan bayi, balita dan anak pra-
sekolah. Dalam standar profesi bidan asuhan neonatus esensial meliputi
kemampuan bidan di TPMB untuk memberikan asuhan yang dibutuhkan
oleh bayi baru lahir: asuhan esensial bayi baru lahir, inisiasi menyusui
dini (IMD), asuhan bayi baru lahir usia 0-28 hari serta tatalaksana
kegawatdaruratan neonatal dan rujukan.
a. Asuhan Esensial Bayi Baru Lahir, IMD dan asuhan bayi usia 0-28 hari
Penularan covid pada bayi baru lahir hingga saat ini paling mungkin
disebabkan oleh paparan droplet yang terjadi pada periode neonatal.
Penularan secara vertikal meskipun ada diduga sangat kecil. Dengan
demikian, maka idealnya semua ibu dengan suspek/probable/konfirmasi
covid19 hendaknya melahirkan di fasilitas pelayanan kesehatan
Rujukan covid19, agar bayi baru lahir dapat diberikan penanganan yang
sesuai. Bagi bayi yang dilahirkan dari ibu BUKAN suspek/probable/
terkonfirmasi covid19 maka asuhan neonatus esensial harus diberikan
sesuai standar, demikian pula halnya dengan IMD.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
19
Meskipun demikian, mengingat besarnya orang terkonfirmasi covid tanpa
gejala, maka hendaknya kewaspadaan transmisi dapat diterapkan secara
universal.

Dalam menghadapi kegawatdaruratan neonatal dan rujukan, maka upaya-


upaya stabilisasi pra rujukan harus tetap dikerjakan sesuai dengan standar
dan pedoman yang berlaku.

Pemberian imunisasi di TPMB merupakan kegiatan yang harus tetap


diupayakan dengan sangat memperhatikan semua faktor pendukung
bagi upaya pencegahan penyebaran infeksi covid-19. Modifikasi dalam
pelaksanaan layanan dapat diupayakan sesuai dengan kondisi TPMB
setempat.

b. Asuhan bagi BALITA dan Anak Pra Sekolah


Dalam masa pandemi ini upaya bagi promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit pada Balita dan anak Pra Sekolah menjadi sangat
penting. Pemerintah harus mencegah penyebaran COVID-19 tapi di
sisi lain perlu tetap memperhatikan upaya-upaya menurunkan Angka
Kematian Bayi dan Stunting. Pemerintah memiliki tanggung jawab
untuk menyediakan pelayanan kesehatan anak yang tertuang dalam
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Upaya Kesehatan Anak, Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan dan NSPK terkait lainnya. Pelayanan
kesehatan balita meliputi pemantauan pertumbuhan, perkembangan,
pemberian imunisasi dasar dan lanjutan, kapsul vitamin A dan tata
laksana balita sakit.

Keterbatasan dalam konsultasi tatap muka tidak boleh menjadi


penghalang, dan bahkan dapat menjadi pintu masuk bagi peningkatan
pemberdayaan kesehatan keluarga. Hal ini dapat dicapai melalui
komunikasi daring yang selama ini telah dilakukan, dilanjutkan hingga
pemantauan tumbuh kembang bayi, BALITA dan anak Pra Sekolah.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
20
Pelaksanaan layanan yang memerlukan tatap muka, jika dibutuhkan,
contohnya seperti pelayanan imunisasi, pemberian vitamin A dan
pelayanan balita sakit, dapat dilakukan melalui janji temu dengan
pemberi layanan. Orang tua dan balita >2 tahun dianjurkan memakai
masker sejak dari rumah dengan pengawasan orangtua. Perlu
ditekankan kepada orangtua agar berupaya tidak menggunakan
transportasi umum dan langsung mencuci tangan dengan sabun dan
air mengalir begitu sampai ke fasilitas layanan Kesehatan (BPM),
setelah pelayanan selesai, segera kembali kerumah dan mengikuti
protokol tata cara masuk rumah setelah bepergian (segera mandi dan
mengganti baju).

Pelaksanaan layanan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan


mengacu Buku KIA dilakukan secara mandiri dirumah dengan
pemantauan tenaga Kesehatan secara daring. Pelaksanaan kelas ibu
balita pada masa pandemi, dapat dilakukan dengan tele diskusi (daring),
dimana petugas dapat memberikan materi dengan bantuan screenshot
halaman buku KIA kemudian memberikan kesempatan kepada peserta
kelas ibu balita daring untuk diskusi dan tanya jawab. Bagi daerah
yang tidak memiliki fasilitas jaringan, pelaksanan tatap muka tentunya
mengacu pada kebijakan pemerintah daerah dan dengan persyaratan
yang ketat.

Tabel 2.6
Beberapa Aspek yang Perlu Mendapat Pertimbangan dalam Pelayanan Kesehatan
Anak di TPMB Pada Masa Pandemi COVID-19/PINERE Beserta Rekomendasi Terkait

Aspek Pertimbangan Rekomendasi


Informasi • Informasi kesehatan selama masa hamil, bersalin • Lakukan KIE terhadap
dan edukasi dan nifas serta perawatan bayi baru lahir hingga perawatan bayi baru lahir,
usia 5 tahun 12 bulan telah tercantum dalam kondisi kesehatan bayi dan
buku KIA. anak BALITA lebih sering
• Bahan bacaan untuk edukasi selama masa hamil, secara daring menggunakan
bersalin dan nifas serta perawatan kesehatan telepon/SMS/WA
bayi baru lahir hingga usia 5 tahun 12 bulan • Selalu ingatkan dan
terdapat di buku KIA. dampingi ibu untuk
• Ibu dan keluarga perlu didampingi dalam membaca buku KIA
membaca buku KIA. Pendampingan ini akan
meningkatkan pemberdayaan kesehatan
keluarga.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
21
Aspek Pertimbangan Rekomendasi
Asuhan bayi • Asuhan bayi baru lahir esensial sangat • IMD dilakukan pada ibu
baru lahir menentukan kemampuan bayi baru lahir untuk NON covid, dengan tetap
menyesuaikan diri dengan situasi di luar rahim memperhatikan protokol
kemudian. kesehatan
• Langkah pertama untuk dapat memberikan • ASI eksklusif hendaknya
asuhan bayi baru lahir esensial secara optimal tetap diupayakan tercapai.
adalah dengan mengidentifikasi ibu bersalin • Pelayanan neonatal esensial
dengan potensi infeksi covid dan yang tidak – saat lahir (0-6 jam) seperti
pemisahan antara keduanya menentukan risiko pemotongan dan perawatan
penyebaran infeksi selanjutnya. tali pusat, inisiasi menyusu
• usia 0-28 hari adalah usia yang sangat rentan dini, injeksi vitamin K1,
dan membutuhkan pendampingan agar pemberian salep/tetes mata
didapatkan luaran bayi yang optimal. Seorang antibiotik dan pemberian
neonatus, apakah covid positif atau tidak, berhak imunisasi hepatitis B tetap
untuk mendapatkan asuhan yang sesuai standar. dilakukan.
• KN 1 dilakukan di TPMB
sebelum ibu dan bayi
dipulangkan dengan
menyiapkan protokol: jaga
jarak, masker dan cuci
tangan
• KN 2 dan 3 dapat dilakukan
bersama dengan KF 2
dan 3 secara KTM dengan
menerapkan janji temu
dan protokol kesehatan,
baik dengan kunjungan
rumah atau kunjungan
ke faskes pada daerah
dengan zona hijau (sesuai
dengan Pedoman Pelayanan
Antenatal, Persalinan, Nifas
dan BBL di Era Adaptasi
Kebiasaan Baru, Kemenkes
2020).
• Pada zona merah maka KN
2 dan 3 serta KF 2, 3 dan
4 dapat dilakukan secara
daring melalui telepon/
panggilan video. Apabila
diperlukan KTM maka
terapkan janji temu dan
protokol kesehatan dengan
baik.
• Bayi baru lahir dari
ibu suspek/probable/
terkonfirmasi COVID-19
lakukan rujukan ke FKRTL
dengan protokol kesehatan
dan sementara dipisahkan
dari ibunya

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
22
Aspek Pertimbangan Rekomendasi
Kegawat • Kondisi gawat darurat neonatus adalah • Ventilasi tekanan positif
daruratan kondisi yang membutuhkan respon cepat merupakan tindakan yang
neonatal dan dan tepat. berpotensi aerosol – bidan
rujukan • Pada saat neonatus datang dalam kondisi harus menggunakan APD yang
gawatdarurat, dimana skrining awal tidak sesuai dengan kewaspadaan
dapat dilakukan secara optimal, maka transmisi droplet dan airborne,
perlindungan terhadap nakes harus sesuai dengan pedoman yang
dikedepankan demikian juga dengan ada yaitu menggunaan masker
perlindungan terhadap lingkungan fasilitas N95 dan pelindung mata dan
TPMB. wajah (face shield).
• Komunikasi telepon dengan petugas • Lakukan rujukan pada kasus
kesehatan di TPMB sebelum datang ke bayi/anak sakit dengan gejala
tempat pelayanan sangat dianjurkan agar pernafasan untuk diketahui
fasilitas dapat mempersiapkan diri dengan lebih jauh status covid-nya oleh
sebaik-baiknya. dokter yang berwenang.
• Neonatus/bayi/anak tetap berpotensi untuk
terinfeksi dan menularkan covid19
Monitoring • Pemantauan bagi Balita dan anak pra • Bimbing dan dorong
pertumbuhan sekolah merupakan bagian penting dari kemandirian ibu untuk
dan kelangsungan hidup seseorang. membaca buku KIA secara
perkembangan • Ibu membutuhkan pendampingan dalam daring melalui telepon/SMS/WA
mengupayakan pemenuhan kebutuhan terkait:
tersebut, terlebih pada masa pandemi – • Kecukupan gizi
bidan di TPMB dapat menjadi pendamping • Kenaikan berat badan
bagi ibu. • Stimulasi perkembangan
• Buku KIA merupaka referensi yang • Mengenali tanda-tanda
memadai – dan di masa pandemi ini ibu bahaya
membutuhkan pendampingan dalam
melakuka pemantauan bagi pertumbuhan
dan perkembangan anaknya.
Imunisasi • Pandemi hendaknya tidak menghalangi • Tentukan hari khusus untuk
program imunisasi. imunisasi dan terapkan temu
• Protokol kesehatan dan adaptasi perlu janji untuk melakukan imunisasi
dilakukan agar tercapai cakupan imunisasi untuk mengurangi kontak
yang optimal. semaksimal mungkin
• Bila tidak memungkinkan
bagi bayi untuk dibawa ke
TPMB, bidan dapat melakukan
kunjungan rumah untuk
melaksanakan imunisasi
dengan tetap mematuhi protokol
kesehatan dan APD sesuai
kebutuhan berupa: baju kerja,
masker bedah dan face shield.
• Pelaksanaan imunisasi pada
masa pandemi dapat mengacu
pada Pedoman Pelayanan
Imunisasai pada Masa
COVID-19.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
23
Aspek Pertimbangan Rekomendasi
Minimalisasi Upaya untuk meminimalisasi risiko penularan Pelayanan imunisasi di TPMB
risiko harus dikerjakan dengan disiplin pada semua menggunakan APD sesuai
bentuk layanan kewaspadaan transmisi: pada
saat pelayanan tanpa ada potensi
aerosol (tindakan VTP, pasien/
keluarga dalam kondisi batuk-
batuk) maka gunakan masker
bedah dan pelindung mata/
wajah (goggle dan face shield).
Tingkatkan perlindungan terhadap
transmisi airborne dengan
menggunakan masker N95 jika
tersedia.

C. Pelayanan Kegawatdaruratan dan Rujukan


Kegawatdaruratan maternal, baik dimasa hamil, persalinan dan nifas, dapat
terjadi dimana saja dan kapan saja. TPMB adalah fasilitas terdepan yang wajib
memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi potensi-potensi kegawatdaruratan
ini, serta melakukan stabilisasi agar ibu tidak jatuh ke dalam kondisi yang lebih
buruk, dan melakukan rujukan. Kegawatdaruratan yang dihadapi ibu hamil,
bersalin dan nifas, dapat merupakan kegawatdaruratan obstetri, yaitu yang
disebabkan oleh kehamilannya, dapat pula merupakan kegawatdaruratan
medis, terutama dalam hal ini adalah gangguan nafas akibat COVID-19.

Dalam hal penanganan kegawat daruratan obstetri, maka dalam melakukan


pelayanan di masa pandemi COVID-19/PINERE selain daripada kewaspadaan
standar perlu diperhatikan pula kewaspadaan berdasar transmisi. Terkait
kewaspadaan transmisi, maka pelayanan kegawatdaruratan obstetri berpotensi
untuk terjadinya transmisi melalui kontak, droplet maupun udara. Dengan
demikian, maka perhatian khusus dalam pelayanan kegawatdaruratan obstetri
pada masa pandemi COVID-19/PINERE harus sangat memperhatikan ketiga
mode transmisi tersebut.

Ketersediaan RS Rujukan COVID-19 memegang peranan penting dalam


penatalaksanaan secara utuh kasus kegawatdaruratan obstetri. Selain RS
rujukan COVID-19 secara umum, maka secara khusus perlu diselenggarakan
pelayanan RS Rujukan ibu hamil khusus COVID-19. Terdapatnya RS rujukan
ibu hamil khusus COVID-19 akan memberikan jaminan ketersediaan tempat

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
24
rujukan. Mengingat hingga saat ini tingkat severitas ibu hamil dengan COVID-19
relatif lebih rendah dibandingkan populasi umum, maka fasilitas isolasi mandiri
untuk ibu hamil perlu pula disiapkan, lebih diutamakan apabila bisa berjejaring
dengan RS rujukan COVID-19 untuk penanganan kagawatdaruratan. Hal ini
perlu dipetakan dengan baik oleh pemerintah daerah.

