Anda di halaman 1dari 79

MAKALAH PLENO

PAK DAN PAHK

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

1. AYU LESTARI 161 2018 0024

2. NUR LAILA UMAFAGUR 161 2018 0028

3. NINDY AMELIA ERSA 161 2018 0026

4. AZ-ZAHRA ANINDYAH 161 2018 0027

5. SITI KHADIJAH 161 2018 0028

6. TEGAR JAYA SATRIA SYAM 161 2018 0029

7. NUR RADIA FITRI 161 2018 0032

8. RISKA SURAHMAN PUTRI 161 2017 0040

BLOK KEGAWAT DARURATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami haturkan kepada Allah Subahana Wata‟ala yang

telah memberikan limpahan nikmat, taufik, dan hidayah sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “PAK DAN PAHK” dengan baik dalam

rangka menyelesaikan tugas.

Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih

kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam

penyelesaian makalah ini.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa

masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa,

susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati , kami

selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari

pembaca.

Dengan karya ini kami berharap dapat membantu mahasiswa dalam

memahami cara pembelajaran yang baik daan efektif di bangku perkuliahan.

Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah

khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk mahasiswa.

Makassar, 29 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 5

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 5

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 6

1.3 Tujuan....................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 7

2.1 PAK dan PAHK………….......................................................................... 6

2.2 Aspek anamesis pada PAK ………………............................................... 9

2.3 ergonomis dan penerapannya pada bidang kedokteran gigi ......................11

2.4 aspek srveilens medis ............................................................................. 13

2.5 semua standar yang berhubungan dengan PAK ...................................... 15

2.6 Contoh-contoh atau penyakit yang dapat terjadi jika tidak menerappkan

prinsip ergonomis pada parktek kedoteran gigi ………………………………...21

BAB II PENUTUP ................................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................24

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap pekerjaan memiliki potensi bahaya yang timbul pada saat seseorang
melakukan pekerjaan tersebut. Pekerja mempunyai risiko terhadap masalah kesehatan
yang disebabkan oleh proses kerja, lingkungan kerja serta perilaku kesehatan pekerja.
Selain penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja, pekerja juga berisiko menderita
penyakit menular dan tidak menular.1 Dokter gigi merupakan salah satu profesi yang
berisiko mengalami sejumlah bahaya akibat pekerjaan. Bahaya tersebut antara lain
pajanan terhadap agen penyebab infeksi (termasuk human immunodeficiency virus
dan virus hepatitis), radiasi, kebisingan, gangguan muskulo-skeletal, masalah
psikologis, dermatitis, gangguan pernapasan, dan percikan bahan gigi pada mata.2
Penelitian yang dilakukan oleh Baig tahun 2016 terhadap 130 dokter gigi yang
terlibat dalam praktik klinis menunjukkan 122 (93,8%) memiliki risiko kerja selama
praktik. Cervical back pain diamati pada 81,96% dokter gigi diikuti oleh nyeri sendi
lutut/siku 53,27%, infeksi mata 44,615%, gangguan pendengaran 40,98%, stres
psikologis 41,80%, dan alergi bahan 12,29%.3 Masalah kesehatan akibat pekerjaan
juga ditemukan pada dokter gigi di Kroasia yaitu lebih dari 78,18% dokter gigi yang
disurvei mengalami nyeri punggung bagian atas, 76,97% menderita nyeri punggung
bawah, 29,29% mengalami masalah kulit, 46,87% gangguan penglihatan, 19,03%
masalah pendengaran, dan 15,76% dokter gigi mengalami gangguan neurologik. 4
Penelitian yang dilakukan oleh Al Rawi et al5 tahun 2019 juga menunjukkan 20
praktisi gigi (22,2% dari sampel penelitian) menderita gangguan pendengaran.
Telinga kiri lebih terpengaruh daripada telinga kanan, tetapi tidak bermakna secara
statistik. Pada penelitian tersebut juga dijelaskan adanya hubungan langsung antara
jam kerja per minggu dan kapasitas pendengaran, tetapi tidak bermakna secara
statistik. Kapasitas pendengaran terendah terlihat pada lakilaki dibandingkan
perempuan.

