Iwan 20091015121421 2325 0
Iwan 20091015121421 2325 0
DI JAWA TIMUR
I. Pendahuluan
Dalam statistik air minum tahun 1997, Jawa Timur menduduki peringkat
pertama dalam jumlah pelanggan (715 ribu, atau 16.4 persen nasional), jumlah air
bersih terjual (245 juta m3, 16.2 persen nasional), dan jumlah karyawan (6577 orang,
16.7 persen nasional). Sementara pada kapasitas produksi efektif (14.3 ribu liter per
detik, 17.5 persen nasional), nilai ekonomi air (140 miliar rupiah, 13.7 persen
nasional), dan nilai output (163 miliar rupiah, 15.3 persen nasional) berada di
peringkat kedua bawah DKI Jakarta. Sementara itu, Jawa Timur terpuruk dalam
efektifitas produksi, yakni hanya 60 persen dari kemampuan terpasangnya atau
tergolong terbawah secara nasional. Jauh dibawah DKI Jakarta sebagai peringkat atas
yang mencapai efektifitas 97.5 persen. Dari indikator terakhir, Jawa Timur nampaknya
memiliki permasalahan dalam pengelolaan air bersih, padahal diyakini kapasitas
terpasangnya mencapai 23828 liter per detik dan paling tinggi secara nasional.
Menurut data Susenas (1999), rata-rata penduduk Jawa Timur yang terlayani air bersih
sebesar 19 persen. Lebih jauh, perkembangan sektor air bersih di Jawa Timur dalam
kurun 1993 hingga 1999 (BPS, 2001) menunjukkan gejala penurunan kualitas
pelayanan sebagai akibat ketidak-imbangan pertumbuhan produksi air bersih (sebesar
4.8 persen) dibanding pertumbuhan jumlah pelanggan (8.7 persen) (Tabel 1).
Gambaran lebih detil tentang PDAM di Jawa Timur disajikan dalam Tabel 2.
PDAM berdasarkan jumlah pelanggan dibagi ke dalam empat tipe, yakni A, B, C dan D
dengan jumlah pelanggan masing-masing kurang dari 10000, 10001 hingga 30000,
30001 hingga 50000, dan lebih dari 50000. Berturut-turut PDAM tipe D, C, B dan A di
Jawa Timur berjumlah 3, 2, 14 dan 18 PDAM. Hal tersebut memperlihatkan bahwa 18
dari 37 PDAM di Jawa Timur adalah PDAM kecil (tipe A), dengan rata-rata jumlah
pelanggan 7233 dan kinerja yang umumnya rendah, diperlihatkan dengan rata-rata
kerugian sebesar 370.89 juta rupiah per PDAM. Keragaan PDAM tipe B nampaknya
Tabel 1. Keragaan Sektor Air Bersih di Jawa Timur Tahun 1993 hingga 1999
Karakteristik Satuan 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 Pertum-buhan1)
%
Jumlah PDAM unit 37 37 37 37 37 37 37
Kapasitas produksi liter/dt 9234 9944 10711 11548 15656 11303 14372 10
Jumlah karyawan (TK) orang 5347 5495 5861 6451 6533 6655 6850 4.3
Jumlah pelanggan samb 501257 545752 598825 764051 714384 764051 826205 8,7
Rumah tangga samb 446931 493207 540808 702593 654919 702593 761711 9,3
Fasilitas umum samb 8466 8884 10072 8472 9156 8472 4603 -7,3
Industri dan jasa samb 28453 28928 31208 27978 30364 27978 31420 1,9
Instansi pemerintah samb 5588 5639 6034 7083 6784 7083 7346 4,7
Air yg Disalurkan ribu m3 183354 188524 216923 228868 233167 228868 241590 4,8
Rumah tangga ribu m3 123425 127982 146369 164247 159962 164247 174712 6,1
Fasilitas umum ribu m3 10136 10893 11765 9579 9795 9579 3831 -11
Industri dan jasa ribu m3 13727 16244 18785 18405 16019 18405 19913 7,1
Instansi pemerintah ribu m3 12531 11166 12680 14237 6378 14237 15089 15
Lain-lain ribu m3 14708 7758 17697 11973 5302 11973 12031 9,8
Harga air rp/m3 449 565 616 751 773 1010 1048 17
Investasi juta rp 67919 96475 122500 165915 5898 561593 191055 1561
Jumlah penduduk ribu 32285 32459 32459 33090 33258 33447 33755 0,7
Rasio TK: Pelanggan 11:1000 10:1000 10:1000 8:1000 9:1000 9:1000 9:1000
Konsumsi per kapita m3/jiwa 5.68 5,81 6.64 6.59 7.01 6.84 7.16 4.0
Penduduk terlayani persen 12.09 12,56 12.19 14.38 15.79 16.97 19.30 8.2
1)
Pertumbuhan rata-rata per tahun 1993 hingga 1999
Sumber: Statistik Air Minum (BPS, 1999; 2001)
Dari 37 PDAM di seluruh pemerintah kota dan kabupaten di Jawa Timur, hanya
delapan PDAM yang pada tahun 1997 memperlihatkan keuntungan bersih (sesudah
pajak), masing-masing PDAM Surabaya (9.1 miliar), kota Malang (4.2 miliar), Sidoarjo
(897 juta), Magetan (361 juta), Tuban (251 juta), kota Madiun (68 juta), kabupaten
Mojokerto (50 juta), dan kota Probolinggo (32 juta). Jumlah keseluruhan keuntungan 8
PDAM mencapai 14.9 miliar rupiah, tidak lebih dari kerugian 29 PDAM sebesar 15.1
miliar rupiah. Rendahnya kinerja PDAM sesungguhnya telah diketahui. Namun momen
krisis ekonomi tahun 1998 telah meminta perhatian terhadap permasalahan yang
dihadapi PDAM. Oleh karena itu Mendagri (dengan surat No 539/3518/PUOD) dan
ditindak lanjuti dengan Gubernur Jatim (dengan surat No 690/13973/022/1998)
memutuskan untuk membebaskan PDAM yang masih merugi terhadap ‘kewajiban-
kewajiban setor’ ke kas pemda, dimana dalam keadaan ekonomi normal ‘setoran’
mencapai 55 persen dari keuntungan PDAM.
Laba2
(Rugi)
No PDAM (Tipe)1 Pendapatan2 Beaya2 Pajak2 Jumlah3 Air 3 Vol air Harga4 Beaya4
(Beaya) Pelang- Disalur- per1 Pro- Pro-
Bersih gan kan Pelang- duksi duksi
gan Rata-2 Rata-2
Usaha Lain- Lang- Umum
lain sung
1 Kab Trenggalek (A) 327 3 504 200 26 (400) 4290 677 158 483 744
2 Kab Probolinggo (A) 455 30 480 318 - (313) 4800 874 182 521 549
3 Kab Pamekasan (A) 1174 1 749 865 - (439) 5073 1650 325 711 454
4 Kota Mojokerto (A) 505 (4) 428 946 - (872) 5300 713 134 709 600
5 Kab Pacitan (A) 272 3 420 241 - (386) 5561 620 111 439 677
6 Kab Mojokerto (A) 1017 70 522 515 - 50 7026 1681 239 605 311
7 Kab Sampang (A) 790 17 424 416 - (33) 7222 1973 273 400 215
8 Kab Bondowoso (A) 649 20 607 362 - (299) 7250 1346 186 482 451
9 Kota Probolinggo (A) 1297 12 554 724 - 32 7621 2200 289 589 252
10 Kab Sumenep (A) 896 (298) 832 270 - (503) 7661 2029 265 442 410
11 Kota Blitar (A) 642 (24) 547 286 - (215) 7860 985 125 651 556
12 Kota Kediri (A) 1619 (208) 732 710 - (30) 8345 2037 244 795 359
13 Kab Kediri (A) 619 (134) 641 421 - (577) 8548 1047 122 591 612
14 Kab Gresik (A) 4219 (2536) 2783 676 - (1777) 8577 2183 254 1932 1275
15 Kab Bangkalan (A 1856 (233) 1217 476 - (70) 8658 2073 239 895 587
16 Kab Jombang (A) 1084 (429) 901 374 - (620) 8705 1921 221 564 469
17 Kab Bojonegoro (A) 1113 26 954 361 - (176) 8788 1662 189 669 574
18 Kab Lamongan (A) 1126 109 769 514 - (48) 8903 1285 144 876 599
19 Kab Pasuruan (B) 1205 (304) 1081 803 - (984) 10063 2486 247 485 435
20 Kab Blitar (B) 619 (134) 641 421 - (577) 10107 1360 135 455 471
21 Kab Ngawi (B) 1129 (459) 1280 231 - (840) 10142 2901 286 389 441
22 Kab Nganjuk (B) 1291 (485) 1115 551 - (859) 10394 1780 171 725 626
23 Kab Lumajang (B) 1923 3 1558 1965 - (1596) 10560 2479 235 776 628
24 Kab Ponorogo (B) 1037 30 933 390 - (255) 10673 2000 187 519 466
26 Kab Tlgagung (B) 1146 65 666 691 - (146) 12225 2442 200 469 273
27 Kota Pasuruan (B) 2100 (183) 1060 1056 - (200) 13145 2576 196 815 411
28 Kab Tuban (B) 1949 48 1143 571 26 251 13185 4446 337 438 257
29 Kab Situbondo (B) 1595 73 1479 1011 - (821) 14308 3013 211 529 491
30 Kota Madiun (B) 2326 37 1252 1027 17 68 15532 3977 256 585 315
31 Kab Banyuwangi (B) 2523 (17) 1395 1702 - (590) 16311 3737 229 675 373
32 Kab Jember (B) 2224 34 1474 1257 - (473) 17920 4347 243 512 339
33 Kab Magetan (C) 3790 145 1929 1548 96 361 30329 5993 198 632 322
34 Kab Sidoarjo (C) 14535 (206) 7666 5580 185 897 32743 6995 214 2078 1096
35 Kab Malang (D) 7050 639 4256 4001 - (655) 51948 10064 194 701 423
36 Kota Malang (D) 20662 (1150) 6813 6544 1938 4218 61926 21482 347 962 317
37 Kota Surabaya (D) 114607 510 50706 49497 5863 9051 223002 114607 514 1000 442
Jawa Timur 202397 (4798) 101490 88024 8236 (152) 705987 225370 319 898 450
1
Tipe PDAM berdasar jumlah pelanggan : kurang dari 10000 (A), 10001 hingga 30000 (B), 30001 hingga 50000 (C), dan lebih
dari 50000 (D). 2 Lampiran surat Gubernur Jatim No 690/13973/022/1998 perihal pembebasan setoran PDAM ke Pemda; 3 Jawa
Timur Dalam Angka 1997 (BPS, 1999); 4 Harga Produksi = pendapatan usaha dibagi air terdistribusi, Beaya Produksi = beaya
langsung dibagi air terdistribusi
Rendahnya keragaan dan kinerja sektor air bersih dan PDAM tidak terlepas dari
keadaan kelembagaan dan kelemahan sistem insentif di dalamnya. Payung
kelembagaan PDAM bersumber dari Surat Keputusan Bersama (SKB) Mendagri dan
Menteri PU No 4 tahun 1984 atau 27/KPTS/1984 tentang pembinaan PDAM. Hal
tersebut berimplikasi bahwa Depdagri melalui Pemda berhak menetapkan direksi dan
mempengaruhi manajemen. Pemda juga berkepentingan menetapkan harga air
(regulated price) dalam rangka melindungi kepentingan konsumen. Kebijakan harga
tersebut terbukti tidak memuat insentif bagi pengambilan keputusan berproduksi oleh
PDAM atau konsumsi air bersih oleh rumah tangga. Data perkembangan harga air riil
(tahun 1983) selama periode 1991 hingga 1999 bergerak tidak kontinyu (rata-rata
tumbuh –1.6 persen per tahun) dan mencapai titik terendah pada tahun 1999, yakni
174 rupiah per m3. Fenomena krisis ekonomi mengakibatkan hampir keseluruhan, 29
dari 37 PDAM terutama tipe A dan B tidak menaikkan harga dan menghadapi persoalan
keuangan. Dalam posisi ini PDAM umumnya tidak punya pilihan untuk berinvestasi dan
mengembangkan kegiatannya.
I. Aspek Sosial
a. Peningkatan pelayanan - Pembangunan wilayah kota terintegrasi
hingga 80 persen - Pengentasan kemiskinan
1. Peningkatan tingkat
penduduk wilayah kota - Program-program pengamanan sosial
pelayanan
dan 60 persen penduduk (social safety net) yang terkait dengan
penduduk
kabupaten sektor air bersih
V. Aspek Ekonomi
Strategi peningkatan kuantitas dan kualitas air bersih memiliki dua sasaran. Pertama,
pengembangan sumber-sumber air baku baru. Secara umum kapasitas produksi air bersih
berdasarkan sumber-sumber air baku yang ada tidak akan cukup memenuhi permintaan air
bersih pada masa mendatang. Oleh karena itu langkah operasional terencana dan terpadu dalam
jangka panjang khususnya di sekitar Surabaya tidak dapat dikerjakan oleh sektor air bersih
sendiri. Beruntung, sistem penyediaan dan upaya peningkatan air baku di wilayah tersebut telah
terkoordinasi di dalam perencanaan pengelolaan DAS Brantas oleh Perum Jasa Tirta. Sistem
pengelolaan DAS Brantas telah mampu memanfaatkan air baku sekitar 50 persen dari kapasitas
maksimumnya, termasuk paling efisien di Indonesia. Lebih jauh, kerangka antisipasi
pembangunan sektor air bersih di Surabaya (Gambar 2) berada dalam skema pembangunan
perkotaan Gerbang Kertasusila (SUDP 2000). Kebijakan strategis telah disiapkan hingga tahun
2018, yakni menambah air baku sejumlah 137 juta m 3 per tahun (setara 4.4 m3 per detik, hingga
tahun 2006) dan 210 juta m3 per tahun (setara 6.7 m3 per detik, hingga tahun 2018). Tambahan
air baku dalam jangka pendek dan menengah berasal dari Waduk Beng (Jombang) tahun 2005
senilai 133 juta dolar, sumber air Umbulan (Pasuruan) (segera direalisasikan sesudah gagal pada
tahun 1999) senilai 86 juta dolar, dan waduk Kedung Warak (Jombang) tahun 2015 yang
investasinya belum diskedul. Namun demikian, bagi PDAM lainnya sesuai dengan kemampuan
sendiri dan karakteristik sumber air baku di wilayah masing-masing, dapat juga melakukan hal
sama dengan skala yang lebih kecil. Investasi dan kegiatan tersebut harus senantiasa ada dalam
misi PDAM. Kedua, pemeliharaan kualitas air baku. PDAM yang menggunakan air baku dari
sumur dalam atau mata air relatif tidak bermasalah dalam memelihara kualitas air, yakni cukup
dengan sistem injeksi desinfektan kaporit sejumlah 0.2 hingga 0.4 mg per liter di dalam sistem
pengolahan air yang relatif sederhana. Sedangkan PDAM yang menggunakan bahan baku air
permukaan, oleh karena keadaannya relatif terbuka terhadap gangguan sifat-sifat kimia, fisika
dan biologi air, memerlukan proses pengolahan yang canggih dan rumit—meliputi sedimentasi
awal, aerator (proses oksidasi), flokulasi, sedimentasi akhir, dan penyaringan—untuk
memperbaiki kualitas air. Langkah operasional yang perlu segera diberlakukan adalah
menerapkan sistem monitoring dini kualitas air. Hal ini relevan pada PDAM Surabaya karena
relatif sering menghadapi penurunan kualitas air bersih yang tidak terduga pada musim
kemarau. Di sisi lain, perbaikan teknologi pengolahan perlu diupayakan terus menerus selain
alasan efisiensi.
VII. Penutup
Badan Pusat Statistik (BPS). 1998. Statistik Air Minum 1993-1997. Jakarta.
Badan Pusat Statistik (BPS). 1999. Statistik Air Minum Jatim 1998. Surabaya.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2001. Statistik Air Minum Jatim 1999. Surabaya.
Idelovitch, E. and K. Ringskog. 1995. Private Sector Participation in Water Supply and
Sanitation in Latin America. Washington, DC: The World Bank
Surat Keputusan Bersama (SKB) Mendagri dan Menteri PU No 4 tahun 1984 atau
27/KPTS/1984 tentang pembinaan PDAM. Jakarta
Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). 1999. Hasil Susenas 1999 Jawa Timur.
Surabaya: BPS Jatim
United Nations. 1979. Guidelines for Rural Centre Planning: Rural water supply and
sanitation. New York
World Bank. 1993. The demand for water in rural areas: determinants and policy
implications. World Bank Research Observer. 8(1): 47-70.