Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH STRUKTUR MODAL, LIKUDUITAS, DAN

PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP PROFITABILITAS

(Studi pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di BEI)

Oleh :

ANDIKA WISNURIZKI DEWANGKARA

( 17051107 )

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2021
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Keberadaan perusahaan menjadi faktor yang sangat penting dalam

kegiatan

perekonomian. Perusahaan pada dasarnya memiliki tujuan yang sama salah

satunya untuk mencapai keuntungan maksimum sehingga dapat

mensejahterakan pemegang saham dan meningkatkan nilai perusahaan.

Perusahaan dituntut agar selalu inisiatif, kreatif, dan inovatif agar dapat

meningkatkan efisiensi dan produktifitas dalam upaya memenangkan

persaingan pasar. Keberhasilan perusahaan menguasai pasar akan sangat

mempengaruhi minat para investor untuk menanamkan modal di dalam

perusahaan, perusahaan yang bergerak pada bidang ini, yang dimana akan

memberikan pengaruh atas struktur modal pada perusahaan. Pertumbuhan

produksi yang dialami oleh perusahaan, perusahaan tersebut tidak terlepas

dari tingkat profitabilitas dan tingkat likuiditas perusahaan tersebut.

Profitabilitas perusahaan merupakan suatu kemampuan perusahaan untuk

memperoleh laba yang dinyatakan dalam persentase (Hasibuan, 2002).

Pada penelitian ini Rasio Profitabilitas yang digunakan adalah Return On

Asset (ROA). Return On Asset merupakan rasio yang menunjukkan hasil

atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran

tentang efisiensi manajemen (Kasmir, 2007). Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi profitabilitas perusahaan, diantaranya struktur modal,

likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan.


Struktur modal menunjukkan perimbangan jumlah utang jangka pendek

yang bersifat tetap, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa

(Abdul halim, 2007). Struktur Modal dapat dinilai dengan Debt Equity Ratio

(DER). Menurut Halim dan Sarwoko (2008), struktur modal adalah

kombinasi antara hutang baik itu dalam bentuk hutang jangka panjang

maupun hutang jangka pendek dengan modal sendiri untuk membelanjai

aktiva-aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.

Struktur modal merupakan suatu bentuk perimbangan dari modal hutang

dan modal sendiri. Perusahaan yang sumber dananya cenderung lebih banyak

berasal dari modal sendiri dibandingkan dari modal hutang tentunya memiliki

beban bunga yang kecil jumlahnya dikarenakan jumlah pinjaman dari pihak

eksternalnya kecil. Hal ini berdampak pada net income karena jumlah

operating profit yang digunakan untuk membayar beban bunga kecil

jumlahnya, sehingga laba bersih yang diperoleh perusahaan akan lebih besar

jumlahnya jika dibandingkan dengan laba bersih perusahaan yang cenderung

lebih banyak menggunakan modal hutang sebagai sumber pendanaannya.

Argumen ini diperkuat oleh teori pecking order menurut Ross et al. (2012).

Teori ini menjelaskan bahwa perusahaan menyukai pendanaan dari internal

financing. Perusahaan yang bersifat profitable atau menguntungkan umumnya

meminjam dalam jumlah yang sedikit dikarenakan perusahaan memerlukan

external financing yang sedikit. Hal ini berdampak pada profitabilitas karena

apabila jumlah pinjaman yang dibutuhkan perusahaan semakin kecil, beban


bunga yang harus dibayar juga semakin kecil, sehingga laba bersih semakin

besar jumlahnya.

Penelitian sebelumnya dari Nurfadilah (2011), menyatakan bahwa apabila

struktur modal semakin rendah maka hal tersebut mencerminkan semakin besar

kemampuan perusahaan dalam menjamin hutangnya dengan ekuitas yang

dimilikinya atau peningkatan/penurunan struktur modal seharusnya tidak

searah (berbanding terbalik) dengan profitabilitas. Hasil Penelitian Ahmad

(2015) yang menunjukkan bahwa variabel struktur modal berpengaruh

terhadap profitabilitas pada perusahaan telekomunikasi. Hasil ini berbeda

dengan penelitian yang dilakukan Sari (2017) bahwa struktur modal tidak

berpengaruh terhadap profitablitas pada perusahaan makanan dan minuman

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.

Hasil penelitian David Sukardi Kodrat (2009) dan M. Ridho Tarigan dan

Zulkifli Harahap (2009) menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh

negatif terhadap profitabilitas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anwar

(2011), Ahmad (2014), Chisti, Ali dan Sangmi (2014), Shubita dan

Ahsalwahah (2012), dan Yegon, Cheruiyot dan Cheruiyot (2014) yang

menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh negatif terhadap

profitabilitas.

Likuiditas adalah kemampuan dari perusahaan dalam memenuhi

kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya. Rasio likuiditas biasa

digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya sebuah perusahaan. Menurut

Hanafi dan Halim (2009:77), menyatakan bahwa likuiditas adalah rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi bentuk-bentuk kewajiban

jangka pendeknya perusahaan memerlukan sejumlah kas yang cukup untuk

pembiayaan. Rasio likuditas dalam penelitian ini diukur dengan Current ratio

(CR). Mardiyanto (2008) mengungkapkan bahwa likuiditas yang tinggi

merupakan indikator bahwa risiko perusahaan rendah. Artinya perusahaan

aman dari kemungkinan kegagalan membayar berbagai kewajiban lancar.

