Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN

SEMISOLIDA DAN LIQUIDA

"Formulasi, Uji Sifat Fisik dan Uji Stabilitas Emulsi Minyak Jarak (Oleum
Ricini) Dengan Emulgator Na CMC 0,5% versus Span dan Tween
konsentrasi 50%"

Disusun Oleh:

Kelompok 9

Fatimatuzahra 11194761920087

Laudia Hawini 11194761920097

Nindi Kristiani 11194761920107

Putri Aulia Safitri 11194761920116

Raudatul Jannah 11194761920117

Sri Rahayu U.N 11194761920126

Program Studi Farmasi


Fakultas Kesehatan

Universitas Sari Mulia


Banjarmasin
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................. 2
1.3 Manfaat ................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3
2.1 Definisi Emulsi ..................................................................................... 3
2.2 Metode Emulsi ..................................................................................... 4
2.3 Minyak Jarak (Oleum Ricini) .............................................................. 4
BAB III METODE ANALISIS .......................................................................... 5
3.1 Alat dan Bahan .................................................................................... 5
3.2 Formulasi ............................................................................................. 6
3.3 Cara Kerja ........................................................................................... 7
3.4 Pengujian ............................................................................................. 8
3.5 Evaluasi ................................................................................................ 9
3.6 Diagram Kajian Akademik ............................................................... 11
BAB IV KESIMPULAN .................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 13

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman jarak (Ricinus communis., L.) merupakan tanaman yang
minyaknya memiliki banyak khasiat, salah satu khasiat dari minyak jarak (Oleum
ricini) adalah sebagai pencahar dimana minyak jarak bekerja dengan cara
merangsang otot polos usus untuk meningkatkan prestaltic dan sekresi lendir usus.
Selain itu minyak jarak juga bersifat emollient (melunakkan feses dan memudahkan
pengeluaran feses. Dipasaran sediaan minyak jarak sering dijumpai hanya dalam
bentuk minyak sehingga pada formulasi ini akan mencoba memodifikasi sediaan
minyak jarak agar lebih efisien dan nyaman digunakan.
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan
obat, berupa campuran yang terdiri atas dua fase cairan dalam sistem dispersi,
dimana satu cairan terdispersi halus dalam fase lainnya, umumnya untuk
memaksimalkan pencampuran dibantu dengan penambahan zat pengemulsi
(emulgator) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1979).
Emulsi memiliki 2 tipe berdasarkan fase terdispersinya yaitu tipe M/A
(Minyak dalam Air) dan emulsi tipe A/M (Air dalam Minyak). Emulsi tipe M/A
adalah emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi dalam
air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal. Untuk emulsi tipe
A/M adalah emulsi yang terdiri atas butiran air yang terdispersi ke dalam minyak.
Dalam pembuatan suatu sediaan dalam bidang farmasi terdapat dua
campuran yang tidak dapat saling bercampur berupa air dan minyak. Ketika kedua
sediaan tersebut dicampurkan (dikocok) bersamaan akan terjadi pencampuran,
namun apabila berhenti mengocok maka akan terjadi pemisahan kedua campuran
tersebut menjadi dua lapisan yang tak tercampur. Sehingga untuk membuat suatu
emulsi yang stabil perlunya penambahan emulgator. Emulgator (zat pengemulsi)
adalah komponen yang penting dalam menjaga kestabilan emulsi. Dimana
emulgator dapat mencegh terjadnya koelesensi (penyatuan tetesan kecil menjadi
besar yang akhirnya menjadi fase tunggal yang memisah), selain itu emulgator juga
2

dapat membantu menurunkan tergangan permukaan antar fase sehingga


meningkatkan emulsifikasi dalam pencampuran.
Formulasi sediaan yang akan dilakukan adalah pembuatan sediaan emulsi
dengan menggunakan bahan aktif minyak jarak sebagai pencahar dengan
penggunaan 3 macam emulgator, dimana yang akan dibandingkan yaitu Na CMC
dengan konsentrasi 0,5% serta span 80 dan tween 80 sebagai emulgator. Dimana
formulasi ini bertujuan untuk membuat sediaan emulsi minyak jarak dan akan
diamati penggunaan beberapa macam emulgator, serta akan menguji stabilitas fisik,
dan melihat stabilitas dari emulsi dengan emulgator mana yangmemiliki stabilitas
dan kondisi fisik lebih baik.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui uji sifat fisik emulsi minyak jarak (oleum ricini)
2. Mengetahui uji stabilitas emulsi minyak jarak (oleum ricini)
3. Mengetahui pengaruh pemberian emulgator Na CMC 0,5%
4. Mengetahui pengaruh pemberian emulgator tween 80 dan span 80
konsentrasi 50%