4
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :

1.PAK &PAHK (definisi,perbedaan keduanya beserta contoh contohnya)


2.Aspek anamnesis pada PAK
3.ergonomi dan penerapannya pada bidang kedokteran gigi
4.Aspek surveilens medis
5.semua standar yg berhubungan dengan PAK
6. Contoh contoh /penyakit yang dapat terjadi jika tidak menerapkan prinsip
ergonomi pada praktek KG dan tentukan penyakit tsb masuk kategori PAK atau
PAHK

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas maka dapat di simpulkan tujuan dari makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui defenisi,perbedaan,beserta contoh dari PAK & PAHK
2. Untuk mengetahui aspek anamnesis pada PAK

3. Untuk mengetahui ergonomis dan penerapannya pada bidang kedokteran gigi

4. Untuk mengetahui aspek dari surveilens medis

5. Untuk mengetahui Standar yang berhubungan dengan PAK

6. Untuk mengetahui Contoh-contoh penyakit yang dapat terjadi jika tidak


menerapkan prinsip ergonomis pada praktek kedokteran gigi.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PAK &PAHK (definisi,perbedaan keduanya beserta contoh contohnya)


Pengertian
Menurut KEPRES RI No. 22 Tahun 1993 Penyakit Akibat Kerja (PAK)
adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.

Penyakit akibat kerja terjadi sebagai akibat dari pajanan faktor fisik, kimia,
biologi ergonomi dan atau psiko-sosial di tempat kerja. Faktor ini di dalam
lingkungan kerja adalah predominan dan essensial di dalam menyebabkan PAK,
misalnya terpajan oleh timah di dalam tempat kerja essensial untuk keracunan timah
dan bila terpajan terhadap silica di tempat kerja. Hal ini harus dikenal, bahwa factor -
faktor lain seperti kerentanan individu dapat memainkan berbagai peran di dalam
menimbulkan penyakit pada tenaga kerja yang terpajan.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) terjadi semata – mata pada tenaga kerja terpajan
terhadap Hazard spesifik, akan tetapi dalam beberapa situasi, PAK ini dapat juga
terjadi pada komunitas biasa sebagai akibat kontaminasi lingkungan dari tempat kerja
seperti timah dan pestisida. Akhirnya, PAK adalah penyebabnya spesifik, misalnya
asbestos menyebabkan asbestosis.

Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK)

WHO mengelompokkan PAHK yang bersumber multifaktor. Penyakit-


penyakit ini dalam factor - faktor tempat kerja dapat dihubungkan kejadiannya tetapi
tidak membutuhkan faktor resiko pada tiap kasus. Penyakit- penyakit ini sering
terlihat dalam komunitas biasa.
Penyakit akibat hubungan kerja adalah :
1. Hipertensi

6
2. penyakit jantung ischaemik
3. penyakit psikosomatik
4. musculoskeletal disarder (MSD)
5. Chronic non spesifik reproductive disease / bronchitis chronik

Pada penyakit- penyakit ini, pekerjaan dapat dihubungkan dengan


penyebabnya atau dengan mempelihatkan kondisi kesehatan sebelumnya (yang sudah
ada ).

Perbedaan Utama Antara PAK dan PAHK

PAHK
 terjadi secara umum pada komunitas
 disebabkan oleh multifaktor
 pajanan di temoat kerja ungkin satu factor
 mungkin kelihatan dan dapat di lakukan

PAK

 Terjadi terutama pada populasi pekerja


 Penyebab khusus
 Pajanan di tempat kerja addalah essensial
 Kelihatan dan dapat diganti rugi [1]

7
2.2 Aspek anamnesis pada PAK

Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis dan
terarah dengan berpedoman pada 5 pokok pikiran (The Fundamental Five) dan 8 butir
mutiara anamnesis (The Sacred Seven ), yang dimaksud dengan 4 pokok pikiran :
1. Riwayat Penyakit Saat Ini
Keluhan utama dan anamnesis lanjutan
2. Riwayat Penyakit Dahulu
3. Riwayat kesehatan keluarga
Merupakan faktor genetic
4. Riwayat social dan ekonomi
5. Faktor risiko dan prognostic

Kemudian setelah anamnesis keluhan utama, dilanjut dengan anamnesis


sistematis dengan prinsip “8 butir mutiara anamnesis” yaitu “
1. Onset (Kapan?)
Kapan mulai dirasakannya keluhan utama tersebut.
2. Frekuensi (Kapan/ sudah berapa kali pasien merasakan keluhan tersebut?)
Ditanyakan kapan-kapan saja pasien merasakan keluhan tersebut
3. Lokasi (Di bagian mana?)
Untuk lokasi, umumnya adalah rasa nyeri/ pembengkakan.
4. Refered (Penjalaran)
Menyebar kebagian lain dari tubuh mana?
5. Intensitas (Seberapa berat keluhannya?
Intensitas keluhan sering sangat berhubungan dengan beratnya
penyakit.
6. Faktor-faktor yang memperberat keluhan
Bisa jadi khas untuk penyakit tertentu

