Anda di halaman 1dari 4

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Konstipasi
1. Definisi Rematik.
Rematik adalah orang yang menderita rheumatism (encok), arthritis (radang
sendi) yang menyebabkan pembengkakan, (Utomo2005). Penyakit rematik meliputi
cakupan dari penyakit yang dikarakteristikkan oleh kecenderungan untuk
mengefek tulang, sendi, dan jaringan lunak (Soumya,2011).
Berdasarkan definisi diatas, bahwa penyakit rematik adalah penyakit sendi
yang disebabkan oleh peradangan pada persendian sehingga tulang sendi
mengalami destruksi dan deformitas serta menyebabkan jaringan ikat akan mengalami
degenerasi yang akhirnya semakin lama semakin parah.

2. Klasifikasi Rematik
Ditinjau dari lokasi patologis maka jenis rematik tersebut dapat dibedakan dalam
dua kelompok besar yaitu : Rematik articular dan rematik non artikular. Rematik
Artikular atau Arthritis (radang sendi) merupakan gangguan rematik yang berlokasi
pada persendian, diantaranya meliputi Arthritis Rheumatoid, Osteoarthritis, Olimiagia
Reumatik, Artritis gout Rematik non articular atau ekstra articular yaitu gangguan
rematik yang disebabkan oleh proses diluar persendian diantaranya Bursitis, Fibrositis,
Sciatica (Hembing,2006).
Rematik dapat dikelompokkan dalam beberapa golongan yaitu:

a. Osteoatritis
Penyakit ini merupakan kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang
lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan
nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan hambatan gerak pada sendi-sendi
tangan dan sendi besar menananggung beban.

b. Artritis Rematoid
Arthritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama Poliartritisprogresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien Atritis Rematoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga
menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.

c. Olimialgia Reumatik
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan
kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu, dan
panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun
keatas.

d. Artritis gout
Suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus, Artritis akut.
Penyakit ini terjadi pada pria dan wanita pada usia pertengahan.
3. Etiologi Rematik
Penyebab rematik hingga saat ini masih belum terungkap, Namun beberapa resiko
untuk timbulnya rematik diantara lain adalah:
a. Umur
Dari semua factor resiko timbulnya rematik, factor ketuaan adalah yang terkuat.
Prevalensi dan beratnya rematik semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
Rematik terjadi pada usia lanjut.

b. Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena rematik pada lutut dan pria lebih sering terkena pada
paha, pergelangan tangan dan leher.

c. Genetik
Faktor herediter juga berperan timbulnya rematik misalnya pada seorang ibu dari
seorang wanita dengan rematik pada sendi – sendi inter falang distal terdapat dua
kali lebih sering rematik pada sendi tersebut. Anaknya perempuan cenderung
mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibuknya.

d. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada rematik nampakya terdapat perbedaan
diantara masing-masing suku bangsa, misalnya rematik paha lebih jarang diantara
orang berkulit hitam dengan orang berkulit putih dan usia dari pada kaukasia.
Rematik lebih sering dijumpai pada orang – orang asli amerika dari pada orang
berkulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainanan kongenital dan pertumbuhan.

e. Kegemukan (Obesitas)
Berat badan berlebihan berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya
rematik pada pria dan wanita. Karena menahan beban berat badan sehinga
mengangu sendi.

4. Manifestasi Klinis
a. Nyeri pada anggota gerak.
b. Kelemahan otot.
c. Peradangan dan bengkak pada sendi.
d. Kekakuan sendi.
e. Kejang dan kontraksi pada otot.
f. Gangguan fungsi.
g. Sendiberbunyi (Krepitasi)
h. Sendi goyah.
i. Timbulnya perubahan bentuk (Deformitas).
j. Timbulnya benjolan nodul

5. Patofisiologi
Peradangan AR berlangsung terus-menerus dan menyebar ke struktur – struktur
sendi dan sekitarnya termasuk tulang rawan sendi dan kapsul fibrosa sendi. Ligamentum
dan tendon meradang. Peradangan ditandai oleh penimbunan sel darah putih, pengaktivan
komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan parut. Peradangan kronik
akan menyebabkan membran sinovium hipertrofi dan menebal sehingga terjadi hambatan
aliran darah yang menyebabkan nekrosis sel dan respons peradangan berlanjut. Sinovium
yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus.
Panus dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga semakin merangsang
peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara lambat merusak sendi
dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas.

6. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menyokong diagnose ( ingat bahwa ini terutama merupakan diagnose
klinis) :
1) Tes serologic
2) Rematoid – 70% pasien bersifat sero negatif. Catatan: 100% dengan faktor
rematoid yang positif jika terdapat nodul atasindroma Sjogren.
3) Antibodi antinukleus (AAN) – hasil yang positif terdapat pada kira – kira 20
kasus.
4) Foto sinar X pada sendi – sendi yang terkena, perubahan – perubahan yang dapat
di temukan adalah : Pembengkakan jaringan lunak, Penyempitan rongga sendi,
Erosi sendi, Osteoporosisjuksta artikule
5) Untuk menilai aktivitas penyakit:
 Erosi progresif pada foto sinar X serial.
 LED. Ingat bahwa diagnosis banding dari LED yang meningkat pada
artritis reumatoid meliputi : penyakit aktif, amyloidosis, infeksi, sindroma
Sjorgen
 Anemia : berat ringannya anemia norma kromik biasanya berkaitan
dengan aktifitas.
 Titer factor rematoid : makin tinggi titernya makin mungkin terdapat
kelainan ekstra artikuler.
 Faktor ini terkait dengan aktifitas artritis
7. Pencegahan Rematik
a. Hindari kegiatan tersebut apabila sendi sudah terasa nyeri, sebaiknya berat badan
diturunkan.
b. Istirahat yang cukup.
c. Hindarilah makanan secara berlebihan fakor pencetus rematik. Makanan yang
mengandung banyak purin misalnya : daging, jeroan, babat, usus, hati.

B. Konsep lansia
1. Definisi
Lansia Dari beberapa referensi yang ada menjelaskan bahwa pengertian lanjut
usia menurut undang-undang No. 4 tahun 1965 adalah seseorang yang mencapai 55
tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan
hidupnya sehari-hari (Darmojo & Martono, 2006).
Sedangkan menurut undang-undang No. 13 tahun dinyatakan bahwa usia 60
tahun keatas disebut sebagai lanjut usia (Noorkasiani, 2009). Lanjut usia ini
dibedakan menjadi dua jenis yaitu usia kronologis yang dihitung berdasarkan tahun
kalender, usia biologis yang diterapkan berdasarkan pematangan jaringan dan usia
psikologis yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang untuk dapat mengadakan
penyesuaian terhadap setiap situasi yang dihadapinya (Noorkasiani, 2009).
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
terrtentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
suatu proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya,
yaitu anak, dewasa dan tua.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran
fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai
ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat
dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2008). Jadi usia lanjut dapat
kita artikan sebagai seseorang yang berusia 60 tahun keatas dimana proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya.

2. Batasan Usia Lanjut


Batasan umur lansia menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut
usia meliputi (Notoadmodjo, 2007).
a. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59 tahun.
b. Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia antara 60-70 tahun.
c. Usia lanjut tua(old)adalah kelompok usia antara 71-90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia di atas 90 tahun.
Sedangkan menurut Undang-Undang nomer 13 tahun 1998 Menjelaskan
tentang kesejahteraan lanjut usia yang termaktub dalam BAB I pasal 1 ayat 2 yaitu bahwa
“lanjut usia adalah seseorang yang mencapai umur diatas 60 tahun”.
Sedangkan menurut Sumiati (2000) Membagi periodesasi biologis perkembangan
hidup manusia sebagai berikut : Umur 40-65 tahun : masa setengah umur
(prasenium), Umur 65 tahun keatas : masa lanjut usia (senium).
Sedangkan menurut Setyonegoro (dalam Nugroho, 2008) Pengelompokan usia
lanjut sebagai berikut : Lajut usia (geriatric age) lebih dari 65 atau 70 tahun,
Young age yaitu umur 70-75 tahun, Old yaitu umur 75-80 tahun, Very old yaitu umur
lebih dari 80 tahun.

3. Perubahan-Perubahan yang terjadi pada Lansia


Perubahan Pada Sistem Gastrointestinal Proses penuaan memberikan pengaruh
pada setiap bagian dalam saluran gastrointestinal (GI) dalam beberapa derajat.
Namun, karena luasnya persoalan fisiologis pada sistem gastrointestinal, hanya
sedikit masalah-masalah yang berkaitan dengan usia yang dilihat dalam kesehatan
lansia. Banyak masalah-masalah gastrointestinal yang dihadapi oleh lansia lebih erat
dihubungkan dengan gaya hidup mereka. Mitos umum dikaitkan dengan fungsi
normal saluran gastrointestinal dan perubahan-perubahan kebutuhan nutrisi lansia
(Stanley, 2007).

Anda mungkin juga menyukai