Tabel 2.7
Beberapa Aspek yang Perlu Mendapat Pertimbangan dalam Pelayanan
Kegawatdaruratan dan Rujukan Bagi TPMB Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Beserta Rekomendasi Terkait

Aspek Pertimbangan Rekomendasi


Konteks • Kondisi gawat darurat obstetri adalah kondisi • Stabilisasi pada kasus
yang membutuhkan respon cepat dan tepat. kegawatdaruratan obstetri
• Kesiapan petugas kesehatan di PMB dalam harus tetap dilakukan sesuai
menghadapi situasi gawat darurat bukan standar.
hanya meliputi kompetensi dalam penanganan • Selalu gunakan APD sesuai
stabilisasi awal secara kerja tim, melainkan juga standar, yaitu: pelindung
dalam menjaga dan membatasi penularan infeksi kepala, masker respirator
sesuai dengan transmisi yang terjadi, khususnya N95, goggles, face shield,
di masa pandemi COVID-19/PINERE. gown, apron dan sepatu
• Pada saat ibu datang dalam kondisi gawat boot.
darurat, dimana skrining awal tidak dapat
dilakukan secara optimal, maka perlindungan
terhadap nakes harus dikedepankan demikian
juga dengan perlindungan terhadap lingkungan
fasilitas PMB.
• Komunikasi telepon dengan petugas kesehatan
di TPMB sebelum datang ke tempat pelayanan
sangat dianjurkan agar fasilitas dapat
mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.
Monitoring • Kegawatdaruratan yang terjadi dapat merupakan • Pemantauan kondisi ibu
ibu dan janin kagawatdaruratan maternal dan atau neonatal. dan janin pada kasus
• Prioritas penanganan adalah mengatasi kegawatdaruratan harus
kegawatdaruratan untuk menyelamatkan jiwa. tetap dilakukan sesuai
• Kewaspadaan standar dan kewaspadaan standar.
berdasar transmisi menjadi hal yang utama
sebelum, selama dan setelah melakukan
pelayanan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal.
Stabilisasi • Stabilisasi pra rujukan dikerjakan sesuai dengan • Stabilisasi pra rujukan pada
pra rujukan pedoman yang berlaku. kasus kegawatdaruratan
• Semua informasi terkait total skor skrining awal harus tetap dilakukan sesuai
atau hasil pemeriksaan laboratorium penunjang standar.
COVID-19 disampaikan dengan jelas dan benar
kepada RS penerima rujukan

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
25
Aspek Pertimbangan Rekomendasi
Minimalisasi • Memastikan pemberian informasi dan edukasi • Gunakan APD sesuai
Risiko kepada semua ibu hamil dan keluarga untuk standar setiap saat ketika
mematuhi protokol kesehatan di masa pandemi bertugas di TPMB
COVID-19/PINERE. • Tingkatkan APD sesuai
• Setiap gejala seringan apapun pada ibu hamil dan kewaspadaan transmisi
balita agar segera dilakukan konsultasi ke dokter/ apabila terdapat
fasyankes lain sesuai kompetensi yang ada. tindakan yang berisiko
• Petugas kesehatan di TPMB selalu disiplin dalam menghasilkan aerosol.
menggunakan APD sesuai dengan ketentuan • Harus diupayakan
yang berlaku. berkolaborasi dengan
• Jika pemerintah daerah setempat menetapkan dokter terkait perubahan
adanya transmisi lokal yang tinggi, di daerah kondisi medis yang
dengan kepadatan penduduk yang tinggi, maka mungkin timbul.
tenaga kesehatan di TPMB perlu menaikan
perlindungan dengan APD sesuai kewaspadaan
transmisi droplet dan transmisi udara, yaitu
penggunaan masker respirator N95, goggle dan
face shield, dalam memberikan pelayanan.
Edukasi kepada • Pemeriksaan penunjang laboratorium untuk • Keluarga yang
keluarga COVID-19 bisa dilakukan di Puskesmas/ mendampingi ibu dibatasi
fasyankes yang ditunjuk sesuai dengan kebijakan 1 (satu) orang saja dan
yang berlaku. dilakukan skrining awal
• Pada ibu hamil dan kelompok rentan seperti risiko COVID-19.
bayi dan balita, maka gejala dan tanda klinis • Sediakan bahan edukasi
lebih diutamakan dalam penegakan waspada berupa poster di TPMB
COVID-19. meliputi: protokol 5M,
• Dalam praktik pelayanan kesehatan, maka etika batuk, karantina/
perlindungan harus diberikan kepada tenaga isolasi mandiri.
kesehatan, kemudian pasien dan keluarga. • Lakukan edukasi
berulang kepada
nakes terkait protokol
kesehatan di tempat
kerja.
Mempersiapkan • Secara umum pada transportasi rujukan • Semua petugas dalam
rujukan kegawatdaruratan maternal, maka perlu disiapkan proses rujukan harus
antisipasi gawat darurat yang mengancam jiwa menggunakan masker
seperti syok atau henti jantung. bedah yang digunakan
• Penggunaan kendaraan harus memperhatikan sebelum melakukan
protokol pencegahan infeksi rujukan.
• Pada pasien dengan
suspek COVID-19
petugas harus
menggunakan masker
bedah atau masker N95
bila tersedia.
• Pasien harus
menggunakan masker
bedah selama proses
transport, diutamakan
masker bedah dengan ear
loop untuk memudahkan
jika diperlukan
penanganan jalan nafas.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
26
Aspek Pertimbangan Rekomendasi
• Jika terpaksa melakukan
resusitasi menggunakan
balon sungkup dalam
perjalanan, lakukan
pemompaan secara
gentle untuk mengurangi
risiko aerosolisasi
• Jangan melepaskan
rangkaian bantuan
pernafasan termasuk
selang oksigen selama
transport.
• Rujukan hendaknya
disesuaikan dengan
kemampuan faskes
rujukan – agar tidak
terjadi rujukan bertingkat.
• Perhatian pada
kendaraan pengangkut
pasien:
• Jika memungkinkan
gunakan kendaraan
pengangkut ambulans
khusus yang terdapat di
Puskesmas
• Bagian dalam dari
kendaraan harus
dilakukan pembersihan
dan desinfeksi setiap
habis digunakan.
• Saat tiba di faskes
rujukan, lakukan
desinfeksi kendaraan
dan doffing APD sesuai
ketentuan yang berlaku,
dan petugas mandi dan
berganti pakaian kerja.

D. Perhatian Khusus untuk Tenaga Kesehatan Bidan di PMB


Skrining terhadap risiko COVID-19 perlu dikerjakan pada semua tenaga
kesehatan yang bekerja di TPMB. Hal ini diperlukan untuk mencegah
terbentuknya klaster TPMB, dimana sumber penularan justru berasal dari
nakes yang bekerja di TPMB. Demikian tanda dan gejala didapatkan, atau skor
skrining bertambah, maka diharapkan tenaga kesehatan segera melakukan
isolasi mandiri dan melakukan pemeriksaan yang sesuai serta melaporkan
kondisinya kepada otoritas untuk kepentingan surveilans serta pencegahan
penyebaran lebih lanjut.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
27
Pandemi COVID-19 merupakan tekanan tersendiri bagi tenaga kesehatan pada
umumnya dan bidan di TPMB pada khususnya. Beban pekerjaan yang tinggi
ditambah dengan kekhawatiran dan keterbatasan informasi serta pengetahuan
akan penyakit infeksi emerging yang sedang terjadi menempatkan tenaga
kesehatan pada situasi sangat berisiko. Keselamatan dan kesehatan tenaga
kesehatan adalah yang terpenting pada kondisi pandemi. Pada situasi
demikian tenaga kesehatan diharapkan melakukan swa-pantau terhadap
kondisi kesehatannya. Petugas kesehatan dengan ko-morbid hendaknya
menjaga kesehatannya dengan lebih seksama agar terhindar dari penularan
infeksi. Mengingat COVID-19 biasanya fatal pada kelompok usia lanjut, maka
pembatasan usia perlu pula dilakukan pada nakes yang berpraktik.

Tabel 2.8
Beberapa aspek yang perlu mendapat pertimbangan khusus
terkait dengan tenaga kesehatan di TPMB

Aspek Pertimbangan Rekomendasi


Swa pantau • Paparan infeksi yang dibawa oleh pasien, • Bidan yang melakukan praktik
pertama kali akan mengenai petugas aktif di TPMB atau fasyankes
kesehatan. lain agar segera memeriksakan
• Setiap kontak dengan pasien yang kemudian diri ketika menunjukkan gejala
terkonfirmasi COVID-19 perlu disampaikan ringan – sesuaikan dengan
kepada setiap petugas kesehatan yang kontak skor skrining COVID-19.
dengannya. • Setiap nakes atau karyawan
• Infeksi SARS-cov2 80% tidak menunjukkan yang bekerja di TPMB harus
gejala hingga bergejala ringan – dan dengan saling mengawasi terhadap
kesadaran akan kewaspadaan transmisi, maka protokol penggunaan APD di
petugas kesehatan pada umumnya dan bidan tepat kerja.
di fasilitas PMB khususnya, harus melakukan • Jika terdapat pasien
swa pantau terhadap gejala paling ringan terkonfirmasi di TPMB, segera
sekalipun dan melakukan pemeriksaan lanjutan lakukan tracing pada semua
yang dibutuhkan. petugas kesehatan sesuai
dengan ketentuan dalam
Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Corona Virus
Disease – revisi 5, Kemenkes,
Juli 2020)
Faktor risiko • Diidentifikasi adanya ko-morbiditas yang • Bidan yang berusia lebih dari
mempengaruhi tingkat keparahan COVID-19, di 65 tahun dianjurkan untuk
antara ko-morbiditas tersering adalah obesitas, tidak berpraktik aktif di TPMB
hipertensi dan diabetes melitus. selama masa pandemi.
• Usia lanjut, di atas 65 tahun, juga • Bidan yang memiliki ko-
meningkatkan risiko keparahan COVID-19. morbid yang tidak terkontrol
• Setiap orang dengan kedua hal tersebut harus dianjurkan untuk tidak
sedapat mungkin menghindar dari risiko berpraktik aktif di TPMB
tertular virus SARS-cov2. selama masa pandemi.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
28
BAB III

MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN


DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN SERTA
BAB III
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN DI PRAKTIK
INFEKSI
MANDIRI BIDAN SERTA PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI

A. ALUR PELAYANAN DAN TRIAGE


A. Alur Pelayanan dan Triage
1. 1. Pengaturan AlurPelayanan
Pengaturan Alur Pelayanan dan Triage
dan Triage
Agarupaya
Agar upaya pengendalian
pengendalian dan dan pencegahan
pencegahan infeksiinfeksi padapandemi
pada masa masa pandemi
COVID-19/penyakit
COVID-19/penyakit infeksi
infeksi emerginglain
emerging laindapat
dapat lebih
lebih efektif
efektifdan
danefisien,
efisien, maka
maka sesuai dengan hirarki pengendalian infeksi perlu dilakukan
sesuai dengan hirarki pengendalian infeksi perlu dilakukan pengendalian
pengendalian administratif dan pengendalian teknis. Hal ini juga perlu
administratif dan pengendalian teknis. Hal ini juga perlu dikerjakan di fasilitas
dikerjakan di fasilitas PMB demi mencapai perlindungan bagi klien dan
PMB demi mencapai
bagi keluarga perlindungan
dari semua staf. bagi klien dan bagi keluarga dari semua
staf.

Gambar 3.1
Gambar 3. 1 Pengaturan Alur
Pengaturan Alur Pelayanan di fasilitas
Pelayanan di fasilitas PMB
PMB pada Masa pada Masa Pandemi
Pandemi

Gedung pelayanan/fasilitas TPMB tidak didisain untuk memberikan


PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
29

pelayanan dan perlindungan yang memadai untuk menghadapi


Gedung pelayanan/fasilitas TPMB tidak didisain untuk memberikan
pelayanan dan perlindungan yang memadai untuk menghadapi wabah/
pandemi COVID-19/PINERE. Dunia pada saat ini berpotensi besar untuk
terjadinya kondisi serupa wabah dengan penyakit infeksi emerging baru.
Oleh karena itu perlu dilakukan penyesuaian.

Prinsip penyesuaian yang utama adalah mencegah sedapat mungkin


sumber penularan infeksi memasuki gedung pelayanan, terutama apabila
gedung pelayanan tidak dilengkapi dengan sistem yang melindungi
terhadap transmisi droplet dan udara. Oleh karena itu direkomendasikan
untuk TPMB menyediakan area triage yang berada di luar gedung
pelayanan. Bangunan yang dibuat tidak perlu permanen, akan tetapi
sangat perlu memperhatikan prinsip-prinsip aliran udara dan mencegah
pengumpulan orang di area tersebut. Di area triage perlu disiplin dalam
penggunaan masker, menjaga jarak setidaknya 1.5 sampai 2 meter (jika
tidak memungkinkan maka hendaknya pengunjung diminta datang sesuai
dengan pengaturan antrian/temu janji melalui telepon) serta disediakan
sarana untuk mencuci tangan.

Skrining harus dilakukan pada semua orang yang akan memasuki gedung
pelayanan di fasilitas TPMB. Meliputi nakes/karyawan TPMB, klien dan
pengantar. Siapapun yang akan memasuki gedung pada prinsipnya
harus melalui triage untuk dilakukan skrining. Pengaturan alur pelayanan
sebagaimana dapat dilihat pada gambar 3. Selanjutnya apabila bidan di
TPMB menemukan kasus ibu hamil dengan dicurigai covid (skor skrining
5 atau disertai suhu tubuh 38⁰C), berikan informasi dan edukasi yang
adekuat kepada ibu dan keluarga terkait:
- Hal-hal yang mendasari sehingga ibu hamil/pengantar/keluarga lain
masuk ke dalam kelompok risiko tinggi COVID-19.
- Bahwasanya kondisi ini membutuhkan upaya penegakan diagnosis
lebih lanjut menggunakan pemeriksaan laboratorium yang dapat
dilakukan di Puskesmas/faskes lain yang ditunjuk.
- Sampai dengan diagnosis ditegakkan maka kelompok risiko tinggi
COVID-19 harus menjalankan protokol kesehatan secara ketat bahkan
isolasi mandiri, agar tidak terjadi penyebaran/penularan lebih lanjut
kepada anggota keluarga/lingkungan.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
30
- Berikan nomor telepon yang dapat dihubungi apabila ibu membutuhkan
informasi lain agar ibu dapat lebih tenang.

2. Pelaksanaan Skrining
Skrining adalah penggunaan alat uji sederhana yang dilakukan pada
sekelompok individu sehat untuk mengidentifikasi individu yang memiliki
risiko terhadap sebuah penyakit pada kondisi awal, bahkan idealnya
ketika tidak menunjukkan gejala (WHO). Hingga saat ini skrining yang
tersedia untuk COVID-19 yang disebabkan oleh SARS-cov2 belum ada
yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang memadai untuk menduga
apakah seseorang menunjukkan gejala awal dari COVID-19. Hal ini
selanjutnya akan menyulitkan ketika pelayanan kesehatan berusaha untuk
melakukan isolasi terhadap kelompok risiko tinggi dan kelompok sehat.
Dengan demikian maka sesuai dengan hirarki pengendalian infeksi, maka
penguatan aspek lain dari hirarki hendaknya lebih ditingkatkan.

Skrining awal dapat dilakukan dengan meningkatkan kehati-hatian,


salah satunya dengan memperhatikan kejadian transmisi lokal setempat.
Puskesmas bersama dengan pemerintah setempat hendaknya memberikan
informasi berkelanjutan kepada semua fasilitas kesehatan yang ada di
wilayahnya, termasuk TPMB. Selanjutnya gunakan ceklis (lampiran 4.
Skrining awal) untuk mendokumentasikan skrining dengan baik. Perlu
diingat bahwa pada ibu hamil gejala dan tanda klinis ke arah gangguan
saluran pernafasan atas dan atau pnemonia lebih sensitif daripada
pemeriksaan laboratorium.

Skrining awal wajib dikerjakan pada semua ibu hamil yang memeriksakan
kehamilan ataupun pelayanan lain di TPMB. Skrining lanjut pada ibu
hamil adalah dengan melakukan pemeriksaan penunjang laboratorium.
Diharapkan agar TPMB berkoordinasi dan berkonsultasi dengan Puskesmas
di wilayahnya atau fasilitas pelayanan kesehatan lain yang ditunjuk untuk
melakukan pemeriksaan penunjang laboratorium pada ibu hamil yang
mendekati saat bersalin, atau setidaknya 2 minggu sebelum taksiran
persalinan. Hal yang perlu ditekankan setelah pemeriksaan laboratorium
pada ibu hamil yang akan bersalin adalah edukasi untuk tetap tinggal di

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
31
rumah dan menjaga protokol kesehatan secara ketat. Dengan demikian
hasil pemeriksaan laboratorium penunjang yang didapat tidak dipengaruhi
oleh penularan baru yang timbul setelah tes dilakukan.

Hak ibu bersalin untuk didampingi oleh pendamping yang dipilih olehnya
saat proses persalinan juga tetap harus diupayakan untuk dipenuhi.
Untuk dapat memenuhi hak tersebut maka individu yang dipilih ibu untuk
mendampingi saat persalinan juga harus dilakukan skrining terhadap
risiko COVID-19. Apabila pendamping berada disamping ibu saat proses
persalinan, maka hendaknya pendamping dilakukan skrining lanjut dengan
pemeriksaan laboratorium penunjang. Selain itu perlu adanya pembatasan
hanya 1 (satu) orang yang dipilih oleh ibu bersalin untuk pendampingnya
saat proses persalinan berlangsung.

3. Penolakan Terhadap Skrining


Tidak jarang ibu hamil dan atau keluarga menolak untuk dilakukan
skrining, terutama skrining lanjut dengan pemeriksaan laboratorium
penunjang pada saat ibu akan melahirkan di fasyankes. Pada kondisi
demikian, maka ibu hamil dan individu yang menolak untuk dilakukan
skrining hendaknya diperlakukan sebagai “waspada” hingga didapatkan
hasil pemeriksaan skrining yang sesuai. Kelompok ini harus melakukan
isolasi untuk menghindari penyebaran dan penularan lebih lanjut apabila
ternyata memang terdapat sumber penularan infeksi padanya. Penolakan
terhadap skrining tidak boleh membuat kualitas pelayanan yang diberikan
berkurang, akan tetapi pada kondisi demikian upaya perlindungan nakes
perlu ditingkatkan. Oleh karena itu pada kasus demikian lakukan rujukan
ke Puskesmas dengan pemberitahuan yang memadai tentang kondisi ini.
Dokumentasikan penolakan tersebut menggunakan form khusus (lampiran
5.) dan laporkan kepada Puskesmas setempat.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
32
Tabel 3.1
Beberapa Aspek yang Perlu Mendapat Pertimbangan Khusus Terkait dengan
Pengaturan Fasilitas Pelayanan di TPMB

Aspek Pertimbangan dan Rekomendasi


Modifikasi • Sedapat mungkin ruang tunggu untuk ibu hamil/pengunjung lain di TPMB diatur
sistem sedemikian rupa sehingga:
pelayanan dan • Jarak duduk antar pengunjung berjarak minimal 1,5 meter
ruang tunggu • Lebih diutamakan apabila terdapat sirkulasi udara alamiah, dengan ventilasi
(jendela) yang dapat dibuka lebar sehingga aliran udara bebas menjadi lancar.
• Apabila ruang tunggu kecil, maka batasi jumlah pengunjung yang berada di
dalam ruangan, dan minta ibu/pengunjung menunggu di luar ruangan yang
telah pula disiapkan.
• Apabila TPMB tidak memiliki ruang tunggu, maka untuk :
• Ibu yang akan melakukan ANC, kunjungan nifas atau mendapatkan pelayanan
KB dapat menunggu di rumah, dan datang ketika bidan telah menelpon dengan
menyesuaikan dengan jarak rumah ibu dengan TPMB.
• Minta ibu untuk menelpon satu hari sebelumnya jika akan melakukan
kunjungan, sambil lakukan skrining awal secara daring/telepon
• Dalam rangka mengurangi kepadatan ruangan di TPMB, maka hendaknya TPMB
membuat jadwal pelayanan yang terpisah bagi pelayanan yang diberikan dengan
mempertimbangkan kecenderungan kepadatan pada masing-masing TPMB.
• Minta semua pengunjung untuk mengisi cek lis skrining awal terhadap risiko
covid-19 (lampiran 4.), bila memungkinkan sampaikan pertanyaan skrining
melalui telepon sebelum ibu datang ke TPMB – lakukan verifikasi terhadap ceklis
ketika pengunjung/ibu tiba di TPMB.
• Guna mengurai kepadatan dan menghindari kerumunan, dianjurkan untuk
membuat pintu masuk dan pintu keluar yang berbeda.
• Menyediakan lebih banyak sarana cuci tangan, baik berupa alkohol hand rub
maupun sabun dan air mengalir.
Modifikasi • Meskipun dalam situasi pandemi, perhatian yang lebih pada kondisi akut
ruangan hendaknya dilakukan tanpa mengurangi perhatian terhadap kondisi-kondisi rutin
periksa dan terutama pada ibu hamil dan nifas. Lakukan quick check untuk mengenali kondisi
ANC akut.
• Oleh karena itu, maka pelaksanaan ANC dengan KTM harus mulai diupayakan
dengan fokus sebagaimana disampaikan di bab 2.
• Dengan pertimbangan kewaspadaan transmisi droplet dan udara, maka:
• Pastikan klien yang berada di ruang periksa/ANC menggunakan masker kain
dengan baik dan benar.
• ruangan pemeriksaan harus dibatasi jumlah orang yang berada di dalamnya,
klien dengan hanya 1 orang pendamping.
• dilakukan pemasangan penghalang fisik pada area dimana bidan berbicara
dengan klien – pada meja konsultasi (gambar 7.) maupun pada area tempat
tidur.
• Pastikan ventilasi udara maksimal dengan pertukaran udara yang baik, dengan
arah angin menjauhi nakes (lihat gambar 8.)
• Jangan meletakkan terlalu banyak barang di dalam ruang, untuk mengurangi
paparan droplet di atas permukaan barang tersebut.
• Lakukan desinfeksi ruangan dengan menggunakan chlorin 0,5% atau cairan
enzymatik untuk desinfeksi pada permukaan peralatan yang ada di ruang
periksa/ANC

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
33
Aspek Pertimbangan dan Rekomendasi
Modifikasi • Modifikasi ruang bersalin dilakukan dengan mempertimbangkan kewaspadaan
Ruang bersalin transmisi, terutama transmisi droplet dan udara, sekaligus tetap memperhatikan
kewaspadaan kontak.
• Beberapa modifikasi yang dapat dilakukan:
• Pastikan ibu bersalin dan pendamping yang berada di kamar bersalin
menggunakan masker bedah dengan baik dan benar.
• Jumlah orang yang berada di dalam kamar bersalin harus dibatasi sesuai
dengan kapasitas ruangan dengan memperhatikan kewaspadaan droplet dan
udara.
• Diutamakan ruangan yang memiliki ventilasi dan aliran udara yang baik.
Pengaturan aliran udara juga dapat dilaksanakan dengan mengatur posisi
klien dan nakes sedemikian rupa sehingga aliran udara menjauhi nakes (lihat
gambar 6).
• Penggunaan AC sedapat mungkin dibatasi dan digantikan dengan ventilasi
dengan menambahkan kipas angin untuk membantu sirkulasi udara.
• Apabila terpaksa menggunakan AC, maka harus dilakukan upaya pembersihan
yang lebih sering.
• Penggunaan UV untuk mendesinfeksi udara ruangan dapat dipilih, dengan
memperhitungkan dengan seksama luas ruangan, isi ruangan serta kekuatan
lampu UV sesuai dengan pedoman yang ada. Perhatikan bahwa UV tidak
dapat mendesinfeksi permukaan benda yang ada dalam ruangan, sehingga
permukaan benda tetap perlu dibersihkan secara tersendiri[PMK 27/2017].
• Penggunaan bilik persalinan memang belum dapat dibuktikan akan
menurunkan transmisi melalui udara, akan tetapi setidaknya akan sedikit
mengurangi untuk transmisi droplet – sehingga pada keadaan demikian nakes
harus meningkatkan perlindungan dirinya melalui modifikasi APD (gambar 4.).
• Hood tekanan negatif yang dilengkapi dengan penghisap udara dan HEPA filter
dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan perlindungan bagi nakes (lihat
gambar 5.)
Modifikasi • Diutamakan ruangan yang memiliki ventilasi dan aliran udara yang baik.
ruang Pengaturan aliran udara juga dapat dilaksanakan dengan mengatur posisi klien
perawatan dan nakes sedemikian rupa sehingga aliran udara menjauhi nakes (lihat gambar 6).
nifas • Pembatasan kunjungan adalah kunci dari upaya sistemik dalam fasilitas untuk
menekan penyebaran dan penularan covid-19/penyakit infeksi emerging lain.
• Jika harus memperpendek masa rawat nifas maka komunikasi pasca rawat
harus secara intens dilakukan untuk membantu ibu mengenali kondisi-kondisi
komplikasi dan mendukung ibu secara psikologis.

Gambar 3.2 Bilik Persalinan


Gambar 3. 2 Bilik Persalinan

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
34
Gambar 3. 2 Bilik Persalinan
Gambar 3. 2 Bilik Persalinan

Gambar 3. 3 Hood Tekanan Negatif dan Spesifikasi


Gambar 3.3 Hood Tekanan Negatif dan Spesifikasi
Gambar 3. 3 Hood Tekanan Negatif dan Spesifikasi

Gambar 3. 3 Hood Tekanan Negatif dan Spesifikasi

Gambar 3.4 Pengaturan di Ruang Tunggu


Gambar
Gambar 3. 4 Pengaturan
3. 4 Pengaturan diTunggu
di Ruang Ruang Tunggu

50
Gambar 3. 4 Pengaturan di Ruang
50 Tunggu

Gambar 3. 5 Penggunaan Penghalang di Ruang Periksa


Gambar 3. 5 Penggunaan Penghalang di Ruang Periksa
Gambar 3.5 Penggunaan Penghalang di Ruang Periksa
50
Gambar 3. 5 Penggunaan Penghalang di Ruang Periksa

Posisi nakes
Posisi nakes
Posisi klien
Posisi klien
Posisi nakes
Arah aliran udara
Arah aliran
Posisi udara
klien

Arah aliran udara


Gambar 3.6 Contoh pengaturan tata letak ruangan untuk
Gambar 3. 6mendapatkan
Contoh pengaturan tata aman
aliran udara yang letak antara
ruanganklienuntuk
denganmendapatkan aliran
Gambar 3. 6 Contoh pengaturan tata letak ruangan untuk mendapatkan aliran
udara yang amannakes
antara klien dengan
(Kemenkes, 2014) nakes (Kemenkes, 2014)
udara yang aman antara klien dengan nakes (Kemenkes, 2014)

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
Gambar PENCEGAHAN
C.6 Contoh DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI TEMPAT PRAKTIK 35
C. 3. PENCEGAHAN
pengaturan tata letak ruangan
DAN PENGENDALIAN untuk
INFEKSI DI mendapatkan aliran
TEMPAT PRAKTIK
MANDIRI BIDAN
C. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Tempat Praktik Mandiri Bidan
Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) terlebih lagi di masa pandemi
merupakan upaya yang wajib dilaksanakan di setiap fasilitas yang memberikan
pelayanan umum, khususnya pelayanan kesehatan termasuk di TPMB. Hal ini
diperlukan untuk memutus mata rantai penyebaran dan penularan penyakit.
Upaya-upaya tersebut tentu membutuhkan biaya yang hendaknya dapat
diperhitungkan dalam pembiayaan pelayanan sehingga keberlangsungannya
dapat terjaga.

Prinsip dari pencegahan dan pengendalian di semua fasilitas pelayanan terdiri


dari 2 hal utama: kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi. Keduanya
wajib diterapkan di setiap ruangan di dalam fasilitas pelayanan di TPMB.

Berikut adalah implementasi kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi


yang dapat diterapkan di praktik mandiri bidan.

