Anda di halaman 1dari 64

HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI

EKSKLUSIF DAN KEJADIAN DERMATITIS ATOPIK


PADA ANAK DI BAWAH 2 TAHUN

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

BERNIO YUSTINDRA PRATAMA


030.12.048

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, JANUARI 2016

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
Bidang Ilmu : Pendidikan Kedokteran

SKRIPSI

JUDUL
HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DAN KEJADIAN DERMATITIS ATOPIK PADA ANAK DI
BAWAH 2 TAHUN

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

BERNIO YUSTINDRA PRATAMA


030.12.048

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, JANUARI 2016

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Bernio Yustindra Pratama
NIM : 030.12.048
Program Studi : Kedokteran Umum
Alamat Korespondensi : Jàlan Padat Karya No.92 RT.20 RW.01 Kotabaru
Kalimantan Selatan 72117
Telepon / mobile : 081251318865
E-mail : neo.yustindra@gmail.com
Judul Skripsi : Hubungan Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dan
Kejadian Dermatitis Atopik pada Anak di Bawah
2 Tahun
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah benar-benar
merupakan hasil karya ilmiah saya sendiri. Skripsi ini belum pernah diajukan
sebagai suatu karya ilmiah untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau
keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan SK Permendiknas No. 17
tahun 2010 tentang pencegahan dan penanggulangan plagiat di perguruan tinggi.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat dimanfaatkan
sebagaimana mestinya.
Jakarta, 11 Januari 2016

Bermo Yustindra Pratama


NIM 030.12.048

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
skripsi yang berjudul “Hubungan Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dan
Kejadian Dermatitis Atopik pada Anak di Bawah 2 Tahun” dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.

Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
program studi Sarjana Kedokteran. Selama penulisan skripsi ini, penulis mengalami
banyak kesulitan dan hambatan, terutama dalam kurangnya motivasi dan keinginan
dalam pengerjaan skripsi, serta kesulitan lain dari dalam diri penulis. Dalam
mengatasi kesulitan tersebut, keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak luput dari
dukungan berbagai pihak, diantaranya:

1. Kedua orang tua, adik dan seluruh keluarga penulis yang tiada hentinya
menyayangi, mengasihi, memberikan dukungan, masukan, semangat,
motivasi, dan doa kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. dr. Henie Widowati, Sp.P selaku pembimbing yang telah memberikan
dorongan, bimbingan, pengarahan, dan koreksi dalam penyusunan skripsi ini
mulai dari pengajuan judul hingga pengesahan akhir.
3. Prof. dr. Julius E. Surjawidjaja, Sp.MK dan dr. Dharma Sutanto M.Kes,
sebagai penguji proposal skripsi dan penguji skripsi yang telah berkenan
memberi masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi.
4. dr. Suriptiastuti, DAP&E, MS sebagai Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti beserta staf, para dosen dan seluruh karyawan Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti yang telah membantu selama penyusunan
skripsi ini.
5. Teman-teman seperjuangan penulisan skripsi Abdullah Raihan, Agus
Khoironi, Aulia Whiratama, Army Setia K, Danny Hermawan, Dinar
Yudhistira, Gede Bangun S, Heri Angga P, Keris Nanda, dan Rizky Syarif

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
Lubis yang saling membantu dan memberi dukungan, informasi, selama
melakukan penulisan skripsi.
6. Azlina Darsaniya W. dan Bertvi Mayda Putri, rekan-rekan penulisan skripsi
dalam bimbingan dr. Henie Widowati, Sp.P yang saling berbagi masukan dan
informasi dalam pengerjaan skripsi ini.
7. Teman-teman angkatan 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti yang
saling memberikan dukungan, semangat, pengarahan kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
8. Serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis.

Dengan segala kekurangan serta keterbatasan penulis, skripsi ini masih jauh dari
sempurna, penulis sangat berharap adanya masukan dari semua pihak berupa kritik
dan saran yang bisa membangun untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan penulis
dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat
bagi masyarakat luas.

Akhir kata mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila masih ada banyak
kekurangan pada penulisan ini, sehingga penulis menerima segala kritik dan saran
yang bersifat membangun.

Jakarta, Januari 2016

Penulis

vi

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
DAFTAR ISI

HALAMAN
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiii
ABSTRAK DALAM BAHASA INDONESIA ...................................................... xiv
ABSTRAK DALAM BAHASA INGGRIS ............................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................... 3
1.3 Tujuan ................................................................................................ 3
1.3.1 Tujuan umum ........................................................................... 3
1.3.2 Tujuan khusus........................................................................... 3
1.4 Hipotesis ............................................................................................ 2
1.5 Manfaat .............................................................................................. 3
1.5.1 Manfaat untuk ilmu pengetahuan ............................................ 3
1.5.2 Manfaat untuk profesi .............................................................. 4
1.5.3 Manfaat untuk masyarakat ....................................................... 4
BAB II TINJAUAN, RINGKASAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
2.1 ASI Eksklusif ................................................................................ 5
2.1.1 Komposisi ASI .................................................................... 5
2.2 Alergi ............................................................................................. 9
2.2.1 Faktor risiko alergi .............................................................. 9
vii

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
2.2.2 Patofisiologi alergi ............................................................ 11
2.2.3 Manifestasi klinis alergi .................................................... 12
2.3 Dermatitis atopik ......................................................................... 13

2.4 Riwayat pemberian ASI eksklusif dan kejadian dermatitis


atopi ....................................................................................... 15
2.5 Ringkasan pustaka .................................................................. 16
2.6 Kerangka teori ........................................................................ 18
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka konsep ...................................................................... 19
3.2 Variabel penelitian.................................................................... 19
3.2.1 Variabel tergantung : kejadian alergi ............................. 19
3.2.2 Variabel bebas : riwayat pemberian ASI ekslusif .......... 19
3.3 Definisi operasional .................................................................. 20
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain penelitian ...................................................................... 21
4.2 Lokasi dan waktu penelitian ..................................................... 21
4.3 Populasi dan sampel penelitian................................................. 21
4.3.1 Populasi ........................................................................... 21
4.3.2 Besar sampel dan cara pengukuran ................................. 21
4.3.3 Kriteria inklusi dan eksklusi ............................................ 22
4.4 Bahan dan instrumen penelitian ............................................... 23
4.5 Analisis data ............................................................................. 23
4.5.1 Analisis bivariat .............................................................. 23
4.6 Alur kerja penelitian ................................................................. 24
4.7 Etika penelitian .......................................................................... 25
4.8 Penjadwalan penelitian (proposal)............................................. 26
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik subjek .................................................................. 27
5.2 Hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian dermatitis atopik......................................................... 29
viii

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Distribusi kejadian dermatitis atopik berdasarkan jenis
kelamin dan usia ....................................................................... 30
6.2 Hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dan dermatitis
Atopik ....................................................................................... 31
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ............................................................................... 34
7.2 Saran ......................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 35
LAMPIRAN ..................................................................................................... 39

ix

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria diagnostik dermatitis atopik.................................................... 14


Tabel 2.2 Ringkasan pustaka ............................................................................... 16
Tabel 3.1 Definisi operasional ............................................................................. 20
Tabel 4.1 Penjadwalan penelitian (proposal) ....................................................... 26
Tabel 5.1 Karakteristik subjek ............................................................................. 27
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Dermatitis Atopik berdasarkan Usia ... 28
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kejadian Dermatitis Atopik berdasarkan Jenis
Kelamin ................................................................................................ 28
Tabel 5.4 Hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dan kejadian
dermatitis atopik ................................................................................... 29

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kurva allergic march ....................................................................... 14


Gambar 2.2 Kerangka teori .................................................................................. 18
Gambar 4.1 Alur kerja penelitian ......................................................................... 24

xi

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
DAFTAR SINGKATAN

ASI : Air Susu Ibu .................................................................................. 1


WHO : World Health Organization .......................................................... 1
UNICEF : United Nation Children Fund ...................................................... 1
ORS : Oral Rehydration Salt .................................................................. 5
DHA : Docosahexanoic Acid .................................................................. 7
ARA : Arachidonic Acid ......................................................................... 7
AAP : American Academy of Pediatrics ............................................... 7
RA : Rinitis Alergi ............................................................................... 10
DA : Dermatitis Atopik ........................................................................ 10
GWAS : Genome-Wide Association Studies............................................. 10
LINA : Lifestyle and environmental factors and their Influence on
Newborns Allergy risk ................................................................. 11
DBPCFC : Double Blinded Placebo Controlled Challenge Test ................... 11
Ig : Imunoglobulin ............................................................................. 11
IFN-γ : Interferon-gamma ........................................................................ 11
IL : Interleukin ................................................................................... 11
APC : Antigen Presenting Cell .............................................................. 12
MHC : Major Histocompatibility Class ................................................... 12

xii

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner data penelitian ................................................................ 39


Lampiran 2. Formulir Permohonan Kaji Etik Riset ............................................. 40
Lampiran 3. Persetujuan Etik Riset ...................................................................... 41
Lampiran 4. Surat Permohonan Penelitian........................................................... 42
Lampiran 5. Surat Keterangan Izin Penelitian ..................................................... 43
Lampiran 6. Hasil Perhitungan Statistik .............................................................. 44

xiii

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
ABSTRAK
Hubungan Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dan Kejadian Dermatitis Atopik pada
Anak Usia di Bawah 2 Tahun

LATAR BELAKANG
Prevalensi dermatitis atopik telah meningkat dalam 30 tahun terakhir. Diperkirakan
sekitar 10-20% anak-anak di negara berkembang terkena penyakit ini. Air susu ibu
(ASI) mengandung berbagai nutrisi dan zat kekebalan. Zat kekebalan pada ASI akan
melindungi bayi berbagai penyakit infeksi dan disinyalir menurunkan kemungkinan
bayi terkena penyakit alergi. Untuk itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui apakah riwayat pemberian ASI eksklusif berhubungan dengan kejadian
dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun.

METODE
Penelitian menggunakan studi observasional analitik dengan desain potong silang
yang meliputi 156 rekam medik subjek di poli kulit & kelamin RSUD Ciereng
Subang yang berusia antara 6-24 bulan. Data dikumpulkan dengan rekam medik
mengenai nama, usia, jenis kelamin, riwayat pemberian ASI dan status dermatologis.
Analisa data dengan tingkat kemaknaan yang digunakan sebesar kurang dari 0,05.

HASIL
Analisa data menggunakan Chi-Square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejadian dermatitis
atopik (p = 0,693) pada anak usia di bawah 2 tahun.

KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa riwayat pemberian ASI eksklusif tidak
berhubungan secara bermakna dengan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di
bawah 2 tahun. Namun, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan
tetap dianjurkan mengingat berbagai manfaat dan keuntungan dalam pertumbuhan
dan pencegahan penyakit infeksi pada bayi.

Kata kunci: ASI eksklusif, dermatitis atopik, alergi, anak di bawah 2 tahun

xiv

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
ABSTRACT
Exclusive Breastfeeding History and Atopic Dermatitis Incidence in Children under
Two Years of Age
BACKGROUND
The prevalence of atopic dermatitis has increased in the last 30 years. It is estimated
that approximately 10-20% of children in developing countries affected by this
disease. Breastmilk contains a various of nutrients and immunity factors. Antibodies
in the breastmilk protects the baby from various infectious diseases and decrease the
chances of a baby allegedly affected by allergic diseases. For that research conducted
aim to determine whether a history of exclusive breastfeeding is associated with the
incidence of atopic dermatitis in children under 2 years old.

METHOD
The study used analytic observational study with cross sectional design which
includes 156 medical records of the subject in skin and venereal polyclinics of
Ciereng Hospitals in Subang who aged between 6-24 months. Data collected by
medical record regarding the name, age, sex, history of breastfeeding and
dermatological status. Data analysis with a significance level used by less than 0,05.

RESULTS
Data were analyzed using Chi-Square indicates that there is no significant
relationship between history of exclusive breastfeeding with the incidence of atopic
dermatitis (p = 0.693) in children under 2 years old.

CONCLUSION
This study shows that a history of exclusive breastfeeding was not significantly
associated with the incidence of atopic dermatitis in children aged under 2 years.
However, exclusive breastfeeding for the first 6 months of life is recommended in
view of the various benefits and advantages in the growth and the prevention of
infectious diseases in infants.

Keywords: exclusive breastfeeding, atopic dermatitis, allergic, children under 2


years old

xv

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Masalah alergi merupakan salah satu topik kesehatan yang terus
diperbincangkan dan diteliti kalangan ilmuwan karena hingga saat ini belum
ditemukan pengobatan spesifik untuk alergi. Alergi merupakan suatu kondisi yang
ditandai reaksi berlebihan dari sistem imun manusia terhadap substansi protein
asing (alergen) yang tertelan, terhirup masuk saluran napas, atau tersentuh kulit.
Penyakit alergi termasuk reaksi anafilaksis, alergi makanan, bentuk-bentuk tertentu
dari asma, rinitis, konjungtivitis, angioedema, urtikaria, eksim, gangguan
eosinofilik, alergi obat dan alergi serangga. Secara global, 300 juta orang menderita
asma dan sekitar 240 sampai 550 juta orang menderita alergi makanan.(1) Prevalensi
dermatitis atopik telah meningkat dalam 30 tahun terakhir. Diperkirakan sekitar 10-
20% anak-anak dan 1-3% orang dewasa di negara berkembang terkena penyakit ini.
Pencegahan merupakan cara terbaik untuk manajemen alergi.(2)
Air susu ibu (ASI) selain sebagai sumber nutrisi dapat memberi
perlindungan kepada bayi melalui berbagai komponen zat kekebalan yang
dikandungnya. Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain akan melindungi
bayi dari penyakit diare dan menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit
infeksi telinga, batuk, pilek, dan penyakit alergi.(3)
Menurut definisi World Health Organization (WHO), menyusui eksklusif
adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, selain
menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes; ASI perah juga
diperbolehkan).(4) United Nation Children Fund (UNICEF) dan WHO
merekomendasikan sebaiknya anak mendapat ASI eksklusif selama paling sedikit
enam bulan. Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia mengubah rekomendasi
lamanya pemberian ASI eksklusif dari 4 bulan menjadi 6 bulan. Berdasarkan
laporan dinas kesehatan provinsi tahun 2013, sebaran cakupan pemberian ASI
eksklusif pada bayi 0-6 bulan sebesar 54,3%.(3) Terdapat 19 provinsi yang
mempunyai persentase ASI eksklusif di atas angka nasional (54,3%), dimana
1

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
persentase tertinggi terdapat pada Provinsi Nusa Tenggara Barat (79,7%) dan
terendah pada Provinsi Maluku (25,2%).(5)
Beberapa penelitian memperlihatkan pemberian ASI eksklusif selama 4-
6 bulan berhubungan dengan rendahnya kejadian penyakit alergi. Penelitian yang
dilakukan di Australia pada 2187 anak selama 6 tahun menyimpulkan bahwa risiko
terjadinya asma berkurang pada bayi yang mendapat ASI eksklusif.(6) Penelitian
kontrol kasus di Iran dari 100 balita dengan dermatitis atopik pada kelompok kasus
dan 100 balita normal pada kelompok kontrol menemukan sebanyak 34 balita pada
kelompok kasus dan 50 balita pada kelompok kontrol mendapat ASI eksklusif,
dimana 6 balita pada kelompok kasus dan 2 balita pada kelompok kontrol mendapat
susu sapi formula.(7) Disimpulkan bahwa ASI eksklusif merupakan faktor
pelindung terhadap perkembangan dermatitis atopik jika dibandingkan dengan susu
formula konvensional.(7)
Penelitian lain oleh Budiastuti dkk di Yogyakarta menunjukkan sebanyak
60,8% bayi dengan risiko tinggi alergi disertai dermatitis atopik tidak mendapat
ASI eksklusif, sementara 64,9% bayi dengan risiko tinggi alergi tanpa dermatitis
atopik mendapat ASI eksklusif.(8) Sementara penelitian Bener dkk di Qatar
menunjukkan bahwa kejadian rinitis alergi secara signifikan lebih rendah pada bayi
yang mendapat ASI eksklusif dibandingkan bayi yang mendapat ASI parsial. (9)
Pada studi kelahiran kohort KOALA di Belanda yang melibatkan lebih dari 2700
bayi menemukan bahwa menyusui dapat mencegah dermatitis atopik pada anak-
anak. Menyusui diketahui dapat mencegah kejadian dermatitis atopik pada 2 tahun
pertama kehidupan anak.(10) Penelitian pada ISAAC Phase Three menunjukkan
tidak ada hubungan yang bermakna antara menyusui dan penurunan prevalensi
rinokonjungtivitis pada anak 6-7 tahun di Asia-Pasifik, tetapi untuk gejala berat
menyusui berhubungan dengan penurunan prevalensi asma berat di Mediterania
Timur dan Amerika Latin, rinokonjungtivitis berat di Oseania, eksim berat di Asia-
Pasifik dan Eropa Barat.(11)
Berdasarkan data penelitian yang telah disebutkan ada kemungkinan
riwayat pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan kejadian alergi khususnya
dermatitis atopik pada anak, tetapi ada pula penelitian yang tidak mendukung
2

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
riwayat pemberian ASI eksklusif dapat mencegah kejadian dermatitis atopik. Oleh
karena itu perlu diteliti lebih lanjut. Selain itu, penelitian mengenai hubungan
riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejadian alergi di Indonesia masih
terbilang sedikit. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejadian dermatitis
atopik pada anak dibawah 2 tahun”.

1.2 Perumusan Masalah


Apakah terdapat hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dan kejadian
dermatitis atopik pada anak dibawah 2 tahun ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan mengurangi kejadian dermatitis atopik pada anak usia dini
dengan menentukan adanya hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif
dan kejadian dermatitis atopik.
1.3.2 Tujuan Khusus
 Mengetahui riwayat pemberian ASI eksklusif pada anak dibawah 2 tahun.
 Mengetahui kejadian dermatitis atopik pada anak dibawah 2 tahun.
 Mengetahui adanya hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dan
kejadian dermatitis atopik.

1.4 Hipotesis
Terdapat hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dan kejadian
dermatitis atopik pada anak dibawah 2 tahun

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat untuk ilmu pengetahuan
Memberikan pengetahuan dan referensi yang diperlukan untuk pengembangan ilmu
kedokteran dan bidang-bidang lainnya khususnya tentang hubungan riwayat
pemberian ASI eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak dibawah 2 tahun.

1.5.2 Manfaat untuk profesi


 Penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian selanjutnya.
 Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dalam membuat karya
ilmiah.
 Menambah pengetahuan peneliti dalam bidang kedokteran terutama dalam
ruang lingkup Ilmu Kedokteran Anak

1.5.3 Manfaat untuk masyarakat


Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat
tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dan kejadian alergi pada anak, lebih
membuka wawasan dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupan.

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI eksklusif


ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu tanpa disertai makanan dan
minuman lain termasuk air selama 6 bulan setelah lahir, namun diperbolehkan
untuk mendapat Oral Rehydration Salt (ORS), drops, sirup (vitamin, mineral, dan
obat-obatan).(4)
WHO merekomendasikan ibu di seluruh dunia untuk memberikan ASI
eksklusif kepada bayi dalam 6 bulan pertama sejak lahir. Kemudian baru dapat
diberikan makanan pelengkap disertai pemberian ASI sampai usia 2 tahun.(12)

2.1.1 Komposisi ASI


ASI merupakan susu yang secara unik cocok dengan bayi manusia, karena
mengandung komposisi nutrisional dan faktor bioaktif non nutrisional yang
mendukung kelangsungan hidup dan perkembangan kesehatan.(13) ASI
mengandung air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup ASI
tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun berada di tempat yang
mempunyai suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi,
sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat
menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula.

1. Makronutrien
Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah
satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2
kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu sapi atau susu formula.(14)
Diperkirakan kadar laktosa pada ASI matur antara 6,7-7,8g/dl.(13) Kadar
karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat
terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Sesudah
melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil. Pada ibu yang
5

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
memproduksi ASI dengan kuantitas yang lebih tinggi cenderung memiliki kadar
lemak dan protein ASI lebih rendah tetapi kadar laktosa lebih tinggi.(13)
Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan
protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari
protein whey dan kasein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey
yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak
mengandung protein kasein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah protein
kasein yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibanding susu sapi yang mengandung
protein ini dalam jumlah tinggi (80%). Disamping itu, β-laktoglobulin yaitu fraksi
dari protein whey yang banyak terdapat di protein susu sapi tidak terdapat dalam
ASI. β-laktoglobulin ini merupakan jenis protein yang potensial menyebabkan
alergi.(14)
Kualitas protein ASI juga lebih baik dibanding susu sapi yang terlihat dari
profil asam amino (unit yang membentuk protein). ASI mempunyai jenis asam
amino yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satu contohnya adalah
asam amino taurin; asam amino ini hanya ditemukan dalam jumlah sedikit di dalam
susu sapi. Taurin diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak karena
asam amino ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak yang
sedang berkembang.(14)
ASI juga kaya akan nukleotida dibanding dengan susu sapi yang jumlahnya
lebih sedikit. Disamping itu kualitas nukleotida ASI juga lebih baik dibanding susu
sapi. Nukleotida ini mempunyai peran dalam meningkatkan pertumbuhan dan
kematangan usus, merangsang pertumbuhan bakteri baik dalam usus dan
meningkatkan penyerapan besi dan daya tahan tubuh.(14)
Lemak
ASI mempunyai karakteristik tinggi kadar asam palmitat dan asam oleat.(13)
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan susu formula.
Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang
cepat selama masa bayi. Terdapat beberapa perbedaan antara profil lemak yang
ditemukan dalam ASI dan susu sapi atau susu formula. Lemak omega 3 dan omega
6

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
6 yang berperan pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam ASI.
Disamping itu ASI juga mengandung banyak asam lemak rantai panjang
diantaranya asam dokosaheksanoat/docosahexanoic acid (DHA) dan asam
arakidonat/arachidonic acid (ARA) yang berperan terhadap perkembangan
jaringan saraf dan retina mata.(14)
ASI mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang dibanding
susu sapi yang lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Seperti kita ketahui
konsumsi asam lemah jenuh dalam jumlah banyak dan lama tidak baik untuk
kesehatan jantung dan pembuluh darah.(14)

2. Mikronutrien
Vitamin K
Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai
faktor pembekuan. Terlepas dari diet ibu, kadar vitamin K sangat rendah dalam ASI
dan dengan demikian, American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan
suntikan vitamin ini untuk menghindari penyakit hemoragik pada bayi baru lahir.(14)
Vitamin D
Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D terutama
pada ibu dengan paparan rendah terhadap sinar matahari.(15) Hal ini tidak perlu
dikuatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka bayi akan mendapat
tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari. Sehingga pemberian ASI
eksklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar matahari pagi akan
mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin D.
Vitamin E
Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah
merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya kekurangan darah
(anemia hemolitik). Keuntungan ASI adalah tinggi kandungan vitamin E terutama
pada kolostrum dan ASI transisi awal.

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
Vitamin A
Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk
mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. ASI mengandung
dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A dan tetapi juga bahan bakunya yaitu beta
karoten. Hal ini salah satu yang menerangkan mengapa bayi yang mendapat ASI
mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang baik.(14)
Vitamin yang larut dalam air
Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat,
vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh
terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam
ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu dengan
gizi kurang. Karena vitamin B6 dibutuhkan pada tahap awal perkembangan sistim
syaraf maka pada ibu yang menyusui perlu ditambahkan vitamin ini. Sedangkan
untuk vitamin B12 cukup di dapat dari makanan sehari-hari, kecuali ibu menyusui
yang vegetarian.(14)
Mineral
Tidak seperti vitamin, kadar mineral dalam ASI tidak begitu dipengaruhi oleh
makanan yang dikonsumsi ibu dan tidak pula dipengaruhi oleh status gizi ibu.
Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih mudah diserap
dibandingkan dengan mineral yang terdapat di dalam susu sapi.(14)
Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium yang mempunyai
fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan
pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium ASI lebih rendah dari susu sapi, tapi
tingkat penyerapannya lebih besar. Penyerapan kalsium ini dipengaruhi oleh kadar
fosfor, magnesium, vitamin D dan lemak. Perbedaan kadar mineral dan jenis lemak
diatas yang menyebabkan perbedaan tingkat penyerapan. Kekurangan kadar
kalsium darah dan kejang otot lebih banyak ditemukan pada bayi yang mendapat
susu formula dibandingkan bayi yang mendapat ASI.(14)
Kandungan zat besi baik di dalam ASI maupun susu formula keduanya
rendah serta bervariasi. Namun bayi yang mendapat ASI mempunyai risiko yang
lebih kecil utnuk mengalami kekurangan zat besi dibanding dengan bayi yang
8

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
mendapat susu formula. Hal ini disebabkan karena zat besi yang berasal dari ASI
lebih mudah diserap, yaitu 20-50% dibandingkan hanya 4 -7% pada susu formula.
Keadaan ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan pemberian makanan padat yang
mengandung zat besi mulai usia 6 bulan masalah kekurangan zat besi ini dapat
diatasi.(14)
Mineral zinc dibutuhkan oleh tubuh karena merupakan mineral yang banyak
membantu berbagai proses metabolisme di dalam tubuh. Salah satu penyakit yang
disebabkan oleh kekurangan mineral ini adalah akrodermatitis enterofatika dengan
gejala kemerahan di kulit, diare kronis, gelisah dan gagal tumbuh. Kadar zinc ASI
menurun cepat dalam waktu 3 bulan menyusui. Seperti halnya zat besi kandungan
mineral zinc ASI juga lebih rendah dari susu formula, tetapi tingkat penyerapan
lebih baik. Penyerapan zinc terdapat di dalam ASI, susu sapi dan susu formula
berturut-turut 60%, 43-50% dan 27-32%. Mineral yang juga tinggi kadarnya dalam
ASI dibandingkan susu formula adalah selenium, yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan cepat.(14)

2.2 Alergi
Menurut Clemens von Pirquet tahun 1906, alergi diartikan sebagai “reaksi
pejamu yang berubah” bila terpapar oleh bahan yang sama untuk kedua kalinya atau
lebih.(16) Sekarang, alergi didefinisikan sebagai hipersensitivitas imunologis yang
dapat menyebabkan berbagai penyakit yang berbeda melalui berbagai
patomekanisme dan pendekatan sehingga berbeda dalam diagnosis, terapi dan
pencegahan yang dapat diambil.(17,18)

2.2.1 Faktor risiko alergi


A. Faktor genetik
Faktor genetik merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
timbulnya alergi. Walaupun asma, rinitis alergi (RA) dan dermatitis atopik (DA)
secara klinis didiagnosis sebagai penyakit terpisah, namun keterkaitan antara
penyakit telah lama dikenal. Misalnya, individu dengan RA memiliki risiko 5-6 kali
lipat lebih besar terkena asma. Sehingga ditetapkan bahwa ada komponen genetik
9

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
yang terbagi dan berbeda untuk kelompok penyakit ini dengan perkiraan korelasi
0,55 untuk asma dan eksim, 0,47 untuk asma dan riinitis dan 0,62 untuk eksim dan
rinitis.(19)
Metode Genome-Wide Association Studies (GWAS) telah menemukan
beberapa lokus gen yang bertanggung jawab terhadap timbulnya alergi.
Diantaranya adalah lokus 17q21 yang berhubungan dengan asma, lokus 11q13
berhubungan dengan terjadinya rinitis alergi, dan lokus 1q21 berhubungan dengan
dermatitis atopik.(19)

B. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang cukup banyak
berpengaruh terhadap timbulnya alergi. Diantara alergen yang dapat mencetuskan
alergi di lingkungan rumah adalah tungau debu rumah, bulu binatang peliharaan,
bahan kimia yang mudah menguap, jamur, dan kecoa. Sementara alergen dari luar
lingkungan rumah diantaranya asap kendaraan dan suhu lingkungan yang
ekstrem.(20)
Anak-anak menghabiskan 95% waktu mereka di rumah, sekolah atau di
ruang tertutup lainnya. Sehingga awalnya hal ini diasumsikan bahwa lingkungan
rumah merupakan tempat sensitisasi primer. Namun, pada dua penelitian ditemukan
bahwa penghindaran paparan tungau debu rumah di lingkungan rumah sendiri gagal
untuk mencegah sensitisasi terhadap alergen ini. Hal ini mungkin disebabkan
paparan alergen tersebut di lingkungan rumah lain atau ruang tertutup lain.(21,22)
Pada penelitian kohort Lifestyle and environmental factors and their
Influence on Newborns Allergy risk (LINA) subkelompok kelahiran, prenatal dan
awal kehidupan terhadap paparan asap rokok, terdapat hubungan positif adanya
prekursor basofil dan eosinophil di darah plasenta. Hal ini mengindikasikan efek
promotif alergi pada anak-anak yang rentan.(20)

C. Faktor makanan
Faktor makanan berkaitan erat dengan pathogenesis dermatitis atopik.
Alergi makanan biasanya diperantarai oleh antibodi immunoglobulin E (IgE) pada
10

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
protein makanan spesifik dan penentuan antibodi spesifik IgE merupakan dasar uji
diagnostik umum untuk alergi makanan. Pada penelitian yang dilakukan Won-Oh
tahun 2007 dilaporkan hasil positif alergi berupa peningkatan konsentrasi IgE
spesifik pada uji Double Blinded Placebo Controlled Challenge Test (DBPCFC)
berturur-turut 31,7% pada susu sapi, 36,7 pada putih telur, 30,4% pada kacang
kedelai, dan 34,8% pada tepung terigu.(23)

2.2.2 Patofisiologi alergi


Reaksi alergi dimediasi oleh IgE, tetapi sel T dan sel B memainkan peran
penting pada pengembangan antibodi. Sel T CD4+ dibagi jadi 3 kelas, yaitu sel T
efektor, sel T memori, dan sel T regulator. Sel T efektor dibagi lagi berdasarkan
sitokin yang diproduksi: sel TH1, TH2, dan TH17. Sel TH1 memproduksi
interferon-gamma (IFN-γ) dan interleukin 2 (IL-2), dan mendukung respons imun
yang dimediasi sel. Sel TH2 memproduksi IL-4 dan IL-13, dimana berperan pada
sel B untuk mempromosikan produksi IgE spesifik antigen. Sel TH17 memproduksi
IL-17, IL-21, dan IL-22 untuk membantu melawan pathogen ekstraseluler,
menghasilkan peptida antimikrobial, dan mempromosikan proses inflamasi oleh
neutrofil yang sangat penting untuk imunitas pada kulit dan permukaan mukosa.
Sel T memori dengan cepat berdiferensiasi menjadi sel T efektor pada respons imun
sekunder.(24)
Reaksi alergi memerlukan sensitisasi pada alergen spesifik dan terjadi pada
individu yang memiliki predisposisi genetis. Alergen yang terhirup atau tertelan
kemudian diproses oleh Antigen Presenting Cell (APC) seperti sel dendritic,
makrofag, atau sel B. Kemudian APC bermigrasi ke kelenjar getah bening dimana
akan dikenalkan pada sel TH naif yang menghasilkan reseptor untuk antigen
spesifik.(24)
Setelah pengenalan antigen, sel TH naif berdiferensiasi menjadi sel TH1,
TH2, atau TH17 berdasarkan sinyal antigen dan sitokin. Dalam hal sensitisasi
alergen, diferensiasi sel TH naif cenderung menuju fenotip TH2 yang kemudian
melepaskan IL-4, IL-5, IL-9, dan IL-13. IL-5 berperan dalam pengembangan,
pengerahan, dan aktivasi eosinofil. IL-9 berperan dalam pengaturan aktivasi sel
11

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
mast. IL-4 dan IL-13 berperan pada sel B untuk mendorong produksi antibodi IgE
spesifik antigen. Agar hal ini dapat terjadi, sel B juga harus berikatan pada alergen
lewat reseptor spesifik alergen. Kemudian terjadi proses internalisasi dan
menghasilkan peptida yang terikat pada molekul Major Histocompatibility Class
(MHC) II yang ditemukan pada permukaan sel B pada reseptor antigen pada sel
TH2. Sel B juga harus berikatan sel TH2 dengan cara CD40 yang diekspresikan
pada permukaannya berikatan pada ligan CD40 pada permukaan sel TH2. IL-4 dan
IL-13 yang dilepas oleh sel TH2 kemudian berperan pada sel B untuk mendorong
class switching dari produksi IgM menjadi produksi IgE spesifik antigen.(24)

2.2.3 Manifestasi klinis alergi


Alergi bukanlah suatu penyakit, tetapi mekanisme yang mengarah ke
penyakit. Dalam praktek klinis, alergi memanifestasikan dalam bentuk berbagai
berbeda kondisi seperti anafilaksis, urtikaria, angioedema, rinokonjungtivitis alergi,
asma alergi, serum sickness, vaskulitis alergi, hipersensitivitas pneumonitis,
dermatitis atopik (eksim), kontak dermatitis dan granulomatosa.(17)
Penyakit akibat alergi seperti dermatitis atopik, rinitis alergi, asma dan
urtikaria adalah keadaan atopi yang cenderung terjadi pada kelompok keluarga
dengan kemampuan produksi IgE yang berlebihan terhadap rangsangan
lingkungan. Perjalanan alamiah penyakit akibat alergi mengikuti suatu kurva yang
disebut dengan allergic march. Dermatitis atopik merupakan manifestasi paling
dini dari penyakit akibat alergi. Sebesar 50% penderita dermatitis atopik akan
menjadi asma dan 75% menjadi rinitis alergi.(23)

12

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
Gambar 2.1. Kurva Allergic March
Sumber : pediatricianuae.com/tag/allergies

2.3 Dermatitis atopik


Dermatitis atopik adalah penyakit inflamasi kulit kronis yang gatal, biasanya
muncul pada anak usia dini.(2) Dermatitis berasal dari Bahasa Yunani “derma”
yang artinya kulit, dan “itis” yang artinya inflamasi. Atopi didefinisikan sebagai
kecenderungan genetik untuk menghasilkan antibody IgE pada respons terhadap
sejumlah kecil alergen biasa seperti serbuk sari, tungau debu rumah, dan protein
makanan. Sensitisasi alergen dan peningkatan IgE hanya muncul sekitar setengah
darri semua pasien dengan penyakit ini, sehingga dermatitis atopik bukan
merupakan arti definitif.(25)
Tidak ada uji diagnostik spesifik untuk dermatitis atopik. Diagnosis
dermatitis atopik berdasarkan kriteria khusus yang didapat dari hasil anamnesis dan
manifestasi klinis. Williams et al mengajukan kriteria diagnosis yang mudah
digunakan, tidak invasif, dan menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas tinggi untuk
diagnosis dermatitis atopik.(2)
Manifestasi klinis dermatitis atopik bervariasi menurut usia. Pada bayi,
biasanya permukaan kulit kepala, wajah, leher, badan, dan ekstensor ekstremitas

13

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
yang terkena. Anak-anak biasanya mengenai permukaan fleksor ekstremitas (lipat
siku dan belakang lutut), leher, pergelangan tangan dan kaki. Pada remaja dan
dewasa permukaan fleksor ekstremitas, tangan dan kaki yang biasanya terkena.(2)
Tanpa memandang usia, sensasi gatal yang berkaitan dengan dermatitis atopik
biasanya berlangsung sepanjang hari dan memburuk saat malam hari, yang
menyebabkan kurang tidur dan penurunan kualitas hidup.(26)

Tabel 2.1. Kriteria diagnostik dermatitis atopik(2)


Kriteria mayor Kriteria minor
 Pasien harus memiliki :  Ditambah 3 atau lebih dari kriteria
Kondisi gatal di kulit (atau laporan minor berikut :
orang tua/caregiver adanya perilaku Pada anak yang lebih tua/dewasa :
menggaruk atau menggosok pada  Riwayat gatal di lipatan kulit
anak)  Riwayat personal asma atau
riinitis alergi
 Riwayat personal kulit kering
setahun terakhir
 Dermatitis yang terlihat di
daerah fleksor ekstremitas
 Onset usia < 2 tahun
Pada anak usia < 4 tahun
 Riwayat gatal di pipi
 Riwayat atopi pada saudara
kandung
 Eksema di pipi, dahi, dan
tungkai bagian luar.

14

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
2.4 Riwayat pemberian ASI eksklusif dan kejadian dermatitis atopik
WHO masih merekomendasikan untuk menyusui ASI eksklusif selama 6
bulan pertama dan dilanjutkan bersamaan dengan pengenalan makanan
pendamping ASI sampai usia 2 tahun. ASI mengandung komponen seperti α-
tokoferol, β-tokoferol, dan prolaktin yang semuanya membantu menurunkan
komponen inflamasi, meningkatkan fungsi imun, dan mengurangi sensitivitas
bayi.(27) Menyusui eksklusif selama 6 bulan berarti menghindari untuk memberi
bayi makanan apapun yang dikenal sebagai alergen dan faktor pemicu penyakit
alergi. Kandungan IgA dalam ASI dapat membantu melindungi saluran
gastrointestinal dengan mengikat protein asing yang berpotensi menjadi alergenik
dan menghambat penyerapannya. Menyusui eksklusif diharapkan mampu
melindungi dari kejadian penyakit alergi.(8)
Namun, hubungan pemberian ASI dan kejadian alergi khususnya dermatitis
atopik masih kontroversial. Penelitian di Swedia tahun 2005 menemukan bahwa
tidak ada efek menyusui eksklusif selama 4 bulan terhadap dermatitis atopik pada
tahun pertama kehidupan dengan atau tanpa riwayat penyakit atopik pada keluarga.
Di sisi lain, penelitian lainnya dari Swedia di tahun yang sama menemukan bahwa
menyusui eksklusif selama lebih dari 4 bulan mengurangi risiko dermatitis atopik
pada usia 4 tahun dengan atau tanpa riwayat alergi keluarga. Pada studi kelahiran
kohort KOALA di Belanda yang melibatkan lebih dari 2700 bayi menemukan
bahwa menyusui dapat mencegah dermatitis atopik pada anak-anak. Menyusui
diketahui dapat mencegah kejadian dermatitis atopik pada 2 tahun pertama
kehidupan anak.(10,27) Salah satu meta-analisis oleh Gdalevich dengan
mengidentifikasi 18 penelitian pada bayi cukup bulan di negara-negara berkembang
menemukan bahwa menyusui eksklusif selama sedikitnya 3 bulan telah
dihubungkan dengan penurunan risiko dermatitis atopik pada subyek tersebut
dengan riwayat atopi pada keluarga.(28) Tetapi meta-analisis lain pada tahun 2008
dari 21 penelitian kohort menyatakan bahwa tidak ada bukti kuat dari efek
perlindungan dari ASI eksklusif selama sedikitnya 3 bulan terhadap dermatitis
atopik walaupun pada anak dengan riwayat atopi keluarga.(29)

15

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
2.5 Ringkasan pustaka

Tabel 2.2 Ringkasan pustaka

Peneliti Lokasi Desain Subjek Variabel Lama studi Hasil

Reza Birjand, Kasus- Sebanyak 100 Variabel bebas : 2003 – 2005 Berdasarkan hasil analisa bivariat
Ghaderi, Iran kontrol anak dengan Riwayat pemberian dengan uji Exact Fisher didapatkan
Zahra dermatitis ASI eksklusif, durasi p<0,05 yaitu adanya hubungan yang
Makhmalbaf atopik dan 100 pemberian ASI, durasi signifikan antara pemberian ASI
anak normal pemberian susu eksklusif dengan kejadian dermatitis
usia 2-5 tahun formula atopik pada anak 2-5 tahun di Birjand,
Variabel tergantung : Iran.(7)
Perkembangan
dermatitis atopik

Martaviani RSUP Dr. Kasus- Sebanyak 44 Variabel bebas : Bulan Hasil penelitian menunjukkan 60,8%
Budiastuti, Sardjito. kontrol anak dengan Riwayat ASI eksklusif, Februari bayi dengan risiko tinggi alergi disertai
Setya Yogyakarta dermatitis risiko atopi orang tua, 2005 sampai dermatitis atopik tidak mendapat ASI
Wandita, atopik dan 44 paparan asap rokok, Desember eksklusif, sementara 64,9% bayi dengan
Sumadiono anak normal hewan peliharaan 2007 risiko tinggi alergi tanpa dermatitis
usia ≥ 1 tahun Variabel tergantung : atopik mendapat ASI eksklusif.(8)
Kejadian dermatitis
atopik

16

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
A. Bener, M. Primary Potong Bayi dan anak Variabel bebas : Bulan Hasil penelitian menunjukkan kejadian
S. Ehlayel, Health silang usia pra-sekolah Riwayat pola Oktober 2006 asma (15,6%), wheezing (12,7%),
S. Alsowaidi, Care usia 0-5 tahun pemberian ASI sampai riinitis alergi (22,6%) dan eksema
A. Sabbah Centers sebanyak 1500 Variabel tergantung : September (19,4%) lebih sedikit frekuensinya pada
and Hamad anak Kejadian penyakit 2007 anak dengan pemberian ASI eksklusif,
General alergi (asma, eksema, dibandingkan dengan anak dengan
Hospital dan rinitis alergi) pemberian ASI parsial (22,9%; 15,7%;
Qatar 35,9%; 27,1%) dan susu formula
(35,4%; 20,9%; 30,4%; 28,5%).(9)

Saeedeh Kerman, Potong Sebanyak 750 Variabel bebas : 2011 Hasil penelitian menunjukkan durasi
Farajzadeh Iran silang anak usia 2-3 Durasi pemberian ASI rata-rata menyusui pada bayi dengan
et al tahun Variabel tergantung : dermatitis atopik (DA) dan bayi yang
Perkembangan sehat adalah masing-masing 15,67 ±
dermatitis atopik 8,25 dan 19,84 ± 7.08 bulan. Ada
hubungan signifikan antara durasi
menyusui dan risiko DA, sehingga
dengan peningkatan durasi menyusui
maka risiko DA menurun ( OR = 0,93 ,
95 % CI = 0,90-0,96 ).
(30)

17

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
2.6 Kerangka teori

Riwayat Makanan Infeksi


Lingkungan
keluarga cacing

Dalam Luar Tinggi Non ASI Reaksi


Genetik ruangan ruangan silang IgE
protein

 Tungau  Asap rokok  Telur  Susu Sapi/


debu rumah  Polusi udara ayam formula
 Bulu hewan  Asap mesin  Ikan laut
peliharaan diesel  Kacang-
 Jamur  Serbuk sari kacangan
 Kecoa

Sensitisasi sistem
imun

Reaksi abnormal
sistem imun

Alergi (dermatitis
atopik)

Gambar 2.2 Kerangka Teori

18

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep


Gambaran kerangka konsep pada penelitian ini :

Riwayat pemberian ASI eksklusif (+) Dermatitis atopik (+)

Riwayat pemberian ASI eksklusif (−) Dermatitis atopik (−)

Keterangan :

Variabel bebas

Variabel tergantung

3.2 Variabel Penelitian


3.2.1 Variabel tergantung
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah dermatitis atopik, yang
merupakan salah satu penyakit akibat alergi yang mengikuti kurva allergic march
yaitu dermatitis atopik, rinitis alergi, dan asma. Dermatitis atopik adalah penyakit
inflamasi kulit kronis yang gatal, biasanya muncul pada anak usia dini dan sering
dihubungkan dengan riwayat penyakit atopik lainnya pada keluarga atau individu.(2)
3.2.2 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah riwayat pemberian ASI eksklusif
yaitu riwayat pemberian air susu ibu tanpa disertai makanan dan minuman lain
termasuk air selama 6 bulan setelah lahir, namun diperbolehkan untuk mendapat
Oral Rehydration Salt (ORS), drops, sirup (vitamin, mineral, dan obat-obatan).(4)

19

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
3.3 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Alat dan Cara


No. Variabel Definisi Operasional Skala Hasil Ukur Referensi
Ukur
1. Riwayat Tidak memberi bayi makanan Rekam medik Nominal Dikategorikan : WHO(4)
pemberian ASI atau minuman lain, termasuk air 1. Menyusui
eksklusif putih selama 6 bulan setelah lahir, eksklusif
selain menyusui (kecuali obat- 2. Tidak
obatan dan vitamin atau mineral menyusui
tetes) eksklusif
2. Dermatitis Penyakit inflamasi kulit kronis Rekam medik Nominal Dikategorikan : The U.K
atopik yang gatal, biasanya muncul pada 1. Dermatitis Working Party’s
anak usia dini dan bermanifestasi atopik diagnostic
di wajah, leher, badan, dan sisi 2. Bukan criteria for
ekstensor pada ekstremitas dermatitis dermatitis
atopik atopic(2)
3. Anak di bawah Semua anak yang belum genap Data identitas Rasio Dikategorikan :
2 tahun berusia 2 tahun (<24 bulan) dan pada rekam 1. 6-11 bulan
sudah berusia > 6 bulan pada medik 2. 12-18 bulan
tanggal 1 November 2015 3. 19-24 bulan

20

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan analisis observasional. Selanjutnya, data ini akan diolah dan diuji dengan
menggunakan teknik analisis statistik.
Metode yang digunakan adalah desain potong silang atau cross sectional.
Dalam penelitian dengan metode cross sectional ini, peneliti mencari hubungan
antara variabel bebas yang merupakan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan
variabel terkontrolnya yaitu kejadian dermatitis atopik yang dilakukan dengan cara
pengumpulan data dalam satu kali ukur.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan di RSUD Ciereng Subang pada poli kulit
dan kelamin. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai
dengan bulan Januari 2016.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1 Populasi
Populasi yang dipilih adalah semua anak berusia 6 bulan sampai 2 tahun
yang datang berobat ke poli kulit RSUD Ciereng.

4.3.2 Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel


Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah pasien anak berusia
dibawah 2 tahun. Sampel akan dipilih secara consecutive sampling. Jumlah sampel
yang akan digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan perhitungan berdasarkan
rumus yang sudah ditetapkan.

21

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
Rumus populasi infinit :

𝑛0= 𝑍𝑎2𝑝𝑞
𝑑2

1,962 × 0,1 × (1−0,1)


=
0,052
3,84 × 0,1 × 0,9
=
0,0025

= 138,24 ≈ 138
Keterangan
n0 = Besar sampel
α = Tingkat kemaknaan ditetapkan sebesar 5%. Untuk nilai α sebesar 5%, nilai
Zα (derajat kesalahan) adalah 1,96
P = Prevalensi alergi kulit (dermatitis atopik) di Indonesia (10%)
Q = Prevalensi yang tidak ada alergi kulit, didapatkan dari 1-P
d = Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki, ditetapkan sebesar 5% = 0,05

Perkiraan drop-out sebesar 15% sehingga total sampel menjadi 159 subyek

4.3.3 Kriteria inklusi dan eksklusi


Sampel yang diambil pada penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria
inklusi dan eklusi
4.3.3.1 Kriteria inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian adalah sebagai berikut :
1. Semua anak balita yang datang berobat ke poli anak dan poli kulit
2. Usia lebih dari 6 bulan dan di bawah 2 tahun
4.3.3.2 Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian adalah sebagai berikut :
1. Pasien anak dengan kelainan kongenital
2. Pasien anak yang sedang menderita infeksi berat

22

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
4.4 Bahan dan Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan berupa data sekunder. Alat yang
digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah kuesioner data yang
akan diambil dan rekam medik.

4.5 Analisis data


4.5.1 Analisis univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat penyajian distribusi frekuensi dari


seluruh data yang diteliti. Data yang diolah kemudian disajikan dalam bentuk table
distribusi frekuensi berdasarkan masing-masing variable untuk persentase.

Persentase distribusi frekuensi masing-masing variabel dihitung dengan


memakai rumus sebagai berikut:

x
f   100 %
n

Keterangan :
f = frekuensi
x = jumlah yang didapat (variabel yang diteliti)
n = jumlah populasi

4.5.1 Analisis bivariat


Uji Chi-Square digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan
antara variabel bebas dan tergantung. Batas kemaknaan yang digunakan (p-value)
untuk melihat adanya perbedaan yang bermakna antara variabel bebas dan
tergantung adalah p ≤ 0,05.
Analisis data pada penelitian kemudian dihitungmenggunakan penghitungan
komputasi program SPSS (Statistical Product and Service Solution) for Windows
versi 21.0 karena program ini memiliki kemampuan analisis statistic cukup tinggi
serta menggunakan menu-menu deskriptif dan kotak-kotak dialog sederhana
sehingga mudah dipahami pengoperasiannya.
23

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
4.6 Alur kerja penelitian

Alur penelitian berisi gambar alur atau skema pelaksanaan penelitian dalam
pengambilan data.

Survey awal & Pengurusan


izin penelitian

Identifikasi subjek penelitian

Pengumpulan data rekam


medik

Riwayat ASI eksklusif Diagnosis dermatitis


atopik

Pengolahan dan
analisis data

Pembuatan laporan
penelitian

Gambar 4.1 Alur Penelitian

24

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
4.7 Etika penelitian

Proposal yang telah disetujui untuk dilakukan penelitian, selanjutnya akan


mengajukan Ethical Clearance kepada Komisi Etik Riset Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti. Data subjek penelitian yang berupa rekam medis akan dijamin
kerahasiaannya dan pihak Puskesmas selaku pengelola rekam medis akan diminta
izin penelitian terlebih dahulu setelah diberikan penjelasan tentang penelitian yang
akan dilakukan.

25

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
4.8 Penjadwalan penelitian (proposal)
Tabel 4.1 Penjadwalan penelitian

2015 2016
Kegiatan
Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari
Persiapan dan
pengumpulan data
Penyusunan dan
penyelesaian
BAB I
(Pendahuluan)
Penyusunan dan
penyelesaian
BAB II (Tinjauan
Pustaka)
Penyusunan dan
penyelesaian
BAB III
(Kerangka konsep
dan definisi
operasional)
Penyusunan dan
penyelesaian
BAB IV
(Metedologi)
Penyusunan dan
penyelesaian
BAB V (Hasil)
Penyusunan dan
penyelesaian
BAB VI
(Pembahasan)
Penyusunan dan
penyelesaian
BAB VII
(Kesimpulan dan
saran)
Persiapan ujian
skripsi
Penyusunan
manuskrip
publikasi
E-jurnal

26

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Karakteristik subjek


Penelitian dilaksanakan di RSUD Ciereng Subang pada bulan Desember 2015
dengan menggunakan data dari rekam medik tahun 2014-2015 untuk mengetahui
data diagnosis dermatitis atopik dan riwayat pemberian ASI eksklusif. Dari hasil
penelitian, didapatkan jumlah subjek yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 156
subjek.
Analisis univariat akan mendeskripsikan karakteristik masing - masing
variabel yang didapatkan dari subjek, yaitu jenis kelamin, usia, riwayat pemberian
ASI eksklusif, dan data dermatitis atopik.

Tabel 5.1 Karakteristik subjek


Karakteristik subjek penelitian Frekuensi (n) Persentase (%)
Usia
6-11 bulan 74 47,4
12-18 bulan 44 28,2
19-24 bulan 38 24,4
Jenis kelamin
Laki-laki 76 48,7
Perempuan 80 51,3
Riwayat Pemberian ASI Eksklusif
ASI Non Eksklusif 71 45,5
ASI Eksklusif 85 54,5
Kejadian Dermatitis Atopik
Tidak Dermatitis Atopik 73 46,8
Dermatitis Atopik 83 53,2

Tabel 5.1 menjelaskan karakteristik subjek penelitian berdasarkan tiap


variabel. Subjek penelitian memiliki rentang usia antara 6 hingga 24 bulan.
Berdasarkan usia, didapatkan subjek penelitian yaitu 74 subjek (47,4%) berusia 6-
11, 44 subjek (28,2%) berusia 12-18 bulan, dan 38 subjek (24,4%) berusia 19-24
bulan. Sebanyak lebih dari separuh subjek berjenis kelamin perempuan (51,3%) dan
sisanya (48,7%) berjenis kelamin laki-laki. Hasil distribusi frekuensi riwayat

27

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
pemberian ASI eksklusif dan kejadian dermatitis atopik dari rekam medis tahun
2014-2015 menunjukkan 83 subjek (53,2%) memiliki dermatitis atopik dan 73
subjek (46,8%) tanpa dermatitis atopik. Dari 156 subjek, sebanyak 85 subjek
mendapat ASI eksklusif dan 71 subjek mendapat ASI non eksklusif.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Dermatitis Atopik


berdasarkan Usia
Kejadian Dermatitis Atopik
Variabel Dermatitis Atopik Tidak Dermatitis Atopik Total
n n % %
Usia
6-11 bulan 39 35 47,3 52,7 74
12-18 bulan 21 23 52,3 47,7 44
19-24 bulan 23 15 39,5 60,5 38
Total 83 73 46,8 53,2 156

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kejadian Dermatitis Atopik


berdasarkan Jenis Kelamin
Kejadian Dermatitis Atopik
Variabel Dermatitis Atopik Tidak Dermatitis Atopik Total
n n % %
Jenis Kelamin
Laki-laki 38 38 50,0 50,0 76
Perempuan 45 35 43,8 56,3 80
Total 83 73 46,8 53,2 156

Berdasarkan tabel 5.2 kejadian dermatitis atopik paling banyak dialami oleh
kelompok anak usia 6-11 bulan yaitu 39 subjek (52,7%) dari 74 subjek. Kemudian
berturut-turut diikuti oleh kelompok usia 19-24 bulan sebanyak 23 subjek (60,5%)
dari 38 subjek dan kelompok usia 12-18 bulan sebanyak 21 subjek (47,7%) dari 44
subjek. Dari tabel 5.3 menunjukkan kejadian dermatitis atopik lebih banyak
ditemukan pada anak perempuan sebanyak 45 subjek (56,3%) daripada laki-laki
sebanyak 38 subjek (50,0%).

28

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
5.2 Hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
dermatitis atopik
Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua variabel
yaitu variabel bebas (riwayat pemberian ASI eksklusif) dengan variabel tergantung
(dermatitis atopik).
Tabel 5.4 Hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dan
kejadian dermatitis atopik

Variabel Kejadian Dermatitis Atopik


Tidak Dermatitis
Dermatitis Atopik Total Nilai P
Atopik
n % n %
Riwayat ASI
eksklusif
ASI Eksklusif 41 48,2 44 51,8 85
ASI Non Eksklusif 32 45,1 39 54,9 71 0,693
Total 73 46,8 83 53,2 156

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 71 subjek yang mendapat ASI non
eksklusif, sebanyak 39 subjek (54,9%) menderita dermatitis atopik dan sisanya
tidak menderita dermatitis atopik. Dari 85 subjek yang mendapat ASI eksklusif,
sebanyak 44 subjek (51,8%) menderita dermatitis atopik dan 41 subjek (48,2%)
tidak menderita dermatitis atopik. Tidak ada satupun frekuensi harapan/expected
count yang kurang dari 5 (dimana frekuensi harapan minimum adalah 33,22). Pada
analisis chi-square, didapatkan nilai kemaknaan Pearson chi-square (p) antara
variabel riwayat ASI eksklusif dengan dermatitis atopik 0,693. Karena nilai p lebih
dari 0,05 maka tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara riwayat ASI
eksklusif dan kejadian dermatitis atopik

29

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Distribusi kejadian dermatitis atopik berdasarkan jenis kelamin dan usia
Subjek penelitian ini berjumlah 156, melebihi jumlah subjek minimal yang
telah dihitung yaitu 136 subjek. Karakteristik subjek berdasarkan usia paling
banyak berusia 6-11 bulan yaitu 74 subjek (47,4%). Selain itu, peneliti juga tidak
mendapatkan selisih subjek dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan secara
bermakna (48,7% dan 51,3%).
Pada tabel 5.2 menunjukkan kejadian dermatitis atopik paling banyak
ditemukan pada kelompok anak usia 6-11 bulan sebanyak 39 subjek (52,7%). Hal
ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Bieber dkk tahun 2008 bahwa 60%
kejadian dermatitis atopik dimulai pada 1 tahun pertama kehidupan.(31) Studi yang
dilakukan Halim dkk tahun 2014 juga menunjukkan onset kejadian dermatitis
atopik paling banyak ditemukan pada anak usia 0-6 bulan (59,3%).(32)
Menurut Sugiyama dkk dalam studinya tahun 2007 menyatakan bahwa risiko
dermatitis atopik selama 1 tahun pertama kehidupan berkaitan dengan dermatitis
atopik maternal, kadar macrophage inflammatory protein-1β yang rendah pada
darah plasenta, dan tingginya kelembapan kulit di permukaan dan stratum korneum
bagian dahi dan pipi pada usia 1 bulan.(33) Hubungan dermatitis atopik pada bayi
dengan penurunan kadar macrophage inflammatory protein-1β memberi kesan
adanya hubungan dengan respons imun imatur saat kelahiran. Kerusakan lapisan
stratum korneum pada dermatitis atopik mungkin melibatkan pelemahan adaptasi
kulit pada kehidupan ekstrauterin.(33)
Pada tabel 5.3 menunjukkan anak perempuan lebih banyak yang mengalami
dermatitis atopik yaitu sebanyak 45 subjek (56,3%) dibandingkan anak laki-laki 38
subjek (50,0%). Hal ini sesuai dengan studi Carson tahun 2013 yang menunjukkan
bahwa prevalensi dermatitis atopik pada anak perempuan lebih tinggi daripada anak
laki-laki. Anak perempuan dapat berisiko hingga 2,6 kali terkena dermatitis atopik
daripada anak laki-laki, tetapi perkembangan dermatitis atopik pada anak laki-laki
terjadi di usia yang lebih dini daripada anak perempuan.(33)
30

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
6.2 Hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dan dermatitis atopik
Pada tabel 5.4 didapatkan 39 subjek (54,9%) dengan riwayat ASI non
eksklusif menderita dermatitis atopik dan 41 subjek (48,2%) dengan riwayat ASI
eksklusif tidak menderita dermatitis atopik. Berdasarkan hasil uji statistik tentang
hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejadian dermatitis
atopik didapatkan nilai p sebesar 0,693 (p > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat hubungan bermakna antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian dermatitis atopik.
Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil studi Miyake tahun 2009 pada 763
bayi usia 0-24 bulan di Jepang secara kohort dimana pada analisis keseluruhan
pemberian ASI eksklusif tidak dapat mencegah kejadian dermatitis atopik, bahkan
meningkatkan risiko terjadinya dermatitis atopik pada bayi dengan riwayat orang
tua tidak ada penyakit alergi. Pada pemberian ASI eksklusif selama 4 bulan atau
lebih dan ASI parsial selama 6 bulan atau lebih secara independen berhubungan
dengan peningkatan risiko dermatitis atopik hanya pada bayi dengan orang tua
tanpa riwayat penyakit alergi [multivariat rasio odds masing-masing 2,41 (Interval
kepercayaan (IK) 95%, 1,10–5,55) dan 3,39 (IK 95%, 1,20–12,36)].(35)
Ada 2 kemungkinan hipotesis untuk menjelaskan penemuan ini, pertama
adalah kesadaran ibu terhadap risiko perkembangan dermatitis atopik, jadi
peningkatan risiko dermatitis atopik berasal dari faktor keturunan atopik sebagai
lawan terhadap efek pemberian ASI. Kedua, adalah karena hipotesis higienitas.
Infeksi dini dapat mendorong pematangan sistem imun dan mencegah alergi lebih
jauh, termasuk dermatitis atopik. Karena pemberian ASI menurunkan kemungkinan
anak untuk terpapar alergen umum yang terdapat pada makanan padat atau susu
formula, sistem imun tidak akan mampu untuk berfungsi sebagaimana mestinya
untuk melindungi dari antigen, yang mungkin menyebabkan lebih banyak kejadian
dermatitis atopik pada studi tersebut.(10) Walaupun hipotesis ini menjelaskan
peningkatan kejadian dermatitis atopik pada anak dengan riwayat orang tua dengan
alergi, tetapi masih belum dapat menjelaskan peningkatan risiko dermatitis atopik
pada anak dengan orang tua tanpa alergi.(10)
31

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
Studi lain yang dilakukan oleh Yang dkk tahun 2009 secara meta-analisis
pada 21 studi kohort menemukan tidak ada bukti kuat dari efek protektif ASI
eksklusif terhadap onset dermatitis atopik pada masa balita. Ringkasan rasio odds
(RO) untuk efek menyusui eksklusif pada risiko dermatitis atopik adalah 0,89 (IK
95%, 0,76-1,04). Heterogenitas ditemukan pada penelitian (x2 = 83,6 d.f = 26; p <
0,001). Rasio odds yang digabungkan untuk populasi studi dengan atopik herediter
adalah 0,78 (IK 95% 0,58-1,05). Walaupun efek protektif bertambah pada
subkelompok anak dengan riwayat atopik herediter, hubungan ini tidak bermakna
secara statistik.(29)
Penelitian lain yang dilakukan oleh Halim tahun 2014 pada anak berusia 7-
24 bulan secara kasus-kontrol juga belum dapat membuktikan manfaat pemberian
ASI eksklusif dalam mencegah dermatitis atopik (RO 0,867 IK 95% 0,512-2,635;
p 0,851).(32) Hal tersebut terjadi karena terdapat faktor risiko lain yang diperkirakan
dapat memengaruhi kejadian DA yang tidak dikendalikan. Faktor perancu lain
seperti pajanan asam rokok, pajanan debu rumah dan tungau debu rumah,
kekerapan infeksi, cara persalinan, pemberian probiotik saat ibu hamil atau setelah
bayi lahir tidak dibahas dalam penelitian tersebut. Faktor pencetus DA yang lain
seperti alergen inhalan tidak masuk dalam lingkup penelitian sehingga DA pada
anak yang dietnya sudah diintervensi dengan pemberian ASI eksklusif masih dapat
mengalami DA. Telaah kritis studi terdahulu lebih sering memberikan hasil yang
mendukung adanya efek proteksi ASI dalam mencegah DA, tetapi telaah studi
terbaru memberikan efek proteksi yang lebih lemah dan kurang bermakna secara
statistik. Hal tersebut memperkuat dugaan adanya faktor lingkungan yang berperan
dalam kejadian alergi.(32)
Walaupun pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejadian dermatitis atopik, tetapi
penulis tetap menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
kehidupan sebagaimana rekomendasi WHO dan Departemen Kesehatan RI. Telah
diterima secara luas bahwa ASI kaya akan nutrisi dan menyusui memiliki lebih
banyak keuntungan dibandingkan susu formula. ASI dapat mencegah penyakit pada

32

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
awal kehidupan dan menambah keuntungan psikologis dari ikatan antara ibu dan
bayi.
Setelah melakukan penelitian, peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih
terdapat kekurangan. Kekurangan yang didapatkan oleh peneliti antara lain adalah
mengenai metode penilaian kejadian dermatitis atopik. Penelitian ini melihat
kejadian dermatitis atopik hanya berdasarkan diagnosis dokter dalam status
dermatologis yang tertera di dalam rekam medik. Dimana untuk dapat melengkapi
diagnosis dermatitis atopik dapat dilakukan uji kadar serum IgE, sehingga dapat
benar-benar diketahui apakah ada faktor atopi pada subjek tersebut. Penelitian ini
juga dilakukan dengan waktu dan dana yang sangat terbatas, sehingga desain studi
adalah secara potong silang dan tidak memungkinkan peneliti melakukan
pengukuran terhadap kadar serum IgE untuk mengetahui faktor atopi pada subjek
penelitian. Selain itu, penelitian ini juga tidak mengikutsertakan faktor – faktor lain
yang mungkin mempengaruhi kejadian dermatitis atopik seperti riwayat atopi orang
tua, jumlah saudara kandung, paparan asap rokok, binatang peliharaan di rumah,
dan sosioekonomi keluarga yang diperkirakan dapat mempengaruhi kejadian
dermatitis atopik.

33

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebanyak 85 subjek (54,5%) mendapat ASI eksklusif dan 71 subjek
(45,5%) mendapat ASI non eksklusif
2. Dari 85 subjek yang mendapat ASI eksklusif didapatkan 41 subjek
(48,2%) tidak menderita dermatitis atopik dan dari 71 subjek yang
mendapat ASI non eksklusif didapatkan 39 subjek (54,9%) menderita
dermatitis atopik. Berdasarkan uji kemaknaan dengan penggnakan chi-
square, tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara riwayat
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian dermatitis atopik (p = 0,693)

7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan keterbatasan yang dimiliki dalam studi ini,
maka dapat direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengikut sertakan variabel -
variabel lain yang diduga berhubungan dengan kejadian dermatitis atopik
yang belum diteliti pada penelitian ini, misalnya faktor riwayat atopi
orang tua, paparan asap rokok, jumlah saudara kandung, binatang
peliharaan di rumah, sosioekonomi keluarga serta faktor - faktor yang
lain sehingga didapatkan hasil penelitian yang lebih baik.
2. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan uji kadar IgE serum selain
dari kriteria diagnosis berdasarkan gambaran kelainan fisik dalam
menegakkan diagnosis alergi khususnya dermatitis atopik.

34

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
DAFTAR PUSTAKA

1. Holgate ST, Canonica GW, Baena-Cagnani CE, Casale TB, Zitt M, Nelson H,
et al. Asthma In: Pawankar R, Holgate ST, Canonica GW, Lockey RF, Blaiss
MS. White Book on Allergy : Update 2013. World Allergy Organization.
Available at : http://www.worldallergy.org/UserFiles/file/WAO-White-Book-
on-Allergy_web.pdf. Accessed June 9, 2015.
2. Watson W, Kapur S. Atopic dermatitis. Allergy, Asthma, and Clinical
Immunology : Official Journal of the Canadian Society of Allergy and Clinical
Immunology. 2011;7(Suppl 1):S4. doi:10.1186/1710-1492-7-S1-S4.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi dan analisis ASI
eksklusif. Available at :
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
asi.pdf. Accessed June 9, 2015.
4. World Health Organization. Indicators for assessing infant and young child
feeding practices: conclusions of a consensus meeting held 6-8 November
2007 in Washington D.C. Available at :
http://whqlibdoc.who.int/publications/2008/9789241596664_eng.pdf?ua=1.
Accessed June 9, 2015.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2013. Available at :
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/data-dan-informasi-2014.pdf. Accessed June 9, 2015.
6. Munasir Z, Nia K. Air Susu Ibu dan Kekebalan Tubuh. Dalam: Bedah ASI.
Editor: Hegar B, Suradi H, Hendarto A, Pratiwi IGA. Jakarta: IDAI; 2009. p.
78.
7. Ghaderi R, Makhmalbaf Z. Effect of breast-feeding on the development of
atopic dermatitis. Iran J Allergy Asthma Immunol 2005;4:129-32.
8. Budiastuti M, Wandita S, Sumadiono. Exclusive breastfeeding and risk of
atopic dermatitis in high risk infant. Berkala Ilmu Kedokteran 2007;39;192-98.

