1. Sosiologi termasuk rumpun ilmu sosial, bukan ilmu pengetahuan alam ataupun ilmu
kerohanian.
2. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang kategoris, artinya sosiologi membatasi diri
dengan apa yang terjadi dan bukan pada apa yang seharusnya terjadi.
3. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan murni.
4. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak, artinya yang diperhatikan adalah
pola dan peritiwa yang terjadi dalam masyarakat.
5. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum.
6. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang rasional, terkait dengan metode yang
digunakannya.
7. Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan umum, bukan ilmu pengetahuan yang khusus.
Ciri-Ciri Sosiologi
Sebagai ilmu sosial yang objeknya masyarakat, sosiologi mempunyai ciri-ciri utama sebagai
berikut (dalam Sosiologi Suatu Pengantar, Soerjono Soekanto, 1990).
1. Peran Sosiolog
Menurut Horton dan Hunt (1987), dewasa ini beberapa profesi yang umumnya diisi oleh para
sosilog adalah:
1. Sebagai ahli riset, baik itu riset ilmiah untuk kepentingan pengembangan keilmuan atau riset
yang diperlukan sektor industri;
2. Fungsi Sosiologi
Sebagai ilmu pengetahuan sosial yang objeknya masyarakat, sosiologi memiliki empat macam
fungsi atau kegunaan, yaitu dalam bidang perencanaan sosial, penelitian, pembangunan, dan
pemecahan masalah sosial.
1. Perencanaan Sosial
Beberapa fungsi atau kegunaan sosiologi dalam perencanaan sosial adalah sebagai berikut:
Sosiologi memahami hubungan manusia dengan lingkungan alam, hubungan antargolongan, juga
proses perubahan dan pengaruh penemuan baru terhadap masyarakat. Ini berarti perencanaan ke
depan yang disusun atas dasar kenyataan yang faktual dalam masyarakat oleh sosiologi relatif
bisa dipercaya.
Sosiologi memiliki disiplin ilmiah yang didasarkan atas objektivitas. Dengan demikian,
pelaksanaan suatu perencanaan sosial diharapkan lebih kecil penyimpangannya.
Dengan berpikir secara sosiologi, suatu perencanaan sosial dapat dimanfaatkan untuk
mengetahui tingkat ketertinggalan dan tingkat kemajuan masyarakat ditinjau dari sudut
kebudayaannya, seperti perkembangan iptek. Hal ini dilakukan agar dapat menyesuaikan
dengan pertumbuhan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada.
Menurut pandangan sosiologi, perencanaan sosial merupakan alat untuk mengetahui
perkembangan masyarakat yang fungsinya untuk menghimpun kekuatan sosial guna
menciptakan ketertiban masyarakat.
2. Penelitian
Dalam bidang penelitian masyarakat, sosiologi memiliki kelebihan dibandingkan ilmu-ilmu yang
lain karena:
Memahami simbol kata-kata, kode, serta berbagai istilah yang digunakan oleh
masyarakat sebagai objek penelitian empiris.
Pemahaman terhadap pola-pola tingkah laku manusia dalam masyarakat.
Kemampuan untuk mempertimbangkan berbagai fenomena atau gejala sosial yang timbul
dalam kehidupan masyarakat, terlepas dari prasangka-prasangka subjektif.
Kemampuan melihat kecenderungan-kecenderungan arah perubahan pola tingkah laku
anggota masyarakat atas sebab-sebab tertentu.
Kehati-hatian dalam menjaga pemikiran yang rasional sehingga tidak terjebak dalam pola
pikir yang tidak jelas.
3. Pembangunan
Fungsi atau kegunaan sosiologi dalam usaha-usaha pembangunan (dalam Sosiologi Suatu
Pengantar edisi kedua, Soerjono Soekanto, 1986) adalah sebagai berikut:
Pada tahan pelaksanaan perlu diadakan identifikasi terhadap kekuatan dalam masyarakat. Hal itu
dapat dilakukan dengan cara mengadakan penelitian terhadap pola-pola kekuasaan dan
wewenang yang ada di masyarakat. Di samping itu, juga harus diadakan pengamatan terhadap
perubahan yang terjadi.
Pada tahap evaluasi diadakan analisi terhadap efek pembangunan. Kebersihan pembanguna
hanya dapat dinilai melalui evaluasi dan dapat diidentifikasi tentang adanya kekurangan,
kemacetan, kemunduran, bahkan mungkin kemerosotan. Melalui evaluasi dpaat dilakukan
pengadaan, pembetulan, penambahan, dan peningkatan secara proposional (seimbang).
Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial
yang bersumber pada faktor-faktor berikut.
Setelah membaca penjelasan diatas, cobalah untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut:
Portal
Teori dan Sejarah
Positivisme · Antipositivisme
Fungsionalisme · Teori konflik
Strukturalisme · Interaksi simbolik · Jarak menengah · Matematis
Teori kritis · Sosialisasi
Struktur dan agen
Metode penelitian
Kuantitatif · Kualitatif
Komputasional · Etnografi
Topik dan Cabang
agama · budaya · demografi
ekonomi · hukum · ilmu · industri
internet · jejaring sosial · jenis kelamin
kejahatan · kelas · keluarga
kesehatan · kota · lingkungan
pendidikan · pengetahuan · penyimpangan
psikologi sosial · medis
mobilitas · politik · ras & etnisitas
rasionalisasi · sekularisasi · stratifikasi
l
b
s
Sosiologi adalah ilmu yang membahas tentang berbagai aspek dalam masyarakat serta
pengaruhnya bagi kehidupan manusia. Istilah sosiologi pertama kali digunakan oleh Auguste
Comte dan kemudian diperluas menjadi suatu disiplin ilmiah oleh Émile Durkheim.[1]
Perkembangan sosiologi sebagai ilmu dibagi menjadi empat tahap, yaitu masa abad pertengahan,
masa abad renaisans, masa sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat dengan menggunakan
metode ilmiah dari keilmuan lain (abad ke-18 M), dan masa sosiologi sebagai ilmu dengan
metode ilmiah yang mandiri (abad ke-19 M).[2] Sosiologi memiliki objek kajian yang jelas dan
dapat diselidiki melalui metode-metode ilmiah serta dapat disusun menjadi suatu sistem yang
masuk akal dan saling berhubungan. Objek kajian utama dalam sosiologi ialah struktur
masyarakat, unsur sosial, sosialisasi dan perubahan sosial.[3] Cabang-cabang ilmu sosiologi
bersifat gabungan antara ilmu tentang gejala sosial yang terjadi dalam masyarakat dengan ilmu-
ilmu lainnya.[4]
Daftar isi
1 Penggunaan istilah
2 Definisi
3 Hakikat
4 Ciri-Ciri
5 Sudut pandang
o 5.1 Sudut pandang fakta sosial
o 5.2 Sudut pandang definisi sosial
o 5.3 Sudut pandang perilaku sosial
o 5.4 Sudut pandang positivistik
o 5.5 Sudut pandang konstruktivistik
o 5.6 Sudut pandang kritis
6 Pokok bahasan
o 6.1 Fakta sosial
o 6.2 Tindakan sosial
o 6.3 Khayalan sosiologis
o 6.4 Realitas sosial
7 Objek
8 Ruang lingkup kajian
9 Perkembangan sosiologi
o 9.1 Perkembangan pada abad pencerahan
o 9.2 Pengaruh perubahan yang terjadi pada abad pencerahan
o 9.3 Gejolak abad revolusi
o 9.4 Kelahiran sosiologi modern
10 Cabang keilmuan
o 10.1 Sosiologi pengetahuan
o 10.2 Sosiologi agama
o 10.3 Sosiologi hukum
o 10.4 Sosiologi pendidikan
o 10.5 Sosiologi politik
o 10.6 Sosiologi kesehatan
o 10.7 Sosiologi ekonomi
o 10.8 Sosiologi pembangunan
o 10.9 Sosiologi pedesaan
o 10.10 Sosiologi perkotaan
11 Kegunaan
12 Referensi
13 Daftar pustaka
14 Lihat pula
15 Bacaan lebih lanjut
16 Pranala luar
Penggunaan istilah
Pada awalnya, manusia menyatukan segala bidang pengetahuan sebagai bagian dari filsafat alam.