Tabel 3.2
Ceklis Kesiapan Fasilitas Tempat Praktik Mandiri Bidan untuk Pelayanan di Masa
Penyesuaian Pandemi COVID-19/PINERE dan Adaptasi Kebiasaan Baru

Ruangan Standar Uraian Ya Tidak


Triage Kewaspadaan standar
Kebersihan tangan Tersedia 1 tempat cuci tangan dengan
sabun dan air mengalir
Tersedia lebih dari 1 alkohol hand rub dalam
wadah yang mudah digunakan
Penggunaan APD Petugas menggunakan APD sebagai berikut:
Masker bedah, goggle, face shield.
Menggunakan baju kerja yang hanya
digunakan di tempat kerja.
Penggunaan penghalang fisik dari bahan
plastik mika/akrilik di tempat kontak dengan
pengunjung (gambar 3.5)
Pengendalian Furnitur dan peralatan di bersihkan
Lingkungan lebih sering menggunakan desinfektan
chlorin 0.5% atau zat enzymatik yang
direkomendasikan
Pengelolaan limbah Tersedia tempat sampah tertutup untuk
limbah rumah tangga
Tersedia tempat sampah tertutup untuk
limbah medis

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
36
Ruangan Standar Uraian Ya Tidak
Pengelolaan alat Termometer tembak (dahi) dibersihkan lebih
medis sering sesuai dengan pedoman
Pengelolaan linen Tidak diperlukan
Penyuntikan yang Tidak diperlukan
aman
Kebersihan Tersedia poster tentang etika batuk
pernafasan dan Tersedia poster mengingatkan untuk selalu
etika batuk menggunakan masker
Penempatan pasien Ditetapkan jarak aman yang ditandai
dengan jelas untuk mencegah kerumunan
Sistem pemanggilan klien menggunakan
telepon
Perlindungan APD petugas menyesuaikan dengan kewaspadaan transmisi
kesehatan
Area triage: masker bedah, goggle dan face
karyawan
shield
Petugas menggunakan pakaian kerja yang
hanya digunakan saat bekerja
Kewaspadaan transmisi
Kontak Poster 5 momen cuci tangan
Poster cara mencuci tangan standar
Droplet Penggunaan masker
Udara Batasi pengunjung
Ventilasi udara bebas
Letak triage di luar gedung/ruangan
Ruang tunggu Kewaspadaan standar
Kebersihan tangan Tersedia alkohol hand rub minimal pada 2
titik
Penggunaan APD Petugas menggunakan APD sebagai berikut:
Masker bedah, goggle, face shield.
Menggunakan baju kerja yang hanya
digunakan di tempat kerja.
Pengendalian Furnitur dan peralatan di bersihkan
Lingkungan lebih sering menggunakan desinfektan
chlorin 0.5% atau zat enzymatik yang
direkomendasikan, terutama segera setelah
kontak dengan klien/pengunjung
Pengelolaan limbah Tersedia tempat sampah tertutup untuk
sampah rumah tangga
Tersedia tempat sampah tertutup untuk
sampah infeksius

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
37
Ruangan Standar Uraian Ya Tidak
Pengelolaan alat Tidak diperlukan
medis
Pengelolaan linen Menyesuaikan
Penyuntikan yang Tidak diperlukan
aman
Kebersihan Tersedia poster mengingatkan untuk
pernafasan dan selalu menggunakan masker dan protokol
etika batuk kesehatan 5M
Tersedia poster etika batuk
Penempatan pasien Ditetapkan jarak aman yang ditandai
dengan jelas pada kursi penunggu untuk
mencegah kerumunan (lihat gambar 3.4)
Perlindungan Menggunakan baju kerja yang hanya
kesehatan digunakan di tempat kerja.
karyawan
Kewaspadaan transmisi
Kontak Poster 5 momen cuci tangan
Poster cara mencuci tangan standar
Droplet Penggunaan masker
Udara Batasi pengunjung
Ventilasi udara bebas
Pemasangan kipas angin yang
mengarahkan udara untuk mengalir keluar
Ruang Periksa Kewaspadaan standar
Kebersihan tangan Terdapat tempat cuci tangan dengan sabun
dan air mengalir sesuai standar
Tersedia alkohol hand rub yang
memudahkan bagi petugas untuk
memenuhi 5 momen kebersihan tangan
Penggunaan APD APD di ruangan konsultasi: masker bedah,
goggle dan face shield
Menggunakan baju kerja yang hanya
digunakan di tempat kerja.
Ditambahkan penghalang fisik dari bahan
plastik mika/akrilik di tempat kontak dengan
klien (lihat gambar 3.5)
Pengendalian Furnitur dan peralatan di bersihkan
Lingkungan lebih sering menggunakan desinfektan
chlorin 0.5% atau zat enzymatik yang
direkomendasikan terutama setiap kali
selesai kontak dengan klien
Pengaturan aliran udara juga dapat
dilaksanakan dengan mengatur posisi klien
dan nakes sedemikian rupa sehingga aliran
udara menjauhi nakes (lihat gambar 3.6).

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
38
klien dan nakes sedemikian
setiap kali selesai kontak
Pengaturan
dengan klien aliran udara
rupa
juga dapat
Pengaturan aliran sehingga
dilaksanakan
udara aliran udara
dengan mengatur
juga dapatmenjauhi
posisi
dilaksanakan nakes (lihat
klien dan
dengan nakesposisi
mengatur sedemikian
Ruangan Standar
rupa gambar
sehingga
klien dan nakes aliran3.6).
sedemikian
Uraian
udara
Ya Tidak
menjauhi nakes (lihat
rupa sehingga aliran udara
Pengelolaan
Pengelolaanlimbah
Limbah gambar 3.6).
menjauhi nakes (lihat
Pengelolaan limbah Tersedia
Pengelolaan limbah tanda
Tersedia
gambar tempat
3.6).
yang jelas dan sampah
tempat sampah
sampah infeksius dengan
tertutup
Tersedia tempat
Tersedia
infeksiusinfeksius
tempat
dengansampahtandadengan tanda
infeksius
yang
dengan
yang jelas jelas dan tertutup
tanda
dan tertutup
yang jelas dan tertutup
Tersedia tempat khusus
Tersedia
Tersedia
tempat
Tersedia tempat khusus
tempat khusus
khusus pembuangan
pembuangan benda tajam
tajam
benda
pembuangan benda tajam
pembuangan benda tajam
Tersedia
Tersedia
Tersedia tempat
tempat
tempat sampah
sampah
sampah non infeksius
non
non
dengan infeksius
infeksius dengan
dengan
tanda yang tanda
tanda
jelas dan tertutup
yang
yang jelas
jelas dandan tertutup
tertutup
Tersedia tempat sampah
Pengelolaan limbah cair sesuai standar

Pengelolaan alat non


Pengelolaan
Pengelolaan
Pengelolaan alat infeksius
limbah cairsesuai
limbah
medis dengan
cair dengan standartanda
yang berlaku:
sesuai standar
medis
Pengelolaan alat yang
sesuai standar
Precleaning:
Pengelolaan
terdapatjelas
tempatdan
alat medis tertutup
perendaman
sesuai dengan
alat
Pengelolaan alat Pengelolaan
menggunakan alat detergen
cairan medis sesuai dengan
atau enzymatik
medis standar yang berlaku:
medis standar terdapat
Pencucian: yang
Precleaning:
berlaku:
tempat pencucian hingga
terdapat
Precleaning:
pembilasan terdapat
tempat perendaman alatair mengalir hingga
alat dengan
Pengelolaan limbah cair
tempat perendaman
pengeringan
menggunakan cairan alat
menggunakan
detergen
Pengemasan: atausemua cairan
enzymatik
instrumen peralatan
Ruangan Standar sesuai standar
Uraian detergen
Pencucian:
medis dikemas atau YAenzymatik
terdapat
atau tempat
dibungkus
TDK untuk
mengalir hingga
Pengelolaan alat Pengelolaan alat medis sesuai dengan
Pencucian:
pencucian
selanjutnya
pengeringan
Pengemasan: semua
pembilasan
terdapat
hingga
dilakukan
alat
tempat sesuai
sterilisasi
dengan air
pencucian
pedoman
peralatanyang hingga
berlaku
medis :standar yang berlaku:
instrumen medis
pembilasan
Sterilisasi alat alat
dengan
dikemas atau dibungkus
terdapat airmelakukan
untuk
untuk selanjutnya dilakukan

55 Precleaning:
maupun basah)
yang berlaku terdapat
sterilisasi sesuai pedoman
sterilisasi (kering atau
desinfeksi tingkat tinggi sesuai dengan
Sterilisasi : terdapat alat

55
pedoman tempat perendaman alat
untuk melakukan sterilisasi
(kering maupun basah)

menggunakan cairan
atau desinfeksi tingkat
Penyimpanan: semua alat yang telah
tinggi sesuai dengan
pedoman
dilakukan sterilisasi diberi label tanggal dan
disimpan didetergen atau enzymatik
Penyimpanan: semua alat
yang telah dilakukan
wadah tertutup
sterilisasi diberi label
Pengelolaan Pencucian:
Terdapat wadah terdapat
tanggal dan disimpan di
tertutup tempat
wadah tertutup linen kotor tempat
linen yang digunakan saat pemeriksaan
Pengelolaan linen Terdapat wadah tertutup

pencucian hingga
tempat linen kotor yang
digunakan saat
Pengelolaan linen mengikuti standar
pembilasan alat dengan air
pemeriksaan
Pengelolaan linen
pencegahan infeksi yang berlaku
mengikuti standar
pencegahan infeksi yang
berlaku(Pedoman PPI, Kemenkes 2020)
(Pedoman PPI, Kemenkes
2020)

Penyuntikan
yang aman
Penyuntikan yang Semua
55
Semua peralatan yang dibutuhkan untuk
menyuntik
peralatan yangtelah disiapkan dalam troli,
aman dibutuhkan untuk
terdapat:
menyuntik alkohol hand rub, spuit disposible
telah disiapkan
dalam troli, terdapat:
steril
alkohol sesuai
hand rub, spuit ukuran yang diperlukan, bak
disposible steril sesuai
instrumen bersih, bengkok untuk menampung
ukuran yang diperlukan,
limbahbersih,
bak instrumen sementara.
bengkok untuk menampung
limbahTerdapat
sementara. boks kecil berisi prasarana untuk
Terdapat boks kecil berisi
menyuntik:
prasarana alkohol swab, plester, torniquet,
untuk menyuntik:
alkohol swab, plester,
kasa
torniquet, kasasteril.
steril.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN


56 DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
39
Ruangan Standar Uraian Ya Tidak
Kebersihan Terdapat poster yang menunjukkan
pernafasan dan bagaimana etika batuk
etika batuk Terdapat poster/tanda bahwa semua
pengunjung wajib menggunakan masker
Penempatan Dalam ruang periksa hanya boleh dilakukan
pasien pemeriksaan pasien/klien 1 orang pada satu
saat.
Pendamping klien hanya diperkenankan 1
(satu) orang
Perlindungan Setiap karayawan menggunakan baju kerja
kesehatan khusus yang tidak digunakan di luar saat
karyawan bekerja
Terdapat tempat khusus untuk memakai dan
melepaskan APD
Kewaspadaan transmisi
Kontak Poster 5 momen cuci tangan
Poster cara mencuci tangan standar
Droplet Penggunaan masker
Penggunaan penghalang fisik terbuat dari
plastik mika atau akrilik di area kontak dengan
klien
Udara Batasi pengunjung
Ventilasi udara bebas
Pemasangan kipas angin yang mengarahkan
udara untuk mengalir keluar
Ruang Periksa Kewaspadaan standar
Kebersihan Terdapat tempat cuci tangan dengan sabun
tangan dan air mengalir sesuai standar
Tersedia alkohol hand rub yang memudahkan
bagi petugas untuk memenuhi 5 momen
kebersihan tangan
Penggunaan APD APD di Kamar Bersalin: masker bedah/N95
(jika tersedia), goggle dan face shield, gown,
apron dan sepatu boot
Menggunakan baju kerja yang hanya
digunakan di tempat kerja.
Ditambahkan penghalang fisik dari bahan
plastik mika/akrilik di tempat kontak dengan
klien/bilik persalinan
Terdapat tempat khusus untuk memakai dan
melepaskan APD
Terdapat poster yang menunjukkan cara
melepaskan APD

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
40
Ruangan Standar Uraian Ya Tidak
Pengendalian Furnitur dan peralatan di bersihkan lebih
Lingkungan sering menggunakan desinfektan chlorin 0.5%
atau zat enzymatik yang direkomendasikan,
terutama setiap kali setelah kontak dengan
klien
Pengaturan aliran udara juga dapat
dilaksanakan dengan mengatur posisi klien
dan nakes sedemikian rupa sehingga aliran
udara menjauhi nakes (lihat gambar 3.6).
Pengelolaan Tersedia tempat sampah infeksius dengan
limbah tanda yang jelas dan tertutup

Tersedia tempat khusus pembuangan benda


tajam
Tersedia tempat sampah non infeksius
dengan tanda yang jelas dan tertutup
Pengelolaan limbah cair sesuai standar
Pengelolaan alat Pengelolaan alat medis sesuai dengan standar yang berlaku:
medis Precleaning: terdapat tempat perendaman alat
menggunakan cairan detergen atau enzymatik
Pencucian: terdapat tempat pencucian hingga
pembilasan alat dengan air mengalir hingga
pengeringan
Pengemasan: semua instrumen peralatan
medis dikemas atau dibungkus untuk
selanjutnya dilakukan sterilisasi sesuai
pedoman yang berlaku
Sterilisasi : terdapat alat untuk melakukan
sterilisasi (kering maupun basah) atau
desinfeksi tingkat tingg sesuai dengan
pedoman
Penyimpanan: semua alat yang telah
dilakukan steriliassi diberi label tanggal dan
disimpan di wadah tertutup
Pengelolaan Terdapat wadah tertutup tempat linen kotor
linen yang digunakan saat pemeriksaan
Pengelolaan linen mengikuti standar
pencegahan infeksi yang berlaku
Penyuntikan Semua peralatan yang dibutuhkan untuk
yang aman menyuntik telah disiapkan dalam troli,
terdapat: alkohol hand rub, spuit disposible
steril sesuai ukuran yang diperlukan, bak
instrumen bersih, bengkok untuk menampung
limbah sementara.
Terdapat boks kecil berisi prasarana untuk
menyutik: alkohol swab, plester, torniquet,
kasa steril.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
41
Ruangan Standar Uraian Ya Tidak
Kebersihan Terdapat poster yang menunjukkan
pernafasan dan bagaimana etika batuk
etika batuk Terdapat poster/tanda bahwa semua
pengunjung wajib menggunakan masker
Penempatan Pengaturan tempat tidur bersalin apabila lebih
pasien dari 1 harus dengan memperhatikan jarak
antar tempat tidur, minimal 2 meter dihitung
dari as tempat tidur
Ventilasi udara dengan sirkulasi yang baik
Perlindungan Ibu bersalin sedapat mungkin selalu
kesehatan menggunakan masker bedah
karyawan
Pendamping persalinan hendaknya memenuhi
skrining awal – tidak menunjukkan gejala dan
tanda, maupun riwayat kontak erat dengan
penderita covid-19
Hanya diperkenankan 1 (satu) orang
pendamping persalinan
Pendamping persalinan menggunakan masker
bedah
Setiap karayawan menggunakan baju kerja
khusus yang tidak digunakan di luar saat
bekerja
Terdapat tempat khusus untuk memakai dan
melepaskan APD
Kewaspadaan transmisi
Kontak Poster 5 momen cuci tangan
Poster cara mencuci tangan standar
Droplet Penggunaan masker setiap saat
Penggunaan penghalang fisik terbuat dari
plastik mika atau akrilik di area kontak dengan
klien
Udara Batasi pengunjung
Ventilasi udara bebas
Pemasangan kipas angin yang mengarahkan
udara untuk mengalir keluar
Ruang Periksa Kewaspadaan standar
Kebersihan Terdapat tempat cuci tangan dengan sabun
Tangan dan air mengalir sesuai standar
Tersedia alkohol hand rub yang memudahkan
bagi petugas untuk memenuhi 5 momen
kebersihan tangan

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
42
Ruangan Standar Uraian Ya Tidak
Penggunaan APD di ruang perawatan: masker bedah, goggle
APD dan face shield
Menggunakan baju kerja yang hanya digunakan
di tempat kerja.
Terdapat tempat khusus untuk memakai dan
melepaskan APD

Terdapat poster yang menunjukkan cara


melepaskan APD
Pengendalian Furnitur dan peralatan di bersihkan lebih sering
Lingkungan menggunakan desinfektan chlorin 0.5% atau zat
enzymatik yang direkomendasikan, terutama
setiap kali selesai kontak dengan klien
Pengaturan aliran udara juga dapat dilaksanakan
dengan mengatur posisi klien dan nakes
sedemikian rupa sehingga aliran udara menjauhi
nakes (lihat gambar 3.6).
Kontak Poster 5 momen cuci tangan
Poster cara mencuci tangan standar
Pengelolaan Tersedia tempat sampah infeksius dengan tanda
limbah yang jelas dan tertutup
Tersedia tempat khusus pembuangan benda
tajam
Tersedia tempat sampah non infeksius dengan
tanda yang jelas dan tertutup
Pengelolaan limbah cair sesuai standar
Kebersihan Terdapat tempat cuci tangan dengan sabun dan
tangan air mengalir sesuai standar
Tersedia alkohol hand rub yang memudahkan
bagi petugas untuk memenuhi 5 momen
kebersihan tangan
Pengelolaan Pengelolaan alat medis bersama di ruang
alat medis bersalin
Pengelolaan Terdapat wadah tertutup tempat linen kotor yang
linen digunakan saat mengganti linen kotor infeksius
Pengelolaan linen mengikuti standar pencegahan
infeksi yang berlaku
Penyuntikan Semua peralatan yang dibutuhkan untuk
yang aman menyuntik telah disiapkan dalam troli, terdapat:
alkohol hand rub, spuit disposible steril sesuai
ukuran yang diperlukan, bak instrumen bersih,
bengkok untuk menampung limbah sementara.
Terdapat boks kecil berisi prasarana untuk
menyutik: alkohol swab, plester, torniquet, kasa
steril.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
43
Ruangan Standar Uraian Ya Tidak
Kebersihan Terdapat poster yang menunjukkan bagaimana
pernafasan etika batuk
dan etika Terdapat poster/tanda bahwa semua
batuk pengunjung wajib menggunakan masker
Penempatan Pengaturan tempat tidur di ruang perawatan
pasien harus dengan memperhatikan jarak antar tempat
tidur, minimal 2 meter dari as tempat tidur
Ventilasi udara dengan sirkulasi yang baik
Perlindungan Menggunakan baju kerja yang hanya digunakan
kesehatan di tempat kerja.
karyawan Terdapat tempat khusus untuk memakai dan
melepaskan APD
Kewaspadaan transmisi
Kontak Poster 5 momen cuci tangan
Poster cara mencuci tangan standar
Droplet Penggunaan masker setiap saat
Penggunaan penghalang fisik terbuat dari plastik
mika atau akrilik di area kontak dengan klien
Udara Batasi pengunjung
Ventilasi udara bebas
Pemasangan kipas angin yang mengarahkan
udara untuk mengalir keluar
Area Kewaspadaan standar
Administrasi Kebersihan Tersedia alkohol hand rub untuk petugas yang
Tangan digunakan setiap selesai bertransaksi
Tersedia alkohol hand rub untuk pengunjung
yang digunakan setiap selesai bertransaksi
Penggunaan Petugas menggunakan APD dengan
APD kewaspadaan transmisi:
- masker bedah 3 lapis
- penutup kepala
- penutup wajah (face shield)
Menggunakan baju kerja yang hanya digunakan
di tempat kerja.
Ditambahkan penghalang fisik dari bahan plastik
mika/akrilik di tempat kontak dengan klien
Pengendalian Furnitur dan peralatan, termasuk penghalang
Lingkungan fisik dari plastik mika atau akrilik, di bersihkan
lebih sering menggunakan desinfektan chlorin
0.5% atau zat enzymatik yang direkomendasikan,
terutama setelah kontak dengan klien/
pengunjung

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
44
Ruangan Standar Uraian Ya Tidak
Pengelolaan Tersedia tempat sampah rumah tangga yang
limbah tertutup
Tersedia tempat sampah yang tertutup untuk
sampah infeksius
Pengelolaan Tidak diperlukan
alat medis
Pengelolaan Tidak diperlukan
linen
Penyuntikan Tidak diperlukan
yang aman
Kebersihan Terdapat poster/tanda bahwa semua pengunjung
pernafasan wajib menggunakan masker dan menjalankan
dan etika protokol 5M
batuk Terdapat poster etika batuk

Penempatan Beri tanda batas antrian yang jelas, dengan jarak


pasien minimal 1,5meter
Pencegahan kontaminasi dapat dilakukan
dengan melaksanakan pembayaran dengan
transfer bank.
Perlindungan Setiap karyawan menggunakan baju kerja
kesehatan khusus yang tidak digunakan di luar saat bekerja
karyawan
Kewaspadaan transmisi
Kontak Poster 5 momen cuci tangan
Poster cara mencuci tangan standar
Droplet Penggunaan masker
Penggunaan penghalang fisik terbuat dari plastik
mika atau akrilik di area kontak dengan klien
Udara Batasi pengunjung
Ventilasi udara bebas
Pemasangan kipas angin yang mengarahkan
udara untuk mengalir keluar
Area donning Kewaspadaan standar
dan doffing Kebersihan Tersedia alkohol hand rub dalam wadah besar
APD tangan dan dapat dipompa menggunakan siku
Terdapat tempat cuci tangan dengan sabun dan
air mengalir
Penggunaan Terdapat poster gambar langkah-langkah
APD melepaskan APD sesuai standar
Pengendalian Area donning adalah area BERSIH yang terpisah
Lingkungan dari area doffing
Area Doffing adalah area KOTOR – letakkan
terpisah dari ruangan lain dan terdapat kamar
mandi dengan shower

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
45
Ruangan Standar Uraian Ya Tidak
Pengelolaan APD bekas pakai dibuang ke dalam tempat
limbah sampah besar dengan tutup
Pemusnahan APD bekas mengikuti pedoman
yang berlaku
Pengelolaan Tidak berlaku
alat medis
Pengelolaan Pakaian petugas dilepaskan dalam wadah
linen bertutup dan diperlakukan sebagai linen
infeksius
Penyuntikan Tidak berlaku
yang aman
Kebersihan Tidak berlaku
pernafasan
dan etika
batuk
Penempatan Tidak berlaku
pasien
Perlindungan Karyawan disediakan pakaian kerja bersih setiap
kesehatan kali selesai doffing
karyawan Setiap selesai bekerja karyawan wajib mandi
membersihkan badan sebelum pulang
Toilet Terdapat toilet khusus masing-masing untuk laki-laki dan
perempuan di ruang tunggu
Toilet di ruang bersalin dan ruang perawatan hanya diperuntukan
bagi pasien
Toilet di ruang perawatan hendaknya dilengkapi dengan shower
Toilet untuk nakes dibuat terpisah dari toilet pasien
Semua toilet dan wastafel harus dibersihkan setiap hari

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
46
Memakai APD Gambar
Lakukan kebersihan tangan sebelum
mengenakan APD menggunakan sabun
dan air atau pembersih non-air

• Gunakan gaun untuk seluruh tubuh


dan tangan dengan belahan ikatan
berada dibelakang tubuh
• Kencangkan di belakang leher dan
pinggang

• Gunakan masker dengan tali kebagian


belakang kepala dengan aman dan
nyaman
• Pasang penjepit fleksibel ke atas
tulang hidung. Menutupi hidung, wajah
dan dibawah dagu (fit test)

Tempatkan kacamata atau pelindung


wajah dan mata, sesuaikan agar pas dan
nyaman

Pasang sarung tangan dengan menutup


ujung pergelangan tangan gaun

Gambar 3.7 Tata Cara Memakai APD

Gambar 3. 7 Tata Cara Memakai APD


Gambar 3. 7 Tata Cara Memakai APD
PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
47
Melepaskan APD Gambar
• Bagian luar sarung tangan adalah bagian
terkontaminasi !
• Pegang bagian luar sarung tangan dengan
tangan yang memakai sarung tangan
berlawanan, jepit dan pegang sarung
tangan, tarik kebawah tangan dilepas untuk
menyatu dalam genggaman tangan
• Geser jari-jari tangan yang tidak bersarung
tangan di bawah sarung tangan yang
tersisa di pergelangan tangan. Lepaskan
sarung tangan dari sarung tangan pertama.
• Buang sarung tangan dalam wadah limbah.
Lakukan kebersihan tangan setelah sarung
tangan menggunakan sabun dan air mengalir
atau handrub

• Bagian luar kacamata atau pelindung wajah


adalah terkontaminasi !
• Jika tangan Anda terkontaminasi selama
pelepasan goggle atau pelindung wajah,
segera cuci tangan Anda atau gunakan
pembersih tangan berbahan dasar alkohol
• Lepaskan kacamata atau pelindung wajah
dari belakang dengan mengangkat pita
kepala dan tanpa menyentuh bagian depan
kacamata atau pelindung wajah
• Jika item dapat digunakan kembali,
letakkan di wadah yang ditunjuk untuk
diproses ulang. Jika tidak, buang dalam
wadah limbah

• Gaun bagian depan dan lengan serta


bagian luar sarung tangan terkontaminasi !
• Jik tangan Anda terkontaminasi selama
pelepasan gaun atau sarung tangan atau
gunakan pembersih tangan berbahan dasar
alkohol
• Pegang gaun bagian depan dan tarik keluar
dari tubuh Anda sehingga ikatannya putus,
menyentuh bagian luar gaun hanya dengan
tangan bersarung

Gambar
Gambar 3.83.Tata
8 Tata
CaraCara Melepaskan
Melepaskan APD APD

Gambar 3. 8 Tata Cara Melepaskan APD

Gambar 3. 8 Tata Cara Melepaskan APD 68 MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK
48
68
BAB IV

PERAN BIDAN DI TPMB DALAM


SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
(PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT)

Surveilans epidemiologi adalah upaya pengumpulan data, analisis dan interpretasi


dari data kesehatan yang selanjutnya akan digunakan untuk merencanakan dan
mengevaluasi kebijakan kesehatan masyarakat. Surveilans pada penyakit menular
memiliki 2 fungsi penting: sebagai peringatan awal terhadap ancaman bagi kesehatan
masyarakat dan berfungsi sebagai pemantauan program penanggulangan penyakit
yang bersangkutan. Maka, selain memantau tren penyebaran dan penularan wabah
(covid-19/penyakit infeksi emerging lain), surveilans juga bertujuan mendeteksi
cepat transmisi baru dan pemantauan transmisi lokal, agar kebijakan pencegahan
dan penanggulangan selanjutnya dapat lebih efektif dan efisien.

Tempat Praktik Mandiri Bidan dengan Bidan sebagai nakes utama pada saat ini
merupakan kontak terdepan tenaga kesehatan dengan masyarakat pada umumnya
dan ibu hamil pada khususnya. Kedudukan ini menjadikan posisi TPMB strategis
dalam upaya-upaya promotif dan preventif di bidang kesehatan. Dalam situasi
pandemi/penyakit infeksi emerging lain upaya promotif dan preventif harus tetap
menjadi perhatian. Terutama terkait upaya pencegahan dan pengendalian penularan
penyakit.

Keterbatasan pada saat ini terkait penegakan diagnosis, maka sikap terbaik yang
harus diambil saat ini adalah meningkatkan kewaspadaan berbasis transmisi – dan
menempatkan setiap orang sebagai berisiko untuk terinfeksi SARS-cov2. Meskipun
tidak ada data terkait proporsi orang asimtomatik dengan terkonfirmasi covid-19,
hingga saat ini sekitar 80% dari penderita COVID-19 menunjukkan gejala ringan
dan tak bergejala. Kelompok ini berperan dalam penyebaran virus SARS-cov2, yang
apabila kemudian menginfeksi kelompok rentan, maka kejadiannya dapat fatal.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
49
A. Peran TPMB dalam Penemuan Kasus
Kegiatan penemuan kasus yang dapat dilakukan oleh TPMB adalah penemuan
kasus di wilayah. Wilayah dimaksud adalah wilayah administratif mulai dari
terkecil – desa/kelurahan – kecamatan – kabupaten/kota – propinsi. Penemuan
kasus oleh bidan di TPMB dapat dicapai melalui:
- Edukasi dan penyampaian informasi tentang COVID-19 ke unit masyarakat
terkecil: keluarga, melalui ibu-ibu hamil yang memeriksakan diri di TPMB,
melalui ibu-ibu akseptor KB yang mendapatkan pelayanan kontrasepsi
di TPMB, atau melalui ibu-ibu yang membawa anak-anaknya untuk
mendapatkan pelayanan imunisasi di TPMB.
- Informasi terkait COVID-19 yang perlu disampaikan kepada masyarakat
berupa gejala-gejala penyakit, upaya pengobatan dan alur layanan, upaya
pencegahan berupa protokol kesehatan yang dijalankan dengan disiplin.
- Memberikan rasa tenang kepada masyarakat dengan melakukan koordinasi
untuk pemberian informasi dan edukasi bersama kader kesehatan dan
Puskesmas di wilayah. Diharapkan dengan pengetahuan yang memadai
maka masyarakat akan lebih patuh terhadap semua upaya-upaya
pencegahan dan penyebaran infeksi, serta meningkatkan kesadaran untuk
mengobati dirinya apabila ditemukan gejala.

Ibu hamil dan bayi hingga balita merupakan kelompok yang membutuhkan
perlindungan khusus. Upaya pencegahan penularan pada kelompok ini
hendaknya dilakukan dengan lebih baik. Bila perlu bidan di TPMB dapat secara
aktif setiap beberapa waktu menanyakan kepada ibu tanda dan gejala serta
pemeriksaan suhu tubuh. Demikian pula tanda dan gejala pada bayi/balitanya.
Bidan harus selalu mengingat bahwasanya prinsip dasar penanggulangan
COVID-19/penyakit infeksi emerging lain bertumpu pada penemuan kasus baru,
yang dilanjutkan dengan upaya untuk isolasi dan pemeriksaan laboratorium.
Bidan dapat mengawal rangkaian upaya tersebut dengan berkerja sama erat
dengan Puskesmas sebagai penanggung jawab wilayah, ataupun bekerjasama
dengan fasyankes lain yang ditunjuk. Setiap hasil skrining covid dicatatkan di
buku KIA.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
50
Ketika mencurigai terdapat kasus baru maka sedapat mungkin TPMB
berkoordinasi dengan Puskesmas agar dapat dilanjutkan dengan penegakan
diagnosis dan pelacakan kontak. Setiap ibu hamil yang dicurigai lakukan
pengawalan hingga persalinan, dan komunikasikan status epidemiologi ibu
dengan berkoordinasi dengan Puskesmas. Catatkan penemuan kasus dalam
formullir pada lampiran 5.

B. Peran TPMB dalam Pelacakan Kontak (Trace)


Pelacakan kontak harus segera dilaksanakan segera setelah kasus suspek/
probable ditemukan. Orang yang melakukan kontak erat dengan orang dnegan
kasus suspek/probable harus dilakukan karantina selama 14 hari. Jika dalam
14 hari tersebut muncul gejala, maka orang tersebut harus segera dilakukan
pemeriksaan penunjang laboratorium (RT-PCR) untuk menetapkan kasusnya.
Jika setelah 14 hari yang bersangkutan tidak menunjukkan gejala, maka
pemantauan dapat dihentikan.

Bidan di TPMB biasanya memiliki kedekatan dengan klien-kliennya. Ketika hal


seperti itu ditemukan, maka diharapkan bidan dapat membantu Puskesmas
dalam pelacakan kontak, dan melakukan koordinasi yang baik dengan
Puskesmas jika kemudian terdapat kontak erat di masyarakat.

C. Peran TPMB dalam Manajemen Kesehatan Masyarkat


Manajemen kesehatan masyarakat merupakan serangkaian kegiatan
kesehatan masyarakat yang dilakukan terhadap kasus. Kegiatan ini meliputi
kegiatan karantina/isolasi, pemantauan, pemeriksaan spesimen, penyelidikan
epidemiologi serta komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan
ini tentu menjadi tanggung jawab dari Puskesmas di lingkungan wilayah terkecil.
TPMB dapat mengambil peran, sebagai perluasan layanan kesehatan dari
Puskesmas. Salah satu yang dapat memberikan pengaruh yang besar apabila
dikerjakan dengan optimal adalah edukasi dan penyampaian informasi
terkait karantina/isolasi mandiri, pemantauan serta komunikasi risiko dan
pemberdayaan masyarakat.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
51
Tabel 4.1
Beberapa aspek peran bidan di TPMB dalam manajemen kesehatan masyarakat

Aspek Peran Bidan TPMB


Karantina/ • Ketetapan untuk melakukan karantina/isolasi mandiri pada kasus
isolasi mandiri dengan status apapun (kontak erat, kasus konfirmasi tanpa gejala,
kasus konfirmasi gejala ringan tanpa ko-morbid) dilakukan oleh
Puskesmas di wilayah tersebut sesuai dengan pedoman yang berlaku.
• Bidan dapat membantu dengan menyediakan lembar edukasi tentang
pelaksanaan isolasi mandiri, memberikan nasihat terkait hidup sehat
dan pada ibu hamil tetap melakukan upaya pemantauan kesehatan
sesuai standar. (Lihat Lampiran 7 tentang edukasi isolasi mandiri.)
Pemantauan • Pemantauan terhadap KASUS dilakukan oleh Puskesmas sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
• Bidan di TPMB membantu melakukan pemantauan kondisi kesehatan
secara umum ibu hamil dan keluarganya, dan memberikan arahan
kepada ibu dan keluarga apabila mencurigai hal-hal seperti: gejala
dan tanda infeksi covid-19, terdapatnya kontak erat di lingkungan.
• Dalam melakukan pemantauan bidan harus segera memberikan
laporan kepada Puskesmas apabila menemukan kecurigaan yang
membutuhkan penanganan Puskesmas.
Komunikasi • Dalam setiap kesempatan kontak dengan masyarakat, dalam hal ini
risiko ibu hamil sebagai pintu masuk, bidan di TPMB harus secara terus
menerus mengkomunikasikan risiko terutama yang berkitan dengan
upaya-upaya pencegahan penularan, upaya menghubungi Puskesmas
jika terjadi perburukan, edukasi terkait karantina/isolasi mandiri
serta yang terpenting adalah edukasi terus menerus tentang protokol
kesehatan (Protokol 5M: menggunakan masker, mencuci tangan,
menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi mobilitas)
Pemberdayaan • Kedekatan Bidan di TPMB dengan masyarakat hendaknya menjadi
masyarakat pintu masuk dalam upaya-upaya pemberdayaan masyarakat. Upaya
tersebut tidak terbatas pada upaya pencegahan penyebaran penyakit
saja, melainkan juga upaya dukungan bagi anggota masyarakat yang
harus menjalani isolasi mandiri dengan membantu secara bergotong
royong memenuhi kebutuhan sehari-hari tetangganya yang sedang
dikarantina tersebut.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
52
BAB V

PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pencatatan dan pelaporan merupakan bagian penting dari upaya peningkatan


kualitas pelayanan. Sebagai fasilitas pemberi layanan, maka TPMB juga perlu
melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh kegiatan yang dilakukan.
Pada masa pandemi COVID-19/penyakit infeksi emerging lain seperti saat ini, hal
tersebut menjadi semakin penting terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan
dan pengendalian wabah baik di masyarakat secara umum maupun pada kelompok
masyarakat khusus, ibu hamil dan bayi/balita. Data yang dikumpulkan tersebut akan
dapat digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan kesehatan di masa yang akan
datang.

A. Pencatatan dan Pelaporan Reguler


TPMB melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap semua kegiatan rutin
yang dikerjakan sesuai dengan petunjuk teknis pembinaan dan pengawasan
praktik mandiri bidan. Pencatatan meliputi pencatatan dan pelaporan:
- Pelayanan kesehatan ibu dan KB
- Pelayanan kesehatan anak
- Pelayanan Imunisasi
- Pelayanan persalinan
- Pelayanan Nifas

B. Pencatatan dan Pelaporan Khusus


Pencatatan dan pelaporan terkait covid-19 harus menjadi alat komunikasi yang
efektif antara petugas kesehatan di berbagai level. Kesinambungan informasi
merupakan salah satu kunci keberhasilan pengendalian kasus dalam wabah/
pandemi. Oleh karena itu pencatatan dan pelaporan tersebut sedapat mungkin
real time sehingga tindak lanjut yang diperlukan dapat efektif dan efisien.

Secara umum, pencatatan dan pelaporan kasus COVID-19 dilaksanakan


terkomputerisasi dengan cara online berbasis aplikasi. Beberapa wilayah yang
tidak bisa melaporkan secara online, pengiriman pelaporan dilakukan secara

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
53
offline menggunakan formulir-formulir terlampir melalui mekanisme yang
disepakati. Laporan offline dari fasyankes akan diinput ke aplikasi online oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota.

Dari sekian banyak pencatatan dan pelaporan yang dilakukan, maka bidan
di TPMB bertanggung jawab pada laporan notifikasi kasus. Kasus yang baru
diterima oleh Fasyankes (Puskesmas, RS, Klinik, atau fasyankes lain) dan
atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, baik dari kunjungan pasien atau hasil
penelusuran kontak erat, harus dicatat dan dilaporkan dalam formulir notifikasi
penemuan kasus COVID-19.

Variabel yang harus dilengkapi saat mencatat notifikasi penemuan kasus adalah:
Nama, NIK, Umur, Jenis Kelamin, Alamat Domisili 14 hari terakhir (lengkap
dengan desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota), Nomor kontak seluler
yang dapat dihubungi, tanggal onset (muncul gejala), gejala terkait COVID-19,
Riwayat (kontak/perjalanan/tidak ada), kondisi penyerta, status epidemiologi
(suspek/probable/konfirmasi), tindakan (rujuk/rawat/isolasi mandiri). Variabel
alamat domisili diisi dengan alamat tempat tinggal dalam 14 hari terakhir.
Variabel ini penting untuk dilengkapi karena menjadi dasar penentuan lokasi
asal ditemukannya kasus, dan berkaitan dengan area fokus penyelidikan
epidemiologi yang selanjutnya akan dilaksanakan oleh Puskesmas.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
54
BAB VI

PENUTUP

Petunjuk teknis ini disusun untuk membantu bidan dalam menyelenggarakan Praktik
Mandiri Bidan di TPMB dan memberikan pelayanan kebidanan pada masa pandemi
COVID-19/penyakit infeksi emerging lain dan adaptasi kebiasaan baru. Pada masa
pandemi seperti ini diharapkan ibu hamil tetap mendapatkan haknya terhadap
pelayanan esensial antenatal, persalinan dan nifas. Selain itu pelayanan keluarga
berencana serta imunisasi dasar juga diharapkan dapat tetap berjalan. Modifikasi
perlu dilakukan dengan memanfaatkan teknologi komunikasi serta memanfaatkan
kedekatan bidan di PMB dengan masyarakat sekitar yang menjadi kliennya.

Sesuai dengan hirarki pengendalian infeksi, maka TPMB harus melakukan penyesuaian
dalam menghadapi pandemi COVID-19/penyakit infeksi emerging lain serta adaptasi
berbagai kebiasaan baru, terutama terkait kewaspadaan transmisi. Pengaturan
tersebut meliputi upaya prevensi melalui penyesuaian disain, administratif hingga
pemanfaatan APD secara bijak.

Peran bidan di TPMB dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit terutama
berupa pemberian informasi dan edukasi terkait pandemi COVID-19-19/penyakit
infeksi emerging lain. Selain edukasi maka bidan dapat berperan dalam penemuan
kasus dan pelacakan kontak. Dalam manajemen kesehatan masyarakat diharapkan
bidan dapat membantu Puskesmas untuk mendukung pelaksanaan karantina/
isolasi mandiri khususnya pada ibu hamil. Selain itu dengan kedekatan yang
dibangun di masyarakat, bidan dapat pula berperan membantu pemantauan dengan
berkoordinasi erat dengan Puskesmas. Demikian pula dalam hal komunikasi risiko
serta pemberdayaan masyarakat.

