Barbandensis Mill.) DAN BIJI BUNGA MATAHARI
Barbandensis Mill.) DAN BIJI BUNGA MATAHARI
Disahkan oleh,
ii
KATA PENGANTAR
Laporan Praktik Kimia Terpadu (PKT) yang berjudul ini Sintesis Dan Analisis
Losion Kulit Dari Campuran Bahan Organik Dengan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe
barbandensis Mill.) dan Biji Bunga Matahari (Helianthus annuus L.) disusun
sebagai syarat melengkapi tugas dan nilai semester VII di Sekolah Menengah
Kejuruan – SMAK Bogor. Di semester VII ini para siswa wajib melakukan Praktik
Kimia Terpadu (PKT) dengan pembimbing untuk menyusun proposal, melakukan
praktik, menyusun makalah seminar hasil praktik, melaksanakan seminar, dan
menulis laporan. Keseluruhan kegiatan ini dilakukan sepanjang satu semester.
Adapun isi laporan ini meliputi: pendahuluan mengenai latar belakang,
pentingngnya masalah, dan tujuan, tinjauan pustaka, metode sintesis, metode
analisis, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan saran, serta daftar pustaka.
Puji syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmatnya laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Tidak lupa ucapan terimakasih kepada:
1. Dwika Riandari, M.Si sebagai Kepala Sekolah Menengah Kejuruan –
SMAK Bogor.
2. Ir. Tin Kartini, M.Si sebagai kepala Laboratorium Sekolah Menengah
Kejuruan – SMAK Bogor.
3. Ir. Masyitah Yusah sebagai pembimbing PKT 12 yang senantiasa
memberi kami bimbingan, arahan, dan nasehat.
4. Semua unsur pendidik dan tenaga kependidikan Sekolah Menengah
Kejuruan – SMAK Bogor
5. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa, dorongan, dan
dukungan baik moril maupun materil.
6. Semua pihak yang telah membantu kami secara langsung maupun tidak
langsung atas selesainya laporan ini.
Pada kesempatan ini tim penyusun masih membuka kritik dan saran.
Sehingga kritik dan saratn tersebut dapat menjadi suatu acuan untuk
memperbaiki laporan ini. Laporan ini masih jauh dari sempurna, karena
kesempurnaan hanya milik Tuhan.
Tim penyusun amat berharap kepada seluruh pembaca laporan ini dapat
membantu dalam kegiatan sintesis dan analisis produk serta menambah ilmu
iii
pengetahuan dalam bidang analisis. Diharapkan pembaca di luar bidang analis
kimia pun dapat memanfaatkannya.
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
C. Tujuan ...................................................................................................... 3
A. Losion Kulit............................................................................................... 4
C. Kewirausahaan ...................................................................................... 23
A. Kesimpulan ............................................................................................ 25
B. Saran ..................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 26
LAMPIRAN ........................................................................................................ 28
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Sintesis Ekstrak Lidah Buaya (Aloe barbandensis Mill.) dengan
Metode Maserasi .............................................................................. 14
Gambar 2. Bagan Sintesis Ekstrak Biji Bunga Matahari (Helianthus annuus L.)
dengan Metode Ekstraksi Soxhlet .................................................... 15
Gambar 3. Bagan Sintesis Losion Kulit dari Campuran Bahan Organik dengan
Ekstrak Lidah Buaya (Aloe barbandensis Mill.) dan Biji Bunga
Matahari (Helianthus annuus L.) ....................................................... 16
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak berabad-abad yang lalu, kosmetik telah digunakan dan dikenal oleh
masyarakat. Hasil riset serta penyelidikan antropologi, arkeologi, dan etnologi di
Mesir dan India membuktikan adanya pemakaian ramuan seperti bahan pegawet
mayat dan salep-salep aromatik, yang dianggap sebagai bentuk awal kosmetik
yang kita kenal sekarang ini. Hal ini menunjukkan perkembangan kosmetik pada
masa itu.
Sejak 3000 Sebelum Masehi, orang-orang Cina mulai mewarnai kuku mereka
dengan getah, lilin, dan telur, setiap warna mewakili kelas sosial tertentu. Hanya
kalangan kerajaan yang diperbolehkan menggunakan warna-warna terang pada
kuku mereka. Tahun 1500 Sebelum Masehi, masyarakat Cina dan Jepang pada
masa ini menggunakan bedak beras untuk memutihkan wajah mereka. Di Roma,
tepung gandum dan mentega dipakai untuk menutupi jerawat.
Kosmetik modern mulai dikenal pada tahun 1915. Kendati sekarang kosmetik
modern telah berkembang pesat dalam berbagai macam kemasan, ukuran,
merek, harga, dan bahan alami yang memiliki manfaat yang lebih bagi
kecantikan kulit sekaligus kesehatan dan kebugaran tubuh.
Kosmetik menurut Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745 Tahun 2003 tentang kosmetik, dinyatakan
bahwa, definisi kosmetik adalah bahan atau sediaan yang digunakan pada
bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibit, dan organ genital
bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan atau memperbaiki bau badan, melindungi
atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Berdasarkan bahan dan penggunaannya serta untuk penilaian, kosmetik
dibagi menjadi 2 (dua) golongan:
1. Kosmetik Golongan I adalah:
a. Kosmetik yang digunakan untuk bayi.
b. Kosmetik yang digunakan di sekitar mata, rongga mulut, dan mukosa
lainnya.
1
c. Kosmetik yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar
penandaan.
d. Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya belum lazim serta
belum diketahui keamanan dan kemanfaatannya.
2. Kosmetik Golongan II adalah:
Kosmetik yang tidak termasuk golongan I.
Kosmetik saat ini telah menjadi kebutuhan manusia yang tidak bisa dianggap
sebelah mata lagi. Jika disadari bahwa wanita maupun pria, sejak dari bayi
hingga dewasa, semua membutuhkan kosmetik. Dengan berkembangnya
produk-produk di pasaran, banyak produsen yang mulai mengembangkan salah
satu produk kosmetik perawatan kulit yaitu losion kulit. Losion kulit merupakan
salah satu produk kosmetik yang digunakan untuk mempertahankan kelembaban
serta merawat kulit.
Secara normal kulit dapat mengeluarkan lubrikan alami, yaitu untuk
mempertahankan kelembaban permukaan kulit agar tetap lembut, lunak, dan
terlindungi. Kemampuan kulit mengeluarkan cairan pelembab ini dapat
menghilang atau berkurang jika dicuci dengan sabun, sehingga kulit akan
kehilangan pelembab tersebut. Oleh karena itu, untuk memelihara kulit dapat
dilakukan dengan mengoleskan losion kulit. Losion kulit yang beredar di pasaran
umumnya berupa sediaan emulsi yang terdiri dari fase minyak dan fase air,
karena penggunaannya dalam bentuk ini lebih mudah menyebar pada
permukaan kulit.
Seiring berkembangnya pengetahuan, losion kulit kini tidak hanya berfungsi
sebagai pelembab saja, namun dengan adanya penambahan bahan-bahan yang
mengandung nutrisi bagi kulit maka akan menyehatkan kulit, diantaranya adalah
lidah buaya dan biji bunga matahari. Lidah buaya (Aloe barbandensis Mill.) yang
mengandung banyak vitamin dan mineral serta lignin yang membuat lidah buaya
spesial diantara yang lain. Lignin bermanfaat untuk mengoptimalkan penyerapan
nutrisi ke dalam kulit. Selain itu, biji bunga matahari (Helianthus annuus L.) yang
kaya akan vitamin E bermanfaat sebagai antioksidan dan kesehatan kulit.
B. Pentingnya Masalah
2
penguapan air yang terkandung dalam kulit sehingga kulit tetap terjaga
kelembabannya. Namun lapisan ini sangat lemah untuk mempertahankan
kandungan air pada kulit dan mudah hilang akibat aktivitas-aktivitas manusia,
seperti keringat yang keluar dari pori-pori kulit dapat merusak lapisan minyak,
mencuci bagian kulit dengan sabun, dan lain-lain. Dengan berkurangnya tingkat
kelembabannya, kulit akan menjadi kering. Selain itu, lapisan minyak ini tidak
cukup untuk menghindarkan kulit kita dari berbagai gangguan internal seperti
penuaan dini. Serta gangguan eksternal seperti paparan sinar ultraviolet dan
radikal bebas. Untuk mengatasi hal tersebut, maka kosmetika jenis losion kulit
banyak ditambahkan berbagai bahan tambahan yang dapat memaksimalkan
kerja losion kulit sebagai pelembab dan juga sekaligus dapat merawat dan
menutrisi kulit. Salah satu bahan yang tidak diragukan lagi khasiat dan
kandungannya yang sangat bermanfaat bagi kulit serta mudah ditemukan yaitu
lidah buaya dan biji bunga matahari. Maka dengan menambahkan ekstrak lidah
buaya dan biji bunga matahari ke dalam proses pembuatan losion kulit dapat
menjadi solusi dari berbagai masalah pada kulit.
C. Tujuan
Tujuan dalam sintesis dan analisis losion kulit dari campuran bahan organik
dengan ekstrak lidah buaya dan biji bunga matahari ini yaitu:
1. Membuat produk losion kulit yang efisien yaitu mempunyai manfaat yang
maksimal, berkualitas, dan ekonomis.
2. Memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didapatkan yaitu lidah buaya dan
biji bunga matahari dalam sintesis losion kulit.
3. Mengetahui cara sintesis dan analisis losion kulit sesuai metode yang
ditentukan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 16-4399-1996 tentang
sediaan tabir surya
4. Menentukan layak atau tidaknya produk berdasarkan kriteria yang ditentukan
Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 16-4399-1996 tentang sediaan tabir
surya
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Losion Kulit
4
5
1. Asam Stearat
Asam stearat (C16H32O2) merupakan asam lemak yang terdiri dari rantai
hidrokarbon, diperoleh dari lemak dan minyak yang dapat dimakan, dan
berbentuk serbuk berwarna putih. Asam stearat mudah larut dalam kloroform,
etanol, ether, dan tidak larut dlam air. Bahan ini berfungsi sebagai
pengemulsi dalam sediaan kosmetika (Depkes RI, 1993). Asam stearat dapat
menghasilkan kilauan yang khas pada produk losion kulit (Mitsui, 1997).
Emulsifier (pengemulsi) yang digunakan pada pembuatan losion kulit ini
memiliki gugus polar maupun non-polar secara bersamaan dalam satu
molekulnya sehingga pada satu sisi mengikat minyak yang non-polar, dan
sisi yang lain akan mengikat air yang polar sehingga zat-zat yang ada dalam
emulsi ini akan dapat disatukan. Suatu emulsi biasanya terdiri dari lebih dari
satu emulsifier karena kombinasi dari beberapa emulsifier akan menambah
kesempurnaan sifat fisik maupum kimia dari emulsi (Suryani et. al, 2000).
2. Setil Alkohol
3. Minyak mineral
4. Gliserin
5. Trietanolamin
6. Metil paraben
Metil paraben termasuk salah satu jenis pengawet yang biasa digunakan
dalam pembuatan losion kulit. Bahan pengawet yang biasa ditambahkan
pada pembuatan losion kulit sebesar 0,1-0,2%. Pengawet yang digunakan
sebagai tambahan pada produk menyebabkan mikroba tidak dapat tumbuh
karena pengawet bersifat anti mikroba. Pengawet harus ditambahkan pada
suhu yang tepat pada saat proses pembuatan losion kulit, yaitu antara suhu
35-45°C agar tidak merusak bahan aktif yang terdapat dalam pengawet
tersebut (Schmitt 1996).
Pengawet yang baik memiliki beberapa persyaratan, antara lain: efektif
mencegah tumbuhnya berbagai macam organisme yang dapat menyebabkan
penguraian bahan, dapat bercampur dengan bahan lainnya secara kimia,
tidak menyebabkan iritasi, tidak mempengaruhi pH produk, tidak mengurangi
efektivitas produk, tidak menyebabkan perubahan pada produk (bau dan
warna), memiliki kestabilan pada rentang pH (netral-alkali) dan suhu yang
luas, mudah didapat, dan harga yang ekonomis (Mitsui, 1997).
7. Pewangi
8. Air Murni
B. Lidah Buaya
Lidah buaya (Aloe vera L.) merupakan tanaman asli Afrika, yang memiliki ciri
fisik daun berdaging tebal, sisi daun berduri, panjang mengecil pada ujungnya,
berwarna hijau, dan daging daun berlendir. Pada awalnya lidah buaya sebagai
tanaman hias yang ditanam di pekarangan rumah. Lidah buaya tumbuh subur di
daerah yang berhawa panas dan terbuka dengan kondisi tanah yang gembur
dan kaya bahan organik. Pembudidayaan lidah buaya tergolong sangat mudah
dan tidak memerlukan biaya dan perawatan yang besar. Hal ini akan mendorong
dan pertimbangan untuk menjadikan lidah buaya sebagai bahan baku makanan
(Sudarto, 1997).
Jenis lidah buaya yang dibudidayakan secara komersil di dunia yakni
Curacao aloe atau Aloe vera (Aloe barbadensis Miller), yang ditemukan oleh
Philip Miller, seorang pakar botani yang berasal dari Inggris, pada tahun 1768.
Aloe barbadensis Miller mempunyai nama sinonim yang binomial, yakni Aloe
vera dan Aloe vulgaris.
Menurut Furnawanthi (2002) taksonomi Aloe barbadensis Miller sebagai
berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Liliflorae
Famili : Liliaceae
Genus : Aloe
9
10
Gel lidah buaya juga memperlihatkan aktivitas anti penuaan karena mampu
menghambat proses penipisan kulit dan menahan kehilangan serat elastin serta
menaikkan kandungan kolagen dermis yang larut air. Lidah buaya terbukti dapat
menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes (Okyar, et. al, 2001).
Lidah buaya bersifat merangsang pertumbuhan sel baru pada kulit. Dalam
lendir lidah buaya terkandung zat lignin yang mampu menembus dan meresap
kedalam kulit. Lendir ini akan menahan hilangnya cairan tubuh dari permukaan
kulit. Sehingga kulit tidak cepat kering dan terlihat awet muda. Lidah buaya dapat
mengatasi bengkak sendi pada lutut, batuk, dan luka. Lidah buaya juga dapat
membantu mengatasi sembelit atau susah buang air besar karena lendirnya
bersifat pahit dan mengandung laktasit, sehingga merupakan pencahar yang
baik (Hartawan, 2012).
Drug and Cosmetic Journal menyatakan bahwa rahasia keampuhan lidah
buaya terletak pada kandungan nutrisinya, yakni polisakarida (terutama
glukomannan) yang bekerja sama dengan asam-asam amino esensial dan
sekunder, enzim oksidase, katalase, dan lipase terutama enzim-enzim pemecah
protein (protease). Enzim yang terakhir ini membantu memecahkan jaringan kulit
yang sakit sebagai akibat kerusakan tertentu dan membantu memecah bakteri,
sehingga gel lidah buaya bersifat antibiotik, sekaligus peredam rasa sakit.
Sementara itu, asam amino berfungsi menyusun protein pengganti sel yang
rusak (Furnawanthi, 2006).
Dalam proses sintesis kali ini, untuk mendapatkan ekstrak lidah buaya
digunakan jenis ekstraksi maserasi. Pelarut yang digunakan untuk proses
maserasi adalah etanol (C2H4) dengan perbandingan dengan bahan yang sudah
ditentukan.
Ekstraksi adalah teknik pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan
distribusi zat terlarut yang diekstrak bersifat tidak larut atau larut sedikit dalam
suatu pelarut tetapi mudah larut dalam pelarut lain. Metode ekstraksi yang tepat
ditentukan oleh tekstur kandungan air bahan – bahan yang akan diekstrak dan
senyawa-senyawa yang akan diisolasi (Harbone, 1996).
Maserasi adalah perendaman bahan alam yang dikeringkan (simplisia)
dalam suatu pelarut. Metode ini dapat menghasilkan ekstrak dalam jumlah
banyak, serta terhindar dari perubahan kimia senyawa-senyawa tertentu
karena pemanasan (Pratiwi, 2009).
11
12
bunga matahari sudah di teliti sejak tahun 1970. Pada mulanya tanaman bunga
matahari dikenal sebagai tanaman hias, kini manfaatnya semakin luas. Salah
satu produk utama bunga matahari adalah biji-bijinya yang diolah sebagai bahan
baku industri makanan berupa kuaci dan penghasil minyak nabati yang
dibutuhkan dalam industri minyak (Atjung, 1981)
Menurut Muliayawan dan Neti (2013) taksonomi Helianthus annuus L.
sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliphyta
Kelas : Magnoliosipda
Ordo : Asterales
Famili : Astereceae
Genus : Helianthus
Spesies : Helianthus annuus L.
Minyak biji bunga matahari diklasifikasikan sebagai minyak asam oleat
linoleat. Komposisinya meliputi asam linoleat (66%), asam oleat (21,3%), asam
palmitat (6,4%), asam arakidonat (4,0%), asam stearat (1,3%), dan asam
behenat (0,8%). Minyak biji bunga matahari juga mengandung lecithin,
karatenoid dan zat lilin. Minyak biji bunga matahari memiliki kandungan vitamin E
yang sangat tinggi. Secara topikal penggunaan minyak biji bunga matahari relatif
tidak menyebabkan iritasi dan tidak toksik (Rowe et. al, 2009).
Tabel 2. Kandungan Gizi Biji Bunga Matahari (Sumber: whfoods.org)
Zat Gizi Kandungan/35 g Bahan
Energi (Kal) 204,00
Fosfor (mg) 231,00
Magnesium (mg) 0,68
Selen (mcg) 18,55
Tembaga (mg) 0,63
Asam Folat (mcg) 79,45
Vitamin E (mg) 12,31
Vitamin B1 (mg) 0,52
Vitamin B3 (mg) 2,92
Vitamin B6 (mg) 0,47
bagian dari mantel pelindung alami terhadap kerusakan kulit yang diakibatkan
oleh lingkungan. Tokoferol tersebut dihasilkan oleh kelenjar sebaseus menuju ke
permukaan kulit melalui sebum. Kerusakan kulit terjadi ketika produksi dan
jumlah vitamin E tidak mampu melawan keadaan lingkungan dan melawan
radikal bebas (Graf, 2005).
Vitamin E dapat dihasilkan secara alami. Secara alami vitamin E didapatkan
dari ekstraksi atau destilasi pemanasan dari minyak tumbuhan seperti jagung,
minyak kedelai, minyak biji bunga matahari dan gandum. (Rowe, 2009)
Ekstraksi minyak biji matahari dilakukan dengan metode eksraksi pelarut
yang menggunakan alat soxlet. Ditimbang ± 40 gram Biji bunga matahari yang
telah halus kemudian dibungkus dengan kertas saring yang berbentuk silinder,
pada bagian bawah dan bagian atas ditutup dengan kapas, selanjutnya
dimasukkan ke dalam seperangkat alat soklet dan diekstrak dengan pelarut
petroleum eter sebanyak 250 ml selama 4 jam. Minyak kasar hasil ekstraksi
dipisahkan dari pelarut dengan cara diuapkan dari minyak yang diperoleh
ditimbang. Hal yang sama dilakukan sebanyak tiga kali (Sudarmadji et. al, 1984).
Dalam ekstraksi minyak atau lemak pelarut berperan penting dalam
menentukan jumlah dari minyak atau lemak yang dihasilkan. Petroleum eter
merupakan bahan pelarut lipida non polar yang paling banyak digunakan dengan
alasan lebih selekatif terhadap lipida non polar, kurang berbahaya terhadap
resiko kebakaran dan ledakan, dan harganya relatif murah (Bernasconi et. al,
1995).
BAB III
A. Metode Sintesis
Didiamkan selama 3 x 24
jam, dengan
pengocokkan 2 kali sehari
selama 10 menit
Dihilangkan etanol
dengan destilasi
menggunakan rotary
evaporator pada suhu
40oC
Gambar 1. Bagan Sintesis Ekstrak Lidah Buaya (Aloe barbandensis Mill.) dengan Metode Maserasi
14
15
Soxhlet (sudah
tersambung dengan
pendingin dan labu didih)
Dihilangkan pelarut
dengan destilasi
menggunakan rotary
evaporator pada suhu
Gambar 2. Bagan Sintesis Ekstrak Biji Bunga Matahari (Helianthus annuus L.) dengan Metode
Ekstraksi Soxhlet
16
3. Sintesis Losion Kulit dari Campuran Bahan Organik dengan Ekstrak Lidah
Buaya (Aloe barbandensis Mill.) dan Biji Bunga Matahari (Helianthus
annuus L.)
Dihomogenkan
Setelah stabil
ditambahkan
Ekstrak Lidah Buaya dan
Ekstrak Biji Bunga
Matahari pada suhu 40oC
Ditambahkan Parfum 1%
pada suhu 30oC
Losion Kulit
Gambar 3. Bagan Sintesis Losion Kulit dari Campuran Bahan Organik dengan Ekstrak Lidah Buaya
(Aloe barbandensis Mill.) dan Biji Bunga Matahari (Helianthus annuus L.)
B. Metode Analisis
Analisis produk Losion Kulit dari Campuran Bahan Organik dengan Ekstrak
Lidah Buaya (Aloe barbandensis Mill.) dan Biji Bunga Matahari (Helianthus
annuus L.) meliputi beberapa parameter dengan metode tertentu, yaitu:
a. Dasar:
Uji organoleptik berdasarkan pada pengamatan dengan
menggunakan panca indera meliputi aroma atu bau, warna, dan tekstur
atau kelembutan terhadap losion.
b. Cara kerja:
1) Aroma
Cara kerja:
a) Contoh disiapkan diatas piring kecil.
b) Dibaui dan dicatat keadaan aroma yang timbul.
2) Warna
Cara kerja:
a) Contoh disiapkan diatas piring kecil secukupnya.
b) Diamati warnanya dan dicatat.
3) Tekstur atau Kelembutan
Cara Kerja:
a) Contoh disiapkan diatas piring kecil.
b) Diambil contoh sedikit dengan ujung jari, kemudian dioleskan
ke tangan.
c) Berilah penilaian terhadap tekstur contoh.
a. Dasar:
Adanya ion H+ dalam larutan contoh dapat diukur dengan
menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi degan larutan penyangga
pH 4 dan larutan penyangga pH 7, sehingga dapat diketahui pHnya.
b. Cara Kerja:
1) pH meter di “warming up” dan dikalibrasi dengan larutan
penyangga pH 4 dan larutan penyangga pH 7.
17
18
a. Dasar:
Dengan membandingkan antara bobot contoh dengan bobot air yang
dilakukan pada keadaan yang sama, maka bobot jenis dari contoh dapat
diketahui.
b. Cara Kerja:
1) Dibilas piknometer dengan alkohol.
2) Dikeringkan dengan hair dryer.
3) Ditimbang piknometer kosong (a gram).
4) Ditimbang piknometer berisi air (b gram).
5) Piknometer dikeringkan kembali.
6) Ditimbang piknometer berisi contoh (c gram).
c. Perhitungan:
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ (𝑐 − 𝑎)
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 = =
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑖𝑟 (𝑏 − 𝑎)
a. Dasar:
Dengan mengukur tenaga putaran yang diperlukan untuk memutarkan
spindle yang dicelupkan ke dalam sampel dengan kecepatan tertentu
dapat diketahui nilai kekentalannya. Semakin kuat tenaga untuk memutar
spindle maka hambatannya semakin besar dan berbanding lurus dengan
nilai kekentalannya.
b. Cara Kerja:
1) Dinyalakan viskotester dan diamkan sebentar untuk “warming up”.
2) Contoh dimasukkan ke dalam piala gelas 400 mL sebanyak ± 250
mL.
3) Dicelupkan spindle ke dalam contoh.
4) Dilihat nilai kekentalan dari hasil pembacaan viskotester.
19
a. Dasar:
Metil paraben (Metil p-hidroksi benzoat) dalam contoh direaksikan
dengan NaOH 0,1N berlebih terukur dalam keadaan panas, kemudian
dititar dengan HCl 0,1N dengan penambahan indikator PP hingga
mencapai titik akhir tidak berwarna. Untuk mengetahui banyaknya NaOH
yang bereaksi dengan metil paraben, maka dilakukan blanko.
b. Reaksi:
+ NaOH + H2O
a. Dasar:
Pertumbuhan bakteri mesofil aerob setelah contoh diinkubasi dalam
pembenihan media PCA (Plate Count Agar) selama 24-48 jam pada suhu
37°C dalam inkubator.
b. Cara Kerja:
1) Dipipet 1 mL contoh dan diencerkan dengan 9 mL larutan
fisiologis.
2) Disiapkan 4 tabung reaksi, masing-masing diberi label 10-1, 10-2,
10-3, dan blanko.
3) Dipipet masing-masing 9 mL Buffered Peptone Water (BPW) ke
dalam tabung reaksi.
4) Dipipet 1 mL suspensi contoh tersebut ke dalam tabung 10-1,
dihomogenkan. Lalu dipipet 1 mL dari tabung 10-1 kedalam tabung
10-2, dihomogenkan. Kemudian dipipet 1 mL dari tabung 10-2
kedalam tabung 10-3, dihomogenkan.
5) Dipipet 0,1 mL dari masing-masing pengenceran ke dalam cawan
petri yang telah steril dan siapkan blanko.
6) Dimaukkan media PCA ke dalam masing-masing cawan petri, lalu
diinkubasi pada suhu 37°C selama 48 jam.
7) Dihitung jumlah koloni bakteri.
c. Perhitungan:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
𝐴𝐿𝑇 =
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
7. Jamur (Kapang dan Khamir) dengan Metode Angka Lempeng Total (ALT)
a. Dasar:
Pertumbuhan jamur (kapang dan khamir) setelah contoh diinkubasi
dalam pembenihan media PDA (Potatoes Dextrose Agar) selama 24-48
kam pad suhu 37°C dalam inkubator.
b. Cara kerja:
1) Dipipet 1 mL contoh dan diencerkan dengan 9 mL larutan
fisiologis.
21
a. Dasar:
Pertumbuhan bakteri bentuk coli ditandai dengan terbentuknya gas
dalam tabung durham yang berisi TSB (Tryptic Soy Broth), diinkubasi
selama 24-48 jam pada suhu 37°C. Bila diperoleh hasil positif, makan
dilakukan pemeraman pada media yang sesuai pada suhu 37°C selama
48 jam.
b. Cara Kerja:
1) Disiapkan 4 tabung reaksi, masing-masing diberi label 10-1, 10-2,
10-3, dan blanko.
2) Dipipet masing-masing 9 mL Buffered Peptone Water (BPW) ke
dalam tabung reaksi.
3) Dipipet 1 mL contoh ke dalam tabung 10-1, dihomogenkan. Lalu
dipipet 1 mL dari tabung 10-1 kedalam tabung 10-2, dihomogenkan.
Kemudian dipipet 1 mL dari tabung 10-2 kedalam tabung 10-3,
dihomogenkan.
22
a. Dasar:
Pertumbuhan bakteri mesofil aerob setelah contoh diinkubasi dalam
pembenihan media MSA (Mannitol Salt Agar) selama 24 jam pada suhu
37°C.
b. Cara Kerja:
1) Dituang media MSA ke dalam cawan petri dan ditunggu sampai
padat.
2) Dicelupkan ose pijar kedalam larutan fisiologis, kemudian
dicelupkan ke dalam contoh.
3) Digoreskan pada media padat kemudian di inkubasi pada suhu
35-37°C selama 24 jam.
4) Diamati ada atau tidaknya bakteri Staphylococcus aureus.
C. Kewirausahaan
23
BAB IV
Hasil analisis dari losion kulit dari bahan baku campuran organik dengan
ekstrak lidah buaya (Aloe barbandensis Mill.) dan biji bunga matahari (Helianthus
annuus L.) menurut SNI No. 16-4399-1996 tentang sediaan tabir surya sebagai
berikut.
No. Parameter Satuan Standar Hasil Keterangan
1 Penampakan - Homogen Homogen Sesuai
Bau - - Normal -
Warna - - Normal -
Kelembutan - - Normal -
2 pH - 4,0 - 8,0 6,45 Sesuai
3 Bobot Jenis gr/cm3 0,95 - 1,05 0,76 Tidak Sesuai
4 Viskositas cps 2000 - 50000 5327,8 Sesuai
5 Pengawet (Metil Paraben) % 0,1 – 0,5 0,31 Sesuai
6 Bakteri koloni/gram Maks. 102 Negatif Sesuai
7 Jamur kolonigram Negatif Negatif Sesuai
8 Koliform APM/gram <3 <3 Sesuai
9 Staphylococcus aureus koloni/gram Negatif Negatif Sesuai
10 Pseudomonas aeruginosa koloni/gram Negatif Ngeatif Sesuai
Dari hasil analisis didapatkan parameter bobot jenis yang tidak memenuhi
standar yaitu bobot jenis yang didapatkan lebih kecil dari pada standar. Hal ini
disebabkan karena adanya gelembung udara yang terlarut dalam losion
sehingga mengurangi bobot losion. Gelembung udara ini muncul akibat udara
yang ikut terlarut ketika pengadukan kuat dalam proses pembuatan emulsi.
Solusi untuk masalah ini adalah dengan penambahan dimetikon. Dimetikon
merupakan salah satu minyak silikon yang biasanya ditambahkan ke dalam
sediaan kosmetik yang berfungsi menyerap udara terlarut. Tidak digunakan
dimetikon kerana sulit ditemukan dan harganya yang sangat mahal.
Untuk parameter kadar pengawet didapatkan hasil yang memenuhi standar.
Namun, pemilihan metode asidimetri yang lebih memungkinkan untuk terjadi
kesalahan karena pH larutan yang tidak netral. Adanya minyak atau trigliserida
dalam sampel memungkinkan NaOH tidak hanya bereaksi dengan metil paraben,
namun terjadi reaksi penyabunan terhadap minyak atau trigliserida tersebut.
Maka fase minyak dan air harus dipisahkan dulu dengan ekstraksi dan diisolasi
fas airnya karena metil paraben larut dalam air. Metode yang lebih teliti untuk
menentukan kadar metil paraben adalah metode yodometri. Tetapi karena
digunakan preaksi campuran brom dan HCl pekat yang sangat berbahaya maka
metode ini tidak digunakan.
24
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis losion kulit dari campuran bahan organik dengan
ekstrak lidah buaya (Aloe barbandensis Mill.) dan biji bunga matahari (Helianthus
annuus L.) yang dibandingkan dengan SNI No. 16-4399-1996 tentang sediaan
tabir surya telah sesuai dengan standar, kecuali parameter bobot jenis. Namun
dapat disimpulkan bahwa produk ini layak untuk digunakan.
B. Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
Doerge, R. F. 1982. Buku Teks Wilson dan Gilsvold Kimia Farmasi dan Medisinal
Organik. Bagian II. Diterjemahkan oleh: A. M. Fatah. Semarang: IKIP
Semarang Press.
Fessenden, R.J., dan J.S. Fessenden. 1982. Kimia Organik. Edisi ke-3.
Diterjemahkan: A.H. Pudjaatmaka, penerjemah. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Furnawanthi, Irni. 2002. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib.
Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Hartawan, E. Y. 2012. Sejuta Khasiat Lidah Buaya, Edis ke-I. Jakarta: Pustaka
Diantara.
Muliyawan, D., dan Neti S. (2013). A-Z tentang Kosmetik. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
26
27
Okyar, A., A. Can, N. Akev, G. Baktir, dan N. Sutlupinar. 2001. Effect of Aloe vera
Leaveson Blood Glucose Level in Type I and Type II Diabetic Rat Models.
Phytoter res. 15.
Pratiwi, I. 2009. Uji Antibakteri Ekstrak Kasar Daun Acalypha indica terhadap
Bakteri Salmonella choleraesuis dan Salmonella typhimurium. Surakarta:
Jurusan Biologi FMIPA UNS.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Owen, S.C. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipiens. Edisi ke-6. Amerika: Pharmaceutical Press.
[SNI] Standar Nasional Indonesia 164399. 1996. Sediaan Tabir Surya. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional.
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1984. Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
Suryani, A., I. Sahilah, dan E. Hambali. 2000. Teknologi Emulsi. Bogor: Jurusan
Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor.
Sangat tidak
harum/sangat tidak 1
lembut
Amat sangat tidak
harum/amat sangat tidak
lembut
Sangat suka 1 1
Suka 6 4 10
Agak suka 8 6 3
Netral 3 8 3
Tidak suka 2 2 2
pH terbaca: 6,45
28
29
Data Pengamatan
Bobot piknometer kosong : 30,8367 gram Suhu air : 28OC
Bobot piknometer + air : 57,0265 gram Densitas air : 0,99626 gr/cm3
Bobot piknometer + sampel : 50,8241 gram
Bobot air : 26,1898 gram
Bobot sampel : 19,9874 gram
Perhitungan
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 = 𝑥 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑖𝑟
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑖𝑟
19,9874 gram
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 = 𝑥 0,99626 gr/cm3
26,1898 gram
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 = 0,76 gr/cm3
Data Pengamatan
Spindle : 30,8367 gram
Viskositas : 57,0265 gram
Keterimaaan : 50,8241 gram
30
Data Pengamatan
Simplo Duplo
Wadah + sampel : 64,5400 gram Wadah + sampel : 65,5580 gram
Wadah kosong : 64,5147 gram Wadah kosong : 64,5178 gram
Sampel : 1,0253 gram Sampel : 1,0402 gram
mL penitar : 12,80 mL mL penitar : 12,85 mL
mL blanko : 13,2 mL mL blanko : 13,2 mL
N penitar : 0,0562 N N penitar : 0,0562 N
Perhitungan
𝑉(𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ) × 𝑁 𝐻𝐶𝑙 × 158 × 𝑓𝑝
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑤𝑒𝑡 = × 100%
𝑚𝑔 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
(13,2 − 12,8) × 0,0562 × 158 (13,2 − 12,85) × 0,0562 × 158
× 100% × 100%
1025,3 1040,2
= 0,33% = 0,29%
7. Jamur (Kapang dan Khamir) dengan Metode Angka Lempeng Total (ALT)
Pengulangan Hasil
Simplo Negatif
Duplo Negatif
Pengulangan Hasil
Simplo Negatif
Duplo Negatif