Kemudian filsafat alam berkembang menjadi berbagai cabang ilmu, salah satunya ialah filsafat
sosial. Filsafat sosial membahas tentang etika yang perlu ada dan diiterapkan di dalam
masyarakat. Tokoh-tokohnya yaitu Plato (429–347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Plato
membahas tentang unsur sosiologi dalam bernegara, sedangkan Aristoteles membahas tentang
etika sosial. Dalam perkembangannya, sosiologi menjadi pengetahuan yang berbeda dengan
filsafat sosial. Sosiologi lebih mengutamakan pengetahuan tentang realitas sosial di dalam
masyarakat, dibandingkan dengan pengetahuan tentang cara masyarakat dalam menerapkan
etika.[5] Konsep sosiologi kemudian dikembangkan oleh Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean
Jaques Rousseau melalui pemikiran tentang kontak sosial. Konsep pemikiran sosiologi ini belum
dianggap sebagai ilmu hingga awal tahun 1800-an.[6]
Istilah sosiologi digunakan pertama kali oleh Auguste Comte dalam bukunya yang berjudul
“Cours De Philosophie Positive” yang diterbitkan pada tahun 1838 M dan kemudian
dipopulerkan oleh Herbert Spencer pada tahun 1876 melalui penerbitan bukunya yang berjudul
Principles of Sociology.[7] Istilah sosiologi diperoleh dari dua kata dalam bahasa Latin yaitu
Socius dan Logos. Kata Socius berarti kawan, sedangkan kata Logos berarti ilmu pengetahuan.[8]
Definisi
Masyarakat Eropa merupakan pencetus sosiologi sebagai sebuah disiplin ilmiah. Sosiologi
sebagai ilmu tentang masyarakat memiliki batasan-batasan yang membedakannya dengan
disiplin ilmiah lainnya.[9] Berikut beberapa definisi sosiologi menurut para ahli:
1. Pitirim Sorokin : Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal
balik antara beragam gejala sosial, gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan ciri-ciri
umum dari semua jenis gejala-gejala sosial lain.[10]
2. Albert J. Reiss, Jr : Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kelompok-kelompok
sosial yang membentuk organisasi sosial atau lembaga sosial, dan pranata sosial serta
dampak yang ditimbulkannya.
3. Meta Spencer dan Alex Inkeles : Sosiologi adalah ilmu tentang kelompok hidup manusia.
4. David Popenoe : Sosiologi adalah ilmu tentang interaksi manusia dalam masyarakat
sebagai suatu keseluruhan.
5. Roucek dan Warren : sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara
manusia dalam kelompok sosial.[3]
6. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf : sosiologi adalah penelitian ilmiah tentang
interaksi sosial yang menghasilkan organisasi sosial.[3]
7. J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers : sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-
struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.[11]
8. Max Weber : Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
[12]
9. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi : Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang
mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.[13]
10. Paul B. Horton : sosiologi adalah ilmu yang memusatkan pemahaman mengenai
kehidupan kelompok dan produk kehidupan yang dihasilkannya.[14]
11. Soerjono Soekanto : sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi
kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum
kehidupan masyarakat.[15]
12. William Kornblum : sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat
dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam
berbagai kelompok dan kondisi.
13. Allan Jhonson : sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku sosial
serta pengaruh individu terhadap individu lain dan terhadap sistem sosial.[14]
14. Émile Durkheim : Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni
fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar
individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.
[16]
15. Nursid Sumaatmadja : Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang hubungan sosial,
artinya bahwa manusia adalah makhluk aktif yang mengadakan kontak sosial dengan
interaksi sosial yang berupa tingkah laku dan dapat saling mempengaruhi.
16. Hassan Shadily : Sosiologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang cara individu-individu
di dalam masyarakat agar dapat hidup bersama dengan membentuk ikatan-ikatan antar
individu serta cara untuk memaknai dan mengendalikan tujuan hidup bersama dengan
membentuk perserikatan-perserikatan hidup serta kepercayaan.[17]
17. P.J. Bouman: Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan sosial
antarmanusia dalam hubungan antar individu dengan kelompok, sifat dan perubahan-
perubahan, lembaga-lembaga serta ide-ide sosial.[18]
18. Georg Simmel: Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat dalam konteks
individu secara khusus dan tidak terikat, namun menghasilkan interaksi sosial sebagai
realitas sosial.[19]
Ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis,
diperoleh dari aktivitas berpikir manuia melalui metode tertentu. Kebenaran ilmu pengetahuan
dapat diuji secara kritis oleh orang lain. Secara garis besar, ilmu pengetahuan terbagi menjadi
tiga kelompok sebagai berikut.
a. Ilmu pengetahuan alam (natural sciences), yaitu ilmu yang mengkaji gejala-gejala alam, baik
hayati maupun nonhayati. Ilmu pengetahuan alam antara lain matematika, biologi, fisika, dan
kimia.
b. Ilmu pengetahuan sosial (social sciences), yaitu ilmu yang mengkaji kehidupan bersama
manusia dengan sesamanya, ilmu pengetahuan sosial antara lain sosiologi, politik, hukum, dan
ekonomi.
c. Ilmu pengetahuan budaya (humanistic study), yaitu ilmu yang mempelajari manifestasi atau
perwujudan spiritual dari kehidupan bersama manusia. Ilmu pengetahuan budaya antara lain
kesastraan, bahasa, agama, filsafat dan kesenian.