Anwar (2011) menyatakan bahwa semakin baik tingkat likuiditas aktiva lancar

atau semakin likuid aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin

besar angka profitabilitas yang akan diterima oleh perusahaan.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Infantri (2015) yang meneliti

keterkaitan antara variabel risiko likuiditas dan profitabilitas terhadap struktur

modal perusahaan otomotif selama periode 2010-2013. Penelitian yang

dilakukan oleh Chukwunweike (2014), Anwar (2011) dan Nugroho dan

Pangestuti (2010) yang menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap

profitabiltas. Penelitian yang dilakukan Diah Nurdiana (2018) menjelaskan

bahwa Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas.

Menurut Suastini, Purbawangsa dan Rahyuda (2016: 154-155),

pertumbuhan perusahaan merupakan rasio pertumbuhan yang mencerminkan

kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya ditengah

pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Pertumbuhan aset dihitung

sebagai persentase perubahan aset pada saat tertentu terhadap tahun

sebelumnya.
Menurut Elim dan Yusfarita (2010) tingkat pertumbuhan adalah tingkat

kenaikan penjualan dari tahun ke tahun, dimana semakin tinggi pertumbuhan

perusahaan maka perusahaan akan semakin banyak mengandalkan pada modal

eksternal. Pertumbuhan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung

akan lebih banyak menggunakan hutang dibandingkan dengan perusahaan yang

mempunyai pertumbuhan yang lambat. Pertumbuhan perusahaan dapat diukur

dengan Growth Rate. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Iqbal dan Zhuquan

(2015), dan Suryaputra dan Christiawan (2016) yang menyatakan pertumbuhan

penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.

Saat ini bisnis atau perusahaan di industri kuliner atau food and beverage

kian menunjukkan perkembangannya. Di mana, tren ini membuat banyak

pengusaha beralih membuka bisnis kuliner dan ikut bersaing ditengah

banyaknya persaingan. Banyak juga dari mereka yang berlomba – lomba

mengembangkan bisnisnya. Industri makanan dan minuman menjadi salah

satu sektor manufaktur andalan dalam memberikan kontribusi besar terhadap

pertumbuhan ekonomi nasional. Capaian kinerjanya selama ini tercatat

konsisten terus positif, mulai dari perannya terhadap peningkatan produktivitas,

investasi, ekspor hingga penyerapan tenaga kerja. Kementerian Perindustrian

mencatat, sepanjang tahun 2018, industri makanan dan minuman mampu

tumbuh sebesar 7,91 persen atau melampaui pertumbuhan ekonomi nasional di

angka 5,17 persen. Bahkan, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar

dan sedang di triwulan IV-2018 naik sebesar 3,90 persen (y-on-y) terhadap
triwulan IV-2017, salah satunya disebabkan oleh meningkatnya produksi

industri minuman yang mencapai 23,44 persen.

Industri makanan menjadi salah satu sektor yang menopang peningkatkan

nilai investasi nasional, yang pada tahun 2018 menyumbang hingga Rp56,60

triliun. Realisasi total nilai investasi di sektor industri manufaktur sepanjang

tahun lalu mencapai Rp222,3 triliun. Di tahun 2018, tenaga kerja di sektor

industri manufaktur mencapai 18,25 juta orang atau naik 17,4 persen dibanding

tahun 2015. Industri makanan menjadi kontributor terbesar hingga 26,67

persen.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

lebih lanjut dengan judul ”Pengaruh Struktur Modal, Likuiditas, dan

Pertumbuhan Penjualan Terhadap Profitabilitas (Studi pada perusahaan

Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-

2019)”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah Struktur Modal berpengaruh terhadap Profitabilitas pada

Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2017 – 2019 ?

2. Apakah Likuiditas berpengaruh terhadap Profitabilitas pada Perusahaan

Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017


2019 ?

3. Apakah Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh terhadap Profitabilitas

pada

Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2017 – 2019 ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dari masalah, penulis melakukan penelitian

dengan tujuan sebagai berikut ;

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh struktur modal secara

parsial

terhadap profitabilitas pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar

di

Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh likuiditas secara parsial

terhadap profitabilitas pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pertumbuhan perusahaan

secara parsial terhadap profitabilitas pada Perusahaan Food and Beverage

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1.Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

berikut :

1. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi pada

penelitian – penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan struktur

modal, likuiditas, dan Pertumbuhan perusahaan terhadap

Profitabilitas, khususnya pada perusahaan Food and Beverage yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4.2.Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

berikut :

1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan secara luas

mengenai hubungan struktur modal, likuiditas, dan pertumbuhan

perusahaan terhadap profitabilitas perusahaan.

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perusahaan

dalam menetapkan strategi perusahaan agar dapat bertahan dalam

persaingan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal.

3. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi investor

dalam mempertimbangkan keputusan berinvestasi

1.5. BATASAN MASALAH

Pada penelitian yang digunakan adalah Rasio Profitabilitas pada

perusahaan

Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Penelitian

ini hanya terbatas pada struktur modal, likuiditas, dan pertumbuhan

perusahaan, dengan membandingkan data profitabilitas dari perusahaan

Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode

2017 – 2019.

1. Sampel pada penelitian ini dari Perusahaan Food and Beverage yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017 – 2019

2. Variabel yang ada dalam penelitian ini antara lain ;

a. Variabel Independen : Struktur Modal, Likuiditas, dan

Pertumbuhan perusahaan

b. Variabel Dependen : Profitabiltas yang diproyeksikan Return On

Aset (ROA)

Anda mungkin juga menyukai