Indeks:
Menimbang:
Mengingat:
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
*34091 Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
BAB II
PENCEGAHAN PENYEBARAN
ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Pasal 5
Pasal 6
(1) Tindakan karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(1) berupa:
a. pemeriksaan;
b. pengasingan;
c. pengamatan;
d. perlakuan;
e. penahanan;
f. penolakan;
g. pemusnahan;
h. pembebasan.
*34093 Pasal 7
BAB III
PENGENDALIAN ORGANISME
PENGGANGGU TUMBUHAN
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
c. pemerintah.
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
(2) Dalam hal musuh alami yang dibutuhkan harus didatangkan dari
luar negeri, maka harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. musuh alami tersebut belum ada di Indonesia;
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
(2) Dalam hal perorangan atau badan hukum yang memiliki atau
menguasai tanaman, atau kelompok masyarakat yang
berkepentingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
mampu *34098 melakukan eradikasi, maka Pemerintah dapat
melakukan eradikasi.
Pasal 26
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 27
*34099 Pasal 28
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Pebruari 1995
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd.
SOEHARTO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 28 Pebruari 1995
MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd.
MOERDIONO
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 6 TAHUN 1995
TENTANG
PERLINDUNGAN TANAMAN
UMUM
Pasal 1
Angka 1
Cukup jelas
Angka 2
Cukup jelas
*34101
Angka 3
Cukup jelas
Angka 4
Cukup jelas
Angka 5
Pestisida dapat berbentuk bahan aktif, bahan teknis,
atau formulasi. Bahan aktif adalah bagian dari bahan teknis atau
formulasi pestisida yang mempunyai daya kerja secara biologis
seperti yang direncanakan.
Bahan teknis adalah bahan yang dihasilkan dari suatu
proses pembuatan bahan aktif yang mengandung bahan aktif dan
bahan pengotor ikutan (assosiated impurities) atau dapat juga
mengandung bahan tambahan tertentu yang diperlukan.
Bahan teknis digunakan sebagai bahan baku pembuatan
formulasi. Formulasi adalah campuran bahan aktif dengan bahan
lainnya yang mempunyai daya kerja sebagai pestisida sesuai dengan
tujuan yang direncanakan.
Angka 6
Menteri yang bertanggung jawab di bidang budidaya
tanaman yaitu Menteri Pertanian atau Menteri Kehutanan.
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan media tumbuh lainnya antara lain
adalah air, agar-agar, merang, tanah dalam pot dan lain-lain,
tetapi tidak termasuk lahan.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 3
Ayat (1)
Sistem pengendalian hama terpadu adalah upaya
pengendalian populasi atau tingkat serangan organisme pengganggu
tumbuhan dengan menggunakan satu atau lebih teknik pengendalian
yang dikembangkan dalam suatu kesatuan, untuk mencegah dan
mengurangi timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan
lingkungan hidup.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
*34102
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Ayat (1)
Pelaksanaan perlindungan tanaman serta penggunaan
sarana dan cara dalam rangka perlindungan tanaman memang
bermanfaat untuk mencegah dan mengurangi kerugian ekonomis yang
dapat ditimbulkan oleh organisme pengganggu tumbuhan terhadap
tanaman, tetapi di pihak lain pelaksanaan perlindungan tanaman
termasuk penggunaan sarana dan cara tertentu dapat mengganggu
kesehatan dan mengancam keselamatan manusia maupun menimbulkan
gangguan dan kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Misalnya, penggunaan pestisida maupun musuh alami organisme
pengganggu tumbuhan dalam rangka perlindungan tanaman tidak hanya
dapat memusnahkan organisme pengganggu tumbuhan, tetapi dapat
juga membahayakan manusia, hewan ataupun sumber daya yang lain.
Oleh karena itu penggunaan sarana atau cara tersebut tersebut
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat mencegah dan atau
mengurangi kerugian-kerugian yang mungkin timbul sebagai dampak
sampingan penggunaan sarana atau cara tersebut.
Media pembawa organisme pengganggu tumbuhan karantina
adalah tumbuhan dan bagian-bagiannya dan atau benda lain yang
dapat membawa organisme pengganggu tumbuhan karantina.
Ayat (2)
Huruf a
Sertifikat kesehatan dikeluarkan oleh pejabat yang
berwenang. Dianggap telah dimasukkan ke dalam wilayah negara
Republik Indonesia apabila telah dibebaskan dari tempat-tempat
dilakukannya tindakan karantina atau telah dilalulintasbebaskan
di dalam wilayah negara Republik Indonesia.
Sertifikat kesehatan tidak perlu disertakan pada
pemasukan media pembawa organisme pengganggu tumbuhan yang
tergolong benda lain.
Termasuk pengertian benda lain di antaranya bahan
patogenik, bahan biologik, makanan ikan, bahan pembuat makanan
ternak dan/atau ikan, sarana pengendalian hayati, biakan
organisme, tanah, kompos atau media pertumbuhan tumbuhan lainnya
dan vektor.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf a
Sertifikat kesehatan tidak diperlukan bagi
pengiriman media pembawa organisme pengganggu tumbuhan yang
tergolong benda lain.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Peraturan perundang-undangan yang dimaksud adalah
peraturan perundang-undangan di bidang karantina hewan, ikan, dan
tumbuhan, yang pada saat ini diatur dalam Undang-undang Nomor 16
Tahun 1992.
Pasal 7
Ayat (1)
Area yang dimaksud adalah area yang semula bebas dari
organisme pengganggu tumbuhan karantina.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 8
Yang dimaksud dengan satu kesatuan adalah satu kesatuan yang
harmonis, yaitu memadukan teknologi, pengorganisasian, pelayanan
dan gerakan pengendalian dalam suatu sistem yang harmonis, untuk
mencegah kerugian ekonomis dan atau kerusakan lingkungan.
Pasal 9
Ayat (1)
*34104 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
organisme pengganggu tumbuhan antara lain keadaan pertanaman,
musuh alami, iklim/cuaca.
Ayat (2)
Dengan memperhatikan faktor ekologi, sosial dan
efisiensi maka diharapkan tindakan pengendalian yang dilakukan,
secara ekonomis menguntungkan dan secara teknis dapat
dipertanggungjawabkan serta pelaksanaannya dapat diterima oleh
masyarakat setempat. Faktor sosial yang diperhatikan dalam
pelaksanaan tindakan pengendalian antara lain kebiasaan
masyarakat setempat.
Pasal 10
Ayat (1)
Tindakan pengendalian dalam rangka pencegahan yaitu
upaya yang dilakukan sebelum tanaman terserang organisme
pengganggu tumbuhan, sedangkan tindakan pengendalian dalam rangka
penanggulangan yaitu upaya menyembuhkan tanaman setelah tanaman
terserang organisme pengganggu tumbuhan.
Ayat (2)
Huruf a
Cara fisik antara lain dilakukan dengan pengaturan
suhu, kelembaban, cahaya, radiasi, suara.
Huruf b
Cara mekanik antara lain dilakukan dengan
mematikan, menghalangi, mengusir, menangkap, mengumpulkan
organisme pengganggu tumbuhan baik menggunakan atau tanpa alat.
Huruf c
Cara budidaya antara lain dilakukan dengan
pengolahan lahan, pemupukan, sanitasi, penggunaan benih bermutu,
pengaturan pola tanam, waktu panen, jarak tanam, pergiliran
tanaman, pergiliran varietas, pengairan.
Huruf d
Cara biologi antara lain dilakukan dengan cara
konservasi, inokulasi dan inundasi musuh alami yang terdiri atas
predator atau parasit atau patogen.
Huruf e
Cara genetis, antara lain dilakukan dengan
pelepasan jantan mandul.
Manipulasi gen tanaman antara lain dilakukan
dengan penanaman varietas tahan/toleran terhadap organisme
pengganggu tumbuhan.
Huruf f
Cara kimiawi, antara lain dilakukan dengan
menggunakan zat peracun, zat pemikat, zat penolak, zat pemandul,
zat pengatur tumbuh, zat anti makan.
*34105
Huruf g
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 11
Ayat (1)
Huruf a
Perorangan atau badan hukum yang memiliki dan atau
menguasai tanaman dalam mengendalikan organisme pengganggu
tumbuhan dapat melaksanakan sendiri atau melalui penjual jasa
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan.
Huruf b
Kelompok masyarakat yang dibentuk untuk keperluan
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan misalnya regu
pengendalian hama.
Huruf c
Cukup jelas
Ayat (2)
Eksplosi adalah serangan organisme pengganggu tumbuhan
yang sifatnya mendadak, populasinya berkembang sangat cepat, dan
menyebar luas dengan cepat.
Pengendalian eksplosi yang dilakukan oleh Pemerintah
secara berjenjang mulai dari tingkat Kecamatan sampai dengan
tingkat Pusat.
Ayat (3)
Pasal 12
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Musuh alami adalah semua organisme yang dapat merusak,
mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian organisme
pengganggu tumbuhan.
Musuh alami antara lain dapat berupa predator, parasit,
parasitoid, dan patogen.
Huruf c
Cukup jelas
*34106 Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Dalam Pasal ini yang diartikan dengan tepat guna
adalah:
Ayat (2)
Dalam penggunaan pestisida persyaratan kesehatan
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, sedangkan persyaratan
keselamatan kerja ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Penggunaan pestisida dengan sarana pesawat terbang
sangat berbahaya, karena pestisida dapat terbawa angin sehingga
mengenai tanaman sekitar yang lebih luas, oleh karena itu
pemakaian pesawat terbang sebagai sarana penggunaan pestisida
hanya dapat dilakukan dengan izin dan sesuai dengan syarat dan
tata cara yang ditetapkan oleh Menteri.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 17
Dalam rangka pelaksanaan pengendalian organisme pengganggu
tumbuhan pejabat yang berwenang dalam hal ini antara lain Kepala
Desa, Camat, Menteri Tani, Dinas Pertanian atau instansi teknis
lainnya dapat meminta laporan secara rutin setiap periode
tertentu atau sewaktu-waktu sesuai keperluan.
Pasal 18
Ayat (1)
Dampak negatif pestisida yang dapat terjadi terhadap
lingkungan alam dan kesehatan, yaitu antara lain :
- Pencemaran lingkungan.
Ayat (2)
Menteri dalam mengatur pemantauan dan penanggulangan
dampak negatif dengan memperhatikan dan mengacu peraturan yang
dikeluarkan oleh antara lain Menteri Negara Lingkungan Hidup dan
Menteri Kesehatan.
Pasal 19
Penggunaan pestisida dalam pengendalian oganisme pengganggu
tumbuhan merupakan alternatif terakhir tidak berarti bahwa
penggunaan pestisida merupakan urutan terakhir dalam pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan.
Apabila berdasarkan teknik/teori pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan ini hanya dapat dikendalikan dengan pestisida
maka dalam pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tersebut
dapat langsung menggunakan pestisida.
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Penunjukan petugas pengawas pestisida dari instansi
lain dilakukan oleh Menteri Pertanian setelah berkonsultasi
dengan instansi terkait.
Instansi yang terkait dalam penggunaan pestisida antara
lain Departemen Kesehatan, Departemen Tenaga Kerja dan Kantor
Menteri Negara Lingkungan Hidup.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 21
Peraturan perundang-undangan yang dimaksud adalah di bidang
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem, serta peraturan
lainnya.
Pasal 22
Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan harus diusahakan
agar dapat menekan populasi atau intensitas serangan organisme
pengganggu tumbuhan secara maksimal, memperoleh keuntungan
terutama ekonomi yang maksimal dan tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap tanaman sekitar dan lingkungan sekelilingnya.
Pasal 23
Ayat (1)
Cukup jelas
Pasal 24
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Yang dimaksud dengan inang lain yaitu tumbuhan
lain yang dapat terserang atau menjadi tempat hidup organisme
pengganggu tumbuhan.
Huruf d
Benda lain yang dapat menyebabkan tersebarnya
organisme pengganggu tumbuhan antara lain sisa makanan, limbah
panen dan pasca panen, gudang dan sebagainya.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 25
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Kelompok masyarakat yang berkepentingan yaitu
masyarakat yang tidak memiliki dan atau menguasai tanaman atau
benda lain yang harus dieradikasi tetapi apabila eradikasi
tersebut tidak dilakukan akan menanggung kerugian.
Ayat (2)
Pemerintah dalam melakukan eradikasi dapat dengan
memerintahkan kepada masyarakat atau memberi bantuan dana.
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
*34110
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Cukup jelas
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
--------------------------------
CATATAN