Hakikat
Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sebagai berikut.[21]
Sosiologi adalah ilmu sosial, bukan ilmu pengetahuan alam atau ilmu pasti karena yang
dipelajari adalah gejala-gejala kemasyarakatan.
Sosiologi termasuk disiplin ilmiah kategori, bukan merupakan disiplin ilmiah normatif
karena sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi, bukan apa yang seharusnya
terjadi.
Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni dan dalam perkembangannya sosiologi
menjadi ilmu pengetahuan terapan.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan abstrak dan bukan ilmu pengetahuan konkret.
Artinya yang menjadi perhatian adalah bentuk dan pola peristiwa dalam masyarakat
secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.
Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-
prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, bentuk, isi, dan
struktur masyarakat manusia.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal ini menyangkut
metode yang digunakan.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, artinya sosiologi mempunyai gejala-
gejala umum yang ada pada interaksi antara manusia.
Ciri-Ciri
Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mempelajari tentang masyarakat.
Sosiologi sebagai ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu pengetahuan. Ciri utama dari sosiologi
sebagai ilmu ialah empiris, teoretis, kumulatif dan nonetis. Empiris, yaitu didasarkan pada
pengamatan dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat perkiraan. Teoretis, yaitu selalu berusaha
menyusun abstraksi dari hasil pengamatan yang nyata dan abstraksi tersebut merupakan
kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan
sebab akibat sehingga menjadi teori. Kumulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah
ada, kemudian diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama. Nonetis, yaitu
pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk masalah tersebut, tetapi lebih
bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.[22]
Sudut pandang
Sosiologi merupakan ilmu yang dapat diamati dalam sudut pandang yang beragam, karena
manusia merupakan makhluk yang perilakunya berubah-ubah.[23] Hal utama yang dijadikan
acuan dalam menyusun sudut pandang sosiologi adalah persoalan utama dalam dunia sosial.
Sosiologi memunculkan banyak sudut pandang yang beragam yang saling berkaitan sekaligus
saling bersaing satu sama lainnya. Pada awalnya, sudut pandang dalam sosiologi dapat
dibedakan menjadi sudut pandang fakta sosial, sudut pandang definisi sosial, sudut pandang
perilaku sosial. Pada perkembangan selanjutnya, muncul sudut pandang baru yaitu sudut
pandang positivistik, sudut pandang konstruksi sosial, dan sudut pandang kritis.[24]
Sosiologi dapat dipandang melalui fakta sosial berupa realitas sosial mengenai adanya struktur
sosial dalam masyarakat. Realitas sosial ini terbentuk secara mandiri tanpa ada kaitannya dengan
individu-individu yang ada dalam suatu masyarakat. Fakta sosial ini berbentuk seperangkat
aturan dalam masyarakat yang terpisah dari masyarakat tetapi tetap mempengaruhi perilaku
sosial dari masyarakat tersebut.[24]
Sosiologi dapat dipandang dari cara dan proses berpikir manusia sebagai individu yang
melakukan suatu tindakan secara bertanggung jawab untuk menemukan nilai sosial melalui
interaksi sosial. Di dalam masyarakat, manusia sebagai individu tetap patuh terhadap struktur
sosial dan pranat sosial yang telah ada. Sosiologi dipandang sebagai proses perilaku sosial dan
interaksi sosial yang berasal dari kehendak individu. Dalam sudut pandang definisi sosial,
hakikat dari realitas sosial berbentuk keinginan dan tindakan individu yang sifatnya subjektif.
