Anda di halaman 1dari 6

HUNTINGTON

Definisi

Penyakit Huntington merupakan kelainan genetik neurodegeneratif yang mengakibatkan adanya


gangguan motorik, kognitif dan psikiatri. Penyakit ini disebabkan oleh adanya ekspansi pengulangan
sekuen trinukelotida CAG yang menyebabkan mutasi protein yang disebut Huntingtin pada
kromosom 4. 1

Etiologi

Etiologi penyakit Huntington’s disebabkan oleh adanya mutasi pada gen huntingtin. Penyakit ini
bersifat autosomal dominant dimana orang tua yang terkena akan membawa mutasi pada gen
huntingtin (HTT). Namun, terdapat 10% kasus disebabkan oleh adanya mutasi baru. Gen huntingtin
menyediakan informasi genetik untuk protein huntingtin (htt). Ekspansi pengulangan CAG sitosin-
adenin-guanin (dikenal sebagai ekspansi berulang trinukleotida) dalam gen yang mengkode protein
huntingtin menghasilkan protein mutan abnormal (mhtt), yang secara bertahap merusak sel-sel otak
melalui sejumlah mekanisme yang memungkinkan. 1

Faktor resiko

Karena Huntington’s disease adalah penyakit yang diturunkan, tidak ada faktor yang meningkatkan
risiko Anda terkena penyakit ini kecuali Anda punya keturunan orangtua atau kakek nenek yang
mengidap Huntington.

Patofisiologi

Patofisiologi penyakit Huntington’s diakibatkan oleh adanya protein mutagen (mhtt) yang bersifat
toksik terhadap beberapa sel, terutama di otak. Kerusakan awal paling jelas terlihat di striatum,
tetapi seiring berkembangnya penyakit, area lain di otak juga lebih jelas terpengaruh. Gen huntingtin
(HTT) diekspresikan di semua sel, dengan konsentrasi tertinggi ditemukan pada otak dan testis, serta
dalam jumlah sedang di hati, jantung, dan paru. Ia berinteraksi dengan protein yang terlibat dalam
transkripsi, pensinyalan sel, dan transportasi intraseluler. Caspase, enzim yang berperan dalam
mengkatalisis apoptosis, diperkirakan diaktifkan oleh gen yang bermutasi melalui kerusakan sistem
ubiquitin-protease. Caspase juga bertindak sebagai agen anti-apoptosis yang mencegah kematian sel
terprogram dan mengontrol produksi faktor neurotropik yang diturunkan dari otak, protein yang
melindungi neuron dan mengatur neurogenesis. Oleh karena itu, diperkirakan bahwa penyakit ini
bukan disebabkan oleh produksi HTT yang tidak memadai, tetapi oleh fungsi mhtt yang bersifat
toksik di dalam tubuh. 2

Manifestasi klinis

Penyakit Huntington dikenal memiliki trias gejala yakni gangguan motorik, gangguan kognitif, dan
psikiatri. Gangguan motorik yang disebut korea merupakan gejala khas dengan adanya gerakan
motorik yang iregular, kontinu, dan tidak terprediksi serta tidak terkontrol, seperti gerakan
menari. Gangguan motorik lainnya seperti bradikinesia, rigiditas, parkinsonisme juga tampak pada
penyakit Huntington.
Gejala psikiatri sangat sering muncul pada fase awal penyakit, bahkan sebelum munculnya
gejala motorik. Gangguan psikiatri yang terjadi sangat mempengaruhi aktivitas sehari-hari sehingga
memberikan dampak negatif besar pada keluarga penderita. Apatis ditemukan lebih dari 50% pasien
dengan Huntington, gejala lain yang sering nampak juga yakni disforia, agitasi, iritabilitas, anxietas,
serta obsesive kompulsif. Psikosis, seperti delusi dan halusinasi, dapat timbul pada saat
progresivitas penyakit meningkat. Demensia atau penurunan kognitif merupakan salah satu gejala
utama yang dapat muncul jauh sebelum termanifestasinya gejala motorik. Penderita Huntington
tidak dapat lagi mengorganisasikan kehidupannya, membuat arah tujuan hidupnya, yang mana
dahulu sangat mudah dilakukan. Pasien kehilangan pemikiran yang fleksibel sehingga tidak lagi dapat
membuat keputusan yang baik. Fungsi bahasa masih dapat dipertahankan pada pasien Huntington
tidak seperti fungsi memori. Semua proses psikomotor sangat terganggu. 3