Diharapkan dengan keterlibatan lebih banyak pihak, bekerja sama di bawah koordinasi
Puskesmas sebagai pemberi layanan kesehatan di tingkat masyarakat terkecil
maka pandemi dapat segera dikendalikan. Diharapkan dengan petunjuk teknis ini
maka bidan dapat memberikan kontribusi lebih, khususnya bagi upaya pencegahan
penyebaran COVID-19 pada ibu hamil dan keluarganya.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
55
PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
56
LAMPIRAN

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
57
PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
58
Lampiran 1.
Modifikasi Jadwal Kunjungan Untuk Ibu Dengan Risiko Rendah Pada Masa Pandemi

Modifikasi jadwal kunjungan peripartum (trimester 3)


Jika risiko lokal dinyatakan rendah, lakukan sesuai jadwal kunjungan tatap muka (KTM),
dapat dikombinasi dengan kunjungan daring (telepon/pesan singkat) sesuai dengan situasi
(tambahkan lebih banyak KTM pada trimester 3)
Informasi covid: www.covid.go.id
Jika risiko lokal meningkat maka kurangi jumlah dan durasi KTM
• Lakukan KTM dengan jumlah orang yang terbatas
• Minimalkan waktu tunggu di ruang tunggu dengan melakukan panggilan melalui telepon
• Pertimbangkan untuk melakukan gabungan antara KTM dan daring (misal: menelpon
terlebih dahulu untuk ANC)
Selama KTM:
• Lakukan pemeriksaan fisik sebagaimana biasa (pemeriksaan tekanan darah,
pengukuran TFU, mendengarkan BJJ, timbang berat badan, pemeriksaan urin
• Tanyakan: keluhan yang dirasakan saat ini, gerakan janin, kontraksi, pengeluaran per
vaginam, adanya kecemasan, kecukupan istirahat dan adanya kekerasan domestik
Pelaksanaan ANC daring:
• Gunakan teknologi informasi semaksimal mungkin sesuai dengan kondisi setempat,
komunikasi menggunakan telepon pintar akan sangat membantu (video call dan
sejenisnya)
• Gunakan buku KIA sebagai panduan untuk KIE maupun pelayanan yang harus diberikan
• Segera minta ibu untuk KTM ketika dari komunikasi daring diduga terdapat potensi
risiko komplikasi
Usia Gestasi Jenis kontak Rekomendasi
<12 minggu Minimal 1x KTM • Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk
Atau kunjungan melakukan:
pertama • Pemeriksaan kesehatan dan identifikasi
kelainan medis serta faktor risiko
preeklampsia *)
• USG dasar terbatas trimester 1
• Evaluasi tanda dan gejala covid19
sesuai form skrining awal (lampiran 4.)
• Pemeriksaan skrining laboratorium
• Pemeriksaan antenatal rutin
• Evaluasi kondisi psikologis
• KIE pada kehamilan
• Jika terdapat peningkatan risiko ibu:
• Tambahkan pemeriksaan GDS (pada
ibu tanpa riwayat keluarga) atau
pemeriksaan TTGO (pada ibu dengan
riwayat/ keluarga DM)
• Pencatatan pada buku KIA

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
59
Usia Gestasi Jenis kontak Rekomendasi
12 – 18 minggu KTM atau daring • Diskusi/membaca bersama buku KIA
(baik dalam kelompok maupun individu).
• Evaluasi ulang tanda dan gejala kelainan
medis serta faktor risiko preeklampsia *).
• Evaluasi tanda dan gejala covid19 sesuai
form skrining awal (lampiran 4.)
• Evaluasi kondisi psikologis.
• Pencatatan pada buku KIA (pada
konsultasi daring minta ibu untuk
mencatatkan konsultasi yang terjadi).
20 – 28 minggu KTM atau daring • Identifikasi tanda-tanda bahaya:
• Tanda-tanda infeksi: ISK, keputihan,
infeksi gigi dan THT
• Nyeri perut/kontraksi premature
• Tanda dan gejala covid19 sesuai form
skrining awal (lampiran 4.)
• KIE kehamilan.
• Evaluasi kondisi psikologis.
• Jika terdapat peningkatan risiko ibu:
• Pemantauan tablet tambah darah
• Tambahkan pemeriksaan ulangan TTGO
(pada ibu dengan riwayat/ keluarga DM)
• Pencatatan pada buku KIA (pada
konsultasi daring minta ibu untuk
mencatatkan konsultasi yang terjadi).
31 – 35 minggu 1 x KTM • Pemantauan pertumbuhan janin dan letak
janin.
• Kolaborasi dengan dokter untuk
melakukan:
• Pemeriksaan kesehatan termasuk
skrining gejala covid19 sesuai form
skrining awal (lampiran 4.)
• USG trimester 3
• Pemeriksaan laboratorium ulang.
• Edukasi tanda bahaya trimester 3.
• KIE KB dan laktasi.
• Evaluasi kondisi psikologis.
• Pencatatan pada buku KIA

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
60
Usia Gestasi Jenis kontak Rekomendasi
36 – 40 minggu 1x KTM • ANC rutin termasuk pemeriksaan
kesehatan, edukasi tanda bahaya
trimester 3 dan skrining covid19.
• Jika memungkinkan tambahkan
pemeriksaan penunjang laboratorium
Covid19 (rapid antibodi/rapid antigen/RT-
PCR) pada 38 minggu dan edukasi isolasi
mandiri hingga tiba saat bersalin, dengan
berkolaborasi dengan Puskesmas/
fasyankes yang ditunjuk.
• Perencanaan persalinan.
• KIE kehamilan termasuk KB dan laktasi.
• Evaluasi kondisi psikologis.
• Pencatatan pada buku KIA (pada
konsultasi daring minta ibu untuk
mencatatkan konsultasi yang terjadi).
41 minggu 1x KTM • Rujukan FKRTL.
• Pencatatan pada buku KIA
Sesuai dengan Panduan ANC
*) sesuai buku KIA rev 2020

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
61
Lampiran 2.
Modifikasi Jadwal Kunjungan Nifas dan Kunjungan Neonatus *) **)

Kunjungan Nifas Kunjungan Neonatus


Waktu Jenis kontak Rekomendasi Waktu Jenis kontak Rekomendasi
6-48 jam dan KTM (min 1 x) • Penilaian Nifas rutin dan Usia 6-48 KTM (min 1x) • Pemeriksaan
3-7hari nifas, dan daring. KIE sesuai dengan formulir jam dan 3-7 dan daring sesuai dengan
(KF 1 dan 2) Pemeriksaan Ibu Nifas, hari manajemen
termasuk evaluasi kondisi (KN 1 dan 2) terpadu bayi
psikologis, identifikasi muda
kekerasan domestik dan • Identifikasi
masalah laktasi. gangguan
• Lakukan skrining terhadap laktasi
tanda dan gejala covid19 • Identifikasi
sesuai form skrining awal tanda bahaya
(lampiran 4.) • KN 1 dapat
• KF 1 dapat dilakukan dilakukan
bersamaan dengan KN1 di bersamaan
Fasyankes sebelum pulang dengan KF1
• Lakukan janji temu sebelum di Fasyankes
KTM apabila dirasa perlu, dan sebelum
tanyakan tanda dan gejala pulang
covid19 sesuai form skrining
awal (lampiran 4.) melalui
telepon/SM/WA
• Pencatatan pada buku KIA
(pada konsultasi daring
minta ibu untuk mencatatkan
konsultasi yang terjadi).
8-28 hari Daring/ • Penilaian Nifas rutin dan Usia 8 – 28 Daring/ • Pemeriksaan
nifas kunjungan KIE sesuai dengan formulir hari kunjungan sesuai dengan
(KF 3) rumah/ Pemeriksaan Ibu Nifas, KN 3 rumah/ manajemen
KTM jika termasuk evaluasi kondisi KTM jika terpadu bayi
dirasa perlu psikologis, identifikasi dirasa perlu muda
kekerasan domestik. • Identifikasi
• Lakukan skrining terhadap gangguan
tanda dan gejala covid19 laktasi
sesuai form skrining awal • Identifikasi
(lampiran 4.). tanda bahaya
• Pemantauan keberlanjutan
Menyusui ASI Eksklusif.
• Edukasi kontrasepsi.
• Pencatatan pada buku KIA
(pada konsultasi daring
minta ibu untuk mencatatkan
konsultasi yang terjadi) dan
lakukan dokumentasi di TPMB.
29 – 42 hari Daring/ • Penilaian Nifas rutin dan
nifas kunjungan KIE sesuai dengan formulir
(KF 4) rumah/ Pemeriksaan Ibu Nifas,
KTM jika termasuk evaluasi kondisi
dirasakan psikologis, identifikasi
perlu kekerasan domestik.
• Lakukan skrining terhadap
tanda dan gejala covid19.
• Pemantauan keberlanjutan
Menyusui ASI Eksklusif.
• Edukasi kontrasepsi
• Pencatatan pada buku KIA
*) Buku Panduan Pelayanan Pasca Persalinan bagi Ibu dan Bayi Baru Lahir, Kemenkes, 2019
**) Buku Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas dan BBL di Era Adaptasi Kebiasaan Baru – rev.5, Kemenkes 2020.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
62
Lampiran 3.
Modified Early Obstetric Warning Score (MEOWS) *)

MEOW Score 3 2 1 0 1 2 3

Saturasi O2 (%) < 85 86-89 90-95 > 85


Laju Nafas (x/menit) < 10 10-14 15-20 21-29 > 30
Nadi (x/menit) < 40 41-50 51-100 101-110 110-129 > 130
Tekanan Darah < 70 71-80 81-100 101-139 140-149 150-159 > 160
Sistolik (mmHg)
Tekanan Darah < 49 50-89 90-99 100-109 > 110
Diastolik (mmHg)
Diuresis (mL/jam) 0 < 20 < 35 35-200 > 200
Sistem Saraf Pusat Agitasi Sadar Respons Respons Tidak ada
hanya hanya respons
terhadap terhadap
stimulus stimulus
verbal nyeri
Suhu (⁰C) < 35 35-36 36-37.4 37.5-38.4 > 38.5
MEOWS 0-1 Normal
MEOWS 2-3 Normal dan stabil. laporan kondisi pasien bisa dalam 1 hari
MEOWS 4-5 Abnormal dan tidak stabil. harus dievaluasi dalam 30 menit
MEOWS > 6 Abnormal dan tidak stabil. harus dievaluasi dalam 10 menit

Jika didapati ibu dengan MEOWS >1 maka segera lakukan upaya-upaya pemantauan yang lebih dan upaya RUJUKAN
*) Buku Rekomendasi Penanganan Virus Corona (COVID-19) pada Maternal (Hamil, Bersalin dan Nifas), POGI, Agustus 2020.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
63
Lampiran 4.
Formulir Skrining Awal Risiko COVID-19
Lampiran 4. Formulir Skrining Awal Risiko COVID-19
Lampiran 4. Formulir Skrining Awal Risiko COVID-19
Nama :
Umur : :
Nama
Nama
NIK : : :
Umur
Umur
Alamat domisili :: :
NIK
NIK
Alamat Identitas :: :
Alamat domisili
Alamat domisili
Keperluan saat ini di TPMB : :
Alamat Identitas :
Alamat Identitas :
Keperluan saat
Dalam 14saat
ini di TPMB
hari terakhir, apakah
:
Keperluan ini di TPMB : anda pernah mengalami hal-hal berikut:

Dalam 14 hari
Dalam 14 hariterakhir,
terakhir,apakah
apakahanda
andapernah
pernah mengalami
mengalami hal-hal
hal-hal berikut:
berikut: Jika Jika
No.
No.No. Pertanyaan
Pertanyaan
Pertanyaan Ya Ya Tidak
TidakJika
Ya Jika Jika
Tidak Ya JikaTidak
Ya Ya tidak
SkortidakSkor
skorskor skorskor
1. 1.
1.
Apakahanda
Apakah
Apakah
anda atau
atau siapapun
anda atau siapapundi
siapapun
didi
rumah
rumah
rumah
anda saatsaat
anda
anda
ini menderita
saat ini ini 5 5 50 0 0
COVID-19?
menderitaCOVID-19?
COVID-19?
menderita
2. 2. Apakah
Apakah
Apakah anda atau
andaatau
anda siapapundidi
atausiapapun
siapapun rumah
rumah
rumah andaanda
anda mengalami: 5 5 0 0
mengalami:
• Demam/suhu tubuh tinggi
mengalami:
Demam/suhutubuh
•• • Batuk/pilek
Demam/suhu tubuhtinggi
tinggi 5 0
•• • Sesak napas/sakit tenggorokan
Batuk/pilek
Batuk/pilek
•• • Sakit
Sesak
Sesakkepala
napas/sakit
napas/sakittenggorokan
tenggorokan
3. Sakit
Sakitkepala
•• Apakah kepala
anda atau siapapun di rumah anda memiliki riwayat
3.
3. Apakah
kontakanda
Apakah anda atau
atausiapapun
erat dengan siapapun
orang yangdidi
rumah
rumah anda
dinyatakanandamemiliki
memiliki
probabel, suspek 5 5 0 0
riwayat kontak erat 5 0
riwayat
atau confirm eratdengan
kontakCOVID-19? dengan orang
orang
(Berjabat yang
yangdinyatakan
tangan, dinyatakan
berbicara dekat,
probabel,
probabel, suspek
suspek
berada dalam atau
satuatau confirm
confirm
ruangan/satu COVID-19?
rumah) (Berjabat
COVID-19? (Berjabat
tangan,
tangan, berbicara
berbicara dekat,
dekat,berada
berada dalam
dalam satu
satu
4. Apakah andarumah)
ruangan/satu atau siapapun di rumah anda pernah keluar
ruangan/satu rumah)
4. Apakah anda atau siapapun di rumah anda pernah orang, dan
rumah/tempat umum (pasar, fasyankes, kerumunan 1 10 0
4. Apakah anda atau siapapun di rumah anda pernah
lain-lain)? 1 0
keluar rumah/tempat umum (pasar, fasyankes,
keluar rumah/tempat umum (pasar, fasyankes,
5. kerumunan
Apakah andaorang,
ataudan lain-lain)?
siapapun di rumah anda pernah melakukan
kerumunan orang, dan lain-lain)?
5. perjalanan 1 10
5. Apakah andake luarsiapapun
atau kota /ke luar negeri?anda
di rumah (wilayah yang terjangkit
pernah 1 0 0
Apakah
/zona anda
merah).atau siapapun di rumah
melakukan perjalanan ke luar kota /ke luar negeri? anda pernah
melakukan
(wilayah perjalanan ke luarmerah).
kota /ke luar negeri?
6. Apakahyang
andaterjangkit /zona
atau siapapun di rumah anda pernah mengikuti
6. (wilayah yang terjangkit /zona merah). 1 10 0
kegiatan
Apakah yang
anda melibatkan
atau siapapun banyak orang?
di rumah anda pernah
6. 1 0
7. Apakah
Apakahanda
mengikuti anda atau
kegiatan siapapun
atauyang didi
melibatkan
siapapun rumah
rumah anda
banyak
anda pernah
orang?
pernah
7. mengikuti kegiatan yang melibatkan banyak orang? 1 10 0
menggunakan transportasi umum?
Apakah anda atau siapapun di rumah anda pernah
7. 1 0
Apakah anda transportasi
menggunakan atau siapapun
TOTALumum? di rumah anda pernah
SKOR
menggunakan transportasi Total Skorumum?
Total Skor

Saya menjawab pertanyaan di atas dengan sebenar-benarnya demi kesehatan dan keselamatan
Saya menjawab
bersama sebelumpertanyaan
berkunjung di keatas
TPMB. dengan sebenar-benarnya
Jika ternyata terbukti sayademi
tidakkesehatan
menjawab dan keselamatan
dengan jujur,
maka TPMB
bersama akan melakukan
sebelum berkunjungrujukan ke TPMB. ke Puskesmas/Fasyankes
Jika ternyata terbuktiyang
sayaditunjuk.
tidak menjawab dengan jujur,
maka TPMB akan melakukan rujukan ke Puskesmas/Fasyankes yang ditunjuk.
Tanda tangan..............................................
Tanda tangan..............................................

Nama jelas..................................................(pasien/anak/istri/suami)*
Nama
* coret jelas..................................................(pasien/anak/istri/suami)*
yang tidak sesuai
* coret yang tidak sesuai Keterangan:

0 = risiko rendah Keterangan:


1-4 = risiko sedang ≥5 = risiko tinggi
0 = risiko rendah 1-4 = risiko sedang ≥5 = risiko tinggi
84
84
PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
64
Alur Tindak Lanjut Hasil Skrining Awal di TPMB

SKRINING AWAL RISIKO COVID-19

RISIKO RISIKO
RENDAH/SEDANG TINGGI

LAKUKAN SKRINING

SUHU <38ºC SUHU >38ºC

PELAYANAN
NON-COVID RUJUK

KETERANGAN
A. Pasien/Klien
• Pasien/Klien/pendamping persalinan dengan total skor <5 (risiko ringan/sedang) dilakukan
pengukuran suhu.
• Jika suhu <38⁰C pasien/klien dapat diperiksa di TPMB.
• pendamping persalinan dengan suhu <38⁰C dapat mendampingi ibu bersalin.
• Jika suhu ≥38⁰C lakukan edukasi dan rujukan.
• Jika total skor ≥5 – lakukan edukasi dan rujukan.
• Keluarga pasien/klien diberikan edukasi terkait kegiatan tracing kontak yang akan dilakukan
oleh Puskesmas.

B. Petugas TPMB
• Petugas TPMB dengan total skor <5 (risiko ringan/sedang) dilakukan pengukuran suhu.
• Jika suhu <38⁰C petugas dapat bekerja di TPMB seperti biasa.
• Jika suhu ≥38⁰C lakukan rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut.
• Jika total skor ≥5 – lakukan rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Adaptasi dari Panduan Teknis Pelayanan Rumah Sakit Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
65
Lampiran
Lampiran 5
5 Penolakan
Penolakan Pemeriksaan
Pemeriksaan Penunjang
Penunjang Laboratorium
Laboratorium Covid-19
Covid-19
Lampiran
Lampiran 5. 5 Penolakan Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Covid-19
Penolakan Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Covid-19
Lampiran
Nama
5 Penolakan Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Covid-19
Nama Pasien
Pasien ::
Nama Pasien :
Umur
Umur Pasien ::
Nama :
Umur :
NIK
NIK :
Umur ::
NIK :
Alamat
Alamat domisili
domisili :
NIK ::
Alamat domisili :
Alamat
Alamat Identitas
Identitas ::
Alamat domisili :
Alamat Identitas :
Keluhan
Keluhan saat ini
saat ini :
::
Alamat Identitas
Keluhan saat ini :
Keluhan saat ini :

Dengan
Dengan ini
ini saya,
saya,
Dengan ini saya,
Nama
Nama ini saya, ::
Dengan
Nama :
Umur
Umur :
Nama ::
Umur :
NIK
NIK :
Umur ::
NIK :
Alamat
Alamat domisili
domisili :
NIK ::
Alamat domisili :
Alamat Identitas
Alamat domisili
Identitas :
Alamat ::
Alamat Identitas :
Nomor
Nomor telepon/HP
telepon/HP :
Alamat Identitas ::
Nomor telepon/HP :
Hubungan
Hubungan dengan
dengan pasien
pasien : suami/ayah/ibu/saudara/lainnya: ……………………
Nomor telepon/HP :: suami/ayah/ibu/saudara/lainnya: ……………………
Hubungan dengan pasien : suami/ayah/ibu/saudara/lainnya: ……………………
Hubungan dengan pasien : suami/ayah/ibu/saudara/lainnya: ……………………
Menyatakan
Menyatakan MENOLAK
MENOLAK untuk
untuk dilakukan
dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan penunjang
penunjang laboratorium
laboratorium COVID-19.
COVID-19.
Menyatakan MENOLAK untuk dilakukan pemeriksaan penunjang laboratorium COVID-19.
Saya memahami
Saya memahami bahwa
bahwa penolakan
penolakan ini ini akan
akan tetap
tetap dilaporkan
dilaporkan kepada
kepada Dinas
Dinas Kesehatan
Kesehatan
Menyatakan MENOLAK untuk dilakukan pemeriksaan penunjang laboratorium COVID-19.
setempat
setempat cq
Saya memahamiPuskesmas untuk
bahwa penolakan
cq Puskesmas dilakukan pelacakan
ini akan
untuk dilakukan kontak
tetap dilaporkan
pelacakan lebih jauh
kepada
kontak lebih apabila
jauhDinas diperlukan.
Kesehatan
apabila diperlukan.
setempat cq Puskesmas
Saya memahami untuk dilakukan
bahwa penolakan pelacakan
ini akan kontak lebih
tetap dilaporkan jauhDinas
kepada apabila diperlukan.
Kesehatan
setempat cq Puskesmas untuk dilakukan pelacakan kontak lebih jauh apabila diperlukan.
Alasan penolakan
Alasan penolakan ::
Alasan penolakan :
Alasan penolakan :

Tempat, tanggal
Tempat, tanggal
Tempat, tanggal
Tempat, tanggal

Tanda
Tanda tangan
tangan
Tanda tangan
Tanda tangan

(……….Nama…………)
(……….Nama…………)
(……….Nama…………)
(……….Nama…………) 87
87
PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT 87
PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
66
87
Lampiran 6.
Laporan Notifikasi Penemuan Kasus COVID-19 di Fasyankes

Tanggal :
Lampiran 6 Laporan Notifikasi Penemuan Kasus COVID-19 di Fasyankes

Fasyankes :
Tanggal :
Fasyankes
Kab/kota ::
Kab/kota :
Nama Petugas/HP :
Nama Petugas/HP :

No Nama NIK Umur Alamat Alamat No Tgl Gejala Riwayat Status Tindakan Ket
(domisili) sesuai HP onset (terkait (perjalanan/ epidemiologi (rujuk/
identitas covid- kontak/ (suspek/ rawat/
19) tidak ada) probabel/ isolasi
konfirmasi) mandiri)

Keterangan:
Keterangan:
- Form ini diisi oleh fasyankes yang menemukan kasus terkait COVID-19, yaitu Puskesmas, Rumah Sakit, Klinik
dan fasyankes lainnya (termasuk TPMB).
- Form ini diisi oleh fasyankes yang menemukan kasus terkait COVID-19, yaitu Puskesmas, Rumah Sakit, Klinik dan fasyankes lainnya
- (termasuk
RumahTPMB).
Sakit yang sudah terdaftar pada SIRS-Online, harus memastikan data kasus yang dinotifikasi tersebut ke
dalam
- Rumah aplikasi
Sakit SIRS-Online.
yang sudah terdaftar pada SIRS-Online, harus memastikan data kasus yang dinotifikasi tersebut ke dalam aplikasi SIRS-
- Online.
Fasyankes yang melakukan pengambilan spesimen, selain membuat notifikasi kasus, harus melakukan entri
- Fasyankes yang melakukan pengambilan spesimen, selain membuat notifikasi kasus, harus melakukan entri data kasus ke dalam All
data TC-19.
Record kasus ke dalam All Record TC-19.
-
- FormForm notifikasi
notifikasi ini disampaikan
ini disampaikan setiap
setiap hari hari
kepada kepada
Dinas Dinas
Kesehatan Kesehatan Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota untuk dilakukan
untuk dilakukan rekapitulasi rekapitulasi
laporan harian.
- Kolom alamat
laporan wajib diisi secara lengkap hingga kecamatan dan kelurahan. Untuk alamat domisili diisi dengan alamat tinggal kasus dalam
harian.
14 hari terakhir.
- Kolom alamat wajib diisi secara lengkap hingga kecamatan dan kelurahan. Untuk alamat domisili diisi dengan
alamat tinggal kasus dalam 14 hari terakhir.
- Penting untuk melengkapi alamat domisili karena menjadi dasar penentuan lokasi asal ditemukannya kasus dan
berkaitan dengan area fokus penyelidikan epidemiologi.
- Kolom keterangan diisi dengan; tanggal rujuk, tanggal rawat, tanggal mulai isolasi mandiri, tanggal dilakukan PE.

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
67
Lampiran 7.7 Lembar Edukasi Isolasi Mandiri untuk Pasien
Lampiran
Lembar Edukasi Isolasi Mandiri untuk Pasien

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
68
Bila Anda menderita COVID-19 atau diduga terinfeksi virus yang menyebabkan COVID-19,
ikuti langkah di bawah untuk mencegah penularan penyakit di rumah dan komunitas Anda.

Tetap di rumah kecuali bila membutuhkan Bersihkan tangan lebih sering


perawatan medis Cucilah tangan Anda lebih sering dengan air dan sabun
Batasi aktifitas di luar rumah, kecuali bila setidaknya selama 20 detik. Bila tidak tersedia air dan
membutuhkan perawatan medis. Jangan pergi sabun, bersihkan tangan dengan hand sanitizer yang
ke tempat kerja, sekolah atau tempat-tempat mengandung alkohol setidaknya 60%, diratakan ke
umum. Hindari menggunakan transportasi umum, seluruh permukaan tangan dan digosok hingga terasa
termasuk taksi. kering. Penggunaan air dan sabun lebih dianjurkan bila
Batasi diri dari manusia maupun binatang di rumah tangan kotor. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut
Manusia : Gunakan ruangan khusus yang terpisah dengan tangan yang belum bersih.
dari penghuni lain , dan bila memungkinkan untuk Bersihkan setiap hari permukaan yang sering disentuh
menggunakan kamar mandi yang terpisah. Permukaan yang sering disentuh dengan tangan
Binatang : Jangan menyentuh atau mendekati diantaranya adalah permukaan meja, gagang pintu,
binatang bila Anda sedang sakit. perlengkapan kamar mandi, toilet, telepon, keyboard,
Berikan informasi sebelum mengunjungi dokter maupun tablet. Bersihkan semua permukaan yang
Bila Anda memiliki perjanjian dengan tenaga mungkin terkena darah, kotoran maupun cairan tubuh.
medis, hubungi penyedia layanan dan sampaikan Gunakan cairan pembersih peralatan rumah tangga
bahwa Anda menderita atau mungkin menderita sesuai petunjuk pada label. Terdapat instruksi pada
COVID-19. Hal ini akan membantu penyedia label untuk keamanan dan efektifitas penggunaan
layanan kesehatan untuk melakukan langkah- cairan pembersih termasuk peringatan yang harus
langkah pencegahan penularan terhadap orang lain diperhatikan saat penggunaan. Gunakan sarung tangan
saat membersihkan dan pastikan terdapat sirkulasi udara
Gunakan Masker
yang baik bila menggunakan produk cairan pembersih.
Masker harus digunakan bila sedang berada
di suatu tempat bersama orang lain, binatang Awasi gejala yang muncul
peliharaan, ataupun sedang di fasilitas layanan Segera cari pertolongan medis bila gejala penyakit
kesehatan. Bila terdapat kesulitan menggunakan memberat (contoh: sesak napas). Sebelum mencari
masker, maka orang lain tidak diperbolehkan pertolongan medis, hubungi penyedia layanan kesehatan
berada bersama dalam suatu ruangan atau harus dan informasikan bahwa Anda menderita atau sedang
menggunakan masker bila memasuki ruangan dalam evaluasi penyakit COVID-19. Gunakan masker
tersebut. sebelum memasuki fasilitas kesehatan. Langkah-
langkah ini akan membantu penyedia layanan kesehatan
Tutupi hidung dan mulut saat batuk dan bersin
mencegah penularan di ruangan.
Tutupi hidung dan mulut Anda dengan
Tanyakan penyedia layanan kesehatan Anda untuk
menggunakan tisu saat batuk dan bersin. Buang
menghubungi dinas kesehatan setempat. Orang yang
tisu yang sudah digunakan di tempat sampah
sedang dalam pengawasan atau pemantauan mandiri
tertutup ; cuci tangan segera dengan air dan sabun
harus mengikuti instruksi yang diberikan oleh dinas
setidaknya selama 20 detik atau bersihkan tangan
kesehatan setempat ataupun tenaga profesional terkait.
dengan hand satizer yang mengandung setidaknya
Bila terdapat kegawatdaruratan hubungi nomor 119,
60% alkohol digosokkan merata di tangan hingga
dan berikan informasi mengenai penderita yang akan
kering. Air dan sabun diutamakan untuk digunakan
dikirim atau sedang dalam evaluasi terhadap COVID-19.
bila tangan terlihat kotor.
Bila memungkinkan, pakaikan masker kepada penderita
Tutupi hidung dan mulut saat batuk dan bersin sebelum petugas kesehatan tiba.
Hindari penggunaan piring, gelas, cangkir,
Penghentian isolasi di rumah
peralatan makan, handuk, maupun tempat tidur
Pasien yang terkonfirmasi COVID-19 harus tetap berada
bersama orang lain serta binatang peliharaan di
di rumah sampai risiko terhadap penularan sekunder
rumah. Peralatan tersebut harus segera dicuci
menurun. Keputusan untuk menghentikan isolasi
dengan air dan sabun selesai digunakan.
harus dilakukan berdasarkan kasus demi kasus serta
berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan dan
dinas kesehatan setempat.

Informasi lebih lanjut:


Bidan TPMB (nama Bidan) :
No telepon/HP :

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
69
PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
70

Anda mungkin juga menyukai