8
7. Faktor-faktor yang meringankan keluhan.
Sama dengan faktor yang memperberat, faktor yang meringankan
keluhan penting ditanyakan karena berkaitan dengan jenis penyakit.
8. Keluhan tambahan
Bisa berkaitan dengan keluhan utama ataupun tidak. [2]

9
2.3 ergonomi dan penerapannya pada bidang kedokteran gigi

Ergonomi adalah terciptanya sistem kerja yang sehat, aman, dan nyaman bagi
manusia. Pada dasarnya kondisi yang ergonomi sangat menguntungkan sebab dapat
mencegah gangguan muskuluskeletal dan dapat mengurangi kesalahan yang
mengakibatkan cedera pada para pekerja. [3]
Ergonomi adalah ilmu yang ditujukn untuk menyerasikan alat, metode, dan
lingkungan kerja terhadap kemamapuan dan keterbatasan manusia sehingga tercipta
kondisi kerja yang aman, nyaman, efektif, efisien dan produktif sehingga kualitas
hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik. Untuk mewujudkan hal tersebut,
diperlukan penerapan 12 prinsip ergonomi. 12 prinsip tersebut adalah :
1. Bekerja pada posisi normal
Posisi normal manusia mencakup saat manusia bekerja dalam posisi duduk
dan berdiri. Posisis duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan
posisi stabil selama bekerja,
2. Mengurangi penggunaan gaya yang berlebih
Gaya yang digunakan saat bekerja dibuat sekecil mungkin agar tidak terjadi
kelelahan dan kecelakaan kerja,
3. Mudah dijangkau
Produktivitas akan meningkat apabila barang atau alat yang digunakan pekerja
mudah dijangkau sehingga bisa menggunakan alat yang berbeda dalam waktu
yang bersamaan,
4. Bekerja pada ketinggian yang sesuai
Posisi kerja harus dalam keadaan posisi normal tubuh, oleh karena itu alat
yang dipakai membuat pekerja harus membungkuk atau melihat ke atas secara
terus menerus, maka ketinggian pekerja dengan alat harus disesuaikan,
5. Mengurangi gerakan yang berlebih
Gerakan yang berlebihan membutuhkan energi yang lebih pula dan apabila
dalam waktu yang lama akan menimbulkan kelelahan,
6. Mengurangi kelelahan dan beban statis mengerjakan sesuatu secara terus
menerus atau bekerja dalam posisi statis pada waku yang lama akan
menimbulkan kelelahan,
7. Mengurangi tekanan pada titik tertentu
Tekanan yang berpusat dari sebuah bedan yang mengenai tubuh akan
menimbulkan ketidak nyaman saat bekerja dan akan menurunkan ketahanan
tubuh,
8. Membuat lebih leluasa bergerak
Suatu ruang kerja harus memiliki area yang cukup untuk menunjang aktivitas
pekerja,

10
9. Dapat bergerak dan melakukan peregangan
Untuk mengurangi kelelahan , sesekali pekerja harus dapat melakukan
gerakan meragangkan tubuh,
10. Menjaga lingkungan yang nyaman
Lingkungan yang nyaman, yaitu diantaranya pencahayaaan yang cukup, suhu
yang sesuai dan tingkat kebisingan yang rendah,
11. Membuat petunjuk dan pengontrolan yang dapat dimengerti
Penggunaan suatu alat biasanya didukung dengan petunjuk pemakaian untuk
memudahkan pengguna. Petunjuk dan pengotro harus dengan desain yang
mudah dimengerti,
12. Memperbaiki sistem pekerjaan. [4]
Kriteria postur tubuh yang ergonomi berdasarkan test of visual perception :
1. Sudut antara paha dan betis harus membentuk sudut yang besarnya 110
derajat atau lebih,
2. Dokter gigi harus simetris kedepan dan punggung sejauh mungkin dari
sandaran tempat duduk atau badan dimiringkan kedepan hingga 10 sampai
dengan 20 derajat, hindari memutar dan miring condong ke samping,
3. Kepala dokter gigi dapat dimiringkan ke depan hingga 25 derajat,
4. Pedal drive haus diposisikan atau ditempatkan dekat dengan salah satu kaki,
5. Lengan diangkat hingga 10 sampai dengan 25 derajat dari sumbu horizontal,
6. Jarak antara area kerja (mulut pasien) ke mata (ke kaca pelindung) adalah 35-
40 cm,
7. Instrumen harus diposisikan dengan area penglihatan dari dokter gigi pada
jarak antara 20-25cm,
8. Lampu dari dental chair harus diposisikan diatas kepala dokter gigi sebelum
dan saat dokter gigi bekerja sehingga cahaya dihasilkan terpancar lurus searah
pandagan langsung ke dokter gigi. [3]

11
2.4 Aspek surveilens medis

 Definisi :
Departemen Keehatan RI mendefinisikan surveilans merupakan suatu rangkaian
perose pengamatan yang terus menerus, sistematik dan berkesinambungan dalam
pengumpulan data, analisa dan interpretasi data kesehatan dalam upaya untuk
menguraikan dan memantau suatu peristiwa kesehatan agar dapat dilakukan
penanggulangan yang efektif dan efisien terhadap masalah kesehatan tersebut.
 Karakteristik \
Karakteristik kritis surveilans biasanya terlihat, termasuk (CDC 2020) :
1. Ketetapan waktu, untuk menerapkan langkah-langkah pengendalian yang
efektif
2. Representasi, untuk memberikan gambaran akurat tentang tren temporal
penyakit
3. Sensitivitas, untuk memungkinkan identifikasi individu dengan penyakit
untuk memfasilitasi pengobatan, karatina, atau tindakan pengendalian lan
yang sesuai
4. Kekhususan untuk menyesuaikan orang yang tidak menderita penyakit
 Komponen kegiatan surveilans
1. Pengumpulan/pencatatan kejadian yanng dapat dipercaya
2. Pengolahan data untuk dapat memberikan keterangan yang berarti
3. Analisis dan intrepertasi data untuk keperluan kegiatan
4. Penyebarluasan data termasuk umpan balik
5. Evaluasi/penilaian hasil kegiatan
Sumber data sistem surveilans yang diracang oleh WHO terdiri dari 10 elemen
utama meliputi (DEPKES RI, 2003) :
1. Pencatatan kematian
2. Laporan penyakit
3. Laporan kejadian luar biasa atau wabah

12
4. Hasil pemeriksaan laboratorium
5. Penyelidikan peristiwa penyakit
6. Oenyelidikan kejadian luar biasa (KLB)
7. Survey
8. Penyelidikan tentang distribusi vector
9. Data penggunaan obat atau vaksin
[5]
10. Data penduduk atau kondisi lingkungan
 Alur data surveilans

13
2.5 semua standar yg berhubungan dengan PAK
Jenis-jenis PAK :
a. PAK dalam dunia kedokteran gigi :
1. Carpal Tunnel Syndrom

Terkait dengan :
 Pajanan ergonomik berupa :
- Gerakan kerja berulang secara repetitive/simultan/repetitive strain
injury
- Posisi ekstrim fleksi
- Ekstensi pada pergelangan tangan
- Posisi kerja janggal lainnya
- Forcefull grip
- Vibrasi, dll.
 Dosis pajanan ergonomic yang dialami, yaitu :
- Masa kerja
- Lama pajanan per hari
- Frekuensi gerakan kerja berulang yang dilakukan
- Getaran
- Posisi ekstrim pergelangan tangan
- Proses kerja
- Alat bantu saat bekerja
- Alat pelindung diri yang digunakan dll.
 Faktor-faktor individu yang dapat berperan seperti :
- Kelainan anatomis
- Riwayat penyakit yang dapat memicu atau memperberat
- Riwayat penyakit keluarga
- Obesitas

14
- Kehamilan
- Riwayat hipertensi, DM, Rheumatoid arthritis
- dan cidera pada pergelangan tangan.
 Faktor-faktor lain di luar pekerjaan yang dapat menyebabkan penyakit
tersebut, seperti :
- Aktivitas di luar kerja dengan gerakan repetitive
- Posisi ekstrim pada pergelangan
- Penggunaan alat yang ada vibrasi
- Kebiasaan olah raga
- Gaya hidup, dll.

2. Low Back Pain (Nyeri Punggung Bawah)

Dipengaruhi oleh :
 Pajanan di tempat kerja, terutama terkait dengan :
- Pajanan ergonomik berupa gerakan kerja berdiri atau duduk lama statis
- Postur janggal
- Manual lifting
- Pajanan vibrasi seluruh tubuh. (1)
 Gambaran pekerjaan, berupa :
- Alat dan proses kerja
- Gerakan saat bekerja
 Dosis pajanan ergonomic yang dialami, yaitu :
- Masa kerja
- Lama pajanan per hari
- Frekuensi gerakan kerja yang dilakukan
- Posisi statis lama
- Posisi janggal

15
- Perkiraan berat beban
- Pekerjaan dengan alat yang ada vibrasi seluruh tubuh
- Alat bantu saat bekerja
- Alat pelindung diri yang digunakan dll.
 Faktor-faktor individu yang dapat berperan terhadap terjadinya penyakit
tersebut, seperti :
- Kelainan anatomis
- Riwayat penyakit yang dapat memicu atau memperberat
- Riwayat penyakit keluarga
- Kehamilan, dll.
 Faktor-faktor lain di luar pekerjaan yang dapat menyebabkan penyakit
tersebut, seperti :
- Aktivitas di luar kerja dengan posisi statis lama, posisi janggal
- Kebiasaan olah raga
- Gaya hidup, dll

b. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor


PER01/MEN/1981 dan Keputusan Presiden RI No 22/1993 terdapat 31 jenis
penyakit akibat kerja yaitu sebagai berikut :
1. Pneumokoniosis
disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan parut (silikosis,
antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya
merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian .
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) disebabkan oleh
debu logam keras
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan
oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).

16
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organic
6. Penyakit yang disebabkan oleh berillium atau persenyawaannya yang
beracun .
7. Penyakit yang disebabkan oleh :
- Kadmium atau persenyawaannya yang beracun
- Fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
- Krom atau persenyawaannya yang beracun.
- Mangan atau persenyawaannya yang beracun.
- Arsen atau persenyawaannya yang beracun
- Raksa atau persenyawaannya yang beracun.
- Timbal atau persenyawaannya yang beracun.
- Flour atau persenyawaannya yang beracun.
- Karbon disulfida.
- Derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik atau aromatik
yang beracun.
- Enzena atau homolognya yang beracun.
- Derivat nitro dan amina dari benzena atau homolognya yang beracun.
- Nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
- Alkohol, glikol atau keton.
- Gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti karbon
monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida atau derivatnya yang
beracun, amoniak, seng, braso dan nikel. .
8. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan
9. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot,
urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi)

17
10. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan
lebih.
11. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang
mengion
12. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi
atau biologic
13. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk atau residu dari
zat tersebut
14. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes
15. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus
16. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi
atau kelembaban udara tinggi
17. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.

C. Cara menanggulangi PAK


a. Tatalaksana :
1. Klinis : merujuk ke dokter Neurologi untuk mencegah terjadinya
perburukan dan kecacatan lebih lanjut
b. Pengendalian pajanan ergonomic di tempat kerja sesuai dengan hirarki
pengendalian, untuk mencegah pekerja lain mengalami penyakit akibat kerja
yang sama
1. Penilaian kelaikan kerja untuk penyesuaian pekerjaan dan pajanan kerja
agar terhindar dari perburukan dan kecacatan lebih lanjut
2. Pada pasien peserta BPJS Ketenagakerjaan : melakukan perhitungan
kecacatan dan membuat surat keterangan dokter yang dibutuhkan untuk
proses pengajuan klaim (1)

18
D. Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah PAK adalah
sebagai berikut:
1. Menyingkirkan atau mengurangi risiko pada sumbernya, misalnya
menggantikan bahan kimia yang berbahaya dengan bahan yang tidak
berbahaya.
2. Mengurangi risiko dengan pengaturan mesin atau menggunakan APD
3. Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk mengurangi risiko lebih lanjut
4. Menyediakan, memakai dan merawat APD [6]

19
2.6. Contoh contoh /penyakit yang dapat terjadi jika tidak menerapkan prinsip
ergonomi pada praktek KG dan tentukan penyakit tsb masuk kategori PAK
atau PAHK.

Pengertian Penyakit Akibat Kerja (PAK)


Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat
kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian, penyakit akibat
kerja merupakan penyakit yang artifisual atau man made disease. Sejalan dengan hal
tersebut terdapat pendapat lain yang menyatakan bahwa Penyakit Akibat
Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang
ditimbulkan ataupun diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan
dengan pekerjaan.
Macam-Macam Penyakit Akibat Kerja
Adapun beberapa penyakit akibat kerja, antara lain:
Pencemaran udara oleh partikel dapat disebabkan karena peristiwa alamiah
maupun ulah manusia,yaitu lewat kegiatan industri dan teknologi. Partikel yang
mencemari udara banyak macam dan jenisnya, tergantung pada macam dan jenis
kegiatan industri dan teknologi yang ada. Partikel-partikel udara sangat merugikan
kesehatan manusia. Pada umumnya udara yang tercemar oleh partikel dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernapasan atau pneumoconiosis.
Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya
partikel (debu) yang masuk atau mengendap didalam paru-paru.
Penyakit pneumoconiosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel
(debu) yang masuk atau terhisap kedalam paru-paru. Beberapa jenis penyakit
pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak kegiatan
industri dan teknologi, yaitu silikosis, asbestosis, bisinosisi, antrakosis, dan beriliosis.
a. Penyakit Silikosis
Penyakit silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas,
berupa SiO2, yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian
mengendap. Debu silika bebas ini banyak terdapat di pabrik besi dan baja,
keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir,
menggerinda) dll. Selain dari itu, debu silika juga banyak terdapat di tempat
penampang besi, timah putih dan tambang batu bara. Pemakaian batu bara
sebagai bahan bakar juga banyak menghasilkam debu silika bebas SiO2. Pada
saat dibakar, debu silika akan keluar dan terdispersi ke udara bersamasama

20
dengan partikel yang lainya, seperti debu alumunia, oksida besi dan karbon
dalam bentuk debu. Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu
silika perlu mendapatkan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan
lingkungan yamg ketat sebab penyakit silikosis belum ada obatnya yang tepat.

b. Penyakit Asbestosis
Penyakit asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh
debu atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari
berbagai macam silikat, namun yang paling utama adalah magnesium silikat.
Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan
asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain
sebagainya. Debu asbes yang terhirup ke dalam paru-paru akan
mengakibatkan gejala sesak nafas dan batuk-batuk yang disertai dahak.
Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak besar/melebar. Apabila dilakukan
pemeriksaan pada dahak maka akan tampak debu asbes dalam dahak tersebut.
Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti
dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan
mengakibatkan asbestosis ini.
c. Penyakit Bisnosis
Penyakit bisnosis adalah penyakit yang disebabkan oleh pencemaran
debu kapas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap kedalam paru-
paru. Pencemaran ini dapat dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik
tekstil, perusahaan, atau pergudangan kapas. Masa inkubasi penyakit bisnosis
cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisnosis ini
berupa sesak nafas, terasa berat pada dada, terutama peda hari senin (yaitu
hari awal kerja pada setiap minggu). Pada bisnosis yang sudah lanjut atau
berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis
kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.
d. Penyakit Antrakosis
Penyakit antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang
disebabkan oleh debu batu bara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-
pekerja tambang batubara atau pada pekerja-pekerja yang banyak melibatkan
penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur besi, lokomotif
(stoker), dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada
pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara. Penyakit antrakosis ada
tiga macam, yaitu: penyakit antrakosis murni, penyakit silikoantrakosis, dan
penyakit tuberkolosilkoantrakosis.
e. Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa
logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat

21
menyebabkan penyakit saliran pernafasan yang disebut beriliosis. Debu logam
tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis, dan pneumonitis yang
ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering, dan sesak nafas. Penyakit
beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan
logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik
pembuatan tabung radio, dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang
industri nuklir.
f. Penyakit Saluran Pernafasan
PAK pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis. Akut
misalnya asma akibat kerja. Sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis akut
atau karena virus kronis, misal: asbestosis. Seperti gejala Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (COPD) atauedema paru akut. Penyakit ini disebabkan
oleh bahan kimia seperti nitrogen oksida.
g. Penyakit Kulit
Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam
kehidupan, dan kadang sembuh sendiri. Dermatitis kontak yang dilaporkan,
90% merupakan penyakit kulit yang berhubungan dengan pekerjaan. Penting
riwayat pekerjaan dalam mengidentifikasi iritan yang merupakan penyebab,
membuat peka, atau karena faktor lain.
h. Kerusakan Pendengaran
Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan
kebisingan yang lama, ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan. Riwayat
pekerjaan secara detail sebaiknya didapatkan dari setiap orang dengan
gangguan pendengaran. Dibuat rekomendasi tentang pencegahan terjadinya
hilang pendengaran.
i. Gejala pada Punggung dan Sendi
Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada
punggung yang berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan. Penentuan kemungkinan bergantung pada
riwayat pekerjaan. Artritis dan tenosynovitis disebabkan oleh gerakan
berulang yang tidak wajar.
j. Kanker
Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus Kanker yang
disebabkan oleh pajanan di tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat kerja
(karsinogen) sering kali didapat dari laporan klinis individu dari pada studi
epidemiologi. Pada Kanker pajanan untuk terjadinya karsinogen mulai > 20
tahun sebelum diagnosis.
k. Coronary Artery

22
Penyakit ini disebabkan oleh karena stres atau Carbon Monoksida dan
bahan kimia lain di tempat kerja.
l. Penyakit Liver
Sering didiagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus
atau sirosis karena alkohol. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan
toksik yang ada.
m. Masalah Neuropsikiatrik
Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja sering
diabaikan. Neuropatiperifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian
alkohol, atau tidak diketahui penyebabnya.Depresi SSP oleh karena
penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri. Kelakuan yang tidak baik
mungkin merupakan gejala awal dari stres yang berhubungan dengan
pekerjaan. Lebih dari 100 bahan kimia (a.I solven) dapat menyebabkan
depresi SSP. Beberapa neurotoksin (termasuk arsen, timah, merkuri, methyl,
butyl ketone) dapat menyebabkan neuropati perifer. Selain itu, Carbon
disulfide dapat menyebabkan gejala seperti psikosis.
n. Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya
Alergi dan gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan
kimia atau lingkungan sick building syndrome. Multiple Chemical
Sensitivities (MCS), misal: parfum, derivate petroleum, rokok.
Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya PAK adalah sebagai berikut:
1. Golongan fisik
a. Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaran sampai
dengan Non-induced hearing loss
b. Radiasi (sinar radio aktif) dapat mengakibatkan kelainan darah dan
kulit
c. Suhu udara yang tinggi dapat mengakibatkan heat stroke, heat cramps,
atau hyperpyrexia. Sedangkan suhu udara yang rendah dapat
mengakibatkan frostbite, trenchfoot atau hypothermia.
d. Tekanan udara yang tinggi dapat mengakibatkan caison disease
e. Pencahayaan yang tidak cukup dapat mengakibatkan kelahan mata.
Pencahayaan yang tinggi dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan.
2. Golongan kimia
a. Debu dapat mengakibatkan pneumokoniosis
b. Uap dapat mengakibatkan metal fume fever, dermatitis dan keracunan
c. Gas dapat mengakibatkan keracunan CO dan H2S

23
d. Larutan dapat mengakibatkan dermatitis
e. Insektisida dapat mengakibatkan keracunan
3. Golongan infeksi
a. Anthrax
b. Brucell
c. HIV/AIDS
4. Golongan fisiologis
Dapat disebabkan oleh kesalahan kontruksi, mesin, sikap badan yang
kurang baik, salah cara melakukan suatu pekerjaan yang dapat mengakibatkan
kelelahan fisik bahkan lambat laun dapat menyebabkan perubahan fisik pada
tubuh pekerja.
5. Golongan mental
Dapat disebabkan oleh hubungan kerja yang tidak baik atau keadaan
pekerjaan yang monoton yang menyebabkan kebosanan.

(TIM K3 FT UNY. 2014. Buku Ajar Keselamatan dan Kesehatan Kerja [K3].)

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor


PER01/MEN/1981 dan Keputusan Presiden RI No 22/1993 terdapat 31 jenis penyakit
akibat kerja yaitu sebagai berikut:
1. Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan
parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang
silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan
oleh debu logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan
oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik
6. Penyakit yang disebabkan oleh berillium atau persenyawaannya yang
beracun.

24
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang
beracun.
8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan
hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau
keracunan seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida atau
derivatnya yang beracun, amoniak, seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang
mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi
atau biologik.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk atau residu dari zat
tersebut.

25
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi
atau kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.

Diagnosis
Penyakit Akibat Kerja Secara teknis penegakan diagnosis dilakukan dengan cara
berikut ini:
1. Tentukan diagnosis klinis dengan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik
diagnostik dan pemeriksaan penunjang.
2. Tentukan pajanan terhadap faktor risiko dengan melakukan anamnesis
mengenai riwayat pekerjaan secara cermat dan teliti yang mencakup:
Kapan pertama kali bekerja, sudah berapa lama bekerja, apa yang
dikerjakan, bahan yang digunakan, informasi bahan yang digunakan (Material
Safety Data Sheet/MSDS), bahan yang diproduksi, jenis bahaya yang ada,
jumlah pajanan, kapan mulai timbul gejala, kejadian sama pada pekerja lain,
pemakaian alat pelindung diri, cara melakukan pekerjan, pekerjaan lain yang
dilakukan, kegemaran (hobi) dan kebiasaan lain (merokok, alkohol)
3. Membandingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan dalam keadaan tidak
bekerja
a. Pada saat bekerja maka gejala timbul atau menjadi lebih berat, tetapi
pada saat tidak bekerja atau istirahat maka gejala berkurang atau
hilang
b. Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja
c. Informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesis atau dari data
penyakit di perusahaan
4. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan catatan :
a. Tanda dan gejala yang muncul mungkin tidak spesifik
b. Pemeriksaan laboratorium penunjang membantu diagnostik klinis
c. Dugan adanya penyakit akibat kerja dilakukan juga melalui
pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis
5. Pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis

26
a. Seperti pemeriksaan spirometri dan rontgen paru
(pneumokoniosispembacaan standar ILO)
b. Pemeriksaan audiometrik
c. Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah atau urin
6. Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data hygiene perusahaan
yang memerlukan:
a. Kerja sama dengan tenaga ahli hygiene perusahaan
b. Kemampuan mengevaluasi faktor fisik dan kimia berdasarkan data
yang ada
c. Pengenalan secara langsung sistem kerja, intensitas dan lama
pemajanan
7. Konsultasi keahlian medis dan keahlian lain
a. Seringkali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis
klinis, kemudian dicari faktor penyebabnya di tempat kerja atau
melalui pengamatan (penelitian) yang relatif lebih lama
b. Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi dan dokter penasihat (kaitan
dengan kompensasi)

Pencegahan
Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit (five
level of prevention disease) pada penyakit akibat kerja, yakni:
a. Peningkatan kesehatan (health promotion).
Misalnya: penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik, pengembangan
kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja
yang memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi
tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
b. Perlindungan khusus (specific protection).
Misalnya: imunisasi, hygiene perorangan, sanitasi lingkungan, serta
proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan kerja dengan menggunakan alat
pelindung diri (APD) seperti helm, kacamata kerja, masker, penutup telinga
(ear muff dan ear plug) baju tahan panas, sarung tangan, dan sebagainya.

27
c. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan titik-titik
lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
d. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation).
Misalnya: memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara
komprehensif, mengobati tenaga kerja secara sempurna dan pendidikan
kesehatan.
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitation).
Misalnya: rehabilitasi dan mempekerjakan kemali para pekerja yang
menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba menempatkan
karyawan-karyawan cacat di jabatan yang sesuai.

Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah PAK adalah
sebagai berikut:
1. Menyingkirkan atau mengurangi risiko pada sumbernya, misalnya menggantikan
bahan kimia yang berbahaya dengan bahan yang tidak berbahaya.
2. Mengurangi risiko dengan pengaturan mesin atau menggunakan APD.
3. Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk mengurangi risiko lebih lanjut.
4. Menyediakan, memakai dan merawat APD [7]

28
29
BAB II

PENUTUP

. K3 adalah suatu bentuk usaha atau upaya bagi para pekerja untuk memperoleh

jaminan atas keselamatan dan kesehatan kerja dalam melakukan pekerjaan yang dapat

mengancam dirinya baik berasal dari individu maupun lingkungan kerjanya. Dalam

Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23 menyatakan bahwa

upaya K3 harus diselengarakan disemua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang

mempunyai resiko bahaya kesehatan. Rumah sakit dan klinik termasuk dalam kriteria

tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak

kesehatan, tidak hanya karyawan yang bekerja, tapi juga terhadap pasien maupun

pengunjung rumah sakit dan klinik

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Buraena,S. 2015. Modul Mahasiswa 3 Penyakit Akibat Kerja. Fakultas


Kedokteran Universitas Hasanuddin : Makassar
2. Zein,Umar.2012.Buku Saku Anamnesis.Medan: USU Press
3. Windi, Samad R., 2015.Penerapan Postur Tubuh Yang Ergonomis Oleh
Mahasiswa Tahap Profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
Selama Prosedur Perawatan.Dentofasial.Vol 14, No.1.Hal 32-34
4. Siboeo., haulian, Anna B (dkk). Penerapan 12 Prinsip Ergonomi Pada Ruang
Server (Studi Kasus Ruang Server Universitas Gajah Mada).
5. Ester jeini., 2020. Surveilens Kesehatan Masyarakat. Sumatera Barat :insan
cendekia mandiri
6. Direktorat kesehatan kerja dan olahraga.Tatalaksana penyakit akibat kerja bagi
dokter di fasilitas pelayanan Masyarakat
7. Salawati, L. 2015. Penyakit Akibat Kerja dan Pencegahan

i
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
\

47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71

Anda mungkin juga menyukai