Diagnosa

a. Anamnesis
Lambat dalam memahami suatu maksud pembicaraan atau mengalami kesulitan
menemukan kata yang ingin diucapkan, Sulit mengutamakan, mengatur, atau fokus pada
suatu pekerjaan,Kesulitan mempelajari suatu informasi,Tidak sadar terhadap perilaku dan
kemampuan diri sendiri, Terus larut dalam satu pemikiran atau tindakan,Hilangnya kontrol
terhadap satu tindakan, misalnya melakukan sesuatu secara impulsif (tanpa dipikir terlebih
dahulu) atau tiba-tiba saja marah, Mata yang bergerak lambat.Sulit berbicara atau menelan.
Gangguan keseimbangan,Otot terasa kaku, Chorea, yakni gerakan menyentak atau
menggeliat yang terjadi di luar kendali 1
b. Pemeriksaan penunjang
- Tes genetik
Tes genetik untuk penyakit Huntington adalah tes darah untuk menghitung jumlah
pengulangan CAG di masing-masing alel Htt. Hasil positif tidak sepenuhnya dapat
menegakkan diagnosis, karena dapat diperoleh bahkan berpuluh-puluh tahun sebelum
gejala dimulai. Namun, hasil negatif menyimpulkan individu tersebut tidak membawa
salinan gen mutasi tersebut dan tidak akan berkembang menjadi penyakit Huntington.
Alasan utama tes genetik penyakit Huntington adalah untuk menentukan karier pada
anggota keluarga. Lebih dari 95% individu yang berisiko mewarisi penyakit Huntington
tidak melanjutkan pemeriksaan, oleh karena tidak adanya pengobatan.

- MRI
adanya atrofi kaput nukleus kaudatus dengan pola dari medial ke lateral dan dorsal ke
ventral. Atrofi ini memberikan gambaran pelebaran dari kornu frontalis lateral ventrikel
dan seringkali memberikan konfigurasi seperti kotak Hal ini dapat dihitung dengan
beberapa pengukuran yakni :
 Rasio lebar kornu frontalis terhadap jarak interkaudate (FH/CC). Rasio normal
FH/CC: 2.2 – 2.6, dimana rasio ini akan menurun akibat adanya pelebaran kornu
frontalis lateral ventrikel.
 Rasio jarak inter-kaudatus terhadap lebar inner table (CC/IT). Rasio normal CC/IT
: 0.09-0.12
- PET
PET menggunakan sistem dopamin merupakan indeks standar yang digunakan untuk
memvisualisasi disfungsi neuron di striatum, oleh karena striatum merupakan regio
tersering dan terbanyak terkena pada penderita Huntington. Pada penyakit Huntington
didapati penurunan sebanyak lebih dari 30% dari rentang normal. 3

Tatalaksana
Tidak ada perawatan yang dapat mengatasi penyakit Huntington. Namun obat dapat
mengurangi beberapa gejala gangguan gerakan dan kejiwaan. Berbagai intervensi dapat
membantu seseorang beradaptasi dengan lingkungan dan kemampuannya selama
beberapa waktu tertentu.
a. Gangguan gerak
- Tetrabenazine (Xenazine) untuk menekan gerakan menyentak dan menggeliat tak
terkendali yang berhubungan dengan penyakit Huntington (disebut juga chorea).
- Obat antipsikotik seperti; haloperidol (Haldol) dan clozapine (Clozaril) memiliki efek
samping menekan gerakan sehingga mungkin bermanfaat dalam mengobati chorea.
Namun, obat ini dapat memperburuk kontraksi dan kekakuan otot.
- Obat lain yang dapat membantu menekan chorea dan kekakuan otot termasuk obat-
obatan anti kejang seperti clonazepam (Klonopin) dan obat anti cemas seperti diazepam
(Valium). Obat-obat ini dapat secara signifikan mengubah kesadaran, namun berisiko
tinggi menjadi ketergantungan dan disalahgunakan.
b. Gangguan kejiwaan
- Antidepresan termasuk obat-obatan seperti escitalopram (Lexapro), fluoxetine (Prozac,
Sarafem) dan sertraline (Zoloft). Obat ini juga dapat mengobati obsesif-kompulsif. Efek
sampingnya: mual, diare, insomnia, dan masalah seksual.
- Obat-obatan antipsikotik dapat menekan ledakan kekerasan, agitasi dan gejala gangguan
mood atau psikosis.
- Obat penstabil mood, dapat membantu mencegah naik turunnya suasana hati terkait
dengan gangguan bipolar. Obat ini antara lain; lithium (Lithobid) dan antikonvulsan
seperti asam valproat (Depakene), divalproex (Depakote) dan lamotrigin (Lamictal). 1
MYELOPATI

Definisi

Mielopati mengacu pada defisit neurologis yang berhubungan dengan kerusakan pada sumsum
tulang belakang. mielopati dapat terjadi sebagai akibat dari proses ekstradural, intradural, atau
intramedulla.  Secara umum, mielopati secara klinis dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan
ada tidaknya trauma yang signifikan, dan ada atau tidak adanya rasa sakit.

Etiologi

Mielopati mungkin hasil dari karsinoma primer, inflamasi, proses infeksi, radiasi, hiv , meilitis atau
perubahan gizi atau neurodegenerative. penyebab intradural mencakup kista, pasca traumatik
progresif myelomalacic mielopati, dan neoplasma jinak (meningioma, arachnoid, kista,pidermoid).

Mielopati bisa disebabkan karena trauma pada spinal menyebabkan penururnan sensasi dan
paralisis. !rauma dapat terjadi akibat : kecelakaan, olahraga. kondisi degeneratif  dapat
menyebabkan gangguan ini dengan variasi derajat kehilangan sensasi dan kemampuan mobilisasi
dan koordinasi. penyebab lainnya antara lain herniasi diskus yaitu pengurangan diameter kanal
tulang belakang dan kompresi sumsum tulang belakang , instabilitas spinal, kongenital stenosi dan
lain6lain. Degenerasi akibat penuaan tulang belakang dan sistem peredaran darah juga menjadi
penyebab mielopati. Selain itu masalah pada vertebra, sehingga diskus invertebral dapat menjadi
kolaps, terbentuknya osteofit pada saluran saraf dan mengurangi luas kanalis spinalis yang ada dan
meningkatkan permukaan penahan beban pada tulang dan kerena itu mengurangi kekuatan efektif
yang ada. Selain pembentukan osteofit yang berlebihan, ligamentum tulang dapat menjadi kaku dan
dapat menyebabkan kompresi langsung pada tulang belakang dan mengakibatkan mielopati.

iskemia pada spinal mungkin juga memainkan peran dalam pengembangan mielopati.  aliran
darah pada spinalis yang kurang adekuat menyebabkan jaringan spinalis dan saraf  tidak mendapat
nutrisi yang cukup, sehingga ligamen yang menahan vertebra dapat menipis dan menekan saluran
saraf serta terganggunya fungsi saraf.

Faktor resiko

Patofisiologi

Dalam kondisi normal diskus merupakan penyerap getaran dan dapat menangani tekanan gravitasi
dan stress akibat pekerjaan sehari6hari. Seiring dengan bertambahnya usia maka diskus akan
kehilangan konsistensi air dan akan berakibat berkurangnya kemampuan untuk menyerap
goncangan.perubahan pertama adalah munculnya anulus, penyembuhan anulus menimbulkan
jaringan parut yang lebuh lemah dibanding jaringan normal. !rauma yang berulang dan adanya
anulus menyebabkan terjadinya penurunan elastisitas diskus dan tidak dapat berfungsi efektif
sebagai penyerap getaran. perubahan terus menerus pada diskus menyebabkan diskus kolaps, jarak
invertebra menjadi sempit sehingga mempengaruhi persendian antar vertebra. Seiring dengan
waktu pada vertebra terjadi proses penipisan dan perubahan osteoartritis, osteofit akan muncul
pada vertebra ataupun persendian vertebra. osteofit akan menyebabkan penekanan pada saraf dan
akar  saraf. kombinasi osteofit, diskus yang menggembung, penipisan ligamen, meningkatkan resiko
terjepitnya saraf pada kanalis spinalis.
Dapus

1. Kumar A, Ratan RR. Oxidative Stress and Huntington's Disease: The Good, The Bad, and
The Ugly. Journal of Huntington's Disease. 2016;5 (3): 217–237.
2. Glajch KE, Sadri-Vakili G. Epigenetic Mechanisms Involved in Huntington's Disease
Pathogenesis". Journal of Huntington's Disease. 2015;4 (1): 1–15.
3. Anastasia Tjan, Ni Made Widhiasih. PENYAKIT PRE-HUNTINGTON DAN HUNTINGTON: KAJIAN
MOLEKULER & NEURORADIOLOGI, Jurnal Radiologi Indonesia; Volume 2 Nomor 1,
September 2016.

Anda mungkin juga menyukai