Sosiologi dalam sudut pandan definisi sosial mengacu pada makna yang dihasilkan oleh individu
bagi masyarakatnya.[25]
Sosiologi yang dipandang melalui perilaku sosial lebih mengutamakan sifat yang dapat diamati
melalui panca indera serta bersifat objektif. Acuan utama dalam sudut pandang perilaku sosial
adalah interaksi sosial yang berbentuk perilaku sosial yang dapat dipelajari melalui pengamatan
secara langsung. Sosiologi dalam sudut pandang perilaku sosial tidak mementingkan makna dari
perilaku sosial, melainkan pengamatan dari perilaku itu sendiri secara berulang-ulang. Interaksi
sosial dipandang sebagai suatu proses tanggapan dan rangsangan yang memiliki hubungan
timbal balik.[26]
Sudut pandang konstuktivistik dihasilkan melalui proses dari perdebatan teoretik dalam sejarah
perkembangan sosiologi itu sendiri. Teori-teori sosial yang bersifat umum mulai diperdebatkan
sehingga menghasilkan berbagai teori sosial yang bersifat khusus dan terperinci pada suatu
kajian tertentu. Selain itu, sudut pandang konstruktivistik juga muncul akibat adanya perdebatan
antara penggunaan metode yang subjektif atau objektif dalam ilmu sosial serta perdebatan
mengenai penggunaan metode ilmiah atau pengamatan simbolik.[29]
Sudut pandang kritis mulai terbentuk ketika sosiologi dianggap tidak mampu menciptakan
perubahan sosial dan perubahan politik yang mampu menciptakan masyarakat yang adil dan
beradab. Selain itu, sosiologi dianggap terlau mengandalkan metode ilmiah sebagai tujuannya.[30]
Para ahli teori kritis menganggap sosiologi hanya berpusat pada kajian masyarakat secara
menyeluruh sehingga tidak mempedulikan peran individu, sehingga masyarakat yang adil dan
beradab sulit diwujudkan melalui perubahan sosial.[31]
Pokok bahasan
Fakta sosial
Fakta sosial merupakan cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang tidak dilakukan oleh
individu melainkan oleh hal-hal yang berada di sekitarnya. Sifat dari fakta sosial adalah mampu
memaksa dan mengendalikan individu tersebut. Segala hal yang berkaitan dengan interaksi sosial
merupakan bagian dari fakta sosial. Fakta-fakta ini bersifat objektif dan tidak mengandung nilai
subjektif yang berasal dari manusia.[32]
Tindakan sosial
Tindakan sosial merupakan tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan pengaruh dari
perilaku orang lain atau dapat memengaruhi orang lain.[32]
Khayalan sosiologis
Khayalan sosiologis merupakan cara untuk memahami apa yang terjadi di dalam individu
maupun di dalam masyarakat. Melalui khayalan sosiologi sejarah tokoh masyarakat, sejarah
masyarakat dan hubungan keduanya satu sama lain, dapat dengan mudah dipahami. Khayalan
sosiologis menggunakan permasalah dan isu sebagai alat untuk memahami masyarakat dan
individu di dalamnya.[33]
Realitas sosial
Realitas sosial merupakan hal-hal yang terjadi di dalam kehidupan sosial. Sifat dari reaitas sosial
adalah memiliki pola tertentu yang dapat dijelaskan serta saling berkaitan satu sama lain.[34]
Objek
Sosiologi tidak memiliki fokus kajian pada bidang-bidang yang memiliki spesialisasi tertentu,
melainkan mengkaji fenomena sosial secara umum. [35] Objek kajian utama dalam sosiologi ialah
masyarakat.[36] Masyarakat adalah sekelompok individu yang hidup secara bersama-sama dalam
suatu wilayah dan mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya.
[37]
Penyelidikan terhadap masyarakat dilakukan melalui sudut pandang hubungan antara manusia
dan proses yang ditimbulkannya dalam masyarakat. Sosiologi mengkaji hubungan timbal balik
antara manusia dengan manusia lain, hubungan antara individu dengan kelompok, dan hubungan
antara kelompok satu dengan kelompok lain. Selain itu, sosiologi juga mengkaji sifat-sifat dari
kelompok-kelompok sosial yang bermacam-macam coraknya.[38]
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai beberapa objek, yaitu objek material, objek
formal, objek budaya dan objek agama.[39] Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial,
gejala-gejala dan proses hubungan antara manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu
sendiri.[40] Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau
masyarakat. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia antara manusia
serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.[40] Objek budaya salah
satu faktor yang dapat memengaruhi hubungan satu dengan yang lain. Sedangkan objek agama
menjadi pemicu dalam hubungan sosial masyarakat, dan banyak juga hal-hal ataupun dampak
yang mempengaruhi hubungan manusia.[39]
Perkembangan sosiologi
Pada awalnya sosiologi disebut filsafat sosial karena masih dianggap sebagai ilmu yang
bernaung di dalam filsafat, materi yang dibahas pun tidak dapat dikatakan sebagai ilmu sosiologi
seperti yang dikenal sekarang. Sebab, pada saat itu materi filsafat sosial masih mengandung
unsur etika yang membahas tentang bagaimana seharusnya masyarakat itu, sedangkan sosiologi
yang berkembang saat ini merupakan ilmu yang membicarakan bagaimana kenyataan yang ada
dalam masyarakat.
Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles
beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat
mengalami perkembangan dan kemunduran. Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para
pemikir pada abad pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka
berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, apalagi
menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya. Pertanyaan dan pertanggungjawaban
ilmiah tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan pada masa ini. Berkembangnya ilmu
pengetahuan pada abad pencerahan (sekitar abad ke-17 M), turut berpengaruh terhadap
pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai tampak pada abad ini. Para
ahli pada zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan masyarakat harus
berpedoman pada akal budi manusia.
Pada tahun 1839, Auguste Comte menciptakan istilah sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan.
terhadap keseluruhan pengetahuan manusia mengenai kehidupan bermasyarakat, hal ini disebut
sebagai tahap pemikiran awal sosiologi. Perubahan-perubahan besar pada abad pencerahan, terus
berkembang secara revolusioner sapanjang abad ke-18 M. Dengan cepat struktur masyarakat
lama berganti dengan struktur yang lebih baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam
revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi Prancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh
ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai
menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam masyarakat.
Revolusi Prancis berhasil mengubah struktur masyarakat feodal ke masyarakat yang bebas
Gejolak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan
masyarakat harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan masyarakat yang
besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan.
Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan masyarakat sudah diantisipasi secara dini.
Perubahan drastis yang terjadi semasa abad revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya
penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya:
Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja,
melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya.
Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk menjelaskan
perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk akal.
Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan
perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan masyarakat sudah dapat
diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.
Pada awal abad ke-20 Masehi, terjadi imigrasi besar-besaran dari Eropa menuju ke Amerika
Utara. Pertumbuhan penduduk yang pesat menimbulkan berbagai masalah sosial berupa tindakan
kriminal. Selain itu, pertumbuhan penduduk juga membentuk kota-kota baru yang maju dalam
bidang industri, sehingga terjadi perubahan sosial dalam masyarakat. Para ilmuwan kemudian
mulai meneliti perubahan sosial ini, sehingga sosiologi mengalami perkembangan yang pesat di
Amerika Serikat dan Kanada. Teori-teori sosiologi yang berkembang di Eropa mulai diganti
dengan teori-teori baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat Amerika, sehingga terciptalah
sosiologi modern. Pendekatan sosiologi modern mengutamakan pengetahuan empiris dengan
penekanan pada fakta sosial yang dapat dipelajari dalam perubahan masyarakat. Berdasarkan
fakta sosial itu, ditemukan kesimpulan yang lebih menyeluruh dan cakupannya lebih luas
terhadap perubahan masyarakat.[45]
Cabang keilmuan
Sosiologi pengetahuan
Sosiologi pengetahuan merupakan cabang ilmu sosiologi yang mempelajari pengetahuan dan
pemikiran manusia yang berkaitan dengan proses sosial dan faktor yang mempengaruhinya
dalam suatu kondisi sosial.[46] Istilah sosiologi pengetahuan diperkenalkan pertama kali oleh Max
Scheler.[47]
Sosiologi agama
Sosiologi agama merupakan salah satu cabang sosiologi yang mempelajari masyarakat dari sudut
pandang agama secara universal. Dalam sosiologi agama, nilai kebenaran filsafat serta dogma
dalam teologi tidak dijadikan sebagai bahan kajian. Sosiologi agama mengkaji tentang kehidupan
sosial dan kebudayaan dalam masyarakat sebagai penggambaran dari keagamaan.[48] Pendekatan
