Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KELOMPOK

STUDI KASUS PELANGGARAN NILAI-NILAI DASAR PNS

Program pelatihan : Latsar Kota Mataram


Lembaga Pelatihan : BPSDM Provinsi Nusa Tenggara Barat
Angkatan/ Kelompok : VX / 4
Agenda : Nilai-nilai Dasar PNS
Widyaiswara/ tutor : Sally Salsabila, S.STP, MPP
Kelompok Penugasan : Kelompok I
Anggota : 1. Budi Satriyadi, S.Pd
2. BQ. Weddayu Murferatiwi, S.Pd
3. Intan Triwahyuni, S.Pd
4. Jumanah, S.Pd
5. Malina Luthfiana, S.Kep., Ns.

HASIL ANALISIS

I Isu :Kasus Korupsi E-KTP


II Deskripsi Isu :Kasus korupsi e-KTP adalah kasus mark up anggaran (penggelembungan dana) untuk pembuatan e-KTP
di Indonesia yang terjadi pada awal 2011 sampai 2013. Diman angaran dana pembuatan e-KTP membesar 4 triliun lebih dari
proses tender yang akhirnya berujung pada hukuman penjara terhadap 6 orang tersangka

III Aktor yang terlibat :


No Aktor Profesi Peran dalam Delik Pidana Penjara Denda
Kasus
1 Sugiharto Ketua PPK Dukcapil Penerima suap Pasal 2 ayat 1 Supsider 5 tahun penjara 400 jt subsider 6
kemendagri pasal 3 UU Pemberantasan bulan kurungan
tindak pidana korupsi penjara. Selain itu,
juncto pasal 55 ayat 1 ke 1 Sugiharto juga
KUHP. Pasal 64 ayat 1 KUHP wajib membayar
uang pengganti
senilai USD 50 ribu
dikurangi USD 30
ribu serta mobil
honda jazz senilai
Rp 150 juta dalam
rentang waktu satu
bulan setelah
berkekuatan
hukum tetap

2 Irman Mantan direktur Penerima suap 7 tahun penjara Rp 500 juta


jendral dukcapil subsider 6 bulan
kemendagri kurungan. Di
samping itu Irman
juga wajib
membayar uang
pengganti senilai
USD 500 ribu
dikurangi USD 300
ribu dan Rp 50 juta
dalam rentang
waktu 1 bulan
setelah
berkekuatan
hukum tetap
3 Andi ‘Narogong’ Panitia tender Penerima suap dan 8 tahun penjara Denda sebesar Rp 1
(Pengusaha konveksi penyuap miliar subsider 6
di jl. Narogong) bulan penjara serta
wajib membayar
uang pengganti
senilai USD 2,1 juta.

4 Markus Nari Anggota DPR periode Pengelembungan dana Pasal 3 atau 2 ayat (1) UU Belum dijatuhi
2009-2014 (politisi di DPR, penerima suap no 31 th 1999 tentang hukuman
partai golkar) dan pemberi suap tindak pidana korupsi di
untuk keterangan ubah dengan UU no 20
palsu Miryam S tahun 2001 jo pasal 55 ayat
Haryani (anggota DPR) 1 ke 1 KUHP

5 Anang Sugiana Dirut PT Quadra Penyuap Pasal 2 ayat 1 Supsider Belum dijatuhi
Sudiharjo Solutions pasal 3 UU Pemberantasan hukuman
tindak pidana korupsi No 20
Th 2001 tentang
pemberantasan korupsi
juncto pasal 55 ayat 1 ke 1
KUHP.

6 Setya Novanto Anggota DPR Penerima suap Pasal 2 ayat 1 Supsider 16 tahun penjara US$7,3 juta
pasal 3 UU Pemberantasan dalam kurs
tindak pidana korupsi terbaru setara
juncto pasal 55 ayat 1 ke 1 dengan lebih dari
KUHP. Pasal 64 ayat 1 KUHP 101 miliar. Serta
pencabutan gak
politik selama 5
tahun.
7 Miryam S Haryani Anggota DPR Pemberi keterangan Pasal 22 Jo pasal 35 UU no Belum dijatukan
palsu 31 tahun 1999 sebagai hukuman
mana diubah dengan UU
No. 20 Th 2001 tentang
pemberantasan tindak
pidana korupsi

IV Analisis Kasus dari sudut pandang Nilai-Nilai Dasar (ANEKA)


No Nilai Dasar Penyebab Dampak pelanggaran Nilai Dasar yang Gagasan Dampak
ANEKA terjadinya isu Nilai Dasar dalam Dilanggar Pemecahan Penerapan
konteks kasus Isu
1 Akuntabilitas Minimnya sikap Diabaikannya nilai kejujuran Jujur/Integritas Seharusnya setiap Terwujudnya
kejujuran oleh PT. oleh jajaran direksi PT. Kelurusan hati, tidak proses lelang pemerintah yang
Quadran Solution Quadra Solutions curang dan tidak tender berjalan akuntabel.
dalam memenangkan menyebabkan dilakukanya memanipulasi data. secara transparan
tender proyek e-KTP. penyuapan kepada Setya Jika pemerintah jujur dan
Novanto dan Miryam S. maka tidak akan mengutamakan
Haryani (sebagai angota DPR terjadi proses suap kepentingan
RI) sebaliknya diabaikan nilai menyuap dalam publik sesuai
kejujuran oleh Sugiharto proyek e-KTP. aturan yang
sebagai PPK dan Irman berlaku tanpa ada
sebagai mantan Dirgen intervensi dari
Dupcapil Kemendagri dan pihak manapun.
Andi Narogong membuat
mereka menerima suap dari
PT. Quadra Solutions.
Rendahnya komitmen Pemerintah tidak Mendahulukan
pemerintah untuk mengutamakan Kepentingan Publik
mengutamakan kesejahteraan masyarakat Memilih untuk
kepentingan publik. sehingga terjadinya konflik melaksanakan
kepentingan yakni pelayanan kepada
penyuapan yang dilakukan masyarakat/publik
oleh PT. Quarda Solution terlebih dahulu
untuk memenangkan tender daripada kepentingan
proyek E-KTP Kepada kantor.
Anggota Dewan dan Jika para pejabat
beberapa unsur pejabat mementingkan publik
negara. di atas kepentingan
pribadi maka tidak
akan terjadi konflik
kepentingan.
2. Nasionalisme Panitia lelang Terjadinya suap menyuap Amanah Sebaiknya pejabat Apabila pejabat
(pemerintah) tidak dalam kasus e –KTP karena Para pejabat konsisten dalam konsisten dalam menjaga
menepati janji anggota Dewan tidak seharusnya dapat menjaga amanah amanah yang diberikan
(amanah) dalam mempunyai komitmen menjaga amanah yang diberikan dan selalu
menjalankan regulasi dalam menjaga amanah proyek negara dan selalu mendahulukan
tahapan lelang. sebagai penentu kebijakan (pembuatan e-KTP) mendahulukan kepentingan umum
sehingga mudah menerima yang telah ditetapkan kepentingan daripada kepentingan
suap dari PT. Quadra oleh negara dan dapat umum daripada pribadi maka tidak akan
Solutions memegang janji dalam kepentingan ada terjadi korupsi dan
melaksanakan pribadi. kasus suap menyuap
tugasnya dengan baik. yang dapat merugikan
negara sehingga
mendapat kepercayaan
dari masyarakat.
Miryam S. Haryani Pemberian keterangan palsu Membela Kebenaran Seharusnya Apabila pejabat berani
(anggota Dewan) saat persidangan Sebagai seorang pejabat berani menyatakan yang
memberikan mengakibatkan lambannya anggota dewan terbuka, bersikap sebenarnya sesuai
keterangan palsu saat proses hukum berjalan seharusnya kooperatif dengan dengan data dan fakta
persidangan kasus e – secara efektif dan sesuai memberikan hukum dan jujur maka kasus korupsi e-
KTP. fakta serta menghalangi keterangan sesuai dalam KTP akan cepat
penyidikan yang dilakukan dengan fakta yang menyatakan apa terungkap sehingga
KPK dalam mengungkap sebenarnya bukan yang sebenarnya kasus seperti ini tidak
kasus e-KTP. memberikan terjadi sesuai akan terulang kembali
keterangan palsu dengan data dan dan negara tidak akan
seperti yang terjadi fakta. dirugikan.
pada kasus korupsi
tersebut.

