Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SOSIOLOGI

“KONFLIK SOSIAL”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

NAMA :
DESTIANA AZIZAH
FUJA MEILTA SUCI
INTAN MILAWATI
NADIA HELDAWATI

X IPA 5
SMAN 1 KANDANGAN
KATA PENGANTAR

Pertama-tama perkenankanlah kami selaku penyusun makalah ini


mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami
dapat
menyusun makalah ini dengan judul Konflik Sosial.Ucapan terima kasih
dan puji syukur kami sampaikan kepada Allah dan semua pihak yang
telah membantu kelancaran, memberikan masukan serta ide-ide untuk
menyusun makalah ini.
Kami selaku penyusun telah berusaha sebaik mungkin untuk
menyempurnakan makalah ini, namun tidak mustahil apabila terdapat
kekurangan maupun kesalahan. Oleh karena itu kami memohon saran
serta komentar yang dapat kami jadikan motivasi untuk
menyempurnakan pedoman dimasa yang akan
datang.

Kandangan, Januari 2017

Penulis
Kelompok 3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah..................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah.............................................................................................. 1
1.3 Tujuan masalah ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian konflik social...................................................................................2
2.2 Faktor penyebab konflik social......................................................................... 3
2.3. Metode Penyelesaian konflik social..................................................................5
2.4. Akibat konflik social.........................................................................................6

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi


tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misal kebencian atau permusuhan.
Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu sampai kepada
lingkup yang luas. Tipe konflik ini timbul dari proses-proses yang tidak rasional dan
emosional dari pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Upaya untuk memecahkan
konflik selalu timbul selama berlangsungnya kehidupan suatu kelompok, namun
terdapat perbedaan-perbedaan di dalam sifat dan intensitas konflik pada berbagai tahap
perkembangan kelompok. Usaha-usaha untuk menghindari perbedaan-perbedaan dan
untuk memendam konflik-konflik, tidak pernah berhasil dalam waktu yang lama.
Kesatupaduan didalam perbedaan-perbedaan merupakan suatu nilai yang menghargai
perbedaan, yang menggunakan perbedaan-perbedaan tersebut untuk memperkuat
kelompok.

1.2. Rumusan Masalah


Sesuai dengan adanya latar belakang di atas maka dapat di ambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa definisi dari konflik sosial ?
2. Apa saja penyebab konflik sosial dan bagaimana cara meneyelesaikannya ?
3. Bagaimanakah dampak dari konflik sosial itu?

1.3. Tujuan Masalah


1. Menjelaskan tetntang definisi konflik sosial secara definitive.
2. Menjabarkan beberapa penyebab konflik dan metode penyelesaiannya.
3. Memberikan gambaran tetntang akibat dari konflik sosial.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian konflik sosial


Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih
(bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Beberapa tokoh banyak pendapat
tentang definisi konflik sosial. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan
kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada
berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua
pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama,
hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing
– masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan
tidak bekerja sama satu sama lain.
3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi
individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam
organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika
mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik
tersebut telah menjadi kenyataan.
4. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada
tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi
(Muchlas, 1999). Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat
hubungannya dengan stres.
5. Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau
lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun
terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
6. Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang
sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak
mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif
(Robbins, 1993).
7. Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok
dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian
menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan,
diingat, dan dialami (Pace & Faules, 1994:249).
8. Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku
komunikasi (Folger & Poole: 1984).
9. Konflik senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin
dicapai, alokasi sumber – sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun
perilaku setiap pihak yang terlibat (Myers,1982:234-237; Kreps, 1986:185;Stewart,
1993:341).
10. Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak
dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda–beda (Devito,
1995:381)
Soerjono Soekanto (1989:90) berusaha mengklasifikasikan bentuk dan jenis-
jenis konflik tersebut. Menurutnya, konflik mempunyai beberapa bentuk khusus, yaitu:
a. Konflik Pribadi
Konflik terjadi dalam diri seseorang terhadap orang lain. Umumnya konflik
pribadi diawali perasaan tidak suka terhadap orang lain, yang pada akhirnya
melahirkan perasaan benci yang mendalam. Perasaan ini mendorong tersebut untuk
memaki, menghina, bahkan memusnahkan pihak lawan. Pada dasarnya konflik pribadi
sering terjadi dalam masyarakat.

b. Konflik Rasial
Konfilk rasial umumnya terjadi di suatu negara yang memiliki keragaman suku
dan ras. Lantas, apa yang dimaksud dengan ras? Ras merupakan pengelompokan
manusia berdasarkan ciri-ciri biologisnya, seperti bentuk muka, bentuk hidung, warna
kulit, dan warna rambut. Secara umum ras di dunia dikelompokkan menjadi lima ras,
yaitu Australoid, Mongoloid, Kaukasoid, Negroid, dan ras-ras khusus. Hal ini berarti
kehidupan dunia berpotensi munculnya konflik juga jika perbedaan antarras
dipertajam.
c. Konflik Antarkelas Sosial
Terjadinya kelas-kelas di masyarakat karena adanya sesuatu yang dihargai,
seperti kekayaan, kehormatan, dan kekuasaan. Kesemua itu menjadi dasar penempatan
seseorang dalam kelas-kelas sosial, yaitu kelas sosial atas, menengah, dan bawah.
Seseorang yang memiliki kekayaan dan kekuasaan yang besar menempati posisi atas,
sedangkan orang yang tidak memiliki kekayaan dan kekuasaan berada pada posisi
bawah. Dari setiap kelas mengandung hak dan kewajiban serta kepentingan yang
berbeda-beda. Jika perbedaan ini tidak dapat terjembatani, maka situasi kondisi
tersebut mampu memicu munculnya konflik rasial.

d. Konflik Politik Antargolongan dalam Satu Masyarakat maupun antara Negara-


Negara yang Berdaulat
Dunia perpolitikan pun tidak lepas dari munculnya konflik sosial. Politik
adalah cara bertindak dalam menghadapi atau menangani suatu masalah. Konflik
politik terjadi karena setiap golongan di masyarakat melakukan politik yang berbeda-
beda pada saat menghadapi suatu masalah yang sama. Karena perbedaan inilah, maka
peluang terjadinya konflik antargolongan terbuka lebar. Contoh rencana undang-
undang pornoaksi dan pornografi sedang diulas, masyarakat Indonesia terbelah
menjadi dua pemikiran, sehingga terjadi pertentangan antara kelompok masyarakat
yang setuju dengan kelompok yang tidak menyetujuinya.

e. Konflik Bersifat Internasional


Konflik internasional biasanya terjadi karena perbedaanperbedaan kepentingan
di mana menyangkut kedaulatan negara yang saling berkonflik. Karena mencakup
suatu negara, maka akibat konflik ini dirasakan oleh seluruh rakyat dalam suatu
negara. Apabila kita mau merenungkan sejenak, pada umumnya konflik internasional
selalu berlangsung dalam kurun waktu yang lama dan pada akhirnya menimbulkan
perang antarbangsa

2.2. Faktor penyebab konflik sosial


1. Perbedaan individu
Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia
adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan
yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan
sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik
sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan
kelompoknya.Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman,
tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu
karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

2. Perbedaan latar belakang kebudayaan


Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi
yang berbeda.Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran
dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya
akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.


Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan
yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang
atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat
melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.

4. Perubahan-perubahan nilai
Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu
terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses
industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama
pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah
menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai
kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan
menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan
struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan
berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang
cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal
kerja dan istirahat dalam dunia industry.

2.3. Metode Penyelesaian konflik sosial


Pendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi
ialah kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua
macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :
1. Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau
mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah
winlose orientation.

2. Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin
yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha
memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.

3. Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok
dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lkain menerima sesuatu.
Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.

4. Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak.
Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach)
yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.

5. Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini
menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok
lain.

6. Tidak ekspresif
Bertindak ekspresif ketika ada sesuatu yang berbeda dengan kita, kadang,
menimbulkan terjadinya konflik antarsuku di Indonesia. Sebetulnya, jika kita
sudah mengenal, hal ini tdak akan terjadi. Oleh karena itu, ketika mereka bertindak
atau bertingkah laku tidak sama dengan kita, bahkan jauh berbeda, kita tidak kaget
lagi.

2.4. Akibat konflik egati


Apa yang ada di benakmu ketika mendengar kata ‘akibat konflik’? Selama ini
dalam pola egat masyarakat kita telah tertanam kuat bahwa konflik melahirkan
dampak egative yang berupa kerusakan, keresahan, dan kesengsaraan. Padahal
pemikiran tersebut tidak selamanya benar. Ada beberapa konflik yang justru
melahirkan dampak positif.Tahukah kamu jika konflik tidak selamanya berakibat
egative? Perhatikan pembahasan berikut ini, yang nantinya akan membawamu menjadi
lebih memahami beberapa sisi positif dari konflik dan tentunya sisi egative dari
konflik itu sendiri.

1. Sisi Positif Terjadinya Konflik Beberapa sisi positif terjadinya konflik di


masyarakat antara lain sebagai berikut:
a. Bertambah kuatnya rasa solidaritas egati anggota kelompok. Hal ini biasanya
terjadi pada konflik antarkelompok, di mana anggota masing-masing kelompok
karena merasa mempunyai identitas yang sama bersatu menghadapi ancaman yang
egati dari luar kelompoknya.
b. Memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau belum tuntas untuk
ditelaah. Contohnya, dalam menetapkan suatu rancangan undang-undang (RUU)
menjadi sebuah undang-undang yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(DPRD) dengan persetujuan presiden. Dalam hal ini perlu dilakukan telaah
terlebih dahulu terhadap rancangan undang-undang tersebut dalam egati di DPR.
Dalam penelaahan itu tentunya terjadi perbedaan pendapat atau pandangan yang
nantinya berguna untuk lebih memperjelas dan mempertajam kesimpulan yang
dapat memperkuat undang-undang tersebut.
c. Memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma dan nilai-nilai, serta
hubungan-hubungan egati dalam kelompok yang bersangkutan sesuai dengan
kebutuhan individu atau kelompok. Terjadinya konflik dapat menumbuhkan
kesadaran dalam masyarakat terhadap norma dan nilai egati, serta hubungan egati
tentang perlunya diterapkan beberapa aturan yang cenderung dapat membawa
egativ yang lebih baik.
d. Merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antarindividu dan
antarkelompok.
e. Dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan
norma-norma yang baru.
f. Dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara
kekuatankekuatan dalam masyarakat.
g. Memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang berkonflik
dalamkekuatan yang seimbang.

2. Sisi Negatif Terjadinya Konflik


Beberapa sisi negative terjadinya konflik dalam masyarakat antara lain sebagai
berikut:
a. Hancurnya atau retaknya kesatuan kelompok. Hal ini biasanya muncul apabila
terjadi konflik di antara anggota kelompok yang sama.
b. Adanya perubahan kepribadian pada diri individu.
c. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia.
d. Munculnya dominasi kelompok pemenang atas kelompok yang kalah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut : Yang
namanya bermasyarakat pasti aka nada yang namanya konfik karena ketidak samaan
pemikiran individualism yang satu dengan individualisme yang lain,tapi dari ketidak
samaan tersebut passti ada penyebabnya. Konflik atau perselisihan maupn gesekan
antara komunitas, suku, dan yang lainya, sebenarnya dapat dihindari jika kita semua
sebagai warga negara yang baik mau ikut menjaga ketertiban dan keamanan negara
kita dan menghindari yang namanya perpecahan, perang saudara.

B. Saran
Agar supaya konflik tersebut tidak menimbulkan disintegrasi dalam
masyarakat, maka diperlukan upaya-upaya untuk mengatasinya. Cara yang bisa
ditempuh untuk mengatasi konflik tersebut adalah melalui:
a. Konsiliasi
b. Mediasi
c. Arbitrase
d. Paksaan dan
e. Detente
DAFTAR PUSTAKA

Wahid, Din. “penyebab konflik”. Nina M.Armando (et.al.). sosiologi dasar Vol. III. Jakarta:
Ichtiar baru Van Hoeve, 2005.

MKD, IAD,IBD,ISD. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011. Ibid., 285.

Yusuf, Din. “ilmu sosial”. Nina M.Armando (et.al.). konflik sosial, Vol. III. Semarang: Ichtiar
baru Van Hoeve, 2001.

www.id.pengertian_sosiologi.ac.id

http://hanslakomesem.blogspot.co.id/2015/02/terjadinya-konflik-sosial-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai