Disusun oleh :
FAKULTAS
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
ini dengan judul “Pengaturan Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia” dengan
baik. Melalui penugasan ini diharapkan dapat memberi wawasan yang cukup kepada
Penulis mengucapkan terimakasih yang tinggi pada semua pihak yang telah
membantu menyiapkan dan menyusun makalah ini. Kritik dan saran perbaikan sangat
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................6
2.1 Materi Muatan Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945.....................................6
2.2 Perbaikan Sistem Hukum.................................................................................8
2.3 Meningkatkan Kesadaran Hukum....................................................................9
BAB III....................................................................................................................11
PENUTUP...............................................................................................................11
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................11
3.2 Saran...............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................12
1
BAB I
PENDAHULUAN
Hak Asasi Manusia dalam bahasa Perancis disebut “Droit L’Homme”, yang
artinya hak-hak manusia dan dalam bahasa Inggris disebut Human Rights. Seiring
dengan perkembangan ajaran negara hukum, dimana manusia atau warga negara
mempunyai hak-hak utama dan mendasar yang wajib dilindungi oleh Pemerintah,
maka muncul istilah Basic Rights atau Fundamental Rights. Apabila diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia adalah merupakan hak-hak dasar manusia atau lebih dikenal
Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang dimiliki dan melekat dalam diri
setiap individu manusia dalam suatu Negara. Dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia, disebutkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh Negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
Dalam UUD 1945 Pasal 28I ayat (1) juga disebutkan bahwa perlindungan,
pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi adalah tanggung jawab Negara,
terutama pemerintah. Demikian juga bunyi pasal 8 UU No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia. Bunyi pasal-pasal tersebut kemudian dipertegas lagi dalam Pasal
71 dan Pasal 72 UU No. 39 tahun 1999, yang menyatakan bahwa Pemerintah wajib
3
dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan hak
lain, dan hukum Internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh Negara
Republik Indonesia.
Munculnya istilah HAM adalah produk sejarah. Istilah itu pada awalnya adalah
keinginan dan tekad manusia secara universal agar mengakui dan melindungi hak-hak
dasar manusia. Dapat dikatakan bahwa istilah tersebut bertalian erat dengan realita sosial
dan politik yang berkembang. Para pengkaji HAM mencatat bahwa kelahiran wacana
HAM adalah sebagai reaksi atas tindakan despot yang diperankan oleh penguasa.
bahwa dirinya memiliki kehormatan yang harus dilindungi. Sebagai bagian dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara maka penegakan HAM sangat tergantung dari
konsistensi lembaga negara. Memang, persoalan HAM bukanlah berada dalam wilayah
politik, namun dalam praktik bernegara, terlaksananya HAM secara baik dan
bertanggung jawab sangat tergantung kepada political will dan political action dari
penyelenggara negara.
1.3 Tujuan
2. Mengetahui dan memahami muatan materi hak asasi manusia dalam UUD 1945;
3. Mengetahui dan memahami muatan materi hak asasi manusia dalam Konstitusi RIS;
4
4. Mengetahui dan memahami muatan materi hak asasi manusia dalam UUDS 1950;
5. Mengetahui dan memahami muatan materi hak asasi manusia dalam UUD NRI
5
6
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Indonesia merupakan Negara hukum.
Konsep rechtsstaat dan rule of law didasarkan pada konsep Negara hukum menurut
pandangan Plato, yakni sebuah Negara yang dipimpin oleh orang bijaksana dan warga
negaranya terdiri atas kaum filosof yang bijak, militer dan tehnokrat, petani dan
pedagang. Setelah ratusan tahun, bentuk konkrit Negara hukum diformulasikan oleh
para ahli ke dalam rechtsstaat dan rule of law yang merupakan gagasan konstitusi
Menurut steenbeek, sebagaimana dikutip oleh Sri Soemantri berisi tiga pokok
penting bahwa setiap penguasa dalam Negara tidak dapat dan tidak boleh bertindak
sewenang-wenang terhadap warga negaranya. Bahkan adanya hak-hak dasar itu juga
dalam Negara dan hak-hak dasar warga Negara. Konstitusi merupakan napas
perwujudan konsesus dan penjelmaan dari kemauan rakyat memberikan jaminan atas
keberlangsungan hidup secara nyata. Oleh karena itu, jaminan konstitusi atas hak asasi
7
manusia adalah bukti dari hakikat, kedudukan, dan fungsi konstitusi itu sendiri bagi
Menyikapi jaminan UUD 1945 atas hak asasi manusia, terdapat pandangan yang
1. Mereka yang berpandangan bahwa UUD 1945 tidak memberikan jaminan atas hak
2. Mereka yang berpandangan UUD 1945 memberikan jaminan atas hak asasi
3. Mereka yang berpandangan bahwa UUD 1945 hanya memberikan jaminan pokok-
Pandangan pertama didukung oleh Mahfud MD dan Bambang Sutiyoso, hal ini
didasarkan bahwa istilah hak asasi manusia tidak ditemukan secara eksplisit di dalam
1945 hanya ditemukan pencantuman dengan tegas perkataan hak dan kewajiban warga
10
Negara dan hak-hak DPR. Menurut Mahfud MD tidak sedikit orang yang
berpendapat bahwa UUD 1945 itu sebenarnya tidak banyak memberi perhatian pada
hak asasi manusia, bahkan UUD 1945 tidak berbicara apapun tentang hak asasi
manusia universal kecuali dalam dua hal, yaitu sila ke empat pancasila yang meletakan
asas “kemanusiaan yang adil dan beradab” dan pasal 29 yang menderivasikan jaminan
11
“kemerdekaan tiap penduduk untuk memeluk agama dan beribadah”.
dalam UUD 1945 belum tersusun secara sistematis. Oleh sebab itu, nilai-nilai hukum
dari hak-hak asasi itu kurang mendapat perhatian, akan tetapi karena susunan UUD
1945 merupakan inti dasar kenegaraan, yang dapat dirumuskan sebagai hasil
8
perundingan antara pemimpin dari seluruh aliran masyarakat, yang diadakan pada
Jaminan perlindungan atas hak asasi manusia yang terdapat dalam Undang
1. Hak atas persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, Pasal 27 Ayat
(1).
2. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, Pasal 27 Ayat (2).
3. Hak berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan,
Pasal 28.
4. Hak memeluk dan beribadah sesuai dengan ajaran agama, Pasal 29 Ayat (2).
7. Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan daerah, Pasal 32.
9. Hak fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara, Pasal 34.
9
memberikan pengaruh terhadap kualitas produk peraturan perundang-undangan
yang akan dibuat.
2) Substansi adalah apa yang di kerjakan dan dihasilkan oleh mesin itu, yang berupa
putusan dan ketetapan, aturan baru yang mereka susun, substansi juga mencakup
aturan yang hidup dan bukan hanya aturan yang ada dalam kitab undang-
undang[31]. Selain itu, substansi suatu peraturan perundang-undangan juga
dipengaruhi sejauh mana peran serta atau partisispasi masyarakat dalam
merumuskan berbagai kepentingannya untuk dapat diatur lebuh lanjut dalam
suatu produk peraturan perundang-undangan.
Partisipasi berarti ada peran serta atau keikutsertaan (mengawasi, mengontrol dan
mempengaruhi) masyarakat dalam suatu kegiatan pembentukan peraturan, mulai
dari perencanaan sampai dengan evaluasi pelaksanaan UU[32]. Adanya
partisipasi masyarakat dalam pembentukan suatu undang-undang memungkinkan
substansi dari suatu undang-undang berasal dari pemikiran atau ide yang
berkembang didalam masyarakat yang akan digulirkan masuk kedalam lembaga
atau badan legislatif, dan didalam lembaga inilah pemikiran atau ide tersebut
kemudian dirumuskan untuk dijadikan sebagai undang-undang[33].
3) Sedangkan kultur hukum menyangkut apa saja atau siapa saja yang memutuskan
untuk menghidupkan dan mematikan mesin itu, serta memutuskan bagaimana
mesin itu digunakan, yang mempengaruhi suasana pikiran sosial dan kekuatan
sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari atau
disalahgunakan[34]. Untuk itu diperlukan membentuk suatu karakter masyarakat
yang baik agar dapat melaksanakan prinsip-prinsip maupun nilai-nilai yang
terkandung didalam suatu peraturan perundang-undangan (norma hukum).
Terkait dengan hal tersebut, maka pemanfaatan norma-norma lain diluar norma
hukum menjadi salah satu alternatif untuk menunjang imeplementasinya norma
hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Misalnya, pemanfaatan
norma agama dan norma moral dalam melakukan seleksi terhadap para penegak
hukum, agar dapat melahirkan aparatur penegak hukum yang melindungi
kepentingan rakyat, maupun sebagai norma pelengkap dalam rangka menegakkan
hukum.
Secara umum, jika ingin keluar dari keterpurukan hukum maka sistem hukum
perlu diperbaiki secara keseluruhan dan diisi oleh komponen yang benar-benar
ingin memperbaiki hukum dan bukannya mencari keuntungan dan
menyalamatkan kepentingan diri dan kelompoknya.
10
demikian, kesadaran akan pentingnya hukum dan HAM dari setiap masyarakat
diperlukan untuk mendukung efektifitas hukum dan HAM.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengaturan tentang hak asasi manusia sebelum amandemen UUD 1945 diatur
sebagai hak dan kewajiban warga Negara Republik Indonesia yang di dalamnya
terkandung nilai-nilai hak asasi manusia dan diatur dalam Pasal 27 sampai dengan 34.
Pengaturan hak asasi manusia setelah amandemen Undang-Undang Dasar 1945 diatur
Hak asasi manusia dalam konstitusi Indonesia diatur seimbang antara hak dan
kewajiban setiap orang sehingga tercipta suatu kehidupan yang harmoni. Selain itu
terdapat pembatasan bagi setiap orang dalam menjalankan hak dan kewajibannya.
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang
adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum
3.2 Saran
sebagaimana mestinya. Jangan hanya dijadikan sebagai aturan tertulis. Pengaturan hak
asasi manusia harus dapat mengikuti perkembangan yang ada di masyarakat. Selain
itu, masyarakat dan pihak lain harus dapat meningkatkan kesadaran atas pentingnya
menghormati hak-hak sesamanya yang menjadi pembatas hak dirinya sendiri demi
Effendi, A. Masyhur. 2005. Perkembangan Dimensi Hak Asasi Manusia (HAM) &
Proses Dinamika Penyusunan Hukum Hak Asasi Manusia (HAKHAM). Bogor. Ghalia
Utama.
Irmansyah, Rizky Ariestandi. 2013. Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Demokrasi.
Ismatullah, Dedy, Asep A. Sahid. 2007. Ilmu Negara dalam Multi Perspektif
Kekuasaan, Masyarakat, Hukum dan Agama, ed. VII. Bandung. Pustaka Setia. Muladi.
2007. Hak Asasi Manusia- Hakekat, Konsep, & Implikasinya Dalam Perspektif
Perbawati, Candra. 2019. Konstitusi dan Hak Asasi Manusia. Lampung. Pusat Kajian
Soemantri, Sri. 1992. Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia. Bandung. Alumni.