Pemerintah tidak Dengan tidak menerapkan 6 Tangggung Jawab Sebaiknya Apabila pemerintah
menjalankan 6 rekomendasi tersebut Setiap pejabat negara pemerintah menerapkan 6
rekomendasi dalam secara maksimal maka akan seharusnya menerapkan 6 rekomendasi tersebut
pelaksanaan proyek e- terjadinya penyalahgunaan mempunyai tanggung rekomendasi dalam proyek e-KTP
KTP secara maksimal. wewenang sehingga dana jawab untuk tersebut dalam secara maksimal dan
untuk proyek e-KTP menjalankan proyek e-KTP berintegritas maka
membengkak. kewajiban dalam secara maksimal penggelembungan dana
mengawal kebijakan dan berintegritas. proyek e-KTP dapat
pemerintah sesuai dicegah dan anggaran
dengan peraturan yang dikeluarkan sesuai
Undang-Undang. dengan target.
3. Etika Publik Kurangnya nilai Diabaikannya nilai integritas Integritas Tinggi Sebaiknya Terwujudnya layanan
integritas yang dimiliki oleh tersangka Sugiarto dkk Memegang teguh nilai melaksanakan kepada publik secara jujur,
oleh Sugiarto, Setya dalam proses pelaksanaan Pancasila dan nilai dasar tugasnya dengan akurat, dan berdaya guna.
Novanto dkk sebagai proyek e-KTP dengan tidak ASN. jujur, bertanggungja
pejabat publik dalam bertanggung jawab dan jujur wab, dan
proyek e-KTP. dalam melaksanakan tugasnya. berintegritas tinggi.

Tidak mematuhi Diabaikannya peraturan Taat kepada peraturan Sebaiknya Terwujudnya kesadaran
peraturan perundang-undangan yang perundangundangan mematuhi dan pemahaman untuk
perundangundangan berlaku sehingga terjadi Mematuhi peraturan peraturan menaati peraturan
yang dilakukan oleh tindakan korupsi pada proyek perundang undangan perundangundanga perundangundangan.
Sugiarto dkk dengan e-KTP. Perilaku tersebut juga yang berlaku dan n dan memegang
tidak memenuhi 6 syarat melanggar kode etik ASN. melaksanakan tugas kode etik ASN
proyek e-KTP dan sesuai dengan kode etik. sesuai dengan
mengambil uang negara. fungsi ASN.

Menyalahgunakan Penyalahgunaan informasi Menjaga rahasia Sebaiknya tidak Terjaganya rahasia negara
informasi intern negara negara oleh Sugiarto dan Setya Memberikan informasi menyalahgunak an dengan kemampuan untuk
mengenai proses lelang Novanto dengan memberikan sesuai peraturan dan informasi yang melakukan tindakan yang
tender proyek eKTP informasi rahasia kepada pihak menjaga kerahasiaan rahasia untuk benar.
lain yaitu para pengusaha Andi yang menyangkut mencari
Naragong untuk mendapat kebijakan negara keuntungan pribadi
keuntungan pribadi. dan golongan.

4 Komitmen Belum tercapainya Penyelengara e-KTP tidak Efektif Menerapkan Terwujudnya


Mutu target program kerja bisa melaksanakan kegiatan Melaksanakan tugas efektifitas dalam pemerintahan yang
yang telah pembuatan e-KTP sesuai pembuatan E-KTP mengerjakan efektif dan efisien dalam
direncanakan dengan target semestinya. sesuai dengan waktu proyek pelaksanaan proyek
Dilihat dari kasus proses yang telah ditetapkan pembuatan e-KTP pembuatan e-KTP sesuai
perekaman e-KTP yang dan tujuan atau dengan target waktu dan
semestinya di targetkan prosedur yang sudah biaya yang telah
akan dilaksanakan secara direncanakan. direncanakan oleh
serentak pada 1 Agustus pemerintah. Sehingga
2011, namun karena tidak terjadinya
terlambatnya pengiriman penyalahgunaan
perangkat peralatan e-KTP, dana/korupsi.
maka jadwal perekaman
berubah menjadi 18 Agustus
2011 untuk 197 Kabupaten
atau kota di seluruh
Indonesia.
Kurangnya efisiensi Dana untu e-KTP membesar Efisien Perlu adanya
dalam penggunaan hingga Rp 4 Triliun lebih Ketepatan realisasi tranparansi
dana proyek dalam proses tender penggunaan sumber laporan keuangan
pembuatan e-KTP dan kenyataanya penawaran daya dan bagaimana setiap proses
dalam penentuan yang diajukan oleh pekerjaan itu dalam
pemenang tender Konsorsium Lintas Peruri dilaksanakan. pelaksanaan
yang tidak sesuai Solusi lebih rendah, yakni proyek
dengan aturan lelang sebesar Rp 4,75 triliun, pembuatan e-KTP
namun yang memenangkan
tender justrus Konsorsium
PNRI yang mengajukan
penawaran lebih tinggi,
yakni sebesar Rp 5,84 triliun
dari anggaran senilai Rp 5,9
triliun, sehingga terjadi
anggaran yang membengkak
dan tidak sesuai dengan
target.
5 Anti Korupsi Ketidakjujuran Setya Terjadinya suap menyuap Jujur Penerapan kode Terwujudnya
Novanto dan Miryam S dimana Setya Novanto Kelurusan hati yang etik yang benar pemerintahan yang
Haryani seabagai menerima suap dari Dirut dimiliki oleh seorang oleh anggota bersih dan antikorupsi.
anggota dewan pada Quadra Solutions untuk anggota Dewan akan dewan dan setia Dengan adanya kejujuran
proyek pembuatan memenangkan mencegahnya dalam dan transparansi laporan
e-KTP. perusahaanya dalam tender melakukan praktik menjalankan keuangan maka akan
mega proyek pembuatan e- tindakan yang korup tugas dan menghindarkan anggota
KTP. Setya Novanto sebagai seperti, suap tanggung Dewan dari tindak
pejabat publik (Anggota DPR menyuap, gratifikasi, jawabnya. pidana korupsi.
RI) bersama rekannya dll.
Miryam S. Haryani
melakukan korporasi untuk Untuk
memenangkan PT Quadra menghindari
Solutions dengan meminta praktek Mark up
bayaran kepada Direktur anggaran
Utaman dari PT Quadra (Manipulatif data)
Solutions. maka perlu
pembangunan
sistem informasi
pengelolaan
keuangan negara.
Tidak terlaksananya Penyalahgunaan Tanggung Jawab Perlu adanya Terwujudnya
tanggungjawab kewenganan yang dilakukan panitia lelang pelaporan pemerintahan yang
sebagai panitia lelang oleh Markus sebagai panitia harusnya keuangan secara bersih dan antikorupsi.
yaitu Markus dalam lelang di tunjukkan dengan melaksanakan transparan dan Jika pejabat publik yang
proyek lelang e-KTP. perannya dalam tugasnya dengan terjadwal untuk berwenang selalu
penambahan anggaran e- sungguh-sungguh mengetahui menjalankan tugas
KTP di DPR dan diduga dalam menjalankan 6 proses sesuai dengan tupoksi
meminta uang sebanyak Rp rekomendasi proses perkembangan dan kapasitasnya dengan
5 Miliar kepada Irman dalam lelang sehingga proyek e-KTP penuh tanggung jawab,
pembahasan perpanjangan pelelangan akan tersebut. maka potensi korupsi /
anggaran e-KTP sebesar Rp terjadi secara penyelewengan
1,4 Triliun. transparan dan anggaran bisa dicegah.
anggaran tidak
mengalami
pembengkakan.

Anda mungkin juga menyukai