Anda di halaman 1dari 37

ANALISA LOKASI DAN POLA RUANG

Dosen : Astri Mutia Ekasari, ST., MT


Riswandha Risang Aji, ST., MURP

Materi : Teori Tempat Lokasi


FAKTOR-FAKTOR LOKASI INDUSTRI

Menurut H. Robinson dalam (economic geography, 1977; 288-289)


faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi industri dibagi 2 :
1. Faktor geografis
a. Bahan mentah
Penentuan lokasi industri salah satunya dilatarbelakangi oleh
bahan mentahnya. Misalnya industri kulit berlatar belakang daerah
peternakan.
b. Sumberdaya tenaga (power resources)
Hal ini berkaitan dengan ketersediaan sumberdaya pembangkit
dan penggerak industri di wilayah terkait, apakah dari hydro
power, gas, listrik, dan sebagainya.
c. Supply tenaga kerja
Wilayah industri harus mampu menyediakan tenaga kerja industri
secara kualitas (skill) dan kuantitas.
d. Supply air
Setiap industri memerlukan air dengan kualitas dan kuantitas yang
berbeda, tergantung dari jenis industrinya.
FAKTOR-FAKTOR LOKASI INDUSTRI
e. Pasaran
Lokasi industri akan berada tidak jauh dari daerah pasarnya. Pasar disini
menyangkut luasnya pasaran (jangkauan pelayanan) dan kuatnya
pasaran (daya beli masyarakat).
f. Jalur dan fasilitas transportasi
Meliputi jalur dan moda transportasi (darat, laut, atau udara) serta
ketersediaan sarana pengangkutnya, apakah truk, kereta api, kapal, atau
pesawat.
g. Medan (terrain) wilayah
Meliputi topografi dan letak strategis wilayah terhadap kedudukan
industri terkait.
2. Faktor non geografis
a. Modal
b. Manajemen
c. Kegiatan dan kebijaksanaan pemerintahan (termasuk pajak dan
peraturan penjaluran kota / city zoning codes
d. Faktor pribadI
Teori lokasi industri berkembang dari tokoh geografi & ekonomi, mulai dari
Weber (1929), Hoover (1948), Allonso (1950), Losch (1954), dan Isard (1969).
TEORI LOKASI INDUSTRI ALFRED WEBER

➢ Alfred Weber terkenal dengan teori lokasi industrinya


least cost location, yaitu lokasi optimal untuk industri
berada pada titik biaya terendah (lokasi terbaik secara
ekonomis) dimana dapat memberikan keuntungan
maksimal (pendapatan tinggi, biaya rendah).

➢ Oleh Weber, least cost location dipandang sebagai hal


pokok / prinsip dari teorinya, yaitu yang berwujud dari
biaya transport terendah untuk bahan mentah ke pabrik
dan biaya supply terendah untuk barang jadi dari pabrik
ke pasar.
LEAST COST LOCATION

❖ Didalam teori least cost location, Weber menyatakan bahwa


lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi
dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya harus
minimum. Tempat di mana total biaya transportasi dan
tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat
keuntungan yang maksimum.

❖ Menurut Weber ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi


industri, yaitu:

1. Biaya transportasi,

2. Biaya tenaga kerja, dan

3. Kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi.


Asumsi yang digunakan Weber:
1. Wilayah yang homogen (topografi, iklim, dan penduduk).
2. Ketersediaan sumberdaya atau bahan mentah pada lokasi
tertentu.
3. Upah buruh (ada yang baku/ sama dan ada yang berbeda akibat
persaingan antar penduduk (karena skill)).
4. Terdapat kompetisi antar industri, tidak ada monopoli.
5. Biaya transportasi tergantung dari bobot barang (volume), jarak,
dan lokasi pabrik.
6. Manusia itu berfikir rasional
TEORI LOKASI VON THUNEN
Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan
baku, Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational
triangle untuk memperoleh lokasi optimum.

Untuk menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat


ke lokasi bahan baku atau pasar, Weber merumuskan indeks
material (IM).
Indeks bahan > 1, material oriented
Indeks bahan < 1, marked oriented
TEORI LOKASI VON THUNEN

➢ Dalam locational triangle, weber mengemukakan 3 asumsi lagi:

1. Hanya tersedia 1 jenis alat transportasi.

2. Hanya terdapat 1 pabrik sebagai tempat produksi.

3. Bahan mentah berasal dari beberapa tempat.

➢ Dalam teori lokasi ini, untuk mengatasi biaya transportasi yang tinggi,
dilakukan aglomerasi industri (dimana berkumpulnya usaha sejenis
melalui pemanfaatan bahan mentah bersama) sehingga bisa
menurunkan biaya transportasi, dan spesialisasi untuk pemasaran.
TEORI LOKASI VON THUNEN

Weber membagi industri berdasarkan jenis bahan baku dan


sifatnya:
1. Pure material, yaitu berat yang selama proses produksi →
beratnya bertambah (industry weight gaining).
2. Weight losing material, yaitu berat yang selama proses
produksi → beratnya berkurang (industri weight loosing).
im > 1, terjadi weight loosing
im < 1, terjadi weight gaining

Weber juga membedakan bahan baku dari distribusinya:


1. ubiquitas material adalah bahan baku yang terdapat di semua
daerah.
2. localized material adalah bahan baku yang terdapat di
tempat-tempat tertentu.
ISOTIM DAN ISODAPAN

❑ Alonso (1964) mengembangkan teori Weber dalam


menemukan konsep isotim dan isodapan untuk mendapatkan
lokasi industri optimal, dengan biaya terendah.

❑ Isotim adalah tempat kedudukan titik-titik yang menunjukan


harga barang yang sama

❑ Isodapan adalah garis penghubung titik-titik yang memiliki


biaya total transportasi yang sama.
TEORI LOKASI VON THUNEN
TEORI LOKASI VON THUNEN

Isopadan
TEORI LOKASI VON THUNEN

Contoh Perhitungan
Isopadan
KELEMAHAN DAN KRITIK TEORI WEBER

❑ Weber terlalu melebih-lebihkan biaya transportasi dan tidak


memperhatikan labour cost, karena pada kenyataannya pabrik
dapat berdiri di daerah yang banyak dan murah biaya tenaga
kerjanya.
❑ Agglomerasi industri tidak saja untuk menghemat biaya
transportasi, tapi lebih kepada counter magnet bagi industri
dan pabrik-pabrik (ada nilai dan keuntungan lain selain nilai
ekonomi).
❑ Permintaan pasar / demand tidak datang dari satu tempat
saja.
❑ Titik isodapan tidak hanya menyangkut masalah biaya
transport terendah, tapi juga biaya tenaga kerja terendah.
❑ Kritik dari whynne-Hamond dalam buku elements of human
geography: his preconditions are unrealistic. Transport cost
don’t rise commensurately with weight and distance, perfect
competition rarely exists and does not always act rationally”.
TEORI LOKASI INDUSTRI EDGAR HOOVER

• Edgar Hoover adalah orang Amerika pertama yang


mengembangkan teori lokasi.
• Teori Hoover (1947) muncul untuk memperhalus teori Weber.
Dalam teorinya, Edgar Hoover banyak dipengaruhi oleh teori
yang dikembangkan Palender.
• Industri yang digunakan Hoover untuk teorinya meliputi
industrI sepatu dan kulit serta industri pertambangan.
• Asumsi dalam teorinya adalah:

“ adanya persaingan bebas dan mobilitas tenaga”


TEORI LOKASI VON THUNEN
Beberapa pendapat/ statement dari Hoover:
▪ Menurut hoover lokasi pabrik atau perusahaan dapat saja di
titik pasar ataupun titik sumber bahan mentah, jadi tidak saja
dilokasi antaranya.
▪ Lokasi industri ditentukan oleh sumber bahan mentah, pasar,
dan cost (biaya angkut dan biaya produksi).
▪ Biaya transport umumnya meningkat menuruti tangga per unit
jarak.
▪ Hoover memberlakukan law of diminishing returns atau return
scale and entry (memajukan dan memperbaiki teori Weber).
▪ Pengaruh biaya angkut akan mendorong industri untuk
berlokasi di bahan mentah, pasar, atau persimpangan lalu
lintas yang tidak jarang merupakan transport breaking point.
▪ Industri yang berkiblat pada bahan mentah, selalu ada
dorongan untuk menempatkan pabrik di tempat bahan mentah.
▪ Industri yang berkiblat ke pasar, selalu menempatkan
pabriknya di daerah pasar.
TEORI LOKASI EDGAR HOOVER

Bila seorang pembeli


menghadapi dua industri
pertambangan yang satu
berlokasi di T1 dan yang lain di
T2, maka pembeli dapat
memilih untuk membeli dari
penjual yang menawarkan
harga yang paling rendah.
Hoover memperhatikan
berlakunya law of diminishing
returns dalam industri
pertambangan, dimana hal
tersebut sebagai perbaikan
terhadap teori Weber.
Semakin jauh daerah pasar
yang dilayani, semakin banyak
yang harus diproduksi, dan
berlakulah hukum tersebut
(Djojodipuro, 1992:103).
TEORI LOKASI VON THUNEN
TEORI LOKASI INDUSTRI WILLIAM ALLONSO

Prinsip-Prinsip Dalam Lokasi Median


Dalam penentuan lokasi median, faktor pertimbangan yang
digunakan adalah faktor jarak dan volume barang. Dengan
prinsip:
• Keuntungan maksimal
• Minimasi biaya antar (transport)
Konsep lokasi median (tengah) berawal dikembangkan dari
penempatan lokasi bakery. Dimana setiap hari toko roti tersebut
harus mengantar roti-rotinya kesemua pelanggan yang
terdistribusi di sepanjang jalan.

Lokasi bakery berada pada lokasi dengan jarak rata-rata


terdekat/ terkecil.
TEORI LOKASI VON THUNEN

Jika lokasi bakery di A, maka jarak rata-rata yang harus ditempuh adalah:

Jarak rata-rata terdekat/ terkecil merupakan solusi pemecahan untuk


kasus ini.
TEORI LOKASI VON THUNEN

• Perusahaan Dengan Lokasi 1 Pasar, 1 Bahan Baku


Dalam teorinya, William Allonso banyak menggunakan dasar
Teori Von Thunen. Konsep yang digunakan adalah location
rent. Asumsi yang digunakan dalam teorinya:
1. Kota memiliki 1 pusat (CBD) atau single market.
2. Kota terletak pada daerah yang datar (flat features less
plain) atau homogenous physical environment.
3. Ongkos transportasi berbanding lurus dengan jarak
(transportation cost are linearly related to distance).
4. Lahan akan dijual kepada penawar tertinggi (highest
bidder), dengan catt: tidak ada monopoli, tidak ada
campur tangan pemerintah
• William Allonso mengembangkan teorinya pada 3 jenis pola
penggunaan lahan, yaitu retailing, industrial, dan residental
dengan membuat bid rent curve.
TEORI LOKASI VON THUNEN
Setiap pengguna lahan
menggunakan prinsip profits
Maximization.
Dalam bid rent curve ini terdapat 5
Kaitan antara land value dengan
land use, yaitu:
1. Bid rent curve dapat dibuat
untuk semua jenis
penggunaan lahan.

2. Keseimbangan sewa untuk setiap lokasi ditentukan oleh


penawaran tertinggi.
3. Karena penggunaan lahan ditentukan oleh penawaran tertinggi
maka steeper bid rent curves akan menguasai lokasi sentral.
4. Melalui persaingan yang ketat dalam penawaran terhadap lokasi
oleh pengguna-pengguna lahan, maka penggunaan lahan akan
menentukan nilai lahan.
5. Nilai lahan juga menentukan penggunaan lahan, karena
dipengaruhi faktor kemampuan untuk membayar lahan.
TEORI LOKASI VON THUNEN
Struktur Biaya Transportasi
Dasar analisis lokasi berikutnya adalah penerapan perusahaan
dengan 1 pasar dan 1 bahan baku.
• Jika biaya produksi sama disetiap tempat, maka yang akan
menjadi pertimbangan perusahaan adalah total biaya transport.
• Biaya yang harus dikeluarkan adalah biaya pengepakan barang
(assembly) dan biaya distribusi barang.
• Total biaya transport akan berkurang jika box faxtory (to) akan
sama letaknya dengan raw material/ steel plant (M).
• Jika assembly cost lebih curam dari distribution cost, artinya biaya
pengangkutan lebih mahal dari biaya pengepakan atau (rm > rc).
Persamaannya adalah:

• Jika (rc > rm), maka koofisien t akan negative dan perusahaan
akan dilokasikan pada nilai t maksimum (artinya t = T).
• Jika biaya (rm = rc) kooefisien t akan 0 dan biaya transport akan
menjadi rc T dimanapun lokasi pabrik berada. Pabrik mungkin
akan dilokasikan di M, C, atau diantara keduanya.
TEORI LOKASI VON THUNEN
TEORI LOKASI VON THUNEN
• Dalam pengembangan teorinya, William Allonso menemukan
bahwa tidak selamanya biaya transportasi berbanding lurus
dengan harga, karena ada cost-cost lain yang harus dikeluarkan
seperti ongkos pemindahan barang dari suatu tempat ke tempat
lain / dari suatu moda ke moda lain. Sehingga:

• Realistisnya, biaya per mile lebih murah dengan semakin jauhnya


jarak tempuh. Asumsi ini digunakan Allonso seperti asumsi industri
yang menyatakan bahwa biaya yang dikeluarkan akan semakin
murah jika membeli dalam partai besar, akan lebih murah
menyewa lahan per bulan dari pada per minggu, atau biaya
pengiriman 1 paket jarak 1000 mile lebih murah dari pada
pengiriman 2 paket dengan @ jarak 500 mile.
TEORI LOKASI VON THUNEN
• Titik Pemindahan/ Transit sebagai Bagian Penting dari Pelabuhan
TEORI LOKASI VON THUNEN
Lokasi Industri Dengan Bahan Baku dan Market Area

• Dalam penanganan kasus ini, pemecahannya tidak lagi


menggunakan gambar 2 dimensi, tapi 3 dimensi.
• Kasusnya berawal dari keberadaan 2 raw material (M1 dan M2)
yang akan dipasarkan di 1 tempat/ kota (C ).
• Jika jarak antara raw materials
sama, maka tidak akan jadi
masalah dalam biaya
transportasi. Tapi jika jarak M1
ke C tidak sama antara M2 ke
C maka baru terjadi masalah
biaya transportasi dan masalah
persaingan bisnis.
• Berangkat dari permasalahan
ini, william allonso mencoba
memecahkan kasus tsb
dengan mendefinisikan
permasalahannya dalam
bentuk gambar disamping ini:
TEORI LOKASI VON THUNEN

• Daerah pasar dengan harga pabrik dan biaya angkut yang sama
TEORI LOKASI VON THUNEN

• Daerah pasar dengan harga pabrik berbeda dan biaya angkutan yang
sama
TEORI LOKASI VON THUNEN

• Daerah pasar dengan harga pabrik sama dan biaya angkut berbeda
TEORI LOKASI INDUSTRI HOTTELING
• Model Hotelling sering digunakan untuk menjelaskan
persaingan spasial antar produsen (duopoli). Tiap
produsen akan menentukan harga dan lokasi yang
tepat untuk memaksimumkan labanya.
• Hukum Hotelling adalah sebuah pengamatan dalam ilmu
ekonomi yang banyak dipasar hal rasional bagi para produsen
untuk membuat produk mereka semirip mungkin. Hal ini disebut
juga sebagai prinsip diferensiasi minimal, dengan “Kota Model
Linear”.
• Model teori Hotelling adalah strategi lokasi dua industri yang
bersaing , baik dari segi lokasi maupun harga produknya, yang
bertujuan maksimalisasi laba perusahaan. Pengamatan dibuat
oleh Harold Hotelling (1895-1973) dalam 'Stabilitasdi Kompetisi'
sebuah artikel dalam Jurnal Ekonomi pada tahun 1929.
• Kedua perusahaan berusaha memperoleh laba maksimal
dengan strategi (diferensiasi) lokasi dan harga. Kedua
perusahaan berada pada suatu pasar yang berbentuk garis
lurus dengan panjang l.
• Kompetisi sepanjang garis ini merupakan faktor pertimbangan
untuk menentukan lokasi yang optimal, jika terdapat persaingan
dalam berdagang.
• Konsep sederhana ini berawal dari penjaja es krim yang
berjualan di sepanjang pantai. Orang akan membeli es krimnya
pada jarak berapapun. Tapi timbul masalah pada saat ada
tukang es krim lain yang juga berjualan di pantai tersebut.
Orang akan membeli es krim di lokasi terdekat.
• Di lokasi manakah para penjual es krim tersebut dapat
berjualan agar bisa sama-sama memberikan keuntungan yang
maksimal dan keduanya sama-sama enjoy berjualan tanpa ada
sikut-menyikut/ rebutan pelanggan? (asumsi di sepanjang
pantai jumlah pengunjungnya banyak/ merata).
ASUMSI UTAMA

• Ruang homogen
• Konsumen terdistribusi secara merata di semua tempat
• Konsumen bertindak rasional secara ekonomi:
✓membeli barang dengan harga terendah
• Permintaan konsumen inelastis sempurna:
✓konsumen membeli barang dalam jumlah yang tetap per
periode waktu terlepas dari harga barang
• Ongkos produksi/ harga barang tetap (non-price competition)
KEMUNGKINAN KONSEKUENSI PERSAINGAN
TERHADAP PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI

• Spatial industrial clustering (mengelompok):


• Asumsi tidak ada komptesi harga: industri menghasilkan/menjual
jenis barang dengan spesifikasi/ kualitas yang berbeda
• Contoh: kawasan retail, shopping mall, kawasan restoran
• Spatial industrial clustering (mengelompok):
• Asumsi kompetisi harga: industri menjual/menghasilkan jenis
barang dengan harga tidak dapat (sulit) diprediksi dan terus
berubah-ubah
• Contoh: pasar bahan makanan, perjudian, penukaran valuta
asing
• Industrial dispersion (menyebar):
• Industri menghasilkan produk yang identik
• Contoh: pom bensin, rumah sakit
• Kecuali jika ruang tidak homogen: mis dipisahkan jalan tol, sungai
besar.

Anda mungkin juga menyukai