Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“MASA KENABIAN PERIODE MADINAH”

Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Sejarah Pradaban Islam
Dosen Pengampuh : Muhammad Asra, S.Hum, M.A

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III

Akbar Wirajudha
Ningsi Wulandari

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM Al-MAWADDAH WARRAHMAH
KOLAKA 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Masa Kenabian Periode Madinah”.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam
kesempatan ini penuulis mengucapkan rasa terim kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari baik materi
maupun cara penulisannya. Namun, demikian penulis telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan, saran dan usulan guna menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya kami selaku penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.

Kolaka, 24 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3
A. Pembentukan Sistem Sosial Kemasyarakatan di Madinah ..................................... 3
B. Pembentukan Sistem Politik Ketatanegaraan di Madinah ...................................... 5
C. Pembentukan Sistem Keamanan dan Militer di Madinah....................................... 5
D. Pembentukan Sistem Ketahanan Ekonomi di Madinah........................................... 6
E. Metode dan Strategi Dakwah Rasullulah di Madinah............................................. 7

BAB III PENUTUP........................................................................................................... 8


A. Kesimpulan ............................................................................................................. 8
B. Saran ....................................................................................................................... 8

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak kedatangan Nabi Muhammad SAW ke Yarsrib, maka seketika itu lah juga
berubalah namanya kota Yarsrib menjadi Madinatun Nabawi artinya kota Nabi, selanjutnya
disebut Madinah. Sejak menetapnya di Madinah Nabi Muhammad SAW mulai mengatur
siasat dan membentuk masyarakat Islam yang bebas dari ancaman dan tekanan serta
intimidasi. Jadi hijrahnya Nabi Muhammad SAW itu sendiri merupakan langkah awal
terbentuknya Daulah Islamiyah yang pertama di muka bumi pada saat itu.
Nabi Muhammad SAW mempunyai kedudukan yang istimewa bukan saja sebagai
pemimpin agama, namun juga sebagai kepala Negara, dengan kata lain dalam diri Nabi
terkumpul dua kekuasaan yaitu spiritual dan duniawi. Kedudukan Nabi sebagai Rasul secara
otomatis merupakan sebagai kepala Negara.
Adapun yang melatar belakangi hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah antara
lain :
1. Kondisi kota Makkah yang tidak aman bagi kaum muslimin. Ini disebabkan karena
makin besarnya tekanan yang dilakukan oleh kaum Quraisy. Hal ini terjadi karena
meninggalnya orang-orang yang disegani oleh kafir Quraisy.
2. Tawaran dan undangan kepada Nabi Muhammad SAW untuk hijrah ke Madinah. Jauh
sebelum peristiwa hijrah dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya, sejumlah
pemimpin kabilah di Madinah dari bani Khuraidhah dan bani Khuzraj pernah
mendatangi Rasulullah SAW. yang menyatakan bahwa masyarakat Madinah sanggup
melindungi Rasul maupun pengikutnya. karena merekalah yang telah menolong Nabi
dan para sahabatnya sesampai di Madinah.
3. Turunnya perintah kepada Nabi Muhammad SAW. Untuk melakukan hijrah. Sebelum
Rasulullah hijrah ke Madinah para sahabat telah terlebih dahulu melaksanakan hijrah
ke Madinah dengan cara sembunyi-sembunyi sampai turunya perintah dari Allah
SWT.

Selama 13 tahun Rsulullah SAW berdakwa di mekah, Nabi Muhammad SAW telah
banyak mengalami pertentangan dan permusuhan. Namun di Madinah merupakan kota yang
penduduknya lebih mudah menerima ajaran rasul dari pada penduduk mekkah. Masyarakat
Madinah menyambut kedatangan Muhammad dengan suka cita, orang-orang Madinah
berbondong-bondong memeluk agama islam. Oleh karena itu islam lebih cepat berkembang
di madinah.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana Pembentukan Sistem Sosial dan Kemasyarakatan di Madinah ?
2. Bagaimana Pembentukan Sistem Politik dan Ketatanegaraan di Madinah ?
3. Bagaimana Pembentukan Sistem Keamanan dan Militer di Madinah ?
4. Bagaimana Pembentukan Sistem Ketahanan Ekonomi di Madinah ?
5. Bagaimana Metode dan Strategi Dakwah Rasullulah di Madinah ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui Pembentukan Sistem Sosial dan Kemasyarakatan di Madinah!
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Pembentukan Sistem Politik dan Ketatanegaraan di
Madinah!
3. Untuk mengetahui Bagaimana Pembentukan Sistem Keamanan dan Militer di
Madinah!
4. Untuk Mengetahui Pembentukan Sistem Ketahanan Ekonomi di Madinah!
5. Untuk Mnegetahui Metode dan Strategi Dakwah Rasullulah di Madinah!

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari adanya pembahasan lebih lanjut mengenai topik yang
terkait (Masa Kenabian Periode Madinah) yaitu :
1. Membantu memahami tentang masa kenabian priode madinah.
2. Memperluas wawasan yang berkekanaan tentang masa kenabian priode madinah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembentukan Sistem Sosial Kemasyarakatan di Madinah


Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru umat islam di Madinah,
Nabi Muhammad SAW melakukan langkah-langkah prubahan mendasar kehidupan
bermasyarakat. Adapun langkah-langkah prubahasan sosial itu terbukti dengan adanya :

1. Pembangunan Masjid

Pada saat dahulu masjid adalah pradaban umat Islam selain untuk tempat beribadah
(shalat), pembangunan masjid juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum
muslimin sekaligus mempererat tali jiwa mereka. Selain itu, masjid sebagai tempat
bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Bahkan, masjid pada masa
nabi berfungsi sebagai pusat pemerintahan yang mana menjadi faktor yang mempersatukan
mereka.

a. Pembangunan masjid Quba

Pembangunan masjid Quba di bangun atas sebidang tanah milik keluarga Kalsum bin
Hadam dari Kabilah Amir bin Auf yang di waqafkannya kepada Nabi Muhammad SAW.
Setibanya di Quba. Ketika itu, Quba merupakan sebuah kawasan pinggiran Yatsrib dan
terletak sekita 3 km di selatan madinah.[1]

b. Pembangunan masjid Nabawi

Selain masjid Quba, Masjid merupakan salah satu masjid yang dibangun langsung
oleh Nabi Muhammad SAW. Masjid ini di bangun pada bulan Rabi’ul Awal tahun pertama H
atau bertepatan pada bulan September 662 M
Sejak awal berdirinya, Masjid nabawi bukan hanya tempat untuk ber ibadah
melainkan juga tempat untuk belajar kaum muslimin (kaum Anshar dan Muhajirin) untuk
mmperbolehkan pengajaran islam dan bimbingan dari Nabi SAW. Selain itu, masjid ini juga
sebagai tempat pertemuan dan untuk mempersatukan berbagai unsur kekabilahan dan sisa-
sisa pengaruh perselisihan semasa jahiliah. Tidak hanya itu, Masjid Nabawi juga sebagai

1
Al-azizi, Abdul Syukur, Sejarah Terlengkap Pradaban Islam (Baturetno Banguntapan Yogyakarta: Wardi,
2017), hlm 33

3
tempat mangatur segala urusan sekaligus sebagai gedung parlemen untuk bermusyawarah dan
menjalan roda pemerintahan yang di pimpin Nabi Muhammad SAW.[2]

2. Persaudaraan sesama kaum muslim

Nabi mepersaudarakan antara golongan muhajirin, orang-orang yang hijrah dari


Makkah ke Madinah, dan Anshar, penduduk Madinah yang sudah masuk Islam dan ikut
membantu kaum Muhajirin tersebut. Dengan demikian, diharapkan, setiap Muslim merasa
terikat dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan. Apa yang dilakukan Rasulullah ini
berarti menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan berdasarkan
agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah.[3]

Ikatan persaudaraan Anshar dan Muhajirin melebihi ikatan persaudaraan karena


pertalian darah, sebab ikatannya berdasar iman. Terbukti apa yang dimiliki Anshar
disediakan penuh untuk saudaranya Muhajirin. Rasulullah mempersaudarakan di antara kaum
muslimin. Mereka kemudian membagikan rumah yang mereka miliki, bahkan juga istri-istri
dan harta mereka. Persaudaraan ini terjadi lebih kuat daripada hanya persaudaraan yang
berdasarkan keturunan.

3. Persahabatan antara kaum muslim dengan kaum non muslim

Di Madinah, ada tiga golongan manusia, yaitu kaum muslimin, orang-orang arab,
serta kaum non muslim, dan orang-orang yahudi (Bani Nadhir, Bani Quraizhah, dan Bani
Qainuqa’). Rasulullah melakukan satu kesepakatan dengan mereka untuk terjaminnya sebuah
keamanan dan kedamaian. Juga untuk melahirkan sebuah suasana saling membantu dan
toleransi diantara golongan tersebut.
Nabi Muhammad SAW. Mengadakakan ikatan perjanjian dengan mereka. Sebuah
piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi sebagai satu komunitas di
keluarkan. Dalam perjanjian tersebut dengan jelas di sebutkan bahwa Nabi Muhammad
SAW. Menjadi Kepala Pemerintahan Karena sejauh menyangkut peraturan dan tata tertip
umum, otoritas mutlak di berikan kepada beliau.

B. Pembentukan Sistem Politik dan Ketatanegaraan di Madinah


2
Ibid, hlm 39
3
Yatim, Badri, Sejarah Pradaban Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm 26

4
Islam adalah agama dan sudah sepantasnya jika di dalam Negara diletakkan dasar-
dasar Islam maka turunlah ayat-ayat Al-Quran pada periode ini untuk membangun legalitas
dari sisi-sisi tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah dengan perkataan dan
tindakannya. Hidupla kota Madinah dalam sebuah kehidupan yang mulia dan penuh dengan
nilai-nilai utama. Terjadi sebuah persaudaraan yang jujur dan kokoh, ada solidaritas yang erat
diantara anggota masyarakatnya. Dengan demikian berarti bahwa inilah masyarakat Islam
pertama yang dibangun Rasulullah dengan asas-asasnya yang abadi. Maka Nabi Muhammad
SAW membuat sebuah perjanjian yang disebut dengan “Piagam Madinah” yang berisi asas-
asas ketatanegaraan.

Adapun pokok-pokok ketentuan Piagam Madinah, antara lain ialah sebagai berikut :

1. Seluruh masyarakat yang menandatangani harus bersatu padu di bawah payung


perdamaian.
2. Jika salah satu kelompok yang turut menandatangani piagam tersebut diserang, maka
kelompok yang lain harus membelanya.
3. Tidak boleh pada satu kelompok pun yang menggalang kerja sama dengan kafir
Quraisy atau membantu mereka melakukan perlawanan terhadap masyarakat
Madinah.
4. Orang Islam, Nasrani, dan Yahudi, serta seluruh masyarakat Madinah yang lain, bebas
memeluk agama dan keyakinan masing-masing, dan mereka di jamin kebebasannya
dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinannya masing-masing.
5. Urusan pribadi atau perseorangan, atau perkara-perkara kecil kelompok nonmuslim
tidak harus melibatkan pihak-pihak lain secara keseluruhan.
6. Setiap bentuk penindasan di larang.
7. Mulai hari ini, segala bentuk pertumpahan darah, pembunuhan, dan penganiyayaan
diharamkan di seluruh negri Madinah.
8. Muhammad SAW, menjadi kepala pemerintahan Madinah dan memegang kekuasaan
peradilan yang tinggi.[4]

C. Pembentukan Sistem Keamanan dan Militer di Madinah


Pada tahun 9 H terjadi peningkatan aliansi politik beberapa kabilah. Hal itu terjadi
sebagaimana disebutkan terdahulu sebagai akibat dari Piagam Madinah dan karena
kepiawaian Nabi sebagai ahli strategi dan diplomasi. Ia mengutamakan pendekatan
4
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Arab (Jakarta: Logos, 1997), hlm 46

5
diplomatik daripada pendekatan militer. Sebagai panglima perang, Nabi Muhammad Saw
telah teruji dalam sejumlah peperangan yang diikutinya. Semua peperangan yang dilakukan
oleh umat Muslim adalah dalam rangka untuk mempertahankan diri. Termasuk dalam
peristiwa Fathu al-Mekah yang monumental, karena dikenal sebagai peperangan tanpa
[5]
pertumpahan darah.
Banyak peristiwa perang yang dilalui oleh Nabi Muhammad SAW di antaranya
perang Badar 624 Masehi, perang Uhud 625 Masehi, perang Khandaq 627 Masehi, perang
Khaibar 629 Masehi, perang Mu’tah 629 Masehi, peristiwa pembebasan Makkah 630 Masehi,
perang Hunain yang kejadiannya tidak lama setelah pembebasan oleh kaum Muslim dan
perang Tabuk 9 Hijeriah. Ini membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW di samping
sebagai rasul, tapi juga sebagai jendral lapangan dan pemimpin Negara, sehingga sehingga
Nabi pernah mengatur siasat perang dan mengizinkan perang dengan dua syarat, pertama
untuk mempertahankan diri dan melindungi haknya, dan kedua menjaga keselamatan dalam
penyebaran kepercayaan dan mempertahankanya dari orang-orang yang menghalangi.