1.3 Manfaat
Manfaat yang didapatkan yaitu untuk Mengetahui Mengetahui pengujian
sifat fisik emulsi pada minyak jarak (oleum ricini), mengetahui pengujian stabilitas
emulsi pada minyak jarak (oleum ricini), mengetahui pengaruh pemberian
emulgator Na CMC 0,5%, dan mengetahui pengaruh pemberian emulgator tween
80 dan span 80 konsentrasi 50% pada sediaan emulsi yang baik.
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Emulsi


Emulsi berasal dari kata “emulgeo” artinya menyerupai susu dan warna
emulsi memang putih seperti susu. Emulsi merupakan sediaan yang mengandung
bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan
dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Emulsi merupakan sediaan yang
mengandung dua zat yang tidak tercampur, biasanya mengandung air dan minyak,
dimana cairan yang saat terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain.
Terdapat beberapa jenis emulsi, mulai dari yang sederhana hingga kompleks
(Pawlik et al., 2013). Klasifikasi tipe emulsi berdasarkan fase terdispersinya
digolongkan menjadi dua tipe yaitu tipe O/W (Oil On Water) atau M/A (Minyak
dalam Air) dan emulsi tipe W/O (Water On Oil) atau A/M (Air dalam Minyak).
Emulsi tipe O/W atau M/A adalah emulsi yang terdiri atas butiran minyak yeng
tersebar atau terdispersi dalam air. Husna, 2012). Faktor faktor yang mempengaruhi
pembentukan emulsi diantaranya, suhu, waktu pengadukan, dan kecepatan
pengadukan (Ayu,2011).
Emulsi dikategorikan ke dalam tiga jenis yaitu emulsi makroemulsil,
mikroemulsi dan nanoemulsi yang dibedakan berdasarkan ukuran partikel,
stabilitas, fase terdispersi dan kenampakannya (Surh et al., 2006). Mikroemulsi
adalah larutan stabil termodinamika yang jernih dan merupakan campuran isotropik
dari minyak, air dan surfaktan, yang sering dikombinasikan dengan kosurfaktan
(Flanagan & Harjinder, 2006). Berdasarkan ukuran partikel yang terdisperi, emulsi
dapat diklasifikasikan menjadi makroemulsi (ukuran tetesan 1,5-100 μm);
nanoemulsion (ukuran droplet 50- 200 nm) dan mikroemulsi (ukuran tetesan <100
nm) (Roohinejad et al., 2018).
4

2.2 Metode Emulsi


Pembuatan emulsi dalam skala kecil dapat menggunakan empat metode
(Ansel & Loyd, 2014), yaitu:
1. Metode gom kering (dry gum method) atau juga dikenal sebagai 4:2:1
metode karena setiap 4 bagian (volume) minyak, 2 bagian air, dan 1 bagian
gom ditambahkan dalam pembuatan dasar emulsi. Emulsifying agent
dicampurkan ke dalam minyak sebelum ditambahkan air.
2. Metode gom basah (wet gum method) memiliki proporsi sama untuk
minyak, air, dan gom yang digunakan dalam dry gum method, tetapi urutan
pencampurannya berbeda. Emulsifying agent ditambahkan ke dalam air
(dimana dapat terlarut) untuk membentuk muchilago, kemudian secara
perlahan minyak akan tergabung membentuk emulsi
3. Metode botol (Forbes bottle method) digunakan untuk minyak yang mudah
menguap atau kurang kental.
2.3 Minyak Jarak (Oleum Ricini)
Tanaman jarak atau Ricinus communis,L sudah cukup lama dikenal di
Indonesia dan dahulu umumnya tumbuh secara alami (tanpa dipelihara). Minyak
jarak adalah miyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan dingin biji Ricinus
communis, L yang telah dikupas. Di era modern ini minyak jarak ( Oleu ricini )
banyak digunakan untuk industri otomotif, industri farmasi dan kosmetik.
Kandungan asam lemak pada minyak jarak 90% terdiri dari asam risinoleat, hanya
sedikit mengandung asam dihidroksi stearat, linoleat, oleat dan stearat. Minyak
jarak ( Oleum ricini ) termasuk golongan pencahar rangsang karena merangsang
otot polos usus sehingga meningkatkan peristaltic dan sekresi lendir usus. Minyak
jarak juga bersifat emollient yaitu dapat melunakkan feses dan memudahkan
pengeluarannya.
5

BAB III

METODE ANALISIS

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Timbangan elektrik
2. pH meter digital (Mettler Toledo)
3. Viskometer Brookfield
4. Mikroskop
5. Alat pendingin (LG)
6. Cawan uap
7. Homogenizer
8. Beker glass
9. Gelas ukur
10. Penangas air
3.2.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Minyak Jarak (Oleum Ricini)
2. Na CMC 0.5%
3. Tween 50%
4. Span
5. Aspartam
6. Xanthan gum
7. Aquadest
8. Perasa jeruk
6

3.2 Formulasi

Tabel 1. Formulasi Sediaan Emulsi Minyak Jarak (Oleum Ricini)


Formula
Bahan
I II III
Minyak Jarak 30 ml 30 ml 30 ml
Na CMC 0.5% 0.5% - 0.5%
Span 0.4% 1.1% 1.5%
Tween 50% 3.6% 8.9% 12.5%
Aspartam 0.20% 0.20% 0.20%
Xanthan gum 0.20% 0.20% 0.20%
Perasa Jeruk 1.00% 1.00% 1.00%
Aquadest ad 100 ml ad 100 ml ad 100 ml
7

3.3 Cara Kerja

Siapkan alat dan bahan

Buatkan 3 formula sesuai dengan table 1.

Tween, aquadest, aspartam, perasa jeruk dan xanthan gum ditimbang sesuai
formula masing-masing. Tween dan aquadest dipanaskan di penangas air
sampai suhu 75°C.

Aquadest dibagi menjadi tiga bagian (1:1:1). Aquadest bagian pertama untuk
melarutkan tween dan Na CMC dengan bantuan homogenizer 100rpm selama 1
menit. Aquadest bagian kedua untuk melarutkan aspartame, Na CMC dan perasa
jeruk. Aquadest bagian ketiga untuk mengembangkan xanthan gum.

Aquadest bagian pertama dan kedua dicampurkan. Xanthan gum yang telah
dikembangkan dengan aquadet bagian ketiga dimasukkan kedalam campuran
aquadest pertama dan kedua. Fase ini adalah fase air.

Span dan minyak jarak ditimbang sesuai formula masing-masing. Dipanaskan


di penangas air sampai suhu 75°C. Dihomogenkan dengan homogenizer
kecepatan 100 rpm selama 1 menit. Fase ini adalah fase minyak.

Fase minyak dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam fase air, dibantu dengan
homogenizer dengan kecepatan 2500rpm selama 30 menit sampai terbentuk
emulsi minyak jarak.
8

3.4 Pengujian
3.4.1 Uji Organoleptis ( Warna, bau, rasa dan bentuk)
Pengujian warna, bau, bentuk dan rasa pada emulsi dapat dilihat
secara visual untuk melihat sediaan emulsi tetap stabil selama
penyimpanan.

3.4.2 Pengujian Homogenitas


Emulsi diuji homogenitasnya dengan cara dioleskan pada
sekeping kaca atau bahan yang cocok dan harus menunjukkan susunan
yang homogen.

3.4.3 Viskositas atau kekentalan


Bulatan-bulatan emulsi A/M yang baru dibuat memflokulasi
dengan cepat akibatnya viskositas cepat menurun dan terus-menerus
dalam waktu lama (5-15 hari pada suhu kamar) dan relative l;ebih
konstan. Emulsi M/A berbeda dengan emulsi A/M dalam hal ini
bulatan gumpalan menyebabkan peningkatan viskositas secara tiba-
tiba.
3.4.4 Uji Sentrifugasi
Hukum Stokes menunjukkan bahwa pembentukan krim
merupakan suatu fungsi gravitasi dan karenanya kenaikan dalam
gravitasi mempercepat pemisahan. Becher menyatakan bahwa
sentrifugasi pada 3750 rpm dalam suatu radius sentrifugasi 10 cm
untuk waktu 5 jam setara dengan gravitasi kira-kira 1 tahun. Pengujian
sentrifugasi ini berguna untuk mengevaluasi dan meramalkan shelf-
life emulsi.
9

3.5 Evaluasi
3.5.1 Uji Organoleptis
Pengamatan organoleptis diamati terjadinya perubahan bentuk,
warna dan bau. Pemeriksaan dilakukan setiap 2 minggu selama 8
minggu.

3.5.2 Uji pH
Uji pH dapat dilakukan menggunakan pH meter pada suhu
ruang. Pertama-tama elektroda dikalibrasi dengan dapar standar pH 4
dan pH 7. Elektroda lalu dicelupkan kedalam sediaan hingga nilai pH
muncul di layer. Hasil pH dicatat.

3.5.3 Bobot Jenis


Bobot jenis diukur dengan piknometer pada suhu 29°C.
Piknometer yang bersih dan kering ditimbang (A g) lalu diisi dengan
air dan timbang lagi (A1 g). Air dikeluarkan dari piknometer dan
piknometer dibersihkan. Sediaan emulsi lalu diisikan kedalam
piknometer dan ditimbang (A2 g). Bobot jenis diukur dengan
perhitungan : Bobot jenis =A2-A : A1-A x 1g/ml (suhu 29°

3.5.4 Viskositas/Kekentalan
Uji viskositas dilakukan dengan viscometer Brookfield.
Sediaan disimpan dalam wadah lalu spindle diturunkan ke dalam
sediaan hingga batas yang ditentukan, kecepatan diatur mulai dari 5,
10, 20, 50 dan 100 rpm lalu dilanjutkan dari kecepatan sebaliknya 100,
50, 20, 10 dan 5 rpm. Dari masing-masing pengukuran dibaca
skalanya ketika jarum merah yang bergerak telah stabil. Uji ini
dilakukan pada minggu ke-0 dan ke-8.

3.5.6 Uji Stabilitas Fisik


a. Cycling Test
Sediaan disimpan pada suhu dingin ± 4°C selama 24 jam lalu
dikeluarkan dan ditempatkan pada suhu ± 40°C selama 24 jam (1
siklus). Percobaan ini diulang sebanyak 6 siklus lalu dilakukan
10

pengamatan dan evaluasi yang dibandingkan dengan sediaan


sebelumnya.

b. Uji Sentrifugasi
Emulsi dalam tabung sentrifugasi dimasukkan ke dalam
sentrifugator dengan kecepatan putaran 3800 rpm selama 5 jam. Uji
sentrifugasi bertujuan untuk mengetahui kestabilan sediaan emulsi
dengan cara mengamati pemisahan fase setellah disentrifugasi. Uji
ini diperlukan yuntuk mengetahui efek guncangan pada saat
transport produk terhadap tampilan fisik produk. Sentrifugasi pada
3750 rpm dalam suatu radius 10 cm selama 5 jam setara dengan efek
gravitasi kira-kira selama 1 tahun.

c. Suhu Tinggi (40±2°C)


Sediaan disimpan pada suhu tinggi (40±2°C) selama 8
minggu kemudiaan dilakukan pengamatan organoleptis dan
pengukuran pH setiap 2 minggu.
d. Suhu Kamar
Sediaan disimpan pada suhu kamar (29±2°) selama 8 minggu
kemudian dilakukan pengamatan organoleptis dan pengukuran pH
setiap 2 minggu. Pengukuran viskositas pada minggu ke-0 dan
minggu ke-8.

e. Suhu Rendah (4±2°)


Emulsi disimpan pada suhu rendah (4±2°) selama 8 minggu
kemudian dilakukan pengamatan organoleptis dan pengukuran pH
setiap 2 minggu.
11

3.6 Diagram Kajian Akademik


Berikut adalah tahapan formulasi sediaan hingga tahap evaluasi sediaan
emulsi :
Penyiapan dan pengadaan
alat dan bahan

Penimbangan minyak jarak,


Na CMC 0,5%, tween 80,
span 80 konsentrasi 50%

Formulasi sediaan emulsi


dengan penambahan
emulgator yang berbeda-
beda

Evaluasi sediaan : Proses pembuatan sediaan :


1. Organoleptis
Pembuatan sediaan emulsi
2. Pengukuran pH dengan penambahan emulgator :
3. Viskositas Na CMC 0,5%, tween 80 dan
span 80 dengan konsentrasi 50%
4. Kejernihan
5. Tanggapan rasa

Sediaan emulsi pencahar zat


aktif minyak jarak dengan
penambahan variasi 3 jenis
emolgator Na CMC 0,5%,
tween 80 dan span 80 dengan
konsentrasi 50%.
12

BAB IV
KESIMPULAN
Formulasi, Uji Sifat Fisik dan Uji Stabilitas Emulsi Minyak Jarak (Oleum
Ricini) Dengan Emulgator Na CMC 0,5% versus Span dan Tween konsentrasi 50%,
bertujuan untuk membuat sediaan emulsi minyak jarak dan akan diamati
penggunaan beberapa macam emulgator, serta akan menguji stabilitas fisik, dan
melihat stabilitas dari emulsi dengan emulgator mana yang memiliki stabilitas dan
kondisi fisik lebih baik.
13

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, Universitas Indonesia Press, Jakarta

Dini, E., Mariana, N., 2005, Teori Sediaan Emulsi, Departemen Farmasi FMIP,
Universitas Indonesia. Depok

Voigt , R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Noerono
Soendani Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai