Laporan Kasus
Laporan Kasus
PENDAHULUAN
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang besar di dunia. Dalam 20 tahun World
Health Organitation (WHO) dengan negara-negara yang tergabung di dalamnya mengupayakan
untuk mengurangi TB Paru. Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi menular yang di
sebabkan oleh infeksi menular oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Sumber penularan
yaitu pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. Penyakit ini
apabila tidak segera diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi
berbahaya hingga kematian (Kemenkes RI, 2015).
Menurut WHO tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Dengan
berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan kematian akibat tuberkulosis telah
menurun, namun tuberkulosis diperkirakan masih menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan
1,2 juta kematian pada tahun 2014. India, Indonesia dan China merupakan negara dengan
penderita tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-turut 23%, 10%, dan 10% dari seluruh penderita
di dunia (WHO, 2015).
Peningkatan tuberkulosis paru di tanggulangi dengan beberapa strategi dari Kementrian
Kesehatan, salah satunya yaitu meningkatkan perluasan pelayanan DOTS (Directly Observed
Treatment Short-course). DOTS adalah salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai TB paru melalui penyuluhan sesuai dengan budaya setempat, mengenai
TB paru pada masyarakat miskin, memberdayakan masyarakat dan pasien TB paru, serta
menyediakan akses dan standar pelayanan yang diperlukan bagi seluruh pasien TB paru. Studi
sebelumnya mengungkapkan bahwa pelayanan kesehatan khususnya pelayanan untuk penyakit
tuberculosis tidak efektif dan terbatas. Petugas kesehatan baik dari pemerintah atau swasta
kurang dilatih dalam diagnosis danpengobatan tuberculosis serta kurangnya keterampilan3
komunikasi yang dibutuhkan untuk memotivasi pasien guna meningkatkan kepatuhan dalam
upaya penyembuhan tuberculosis (Mushtaqdkk, 2011).
1
BAB II
ILUSTRASI KASUS
IDENTIFIKASI
Nama : TN. YR
Umur : 36 tahun
Alamat : Dusun Suka Mulya
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan : Pedagang
MRS : 03 Juni 2021
No. RM : 7370196xx
ANAMNESIS
Keluhan Utama: Sesak nafas dan batuk yang memberat 2 hari SMRS
a. Riwayat Penyakit Sekarang: Seorang laki-laki berusia 36 tahun datang ke IGD dengan
keluhan Sesak nafas bersamaan dengan batuk yang memberat 2 hari terakhir ini, pasien
mengatakan batuk nya berdahak lebih kurang 1 bulan ini, dahaknya susah keluar dan
berwarna agak coklat, dan pasien mengatakan merasa demam namun tidak tinggi lebih
kurang 1 bulan juga, malam hari sering keluar keringat malam, akhir-akhir ini nafsu
makannya berkurang sehingga terdapat penurunan berat badan yang sebelum sudah ada
penurunan berat badan tapi sebulan semakin menurun drastis yang lalu berat badannya
60 dan sekarang 36 kg, mual (-), muntah (-). BAB dalam batas normal, BAK dalam batas
normal.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien menyangkal mempunyai riwayat batuk lama, DM, tumor/kanker. Pasien tidak
mempunyai riwayat hipertensi.
d. Riwayat Pengobatan :
Tidak Ada
2
PEMERIKSAAN FISIK
a Keadaan Umum: Compos Mentis
b Tanda Tanda Vital
TD: 90/80 mmHg HR: 100 x/ menit BB: 36 kg
T : 370C RR: 32 x /menit TB: 155 cm
c Status Generalisata
Kepala
Mata: anemis (+/+), ikterik (-/-), edema palpebra (-/-), Ref.cahaya (+/+) 3 mm/3
mm
Hidung: Septum medial, rhinorrhea (-/-), epistaksis (-/-)
Telinga: Simetris, otorrhea (-/-), fistula (-/-)
Mulut: dalam batas normal
Leher
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening
Thoraks
Paru
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris, Retraksi intracosta (+)
Palpasi : Fremitus menurun kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor pada semua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : BJ 1 & 2 reguler, murmur(-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-), Sikatriks(-), Venektasi(-), Jejas(-)
Palpasi : Soepel, Nyeri Tekan(-), Nyeri Lepas(-), Defans Muscular(-)
Perkusi : Timpani
Auskulkasi : Suara peristaltic (+) Normal
3
Gambaran :
Cor :
Jantung tidak membesar (CTR <50%), aorta dan mediastinum superior tidak membesar,
Pulmo :
Trakea ditengah, kedua hilus tidak menebal, corokan bronkovaskular kedua paru meningkat
Tampak fibro infiltrate di lapangan paru kanan kiri dengan kavitas dilapangan tengah paru
kanan kiri, kedua hemidiafragma licin, kedua sinus kostofrenikus lancip.
Jaringan lunak dinding dada terlihat baik.
4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DARAH RUTIN
Hemoglobin : 8,1 g%
Hematokrit : 22, 6 %
MCV : 71.5 fl
MCH : 25,5 pg
MCHC : 35,6 g/dl
Trombosit : 364.000/ul
Leukosit : 5900/ul
Granulosit : 75%
Limfosit : 15%
Pemeriksaan lab:
GDS : 115 mg/dl
HIV : Non Reaktif
HbsAg : Non Reaktif
CT :-
BT :-
Pemeriksaan Sputum
Sewaktu : +
Pagi :+
Sewaktu : +
DIAGNOSIS KERJA
5
6
FOLLOW UP PASIEN
Follow up 4 Juni 2021 05 Juni 2021 06 Juni 2021 07 Juni 2021 8 Juni 2021
S Sesak nafas (+), Sesak Nafas (+),Demam Sesak Nafas udah mulai Sesak Nafas udah mulai Batuk (+), Sesak nafas (-),
Batuk (+) (-), Batuk (+), Mual- berkurang (+), Batuk (+), berkurang (+),Batuk (+), Demam (-),
Demam (-), Mual- muntah (-) Demam (-), Mual- Demam (-), Mual-munta Mual-muntah (-)
muntah (-) BAK dbn muntah(-) (-) BAK dbn
BAK dbn BAB dbn BAK dbn BAK dbn BAB dbn
BAB dbn BAB dbn BAB dbn
O TD :90/70 mmHg TD : 90/70 mmHg TD : 90/ 70 mmHg TD : 90/ 70 mmHg TD : 90/ 70 mmHg
HR : 85 x/menit HR : 82 x/menit HR : 83 x/menit HR : 80 x/menit HR : 80 x/menit
RR : 32 x/menit RR : 30 x/menit RR : 28 x/menit RR : 28 x/menit RR : 26 x/menit
S : 37 oC (per axiler) S : 36,8 oC (per axiler) S : 37oC (per axiler) S : 36.7oC (per axiler) S : 36.7oC (per axiler)
GDS: 115 mg/dl GDS: 115 mg/dl GDS: 115 mg/dl GDS: 100 mg/dl GDS: 100 mg/dl
