Anda di halaman 1dari 43

Asuhan Keperawatan Pada An.

A dengan Prioritas Masalah


Gangguan Volume Cairan: Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
dengan Diare di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)


Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan

Oleh
MHD NURUL HUSIEN
132500081

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini yang merupakan salah satu syarat untuk mengikuti tugas akhir program
studi DIII Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Asuhan Keperawatan pada
An. A dengan Prioritas Masalah Gangguan Volume Cairan: Kurang dari
Kebutuhan Tubuh dengan Diare di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan”. Dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak baik moral maupun material, untuk itu dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat:
1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp. KMB selaku Wakil
Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, SKp, M.Kep. Sp. Mat selaku Wakil Dekan
III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen
Pembimbing Akademik saya.
5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku Dosen Pembimbing Karya
Tulis Ilmiah ini.
7. Ibu Dewi Elizadiani Suza, S.Kp, MNS, P.hD selaku Dosen Penguji Karya
Tulis Ilmiah ini.

Universitas Sumatera Utara


Dalam kesempatan ini juga, penulis secara khusus ingin memberikan
penghargaan yang sebesar-besarnya beserta ucapan terima kasih yang setulus-
tulusnya kepada:
1. Terutama rasa syukur dan terima kasih yang begitu mendalam kepada
orang tua saya sendiri Bapak Edi Iryanto dan Ibunda yang sangat saya
sayangi Siti Khadijah, yang selalu memberikan motivasi, dukungan moral
maupun material serta yang tiada henti mendoakan penulis, tak lupa juga
saya ucapkan terima kasih kepada kakak dan adik-adik saya.
2. Orang-orang yang tidak pernah kulupakan, yang sudah menjadi seperti
keluarga baru di dalam dunia perkuliahan, teman, sahabat, yang selalu
mendukung dan memotivasi saya yaitu, Mayditia Wulandari, Ramadhan
Syahputra, Hajijah Rahmayani Sinaga, dan Putri Fatma. Semoga karya
tulis ilmiah ini berguna dan bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi
kita semua.
3. Terima kasih juga kepada teman-teman satu bimbingan saya denga Ibu
Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS diantaranya Benget H Simalango, Rizki
Azhari Rambe dan Win Mahyuddin.
4. Terima kasih kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa/i DIII Keperawatan
Fakultas Keperawatan USU khususnya stambuk 2013

Medan, 02 Agustus 2016

(MHD NURUL HUSIEN)

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Orisinalitas ...................................................................................................... i
Lembar Pengesahan ....................................................................................... ii
Kata Pengantar .............................................................................................. iii
Daftar Isi ................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................ 4
C. Manfaat ................................................................................................ 4

BAB II PENGELOLAAN KASUS ............................................................... 5


A.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah
Kebutuhan Dasar VolumeCairan ......................................................... 5
1. Pengkajian ............................................................................................ 17
2. Analisa Data ......................................................................................... 17
3. Rumusan Masalah ................................................................................ 18
4. Perencanaan ......................................................................................... 19
B. Asuhan Keperawatan Kasus dengan Gangguan Volume Cairan
Kurang ................................................................................................ 23
1. Pengkajian ............................................................................................ 23
2. Analisa Data ......................................................................................... 28
3. Rumusan Masalah ................................................................................ 28
4. Perencanaan Keperawatan & Rasional ................................................ 29
5. Implementasi ........................................................................................ 31
6. Evaluasi ................................................................................................ 31

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 32


1. Kesimpulan ......................................................................................... 32
2. Saran ................................................................................................ 33

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 34


LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia terdiri atas unsur – unsur yang dibutuhkan
manusia untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan manusia. Kebutuhan
dasar manusia menurut teori Hirarki Abraham Maslow terdiri atas kebutuhan
fisiologis, aman nyaman, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter & Perry,
2010).
Teori Maslow merupakan teori yang dapat digunakan perawat untuk
memahami kebutuhan dasar manusia ketika mengaplikasikan asuhan
keperawatan. Kebutuhan dasar manusia merupakan fokus dalam asuhan
keperawatan. Bagi klien yang mengalami gangguan kesehatan, kemungkinan ada
satu atau beberapa kebutuhan dasar klien yang terganggu. Teori keperawatan
Virginia Henderson mencakup seluruh kebutuhan dasar manusia yang dibagi
menjadi 14 kerangka kerja dalam melakukan asuhan keperawatan atau lebih
sering disebut 14 kebutuhan dasar Henderson dan kebutuhan cairan terdapat
dalam urutan ke-2 yaitu “makan dan minum cukup” (Potter & Perry, 2010).
Gangguan volume cairan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.
Fisiologis yang harus dipenuhi apabila penderita telah banyak mengalami
kehilangan air, maka terjadi gejala dehidrasi. Terutama diare pada anak perlu
mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat sehingga tidak mempengaruhi
tumbuh kembang anak (A.Aziz Alimul H.2010).
Kebutuhan volume cairan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.
Fisiologis yang harus dipenuhi apabila penderita telah banyak mengalami
kehilangan air, maka terjadi gejala dehidrasi. Terutama diare pada anak perlu
mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat sehingga tidak mempengaruhi
tumbuh kembang anak (A.Aziz Alimul H.2010).
Gangguan Volume cairan terdapat pada diare. Diare dikatakan sebagai
keluarnya tinja berbentuk cair sebanyak tiga kali atau lebih dalam dua puluh jam
pertama, dengan temperatur rectal diatas 38oC dan muntah – muntah (Soegeng
Soegijanto, 2002).

Universitas Sumatera Utara


Diare merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system
gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan, dikarenakan keadaan
frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada
anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005).
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan
fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare disebabkan oleh transportasi air
dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Diseluruh dunia terdapat kurang lebih
500 juta anak menderita diare setiap tahunnya dan 20% dari seluruh kematian
pada anak yang hidup di negara berkembang berhubungan dengan diare serta
dehidrasi (Wong, 2008).
Berdasarkan survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare,
Departemen KesehatanRepublik Indonesia tahun 2011, proporsi terbesar penderita
diare pada balita adalah kelompok umur 6 – 11 bulan yaitu sebesar 21,65% lalu
kelompok umur 12-17 bulan sebesar14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar
12,37%. Hal ini merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan terutama
diare yang umumnya diderita oleh bayi dan balitadapatmenjadipenyumbang
kematianterbesar.Faktor hygiene dan sanitasi lingkungan, kesadaran orang tua
untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta pemberian ASI menjadi faktor yang
penting dalam menurunkan angka kesakitan diare pada bayi.
Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, insiden penyakit diare pada balita
adalah 10,2%, Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di Indonesia pada tahun 2011
adalah 0,29% meningkat menjadi 2,06% di tahun 2012 lalu mengalami penurunan
di tahun 2013 menjadi 1,08%. DiSumatera Utara, KLB diare untuk tahun 2012
adalah 1,22% , sedangkan di tahun 2013 meningkat menjadi 11,76%. Proporsi
kasus diare yang ditangani di Sumatera Utara adalah 41,34%, sedangkan sisanya
58,66% tidak mendapatkan penanganan.
Diare masih menjadi masalah yang menakutkan ditengah-tengah
masyarakat. Sebab, hal ini juga masih penyakit terbesar penyebab kematian pada
balita. Sejak Januari-September 2013, Rumah Sakit Umum (RSU) dr Pirngadi
Medan telah menangani sebanyak 478 penderita diare dan 10 penderita
dinyatakan meninggal dunia (Edison Peranginrangin, humas RSUD dr. Pirngadi).

Universitas Sumatera Utara


Penyebab utama kematian yang disebabkan oleh diare adalah karena
dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Dasar dari
semua diare adalah gangguan transportasi, larutan usus akibat perpindahan air
melalui membrane usus berlangsung pasif dan hal ini ditentukan oleh aliran dan
larutan secara aktif maupun pasif,terutama natrium klorida dan glukosa.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk menyusun
karya tulis ilmiah tentang asuhan keperawatan gangguan volume cairan: kurang
dari kebutuhan tubuh.

Universitas Sumatera Utara


B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada An. A dengan Prioritas Masalah
Gangguan Volume Cairan: Kurang dari Kebutuhan Tubuh.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada An. A dengan Masalah Gangguan
Volume Cairan: Kurang dari Kebutuhan Tubuh.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada An. A dengan Prioritas Masalah
Gangguan Volume Cairan: Kurang dari Kebutuhan Tubuh.
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada An. A dengan Prioritas Masalah
Gangguan Volume Cairan: Kurang dari Kebutuhan Tubuh.
d. Melakukan implementasi pada An. A dengan Prioritas Masalah Gangguan
Volume Cairan: Kurang dari Kebutuhan Tubuh.
e. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan yang telah dilakukan pada An. A
dengan Masalah Gangguan Volume Cairan: Kurang dari Kebutuhan Tubuh.

C. Manfaat
- Bagi penulis berguna sebagai pengalaman berharga, meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan dalam menjalankan asuhan keperawatan serta menambah
wawasan penulis mengenai Gangguan Volume Cairan: Kurang dari Kebutuhan
Tubuh.

- Bagi kegiatan belajar mengajar diharapkan dapat dijadikan masukan untuk


menambah dan meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa
keperawatan serta pembaca pada umumnya dalam memberikan asuhan
keperawatan.

- Bagi praktik keperawatan diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan


yang komprehensif dan berpikir kritis dalam melakukan asuhan terhadap
pasien khususnya dengan pasien kekurangan volume cairan.

- Bagi kebutuhan klien diharapkan menambah wawasan dan informasi untuk


mengurangi rasa sakit yang muncul sebelum tindakan medikasi diberikan.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Gangguan
Volume Cairan: Kurang dari Kebutuhan Tubuh.

Cairan merupakan komponen tubuh yang berperan dalam memelihara fungsi


tubuh dan proses homeostatis (Tarwoto dan Wartonah, 2010). Kebutuhan cairan
merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis, yang memiliki
proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh.
Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh (Alimul, 2006).

1. Volume Cairan Tubuh

Total jumlah volume cairan tubuh (Total Body Water–TBW) kira-kira 60%
dari berat badan pria dan 50% dari berat badan wanita. Jumlah volume ini
tergantung pada kandungan lemak badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit
menyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih banyak dari pria sehingga
jumlah volume cairan lebih rendah dari pria.Usia juga berpengaruh terhadap TBW
dimana makin tua usia makin sedikit kandungan airnya (Tarwoto dan Wartonah,
2010). Menurut Pranata (2013), komponen cairan tubuh sangat bervariasi
jumlahnya, yaitu: pada bayi yang lahir prematur komposisi cairan di dalam tubuh
sekitar 80% dari berat badan, pada bayi yang lahir normal komposisi cairan di
dalam tubuh berkisar antara 70-75% dari berat badan tubuh, pada masa remaja
komposisi cairan tubuh ini berkisar antara 65-70% dari berat badan tubuh, dan
pada orang dewasa komposisi cairan tubuh berkisar antara 50-60% dari berat
badan tubuh.

Universitas Sumatera Utara


Tanda- Tanda Klinis Dehidrasi (Sodikin, 2011)

Gejala Klinis Dehidrasi


Ringan Sedang Berat
Keadaan umum
Kesadaran Baik Gelisah Apatis- koma
Rasa haus + ++ +++
Sirkulasi
Nadi Normal Cepat Cepat sekali
Respirasi
Pernafasan Biasa Agak cepat Kussmaul (cepat
& dalam
Kulit
Ubun- ubun besar Agak cekung Cekung Cekung sekali
Mata Agak cekung Cekung Cekung sekali
Turgor dan Tonus Biasa Agak kering Kering sekali
Diuresis Normal Oliguria Anuria
Selaput lendir Normal Agak kering Kering/ Asidosis

Gambaran awal dimulai dengan bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah,
suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang (tidak ada), dan warna feses
berubah menjadi kehijau – hijauan karena bercampur empedu.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.Apabila penderita


telah banyak mengalami kehilangan cairan, maka terjadilah gejala dehidrasi.Berat
badan turun, ubun – ubun besar cekung pada bayi, tonus otot dan turgor kulit
berkurang, dan selaput lendir pada mulut dan bibir terlihat kering.Gejala klinis

Universitas Sumatera Utara


menyesuaikan dengan derajat atau banyaknya kehilangan cairan.Apabila dilihat
dari banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan
kehilangan berat badan.

Berdasarkan kehilangan berat badan, dehidrasi terbagi menjadi empat


kategori yaitu, tidak ada dehidrasi (bila terjadi penurunan berat badan 2,5%),
dehidrasi ringan (bila terjadi penurunan berat badan 2,5 – 5%), dehidrasi sedang
(bila terjadi penurunan berat badan 5- 10%), dan dehidrasi berat (bila terjadi
penurunan berat badan 10%) (Sodikin, 2011).

2. Pengaturan Volume Cairan Tubuh

Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara


jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar (Alimul, 2006). Jumlah
asupan cairan harus sama dengan jumlah cairan yang dikeluarkan dari tubuh.
Perubahan sedikit pada keseimbangan cairan dan elektrolit tidak akan
memberikan dampak bagi tubuh. Akan tetapi, jika terjadi ketidakseimbangan
antara asupan dan haluaran, tentunya akan menimbulkan dampak bagi tubuh
manusia. Mekanisme cairan adalah sebagai berikut (Pranata, 2013):

1) Jika intake air terlalu banyak, maka tubuh akan mengurangi sekresi ADH
(hormon anti diuretik) dari hipofisis posterior. Sehingga, terjadi penurunan
dalam reabsorbsi air di tubulus distal dan haluaran urine akan meningkat.

2) Dengan adanya peningkatan pada volume plasma, maka venous return juga
meningkat yang menyebabkan peregangan dinding atrium kanan. Regangan ini
akan merangsang pelepasan Atrial Natriuretic Peptide (ANP) dan terjadilah
peningkatan pengeluaran natrium dan air lewat urine.

3) Sebaliknya jika tubuh mengalami defisit volume intravaskuler. Maka tubuh


akan meningkatkan sekresi ADH, sehingga reabsorbsi air di ginjal akan
meningkat dan tubuh memberikan peringatan dalam bentuk rasa haus.

4) Kondisi hipovolemia ini juga menyebabkan tekanan darah menurun. Sehingga


akan merangsang sistem rennin-angiotensin dan terjadilah respon berupa

Universitas Sumatera Utara


pengurangan produksi urine.

3. Asupan Cairan

Asupan cairan merupakan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh


manusia.Secara fisiologis, manusia sudah dibekali dengan respon untuk
memasukkan cairan ke dalam tubuh.Respon haus merupakan refleks yang secara
otomatis menjadi perintah kepada tubuh memasukkan cairan.Pusat pengendali
rasa haus berada di dalam hipotalamus otak (Pranata, 2013).Asupan cairan dapat
langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain. Apabila terjadi
ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana asupan cairan kurang atau
adanya perdarahan, maka curah jantung menurun, menyebabkan terjadinya
penurunan tekanan darah (Alimul, 2006).

4. Pengeluaran/Haluaran Cairan

Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan


cairan.Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan
pengawasan asupan dan pengeluaran secara khusus.Peningkatan jumlah dan
kecepatan pernapasan, demam, keringat, muntah, dan diare dapat menyebabkan
kehilangan cairan secara berlebihan (Alimul, 2006).

Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:

1) Ginjal. Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170


liter darah untuk disaring setiap hari. Produksi urine untuk semua usia adalah
1 ml/kg/jam.Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH
dan aldosteron.

2) Kulit. Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang
merangsang aktivitas kelenjar keringat.Zat terlarut utama dalam keringat
adalah natrium, klorida, dan kalium. Kehilangan keringat yang nyata dapat
bervariasi dari 0 sampai 1000 ml atau lebih setiap jam, tergantung pada suhu
lingkungan. Kehilangan air yang terus menerus melalui evaporasi (kurang
lebih 600 ml/hari) terjadi melalui kulit sebagai perspirasi tidak– kasat mata
(Smeltzer & Bare, 2002).Insensible Water Loss (IWL) merupakan kehilangan

Universitas Sumatera Utara


air dari tubuh tanpa kita rasakan.IWL bisa melalui keringat, udara
pernapasan, dan eliminasi alvi (Pranata, 2013).Sedangkan menurut Tarwoto
dan Wartonah (2010) Isensible Water Loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24jam.

3) Paru-paru. Saat kita melakukan ekspirasi, tidak hanya CO2 yang kita keluarkan,
tetapi unsur air juga ikut keluar bersama karbondioksida. Jika kita
menghembuskan napas di depan kaca, maka kaca tersebut akan mengembun.
Itulah sebagai bukti bahwa udara ekspirasi mengandung air.IWL dari udara
pernapasan sekitar 400 ml setiap harinya.Akan tetapi, jumlah tersebut bisa
meningkat terkait perubahan frekuensi dan kedalaman pernapasan.

4) Gastrointestinal. Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal


setiap hari sekitar 100-200 ml. perhitungan IWL secara keseluruhan adalah
10-15 cc/kgBB/24 jam (Tarwoto dan Wartonah, 2010).

- Intake/cairan masuk: mulai dari cairan infus, minum, kandungan cairan


dalam makanan pasien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, albumin,
dll.

- Output/cairan keluar: feses dan urine dalam 24 jam, jika pasien dipasang
kateter maka hitung dalam ukuran di urobag.

- IWL (Insensible Water Loss): jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan
sulit dihitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafas.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan

Banyak faktor yang mampu mengakibatkan gangguan keseimbangan


cairan dan elektrolit.Tugas perawat adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang
mampu mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.Hal ini
dikarenakan pada setiap tahapan perkembangan mempunyai kebutuhan yang
berbeda. Berikut ini adalah hal-hal yang bisa mempengaruhi keseimbangan cairan
dan elektrolit, yaitu (Pranata, 2013):

1) Usia

Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini,

Universitas Sumatera Utara


usiaberpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan
metabolik, serta berat badan (Tamsuri, 2009). Secara normalnya, kebutuhan cairan
akan berjalan beriringan dengan perubahan perkembangan seseorang. Akan tetapi,
hal itu bisa berubah jika didapatkan penyakit. Dikarenakan faktor penyakit ini
akan mengganggu status hemostatis cairan dan elektrolit (Pranata, 2013).

2) Temperatur

Suhu lingkungan juga mempengaruhi kebutuhan cairan seseorang. Disaat


suhu lingkungan mengalami peningkatan, maka keringat akan lebih banyak
dikeluarkan untuk menjaga kelembaban kulit dan mendinginkan permukaan kulit
yang panas. Ion natrium dan klorida juga dilepaskan bersamaan dengan
keringat.Sedangkan pada kondisi suhu lingkungan dingin, respon tubuh kita
berbeda.Saat itu, pori-pori tubuh mengecil dan sedikit untuk memproduksi
keringat karena kulit kita sudah lembab. Akan tetapi, berbeda di ginjal dimana
aldosteron akan menurun. Sehingga urine yang dieksresikan akan lebih banyak.
Hal ini merupakan kompensasi tubuh untuk menjaga regulasi cairan dan elektrolit
dalam tubuh.Oleh karena itu, untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
tersebut diperlukan asupan yang adekuat (Pranata, 2013).

3) Diet

Dalam mempertahankan status cairan dan elektrolit, asupan cairan, garam,


kalium, kalsium, magnesium penting untuk diperhatikan. Secara langsung asupan
yang seimbang akan menjaga keseimbangan cairan. Selain itu, asupan
karbohidrat, protein, dan lemak juga berkaitan dengan keseimbangan asam basa
dan nantinya berhubungan dengan keseimbangan cairan dan elektrolit (Pranata,
2013). Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan
makanan yang tersimpan di dalamnya sehingga dalam tubuh terjadi pergerakan
cairan dari interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah
pemenuhan kebutuhan cairan (Alimul, 2006).

4) Stres

Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah

Universitas Sumatera Utara


dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine
(Tarwoto dan Wartonah, 2010).

5) Sakit

Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk
memperbaiki sel yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses pemenuhan
kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan
sistem dalam tubuh, seperti ketidakseimbangan hormonal, yang dapat
mengganggu keseimbangan kebutuhan cairan (Alimul, 2006).

6. Gangguan Keseimbangan Cairan

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akan memberikan dampak


yang sangat berarti bagi tubuh. Hal ini dikarenakan terjadinya kelebihan atau
kekurangan pada salah satu ruang.Ketidakseimbangan ini dipengaruhi oleh
osmolalitas atau oleh tekanan osmotik (Pranata, 2013). Dobson (1994) dikutip
dari Pranata (2013), mengemukakan bahwa pada kondisi terjadi penurunan
volume darah pada intravaskular, maka untuk melakukan kompensasi tersebut
cairan dari interstitial akan ditarik untuk mengisi di rongga intravaskular.
Pemberian cairan intravena yang terutama mengandung ion natrium dan klorida,
seperti NaCl fisiologis (9 gram/liter atau 0,9%) atau larutan Hartmann (larutan
Ringer Laktat) yang dapat bergerak bebas akan efektif untuk meningkatkan
volume intravaskular dalam waktu cepat.

Gangguan Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit (Smeltzer & Bare, 2002).

Ketidakseimbangan Faktor-faktor Penunjang Tanda/Gejala dan


Temuan
Laboratorium
Kekurangan volume Kehilangan air dan Kehilangan berat
cairan (hipovolemia) elektrolit, seperti muntah- badan akut,
muntah, diare, fistula, penurunan turgor
demam, berkeringat sangat kulit, oliguria, urine

Universitas Sumatera Utara


banyak, luka bakar, yang pekat, nadi
kehilangan darah, lemah cepat, waktu
penghisapan pengisian kapiler
gastrointestinal dan memanjang, tekanan
penurunan masukan, vena sentral rendah,
seperti pada anoreksia, tekanan ↓,
darah
mual, dan pendataran vena
ketidakmampuan untuk leher, pusing,
mendapat akses ke sumber kelemahan, haus dan
↑,
cairan. Diabetes insipidus kelam pikir, nadi
dan diabetes mellitus tidak keram otot.
terkontrol juga menunjang Laboratorium
terjadinya penipisan menunjukkan:
volume cairan hemoglobin dan
ekstraseluler. hematokrit ↑,
Kehilangan osmolalitas serum
dan osmolalitas urin
dan berat jenis urin ↑,
natrium urin ↓, BUN
dan keratin ↑.
Kelebihan volume Gangguan mekanisme Penambahan berat
cairan (hipervolemia) pengaturan, seperti gagal badan, edema,
ginjal, gagal jantung distensi vena
kongestif, dan sirosis, dan jugularis, krekles,
pemberian berlebihan dan kenaikan tekanan
cairan yang mengandung vena sentral, napas
natrium. Terapi pendek, tekanan
kortikosteroid darah ↑, nadi kuat
berkepanjangan, stres dan batuk.
hebat dan Laboratorium
hiperaldosteronisme menunjukkan:
menambah kelebihan hemoglobin dan

Universitas Sumatera Utara


cairan. hematokrit ↓,
osmolalitas serum
dan osmolalitas urin
↓, natrium dan berat
jenis urin ↓
Kekurangan natrium Kehilangan natrium, Anoreksia, mual dan
(hiponatremia) seperti pada penggunaan muntah, sakit kepala,
Serum natrium diuretik, kehilangan cairan letargi, konfusi, kram
<135mEq/L gastrointestinal, penyakit otot, kedutan otot,
ginjal dan insufisiensi kejang, papiledema.
adrenal. Penambahan air, Laboratorium
seperti pada pemberian menunjukkan:
berlebihan D5W dan natrium serum dan
suplemen air untuk pasien natrium urine ↓, berat
yang menerima pemberian jenis dan osmolalitas
makan melalui selang; urin ↓.
keadaan penyakit yang
berkaitan dengan SIADH
seperti trauma kepala dan
tumor, hiperglikemia dan
gagal jantung kongestif
menyebabkan kehilangan
natrium.
Kelebihan natrium Deprivasi air pada pasien Haus, kenaikan suhu
(hipernatremia) yang tidak mampu untuk tubuh, lidah kering
Serum natrium minum ketika ia ingin dan bengkak dan
>145mEq/L minum, pemberian makan membran mukosa
dengan selang tanpa menebal, halusinasi,
suplemen air yang letargi, gelisah,
adekuat, diabetes iritabilitas, kejang
insipidus, hiperventilasi, fokal dan grand mal,
dan diare berair. Kelebihan edema pulmonal.

Universitas Sumatera Utara


kortikosteroid, natrium Laboratorium
bikarbonat dan pemberian menunjukkan:
natrium klorida, dan natrium ↑,
serum
korban yang hampir natrium urin ↓, berat
tenggelam air garam. jenis dan osmolalitas
urin ↑
Kekurangan kalium Diare, muntah, Keletihan, anoreksia,
(hipokalemia) penghisapan lambung, mual dan muntah,
Serum kalium pemberian kelemahan otot,
<3,5mEq/L kortikosteroid,diuretik, penurunan motilitas
osmotik, alkalosis, usus, asistol atau
kelaparan, dan toksisitas fibrilasi ventricular,
digitalis. kram tungkai,
tekanan ↓,
darah
ileus, distensi
abdomen, EKG;
pendataran
gelombang T,
penonjolan
gelombang U,
depresi ST, dan
perpanjangan interval
PR.
Kelebihan kalium Gagal ginjal oligurik, Kelemahan otot yang
(hiperkalemia) penggunaan diuretik hemat rancu, bradikardia,
Serum kalium kalium pada pasien dengan disritmia, kram,
>5,0mEq/L insufisiensi ginjal, iritabilitas, ansietas.
asidosis, cedera akibat EKG: gelombang T
tabrakan, luka bakar, panjang tertekan ,
transfusi darah yang perpanjangan interval
diambil dari tempat PR dan durasi QRS,
penyimpanan bank darah tidak terdapatnya

Universitas Sumatera Utara


,dan pemberian infus gelombang P, depresi
kalium intravena yang ST.
cepat.
Kekurangan kalsium Hipoparatiroidisme (dapat Kebas, kesemutan
(hipokalsemia) menyertai bedah tiroid pada jari-jari tangan,
Serum kalsium atau diseksi radikal), jari kaki, kejang,
<8,5mg/dl malabsorpsi, pankreatitis, refleks hiperaktif
alkalosis, defesiensi tendon profunda,
vitamin D, infeksi bronkopasme, EKG;
subkutan masif, peritonitis perpanjangan interval
generalisata, transfusi QT.
masif darah yang
mengandung sitrat, dan
fase diuretik gagal ginjal.
Kelebihan kalsium Hiperparatiroidisme, Kelemahan otot,
(hiperkalsemia) penyakit neoplastik konstipasi, anoreksia,
Serum kalsium malignan, imobilisasi mual dan muntah,
>10,5mg/dl lama, penggunaan berlebih poliuria dan
suplemen kalsium, polidipsia, refleks
kelebihan vitamin D, fase hipoaktif tendon
oliguri gagal ginjal, profunda, letargi,
asidosis, dan toksisitas nyeri tulang dalam,
digogsin dan gambaran
patologi. EKG;
pemendekan interval
QT, bradikardia, blok
jantung.
Kekurang magnesium Alkoholisme kronis, Iritabilitas
(hipomagnesemia) hiperparateroidisme, neuromuskular,
Serum magnesium hiperaldosteronisme, fase insomnia, perubahan
<1,8mg/dl diuretik gagal ginjal, suasana hati, dan
gangguan malabsorbsi, anoreksi serta

Universitas Sumatera Utara


diabetik ketoasidosis, muntah.
pemberian makan kembali
setelah masa kelaparan,
dan preparat farmakologis
tertentu (seperti
gentamisin, sisplantin).
Kelebihan magnesium Fase oliguri gagal ginjal Kemerahan,
(hipermagnesemia) (terutama saat diberikan hipotensi,
Serum magnesium medikasi yang mengantuk, refleks
>2,7mg/dl mengandung magnesium), hipo aktif, depresi
insufisiensi adrenal, pernafasan, henti
pemberian magnesium jantung dan koma,
intravena yang berlebihan diaphoresis. EKG;
takikardia,
bradikardia,
perpanjangan interval
PR dan PQRS.
Kekurangan fosfor Pemberian makan kembali Parastesia,
(hipofosfatemia) setelah periode kelaparan, kelemahan otot, nyeri
Serum fosfor henti alkohol, diabetik tulang dan nyeri
<2,5mg/dl ketoasidosis, respiratori tekan, nyeri dada,
alkalosis, magnesium↓, kelam pikir,
kalium ↓, kardiomiopati, gagal
hiperparatiroidisme, napas, peningkatan
muntah, diare, kerentanan terhadap
hiperventilasi, defisiensi infeksi.
vitamin D yang
berhubungan dengan
gangguan malabsorbsi.

Diare didefenisikan sebagai pasase feses cair lebuh dari tiga kali dalam
sehari disertai kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feses. Secara

Universitas Sumatera Utara


epidemiologik biasanya diare di defenisikan dengan keluarnya feses lunak atu cair
tiga kali atau lebih dalam satu hari ,namun para ibu mungkin menggunakan istilah
yang berbeda untuk menggambarkan diare (sodikin, 2011).

Diare Akut

Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak
yang sebelumnya sehat.Penyakit diare akut dapat ditularkan dengan cara fekal –
oral melalui makanan dan minuman yang tercemar.Diare cair akut menyebabkan
dehidrasi dan bila masukan makanan berkurang, juga mengakibatkan kurang gizi,
bahkan kematian yang di sebabkan oleh dehidrasi.

1. Pengkajian

1) Dapatkan riwayat penyakit termasuk hal – hal berikut.


a) Kemungkinan memakan makanan atau air terkontaminasi.
b) Kemungknan infeksi di tempat lain (misalnya pernafasan, infeksi
saluran kemih)
2) Lakukan pengkajian fisik rutin
3) Observasi adanya manisfestasi gastroenteritis
4) Kaji status dehidrasi
5) Catat keluaran rektal yang meliputi jumlah, volume, dan karakteristik.
6) Observasi dan catat adanya tanda – tanda yang berkaitan seperti
tenesmus, kram, dan muntah.
7) Identifikasi sumber infeksi misalnya periksa anggota rumah yang lain
dan rujuk pada pengobatan bila diindikasikan.

2. Analisa Data

Data dasar adalah kumpulan data berisikan status kesehatan klien,


kemampuan klien untuk mengelolah kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil
konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.Data fokus adalah data
tentang perubahan – perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah
kesehatannya serta hal- hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap
klien (Potter & Perry, 2010).

Universitas Sumatera Utara


Data Etiologi Rumusan Masalah
Data Subjektif: Kegagalan mekanisme Gangguan volume
- Perubahan regulasi cairan: kurang dari
status mental kebutuhan tubuh.
- Adanya haus
dan kelemahan Terjadilah muntah dan
secara herbal mencret
Data Objektif:
- Peningkatan
suhu tubuh Kehilangan cairan aktif
- Penurunan
tekanan darah
- Membran Penurunan output urine
mukosa kering
- Penurunan
berat badan 2,5 Penurunan berat badan
– 5% tiba – tiba

Dehidrasi ringan
Gangguan volume cairan:
kurang dari kebutuhan
tubuh

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan pengkajian dan analisa data, ditemukan alternatif diagnosa


keperawatan yang mungkin muncul pada masalah kebutuhan dasar kekurangan
cairan menurut (NANDA 2012) yaitu:

a. Gangguan volume cairan: kurang dari kebutuhan tubuh


b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

Universitas Sumatera Utara


4. Perencanaan

Perencanaan adalah teori dari prilaku keperawatan dimana tujuan yang


berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut.Selama perencanaan, dibuat
prioritas. Selain berkolaborasi dengan klien dan keluarganya, perawatan
berkonsultasi dengan anggota tim perawat kesehatan lainnya, menelaah literatur
yang berkaitan memodifikasi asuhan, dan mencatat informasi yang relevan
tentang kebutuhan keperawatan kesehatan klien dan penatalaksanaan klinik
(Potter & Perry, 2010).

Menurut (NANDA, 2012) yang didapatkan dua diagnosa keperawatan


yaitu: gangguan volume cairan: kurang dari kebutuhan tubuh dan
ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. Berdasarkan hasil
rumusan masalah, ditemukan perencanaan keperawatan pada klien dengan
masalah gangguan volume cairan yang meliputi tujuan kriteria hasil dan
intervensi.

1. Gangguan volume cairan: kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan kegagalan mekanisme pengaturan intake
cairan
Tujuan: Hasil Yang Intervensi
Anak Diharapkan: • Beri larutan rehidrasi oral
menunjukan Anak (LRO) untuk rehidrasi dan
tanda – tanda menunjukan penggantian kehilangan
dehidrasi dan tanda – tanda cairan melalui feses. Berikan
mempertahankan hidrasi yang LRO sedikit tapi sering,
hidrasi adekuat adekuat khususnya bila anak muntah,
(uraikan). kecuali jika muntah hebat –
bukanlah kontraindikasi
untuk penggunaan LRO.
• Beri agens antimikroba seuai
ketentuan untuk mengobati

Universitas Sumatera Utara


patogen khusus yang
menyebabkan kehilangan
cairan berlebihan.
• Setelah rehidrasi, berikan diet
reguler pada anak sesuai
toleransi karena penelitian
menunjukan pemberian ulang
diet normal secara dini
bersifat menguntungkan
untuk menurunkan jumlah
defekasi dan penurunan berat
badan serta pemendekan
durasi penyakit.
• Ganti LRO dengan cairan
rendah natrium seperti air,
ASI, formula bebas laktosa,
atau formula yang
mengandung setengah laktosa
untuk mempertahankan terapi
cairan.
• Pertahankan pencatatan yang
ketat terhadap masukan dan
keluaran (urine, feses, dan
emesis) untuk mengevaluasi
keefektifan intervensi.
• Pantau berat jenis urine setiap
8 jam atau sesuai indikasi
untuk mengkaji hidrasi.
• Timbang berat badan anak
untuk mengkaji dehidrasi.
• Kaji tanda – tanda vital,
turgor kulit, membran

Universitas Sumatera Utara


mukosa, dan status mental
setiap 4 jam atau sesuai
ndikasi untuk mengkaji
hidrasi
• Hindari masukan cairan
seperti juice buah, miniman
berkarbonat, dan gelatin
karena cairan ini biasanya
tinggi karbohidrat, rendah
eektrolit, dan mempunyai
osmolalitas tinggi.
• Intruksikan keluarga dalam
memberikan terapi yang
tepat, pemantauan masukan
dan keluaran, dan mengkaji
tanda – tanda dehidrasi untuk
menjamin hasil yang
optimum dan memperbaiki
kepatuhan terhadap aturan
terapeutik.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kehilangan cairan melalui diare, intake
nutrisi yang tidak adekuat.
Tujuan: Hasil Yang Intervensi
Anak Diharapkan: • Setelah rehidrasi,
mengkonsunsi Anak instruksikan ibu melanjutkan
nutrisi adekuat mengkonsumsi pemberian ASI, karena hal ini
untuk nutrisi yang di cenderung mengurangi
mempertahankan tentukan dan kehebatan dan durasi
berat badan yang menunjukan penyakit.
sesuaui dengan penambahan • Hindari pemberian diet
usia. berat badan pisang, beras, apel, dan roti

Universitas Sumatera Utara


memuaskan panggang atau teh, karena
diet ini rendah energi dan
protein, terlalu tinggi dalam
karbohidrat, dan rendah
elektrolit.
• Obsevasi dan catat respons
terhadap pemberian makanan
untuk mengkaji toleransi
pemberian makanan.
• Instruksikan keluarga dalam
memberikan diet yang tepat
untuk meningkatkan
kepatuhan terhadap program
terapeutik.
• Gali masalah dan prioritas
anggota keluarga untuk
memperbaiki kepatuhan
terhadap program terapeutik.

Universitas Sumatera Utara


FORMAT PENGKAJIAN PASIEN
DI RSUD PIRNGADI KOTA MEDAN

I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 5 Bulan
Status Perkawinan :-
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : Jln. Saudara, gg. Kelapa, Perumahan kelapa asri
Tanggal Pengkajian :31 Mei 2016

II. KELUHAN UTAMA


Ny. S membawa klien ke RS dengan keluhan mencret sebanyak 5 kali
dalam sehari dan muntah-muntah sebanyak 2 kali sejak 2 hari yang lalu. An. A
tampak rewel dan gelisah, mata tampak cekung, mukosa bibir kering.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Ny. S mengatakan bahwa ia memberikan susu formula kepada An. A dan
3 jam kemudian setelah minum susu An. A muntah dan mencret. An. A tampak
lemah,rewel dan gelisah, mata cekung. An. A mencret 5 kali dalam sehari dengan
konsistensi cair dan sedikit ampas.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


A. Penyakit yang pernah dialami :Ny.S mengatakan bahwa An.A belum
pernah mengalami sakit seperti ini, An.A hanya mengalami sakit ringan saja

Universitas Sumatera Utara


seperti demam,dan batuk biasa dan hanya akan diberi obat yang di beli dari
apotek atau puskesmas terdekat.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan:Ny.s mengatakan hanya akan
memberi kompres dingin jika An.A demam dan akan memberi sirup/obat
yang di beli dari apotek atau puskesmas terdekat jika An.A sedang pilek atau
batuk.
C. Pernah dirawat/dioperasi : An. A tidak memiliki riwayat sakit atau
operasi sebelumnya.
D. Lama dirawat : Tidak pernah.
E. Alergi : Tidak ada.
F. Imunisasi :An. A belum lengkap mendapatkan
imunisasi.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


A. Orangtua : Tn.R dan Ny.S tidak memiliki riwayat
penyakit keturunan dan sampai sekarang masih tetap sehat
B. Saudara kandung : An.A belum memiliki saudara karena An.A
merupakan anak pertama dari pasangan Tn.R dan Ny.S

VI. PEMERIKSAAN FISIK


A. KeadaanUmum
Kesadaran umum An.A compos mentis, seluruh anggota tubuh lengkap
dan berfungsi dengan baik serta tidak ada penyakit ataupun cacat yang
dibawa sejak lahir

B. Tanda-tanda vital
- Suhu Tubuh : 380C.
- Tekanan Darah :-
- Nadi : 150 x/menit.
- Pernafasan : 40 x/menit.
- PB : 67,5cm.
- BB : 7,6Kg.

Universitas Sumatera Utara


C. Pemeriksaan Head to Toe
Kepala dan Rambut
- Bentuk : Simetris, tidak ada benjolan.
- Ubun-ubun : ubun-ubun lunak, agak
cekung.
- Kulit kepala : Bersih.
Rambut
- Penyebaran dan Keadaan Rambut : Ada tetapi tidak merata
- Warna kulit :-
- Bau :-
Wajah
- Warna kulit : Pucat.
- Struktur wajah : Simetris.
Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan : Agak cekung, kedua mata
lengkap dan simetris.
- Konjungtiva dan sclera : Konjungtiva pucat dan
tampak anemis dan sclera berwarna putih.
- Pupil : Hitam dan bulat.
- Kornea dan iris : Kornea transparan dan iris
mata jernih.
Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi :Simetris dan posisi septum
nasi berada di garis tengah.
- Lubang hidung : Tidak ada sekret atau lendir.
- Cuping hidung : Tidak ada.
Telinga
- Bentuk telinga :Simetris dan kembali setelah
dilipat.
- Ukuran posisi telinga : Simetris.
- Lubang telinga : Tidak ada lendir.
- Ketajaman pendengaran : Baik.

Universitas Sumatera Utara


Mulut dan Faring
- Keadaan bibir : Bibir tampak kering, simetris.
- Keadaan gusi dan gigi : Keadaan gusi kering tidak ada lesi dan
tanda-tanda pembengkakan, gigi An.A belum ada
- Keadaan lidah : Keadaan lidah An.A simetris dan berada
pada garis tengah dan berwarna merah
pudar.

Leher
- Posisi trakhea : Simetris.
- Thyroid : Tidak ada pembengkakan.
- Suara : Nyaring.
- Kelenjar limfe : Tidak ada pembengkakan.
- Vena jugularis : Teraba.
- Denyut nadi karotis : Teraba.

Pemeriksaan Integumen
- Kebersihan : Bersih.
- Kehangatan : Hangat.
- Warna : Agak Pucat.
- Turgor : turgor kulit kembali normal dalam 1-2
detik.
- Kelembapan : Lembab.
- Kelainan pada kulit : Tidak ada.

Pemeriksaan Thoraks/Dada
- Inspeksi : Pengembangan dada simetris.
- Pernafasan : Frekuensi (reguler)dan Irama (vesikuler).
- Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada.

Pemeriksaan Muskuloskeletal/Ekstremitas
- Kesimetrisan : simetris.

Universitas Sumatera Utara


- Kekuatan otot : Baik.
- Edema : Tidak ada.

VII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


I. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan/hari : An. A minum ASI dan di tambah dengan
susu formula.dan tdk bsa di tentukan seberapa banyak dlm sehari.
- Nafsu makan : Baik.
- Nyeri ulu hati : Tidak ada.
- Alergi : Tidak ada.
- Mual dan muntah : ada.
II. Perawatan diri/personal hygiene
- Kebersihan tubuh : Bersih.
- Kebersihan gigi dan mulut : Kurang bersih.
- Kebersihan kuku kaki dan tangan : bersih.
III. Pola eliminasi
a. BAB
- Pola BAB : 5 x sehari.
- Karakter feses : cair dan sdikit ampas .
- Riwayat perdarahan : Tidak ada perdarahan.
- Diare : ada.
- Penggunaan laksatif : Tidak ada.
b. BAK
- Pola BAK : Tidak teratur.
- Karakter urine : Kuning keruh.
- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak ada.
- Penggunaan diuretik : Tidak ada.
- Upaya mengatasi masalah : Tidak ada.

Universitas Sumatera Utara


2. Analisa Data
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan ditemukan analisa data pada
tabel berikut yang menjelaskan secara rinci yaitu:

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1. Data Subjektif : Minum susu Gangguan
Ny. S mengatakan bahwa ia formula volume cairan:
memberikan susu formula kurang dari
kepada An. A dan 3 jam Alergi susu tinggi kebutuhan
kemudian setelah minum susu laktosa tubuh.
An. A mencret dan muntah.
An. A mencret selama 2 hari Muntah dan
sebelum masuk RS. Frekuensi mencret
mencret 5 kali dalam 24 jam,
dengan konsistensi cair dan Dehidrasi ringan
sedikit ampas.
Data Objektif Gangguan volume
- An. A tampak lemah cairan: kurang dari
dan rewel kebutuhan tubuh.
- Mukosa bibir kering
- An. A tampak gelisah,
dan mata An. A cekung

3. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data diatas ditemukan 1 diagnosa
keperawatan utama yaitu: Gangguan volume cairan: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kegagalan mekanisme pengaturan intake cairan ditandai
dengan Ny. S mengatakan bahwa ia memberikan susu formula kepada An. A dan 3
jam kemudian setelah minum susu An. A mencret dan muntah. An. A mencret
selama 2 hari sebelum masuk RS. Frekuensi mencret 5 kali dalam 24 jam, dengan
konsistensi cair dan sedikit ampas.

Universitas Sumatera Utara


4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional

Berdasarkan masalah yang ditemukan dari analisa data diatas, maka


penulis melakukan perencanaan tindakan keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada An. A yang tercantum dalam tabel berikut:

Gangguan volume cairan: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kegagalan mekanisme pengaturan intake cairan.
Tujuan: Hasil Yang Intervensi
Anak Diharapkan: • Beri larutan rehidrasi oral (LRO)
menunjukan Anak untuk rehidrasi dan penggantian
tanda – tanda menunjukan kehilangan cairan melalui feses.
dehidrasi dan tanda – tanda Berikan LRO sedikit tapi sering,
mempertahankan hidrasi yang khususnya bila anak muntah,
hidrasi adekuat adekuat kecuali jika muntah hebat –
(uraikan). bukanlah kontraindikasi untuk
penggunaan LRO.
• Beri agens antimikroba sesuai
ketentuan untuk mengobati
patogen khusus yang
menyebabkan kehilangan cairan
berlebihan.
• Setelah rehidrasi, berikan diet
reguler pada anak sesuai toleransi
karena penelitian menunjukan
pemberian ulang diet normal
secara dini bersifat
menguntungkan untuk
menurunkan jumlah defekasi dan
penurunan berat badan serta
pemendekan durasi penyakit.
• Ganti LRO dengan cairan rendah
natrium seperti air, ASI, formula

Universitas Sumatera Utara


bebas laktosa, atau formula yang
mengandung setengah laktosa
untuk mempertahankan terapi
cairan.
• Pertahankan pencatatan yang
ketat terhadap masukan dan
keluaran (urine, feses, dan
emesis) untuk mengevaluasi
keefektifan intervensi.
• Pantau berat jenis urine setiap 8
jam atau sesuai indikasi untuk
mengkaji hidrasi.
• Timbang berat badan anak.
• Kaji tanda – tanda vital, turgor
kulit, membran mukosa, dan
status mental setiap 4 jam atau
sesuai indikasi untuk mengkaji
hidrasi
• Hindari masukan cairan seperti
juice buah, miniman berkarbonat,
dan gelatin karena cairan ini
biasanya tinggi karbohidrat,
rendah elektrolit, dan mempunyai
osmolalitas tinggi.
• Intruksikan keluarga dalam
memberikan terapi yang tepat,
pemantauan masukan dan
keluaran, dan mengkaji tanda –
tanda dehidrasi untuk menjamin
hasil yang optimum dan
memperbaiki kepatuhan terhadap
aturan terapeutik.

Universitas Sumatera Utara


5. Implementasi

Setelah intervensi asuhan keperawatan disususn, penulis melakukan


implementasi sesuai dengan intervensi tersebut.Selain itu penyusun juga
menyusun intervensi yang tidak ada diimplementasi pemberian agens mikroba
sesuai ketentuan untuk mengobati patogen khusus yang menyebabkan kehilangan
cairan berlebihan.Dikarenakan keterbatasan pengetahuan penulis mengenai
intervensi tersebut.Mengukur tanda-tanda vital selalu dilakukan pada saat
melakukan implemntasi, meskipun tidak tercantum dalam susunan intervensi yang
telah disusun sebelumnya.

6. Evaluasi

Tujuan dan kriteria hasil yang direncanakan pada dua masalah


keperawatan yang ditemukan pada klien tercapai sebagian. Terkait masalah
gangguan volume cairan: kurang dari kebutuhan tubuh ditemukan bahwa klien
sudah tidak rewel, klien tampak lebih aktif dari sebelumnya, frekuensi nadi dalam
ambang batas normal, dan kesadaran umum klien sudah membaik. Tetapi mata
klien masih cekung, rasa haus klien masih ada. Beberapa kendala yang penulis
hadapi dalam pengelolaan kasus dengan prioritas masalah gangguan volume
cairan: kurang dari kebutuhan tubuh. Hal tersebut terjadi karena beberapa sebab
antara lain terbatasnya waktu yang diberikan selama pengelolaan kasus pada
klien, terbatasnya waktu yang tersedia pada klien dikarenakan klien harus banyak
istirahat, serta terbatasnya pengetahuan penulis tentang penatalaksanaan dehidrasi.
Tetapi kendala-kendala yang penulis hadapi dapat diselesaikan dengan adanya
faktor pendukung seperti kooperatifnya klien dan keluarga saat penulis melakukan
pengkajian sampai dengan evaluasi, serta dukungan dari dosen pembimbing dan
teman-teman sejawat selama pengelolaan kasus dilakukan.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian yang dilakukan kepada An.A didapatkan Data Subjektif: Ny.
S mengatakan bahwa ia memberikan susu formula kepada An. A dan 3 jam
kemudian setelah minum susu An. A mencret dan muntah. An. A mencret
selama 2 hari sebelum masuk RS. Frekuensi mencret 5 kali dalam 24 jam,
dengan konsistensi cair dan sedikit ampas.Data Objektif: An. A tampak
lemah dan rewel,mukosa bibir kering. An. A tampak gelisah, dan mata An.
A cekung .
2. Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa diatas ditemukan 1 diagnosa
keperawatan utama yaitu: Gangguan volume cairan: kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan mekanisme
pengaturan intake cairan ditandai dengan Ny. S mengatakan bahwa ia
memberikan susu formula kepada An. A dan 3 jam kemudian setelah
minum susu An. A mencret dan muntah. An. A mencret selama 2 hari
sebelum masuk RS. Frekuensi mencret 5 kali dalam 24 jam, dengan
konsistensi cair dan sedikit ampas.
3. Setelah intervensi asuhan keperawatan disususn, penulis melakukan
implementasi sesuai dengan intervensi tersebut. Selain itu penyusun juga
menyusun intervensi yang tidak ada diimplementasi pemberian agens
mikroba sesuai ketentuan untuk mengobati patogen khusus yang
menyebabkan kehilangan cairan berlebihan. Dikarenakan keterbatasan
pengetahuan penulis mengenai intervensi tersebut. Mengukur tanda tanda
vital selalu dilakukan pada saat melakukan implemntasi, meskipun tidak
tercantum dalam susunan intervensi yang telah disusun sebelumnya.
4. Evaluasi yang dilaksanakan selama dua hari masalah keperawatan belum
teratasi karena klien belum mampu mencukupi asupan kebutuhan cairan
secara adekuat.

Universitas Sumatera Utara


B. Saran

Saran dari penulis setelah menyusun karya tulis ilmiah ini adalah:

1. Bagi Keluarga
Keluarga adalah orang terdekat dari klien, diharapkan dapat saling bekerja
sama dalam menemukan intervensi paling tepat dan dapat membantu klien untuk
mengatasi masalah gangguan volume cairan: kurang dari kebutuhan tubuh.

2. Bagi Pelayanan Keperawatan


Diharapkan untuk lebih memperhatikan status perkembangan kesehatan
klien dan selalu mengevaluasi setiap tindakan yang telah diberikan. Di rumah
sakit dibutuhkan seorang pelayan kesehatan harus pandai berbaur dan membina
hubungan yang baik kepada masyarakat, dan memperhatikan mereka sebagai
individu yang unik dan holistik. Karena ketika seorang pelayan keperawatan lalai
dan tidak kritis dalam hal memberikan asuhan keperawatan dapat berdampak
buruk bagi status kesehatan pasien.

3. Bagi Pendidikan Keperawatan


Pendidikan keperawatan sebaiknya lebih meningkatkan kualitas
pendidikan mahasiswa, khususnya sebelum melakukan praktik baik di rumah sakit
maupun di komunitas demi meningkatkan kenyamanan bagi klien. Terutama
masalah keperawatan tentang gangguan volume cairan yang dialami klien, baik di
rumah sakit maupun di komunitas, karena masalah gangguan volume cairan:
kurang dari kebutuhan tubuh merupakan kebutuhan dasar yang sangat mutlak dan
harus dipenuhi, sehingga mahasiswa perlu dibekali sebelum melakukan praktik
keperawatan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

NANDA. (2012). Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan Klasifikasi 2012 – 2014.


Jakarta: ECG

Potter, Patricia & Perry, Anne. (2010). Fundamental Keperawatan. Edisi 8-Buku
2. Jakarta: EGC

Potter, Patricia & Perry, Anne. (2010). Fundamental Keperawatan. Edisi 8-Buku
3. Jakarta: EGC

Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem


Gastrointestinaldan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika

Soegijanto, Soegeng. (2002). Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa & Penatalaksanaan.


Jakarta: Salemba Medika.

Tarwoto dan Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Universitas Sumatera Utara


CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/
Pukul Implementasi evaluasi
Tanggal
Selasa, 31 08.00 1. Melakukan pengkajian Subjektif:
Mei 2016 14.00 Ny. S mengatakan
kepada klien
WIB
bahwa anaknya
2. Mengkaji tanda – tanda vital
masih rewel dan
dan turgor kulit klien untuk
gelisah, setiap diberi
mengetahui
ASI muntah.
perkembangannya
Objektif:
3. Memberikan larutan
An. A tampak lemas.
rehidrasi oral dengan 100
Mukosa bibir
mg air hangat, 1 sendok teh
tampak kering.
gula, ¼ sendok teh garam,
Hasil pengukuran
diberikan sedikit demi
TTV:
sedikit apabila anak muntah.
HR : 150 x/menit
4. Mengganti popok klien
RR : 40 x/menit.
apabila klien BAB dan
Temp: 38oC.
BAK.
Assessment:
5. Membersihkan bokong klien
Masalah belum
setelah mengganti popok
Teratasi.
klien.
6. Memberikan keadaan yang
Planning:
nyaman pada bokong untuk
Intervensi
mencegah agar tidak terjadi
dilanjutkan.
kemerahan.
7. Kolaborasikan dengan status
klien tentang pemasukan
dan pengeluaran cairan.

Universitas Sumatera Utara


Hari/
Pukul Implementasi Evaluasi
Tanggal
Rabu, 01 08.00 1. Memberikan penkes kepada Subjektive:
Juni 2016 – orang tua klien tentang Orang tua klien
15.00 pentingnya ASI eksklusif mengatakan klien
WIB 2. Mengkaji TTV dan turgor sudah tidak rewel
kulit klien untuk mengetahui lagi.
perkembangannya Objektive:
3. Menganjurkan keluarga Klin tampak lebih
untuk memberikan terapi tenang dari hari
yang tepat serta sebelumnya,dan
mengajarkan keluarga konsistensi BAB
bagaimana mengkaji tanda- klien feses lunak dan
tanda dehidrasi berwarna coklat.
4. Mengganti popok klien saat Hasil pengukuran
klien BAB. TTV:
5. Membersihkan bokong klien HR: 130 x/ menit
setelah mengganti popok RR: 37 x/ menit
klien T: 36oC
6. Memantau keadaan bokong Assesment:
dan perineum untuk Masalah sebagian
mengetahui ada tidaknya teratasi.
kandida. Planning:
7. Menyarankan keluarga Intervensi di
untuk tidak menggunakan lanjutkan
tisu basah karna akan
menyebabkan rasa
menyengat.
8. Menyarankan ibu klien
untuk memberikan ASI jika
klien tampak kehausan

Universitas Sumatera Utara


Hari/
Pukul Implementasi Evaluasi
Tanggal
Kamis/ 02 08: 1. Mengkaji keadaan umum Subjective:
Juni 2016 00- klien dan TTV klien. -
15:00 2. Mengganti popok klien saat Objective:
WIB klien BAB> Klien tampak
3. Membersihkan bokong klien tenang,mukosa bibir
setelah mengganti popok baik,turgor kulit
klien. baik, dan feses klien
4. Memberikan keadaan yang lunak dan berwarna
nyaman untuk kulit bokong kuning kecoklatan
agar terbebas dari dan berbau.
kemerahan. TTV:
5. Memberikan penkes kepada HR: 127 x/ menit
orang tua klien tentang RR: 37 x/ menit
kebutuhan nutrisi pada T: 36,50C
bayi. Assesment:
Masalah sudah
teratasi
Planning:

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai