Anda di halaman 1dari 10

MATERIALITAS DAN

RISIKO AUDIT

Oleh:
Kelompok 9
Ni Kadek Yuli Anggrayani (10) (1902622010368)
Luh De Setia Kusumandari (15) (1902622010373)

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI AKUNTANSI 2019
KELAS G MALAM
2021
1.1 Definisi Materialitas
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat
mengakibatkan  perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang
meletakan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan
atau salah saji itu. Materialitas adalah dasar untuk penilaian risiko (risk
assessments) dan penentu luasnya prosedur audit. Menentukan materialitas
merupakan latihan dalam kearifan profesionalitas. Materialitas didasarkan pada
persepsi auditor mengenai kebutuahan iinformasi keuangan secara menyeluruh
dari pemakaian laporan keuangan sebagai satu kelompok.

Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar


pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Materialitas mendasari penerapan
standar auditing, terutama yang berkaitan dengan penerapan standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan, serta tercermin dalam laporan auditor bentuk
baku. Materialitas dan risiko sangat fundamental bagi perencanaan audit dan
perancangan pendekatan audit. Risiko audit dan materialitas, bersama dengan hal-
hal lain, perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup
prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur. Konsep materialitas
mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individual atau keseluruha, yaitu
penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
            Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas adalah jumlah maksimum
yang membuat auditor yakin bahwa laporan keuangan akan salah saji tetapi tidak
mempengaruhi keputusan para pemakai yang bijaksana. Auditor menetapkan
pertimbangan pendahuluan tentang materialitas untuk membantu merencanakan
pengumpulan bukti yang tepat. Berikut ini disajikan contoh pertimbangan
kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan oleh auditor dalam mempertimbangkan
materialitas.
1) Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti:
 Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan.

1
 Total aktiva dalam neraca.
 Total aktiva lancar dalam neraca.
 Total equitas pemegang saham dalam neraca.
2) Faktor kualitatif, seperti:
 Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum.
 Kemungkinan terjadinya kecurangan.
 Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang
mengharuskan klien untuk mempertahankan beberapa rasio keuangan pada
tingkat minimum tertentu.
 Adanya gangguan dalam tren laba.
 Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan
Tingkatan Materialitas dalam audit yaitu sebagai berikut.
a) Tingkat laporan keuangan karena pendapat auditor mengenai kewajaran meluas
sampai laporan keuangan secara keseluruhan.
Materialitas laporan keuangan adalah besarnya keseluruhan salah saji
minimum dalam suatu laporan keuangan yg cukup penting sehingga membuat
laporan keuangan menjadi tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yg berlaku umum.
Dalam mempertimbangkan materialitas pada tingkat saldo akun, auditor harus
mempertimbangkan hubungan antara materialitas tersebut dengan materialitas
laporan keuangan. Pertimbangan ini mengarahkan auditor untuk merencanakan
audit guna mendeteksi salah saji yang kemungkinan tidak materialsecara
individual, namun jika digabungkan dengan salah saji dalam saldo akun yang
lain, dapat material terhadap laporan keuangan secara keseluruhan.
b) Tingkat saldo akun karena auditor menguji saldo akun dalam memperoleh
kesimpulan keseluruhan kewajaran laporan keuangan.
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin
terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep
materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampur adukan dengan
istilah saldo akun material. Saldo akun material adalah besarnya saldo akun

2
yang tercatat, sedangkan konsep materialitas berkaita dengan jumlah salah saji
yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi keuangan.

1.2 Cara Menetapkan Tingkat Materialitas


1. Menetapkan Pertimbangan Awal Tentang Materialitas.
Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas adalah jumlah maksimum yang
membuat auditor yakin bahwa laporan keuangan akan salah saji tetapi tidak
mempengaruhi keputusan para pemakai yang bijaksana. Auditor menetapkan
pertimbangan pendahuluan tentang materialitas untuk membantu
merencanakan pengumpulan bukti yang tepat. Semakin rendah nilai uang
pertimbangan pendahuluan ini, semakin banyak bukti audit yang dibutuhkan.
Auditor seringkali mengubah pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
yang disebutkan dengan pertimbangan tentang materialitas yang direvisi. Hal
ini terjadi karena auditor memutuskan bahwa pertimbangan pendahuluan
terlalu besar atau terlalu kecil. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan
pendahuluan auditor tentang materialitas adalah materialitas yang memiliki
konsep yang relatif, dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas,
dan faktor – faktor kualitatif. Pertimbangan awal mengenai materialitas adalah
jumlah maksimum suatu salah saji dalam laporan keuangan yang menurut
pendapat auditor tidak mempengaruhi pengambilan keputusan dari pemakai.
Adapun penetapan materialitas sendiri bertujuan untuk membantu auditor
merencanakan bahan bukti yang cukup. Seorang auditor eksternal dituntut
untuk memiliki profesionalisme yang tinggi. Alasan yang mendasari
diperlukannya perilaku profesional yang tinggi ada setiap profesi adalah
kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan
profesi, terlepas dari yang dilakukan secara perorangan. Auditor melakukan
pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan auditnya.
Penentuan materialitas ini, yang seringkali disebut dengan materialitas
perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang
digunakan pada saat pengambilan kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi
temuan audit karena keadaan yang melingkupi berubah, informasi tambahan
3
tentang klien dapat diperoleh selama berlangsungnya audit. Pertimbangan
materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif. Pertimbangan
kuantitatif berkaitan dengan hubugan salah saji dengan jumlah kunci tertentu
dalam laporan keuangan. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab
salah saji. Suatu salah saji yang secara kuantitatif tidak material dapat secara
kualitatif material, karena penyebab yang menimbulkan salah saji tersebut.
2. Mengalokasikan Pertimbangan Pendahuluan Tentang Materialitas Kedalam
Segmen.
Hal ini perlu dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti persegmen dan
bukan untuk laporan keuangan secara keseluruhan yang nantinya akan
membantu auditor dalam memutuskan bukti audit yang tepat yang harus
dikumpulkan. Ketika auditor mengalokasikan pertimbangan pendahuluan
tentang materialitas ke saldo akun, materialitas yang dialokasikan ke saldo
akun tertentu itu sebagai salah saji yang dapat ditoleransi.
3. Mengestimasi Total Salah Saji Dalam Segmen.
Salah saji yang diketahui adalah salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat
ditentukan oleh auditor. Salah saji yang mungkin terbagi menjadi dua jenis
yaitu salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen
dan auditor tentang estimasi saldo akun, contohnya adalah perbedaan estimasi
penyisihan piutang tak tertagih atau kewajiban garansi. Jenis kedua adalah
proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel dari suatu
populasi, contohnya adalah auditor menggunakan salah saji yang ditemukan
yaitu 6 dari jumlah sampel 200 untuk mengestimasi total salah saji yang
mungkin dalam persediaan. Total ini disebut estimasi atau proyeksi atau
ekstrapolasi karena hanya sampel yang diaudit, bukan keseluruhan populasi.
4. Memperkirakan Salah Saji Gabungan.
Jumlah salah saji yang diproyeksikan dalam langkah ketiga untuk setiap akun
kemudian digabungkan dalam kertas kerja.
5. Membandingkan Salah Saji Gabungan Dengan Pertimbangan Pendahuluan
Atau Yang Direvisi Tentang Materialitas.

4
Langkah terakhir setelah dilakukan langkah ketiga dan keempat yaitu
gabungan salah saji yang mungkin dibandingkan dengan materialitas.

1.3 Hubungan Materialitas Dengan Salah Saji


Materialitas merupakan satu diantara berbagai faktor yang mempengaruhi
pertimbangan auditor tentang kecukupan bukti audit dalam membuat generalisasi
hubungan antara materalitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan
saldo akun material harus tetap diperhatikan, karena semakin rendah tingkat
materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan.
Konsep materialitas menunjukkan seberapa besar salah saji yang dapat diterima
oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah
saji tersebut. Konsep risiko audit menunjukkan tingkat risiko kegagalan auditor
untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang berisi salah
saji material. Adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya. Dapat mengakibatkan
perubahan atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan
kepercayaan terhadap informasi tersebut. Definisi tersebut mengharuskan auditor
untuk:

 Keadaan yang berkaitan dengan entitas.


 Kebutuhan informasi pihak yang akan meletakkan kepercayaan atas laporan
keuangan auditan.

1.4 Jenis-Jenis Resiko Audit


Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari,
tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam
menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia
untuk menanggungnya.
Dari rumusan model risiko audit ada 4 (empat) jenis risiko audit. Masing-
masing jenis risiko audit tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
5
1. Planned Detection Risk (Risiko Penemuan yang Direncanakan).
Yaitu risiko bahwa bukti yang dikumpulkan dalam segmen gagal menemukan
kekeliruan yang melampaui jumlah yang dapat ditolerir. Jika kekeliruan
semacam itu timbul. Ada dua hal penting yang harus diperhatikan, yaitu
sebagai berikut.
 PDR tergantung pada tiga unsur risiko lainnya dalam model. Jadi risiko
penemuan yang direncanakan hanya akan berubah jika auditor mengubah
salah satu unsur lainnya.
 PDR menentukan besarnya bukti yang akan dikumpulkan. Hubungan antara
PDR dengan bukti berbanding terbalik. Jika nilai risiko penemuan yang
direncanakan diperkecil, berarti jumlah bukti yang harus dikumpulkan
auditor dalam audit lebih banyak.
2. Acceptable Audit Risk (Risiko Audit yang dapat diterima)
Yaitu ukuran ketersediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangn
mengandung salah saji material tanpa pengecualian telah diberikan. Risiko ini
ditetapkan secara subyektif bahwa auditor bersedia menerima laporan
keuangan tidak disajikan secara wajar setelah audit selesai dan pendapat wajar
tanpa pengecualian telah diberikan. Kalau auditor menetapkan tingkat risiko
audit yang dapat diterima rendah, berarti ia ingin lebih memastikan bahwa
tidak ada kekeliruan yang material dalam laporan keuangan.
Tingkat risiko nol berarti kepastian penuh bahwa laporan keuangan tidak
mengandung kekeliruan yang materia dan tingkat risiko ini 100% berarti
auditor sangat tidak yakin kalau laporan keuangan tidak mengandung salah saji
atau kekeliruan yang material.
3. Inherent Risk (Risiko Bawaan atau Risiko Melekat)
Yaitu penetapan auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji)
dalam segmen audit yang melampaui batas toleransi, sebelum
memperhitungkan faktor efektivitas pengendalian intern. Risiko bawaan
menunjukkan faktor kerentanan laporan keuangan terhadap kekeliruan yang
material dengan asumsi tidak ada pengendalian intern. Bila auditor

6
berkesimpulan bahwa akan banyak kemungkinan terjadi kekeliruan tanpa
pengendalian intern, berarti risiko bawaannya tinggi.
Faktor pengendalian intern tidak diperhitungkan dalam menetapkan inherent
risk (risiko bawaan) karena dalam model risiko audit hal itu akan
diperhitungkan tersendiri sebagai risiko pengendalian. Hubungan antara risiko
bawaan (inherent risk) dengan risiko penemuan (planned detection risk) serta
rencana pengumpulan bukti adalah bahwa inherent risk sifatnya berbanding
terbalik dengan planned detection risk rendah, maka planned detection risk
tinggi dan bukti yang harus dikumpulkan pun sedikit.
4. Control Risk (Risiko Pengendalian)
Yaitu ukuran penetapan auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah
saji) dalam segmen audit yang melampaui batas toleransi yang tidak terdeteksi
atau tercegah oleh struktur pengendalian intern klien. Risiko pengendalian
(control risk) mengandung unsur sebagai berikut.
 Apakah struktur pengendalian intern klien cukup efektif untuk mendeteksi
atau mencegah kekeliruan.
 Keinginan auditor untuk membuat penetapan tersebut di bawah nilai
maksimum (100%) dalam rencana audit. Misalnya: auditor menyimpulkan
bahwa struktur pengendalian intern yang ada sama sekali tidak efektif dalam
mencegah atau mendeteksi kekeliruan.

1.5 Hubungan Masing-Masing Resiko Audit


Untuk suatu tingkat risiko audit tertentu, terdapat hubungan terbalik antara
tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diperhitungan untuk suatu
asersi, dengan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima auditor untuk asersi
tersebut. Artinya, semakin rendah risiko bawaan dan risiko pengendalian yang
diperhitungan, semakin tinggi tingkat risiko deteksi yang dapat diterima. Risiko
bawaan dan risiko pengendalian berhubungan erat dengan keadaan klien,
sedangkan risiko deteksi dapat dikendalikan (controllable) oleh auditor.
Pemahaman tentang hubungan yang dinyatakan dalam model risiko audit sangat

7
penting dalam menentukan tingkat risiko deteksi direncanakan yang dapat
diterima. Model Risko Audit menyatakan hubungan antara komponen-komponen
risiko audit sebagai berikut.
RA = RB x RP X RD
Dalam model di atas simbol-simbol berarti sebagai berikut;
RA : Risiko Audit.
RB : Risiko Bawaan
RP : Risiko Pengendalian
RD : Risiko Deteksi
Untuk menggambarkan penggunakan model diatas, misalkan auditor telah
membuat perhitungan risiko berikut untuk suatu asersi tertentu, Misalnya Asersi
penilaian atau pengalokasian atas persediaan:
RB = 50%
RP = 50%
Misalkan auditor telah menetapkan risiko audit (RA) keseluruhan sebesar
5% risiko deteksi dapat ditentukan dengan menggunakan model untuk RD sebgai
berikut:
RD = RA/ (RBX RP). = 0,05/(0,5X0,5). = 20%

8
DAFTAR PUSTAKA

https://pdfcoffee.com/kelompok-5-materialitas-dan-salah-saji-pdf-free.html

https://www.academia.edu/38499413/Makalah_Materialitas_Dan_Risiko_Audit_d
ocx

https://www.e-akuntansi.com/penetapan-materialitas/

https://ccaccounting.wordpress.com/2013/11/04/jenis-jenis-risiko-audit/

Anda mungkin juga menyukai