Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS :

LAPORAN PENDAHULUAN DAN


ASUHAN KEPERAWATAN KMB MINGGU KE 1
PADA Tn. B DENGAN DIABETES MELLITUS
DI KRI RAMDANI HUSADA

KEPERAWATAN KMB

DISUSUN OLEH :

DINDA INDRASWARI
NIM : 2021001804

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN MALANG
PROFESI NERS T.A. 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELLITUS

A. Pengertian
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan
karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat defisiensi insulin atau resistensi
insulin. (Suyono, 2018).
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripoada rentang kadar puasa
normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 – 160 mg /100 ml
darah . (Elizabeth J. Corwin, 2001 dalam Misdawati, 2014).

B. Klasifikasi
Menurut Rudijanto (2014) klasifikasi Diabetes melitus menurut American Diabetes
Association, yaitu :
1. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes tipe ini terjadi akibat kerusakan pankreas yang menyebabkan terjadinya
defisiensi insulin yang absolut dan seringkali didiagnosa pada usia anak-anak atau
remaja. Kerusakan tersebut disebabkan oleh proses autoimun dan proses yang tidak
diketahui (idiopatik). Kelangsungan hidup bagi diabetisi tipe 1 ini memerlukan asupan
insulin dari luar.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Sekitar 95% penyandang diabetes merupakan penyandang diabetes melitus tipe 2.
Tingginya kadar glukosa darah disebabkan karena penurunan produksi insulin oleh
pankreas dengan latar belakang resistensi insulin. Pada tipe ini terkadang diperlukan
pemberian insulin dari luar apabila produksi insulin oleh pankreas sudah sangat
menurun, sehingga glukosa darah tidak dapat lagi dikendalikan dengan pengaturan pola
hidup sehat bersama pemberian obat-obatan yang diminum (obat anti diabetes oral)
3. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes gestasional merupakan kelompok para ibu dengan peningkatan kadar glukosa
darah yang abnormal pada saat kehamilan dan akan kembali normal setelah melahirkan.
Tipe ini merupakan faktor risiko terjadinya diabetes melitus pada masa mendatang.

C. Patofisiologi
Menurut Brunner dan Suddarth (2002) dalam Nuari (2017) pada DM tipe I terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel pankreas telah dihancurkan oleh
proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah
makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam
urine (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotic. Pasien mengalami peningkatan dalam
berkemih (polyuria) dan rasa haus (polidipsi).
Pada DM tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor
khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi
suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi
tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan
insulin yang disekresikan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin
yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit
meningkatkan. Namun jika sel-sel tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan
insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Sedangkan pada
diabetes gestasional terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya.
Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormon-hormon plasenta. Sesudah
melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang menderita diabetes gestasional akan
kembali normal.

D. Patogenesis
Menurut Suyono (2018) pathogenesis diabetes melitus, dibagi menjadi dua yaitu :
1. Patogenesis diabetes tipe 1
Diabetes ini terjadi karena adanya reaksi autoimun sehingga produksi insulinnya tidak
ada. Pada individu dengan diabetes tipe 1, terdapat adanya ICA (Islet Cell Antibody)
yang meningkat kadarnya oleh karena beberapa faktor pencetus seperti infeksi virus,
contohnya virus rubella, herpes, dll hingga timbulnya peradangan pada sel beta
(insulitis) yang akhirnya menyebabkan kerusakan permanen sel beta. Namun yang
diserang hanya pada sel beta, sel alfa dan delta tetap utuh.
2. Patogenesis diabetes tipe 2
Diabetes tipe ini ditandai dengan adanya resistensi insulin. Pada stadium prediabetes,
mula-mula timbul resistensi insulin yang kemudian disusul oleh peningkatan sekresi
insulin untuk mengkompensasi resistensi insulin tersebut agar kadar glukosa darah tetap
normal. Namun, lama kelamaan sel beta tidak sanggup lagi mengkompensasi resistensi
insulin itu hingga kadar glukosa darah meningkat dan fungsi sel beta makin menurun.
Saat itulah diagnosis diabetes melitus ditegakkan. Penurunan sel beta berlangsung
progresif sampai akhirnya sama sekali tidak mampu lagi mengeksresi insulin sehingga
kadar glukosa darah semakin meningkat.

E. Tanda dan Gejala


Menurut Hasdianah (2014) tanda dan gejala diabetes melitus dapat digolongkan menjadi
gejala akut dan gejala kronis, yaitu :
1. Gejala akut
Gejala penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke penderita lain sangat bervariasi
dan mungkin tidak menunjukkan gejala apapun sampai saat tertentu.
a. Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (poly), yaitu :
1) Banyak makan (poly phagia)
2) Banyak minum (poly dipsia)
3) Banyak kencing (poly uria)
b. Bila keadaan tersebut tidak segera diobati akan timbul gejala :
1) Nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun cepat (turun 5-10 kg dalam
waktu 2-4 minggu)
2) Mudah lelah
3) Bila tidak lekas diobati akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma
(koma diabetik)
2. Gejala kronik
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita diabetes melitus adalah sebagai berikut
:
a. Kesemutan
b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum
c. Rasa tebal di kulit
d. Kram
e. Lelah
f. Mudah mengantuk
g. Pandangan kabur
h. Gatal disekitar kemaluan
i. Gigi mudah goyah dan lepas
j. Pada ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan
atau dengan berat badan bayi ≥ 4 kg.

F. Data Penunjang
Menurut Wijawanti (2016) ada beberapa data penunjang diabetes melitus dengan
hiperglikemia yaitu :
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2 jam
setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum : meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5. Elektrolit : Na normal atau meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan semu
selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6. Gas darah arteri : menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah : Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum/kreatinin : meningkat atau normal
9. Insulin darah : menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi (Tipe II)
10. Urine : gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi luka.

G. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes Melitus) digolongkan sebagai
akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007 dalam Wijayanti, 2016)
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari
glukosa darah
a. Hipoglikemia / Koma Hipoglikemia
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah yang normal
60-100 mg% yang bergantung pada berbagai keadaan. Salah satu bentuk dari
kegawatan hipoglikemik adalah koma hipoglikemik. Pada kasus spoor atau koma
yang tidak diketahui sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu hipoglikemik dan
merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma hipoglikemik biasanya
disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat pula disebabkan oleh karana
terlambat makan atau olahraga yang berlebih.
b. Hiperglikemik
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripoada rentang
kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 – 160
mg /100 ml darah. Hiperglikemia dapat disebabkan defisiensi insulin yang dapat
disebabkan oleh proses autoimun, kerja pancreas yang berlebih, dan herediter.
Insulin yang menurun mengakibatkan glukosa sedikit yang masuk kedalam sel. Hal
itu bisa menyebabkan lemas dengan kadar glukosa dalam darah meningkat.
c. Ketoasidosis Diabetic (KAD)
DM Ketoasidosis adalah komplikasi akut diabetes mellitus yang ditandai dengan
dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Tidak adanya insulin atau tidak
cukupnya  jumlah insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :
1) Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi
2) Keadaan sakit atau infeksi
3) Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak
diobati.
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah terdiagnosa menderita diabetes melitus.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner,
vaskular perifer dan vaskular serebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan
ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau
menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d. Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih
e. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik

H. Manajemen DM
Menurut Mahmudin (2012) tujuan utama terapi diabetes adalah dengan menormalkan
aktivitas insulin dan kadar gula darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Merujuk pada hasil konsensus PERKENI tahun 2011 menyebutkan 5
pilar manajemen DM tipe 2, meliputi :
1. Manajemen diet
2. Latihan fisik
3. Pemantauan kadar glukosa darah dan HbA1c
4. Terapi
5. Edukasi Kesehatan DM

I. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian perlu di data
biodata pasiennya dan data-data lain untuk menunjang diagnosa. Data-data tersebut harus yang
seakurat-akuratnya, agar dapat di gunakan dalam tahp berikutnya. Misalnya meliputi nama
pasien, umur, keluhan utama, dan masih banyak lainnya.
a) Aktivitas / Istirahat
Gejala :  Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan. Kram otot, tonus otot menurun.
Gangguan tidur/ istirahat.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas. Letargi/
disorientasi, koma. Penurunan kekuatan otot.
b) Sirkulasi
Gejala :  Adanya riwayat hipertensi ; IM akut. Klaudikasi, kebas, dan kesemutan pada
ekstremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : Takikardia. Perubahan tekanan darah postural ; hipertensi. Nadi yang menurun /
tak ada. Distritmia. Krekels ; DVJ (GJK). Kulit panas, kering, dan kemerahan ; bola
mata cekung.
c) Integritas ego
Gejala :  Stres; tergantung pada orang lain. Masalah finansial yang berhubungan dengan
kondisi.
Tanda : Ansietas, peka rangsang.
d) Eliminasi
Gejala :  Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia. Rasa nyeri / terbakar, kesulitan
berkemih (infeksi), ISK baru / berulang. Nyeri tekan abdomen. Diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning ; poliuri (dapat berkembang menjadi oliguria / anuria
jika terjadi hipovolemia berat). Urine berkabut, bau busuk (infeksi). Abdomen keras,
adanya asites. Bising usus lemah dan menurun ; hiperaktif (diare).
e) Makanan / Cairan
Gejala :     Hilang nafsu makan. Mual / muntah. Tidak mengikuti diet ; peningkatan
masukan glukosa / karbohidrat. Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari /
minggu. Haus. Penggunaan diuretik (tiazid).
Tanda :     Kulit kering / bersisik, tugor jelek. Kekakuan / distensi abdomen, muntah.
Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah).
Bau halotosis / manis, bau buah (napas aseton).
f) Neurosensori
Gejala :     Pusing / pening. Sakit kepala. Kesemutan, kebas kelemhan pada otot.
Parestesia. Gangguan penglihatan.
Tanda :     Disoreantasi; mengantuk, letargi, stupor / koma (tahap lanjut). Gangguan
memori (baru, masa lalu); kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD) menurun (koma).
Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
g) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang / berat).
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi ; tampak sangat berhati-hati
h) Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung
adanya infeksi / tidak).
Tanda : Lapar udara. Batuk, dengan / tanpa sputum purulen (infeksi). Frekuensi
pernapasan.
i) Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal ; ulkus kulit.
Tanda : Demam, diaforesis. Kulit rusak, lesi / ulserasi. Menurunnya kekuatan umum /
rentang gerak. Parestesia /paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar
kalium menurun dengan cukup tajam).
j) Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi). Masalah impoten pada pria ; kesulitan
orgasme pada wanita.

k) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala :  Faktor resiko keluarga ; DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi.
Penyembuhan yang lambat. Penggunaan obat seperti steroid, diuretik (tiazid); Dilantin
dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak
memerlukan obat diabetik sesuai pesanan.
Pertimbangan : DRG (kelompok diagnosis yang berhubungan) menunjukan rerata lama
dirawat : 5,9 hari.
Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diet,
pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien yang mengalami penyakit diabetes militus:
a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan keseimbangan insulin,
makanan dan aktivitas jasmani.
b) Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d kurang pengetahuan tenatang manajemen
diabetes
c) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah ke perifer, proses
penyakit (DM).
d) Resiko kekurangan volume cairan b.d diuresis osmotik.
e) Keletihan b.d metabolism fisik untuk produksi energi berat akibat kadar gula darah tinggi.
f) Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan (nekrosis luka gengrene).
g) Nyeri akut b.d kerusakan jaringan akibat hipoksia perifer.
h) Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes mellitus).
i) Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan b.d
kurangnya informasi
j) Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya

3. Intervensi
NO DIAGNOSA Tujuan dan KH INTERVENSI
1 Ketidakseimban Ketidakseimbangan nutrisi,Manajemen Nutrisi
gan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh Definisi : menyediakan dan meningkatkan
kurang dari Setelah dilakukan asuhan intake nutrisi yang seimbang
kebutuhan keperawatan, diharapkan nutrisi Aktivitas :
tubuh pasien terpenuhi. 1. Instruksikan kepada pasien mengenai
Status Nutrisi kebutuhan nutrisi
Asupan makanan dan cairan dari 2. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi
skala 2 (banyak menyimpang dari yang dibutuhkan oleh pasien untuk
rentang normal) ditingkatkan memenuhi kebutuhan gizi
menjadi skala 4 (sedikit3. Ciptakan lingkungan yang optimal pada
menyimpang dari rentang normal) saat mengkonsumsi makanan
4. Monitor kalori dan asupan makanan
Perilaku patuh : diet yang pasien
disarankan 5. Monitor kecenderungan terjadinya
1. Memilih makanan yang sesuai kenaikan atau penurunan berat badan pada
dengan diet yang ditentukan pasien
dari skala 2 (jarang
menunjukkan) ditingkatkan
menjadi skala 4 (sering
menunjukkan)
2. Memilih minuman yang sesuai
dengan diet yang ditentukan
dari skala 2 (jarang
menunjukkan) ditingkatka
menjadi skala 4 (sering
menunjukkan)
Pengetahuan : diet yang
sehat
1. Intake nutrisi yang sesuai
dengan kebutuhan individu
dari skala 2 (pengetahuan
terbatas) ditingkatkan menjadi
skala 4 (pengetahuan banyak)
2 Resiko Resiko ketidakstabilan kadar Manajemen Hiperglikemi
ketidakstabilan glukosa darah 1. Monitor kadar gula daraah, sesuai indikasi
kadar glukosa Setelah dilakukan asuhan 2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemi:
darah keperawatan, diharapkan poliuria, polidipsi, polifagi, kelemahan,
ketidakstabilan kadar glukosa darah latergi, malaise, pandangan kabur atau
normal. sakit kepala.
Kadar glukosa darah 3. Monitor ketourin, sesuai indikasi.
Glukosa darah dari skala 2 4. Brikan insulin sesuai resep
(deviasi yang cukup besar dari 5. Dorong asupan cairan oral
kisaran normal) ditingkatkan 6. Batasi aktivitas ketika kadar glukosa darah
menjadi skala 4 (deviasi ringan lebih dari 250mg/dl, khusus jika ketourin
sedang dari kisaran normal) terjadi
Keparahan Hiperglikemia 7. Dorong pemantauan sendiri kadar glukosa
Peningkatan glukosa darah dari darah
skala 2 (berat) ditingkatkan 8. Intruksikan pada pasien dan keluarga
menjadi skala 4 (ringan) mengenai manajemen diabetes
Manajemen diri : diabetes 9. Fasilitasi kepatuhan terhadap diet dan
Memantau glukosa darah dari regimen latihan
skala 2 (jarang menunjukkan) Pengajaran: Peresepan Diet
ditingkatkan menjadi skala 4 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien mengenai
(sering menunjukkan) diet yang disarankan
2. Kaji pola makan pasien saat ini dan
sebelumnya, termasuk makanan yang di
sukai
3. Ajarkan pasien membuat diary makanan
yang dikonsumsi
4. Sediakan contoh menu makanan yang
sesuai
5. Libatkan pasien dan keluarga
3 Ketidakefektifan Ketidakefektifan perfusi jaringan Pengecekan Kulit
perfusi jaringan perifer
perifer Setelah dilakukan asuhan 1. Gunakan alat pengkajian untuk
keperawatan, diharapkan mengidentifikasi pasien yang berisiko
ketidakefektifan perfusi jaringan mengalami kerusakan kulit.
perifer pasien dapat berkurang. 2. Monitor warna dan suhu kulit
Status sirkulasi 3. Periksa pakaian yang terlalu ketat
1. Parestesia dari skala 2 (cukup 4. Monitor kulit dan selaput lendir terhadap
berat) ditingkatkan menjadi area perubahan warna, memar, dan pecah.
skala 4 (ringan) 5. Ajarkan anggota kelurga/pemberi asuhan
2. Asites dari skala 2 (cukup mengenai tanda-tanda kerusakan kulit,
berat) ditingkatkan menjadi dengan tepat.
skala 4 (ringan) Manajemen Sensasi Perifer
1. Monitor sensasi tumpul atau tajam dan
Perfusi jaringan : perifer panas dan dingin (yang dirasakan pasien)
Parestsia dari skala 2 (cukup 2. Monitor adanya Parasthesia dengan tepat
berat) ditingkatkan menjadi skala 3. Intruksikan pasien dan keluarga untuk
4 (ringan) memeriksa kulit setiap harinya
Koagulasi darah 4. Letakkan bantalan pada bagian tubuh
Pembentukan bekuan dari skala 2 yang terganggu untuk melindungi area
(deviasi cukup besar dari kisaran tersebut
normal) ditingkatkan menjadi Perawatan Kaki
skala 4 (deviasi ringan dari 1. Diskusikan dengan pasien dan keluarga
kisaran normal) mengenai perawatan kaki rutin
Tanda-tanda vital 2. Anjurkan pasien dan keluarga mengenai
Suhu tubuh dari skala 2 (deviasi pentingnya perawatan kaki
cukup besar dari kisaran normal) 3. Periksa kulit untuk mengetahui adanya
ditingkatkan menjadi skala 4 iritasi, retak, lesi, dll
(deviasi ringan dari kisaran 4. Keringkan pada sela-sela jari dengan
normal) seksama
4 Keletihan Keletihan Manajemen Energi
Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji status fisiologis pasien yang
keperawatan, diharapkan menyebabkan kelelahan
keletihan pada pasien dapat 2. Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan
dikurangi. secaraverbal mengenai keterbatasan yang
Konservasi energy dialami
Mempertahankan intake nutrisi 3. Tentukan persepsi pasien/orang terdekat
yang cukup dari skala 2 (jarang dengan pasien mengenai penyebab
menunjukkan) ditingkatkan kelelahan
menjadi skala 4 (sering 4. Pilih intervensi untuk mengurangi kelelahan
menunjukkan) baik secara farmakologis maupun
Toleransi terhadap aktivitas nonfarmakologis
1. Kekuatan tubuh bagian atas Manajemen Nutrisi
dari skala 2 (banyak terganggu) 1. Tentukan status gizi pasien dan
ditingkatkan menjadi skala 4 kemampuan pasien untuk memenuhi
(sedikit terganggu) kebutuhan gizi
2. Kekuatan tubuh bagian bawah 2. Intruksikan pasien mengenai kebutuhan
dari skala 2 (banyak terganggu) nutrisi
ditingkatkan menjadi skala 4 3. Atur diet yang diperlukan
(sedikit terganggu) 4. Anjurkan pasien mengenai modifikasi diet
Tingkat kelelahan yang diperlukan
1. Kelelahan dari skala 2 (cukup 5. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan
besar) ditingkatkan menjadi skala diet untuk kondisi sakit.
4 (ringan)
2. Kehilangan selera makan dari
skala 2 (cukup besar) ditingkatkan
menjadi skala 4 (ringan)
Keletihan : efek yang
menganggu
1. Penurunan energi dari skala 2
(cukup besar) ditingkatkan
menjadi skala 4 (ringan)
2. Perubahan status nutrisi dari
skala 2 (cukup besar)
ditingkatkan menjadi skala 4
(ringan)

5 Kerusakan Kerusakan integritas jaringan Pengecekan kulit


integritas jaringan Setelah dilakukan asuhan 1. Gunakan alat pengkajian untuk
keperawatan, diharapkan mengidentifikasi pasien yang berisiko
kerusakan integritas jaringan dapat mengalami kerusakan kulit.
berkurang. 2. Monitor warna dan suhu kulit
Status sirkulasi 3. Periksa pakaian yang terlalu ketat
1. Kekuatan nadi dorsal pedis 4. Monitor kulit dan selaput lendir terhadap
kanan dari skala 2 (deviasi cukup area perubahan warna, memar, dan pecah.
besar dari kisaran normal) 5. Ajarkan anggota kelurga/pemberi asuhan
ditingkatkan menjadi skala 4 mengenai tanda-tanda kerusakan kulit,
(deviasi ringan dari kisaran dengan tepat.
normal)
2. Kekuatan nadi dorsal pedis kiri
dari skala 2 (deviasi cukup besar
dari kisaran normal) ditingkatkan
menjadi skala 4 (deviasi ringan
dari kisaran normal)
Perfusi jaringan : perifer
1. Pengisian kapiler jari dari skala
2 (deviasi yang cukup besar dari
kisaran normal) ditingkatkan
menjadi skala 4 (deviasi ringan
dari kisaran normal)
2. Pengisian kapiler jari-jari kaki
dari skala 2 (deviasi yang cukup
besar dari kisaran normal)
ditingkatkan menjadi skala 4
(deviasi ringan dari kisaran
normal)
Integritas jaringan : kulit dan
membran mukosa
1. Perfusi jaringan dari skala 2
(banyak terganggu) ditingkatkan
menjadi skala 4 (sedikit
terganggu)
2. Integritas kulit dari skala 2
(banyak terganggu) ditingkatkan
menjadi skala 4 (sedikit
terganggu)
Penyembuhan luka : primer
Memperkirakan kondisi tepi luka
dari skala 2 (terbatas)
dotingkatkan menajdi skala 4
(besar)

6. Nyeri Akut Nyeri akut Manajemen Nyeri


Setelah dilakukan asuhan Definisi : Pengurangan atau reduksi nyeri
keperawatan, diharapkan nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat
akut pada pasien berkurang. diterima oleh pasien.
Kontrol nyeri Aktivitas :
1. Mengenali kapan nyeri terjadi 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
dari skala 2 (jarang menunjukkan) komprehensif terhadap pasien
ditingkatkan menjadi skala 4 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal
(sering menunjukkan) mengenai ketidakanyamanan
2. Menggambarkan faktor 3. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien
penyebab dari skala 2 (jarang mengenai nyeri
menunjukkan) ditingkatkan 4. Evaluasi pengalaman nyeri pasien di masa
menjadi skala 4 (sering lalu yang meliputi riwayat nyeri kronik
menunjukkan) pasien ataupun keluarga
Kepuasan klien : Manajemen 5. Tentukan kebutuhan frekuensi untuk
nyeri melakukan pengkajian ketidaknyamanan
1. Nyeri terkontrol dari skala 2 pasien
(agak puas ) ditingkatkan menjadi 6. Kurangi faktor yang dapat meningkatkan
skala 4 (sangat puas ) nyeri pada pasien
2. Tingkat nyeri dipantau secara 7. Gunakan tindakan pengontrol nyeri
reguler dari skala 2 (agak puas ) sebelum nyeri pada pasien bertambah
ditingkatkan menjadi skala 4 berat
(sangat puas ) 8. Dukung pasien untuk istirahat atau tidur
untuk menurunkan rasa nyeri
7 Resiko infeksi Resiko infeksi Kontrol Infeksi
Setelah dilakukan asuhan Definisi: Meminimalkan Infeksi
keperawatan, diharapkan tidak 1. Ganti peralatan perawatan per pasien
terjadi infeksi pada pasien. sesuai protokol institusi
Deteksi risiko 2. Anjurkan pasien mengenai teknik mencuci
1. Mengenali tanda dan gejala tangan dengan tepat
yang mengindikasikan risiki dari 3. Pastikan penanganan aseptik dari semua
skala 2 (jarang mnunjukkan) saluran IV
ditingkatkan menjadi skala 4 Perlindungan Infeksi
(sering menunjukkan) Definisi: Pencegahan dan deteksi dini infeksi
2. Memonitor perubahan status pada pasien beresiko
kesehatan skala 2 (jarang 1. Monitor kerentanan terhadap infeksi
mnunjukkan) ditingkatkan 2. Berikan perawatan klit yang tepat Periksa
menjadi skala 4 (sering kulit dan selaput lendir untuk adanya
menunjukkan) kemerahan, kehangatan ektrim, atau
Kontrol risiko drainase
1. Mengidentifikasi faktor risiko 3. Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana
dari skala 2 (jarang mnunjukkan) cara menghindari infeksi
ditingkatkan menjadi skala 4
(sering menunjukkan)
2. Mengenali faktor risiki skala 2
(jarang mnunjukkan) ditingkatkan
menjadi skala 4 (sering
menunjukkan)
8 Defisiensi Defisiensi pengetahuan Fasilitasi Pembelajaran
pengetahuan Setelah dilakukan asuhan 1. Tekankan pentingnya mengikuti evaluasi
keperawatan, diharapkan medik, dan kaji ulang gejala yang
pengetahuan pasien mengenai memerlukan pelaporan segera ke dokter
diabetes mellitus tipe 2 2. Diskusikam tanda/gejala DM, contoh
bertambah. polidipsia, poliuria, kelemahan, penurunan
Pengetahuan : manajemen berat badan
diabetes 3. Gunakan bahasa yang umum digunakan
1. Pencegahan hiperglikemia dari 4. Berikan informasi yang sesuai dengan
skala 2 (pengetahuan terbatas) lokus kontrol pasien
ditingkatkan menjadi skala 4 5. Berikan informasi sesuai tingkat
(pengetahuan banyak) perkembangan pasien
2. Prosedur yang harus diikuti Modifikasi Perilaku
dalam mengobati hoperglikemia 1. Tentukan motivasi pasien untuk
dari skala 2 (pengetahuan perubahan perilaku
terbatas) ditingkatkan menjadi 2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
skala 4 (pengetahuan banyak) kekuatan
Perilaku patuh : diet yang sehat 3. Dukung untuk mengganti kebiasaan yang
Mencari informasi tenyang tidak diinginkan dengan kebiasaan yang
panduan nutrisi baku dari skala 2 diinginkan
(jarang dilakukan) ditingkatkan 4. Tawarkan penguatan yang positif dalam
menjadi skala 4 (sering dilakukan) pembuatan keputusan mandiri pasien
Perilaku patuh : diet yang
disarankan
1. Menggunakan informasi gizi
pada label untuk menentukan
pilihan dari skala 2 (jarang
menunjukkan) ditingkatkan
menjadi skala 4 (sering
menunjukkan)
2. Mengikuti rekomendasi untuk
jumlah makanan per hari dari
skala 2 (jarang menunjukkan)
ditingkatkan menjadi skala 4
(sering menunjukkan)
Perilaku patuh : aktivitas yang
disarankan
Membahas aktivitas rekomendasi
dengan profesional kesehatan dari
skala 2 (jarang menunjukkan)
ditingkatkan menjadi skala 4
(sering menunjukkan)
9 Ansietas Ansietas Pengurangan kecemasan
Setelah dilakukan asuhan Definisi: Mengurangi tekanan, ketakutan,
keperawatan, diharapkan ansietas firasat, maupun ketidaknyamanan terkait
pasien berkurang. dengan sumber-sumber bahaya yang tidak
Tingkat kecemasan teridentifikasi
1. Tidak dapat beristirahat dari Akivitas:
skala 2 (cukup berat) ditingkatkan 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan
menjadi skala 4 (ringan) menyakinkan
2. Perasaan gelisah dari skala 2 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
(cukup berat) ditingkatkan perilaku klien
menjadi skala 4 (ringan) 3. Pahami situasi krisis yang terjadi dari
3. Gangguan tidur dari skala 2 perspektif klien
(cukup berat) ditingkatkan 4. Berikan informasi faktual tekait diagnosa,
menjadi skala 4 (ringan) perawatan dan prognosis
Memproses informasi 5. Berada disisi klien untuk meningkatkan
Menunjukkan proses pikir yang rasa aman dan mengurangi ketakutan
terorganisir dari skala 2 (banyak 6. Dorong keluarga untuk mendampingi klien
terganggu) ditingkatkan menjadi dengan cara yang tepat
skala 4 (sedikit terganggu) 7. Berikan objek yang menunjukkan perasaan
Kepuasan klien : perawatan aman
psikologis 8. Puji/kuatkan perilaku yang baik secara
1. Informasi di berikan tentang tepat
perjalanan penyakit dari skala 2 9. Identifikasi saat terjadinya perubahan
(agak puas) ditingkatkan menjadi tingkat kecemasan
skala 4 (sangat puas) 10. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang
2. Informasi di berikan mengenai memicu kecemasan
respon emosional yang biasa 11. Dukung penggunaan mekanisme koping
terhadap penyakit dari skala 2 yang sesuai
(agak puas) ditingkatkan 12. Pertimbangkan kemampuan klien dalam
menjadi skala 4 (sangat puas) mengambil keputusan
13. Intruksikan klien untuk menggunakan
teknik relaksasi
14. Kaji untuk tanda verbal dan non verbal
kecemasan
Peningkatan koping
Definisi : Fasilitasi usaha kognitif untuk
meneglola stressor yang dirasakan,
perubahan, atu ancaman yang mengganggu
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan
peran
Aktivitas:
1. Bantu pasien dalam memecah tujuan
kompleks menjadi lebih kecil, dan langkah
yang dapat dikelola
2. Dukung sikap pasien terkait dengan
harapan yang realistis sebagai upaya untuk
mengatasi perasaan ketidakberdayaan
3. Cari jalan untuk memahami prespektif
pasien terhadap situasi
4. Kenali latar belakang budaya/spiritual
pasien
5. Dukung pasien untuk mengklarifikasi
kesalahpahaman

4. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan
yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan. Dalam evaluasi keperawatan menggunakan SOAP
atau data subjektif, objektif, analisa dan planning kedepannya. Jika masalah sudah teratasi
intervensi tersebut dapat dihentikan, apabila belum teratasi perlu dilakukan pembuatan planning
kembali untuk mengatasi masalah tersebut.

REFERENSI
Amalia rizki. 2017. “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Melitus Tipe II”.
Jurnal Kesehatan

Hasdianah. 2014. Mengenal Diabetes Melitus Pada Orang Dewasa Dan Anak-Anak Dengan
Solusi Herbal. Nuha Medika : Yogyakarta

Mahmudin amir. 2012. “Evaluasi Manajemen Mandiri Karyawan Penyandang Diabetes Mellitus
Tipe 2 Setelah Mendapatkan Edukasi Kesehatan Di Pt Indocement Tunggal Prakarsa
Plantsite Citeureup”. Jurnal Kesehatan

Misdawati. 2014. “Asuhan Keperawatan Hiperglikemia” Jurnal Kesehatan

Nuari Nian Afrian. 2017. Strategi Manajemen Edukasi Pasien Diabetes Mellitus. Deepublish :
Yogyakarta.

Rudijanto Achmad, 2014. Keterangan Ringkas Tentang Diabetes Melitus (Kencing Manis).
UBMedia : Malang.

Suyono Slamet et al, 2018. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Balai Penerbit FKUI :
Jakarta.

Wijayanti Dhea Imas. 2016. “Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus” Jurnal Kesehatan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn B DENGAN DIABETES MELITUS DI RAWAT


INAP RAMDANI HUSADA
I. Pengkajian (tgl 24 Maret 2021 pukul: 15.30 WIB)
1.1 Identitas Klien
Nama : Tn. B
Umur : 68 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh Tani
Penghasilan : Tidak terkaji
Alamat : Ngajum-Kepanjen
MRS tgl/ jam : 23 Maret 2021 / 21.45 WIB
Ruangan : Anggrek 3C
No. Reg : 036***
Dx. Medis : Diabetes Melitus + diabetic foot

1.2 Identitas penanggung jawab


Nama : Ny. W
Umur : 59 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pedagang
Penghasilan : Tidak Terkaji
Alamat : Ngajum-Kepanjen
Hub. Dengan klien : Istri

1.3 Keluhan Utama : Tn. B mengatakan ”badan terasa lemas, pusing dan tidak nafsu
makan dan kadang-kadang mual”
1.4 Riwayat Penyakit Sekarang : Tn B mengatakan ”sudah 3 hari tidak enak makan, terus
mual, kalau bangun tidur pusing sama lemas sampai tidak bisa jalan”
1.5 Riwayat Penyakit Dahulu : Tn. B mengatakan ”kaki sebelah kiri ada luka dulu kena
kayu di sawah tapi sampai sekarang belum sembuh-sembuh di buat jalan sulit dan sakit
nyut-nyutan”. Ny W mengatakan ”bapak sudah lebih dari 20 tahun punya penyakit gula juga
darah tinggi”
1.6 Riwayat Penyakit Keluarga : Ny. W mengatakan ”ibunya bapak dulu meninggalnya
kena kencing manis, sama adik bapak juga kena kencing manis”
1.7 Riwayat Psiko, Sosio, Spiritual:
Riwayat Psiko : Tidak terkaji
Riwayat Sosial : Tn B mengatakan ”kalau di rumah ya ikut kegiatan pengajian
rutin RT, juga kadang seminggu sekali ikut kerja bakti di kampung”
Riwayat Spiritual : Tn. B mengatakan ”rutin mengikuti kegiatan pengajian RT, serta
kadang-kadang juga melakukan sholat 5 waktu”

1.8 ADL (Activity Daily of Life):


1. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : makan sehari 3-4 kali dengan porsi nasi, sayur dan lauk pauk
Selama sakit : makan sehari 1-2 kali habis 2-4 sendok saja dengan porsi nasi
sayur dan lauk pauk

2. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : BAB 2-3 kali sehari, BAK 3-5 kali sehari
Selama sakit : sudah 2 hari ini belum buang air besar, BAK 9 kali sehari

3. Pola Istirahat
Sebelum sakit : kurang lebih tidur 6 jam sehari
Selama sakit : Tn B mengatakan ”sulit tidur karena badan terasa sakit semua”

4. Pola Personal Higiene


Sebelum sakit : mandi 2x sehari
Selama sakit : mandi hanya di seka 1 kali sehari

5. Pola Aktivitas
Sebelum sakit : berkerja sebagai buruh tani mulai dari pagi hingga sore hari
Selama sakit : hanya berbaring di tempat tidur

2. Pemeriksaan
2.1 Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis, GCS : 456
TD : 152/98
Suhu : 36,8 °C
Nadi : 89 x/menit
RR : 21x/menit
BB : 68 kg
TB : 161 cm
GDA : 276

2.2 Pemeriksaan Fisik:


Kepala : tidak ada benjolan, rambut tampak kotor
Mata : anemis
Hidung : simetris
Mulut : mulut kering
Telinga : simetris
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
Thorax :
I: simetris, pergerakan dinding dada simetris
P: tidak ada benjolan maupun pembengkakan
P: tidak terkaji
A: tidak terkaji
Abdomen :
I: simetris, tidak ada jejas
A: bising usus 8 x/menit
P: tidak terdengar suara kembung
P: tidak teraba benjolan dan masa

Genetalia : tidak terpasang kateter

Ekstremitas : klien tampak lemah


Atas : Kanan: tidak terdapat luka, lesi maupun pembengkakan
Kiri : tidak terdapat luka, lesi maupun pembengkakan
Bawah : Kanan: tidak terdapat luka, lesi maupun pembengkakan
Kiri : telapak kaki terdapat luka terbuka kurang lebih 5cm, luka tampak
kemerahan dan terdapat pus
2.3 Pemeriksaan Penunjang: (tanggal: 23 Maret 2021)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Hematologi
Hemoglobin 10,7 L. 13,0 – 17,0 P. 12,0 – 16,0 g/dl
Lekosit 5.100 4000 – 10.000 Cmm3
Hitung Jenis
Lym 28 17 – 36 %
Mid 5 4 – 15 %
Gran 67 40 – 70 %
LED 1 15 L. 0 – 15 P.0 – 20
Hematokrit / PCV 30 L.40-55% P.38-47% %
Trombosit 162.000 150.000 – 450.000 Cmm3
Eritrosit 3.68 4.2 – 5.9 Juta
MCV 82 73 – 92 fl
MCH 29 27 – 31 pg
MCHC 35 30 – 35 g/dl

2.4 Therapi (dr. V, tanggal 22 Maret 2021)


Therapi :
1. Lvfd RL 20tpm
2. Drip Nb + vit C 1x1
3. Inj. Ondan 4 mg ekstra
4. Inj. Ranitidine 2x1
PO :
1. Paracetamol 3x1
2. Ondan 3x4mg
3. Sucralfte syr 3x2cth
4. Glimepirid 2mg-0-0

Kepanjen, 24 Maret 2021


Mahasiswa
Yang mengkaji

DINDA INDRASWARI
NIM.2021001804

ANALISA DATA

NAMA : Tn. B RUANG : Anggrek 3C


UMUR : 68 Tahun NO.REG : 036***
NO ANALISIS DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS : Tn. B mengatakan ”badan terasa Resistensi insulin Ketidakstabilan
lemas, pusing kadar glukosa darah
Tn B mengatakan ”sudah 3 hari tidak
enak makan, terus mual, kalau bangun
tidur pusing sama lemas sampai tidak
bisa jalan”

DO : TD : 152/98, GDA : 276, BAK 9


kali sehari, klien tampak lemah, mulut
kering
2. DS : Tn. B mengatakan ”badan terasa Kelemahan aktivitas Intoleransi Aktivitas
lemas”. Tn B mengatakan” kalau fisik (imobilitas)
bangun tidur pusing sama lemas sampai
tidak bisa jalan”. Tn. B mengatakan
”kaki sebelah kiri ada luka dulu kena
kayu di sawah tapi sampai sekarang
belum sembuh-sembuh di buat jalan
sulit dan sakit nyut-nyutan”

DO : TD : 152/98, GDA : 276, klien


tampak lemah, px hanya berbaring di
tempat tidur

3. Tn. B mengatakan ”kaki sebelah kiri Terdapat luka terbuka Resiko Infeksi
ada luka dulu kena kayu di sawah tapi dan kerusakkan
sampai sekarang belum sembuh-sembuh integritas kulit
di buat jalan sulit dan sakit nyut-
nyutan”.

DO : TD : 152/98, GDA : 276, telapak


kaki kiri terdapat luka terbuka kurang
lebih 5cm, luka tampak kemerahan dan
terdapat pus,

RUMUSAN DIAGNOSA

NAMA : Tn. B RUANG : Anggrek 3C


UMUR : 68 Tahun NO.REG : 036***
NO RUMUSAN DIAGNOSA TANGGAL TANGGAL TTD
DITEMUKAN TERATASI
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah 24 Maret 2021 Belum teratasi
berhubungan dengan resistensi
insulin

2. Intoleransi Aktivitas berhubungan 24 Maret 2021 26 Maret 2021


dengan imobilitas

3. Resiko Infeksi berhubungan dengan 24 Maret 2021 Belum teratasi


kerusakkan integritas kulit
INTERVENSI

NAMA : Tn. B RUANG : Anggrek 3C


UMUR : 68 Tahun NO. REG : 036***
TGL/ JAM DX. KEP TUJUAN INTERVENSI TTD
25 Maret Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
2021/16.25 glukosa darah keperawatan 1x24 jam, terdapat 2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
WIB berhubungan dengan kestabilan kadar gula darah dalam 3. Berikan asupan cairan oral
resistensi insulin tubuh. 4. Kolaborasikan pemberian obat untuk menyeimbangkan kadar
KH : glukosa dalam darah
1. Kestabilan kadar gula darah 5. Berikan dukungan untuk menjalani program pengobatan
dalam tubuh dengan baik dan benar
2. Status nutrisi membaik 6. Anjurkan mengkonsumsi obat sesuai indikasi
7. Anjurkan kepatuhan terhadap diit
25 Maret Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
2021/17.00 berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam, px dapat 2. Libatkan keluarga dalam aktivitas
WIB imobilitas meningkatkan aktivitas secara 3. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
mandiri, 4. Identifikasi kemampuan pasien beraktivitas
KH : 5. Motivasi untuk memulai atau melanjutkan aktivitas fisik
1. Tingkat keletihan 6. Jelaskan manfaat aktivitas fisik
2. Ambulasi
3. Toleransi aktivitas

25 Maret Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
2021 /17.15 berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam, maka tidak 2. Berikan perawatan kulit pada area luka
WIB kerusakkan integritas terjadi infeksi 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
kulit KH : lingkungan pasien
1. Tingkat nyeri menurun 4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Integritas kulit dan jaringan 5. Monitor karakteristik luka (drainase, warna, ukuran dan bau)
membaik 6. Lakukan rawat luka
3. Tidak terjadi tanda dan gejala 7. Pertahankan teknik steril saat melakukan rawat luka
infeksi 8. Kolaborasikan pemberian analgetik
26 Maret Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
2021 / glukosa darah keperawatan 1x24 jam, terdapat 2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
15.14 WIB berhubungan dengan kestabilan kadar gula darah dalam 3. Berikan asupan cairan oral
resistensi insulin tubuh. 4. Berikan dukungan untuk menjalani program pengobatan
KH : dengan baik dan benar
3. Kestabilan kadar gula darah 5. Anjurkan mengkonsumsi obat sesuai indikasi
dalam tubuh 6. Anjurkan kepatuhan terhadap diit
4. Status nutrisi membaik

26 Maret Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
2021 / berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam, px dapat 2. Libatkan keluarga dalam aktivitas
15.20 WIB imobilitas meningkatkan aktivitas secara 3. Identifikasi kemampuan pasien beraktivitas
mandiri, 4. Jelaskan manfaat aktivitas fisik
KH :
1. Tingkat keletihan
2. Ambulasi
3. Toleransi aktivitas
IMPLEMENTASI

NAMA : Tn. B RUANG : Anggrek 3C


UMUR : 68 Tahun NO.REG : 036***
NO DX. KEP TGL/ JAM IMPLEMENTASI TTD
1. Ketidakstabilan kadar 25 Maret 1. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
glukosa darah 2021/16.25 2. Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia dengan menanyakan berapa sering dalam
berhubungan dengan WIB sehari BAK
resistensi insulin 3. Memberikan asupan cairan oral (minuman)
4. Melakukan kolaborasikan pemberian obat untuk menyeimbangkan kadar glukosa dalam
darah (glimepirid 2mg-0-0)
5. Memberikan dukungan untuk menjalani program pengobatan dengan baik dan benar
6. Menanjurkan mengkonsumsi obat sesuai indikasi
7. Menganjurkan kepatuhan terhadap diit

2. Intoleransi Aktivitas 25 Maret 1. Mengidentifikasikan defisit tingkat aktivitas


berhubungan dengan 2021/17.00 2. Melibatkan keluarga dalam aktivitas
imobilitas WIB 3. Mengidentifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
4. Mengidentifikasi kemampuan pasien beraktivitas
5. Memberikan motivasi untuk memulai atau melanjutkan aktivitas fisik
6. Menjelaskan manfaat aktivitas fisik

3. Resiko Infeksi berhubungan 25 Maret 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
dengan kerusakkan 2021/17.15 2. Melakukan perawatan kulit pada area luka
integritas kulit WIB 3. Menuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
4. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Memonitor karakteristik luka (drainase, warna, ukuran dan bau)
6. Melakukan perawat luka
7. Mempertahankan teknik steril saat melakukan rawat luka
8. Mengkolaborasikan pemberian analgetik
4. Ketidakstabilan kadar 26 Maret 1. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
glukosa darah 2021 / 2. Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia menanyakan berapa sering dalam sehari BAK
berhubungan dengan 15.14 WIB 3. Memberikan asupan cairan oral
resistensi insulin 4. Memberikan dukungan untuk menjalani program pengobatan dengan baik dan benar
5. Menganjurkan mengkonsumsi obat sesuai indikasi
6. Menganjurkan kepatuhan terhadap diit

5. Intoleransi Aktivitas 26 Maret 1. Mengidentifikasi defisit tingkat aktivitas


berhubungan dengan 2021 / 2. Melibatkan keluarga dalam aktivitas
imobilitas 15.20 WIB 3. Mengidentifikasi kemampuan pasien beraktivitas
4. Memberikan penjelasn tentang manfaat aktivitas fisik
EVALUASI

NAMA : Tn. B RUANG : Anggrek 3C


UMUR : 68 Tahun NO.REG : 036***
NO DX. KEP TGL/ JAM CATATAN PERKEMBANGAN TTD
1. Ketidakstabilan kadar glukosa 25 Maret S : Tn. B mengatakan ”badan masih terasa lemas, sedikit pusing, dan sudah BAK 5 kali”. Tn
darah 2021/17.30 B mengatakan ”masih tidak nafsu makan tapi ini tadi sudah minum air putih habis 1
berhubungan dengan resistensi WIB gelas”
insulin
O : TD : 141/98, GDA : 232, BAK 5 kali sehari, klien tampak lemah, mulut kering

A : Masalah belum teratasi

P : Ulangi intervensi

2. Intoleransi Aktivitas 25 Maret S : Tn. B mengatakan ”badan masih terasa lemas dan kaki masih terasa nyut-nyutan kalau di
berhubungan dengan imobilitas 2021/18.00 buat jalan”. Tn B mengatakan ”ke kamar mandi masih di bantu istri dan jalan pelan-
WIB pelan soalnya badan terasa lemas sekali”

O : TD : 141/98, GDA : 232, klien tampak lemah, tampak tertatih saat berjalan

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

3. Resiko Infeksi berhubungan 26 Maret S : Tn. B mengatakan ”kaki sebelah kiri masih sulit di buat jalan dan sakit tapi sudah
dengan kerusakkan integritas 2021/15.00 enakkan bisa di buat jalan sedikit-sedikit”.
kulit WIB
O : TD : 148/101, GDP : 189, telapak kaki kiri terdapat luka terbuka kurang lebih 5cm, luka
tampak kemerahan, pus (-), bau (-), luka dibalut kasa bersih tidak ada rembesan maupun
darah.
A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi
4. Ketidakstabilan kadar glukosa 26 Maret S : Tn. B mengatakan ”badan sudah enakan nafsu makan juga sudah meningkat walaupun
darah 2021/17.00 makan tetap lumayan banyak, dan sudah BAK 6 kali”.
berhubungan dengan resistensi WIB
insulin O : TD : 148/101, GDP : 189, BAK 6 kali sehari, bibir kemerahan

A : Masalah teratasi sebagian

P : Ulangi intervensi

5. Intoleransi Aktivitas 26 Maret S : Tn. B mengatakan ”badan sudah enakkan namun kaki masih sedikit sakit kalau di buat
berhubungan dengan imobilitas 2021/17.15 jalan”. Tn B mengatakan ”sudah bisa ke kamar mandi sendiri tapi pelan-pelan sambil di
WIB dampingi istri takut nanti kalau tidak kuat lagi”

O : TD : 148/101, GDP : 189, berjalan tampak pelan-pelan

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi

TTD Pembimbing Lahan

Anda mungkin juga menyukai