sosiologi agama cenderung menggunakan kelebihan dan kekurangan pada suatu agama sebagai
objek kajian.[49] Objek kajian utama dalam sosiologi agama ialah hubungan antarindividu dan
antarkelompok di dalam organisasi keagamaan serta hubungan antara suatu organisasi
keagamaan dengan organisasi keagamaan lainnya.[50] Dalam sosiologi agama, keyakinan
kerohanian merupakan struktur sosial yang menciptakan integrasi sosial pada individu-individu
di dalam masyarakat.[51]
Sosiologi hukum
Sosiologi hukum merupakan cabang ilmu sosiologi yang menjelaskan hukum secara positif
dengan mempertimbangkan ilmu kemasyarakatan. Sosiologi hukum diperkenalkan pertama kali
pada tahun 1882 oleh ilmuwan berkebangsaan Italia yang bernama Anzilotti. Sosiologi hukum
menggabungkan pemikiran filsafat hukum, filsafat ilmu dan ilmu sosial dari berbagai pemikiran
dengan pendapat yang berbeda-beda. Penjelasan ilmiah dalam sosiologi hukum disampaikan
dengan metode deskripsi dan eksplorasi.[52] Dalam sosiologi hukum, masyarakat dianggap
sebagai suatu sistem sosial yang menjadi tempat diterapkannya proses hukum.[53] Sosiologi
hukum memanfaatkan pola-pola perlambangan hukum, prosedur hukum, dan sanksi, untuk
menafsirkan kebiasaan-kebiasaan dan penerapan materi hukum.[54] Aktivitas penelitian dalam
sosiologi hukum menerapkan proses berpikir yang rasional dan teleologis.[55]
Sosiologi pendidikan
Sosiologi pendidikan merupakan cabang ilmu sosiologi yang mempelajari hubungan antara
manusia dalam pendidikan melalui pendekatan sosial dan menggunakan metode ilmiah.[56]
Penggunaan istilah sosiologi pendidikan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1899 oleh John
Dewey dalam bukunya yang berjudul School and Society. Konsep awal dari sosiologi pendidikan
yaitu peran lembaga pendidikan sebagai pranata sosial.[57] Konsep ini kemudian dikembangkan
lagi oleh Ilmuwan-ilmuwan di bidang ilmu pendidikan dan ilmu sosial yaitu A. W. Small, E.
A.Kirkpatrick, C. A. Elwood, Alvin Good, dan S. T. Dutton. Pengembangan konsep berkaitan
dengan peranan sosiologi bagi pendidikan, terutama pendidikan anak oleh keluarga dan
masyarakat. Konsep sosiologi pendidikan mengalami perkembangan lebih lanjut setelah John
Dewey kembali menerbitkan buku pada tahun 1916 yang berjudul Democracy and Education.[58]
Sosiologi politik
Perumusan batasan sosiologi politik dapat dilakukan melalui dua pendekatan. Pendekatan
pertama, sosiologi politik dijadikan sebagai sebuah hubungan masyarakat yang memiliki
interaksi sosial dalam bentuk politik dan hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi
antara politik dan masyarakat.[59] Pendekatan kedua, sosiologi politik dijadikan sebagai
pendekatan bagi konsep, variabel, teori dan metodologi dalam memahami fenomena sosial. Pada
pendekatan kedua, sosiologi politik menjadi penjelas bagi kegiatan politik yang merupakan
bagian dari realitas sosial. Kegiatan ini melliputi pembagian kekuasaan dan kewenangan,
pengambilan keputusan dalam kebijakan kehidupan publik, pemerintahan, dan negara serta
pengambilan keputusan dalam konflik dan resolusi konflik.[60]
Sosiologi kesehatan
Sosiologi kesehatan merupakan salah satu cabang sosiologi yang berawal dari perkembangan
sosiologi kedokteran. Penyebab dibentuknya sosiologi kedokteran adalah diperlukannya faktor-
faktor sosial yang menentukan pola penyebaran penyakit. Setelah terjadi perubahan sudut
pandang dari penyebaran penyakit menjadi pencegahan penyakit, maka sosiologi kesehatan pun
dibentuk dan terpisah dari sosiologi kedokteran.[61] Dalam sosiologi kesehatan, pengelolaan
masalah kesehatan dilakukan dengan pendekatan sosiologi.[62]
Sosiologi ekonomi
Sosiologi ekonomi merupakan salah satu cabang sosiologi yang membahas tentang cara
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam sosiologi ekonomi, fenomena
ekonomi yang terjadi dijelaskan dengan pendekatan sosiologi. Fenomena ekonomi yang dikaji
berupa proses produksi, distribusi, dan konsumsi sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan mencapai kesejahteraan. Pendekatan sosiologis yang digunakan guna mengamati
fenomena ekonomi meliputi kerangka acuan, variabel, indikator, serta model sosiologi dalam
menjelaskan fenomena sosial di dalam masyarakat.[63]
Sosiologi pembangunan
Sosiologi pembangunan merupakan salah satu cabang sosiologi yang mempelajari masyarakat
sebagai subjek sekaligus objek pembangunan. Dalam proses pembangunan, masyarakat menjadi
penyebab terjadinya pembangunan sekaligus penerima dampak dari pembangunan yang
dilakukan. Pembangunan dianggap sebagai cara untuk melakukan humanisasi terhadap
masyarakat.[64] Konsep dasar dari sosiologi pembangunan dibentuk oleh Karl Marx, Max Weber,
dan Durkheim.[65]
Sosiologi pedesaan
Sosiologi pedesaan merupakan bagian dari ilmu sosiologi terapan yang ditujukan bagi
masyarakat pedesaan.[1] Pada masa klasik sosiologi pedesaan diartikan sebagai keadaan sosial
dari desa-desa di Eropa yang menggambarkan perbedaannya secara jelas bila dibandingkan
dengan keadaan kota. Pada masa modern, sosiologi pedesaan diartikan sebagai cara masyarakat
pedesaan dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan kapitalisme yang mempengaruhi
pertanian.[66] Perkembangan ilmu sosiologi pedesaan berlangsung pesat di Amerika Serikat
melalui karya tulis ilmiah T. Lynn Smith dan Paul E. Zopf pada tahun 1970 serta pada tahun
1972 melalui karya tulis ilmiah Galeski.[67]
Sosiologi perkotaan
Sosiologi perkotaan merupakan salah satu cabang sosiologi yang mempelajari tentang gejala
sosial akibat dari interaksi sosial yang terjadi di dalam kawasan perkotaan. Objek kajian utama
dalam sosiologi perkotaan adalah interaksi yang terjadi pada masyarakat perkotaan yang
dipengaruhi oleh lingkungan kota.[68] Kajian tentang sosiologi perkotaan mulai dibahas pertama
kali oleh Chicago School dalam buku pedoman tentang ekologi manusia. Pada tahun 1950,
Chicago School kemudian menerbitkan buku pedoman tentang sosiologi urban.[69] Kajian dalam
sosiologi perkotaan melingkupi keterangan umum tentang perkotaan, urbanisasi, pembagian
kawasan perkotaan, masyarakat perkotaan, permasalahan urban, dan struktur sosial.[70]
Kegunaan
Teori-teori dalam ilmu sosiologi dapat digunakan untuk untuk menjadi rangkuman pengetahuan
mengenai hal-hal yang diketahui dan telah teruji kebenarannya dalam ilmu sosial. Rangkuman
pengetahuan ini kemudian dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melengkapi kekurangan-
kekurangan individu terhadap pengetahuan sosial. Pengetahuan yang lengkap ini kemudian dapat
memperjelas fakta sosial serta dapat membentuk susunan konsep tentang arah perkembangan
masyarakat. Teori-teori sosiologi juga dapat dimanfaatkan dalam rangka pembangunan
masyarakat. Perencanaan pembangunan masyarakat harus diawali dengan pengumpulan
informasi berupa data masyarakat yang akan dikembangkan. Selanjutnya, diperlukan informasi
tentang dampak yang dapat ditimbulkan akibat pengembangan masyarakat melalui
pembangunan. Data yang diperlukan secara lebih rinci berupa pola interaksi sosial, kelompok-
kelompok sosial, maupun tokoh masyarakat yang memiliki peran penting dalam pembangunan.
Data tentang kebudayaan yang dapat memperlambat atau mempercepat proses pembangunan
juga diperlukan.[71]
Penerapan teori sosiologi dalam kehidupan nyata untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi
dengan lingkungan sosial. Masalah-masalah sosial dan pembangunan juga menjadi mudah untuk
diselesaikan karena adanya data yang akurat yang diperoleh pemerintah melalui pemeriksaan
yang ketat. Tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap evaluasi dilakukan dengan teliti.
Tahap perencanaan data didasarkan pada nilai sosial dan aspirasi yang ada atau mungkin ada
dalam masyarakat jika kebijakan dilaksanakan. Kekuatan sosial yang penting dan berpengaruh
juga harus diketahui keberadaannya pada saat pelaksanaan pembangunan dan kebijakan.
Sedangkan, tahap evaluasi melibatkan dampak-dampak dari kebijakan terhadap pola interaksi
sosial dan kondisi masyarakat yang ada. Teori sosiologi juga dapat membantu siapa pun yang
ingin berperan atau tampil dalam masyarakat dengan cara memahami nilai-nilai dan kekuatan-
kekuatan yang penting yang dapat digunakan atau dirangkul untuk bersama membangun peran
sosial. Selain itu, teori sosiologi dapat membantu mengenali adanya perbedaan sosial antara
kelompok dan mempermudah terciptanya pluralitas masyarakat yang stabil demi pembangunan
dan kemajuan bersama.[72]