35

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
9. Bener A, Ehlayel M.S, Alsowaidi, S, Sabbah, A. Role of breast feeding in
primary prevention of asthma and allergic diseases in a traditional society. Eur
Ann Allergy Clin Immunol 2007;39;337-43.
10. Lien TY, Goldman RD. Breastfeeding and maternal diet in atopic dermatitis.
Canadian Fam Phys. 2011;57;12:1403-05.
11. Björkstén B, Ait-Khaled N, Asher M.I, Clayton T.O, Robertson C, ISAAC
Phase Three Study Group. Global analysis of breast feeding and risk of
symptoms of asthma, rhinoconjunctivitis and eczema in 6–7 year old children:
ISAAC Phase Three. Allergol Immunopathol (Madr) 2011;39;318-25.
12. World Health Organization. The optimal duration of exclusive breastfeeding.
Available at :
http://www.who.int/nutrition/publications/optimal_duration_of_exc_bfeeding_
report_eng.pdf. Accessed July 4, 2015.
13. Ballard O, Morrow AL. Human milk composition: nutrients and bioactive
factors. Pediatr Clin North Am 2013;60;49-74.
14. Hendarto A, Pringgadini K. Bedah ASI, Kajian Dari Berbagai Sudut Pandang
Ilmiah. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta; 2008. p.45-
55.
15. Dawodu A, et al. Heightened attention to supplementation is needed to improve
the vitamin D status of breastfeeding mothers and infants when sunshine
exposure is restricted. Maternal & child nutrition 2014;10;383-97.
16. Bergmann K-C, Ring J. History of Allergy. Chem Immunol Allergy
2014;100;380-82.
17. Ring J. What is an allergy. Eur Ann Allergy Clin Immunol 2010;33:291-96.
18. Ring J, Akdis C, Behrendt H, Lauener RP, Schäppi G, Akdis M et al.
Davos declaration: allergy as a global problem. Allergy 2012;67:141-
43.
19. Portelli MA, Hodge E, Sayers I. Genetic risk factors for the development of
allergic disease identified by genome‐wide association. Clinical &
Experimental Allergy 2015;45.1;21-31.

36

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
20. Platts-Mills TA, Woodfolk JA. Allergens and their role in the allergic immune
response. Immunol Rev 2011;242:51-68.
21. Stefanie G, Claudia, Traidl-Hoffmann. Environmental risk factors for allergy:
outdoor/indoor pollution and climate change. J Allergy Clin Immunol. 2009
15(3):450-54
22. Weisse K, Lehmann I, Heroux D, Kohajda T, Herberth G, Roeder S et al. The
LINA cohort: indoor chemical exposure, circulating eosinophl/basophil (Eo/B)
progenitors and early life skin manifestations. Clin Exp Allergy 2012;42:1337-
1346.
23. Won-Oh, J., Noh, G., Ahn, H.S., Cho, N.Y., Lee, S. The Clinical Significance
of Food Specific IgE/IgG4 in Food Specific Atopic Dermatitis. Paediatric
Allergy and Immunology 2007;18;63-70.
24. Bubnoff vD, Geiger E, Bieber T. Antigen-presenting cells in allergy. J Allergy
Clin Immunol 2006; 108; 3: 329-39
25. Thomsen SF. Atopic Dermatitis: Natural History, Diagnosis, and Treatment.
ISRN Allergy 2014 Article ID 354250, 7. 2014. doi:10.1155/2014/354250
26. McKenna SP, Doward LC. Quality of life of children with atopic dermatitis
and their families. Curr Opin Allergy Clin Immunol 2008;8:228-231.
27. Greer FR, et al. Effects of early nutritional interventions on the development of
atopic disease in infants and children: the role of maternal dietary restriction,
breastfeeding, timing of introduction of complementary foods, and hydrolyzed
formulas. Pediatrics 2008, 121.1: 183-191.
28. Ip S. et al. Breastfeeding and maternal and infant health outcomes in developed
countries. Evid Rep Technol Assess 2007;153:1-186.
29. Yang YW, Tsai CL, Lu CY. Exclusive breastfeeding and incident atopic
dermatitis in childhood: a systematic review and meta‐analysis of prospective
cohort studies. British J Dermatol, 2009;161.2: 373-383.
30. Farajzadeh S et al. Relationship between duration of breastfeeding and
development of atopic dermatitis. J Pakisan Assoc Dermatol 2011;21: 80-6.
31. Bieber T: Mechanisms of disease: atopic dermatitis. N Engl J Med 2008;
358:1483-94.
37

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
32. Halim A, Munasir Z, Rohsiswatmo R. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif dalam
Pencegahan Kejadian Dermatitis Atopi pada Anak. Sari Pediatri 2014; 15: 6;
345-52.
33. Sugiyama M, Arakawa H, Ozawa K, Mizuno T, Mochizuki H, Tokuyama K, et
al. Early-life risk factors for occurrence of atopic dermatitis during the first
year. Pediatrics 2007; 119: 3; 716-23.
34. Carson CG. Risk factors for developing atopic dermatitis. Danish Med J
2013; 60: 7; 4687.
35. Miyake Y, Tanaka K, Sasaki S, Kiyohara C, Ohya Y, Fukushima W,
et al. Breastfeeding and atopic eczema in Japanese infants: the Osaka Maternal
and Child Health Study. Pediatr Allergy Immunol 2009; 20: 234–41.

38

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
Lampiran 1. Kuesioner data

Kuesioner data yang akan diambil :


1. Identitas anak
 Nama :
 Jenis Kelamin :
 Usia :
2. Riwayat menyusui
 Apakah anak diberikan ASI eksklusif (ASI saja sampai usia 6
bulan) ? ( Ya / Tidak )
3. Data dermatitis atopik berdasarkan diagnosis dokter
 Apakah ada riwayat gatal-gatal di pipi ?
 Apakah ada eksema di pipi/dahi/tungkai bagian luar ?

39

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
Formulir F
Lampiran 2. Formulir Permohonan Kaji Etik Riset

Komisi Etik Riset


Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Nomor :
Tahun :
(diisi oleh KER)

PERMOHONAN UNTUK MEMPEROLEH PERSETUJUAN ETIK RISET

Kepada : Sekretaris Komisi Etik Riset


Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti
Jakarta

Judul Riset : Hubungan Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dan Kejadian


Dermatitis Atopik pada Anak Usia di bawah 2 Tahun.

Peneliti Utama : Bernio Yustindra Pratama


NIM : 030.12.048

Kontak Person

Nama : Bernio Yustindra Pratama

Bagian : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Alamat : Jalan Padat Karya No.92 Kotabaru Kalimantan Selatan

Telepon : 081251318865

Faksimili :-

Email : neo.yustindra@gmail.com

40

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
Lampiran 3. Persetujuan Etik Riset

41

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
Lampiran 4. Surat Permohonan Penelitian

42

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
Lampiran 5. Surat Keterangan Izin Penelitian

43

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
Lampiran 6. Hasil Perhitungan Statistik

HASIL UNIVARIAT

Umur (bulan)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

6-11 bulan 74 47,4 47,4 47,4

12-18 bulan 44 28,2 28,2 75,6


Valid
19-24 bulan 38 24,4 24,4 100,0

Total 156 100,0 100,0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Laki-laki 76 48,7 48,7 48,7

Valid Perempuan 80 51,3 51,3 100,0

Total 156 100,0 100,0

Riwayat Pemberian ASI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

ASI Non Eksklusif 71 45,5 45,5 45,5

Valid ASI Eksklusif 85 54,5 54,5 100,0

Total 156 100,0 100,0

44

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
HASIL BIVARIAT

Umur (bulan) * Kasus Dermatitis Atopik Crosstabulation


Kasus Dermatitis Atopik Total
Tidak Dermatitis Dermatitis
Atopik Atopik
Count 35 39 74
6-11 bulan
% within Umur (bulan) 47,3% 52,7% 100,0%
Count 23 21 44
Umur (bulan) 12-18 bulan
% within Umur (bulan) 52,3% 47,7% 100,0%
Count 15 23 38
19-24 bulan
% within Umur (bulan) 39,5% 60,5% 100,0%
Count 73 83 156
Total
% within Umur (bulan) 46,8% 53,2% 100,0%

Jenis Kelamin * Kasus Dermatitis Atopik Crosstabulation


Kasus Dermatitis Atopik Total
Tidak Dermatitis Dermatitis
Atopik Atopik
Count 38 38 76
Laki-laki
% within Jenis Kelamin 50,0% 50,0% 100,0%
Jenis Kelamin
Count 35 45 80
Perempuan
% within Jenis Kelamin 43,8% 56,3% 100,0%
Count 73 83 156
Total
% within Jenis Kelamin 46,8% 53,2% 100,0%

Riwayat Pemberian ASI * Kasus Dermatitis Atopik Crosstabulation


Kasus Dermatitis Atopik Total
Tidak Dermatitis Dermatitis Atopik
Atopik
ASI Non Count 32 39 71
Riwayat Eksklusif % within Riwayat Pemberian ASI 45,1% 54,9% 100,0%
Pemberian ASI ASI Count 41 44 85
Eksklusif % within Riwayat Pemberian ASI 48,2% 51,8% 100,0%
Count 73 83 156
Total
% within Riwayat Pemberian ASI 46,8% 53,2% 100,0%

45

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-sided)
sided) sided)

Pearson Chi-Square ,156a 1 ,693


Continuity Correctionb ,054 1 ,815
Likelihood Ratio ,156 1 ,693
Fisher's Exact Test ,748 ,408
Linear-by-Linear Association ,155 1 ,694
N of Valid Cases 156

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 33,22.
b. Computed only for a 2x2 table

46

Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama
Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dan kejadian dermatitis atopik pada anak usia di bawah 2 tahun
Bernio Yustindra Pratama

Anda mungkin juga menyukai