Kepala Mata: Konjungtiva Mata: Konjungtiva Mata: Konjungtiva anemis, Mata: Konjungtiva Mata: Konjungtiva
anemis, sklera tidak anemis, sklera tidak sklera tidak ikterik anemis, sklera tidak anemis, sklera tidak ikterik
ikterik ikterik Leher: dbn ikterik Leher: dbn
Leher: dbn Leher: dbn Mulut: dbn Leher: dbn Mulut: dbn
Mulut: dbn Mulut: dbn Mulut: dbn
Genital Inspeksi:tidak Inspeksi:tidak ada Inspeksi:tidak ada Inspeksi:tidak ada Inspeksi:tidak ada
ada benjolan, benjolan, merah, benjolan, merah (-), benjolan, merah (-), benjolan, merah (-),
merah, nyeri (-) nyeri (-) nyeri(-) nyeri(-) nyeri(-)
Ekstremitas Akral hangat, CRT < 2 Akral hangat, CRT < 2 Akral hangat, CRT < 2 Akral hangat, CRT < 2 Akral hangat, CRT < 2
detik, Oedema (-) detik, Oedema (-) detik, Oedema (-) detik, Oedema (-) detik, Oedema (-)
Asessment Tb Paru lesi Aktif + Tb Paru lesi Aktif + Tb Paru lesi Aktif + Anemia Tb Paru lesi Aktif + Tb Paru lesi Aktif + Anemia
Anemia + Faringitis Anemia + Faringitis + Faringitis Anemia + Faringitis + Faringitis
T Terapi - IVFD Futrolit 20 tpm - IVFD Futrolit 20 tpm - IVFD Futrolit 20 tpm - IVFD Futrolit 20 tpm - IVFD Futrolit 20 tpm
-inf Gabaxa 1x200mg -inf Gabaxa 1x200mg -inf Gabaxa 1x200mg -inf Gabaxa 1x200mg -inf Gabaxa 1x200mg
-Pro Hepar 1x1 -Pro Hepar 1x1 -Pro Hepar 1x1 -Pro Hepar 1x1 -Pro Hepar 1x1
-Inf. Resfar 1x200mg -Inf. Resfar 1x200mg -Inf. Resfar 1x200mg Inf. Resfar 1x200mg Inf. Resfar 1x1200mg
-Inf. Garena 1x400mg -Inf. Garena 1x400mg -Inf. Garena 1x400mg -Inf. Garena 1x400mg -Inf. Garena 1x400mg
8
-Neurosanbe drip 1 amp -Neurosanbe drip 1 amp -Neurosanbe drip 1 amp -Neurosanbe drip 1 amp -Neurosanbe drip 1 amp
- Inj Furtison 2x1 amp - Inj Furtison 2x1 amp - Inj Furtison 2x1 amp - Inj Furtison 2x1 amp - Inj Furtison 2x1 amp
-OAT Kat 1 x 2 tab -OAT Kat 1 x 2 tab -OAT Kat 1 x 2 tab -OAT Kat 1 x 2 tab -OAT Kat 1 x 2 tab
Pasien dipulangkan, dan
dilanjutkan OAT kat 1
diPuskesmas
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. PARU
1. Anatomi Paru
Anatomi paru Sistem respirasi mencakup saluran napas yang menuju paru.
Saluran napas adalah tabung atau pipa yang mengangkut udara antara atmosfer dan
kantung udara (alveolus). Alveolus merupakan satu-satunya tempat pertukaran gas antara
udara dan darah. Saluran napas berawal dari saluran nasal (hidung). Saluran hidung
untuk sistem pernapasan dan pencernaan. Udara dari faring diteruskan ke laring atau
voice box yang terletak di pintu masuk trakhea, trakhea terbagi menjadi dua cabang
utama, bronkus kanan dan kiri yang masing masing menjadi cabang yang lebih kecil
kantung- kantung udara halus tempat pertukaran gas antara udara dan darah.
Paru merupakan salah satu organ penting tubuh yang berasal dari endoderm.