D. Pembentukan Sistem Ketahanan Ekonomi di Madinah


Negara Madinah telah berkembang menjadi sebuah negara yang memiliki wilayah
meliputi seluruh jazirah Arab. Seiring dengan luasnya wilayah kekuasaan negara Madinah
itu, permasalahan yang turut dihadapi dan dikelola oleh pemerintahan negara pun menjadi
semakin banyak dan kompleks. Negara membutuhkan biaya yang besar dalam melaksanakan
fungsi dan kewajibannya untuk menjaga keselamatan negara dan rakyatnya, serta
meningkatkan kesejahteraan warga negara. Agar dapat terhimpun dana yang menjamin
terlaksananya fungsi dan kewajiban negara, maka sistem iuran seperti yang tertuang dalam
Piagam Madinah, sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan lagi. Sebagai gantinya, diperlukan
adanya pungutan tetap terhadap kekayaan yang dimiliki oleh warga negara. Bagi warga
negara Muslim, dikenakan pungutan zakat atas hasil pertanian, peternakan dan harta yang
berkembang yang telah mencapai batas kekayaan (nisab), sedangkan bagi Dzimmi dikenakan
jizyah atau pajak kepala dan kharaj atau pajak tanah.[6]

E. Metode dan Strategi Dakwah Rasullulah di Madinah

5
Wilaela, Sejarah Islam Klasik. (Riau: Fakultas Ushuluddin UIN, 2016), hlm 136
6
Ibid, hlm 135

6
Adapun metode dan strategi yang di lakukan Rasullulah yakni beliau membangun
masjid sebagi tempat ibadah dan media mengumpulkan pengikutnya serta bermusyawarah
tentang rencana berikutnya, dan langkah selanjutnya Rasullulah dengan ikatan persaudaraan
antara umat Islam beliau mantapkan dengan meletakkannya atas satu landasan, yaitu Islam
bukan etnis, stratta sosial dan sebaginya. Setelah itu, barulah Nabi Muhammad SAW
membangun politik ketatanegaraan yang di mulai dengan terciptanya Perjanjian Madinah
(Piagam Madinah) dan beliau sendiri sebagi kepala Negara.
Di samping itu, ada beberapa hal yang menjadi modal kesuksesan utama Nabi
Muhammad SAW dalam berdakwah sehingga mudah di terima oleh segala lapisan
masyarakat yang mendambakan kebenaran dan ketentraman, di antaranya adalah :
1. Meletakkan dasar keimanan yang kokoh,
2. Menciptakan keteladanan yang baik seperti yang dilukiskan Al Qur’an,
3. Menetapkan persamaan derajat manusia dengan mengangkat harkat dan martabat
mereka di atas toleransi,
4. Menjadikan Ukhuwah Islamiyah sebagai tiang kebudayaan ,
5. Pembinaan sistem Akhlakul Karimah dan pendidikan dalam menjalani kehidupan,
6. Menegakkan secara bersama-sama Syari’at Islam menuju Muslim Kaffah [7]

BAB III
PENUTUP
7
Saufi, Akhmal, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), hlm 56

7
A. Kesimpulan

Hijrahnya Nabi ke Madinah, memberikan dampak positif bagi umat Muslim.


Disamping itu, membuat peradaban Islam di Madinah mencakup segala aspek kehidupan,
diantaranya Nabi sebagai pemimpin bangsa, pemimpin politik, mengatur sosial
kemasyarakatan dan juga membentuk kekuatan militer.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan di atas dan simpulan yang telah di kemukakan sebelumnya,


Penulis berharap dari adanya tugas ini dapat memberikan manfaat yang banyak bagi para
pembaca terutama mahasiswa dan Penulis juga menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan oleh karena penulis sangat mengapresiasi
kritik dan saran dari para pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA

Al-azizi, Abdul Syukur. 2017. Sejarah Terlengkap Pradaban Islam. Baturetno Banguntapan
Yogyakarta: Wardi
Ali, mufrodi. 1997. Islam di Kawasan Arab. Jakarta: logos
Wilaela. 2016. Sejarah Islam Klasik. Riau: Fakultas Ushuluddin UIN
Saufi, Akhmal. 2015. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Deepublish
Yatim, Badri. 2015. Sejarah Pradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers

iii

Anda mungkin juga menyukai