Saat mudigah berusia sekitar 4 minggu, terbentuk diverticulum respiratorium (lung bud)
sebagai suatu benjolan dari dinding ventral usus depan yang diinduksi oleh factor
keduanya terpisah, membagi usus depan menjadi tunas paru di sebelah anterior dan
Tunas paru berkembang menjadi dua bronkus utama, yang kanan membentuk
10
tiga bronkus sekunder dan tiga lobus, yang kiri membentuk dua bronkus sekunder dan
dua lobus. Gangguan pemisahan usus depan oleh septum trakeosogafeal menyebabkan
Paru berada dalam rongga thorax yang dilindungi oleh tulang sternum, costae
dan cartilago costalis. Paru dibagi menjadi beberapa lobus oleh fisura yaitu tiga lobus di
paru kanan yang dibagi oleh fisura oblique dan fisura horizontalis, dan dua lobus di paru
kiri yang dibagi oleh fisura oblique. Tiap paru memiliki apeks yang mencapai ujung
sternal kosta pertama dan basis paru terletak di diafragma. Paru dilapisi oleh lapisan
pembungkusnya yaitu pleura yang terdiri dari Sistem perdarahan paru terdiri pembuluh
darah pulmonalis dan bronkialis. Arteri pulmonalis yang masing – masing arteri
pulmonalis kanan dan kiri terbagi menjadi 10 cabang yang biasanya mengikuti apeks
karbondioksida dalam alveolus. Darah yang sudah kaya akan oksigen meninggalkan
akan bermuara ke atrium kiri jantung. Arteri bronkialis memberi darah untuk nutrisi bagi
paru. Arteri bronkialis merupakan cabang dari aorta torakalis descenden. Vena bronkialis
Viseralis dan limfonodi pada hilus pulmonal. Sebelah kanan menuju vena
azygos, sebelah kiri menuju vena hemiazygos asesorius atau vena intercostalis suprema.
Paru mempunyai dua anyaman pembuluh limfe yang terletak superfisial dan profundal.
bronkomediastinales.
11
Pleksus pulmonalis terdiri dari serabut eferen dan aferen saraf otonom. Pleksus
pulmonalis dibentuk oleh cabang-cabang nervus vagus dan ganglia simpatis 1 sampai 5.
Serabut aferen dari nervus vagus berfungsi bronkokonstriktor dan sekretomotor. Serabut
motoris untuk diafragma, juga merupakan saraf sensible untuk bagian sentral diafragma
pleura dan bagian pleura mediastinalis yang berbatasan dengan saraf ini. Nervus
12
2. Fisiologi Paru
mencakup dua proses yang terpisah tetapi berkaitan, yaitu proses respirasi eksterna dan
respirasi interna (respirasi sel). Respirasi eksterna merujuk kepada seluruh rangkaian
pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara lingkungan eksternal dan sel
tubuh. Respirasi internal atau respirasi sel merujuk kepada proses-proses metabolik
CO2.
Sistem respirasi atau pernapasan tidak hanya memiliki fungsi respiratorik saja,
tetapi juga menjalankan fungsi nonrespiratorik yaitu sebagai rute mengeluarkan air dan
panas, meningkatkan aliran balik vena, mempertahankan keseimbangan asam dan basa,
sebagai organ penciuman, berbicara, serta merupakan sistem pertahanan terhadap benda
Partikel yang masuk sistem respirasi yang lebih besar dari 10 µm akan tertahan
di rongga hidung dan partikel berukuran 2 sampai 10 µm akan tertangkap oleh epitel
bersilia yang berlapiskan mukus. Partikel yang lebih kecil dibersihkan oleh makrofag
alveolus. Makrofag akan menelan partikel debu dan mikroorganisme patogen yang
masuk ke alveoli paru dan bertindak pula sebagai Antigen Precenting Cell (APC). Sel
makrofag akan mensekresikan interleukin, TNF (Tumor Necrosis Factor) dan kemokin.
Interleukin dan TNF akan mengaktifkan sistem imun sistemik dan kemokin akan
kelenjar getah bening yang mengandung limfosit T dan B yang berinteraksi dengan
makrofag paru. 17 Defensin dan cathelicidins adalah peptida antimikroba yang terdapat
13
di sel epitel dari saluran respirasi. Neutrofil, limfosit, makrofag dan Natural Killer cell
(sel NK) hadir dalam paru dan bertindak sebagai pertahan terhadap bakteri dan virus.
tissue).
14
3. Histologi Paru
Sistem pernapasan terdiri atas paru dan saluran pernapasan yang terdiri dari
bagian konduksi dan bagian respiratorik. Bagian konduksi sistem pernapasan terdiri atas
ekstrapulmonal terdiri dari trakea, bronkus dan bronkiolus besar. Bronkiolus merupakan
saluran pernapasan intrapulmonal dan bagian akhir dari saluran konduksi. Bagian
respiratorik terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolus, sakus alveolaris dan
alveoli.
tulang rawan hialin. Bronkus juga dilapisi oleh epitel bertingkat semu silindris bersilia
dengan sel goblet. Dinding bronkus intrapulmonal terdiri dari lamina propia yang tipis,
lapisan tipis otot polos, submukosa dengan kelenjar bronkialis, lempeng tulang rawan
hialin, dan adventisia. Bronkus intrapulmonal bercabang menjadi bronkiolus yang tulang
kelenjar dalam mukosanya, hanya sebaran sel goblet di dalam epitel segmen awal.
Bronkiolus dilapisi epitel bertingkat silinder bersilia yang semakin memendek dan
sederhana sampai menjadi epitel selapis silinder bersilia atau epitel selapis kuboid pada
bronkiolus terminalnya. Epitel bronkiolus terminal mengandung sel Clara yang tidak
mimiliki silia dan memiliki granul sekretori di dalam apeksnya. Sel Clara diketahui
menyekresi protein yang melindungi lapisan bronkiolus terhadap polutan oksidatif dan
inflamasi.
15
Bronkiolus terminalis bercabang menjadi dua atau lebih bronkiolus
bronkiolus terminalis. Bagian bronkiolus respiratorius dilapisi epitel kuboid bersilia dan
sel Clara, dindingnya diselingi oleh banyak alveolus yang semakin ke distal jumlahnya
semakin banyak. Otot polos dan jaringan ikat elastis terdapat di bawah epitel bronkiolus
respitorius.
alveoli yang bermuara ke dalamnya. Alveoli merupakan suatu invaginasi kecil yang
dilapisi oleh selapis tipis sel alveolus gepeng atau sel pneumosit tipe 1. Alveoli yang
berdekatan dipisahkan oleh septum intraalveolaris atau dinding alveolus yang terdiri dari
sel alveolus selapis gepeng, serat jaringan ikat halus dan kapiler. Alveoli juga
mengandung makrofag alveolaris dan juga ditemukan sel alveolus besar atau pneumosit
tipe 2.Struktur pada dinding alveoli dikhususkan untuk difusi antar lingkungan eksterna
dan interna, sehingga berlangsung pertukaran oksigen dan karbondioksida antara udara
dengandarah.
Gambar 2. .Sediaan bronkus terminalis dengan sebagian bronkiolus respiratorius dan alveolus.
16
B. TB PARU
1. Definisi
mempunyai ukuran cukup kecil yaitu 0,5- 4 mikron x 0,3-0,6 mikron dan
bentuk dari basil ini yaitu batang, tipis, lurus atau agak bengkok, bergranul,
tidak mempunyai selubung tetapi kuman ini mempunyai lapisan luar yang
tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat) (Widoyono, 2011).
2. Etiologi
yang berukuran dengan panjang 1-4 mm dan dengan tebal 0,3 - 0,6 mm.
sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan dengan zat
kimia dan factor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yaitu
oksigen yang tinggi. Daerah tersebut menjadi daerah yang kondusif untuk
penyakit Tuberkulosis (Somantri, 2008). Kuman ini tahan pada udara kering
maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es).
Hal ini terjadi karena kuman pada saat itu berada dalam sifat dormant. Dari
sifat dormant ini kuman dapat bangkit dari tidurnya dan menjadikan
jaringan paru melalui saluran nafas (droplet infection) sampai alveoli, maka
17
tuberculosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan
paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk
3. Manifestasi Klinis
a) Gejala sistemik/umum
b) Gejala khusus
4. Patofisiologi
cukup kecil untuk terdeposit di dalam alveoli ketika dihirup. Ketika berada di
dalam alveoli, sistem imun akan merespon dengan mengeluarkan sitokin dan
18
berkembang biak di dalam makrofag. Dari beberapa makrofag. Beberapa dari
sedangkan yang lainnya dapat dibunuh oleh basil. Setelah 1 – 2 bulan pasca
paparan, di paru – paru terlihat lesi patogenik yang disebabkan oleh infeksi
dapat mati. Dengan demikian bakteri ini dapat berkembang biak secara leluasa
Disamping itu juga terbentuk limfokin lain yaitu Skin Reactivity Factor (SRF)
menjadi positif belum tentu menjadi indikator bahwa sudah ada kekebalan.
19
ditemukan dalam proporsi yang tidak sama yaitu berupa tuberkel – tuberkel
yang berupa pengkejuan di tengah (sentral) yang dikelilingi oleh sel – sel
epiteloid (berasal dari sel – sel makrofag) dan sel– sel limposit. M.
dalam makrofag, tetap tinggal selama bertahun – tahun sampai puluhan tahun.
Dalam waktu kurang dari 1 jam setelah masuk ke dalam alveoli, sebagian M.
limfa regional dan sebagian ikut masuk ke dalam aliran darah dan tersebar ke
organ lain. Perubahan seperti ini dialami oleh kelenjar – kelenjar limfa serta
setelah lewat 5 tahun sejak terjadi infeksi primer. Bila sistem pertahanan
tubuh melemah M. tuberculosis yang sedang tidur dapat aktif kembali disebut
reinfeksi endogen. Dapat pula terjadi super infeksi M. tuberculosis dari luar
4. Diagnosa
• Anamnesis
Anamnesa suspek TB dengan keluhan umum ( malaise , anorexia,
berat badan turun, cepat lelah ), keluhan karena infeksi kronik ( keringat
pada malam hari), keluhan karena ada proses patologis di paru ( batuk
lebih dari 2 minggu, batuk bercampur darah, sesak nafas, demam dan nyeri
dada)
• Pemeriksaan Fisik
20
terhadap konslidasi dengan mengevaluasi bunyi nafas, fremitus serta hasil
• Pemeriksaan Penunjang
o Tes Tuberkulin
Tes ini bertujuan untuk memeriksa kemampuan reaksi hipersensivitas
sudah terangsang secara efektif 3 – 8 minggu setelah infeksi primer dan tes
letak, bentuk, luas dan konsistensi kelainan dapat diduga adanya lesi
sama.
o Pemeriksaan Serologi
Berbeda dengan tes tuberkulin, tes serologi menilai Sistem Imunitas
tuberculosis, SIH- nya sudah membentuk IgG tertentu sehingga hasil tes
akan positif.
21
o Pemeriksaan bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi meliputi pemeriksaan dahak, sekret
dan pemeriksaan ini cukup mahal dan memakan waktu yang lama
foto toraks saja karena foto toraks tidak selalu memberikan gambaran
hari yaitu sewaktu, pagi dan sewaktu. Diagnosis TB paru pada orang
RI, 2009).
sebelum berkumur, tarik nafas dalam 2 sampai 3 kali dan setiap kali
Jika dahak sulit dikeluarkan lakukan olahraga ringan atau malam hari
sebelum tidur minum banyak air/ 1 tablet gliseril guayakolat 200 mg,
laboratorium fasyankes
positif.
2. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
positif.
24
Interpretasi hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis
5. Penatalaksanaan
(OAT).
Dosis yang
Jenis OAT Sifat direkomendasikan (mg/kg)
Harian 3 x seminggu
Isoniazid (H) Bakterisid 5 (4-6) 10 (8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10 (8-12) 10 (8-12)
Pirazinamide (Z) Bakterisid 25 (20-30) 35 (30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15 (12-18) 0
Etambutol (E) Bakteriostatik 15 (15-20) 30 (20-35)
Sumber: Kemenkes RI, 2014
25
b. Prinsip Pengobatan
obat, dalam dosis cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
dianjurkan.
26
c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaiatu tahap awal (intensif) dan
lanjutan.
1) Tahap Intensif
Pada tahap intensif, klien mendapat obat setiap hari dan perlu
2) Tahap Lanjutan
a. Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)
27
Tabel 2.2. Dosis untuk panduan OAT KDT untuk kategori 1
b. Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA Positif yang telah diobati
sebelumnya:
1) Pasien kambuh
2) Pasien gagal
Tahap Lanjutan
Berat Tahap Intensif tiap hari RHZE 3 x seminggu RH
Badan (150/75/400/275) + S (150/150) + E
(275)
Selama 56 hari Selama 28 Selama 20
Hari minggu
30-37 kg 2 tab 4KDT + 500 mg 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT +
Streptomisin inj. 2 tab
38-54 kg 3 tab 4KDT + 750 mg 3 tab 4KDT Etambutol 3
Streptomisin inj. tab 2KDT + 3
55-70 kg 4 tab 4KDT + 1000 4 tab 4KDT tab Etambutol
mg Streptomisin inj. 4 tab 2KDT +
≥71 kg 5 tab 4KDT + 1000 5 tab 4KDT 4 tab
mg Streptomisin inj. Etambutol 5
tab 2KDT + 5
tab Etambutol
Sumber: Kemenkes RI, 2014
Paket sisipan KDT adalah seperti paduan paket untuk tahap intensif
28
Tabel 2.4. Dosis KDT untuk sisipan
diberikan dalam waktu 6 bulan. OAT pada anak diberikan setiap hari,
baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan dosis obat harus
yaitu:
29
Pemantauan kemajuan hasil pengobatan pada orang dewasa
spesimen tersebut negatif. Bila salah satu spesimen atau keduanya positif,
1) Sembuh
sebelumnya negatif.
2) Pengobatan Lengkap
3) Meninggal
apapun.
30
4) Pindah
Adalah klien yang pindah berobat ke unit dengan register TB Paru yang lain
Adalah Klien yang tidak berobat selama 2 bulan berturut-turut atau lebih
6) Gagal
Klien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
Tanpa pengobatan, setelah lima tahun 50% dari klien TB Paru akan meninggal,
25% sembuh sendiri dengan daya tahan tinggi, dan 25% sebagai kasus kronik yang
6. Komplikasi
a. Pleuritis
b. Efusi pleura
c. Empiema
d. Laringitis
f. Poncets arthropathy
31
2. Komplikasi Lanjut
c. Amiloidasis
d. Karsinoma Paru
7. Prognosis
buruk.Seorang yang terinfeksi kuman TB memiliki 10% risiko dalam hidupnya jatuh
sakit karena TB. Namun penderita gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti orang yang
terkena HIV, malnutrisi, diabetes, atau perokok, memiliki risiko lebih tinggi jatuh sakit
biasanya terjadi setelah pengobatan tuntas, hal ini cenderung dikarenakan oleh reinfeksi
kekebalan tubuh, lanjut usia, dan riwayat terkena TB sebelumnya. Prognosis baik bila
32
BAB IV
KESIMPULAN
mengenai organ lainnya (Suharyo, 2013). Yang mana gejalanya respiratorik sesak nafas,
batuk berdarah bahkan sesak nafas atau gejala sistemik penurunan nafsu makan, berat
badan menurun, berkeringat malam, demam meriang, badan lemah dan malaise.
beberapa sebab yang berhubungan dengan peningkatan penderita tuberculosis paru antara
dalam berobat, sehingga sebagai tenaga Kesehatan harus memberikan perhatian khusus
33
DAFTAR PUSTAKA
2. Amin, Z., Bahar, A., 2007. Tuberkulosis Paru. Dalam: Sudoyo, A., W., dkk. Buku Ajar Ilmu
3. [Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. TBC Masalah Kesehatan
Dunia. http://www.depkes.go.id/article/view/1444/tbcmasalah-kesehatan-dunia.html [1
Oktober 2018]
34
35
36
37
38
39
40